• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA

KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013

(3)

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA

KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013

Jumlah Halaman

: vii + 44 halaman

Naskah

: BPS Kabupaten Pulau Morotai

Gambar Kulit

: BPS Kabupaten Pulau Morotai

Dicetak Oleh

: BPS Kabupaten Pulau Morotai

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya Publikasi “Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013” dapat diselesaikan. Publikasi ini merupakan bagian dari upaya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan BPS Kabupaten Pulau Morotai dalam rangka melihat secara garis besar tentang masalah kesejahteraan penduduk Kabupaten Pulau Morotai dengan merepresentasikan ke dalam suatu besaran Indeks Pembangunan Manusia.

Dalam publikasi ini disajikan informasi mengenai gambaran sosial ekonomi Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 dan komponen penghitungan Indeks Pembangunan Manusia antara lain berupa angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, angka harapan hidup, kemampuan daya beli masyarakat dan indikator lainnya.

Terima kasih yang sebesar-besarnya diucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya publikasi ini. Kritik dan saran guna perbaikan penerbitan publikasi selanjutnya sangat kami harapkan.

Morotai, September 2014 Kepala BAPPEDA Kabupaten Pulau Morotai

(5)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . iii

DAFTAR ISI . . . . iv

DAFTAR TABEL . . . .v

DAFTAR GAMBAR . . . . vi

KONSEP DAN PENGUKURAN PEMBANGUNAN MANUSIA . . . .2

1.1. Konsep dan Pengukuran Pembangunan Manusia . . . 3

1.2. Gambaran Secara Umum Capaian IPM di Maluku Utara . . . 7

1.3 Tujuan dan Sistematika Penulisan. . . 8

PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI . . . .10

2.1 Sekilas Kabupaten Pulau Morotai . . . 10

2.2 Status Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai. . . 13

2.3 Menempatkan Pertanian dalam Pembangunan Manusia . . . 17

PENDIDIKAN DAN LITERASI . . . .19

3.1 Taraf Pendidikan dan Literasi . . . 20

3.2 Akses dan Pemerataan Pendidikan . . . 23

KESEHATAN . . . .26

KEHIDUPAN YANG LAYAK . . . .33

5.1 Perekonomian . . . 35

5.2 Ketenagakerjaan. . . 37

5.3 Kemiskinan. . . 37

KESIMPULAN DAN SARAN . . . .39

6.1 Kesimpulan. . . 39

6.2 Saran . . . 39

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbandingan Tingkat Pembangunan Manusia

Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara, 2013 . . . 11 Tabel Lampiran 1 Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota

di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 – 2013 (Tahun) . . . 42 Tabel Lampiran 2 Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota

di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 – 2013 (Persen) . . . 42 Tabel Lampiran 3 Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota

di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 – 2013 (Tahun) . . . 43 Tabel Lampiran 4 Pengeluaran Perkapita Riil Disesuaikan Kabupaten/Kota

di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 – 2013 (Ribu Rupiah). . . 43 Tabel Lampiran 5 Nilai Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota

di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 – 2013 . . . 44 Tabel Lampiran 6 Reduksi Shortfall Kabupaten/Kota

(7)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 vi

DAFTAR GAMBAR

KONSEP DAN PENGUKURAN PEMBANGUNAN MANUSIA

GAMBAR 1.1. Perkembangan Nilai IPM Provinsi Maluku Utara

Periode 2002-2013 . . . 7

PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI

GAMBAR 2.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pulau Morotai

dan Provinsi Maluku Utara Tahun 2009-2013. . . 12 GAMBAR 2.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/Kota

di Maluku Utara Tahun 2013 . . . 12 GAMBAR 2.3 Perkembangan IPM Kabupaten Pulau Morotai

dan Maluku Utara Tahun 2009-2013 . . . 13 GAMBAR 2.4 Perkembangan Reduksi Shortfall Kabupaten Pulau Morotai

dan Maluku Utara Tahun 2010-2013 . . . 13 GAMBAR 2.5 IPM Kabupaten/Kota di Maluku Utara Tahun 2013. . . 14 GAMBAR 2.6 Indeks Komponen IPM Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013. . . . 14 GAMBAR 2.7 Distribusi PDRB Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013. . . 15 GAMBAR 2.8 Penduduk 15+ Bekerja di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 . . 15 GAMBAR 2.9 Indeks Komponen IPM Kabupaten Pulau Morotai

Tahun 2012-2013 . . . 16 GAMBAR 2.10 Indeks Komponen IPM Kabupaten Pulau Morotai

dan Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2013 . . . 16

PENDIDIKAN DAN LITERASI

GAMBAR 3.1 Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Pulau Morotai dan Provinsi Maluku Utara, 2009-2013 . . . 20 GAMBAR 3.2 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah

Kabupaten Pulau Morotai dan Provinsi Maluku Utara, 2009-2013 . . . 20 GAMBAR 3.3 Angka Melek Huruf di Maluku Utara Tahun 2013. . . 21 GAMBAR 3.4 Rata-Rata Lama Sekolah di Maluku Utara Tahun 2013 . . . 21 GAMBAR 3.5 Persentase penduduk 10+ menurut Ijazah Tertinggi yang

Dimiliki Di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 . . . 22 GAMBAR 3.6 Partisipasi Sekolah di Kabupaten Pulau Morotai

(8)

KESEHATAN

GAMBAR 4.1 Angka Harapan Hidup Kabupaten Pulau Morotai dan

Provinsi Maluku Utara 36 Tahun 2009-2013 . . . 28 GAMBAR 4.2 Angka Harapan Hidup di Maluku Utara menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2013 . . . 28 GAMBAR 4.3 Persentase Penolong Persalinan Terakhir di

Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 . . . 29 GAMBAR 4.4 Persentase Penduduk yang memiliki Keluhan Kesehatan

di Maluku Utara menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013 . . . 29 GAMBAR 4.5 Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Pulau Morotai

Tahun 2013 . . . 30 GAMBAR 4.6 Banyaknya Tenaga Kesehatan di Kabupaten Pulau Morotai

Tahun 2013 . . . 30 GAMBAR 4.7 Persentase Rumah Tangga menurut Fasilitas Buang Air Besar

Tahun 2013 . . . 31

KEHIDUPAN YANG LAYAK

GAMBAR 5.1 Perkembangan Pengeluaran Perkapita Disesuaikan

di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2009-2013. . . 33 GAMBAR 5.2 Pengeluaran Perkapita Disesuaikan di Maluku Utara Tahun 2013. . 34 GAMBAR 5.3 PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Maluku Utara Tahun 2013

(ribu rupiah) . . . 34 GAMBAR 5.4 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/Kota

di Maluku Utara Tahun 2013 (miliar rupiah) . . . 35 GAMBAR 5.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pulau Morotai

Tahun 2009-2013 . . . 35 GAMBAR 5.6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota

di Maluku Utara Tahun 2013 . . . 36 GAMBAR 5.7 Distribusi Ekonomi Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 . . . 36 GAMBAR 5.8 Penduduk 15+ Bekerja di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 . . 37 GAMBAR 5.9 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota

(9)

1

KONSEP DAN PENGUKURAN

PEMBANGUNAN MANUSIA

(10)

BA

B

Paradigma pembangunan manusia bertitik tolak dari pemahaman bahwa proses pembangunan harus dapat memperluas pilihan. Seorang individu atau suatu keluarga lazimnya mempunyai banyak keinginan, baik yang muluk-muluk maupun yang sangat mendasar. Beberapa yang sangat mendasar adalah sebagai berikut. Mereka berharap keluarganya dapat hidup sehat dan berumur panjang. Tinggal di lingkungan yang sehat, terbebas dari berbagai wabah, serta memperoleh akses pada sanitasi dan air bersih. Individu tersebut menginginkan keluarganya memperoleh pendidikan dan pelatihan yang baik. Mereka berharap mempunyai akses pada sumber daya ekonomi serta dapat memanfaatkan pengetahuan, ketrampilan, serta kesehatannya untuk bekerja agar dapat hidup dengan layak. Individu tersebut berharap pula mampu membawakan diri dengan baik dalam pergaulan masyarakat. Mereka juga berharap dapat hidup dalam suasana yang bebas dan mempunyai hak untuk menyuarakan kepentingannya. Proses pembangunan harus dapat merealisasikan harapan-harapan tersebut. Fokus pada manusia inilah yang melandasi konsep pembangunan manusia.

Menurut konsep ini pembangunan harus seimbang, yaitu antara membangun kemampuan dengan memanfaatkan kemampuan. Proses pembangunan setidaknya harus menciptakan lingkungan untuk manusia, baik sebagai individu, keluarga, maupun masyarakat, mengembangkan kemampuannya secara optimal dan mempunyai cukup kesempatan (memanfaatkan kemampuannya) untuk dapat hidup yang produktif dan kreatif sesuai kebutuhan dan minatnya. Dengan kata lain, pembangunan manusia tidak melulu peduli dengan pembentukan kemampuan manusia seperti kesehatan yang lebih baik serta pengetahuan dan ketrampilan. Tetapi proses pembangunan manusia juga peduli dengan pemanfaatan kemampuan tersebut, baik untuk bekerja, berlibur, serta kegiatan sosial politik lainnya. Dua sisi pembangunan tersebut harus berkembang secara seimbang. Ketimpangan akan berakibat pemborosan potensi manusia.

