• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

Tinjauan Pustaka

Tanaman hortikultura (tanaman buah-buahan, sayur-sayuran, bunga-bungaan dan obat-obatan) mendapat perhatian besar dari pemerintah. Terbukti tanaman hortikultura dimasukkan ke dalam subsektor tanaman pangan, sehingga sekarang ini ada subsektor tanaman pangan dan hortikultura. Tanaman hortikultura mendapat perhatian besar karena telah membukt ikan dirinya sebagai komoditi yang dapat dipakai sebagai sumber pertumbuhan baru di sektor pertanian (Soekartawi, 1996).

Bunga adalah bagian dari tumbuhan berbiji yang berfungsi sebagai alat reproduksi yang mempunyai empat bagian utama, yaitu sepal (daun kelopak), petal (daun mahkota), pistil (putik), dan stamen (benang sari). Bunga potong adalah bunga yang dimanfaatkan sebagai bahan rangkaian bunga untuk berbagai keperluan dalam daur hidup manusia. Mulai dari kelahiran, perkawinan, dan kematian (Widyawan, dan Prahastuti, 1994).

Tanaman bunga yang dapat menghasilkan bunga potong bernilai ekonomis dalam dunia perdagangan harus memenuhi 5 persyaratan yaitu;

1. Warnanya indah, mulus, bersih, dan tidak bernoda, serta bau wanginya tidak menyengat.

2. Bunga dapat bertahan lama setelah dipotong. 3. Tangkai cukup panjang dan kuat.

(2)

5. Bunga dihasilkan oleh tanaman yang subur dan mudah berbunga tanpa mengenal musim.

Oleh karena dalam bisnis bunga potong dikenal ada dua kelompok usahawan, yaitu produsen dan distributor, maka 5 persyaratan di atas perlu dipahami dan ditekuni. Hal ini merupakan faktor penentu suksesnya usaha para distributor dan produsen (Rismunandar, 1995).

Bunga potong dapat diklasifikasikan dalam empat golongan besar, yaitu; 1. Jenis bermusiman, dari famili: compositae, schrophulariaceae,

oenotheraceae, cruciferae, ranunculaceae, caryophyllaceae, malvaceae, papaveraceae, polemoniaceae, resedaceae.

2. Jenis berumur panjang, dari famili: compositae, palemoniaceae, rosaceae. 3. Jenis berumbi, dari famili: amarillidaceae, irridaceae, compositae, liliaceae. 4. Jenis anggrek (Orchidaceae)

Jenis bunga potong famili Compositae, misalnya: bunga aster, krisan, dahlia, garbera, dll. Jenis bunga potong famili rosaceae adalah bunga mawar. Jenis bunga potong famili caryophylliaceae adalah anyelir. Jenis bunga potong famili liliaceae adalah lili dan asparagus. Jenis bunga potong famili amarillidaceae adalah narsis dan sedap malam. Jenis bunga potong famili

irridaceae adalah gladiol. Jenis bunga potong famili araceae adalah anthurium adalah anthurium. Jenis bunga potong famili orchidaceae adalah tanaman anggrek (Rismunandar, 1995).

Bunga potong seringkali hadir dalam berbagai kegiatan. Jenis bunganya pun beragam, sesuai tema acara. Bukan hanya jenis bunga, warna bunganya pun ikut berperan dalam menentukan jenis kegiatan. Untuk perayaan valentine

(3)

misalnya, dicari warna bunga pink atau bisa juga merah. Sedangkan perayaan imlek, warna bunga merah amat menonjol. Pada pesta pernikahan, muncul warna-warni bunga, seperti putih, merah, ungu, atau kuning. Untuk peristiwa kematian, butuh bunga ungu dan putih. Pesta ulang tahun atau peresmian kantor, serah terima jabatan, ataupun launching produk baru biasanya menggunakan bunga warna putih, merah, dan kuning (Risna, 2007).