Konsep pembangunan seperti diuraikan diatas nampaknya sederhana. Namun sebagai akibat dari penyederhanaan yang berlebihan terhadap tujuan pembangunan, konsep yang cukup komprehensif tersebut menjadi terlupakan. Misalnya dalam paradigma pembangunan ekonomi tujuan pembangunan disederhanakan menjadi pertumbuhan ekonomi/ peningkatan pendapatan per kapita saja.

Seringkali dinyatakan bahwa pendapatan dapat mewakili (proxy) dengan baik pilihan-pilihan lainnya. Tetapi sesungguhnya pernyataan tersebut di atas hanya sebagian saja dari kebenaran. Pendapatan memang dapat dipergunakan untuk memperluas

1

KONSEP DAN PENGUKURAN

PEMBANGUNAN MANUSIA

(11)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 3

juga dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan tujuan pembangunan manusia.

Konsep pembangunan manusia seperti diuraikan tersebut di atas berbeda dari konsep/ paradigma pembangunan yang berkembang selama setengah abad terakhir. Beberapa yang terpenting diantaranya adalah: pembangunan ekonomi, kesejahteraan manusia, kebutuhan dasar manusia, dan pembangunan sumber daya manusia. Perbedaan-perbedaan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut.

Dalam paradigma pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi memang penting. Tetapi bukti empiris menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak menjamin pembangunan manusia. Pendekatan kesejahteraan manusia melihat manusia hanya sebagai pihak yang berhak memperoleh manfaat pembangunan, bukan sebagai peserta aktif pembangunan. Pendekatan kebutuhan dasar memfokuskan diri pada sejumlah barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dasar anggota masyarakat yang kurang beruntung, dan bukannya pilihan-pilihan yang lebih luas bagi masyarakat. Konsep pembangunan sumber daya manusia berfokus pada meningkatkan kemampuan atau memberdayakan manusia, bukan pemanfaatan kemampuan tersebut. Sementara itu pendekatan pembangunan manusia mencakup keseluruhan aspek tersebut di atas. Dengan demikian konsep ini mampu mencakup lebih baik berbagai segi dan kompleksitas kehidupan manusia.

1 .1 . Konsep dan Pengukuran Pembangunan Manusia

Seperti halnya dengan pendekatan pembangunan ekonomi, konsep pembangunan manusia ini juga terukur. Berdasarkan perspektif pembangunan seperti telah diuraikan di atas, pembangunan manusia tidak diukur dari pendapatan semata, tetapi dari indeks komposit yang disebut dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Idealnya indeks tersebut mencakup sebanyak mungkin variabel sehingga benar-benar dapat mencerminkan berbagai segi kehidupan manusia yang sangat banyak dan kompleks. Tetapi ketersediaan data statistik membatasi hal itu. Keterbatasan tersebut di sisi lain membawa manfaat, yaitu kita tidak kehilangan fokus atas hakekat pembangunan manusia.

Pada tahap awal penyusunan indeks, pilihan diberikan pada tiga unsur penting/ pilar utama/ dimensi kehidupan manusia: usia harapan hidup, pengetahuan, dan standar hidup yang layak. Indikator-indikator sebagai unsur-unsur pembentuk indeks tersebut harus dipilih dengan cermat agar dapat menangkap dengan baik berbagai dimensi dari pilihan-pilihan manusia.

Pertama, usia harapan hidup. Pilar ini diwakili oleh indikator usia harapan hidup pada waktu lahir. Pertimbangannya adalah usia yang panjang pada diri individu adalah tujuan tersendiri. Usia harapan hidup yang tinggi juga mencerminkan tingkat kesehatan dan gizi yang baik.

Kedua, pendidikan/ pengetahuan. Pilar ini diwakili oleh dua indikator, yaitu melek huruf bagi orang dewasa dan indikator rata-rata lama bersekolah. Kemampuan melek

(12)

huruf ini dianggap sebagai langkah pertama atau jendela menuju ke dunia pengetahuan. Sedangkan rata-rata lama bersekolah merupakan indikator yang menunjukkan pentingnya pengetahuan dan keterampilan tingkat yang lebih tinggi.

Ketiga, standar hidup. Informasi tentang akses terhadap sumber daya sangat langka. Oleh karena itu pilar ini diwakili oleh indikator/data yang tersedia yaitu pendapatan per kapita. Namun agar dapat diperbandingkan antar negara, angka tersebut (tingkat pendapatan per kapita) perlu disesuaikan daya belinya melalui konsep yang disebut dengan “purchasing power parity” (PPP). Penyesuaian perlu pula dilakukan untuk mencerminkan adanya “diminishing return of the income utility”.

Dimensi kehidupan lain di luar tiga pilar tersebut di atas tetap penting, tetapi untuk sementara tidak diukur, misalnya terkait dengan demokrasi, lingkungan, keadilan dan sebagainya. Dimensi lain tersebut belum memiliki data dan informasi yang memadai sehingga saat ini belum masuk dalam penghitungan IPM. Indeks pembangunan masa lalu mempunyai satu indikator dengan satuan ukuran tunggal, misalnya dalam paradigma pembangunan ekonomi, pendapatan per kapita diukur dengan satuan rupiah. Sementara itu indeks pembangunan manusia ini adalah indeks komposit/ gabungan yang masing-masing unsurnya mempunyai satuan ukuran yang berbeda. Usia harapan hidup diukur dengan tahun, melek huruf (literacy) diukur dengan persentase penduduk dewasa yang mampu membaca dan menulis, rata-rata lama bersekolah diukur dengan tahun, dan pendapatan per kapita diukur dengan rupiah (yang sudah disesuaikan). Untuk itu satuan ukuran bersama harus diciptakan, yaitu indeks dengan nilai antara 0 dan 1. Adapun proses penyusunannya adalah sebagai berikut. Pertama, IPM menentukan nilai minimum dan maksimum untuk masing-masing indikator. Misalnya untuk usia harapan hidup ditetapkan antara 25 s/d 85 tahun. Kemudian, dengan skala antara 0 s/d 1, diukur indeks capaian usia harapan hidup suatu negara/wilayah. Proses yang sama berlaku untuk indikator-indikator lainnya. Selanjutnya indeks komposit dihitung berdasarkan rata-rata indeks masing-masing pilar tersebut. (Lihat Kotak 1.1)

Sebagai angka rata-rata, seluruh indikator pembangunan manusia tersebut di atas kehilangan informasi yaitu distribusinya, baik dalam kaitannya dengan kelompok pendapatan, jender, ataupun wilayah. Ketimpangan, jika ada, tidak akan muncul dalam angka rata-rata. Oleh karena itu indeks yang terpisah perlu pula disusun.

Indikator-indikator seperti diuraikan tersebut di atas selalu disempurnakan, baik dengan menambah/ mengurangi/ atau mengganti indikator, maupun penyempurnaan metodologinya. Beberapa penyempurnaan yang terpenting sejak pertama disusun pada tahun 1990 adalah sebagai berikut.

Pertama, pendidikan. Awalnya diukur dari persentase penduduk dewasa yang mampu baca tulis. Indikator tersebut kemudian diperluas dengan indikator rata-rata lama bersekolah. Bobot masing-masing adalah dua pertiga untuk melek huruf dan sepertiga untuk rata-rata lama bersekolah. Hal ini merupakan pengakuan akan pentingnya

(13)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 5

KOTAK 1 .1 .

Pengukuran Pembangunan Manusia Dimensi Umur Panjang dan Sehat

Angka tertinggi, sebagai batas atas untuk perhitungan indeks, adalah sebesar 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun. Perbedaan kinerja antara wilayah dengan usia harapan hidup terendah dengan tertinggi adalah 60 tahun. Pada tahun 2013, Kabupaten Pulau Morotai memiliki angka harapan hidup sebesar 66,07 tahun. Selisih antara usia harapan hidup Kabupaten Pulau Morotai dengan angka minimum tersebut diatas (25 tahun) adalah 41,07 tahun. Angka 41,07 tahun tersebut dapat diumpamakan dengan “perjalanan yang sudah dilalui dari suatu jalan sepanjang 60 tahun”. Hal ini berarti Kabupaten Pulau Morotai telah berhasil mencapai sekitar dua per tiga perjalanan. Kinerja tersebut yang kemudian dihitung indeksnya menjadi 68,45.

Dimensi Pengetahuan

Dimensi pengetahuan diukur dengan dua indikator yakni rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf. Rata-rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang telah dilalui oleh seseorang dalam menjalani pendidikan formal. Sementara angka melek huruf adalah persentase penduduk 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Kedua indikator tersebut digabung setelah masing-masing diberikan bobot. Rata-rata lama sekolah diberi bobot sepertiga dan angka melek huruf diberi bobot dua pertiga.

Batas maksimum untuk angka melek huruf dipakai 100 yang menggambarkan kondisi seluruh anggota masyarakat (100 %) mampu membaca dan menulis, dan nilai nol (0) yang mencerminkan sebaliknya. Pada tahun 2013, Kabupaten Pulau Morotai memiliki angka melek huruf 95,45. Hal ini berarti angka indeks melek huruf adalah 95,45.

Batas maksimum rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun dan minimum adalah 0 tahun. Pada tahun 2013, rata- rata lama sekolah di Kabupaten Pulau Morotai adalah 7,41 tahun. Hal ini berarti angka indeks rata-rata lama sekolah adalah sebesar 49,43. Dengan menggunakan bobot sepertiga untuk rata-rata lama sekolah dan dua per tiga untuk angka melek huruf maka diperoleh indeks pendidikan Kabupaten Pulau Morotai tahun 2013 sebesar 80,11.

(14)

Dimensi Standar Kehidupan

Standar kehidupan menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional, United Nations Development Programme (UNDP) memilih Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GRDP per capita) sebagai indikator standar hidup layak.

Untuk keperluan penghitungan IPM provinsi atau kabupaten/ kota, data dasar PDRB per kapita tidak dapat digunakan untuk mengukur standar hidup layak karena indikator ini bukanlah merupakan ukuran yang peka untuk mengukur pergerakan daya beli penduduk (yang merupakan fokus IPM). Sebagai penggantinya digunakan indikator konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan untuk keperluan yang sama. Sumber data yang digunakan diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor dan Modul. Badan Pusat Statistik (BPS) menghitungnya dengan menggunakan formula Atkinson.

Penghitungan indeks daya beli (pengeluaran konsumsi per kapita disesuaikan) menggunakan batas maksimum sebesar Rp 732.720,- dan sejak tahun 2002, penghitungan PPP untuk batas minimum sebesar Rp 360.000,- dan nilai riilnya sebesar Rp 300.000,- mengikuti kondisi paska krisis ekonomi. Kabupaten Pulau Morotai memiliki pengeluaran riil perkapita sebesar Rp 587.287,-. Hal ini berarti angka indeks daya beli Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2013 sebesar 52,53.

Indeks Pembangunan Manusia

lndeks Pembangunan Manusia adalah indeks komposit yang unsur-unsurnya terdiri dari indeks harapan hidup, indeks pendidikan dan indeks daya beli. Angka IPM dihitung dengan menggunakan rata-rata sederhana dengan rumus:

IPM = 1/3 [X(1)+X(2)+X(3)] dimana

X(1) = Indeks Kesehatan X(2) = Indeks Pendidikan X(3) = Indeks Daya Beli

Angka indeks kesehatan di Kabupaten Pulau Morotai adalah sebesar 68,45, angka indeks pendidikan 80,11 dan indeks daya beli adalah 52,53. Dengan demikian angka IPM di Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2013 adalah 67,03.

(15)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 7

Kedua, standar kehidupan. Indikator ini diukur dari pendapatan per kapita dengan satuan dolar yang sudah disesuaikan daya belinya. Penyesuaian utamanya terkait dengan konsep “diminishing return of the income utility”. Pertanyaan yang muncul adalah pada tingkat pendapatan berapa manfaat tambahan pendapatan tersebut mulai turun. Pada awalnya batas tersebut ditetapkan pada garis kemiskinan negara-negara maju (sesudah disesuaikan dengan daya belinya). Kemudian batas tersebut diganti dengan rata-rata pendapatan per kapita negara maju, juga disesuaikan dengan daya belinya.

Ketiga, menyangkut perubahan metodologi yang berlaku untuk seluruh pilar/dimensi pembangunan manusia, yaitu batas atas dan batas bawah yang dipergunakan untuk menyusun indeks. Pada awalnya batas atas ditetapkan pada tingkat negara dengan capaian tertinggi dan batas bawah pada tingkat negara dengan capaian terendah. Pendekatan ini bermasalah karena indeks pembangunan manusia suatu negara dapat berubah bukan disebabkan capaian pilar-pilar yang berubah tetapi semata karena perubahan pada nilai batas atas dan batas bawah negara lain. Untuk mengatasi permasalahan ini batas atas dan bawah ditetapkan dalam perspektif kurun waktu yang panjang, misalnya 30 tahun yang lampau sampai 30 tahun ke depan. Melalui ukuran IPM ini, masyarakat dapat memonitor perkembangannya, dan pemerintah dapat diminta pertanggungjawaban atas kinerjanya.

1 .2 . Gambaran Secara Umum Capaian IPM di Maluku Utara

Usaha Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara dalam membangun manusia Maluku Utara seutuhnya, khususnya setelah pembentukan Provinsi Maluku Utara

GAMBAR 1 .1 .

Perkembangan Nilai IPM Provinsi Maluku Utara Periode 2002-2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

65,80 70,63 60 63 66 69 72 75 60 63 66 69 72 75 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Maluku Utara

(16)

pada tahun 1999 tercermin dalam tingkat capaian IPM Provinsi Maluku Utara yang selalu meningkat setiap tahunnya. Program Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara dalam melakukan pembangunan manusia tercermin dalam program-program yang telah dijalankan diantaranya adalah program dalam rangka peningkatan produktivitas pertanian seperti program bantuan benih, pupuk, dan mesin-mesin pertanian, program pembangunan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, poskesdes, dan polindes, program peningkatan akses terhadap pendidikan melalui program pembangunan fasilitas pendidikan, perekrutan guru-guru yang ditempatkan sampai ke tingkat kecamatan/ desa, dan program pengurangan jumlah penduduk miskin seperti program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan beras untuk rakyat miskin (Raskin).

Pada tahun 2002, IPM Maluku Utara sebesar 65,80 dan terus meningkat sampai dengan tahun 2013 menjadi sebesar 70,63. Peningkatan nilai IPM setiap tahun menunjukkan komitmen Pemerintah dalam pembangunan manusia di Maluku Utara, namun peningkatan IPM di Maluku Utara tergolong masih relatif lambat apabila dibandingkan dengan peningkatan IPM provinsi lainnya. Hal ini terlihat dari peringkat IPM Maluku Utara yang terus menurun, dimana pada tahun 2004 Maluku Utara menduduki peringkat ke-26 dan terus menurun sampai dengan tahun 2013 berada pada peringkat 30 dari total 34 provinsi se-Indonesia.

1 .3 Tujuan dan Sistematika Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai 2013 adalah untuk menilai (assess) kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Pulau Morotai, melihat tantangan-tantangan yang dihadapinya, serta arah kebijakan yang perlu diambil untuk meningkatkan kinerja pembangunannya.

Penulisan pubikasi ini akan dibagi menjadi 6 (enam) bab. Setelah bab pertama yang berisi Konsep dan Pengukuran Pembangunan Manusia, Bab II akan membahas tentang Pembangunan Manusia saat ini di Kabupaten Pulau Morotai. Bab II tersebut merupakan pengantar untuk pembahasan yang lebih mendalam pada masing-masing dimensi pembangunan manusia di Kabupaten Pulau Morotai. Bab III, IV, dan V, akan membahas Pendidikan, Kesehatan, dan Tingkat Hidup yang Layak di Kabupaten Pulau Morotai. Terakhir pada Bab VI, berisi Kesimpulan dan Saran. Publikasi ini dilengkapi pula dengan lampiran-lampiran yang terkait dengan data komponen IPM Provinsi/ Kabupaten/Kota.

(17)

2

PEMBANGUNAN MANUSIA

KABUPATEN PULAU MOROTAI

(18)

BA

B

Bab ini membahas status pembangunan manusia di Kabupaten Pulau Morotai dan menyajikan secara ringkas capaian-capaian pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan, serta standar hidup yang layak. indikator capaian pembangunan manusia, sebagaimana diukur menggunakan IPM, akan dibahas dalam konteks komparatif secara wilayah (regional) dengan harapan dapat memberikan perbandingan capaian pembangunan manusia di Kabupaten Pulau Morotai dengan kabupaten/kota lainnya di Maluku Utara

2 .1 Sekilas Kabupaten Pulau Morotai

Kabupaten Pulau Morotai merupakan salah satu kabupaten di Maluku Utara setelah mekar dari Kabupaten Halmahera Utara pada tahun 2008. Kabupaten yang biasa disingkat sebagai “Pulmor” ini beribukota di Morotai Selatan, terdiri dari pulau-pulau dengan yang terbesar adalah Pulau Morotai. Letaknya berbatasan langsung dengan Samudra Pasifik dan Laut Halmahera di sebelah utara, Laut Halmahera di sebelah timur, Selat Morotai di sebelah selatan, dan Laut Sulawesi, Laut Halmahera di sebelah barat. Secara geografis, Kabupaten Pulau Morotai terletak antara 2°00’ LU - 2°40’ LS dan 128°15’ - 129°08’ BT.

Luas wilayah Kabupaten Pulau Morotai sebesar 2.314,90 km2. Wilayah kabupaten

kepulauan ini, seperti halnya dengan kabupaten/kota lain di Maluku Utara, memiliki perbedaan waktu 2 jam lebih cepat dibandingkan Jakarta karena terletak di wilayah Waktu Indonesia Timur (WIT). Pulau Morotai memiliki 5 gunung, yaitu Gunung Sabatai di Kecamatan Morotai Selatan, Gunung Para-Para di Kecamatan Morotai Selatan, Gunung Bandera di Kecamatan Morotai Selatan, Gunung Batu Putih di Kecamatan Morotai Utara, dan Gunung Meja di Kecamatan Morotai Selatan Barat. Gunung Batu Putih merupakan gunung tertinggi di Kabupaten Pulau Morotai, dengan ketinggian 1.645 m di atas permukaan laut. Terdapat 6 sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Pulau Morotai.