Salah satu bunga yang sering digunakan untuk berbagai acara itu adalah bunga aster. Bunga ini punya keunggulan, karena bisa hadir hampir di setiap kegiatan atau acara. Mungkin bunga ini punya warna bermacam warna, bergantung jenisnya. Ragam warna bunga aster itu juga didukung oleh usaha mengintroduksi berbagai varietas dari Eropa dan Amerika. Mari kita simak jenis aster dengan warna bunganya:- Aster chinensis tipe Princes, warna bunga merah muda, biru muda, biru tua, kuning muda, dan putih.- Aster chinensis tipe Amerika, warna bunga biru, merah lembayung, merah muda, merah, dan putih.- Aster chinensis tipe Liliput, warna bunga putih, merah muda, merah tua, dan biru.- Aster chinensis tipe Giant Cornet, warna bunga merah muda, merah tua, dn putih- Aster novae-angliae, warna bunga violet muda.- Aster incisus, warna bunga

violet dan kebiruan mirip krisan

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum. Klasifikasi botani tanaman hias krisan adalah sebagai berikut:

(4)

Divisi : Spermathophyta Famili : Asteraceae

Genus : Chrysanthemum

Species : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll

Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari bahasa latin “Gladius” yang berarti pedang kecil, seperti bentuk daunnya. Tiga varietas diantaranya memiliki penampilan yang paling indah, (warna dan bentuknya berbeda dengan gladiol lama), yaitu: White godness (putih), Tradehorn (merah jingga), dan Priscilla (putih).

Klasifikasi tanaman gladiol adalah sebagai berikut:

• Divisi : Tracheophyta • Subdivisi : Pteropsida • Klas : Angiospermae • Subklas : Monocotyledoneae • Ordo : Iridales • Famili : Iridaceae • Genus : Gladiolus

• Spesies : Gladiolus hybridus

(5)

Jenis dan jumlah produksi bunga potong yang paling banyak diusahakan di Sumatera Utara dan Kabupaten Karo, dapat dilihat pada Tabel 2. Produksi bunga potong di kabupaten Karo sebanyak 5.063.024 tangkai sedangkan Sumatera Utara sebanyak 6.063.487 tangkai. Hal ini menunjukkan bahwa produksi bunga potong 83,5% berasal dari kabupaten Karo.

Tabel 3. Jenis Bunga Potong yang Diusahakan di Sumatera Utara dan Kabupaten Karo

No. Jenis Bunga Potong Karo (Tangkai) Sumatera Utara (Tangkai) 1. Aster 2028892 2028892 2. Krisan 1379250 1443416 3. Gladiol 739075 877159 4. Sedap malam 876250 895110 5. Kenanga - 39467 6. Lidah buaya 12600 12600 7. Aggrek 26957 468323 8. Anthurium/Kuping Gajah - 36990 9. Anyelir - 2221 10. Gerbera/Hebras - 8271 11. Mawar - 145548 12. Heliconia/Pisang-pisangan - 75051 13. Melati - 17973 14. Palem - 12466 Total 5063024 6063487

Sumber: Dinas Pertanian Tingkat I Provinsi Sumatera Utara 2009

Image akan bunga potong akan meningkat dimasyarakat dilihat dari meningkatnya konsumsi akan bunga potong dan beragamnya konsumen merupakan tanda-tanda prospek yang positif bisnis bunga potong dimasa mendatang. Sehingga keragaman bunga yang diperdagangkan juga meningkat sesuai dengan jenis bunga yang diminati konsumen. Oleh karena itu akan segera muncul pengusaha-pengusaha baru, pedagang bunga potong yang baru yang muncul bersamaan dengan perkembangan bisnis bunga potong tersebut (Soekartawi, 1996).

(6)

Aspek pemasaran merupakan aspek yang biasanya paling penting dalam agribisnis. Pemasaran pada dasarnya dapat diartikan sebagai transaksi jual-beli. Artinya pemilik barang menjual barang kepada pembeli pada tingkatan harga yang disepakati. Tetapi karena penjual kadang-kadang sulit untuk mencari pembeli dan sebaliknya, pembeli sulit mencari penjual, maka muncullah lembaga pemasaran. Munculah tengkulak, pedagang perantara, pedagang pengumpul, dan sebagainya. Umumnya aktivitas lembaga pemasaran melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Melakukan pembelian

2. Mengangkut barang yang dibeli 3. Memproses pengolahan

4. Melakukan grading (sortasi kualitas) 5. Melakukan pengemasan dan pengepakan 6. Melakukan penjualan, (Soekartawi, 1996).