Keadaan iklim di Kabupaten Pulau Morotai cukup baik untuk sektor pertanian karena memiliki curah hujan yang cukup baik. Pada semester I (Januari-Juni) baik untuk penanaman tanaman basah seperti padi sawah dan sayuran dikarenakan curah hujan yang cukup banyak. Sedangkan semester selanjutnya, sebagian dapat digunakan untuk menanam tanaman kering seperti jagung, ubi kayu dan ubi jalar dikarenakan intensitas

2

PEMBANGUNAN MANUSIA

(19)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 11

Pada tahun 2013, wilayah administrasi Kabupaten Pulau Morotai mencakup 5 kecamatan dan 88 desa, yakni Kecamatan Morotai Selatan yang beribukota di Daruba, Kecamatan Morotai Selatan Barat beribukota di Wayabula, Kecamatan Morotai Timur beribukota di Sangowo, Kecamatan Morotai Utara beribukota di Bere Bere, dan Kecamatan Morotai Jaya beribukota di Sopi. Kecamatan Morotai Selatan adalah kecamatan yang mempunyai desa paling banyak, yaitu 25 desa, sedangkan Kecamatan Morotai Utara dan Morotai Jaya mempunyai paling sedikit desa, yaitu masing-masing 8 desa.

Pada saat ini Pemerintahan Kabupaten Pulau Morotai dipimpin oleh Bupati Drs. Rusli Sibua, M. Si. dengan Wakil Bupati Weny R. Paraisu, S.Ag, sedangkan DPRD Kabupaten Pulau Morotai diketuai oleh M Ali Sangaji, SE, MM. Komposisi keanggotaan DPRD Kabupaten Pulau Morotai didominasi oleh Partai Golkar sebagai partai pemenang pada pemilu 2009, yaitu sebanyak 3 orang, diikuti oleh PAN sebanyak 2 orang. Hanura, PKPB, Gerindra, PKS, PMB, PDK, Partai Republik, PPP, PDS, Pelopor, PDI-P, PBR, Partai Patriot, Partai Demokrat dan PSI masing-masing sebanyak 1 orang.

Sebagai kabupaten termuda kedua di Maluku Utara, Kabupaten Pulau Morotai memiliki jumlah penduduk yang relatif sedikit dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Maluku Utara. Jumlah penduduk Kabupaten Pulau Morotai tahun 2013 sebesar 57.565 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata 23,25 jiwa/km2. Kecamatan Morotai Selatan

Barat memiliki kepadatan rata-rata terendah yakni sebesar 16,25 jiwa/km2 sementara

Kecamatan Selatan memiliki kepadatan tertinggi yakni 54,80 jiwa/km2.

Pendidikan rata-rata penduduk secara umum pada tahun 2013 masih menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, namun masih rendah jika dibandingkan dengan capaian kabupaten/kota lainnya di Maluku Utara. Data menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah di Kabupaten Pulau Morotai sebesar 7,41 tahun, atau merupakan yang terendah di Maluku Utara. Capaian ini mengindikasikan bahwa secara rata-rata program Wajib Belajar 9 tahun belum tercapai di kabupaten ini, penduduk Kabupaten Pulau Morotai baru mencapai pendidikan sampai dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 1 saja. Apabila dibandingkan dengan kabupaten induk, yaitu Kabupaten Halmahera Utara sudah mencapai nilai sebesar 8,46 tahun dan Maluku Utara secara umum yang sudah mencapai 8,72 tahun. Dilihat dari pendidikan penduduk berusia 10 tahun ke atas pada tahun 2013, terlihat

Tabel 2 .1 .

Perbandingan Tingkat Pembangunan Manusia Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara, 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

Komponen Pulau Morotai Halmahera Utara (1) (2) (3)

Harapan Hidup (tahun) 66,07 66,61 Angka Melek Huruf (%) 95,45 97,91 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 7,41 8,46 Pengeluaran Riil Perkapita (Rp.000) 587,29 609,45

(20)

bahwa persentase pendidikan penduduk 10 tahun ke atas terbesar adalah tidak memiliki ijazah sebesar 35,58 persen, Sekolah Dasar (SD) sebesar 26,25 persen, dan SMP sebesar 16,95 persen.

Capaian indikator angka melek huruf di Kabupaten Pulau Morotai relatif cukup baik, yaitu mencapai 95,45 persen. Meskipun sudah tergolong cukup baik, capaian ini masih merupakan yang terendah kedua di Maluku Utara. Sebagai kabupaten muda, Pemerintah Daerah sebaiknya berfokus pada meningkatkan kualitas pendidikan penduduk Kabupaten Pulau Morotai agar dapat lebih bersaing dengan kabupaten/kota

lainnya di Maluku Utara.

Di bidang ekonomi, Kabupaten Pulau Morotai masih perlu mengejar ketertinggalan dari kabupaten/kota lainnya di Maluku Utara. PDRB Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2013 atas dasar harga yang berlaku dan atas dasar harga konstan adalah sebesar 300,51 miliar rupiah dan 127,27 miliar rupiah. Apabila angka tersebut dibandingkan dengan Kabupaten Halmahera Utara atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan masing-masing sebesar 1.184,72 miliar rupiah dan 493,19 miliar rupiah. Sebagai kabupaten muda, Kabupaten Pulau Morotai perlu mengoptimalkan potensi yang ada untuk meningkatkan produktivitas ekonomi yang diukur melalui PDRB.

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pulau Morotai dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara sebagai rata-rata pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Maluku Utara, sudah cukup baik. Pada tahun 2013, laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pulau

GAMBAR 2 .1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pulau Morotai dan Provinsi Maluku Utara Tahun 2009-2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

4 6 8 10 4 6 8 10 2009 2010 2011 2012 2013

Pulau Morotai Maluku Utara

GAMBAR 2 .2

PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/Kota di Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

0 100 200 300 400 500 600 700 800 0 100 200 300 400 500 600 700 800 Pulau Morotai Halmahera Barat Halmahera Tengah Halmahera Timur Tidore Kepulauan Kepulauan Sula Halmahera Utara Halmahera Selatan Ternate Miliar Rupiah Thousands

(21)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 13

Fenomena yang menjadi faktor melambatnya laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2013 adalah telah selesai digelarnya event internasional Sail Morotai 2012.

Struktur perekonomian Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2013 didominasi oleh sektor pertanian. Sektor pertanian menyumbang hampir setengah dari perekonomian, yaitu sebesar 43,49 persen kepada total PDRB. Sumbangan sektor-sektor lainnya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 23,46 persen, sektor industri pengolahan sebesar 17,28 persen dan sektor lainnya kurang dari 10 persen.

2 .2 Status Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai

Status pembangunan manusia di Kabupaten Pulau Morotai menunjukkan peningkatan setiap tahunnya meskipun dengan capaian yang masih rendah. Perkembangan IPM Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2009 sampai dengan 2013 masih berada di posisi ke sembilan atau terendah kedua di Maluku Utara. Pada tahun 2009, IPM Kabupaten Pulau Morotai dan Provinsi Maluku Utara memiliki jarak sebesar 4,48 poin dan semakin menipis pada tahun 2013 dengan jarak menjadi sebesar 3,60 poin. Reduksi shortfall IPM Kabupaten Pulau Morotai pada tahun

2012-2013 sebesar 2,80 lebih tinggi dibandingkan Provinsi Maluku Utara yang sebesar 2,16. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan capaian pembangunan manusia di Kabupaten Pulau Morotai sudah cukup cepat di Maluku Utara pada periode tersebut.

IPM Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2009 sebesar 64,15 dan pada tahun 2013 menjadi sebesar 67,03 atau meningkat

GAMBAR 2 .3

Perkembangan IPM Kabupaten Pulau Morotai dan Maluku Utara Tahun 2009-2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

70,6 67,0 60,0 63,0 66,0 69,0 72,0 75,0 60 63 66 69 72 75 2009 2010 2011 2012 2013

Maluku Utara Pulau Morotai

1,28 1,35 2,84 2,80 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 2010 2011 2012 2013

Maluku Utara Pulau Morotai

GAMBAR 2 .4

Perkembangan Reduksi Shortfall Kabupaten Pulau Morotai dan Maluku Utara Tahun 2010-2013

(22)

hampir 3 poin dalam kurun waktu 4 tahun. Kenaikan IPM ini menarik untuk dicermati, mengingat saat memekarkan diri dari Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Pulau Morotai terdiri dari kecamatan-kecamatan yang seluruhnya merupakan daerah perdesaan dengan akses transportasi yang sangat terbatas sehingga banyak desa yang dapat dikategorikan terisolir.

Melihat pada pertumbuhan IPM yang positif (meningkat) setiap tahunnya, pemekaran kabupaten ini nampaknya berhasil dalam pengelolaan pembangunan khususnya yang berorientasi pada pembangunan manusia lebih baik.

Meskipun perkembangan IPM Kabupaten Pulau Morotai cukup cepat, namun status pembangunan manusia di Kabupaten Pulau Morotai saat ini masih berada pada tingkat yang relatif rendah. IPM yang dihitung berdasarkan data tahun 2013, mencapai angka 67,03 atau masih berada di bawah rata-rata Provinsi Maluku Utara yang mencapai angka 70,63.

Dalam peringkat secara regional, Pada tahun 2013 Kabupaten Pulau Morotai menduduki posisi ke-9 (terendah kedua) dari 10 kabupaten/kota di Maluku Utara, berada setingkat di atas Kabupaten Pulau Taliabu dan setingkat di bawah Kabupaten Halmahera Barat. Apabila Kabupaten Pulau Morotai mampu mempertahankan nilai reduksi shortfall yang cukup tinggi maka pada beberapa tahun ke depan akan menaikkan peringkat IPM kabupaten ini, data ini menunjukkan pembangunan manusia di kabupaten ini relatif lebih cepat dibandingkan sebagian besar kabupaten/kota lainnya di Maluku Utara.

GAMBAR 2 .5

IPM Kabupaten/Kota di Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

GAMBAR 2 .6

Indeks Komponen IPM Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

50,00 60,00 70,00 80,00 50,00 60,00 70,00 80,00 Pulau Taliabu Pulau Morotai Halmahera Barat Halmahera Timur Halmahera Selatan Kepulauan Sula Halmahera Utara Halmahera Tengah Tidore Kepulauan Ternate 50 60 70 80 90 50 60 70 80 90 Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Daya Beli

(23)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 15

adalah Kota Ternate dengan IPM 78,44, Kota Tidore Kepulauan dengan IPM 70,80, dan Kabupaten Halmahera Tengah dengan IPM 70,55. Sedangkan tiga kabupaten/kota di Maluku Utara dengan IPM terendah adalah Kabupaten Pulau Taliabu dengan IPM 64,99, Kabupaten Pulau Morotai dengan IPM 67,03 dan Kabupaten Halmahera Barat dengan IPM 68,56. Capaian peringkat IPM di Kabupaten Pulau Morotai dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan yang terkait dengan pembangunan manusia, seperti kebijakan dalam bidang pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan. Dilihat dari komponen pembentuk IPM Kabupaten Pulau Morotai, terlihat bahwa komponen Indeks Pendidikan berada pada tingkat yang cukup baik (nilai indeks 80,11), Indeks Kesehatan berada pada tingkat menengah (nilai indeks 68,45) dan Indeks Daya Beli berada pada tingkat yang kurang (nilai indeks 52,53). Nilai indeks ini menunjukkan bahwa capaian pembangunan manusia di bidang pendidikan relatif lebih baik dibandingkan bidang kesehatan dan ekonomi.

Pembangunan manusia sudah selayaknya seimbang dalam membangun kemampuan pendidikan, kualitas kesehatan, dan daya beli. Oleh karena itu, strategi yang dapat diambil oleh Pemerintah Daerah adalah dengan menjaga capaian di bidang pendidikan yang sudah cukup baik dan berfokus pada area kesehatan dan daya beli karena memiliki nilai indeks yang masih rendah.

Komponen IPM terendah di Kabupaten Pulau Morotai adalah Indeks Daya Beli yang memiliki nilai indeks 52,53. Melihat kepada struktur perekonomian Kabupaten Pulau

GAMBAR 2 .7

Distribusi PDRB Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

GAMBAR 2 .8

Penduduk 15+ Bekerja di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

0 10 20 30 40 50

0 10 20 30 40 50

Pertambangan dan Penggalian Listrik, Gas, dan Air Bersih

Konstruksi Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Pengangkutan dan Komunikasi Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pertanian 3,903 15,271 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 Pertambangan dan Penggalian Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan Listrik, Gas, dan Air Bersih Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Jasa-Jasa Pertanian Thousands ribu jiwa

(24)

Morotai didominasi oleh sektor pertanian yang menyumbang hampir setengah dari kue perekonomian, yaitu sebesar 43,49 persen, disusul oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 23,46 persen dan Sektor Industri Pengolahan sebesar 17,28 persen. Dilihat dari struktur ketenagakerjaan di kabupaten ini bahwa lapangan pekerjaan utama yang digeluti hampir tiga perempat penduduk Kabupaten Pulau Morotai adalah sektor pertanian. Oleh karena itu dari kedua indikator ini dapat dilihat bahwa peran sekor pertanian begitu penting dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk Kabupaten Pulau Morotai, sehingga dengan strategi pengambilan kebijakan yang berpihak pada sektor pertanian akan mampu meningkatkan kesejahteraan sebagian besar penduduk di Kabupaten Pulau Morotai. Melalui keberpihakan kebijakan terhadap sektor pertanian ini akan meningkatkan pembangunan manusia di Kabupaten Pulau Morotai.

Perkembangan IPM Kabupaten Pulau Morotai periode 2012- 2013 menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Kabupaten Pulau Morotai mengalami peningkatan yang cukup cepat. Hal ini ditunjukkan dari nilai reduksi shortfall pada periode tersebut sebesar 2,84 merupakan nilai tertinggi ketiga setelah Kota Ternate dan Kabupaten Halmahera Barat. Dengan menjaga nilai reduksi shortfall tetap tinggi pada tahun-tahun berikutnya, maka pembangunan manusia di Kabupaten Pulau Morotai bisa berada di peringkat yang lebih baik.

Melihat capaian pembangunan manusia di tahun 2013 antara Kabupaten Pulau Morotai dengan kabupaten induk, yaitu Kabupaten Halmahera Utara akan menarik. Capaian

GAMBAR 2 .9

Indeks Komponen IPM Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2012-2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

GAMBAR 2 .10

Indeks Komponen IPM Kabupaten Pulau Morotai dan Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

68,1 78,2 51,9 68,4 80,1 52,5 30 50 70 90 30 50 70 90

Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Daya Beli 2012 2013 69,3 84,1 57,6 68,4 80,1 52,5 40 60 80 100 40 60 80 100

Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Daya Beli

Halmahera Utara Pulau Morotai

(25)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 17

dengan Kabupaten Halmahera Utara. Capaian yang lebih rendah ini terjadi pada ketiga komponen pembentuk IPM, yaitu Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan, dan Indeks Daya Beli. Hal ini dapat dipahami karena pada saat pemekaran kabupaten ini, seluruh wilayahnya merupakan perdesaan dengan akses transportasi yang sulit sehingga banyak desa yang tergolong terisolir. Dengan terus membangun dengan cepat dan tepat maka tidak menutup kemungkinan kabupaten muda ini bisa lebih baik dibandingkan kabupaten induknya.

2 .3 Menempatkan Pertanian dalam Pembangunan Manusia

Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian Kabupaten Pulau Morotai. Pada tahun 2013, sektor ini menyumbang sekitar 43,49 persen pada kue perekonomian daerah (PDRB) dan memberikan kesempatan kerja kepada 70,61 persen angkatan kerja di Kabupaten Pulau Morotai. Dilihat dari kedua data ini dapat diketahui bahwa peranan sektor pertanian sangat penting bagi perekonomian Kabupaten Pulau Morotai sehingga layak didukung dengan kebijakan Pemerintah Daerah.

Sektor pertanian mempunyai andil besar untuk mengangkat kesejahteraan hampir tiga perempat penduduk Kabupaten Pulau Morotai. Produksi komoditas pertanian seperti tanaman pangan padi, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, dan kacang tanah di Kabupaten Pulau Morotai perlu lebih ditingkatkan lagi. Gambaran yang hampir sama juga ditemui hampir di semua komoditas di sub sektor perkebunan rakyat dan perikanan. Potensi Kabupaten Pulau Morotai di subsektor perikanan perlu digali untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Peningkatan produksi dan pemasaran sektor pertanian adalah kunci untuk meningkatkan pembangunan sektor pertanian dan akan bermuara kepada pembangunan manusia di Kabupaten Pulau Morotai.

(26)

3

(27)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 19

BA

B

Pendidikan dan literasi memainkan peran instrumental dalam pembangunan manusia. Indikator-indikator sederhana yang meliputi tingkat pendidikan rata-rata penduduk dan tingkat literasi (melek huruf) merupakan determinan penting IPM. Meski sekilas nampak sederhana, capaian indikator sederhana tersebut berimplikasi dalam hal kesiapan dan kapasitas manusia untuk berperan tidak hanya menjadi obyek pembangunan tetapi juga sekaligus menjadi subyek dan ultimate beneficiary pembangunan itu sendiri.

Berbagai permasalahan yang melingkupi pendidikan di Kabupaten Pulau Morotai saat ini adalah perluasan dan peningkatan kualitas pendidikan. Desakan untuk menjawab tantangan permasalahan ini menjadi makin dirasakan setelah Indonesia mengikatkan diri melalui komitmen untuk mencapai sasaran Pembangunan Milenium (MDGs), yaitu angka partisipasi untuk pendidikan dasar (usia 7-15 tahun atau lama bersekolah 9 tahun) harus mencapai 100 persen pada tahun 2015 tanpa membedakan wilayah, status sosial ekonomi dan jenis kelamin.

Pada bab ini akan dibahas status pembangunan pendidikan di Kabupaten Pulau Morotai berdasarkan data, indikator, dan analisisnya, khususnya dalam konteks kontribusinya terhadap capaian pembangunan manusia sebagaimana diukur dengan IPM. Namun, analisis akan disajikan lebih dari sekedar menjelaskan perannya dalam mempengaruhi IPM, tetapi dalam konteks pembangunan secara umum. Indikator yang digunakan merupakan alat ukur yang menunjukkan status pembangunan pendidikan, yaitu angka partisipasi sekolah1, rata-rata lama bersekolah2, angka melek huruf3, dan lainnya

sampai dengan sarana dan tenaga pendidikan. Telaah yang lebih luas ini diharapkan dapat memberi manfaat lebih jauh, khususnya dalam kaitan kepentingan perencanaan pembangunan di bidang pendidikan dan sumber daya manusia pada umumnya.

1 Dihitung berdasarkan populasi anak usia sekolah di satu wilayah dengan jumlah siswa yang terdaftar di sekolah formal. 2 Capaian secara rata-rata dalam tahun tingkat pendidikan yang diselesaikan.

3 Angka melek huruf di Indonesia dihitung berdasar usia penduduk di atas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis.

(28)

3 .1 Taraf Pendidikan dan Literasi

Taraf pendidikan penduduk diukur dengan berbagai pendekatan. Cara yang cukup sederhana adalah dengan mengukur melek huruf dan rata-rata lama tahun bersekolah penduduk. Cara yang lebih rinci adalah dengan melakukan disagregasi dan pengelompokan penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang diselesaikannya. Angka Melek Huruf memberikan gambaran umum kemampuan penduduk dalam membaca dan menulis. Angka rata-rata lama tahun bersekolah (mean years of schooling) memberikan gambaran umum secara agregat tingkat pendidikan yang diselesaikan dan tingkat keterampilan penduduk secara umum.

Perkembangan indikator pendidikan di Kabupaten Morotai sejak mekar dari Kabupaten Halmahera Utara terlihat cukup menggembirakan. Indikator Angka Melek Huruf meningkat

dari 93,10 persen pada tahun 2009 menjadi 95,45 persen pada tahun 2013. Peningkatan ini semakin memperkecil gap antara tingkat literasi Kabupaten Pulau Morotai dengan rata-rata Provinsi Maluku Utara. Dengan semakin kecil gap tingkat literasi ini maka Kabupaten Pulau Morotai diharapkan dapat mengejar ketertinggalannya pada beberapa tahun mendatang apabila mampu menjaga laju peningkatan indikator ini.

Kondisi yang baik ini juga dapat terlihat pada indikator Rata-Rata Lama Sekolah penduduk umur 15 tahun ke atas, pada tahun 2009 indikator ini hanya bernilai 6,02 tetapi pada tahun 2013 terjadi peningkatan yang cukup tinggi sehingga mencapai angka 7,41 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa pada saat dimekarkan dari Kabupaten Halmahera Utara pada tahun 2009, secara rata-rata penduduk Kabupaten Pulau Morotai hanya mencapai tingkat

GAMBAR 3 .2

Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Pulau Morotai dan Provinsi Maluku Utara, 2009-2013

GAMBAR 3 .1

Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Pulau Morotai dan Provinsi Maluku Utara, 2009-2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

93,10 93,89 93,91 94,08 95,45 92 93 94 95 96 97 98 92 93 94 95 96 97 98 2009 2010 2011 2012 2013

Maluku Utara Pulau Morotai

6,02 6,15 6,25 6,96 7,41 5 6 7 8 9 10 5 6 7 8 9 10 2009 2010 2011 2012 2013

(29)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 21

pada tahun 2013 secara rata-rata tingkat pendidikan penduduk meningkat mencapai SMP kelas pertama. Peningkatan yang cukup tinggi ini juga mengurangi gap tingkat pendidikan antara Kabupaten Pulau Morotai dengan rata-rata Provinsi Maluku Utara. Perkembangan tingkat pendidikan ini sudah selayaknya dijaga dengan menambahkan program-program pendidikan seperti beasiswa pendidikan dan bantuan untuk siswa dengan keluarga tidak mampu agar bisa terus bersekolah sampai dengan jenjang pendidikan yang tinggi.

Melihat pada perbandingan indikator pendidikan antar kabupaten/kota di Maluku Utara dapat diketahui bahwa meskipun peningkatan tingkat pendidikan di Kabupaten Pulau Morotai sudah cukup baik tetapi masih harus mengejar ketertinggalannya dari kabupaten/kota lainnya di Maluku Utara.

Secara umum, kemampuan untuk bisa membaca dan menulis di semua kabupaten/kota di Maluku Utara sudah cukup baik (lebih dari 90 persen). Persentase penduduk dengan tingkat melek huruf tertinggi pada tahun 2013 adalah Kota Ternate dengan nilai 99,56 persen dan tertinggi kedua adalah Kabupaten Halmahera Utara dengan nilai 97,91 persen. Sedangkan posisi Kabupaten Pulau Morotai berada di peringkat kedua terbawah dengan nilai 95,45 persen setelah Kabupaten Pulau Taliabu yang memiliki nilai 94,55 persen. Dilihat dari indikator rata-rata lama sekolah yang mencerminkan rata-rata tingkat pendidikan yang dicapai penduduk di suatu wilayah dan menunjukkan pentingnya pendidikan penduduk untuk sampai ke jenjang yang tinggi agar pembangunan bisa didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Rata-rata lama sekolah di Maluku Utara pada tahun 2013 tertinggi berada di Kota Ternate

GAMBAR 3 .4

Rata-Rata Lama Sekolah di Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

GAMBAR 3 .3

Angka Melek Huruf di Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

90 92 94 96 98 100 90 92 94 96 98 100 Pulau Taliabu Pulau Morotai Halmahera Selatan Halmahera Tengah Halmahera Timur Kepulauan Sula Halmahera Barat Tidore Kepulauan Halmahera Utara Ternate 0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 8 10 12 Pulau Morotai Pulau Taliabu Halmahera Selatan Halmahera Timur Halmahera Barat Halmahera Tengah Halmahera Utara Kepulauan Sula Tidore Kepulauan Ternate

(30)

dengan nilai 11,24 tahun. Sedangkan posisi Kabupaten Pulau Morotai pada indikator ini berada pada peringkat terendah di Maluku Utara dengan nilai 7,41 tahun, yang mencerminkan bahwa secara rata-rata penduduk Kabupaten Pulau Morotai menamatkan jenjang pendidikan SMP kelas pertama. Angka ini menunjukkan bahwa Kabupaten Pulau Morotai masih tertinggal dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Maluku Utara dalam hal jenjang pendidikan yang diselesaikan oleh penduduknya.

Pengelompokan penduduk menurut jenjang pendidikan yang ditamatkan di Kabupaten Pulau Morotai tahun 2013 menunjukkan gambaran yang kurang begitu menggembirakan, adalah ditunjukkan dengan masih tingginya persentase penduduk tidak memiliki ijazah sekolah dasar (tidak/belum bersekolah) yang mencapai 35,58 persen, sementara mereka yang berpendidikan SD sederajat sebesar 26,25 persen, SMP sederajat sebesar 16,96 persen, SMA sederajat sebesar 16,32 persen, dan pendidikan di atas D1 hanya sebesar 4,90 persen saja. Dari data ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Pulau Morotai masih kurang SDM yang berkualitas dengan pendidikan tinggi di dalam angkatan kerjanya. Melihat pada kondisi SDM saat ini, nampaknya apabila Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai berfokus dan mengunggulkan sektor pertanian dalam tema pembangunan daerahnya cukup tepat karena di sektor ini mampu menyerap banyak tenaga kerja dari segala jenjang pendidikan. Namun demikian, untuk lebih mendukung perkembangan sektor pertanian ke arah yang lebih maju dan modern, pelatihan dan penyuluhan akan sangat diperlukan sejalan dengan meningkatnya tantangan yang muncul seiring kemajuan

GAMBAR 3 .6

Partisipasi Sekolah di Kabupaten Pulau Morotai menurut Kelompok Usia, Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

GAMBAR 3 .5

Persentase penduduk 10+ menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

0 10 20 30 40 0 10 20 30 40 Tidak Punya

Ijazah SD SD/MI Umum/SMP Kejuruan/MTS SMA/MA/SMK D1+ 0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 7-12 13-15 16-18 19-24

(31)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 23

3 .2 Akses dan Pemerataan Pendidikan

Taraf pendidikan yang cukup baik memiliki akar langsung pada akses dan pemerataan pendidikan. Perbandingan dengan kabupaten induk, yaitu Kabupaten Halmahera Utara, menunjukkan bahwa akses dan pemerataan pendidikan di Kabupaten Pulau Morotai juga cukup baik. Gambaran taraf pendidikan rata-rata di Kabupaten Pulau Morotai tercerminkan dengan sangat baik pada gambaran umum pendidikan pada saat ini. Data tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar 97,96 persen penduduk usia sekolah dasar, 7-12 tahun, di Kabupaten Pulau Morotai sedang menempuh pendidikan. Angka ini menggambarkan persentase usia SD yang sedang belajar di SD dan sederajat. Angka partisipasi penduduk usia sekolah dasar ini sudah cukup baik karena hampir seluruh penduduk usia sekolah dasar di Kabupaten Pulau Morotai sedang bersekolah. Capaian ini harus dipertahankan karena angka partisipasi ini sudah lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Halmahera Utara yang sebesar 96,86 persen.

Persentase penduduk kelompok usia jenjang pendidikan di atasnya, yakni kelompok usia 13-15 tahun, usia sekolah SMP dan sederajatnya, di Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2013 mencapai 82,75 persen. Angka partisipasi ini merupakan yang terendah di Maluku Utara sehingga Kabupaten Pulau Morotai perlu untuk mengejar ketertinggalan ini. Pemerintah Daerah perlu untuk mendorong penduduk untuk melanjutkan sekolahnya dari SD sampai ke jenjang SMP melalui kebijakan pendidikan seperti beasiswa atau bantuan untuk siswa tidak mampu.

Persentase penduduk kelompok usia jenjang SMA dan sederajatnya, yakni kelompok usia 16-18 tahun, di Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2013 baru mencapai 56,38 persen atau terendah kedua setelah Kabupaten Halmahera Selatan. Kondisi ini hampir sama dengan tingkat partisipasi sekolah pada jenjang sebelumnya yang juga masih rendah. Pemerintah Daerah perlu untuk mengejar ketertinggalan ini agar dapat meningkatkan kualitas SDM di Kabupaten Pulau Morotai.

Persentase penduduk kelompok usia jenjang Diploma, Perguruan Tinggi dan sederajatnya, yakni kelompok usia 19-24 tahun, hanya sebesar 14,12 persen. Penduduk di kelompok usia pendidikan ini merupakan calon tenaga kerja yang terdidik dan terampil. Pada kelompok usia ini, angka partisipasi sekolah penduduk Kabupaten Pulau Morotai masih tertinggal dari kabupaten/kota lainnya, atau merupakan terendah kedua di Maluku Utara.

Merujuk pada angka-angka yang dipaparkan di atas, perhatian serius perlu diberikan dalam mendorong penduduk untuk bersekolah sampai di jenjang menengah dan lanjut, khususnya di jenjang SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Tingkat partisipasi sekolah yang mulai menurun signifikan di jenjang SMP sederajat, lebih lanjut menjadi lebih curam di jenjang SMA sederajat dan di jenjang Perguruan Tinggi. Kondisi ini disebabkan oleh keberadaan fasilitas pendidikan tingkat menengah dan lanjut di kabupaten yang biasanya hanya sampai tingkat kecamatan sehingga mengakibatkan akses ke fasilitas pendidikan sangat tergantung kepada keberadaan dan lokasinya terhadap lokasi keberadaan penduduk. Peningkatan akses transportasi dari dan menuju ke fasilitas pendidikan akan sangat membantu dalam mengatasi permasalahan ini

(32)

disamping membangun fasilitas pendidikan baru yang lebih dekat terhadap jangkauan penduduk.

Dorongan Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai terhadap penduduknya agar mau menempuh pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi dapat diberikan melalui kebijakan sekolah gratis, beasiswa, dan bantuan siswa kurang mampu hingga mencapai jenjang pendidikan menengah dan beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Peningkatan pendidikan SDM Kabupaten Pulau Morotai ini adalah merupakan suatu bentuk penanaman modal dari Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai yang akan dirasakan di masa yang akan datang.

(33)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 25

4

(34)

BA

B

Kesehatan merupakan faktor penting pembangunan manusia dan menjadi dasar bagi pembangunan bidang lainnya. Manusia yang sehat merupakan prasyarat untuk mewujudkan people centered development. Mengingat peran sangat penting kesehatan dalam pembangunan manusia serta dalam upaya mewujudkan people centered development, maka investasi sumber daya manusia melalui kesehatan harus dilakukan dengan pendekatan siklus hidup (lifecycle approach), yang dimulai sejak sebelum bayi itu lahir sampai dengan tumbuh menjadi calon generasi yang sehat.

Status kesehatan memberikan suatu kemampuan kepada seseorang untuk menjadi lebih produktif, dan dengan demikian mempunyai daya saing dalam pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak. Kesehatan yang rendah tidak akan memberikan sumbangan terhadap produktivitas dan daya saing sebagai pekerja. Jika peningkatan kualitas penduduk diabaikan, besar kemungkinan penduduk yang produktif menjadi tidak produktif, bahkan menjadi beban. Bahkan beban ini semakin besar, jika yang benar-benar produktif hanya sebagian kecil dari kelompok usia produktif. Jika kondisi ini dibiarkan terus berlanjut, maka akan berdampak pada kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi.

Indonesia telah menyusun Visi Indonesia 2030, yaitu akses pendidikan dan kesehatan yang merata untuk mewujudkan kualitas SDM yang produktif dan berdaya saing global. Di bidang kesehatan, Visinya adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang sadar untuk hidup sehat; serta Akses yang merata baik dari sisi pelayanan dasar maupun pembiayaan kesehatan. Misi yang diemban: 1) Membentuk masyarakat Indonesia yang sadar untuk hidup sehat-secara fisik dan mental, 2) Pemerataan akses kesehatan, meliputi ketersediaan infrastruktur, sistem pembiayaan dan pelayanan.

Pemerintah Indonesia telah meratifikasi tujuan pembangunan milenium yang dicanangkan oleh PBB. Pada aspek pembangunan kesehatan target yang dituju sangat spesifik dan terukur, yaitu mengurangi Angka Kematian Anak (mengurangi hingga dua-per-tiga tingkat kematian anak dibawah usia 5 tahun), meningkatkan kesehatan ibu (menurunkan 3/4-nya Angka Kematian lbu di Indonesia), serta mengurangi hingga setengahnya proporsi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar.

Berbagai indikator kinerja pembangunan kesehatan secara umum menunjukkan status kesehatan Indonesia membaik, yang ditandai dengan meningkatnya angka harapan

(35)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 27

Namun demikian, masih tersisa berbagai permasalahan dan tantangan. Berbagai indikator utamanya indikator terkait upaya mencapai berbagai target MDGs merupakan hal kritis yang memerlukan perhatian.

Dalam konteks Kabupaten Pulau Morotai, kompleksitas permasalahan kesehatan yang dihadapi hampir sama dengan yang dihadapi penduduk kabupaten/kota lainnya. Angka harapan hidup di Kabupaten Pulau Morotai masih lebih rendah jika dibandingkan dengan angka rata-rata Maluku Utara. Penolong proses kelahiran oleh tenaga kesehatan masih rendah. Penduduk yang memiliki keluhan kesehatan masih relatif tinggi. Masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan sebagai akibat dari keterbatasan fasilitas kesehatan, sumber daya manusia tenaga kesehatan baik dalam kuantitas maupun kualitas terutama untuk dokter, bidan desa dan perawat.

Selain itu akses terhadap pelayanan kesehatan (modern) juga masih tergolong rendah, terutama bagi masyarakat yang kurang mampu, dan atau yang tinggal di daerah tertinggal/terpencil/sulit dijangkau. Akses yang mereka perlukan tidak hanya dari segi keterjangkauan ke lokasi fasilitas kesehatan, tetapi juga dari segi dana dan pelayanan. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan menyangkut budaya/perilaku untuk hidup sehat, pemeliharaan kesehatan lingkungan juga masih kurang. Penanganan masalah kesehatan tidak dapat dilakukan secara sekaligus, terkait dengan segala keterbatasan yang ada baik menyangkut pendanaan dan sumberdaya yang tersedia. Dengan kondisi seperti itu, maka prioritas program dan kegiatan perlu dilakukan. Penanganan masalah kesehatan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Upaya peningkatan kesehatan bukan semata membangun fasilitas kesehatan, namun perlu diiringi dengan kualitas pelayanan kesehatan yang baik dan menjaga kesehatan lingkungan. Kualitas kesehatan yang baik tidak hanya ditunjang oleh ketersediaan pendanaan yang memadai, namun juga oleh ketersediaan sumber daya tenaga kesehatan yang berkualitas. Tidak sedikit fasilitas kesehatan dibangun, tapi tidak tersedia pelayanan kesehatan karena tidak ada tenaga kesehatan. Selain itu, kualitas pelayanan kesehatan dapat dilihat dari pengelolaan pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, dalam hal pemberian pelayanan di rumah sakit umum, perlu dikelola dengan baik sehingga tidak perlu memakan waktu menunggu yang terlalu lama.

Mengingat kesehatan sangat berperan dalam meningkatkan kualitas manusia, merupakan suatu keharusan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang masih terus melingkupinya. Bab ini membahas aspek kesehatan terkait dengan permasalahan dan isu strategis di Kabupaten Pulau Morotai, khususnya dalam konteks kontribusi kesehatan terhadap capaian pembangunan manusia. Meskipun IPM untuk kesehatan hanya diukur dari Angka Harapan Hidup, karena indikator kesehatan lain lebih sulit untuk diperoleh datanya, namun perlu membahas indikator status kesehatan lainnya dalam rangka meningkatkan Angka Harapan Hidup. Indikator yang akan dibahas berdasarkan data yang tersedia antara lain morbiditas1, penolong proses kelahiran,

1 Morbiditas didefinisikan sebagai adanya keluhan kesehatan yang mengganggu aktifitas sehari-hari. Susenas menanyakan 2 pertanyaan yaitu (i) adanya keluhan atau gangguan kesehatan, dan (ii) apakah keluhan tersebut mengganggu aktifitas sehari-hari.

(36)

fasilitas sanitasi, sampai dengan fasilitas dan tenaga kesehatan.

Status kesehatan penduduk diukur dengan berbagai cara, baik langsung maupun tidak langsung. Umumnya indikator untuk mencerminkan status kesehatan diperoleh secara tidak langsung menggunakan estimasi tertentu, mengingat data kematian sulit diperoleh. Indikator yang sering digunakan untuk mencerminkan status kesehatan adalah mortalitas, status gizi dan morbiditas. Sampai saat ini data untuk mengukur status kesehatan tersebut sulit diperoleh, karena sifat kejadian insidentil dan tersebar di masyarakat, sistem registrasi belum berjalan dengan baik, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelaporan setiap kejadian tersebut juga masih rendah.

Oleh karena itu, indikator yang digunakan untuk mencerminkan status kesehatan dalam pencapaian IPM adalah Angka Harapan Hidup. Angka ini mencerminkan rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang sejak lahir. Angka Harapan Hidup tinggi akan dicapai jika penduduk mempunyai derajat kesehatan yang baik.

Berdasarkan data indikator Angka Harapan Hidup Kabupaten Pulau Morotai, dari tahun 2009 sampai dengan 2013 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Angka Harapan Hidup tahun 2009 sebesar 64,91 tahun dan meningkat menjadi 66,07 tahun pada tahun 2013. Peningkatan indikator ini menunjukkan bahwa setiap tahun derajat kesehatan penduduk Kabupaten Pulau Morotai meningkat.

Selain perkembangan indikator Angka Harapan Hidup, juga perlu dilihat capaian Kabupaten Pulau Morotai dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Maluku Utara.

GAMBAR 4 .1

Angka Harapan Hidup Kabupaten Pulau Morotai dan Provinsi Maluku Utara Tahun 2009-2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

GAMBAR 4 .2

Angka Harapan Hidup di Maluku Utara menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

64,9 65,2 65,6 65,9 66,1 62 64 66 68 62 64 66 68 2009 2010 2011 2012 2013

Pulau Morotai Maluku Utara

66,1 60 65 70 75 60 65 70 75 Pulau Taliabu Halmahera Barat Tidore Kepulauan Kepulauan Sula Pulau Morotai Halmahera Timur Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Tengah Ternate

(37)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 29

menempatkan kabupaten ini di peringkat ke-6 di Maluku Utara. Nilai indikator Angka Harapan Hidup tertinggi berada di Kota Ternate dengan nilai 71,66 tahun sedangkan terendah di Kabupaten Pulau Taliabu dengan nilai 64,74 tahun.

Nilai ini menunjukkan bahwa status kesehatan penduduk di Kota Ternate memberikan sumbangan yang cukup tinggi dalam pencapaian IPM kota tersebut. Status Kota Ternate sebagai daerah perkotaan dan fasilitas serta akses terhadap pelayanan kesehatan umumnya lebih baik memberikan derajat kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Maluku Utara.

Indikator angka harapan hidup berhubungan erat dengan indikator Angka Kematian

Bayi. Tinggi rendahnya nilai indikator Angka Kematian Bayi dipengaruhi oleh indikator lainnya, yaitu status kesehatan reproduksi yang meliputi persalinan oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2013, di Kabupaten Pulau Morotai menunjukkan bahwa penolong persalinan terbesar adalah oleh dukun bersalin yang mencapai 61,38 persen. Sedangkan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan seperti bidan sebesar 32,66 persen dan dokter sebesar 2,08 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa dari segi penolong persalinan, akses penduduk kepada tenaga kesehatan masih kurang baik. Selain itu, kualitas tenaga kesehatan juga perlu ditingkatkan lagi untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan tenaga kesehatan dalam menolong persalinannya.

Status kesehatan penduduk Kabupaten Pulau Morotai dilihat dari persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan terdapat sebesar 16,58 persen, atau merupakan tertinggi ketiga di Maluku Utara setelah Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera

GAMBAR 4 .3

Persentase Penolong Persalinan Terakhir di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

GAMBAR 4 .4

Persentase Penduduk yang memiliki Keluhan Kesehatan di Maluku Utara menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

0 20 40 60 80 0 20 40 60 80 Dokter Famili/ Keluarga Bidan Dukun Bersalin 0 5 10 15 20 25 0 5 10 15 20 25 Tidore Kepulauan Halmahera Barat Halmahera Timur Ternate Halmahera Utara Kepulauan Sula Pulau Morotai Halmahera Selatan Halmahera Tengah

(38)

Selatan. Sedangkan wilayah dengan penduduk yang memiliki keluhan kesehatan terkecil adalah Kota Tidore Kepulauan yang hanya 10,16 persen.

Dilihat dari jumlah fasilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Pulau Morotai, saat ini sudah terdapat 3 rumah sakit, 6 puskesmas, 16 puskesmas pembantu, 2 poliklinik, dan 28 posyandu. Dengan jumlah ini maka pelayanan kesehatan di Kabupaten Pulau Morotai akan berjalan dengan baik, selain perlunya ditambah alat kesehatan yang modern dan memadai. Sedangkan dilihat dari jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2013, baru tersedia sebanyak 24 dokter yang terdiri dari 5 dokter spesialis, 17 dokter umum, dan 2 dokter gigi. Sedangkan jumlah bidan terdapat sebanyak 66 orang. Jumlah tenaga kesehatan lainnya seperti perawat sebanyak 55 orang, farmasi 2 orang, ahli gizi 8 orang dan kesehatan masyarakat 17 orang. Jumlah tenaga kesehatan ini masih perlu penambahan khususnya dokter dan bidan, karena akan melayani penduduk di 5 kecamatan dan 88 desa di Kabupaten Pulau Morotai.

Melihat pada kedua data yaitu fasilitas dan tenaga kesehatan di Kabupaten Pulau Morotai ini, maka strategi yang dapat diambil adalah dengan menambah jumlah tenaga kesehatan (khususnya dokter dan bidan) dan alat kesehatan di Kabupaten Pulau Morotai. Dengan meningkatkan jumlah bidan akan meningkatkan persentase penolong kelahiran oleh tenaga kesehatan sehingga akan menurunkan angka kematian bayi. Secara garis besar, dengan strategi ini akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik, lebih cepat dan lebih mudah dijangkau oleh penduduk

GAMBAR 4 .5

Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

GAMBAR 4 .6

Banyaknya Tenaga Kesehatan di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

0 20 40 60 80 0 20 40 60 80 Farmasi Gizi Kesmas Dokter Perawat Bidan 0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30 Poliklinik Rumah Sakit Puskesmas Pustu Posyandu

(39)

Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013 31

Kondisi kesehatan penduduk Kabupaten Pulau Morotai berhubungan erat dengan kondisi sanitasi di lingkungan perumahan tempat tinggal mereka. Berdasarkan data yang dihimpun BPS pada tahun 2013, tercatat bahwa masih ada sebesar 34,64 persen penduduk yang belum memiliki fasilitas tempat buang air besar. Hal ini perlu mendapatkan perhatian oleh Pemerintah Daerah karena sangat pentingnya sarana ini untuk menjaga kebersihan lingkungan serta meningkatkan kualitas kesehatan penduduk.

GAMBAR 4 .7

Persentase Rumah Tangga menurut Fasilitas Buang Air Besar Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai

0 10 20 30 40 50 0 10 20 30 40 50 Bersama Umum Tidak ada Sendiri

(40)

5

Gambar

Tabel Lampiran 1
Tabel Lampiran 3
Tabel Lampiran 6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat temuan hasil investigasi penelitian yang memuat beberapa faktor tandingan (rival explanations) yang juga menjadi penyebab masalah kurang saji

Delta plain merupakan baigan daratan dari delta dan terdiri atas endapan sungai yang lebih dominan daripada endapan laut dan membentuk suatu daratan

pendidik dan orang tua dapat menciptakan karakter jujur pada diri anak. sifat kedua yang dimiliki oleh seorang Rasul

Untuk soal nomor 18 sampai dengan 30, pilihlah pasangan kata yang paling tepat untuk mengisi titik- titik (...) pada bagian tengah kalimat, agar antarbagian kalimat tersebut

Setelah mendeskripsikan bentuk, makna, dan fungsi reduplikasi dalam bahasa Inggris dan bahasa Saluan, serta mengadakan analisis kontrastif kedua bahasa tersebut, maka

Hasil perhitungan level sinyal penginterferensi yang diperbolehkan serta jarak proteksi antara kedua sistem diberikan pada Tabel 4, untuk daya pemancar BTS WSD sebesar 58

Subjek penelitian ini terdiri dari Kepala beserta staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro dan masyarakat yang diambil dengan metode Snowball Sampling. Teknik

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Lamajan terletak di Pangalengan Kabupaten Bandung Jawa Barat, dibangun pada masa Penjajahan Belanda yaitu pada tahun 1924, dan