Tingginya tingkat pendapatan masyarakat pada era industrialisasi dan globalisasi sekarang ini, maka telah menyebabkan terjadinya perubahan dalam kehidupan masyarakat, baik di segi pendapatan, selera maupun persepsi tentang bunga. Begitu pula dengan majunya kota-kota besar seperti Medan, Bandung, Semarang, dan lain-lain, menuju kota industri menjadikan tingkat pendapatan per kapita masyarakat terus meningkat, sehingga variasi kebutuhan juga meningkat dan salah satu permintaan terhadap bunga juga meningkat. Dengan demikian pengusaha dan pedagang bunga pun bersaing untuk menarik konsumen. Dalam banyak kenyataan persaingan yang dilakukan oleh pedagang lokal semakin ketat. Peran pasar sangat penting dan tidak boleh dikesampingkan karena antara

(7)

peningkatan poduksi disatu pihak dan pemasaran dilain pihak merupakan dua komponen yang saling berinteraksi, (Soekartawi, 1996).

Citra wanita dalam aspek sosial disederhanakan dalam dua peran, yaitu peran wanita dalam keluarga dan peran wanita dalam masyarakat. Peran wanita dalam keluarga apakah sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai pengurus rumah tangga, dimana memiliki tugas sebagai pendamping suami, membesarkan anak, mendidik dan mengurus rumah tangga seperti: menyapu, memasak dan lain-lain. Peran wanita dalam masyarakat yaitu dihubungkan dengan kegiatan sosial sesuai dengan yang ada dimasyarakat, terdiri dari selamatan, kegiatan gotong-royong, arisan dan lain-lain. Peran ialah bagian yang dimainkan seseorang pada setiap keadaan dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan (Sugihastuti, 2000).

Pada kenyataanya tidak sedikit wanita yang mempunyai peranan dalam pekerjaan mencari nafkah seperti bidang pertanian, perdagangan kecil, industri kecil dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa norma dalam lingkungan masyarakat telah mengalami perubahan. Dari perubahan ini terdapat dua pola peranan wanita antara lain:

1. Pola peranan dimana peranan wanita seluruhnya dalam pekerjaan rumah tangga

2. Pola peranan dimana wanita mempunyai dua peranan yaitu peranan dalam pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan mencari nafkah.(Hutajulu,2004).

Pekerjaan wanita sebagai anggota keluarga, seperti terlihat dari berbagai kesibukan domestiknya, tidak mempunyai nilai pasar dan nilai tukar uang, meskipun pekerjaan itu berguna. Pekerjaan yang dilakukan dalam rumah tangga

(8)

dianggap sebagai pekerjaan yang tidak penting. Kenyataan ini kemudian menjadi semacam lingkaran setan, pekerjaan wanita dalam rumah tangga dianggap sebagai pekerjaan yang kurang berharga dibanding pekerjaan pria. Ada wanita yang menerima peran domestiknya itu seadanya, namun ada pula yang tidak sepenuhnya rela menerimanya. Citra wanita dalam keluarga seperti ini relatif dinamis, berbagai macam citra wanita dalam keluarga tergambarkan

(Sugihastuti, 2000).

Motivasi kerja wanita sangat sederhana hanya ingin mempertahankan kelangsungan hidup (survival), uang yang mereka peroleh habis untuk biaya hidup keluarga atau mungkin untuk kerabat mereka, sehingga motivasi kerja responden adalah untuk menghidupi keluarga. Rata-rata mereka menganggap kegiatan usaha ini sebagai pekerjaan utama/pokok mereka yang tetap yaitu dalam arti pekerjaan utama untuk mendapat penghasilan (Ihromi, 1995).

Landasan Teori

Wanita sesungguhnya merupakan sumber daya ekonomi yang tak kalah pentingnya dengan pria. Keberadaan wanita dalam rumah tangga bukan sebagai pelengkap fungsi reproduksi saja, namun lebih dari itu wanita terbukti memberikan sumbangan yang besar bagi kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga masyarakat, (Hutajulu,2004).

Wanita sering kali menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Semakin meningkatnya beban kerja dan menurunnya pendapatan yang berdampak pada kesehatan, pendidikan dan kekerasan. Sebagai pengelola rumah tangga menurunnya pendapatan seringkali mendesak wanita mencari alternatif

(9)

penghasilan ataupun dengan cerdik mencari jalan agar setiap anggota keluarga tetap mendapat makan sesuai dengan pendapatan (Ihromi, 1990).

Salah satu daya tarik yang mendorong wanita untuk terjun ke dunia perdagangan adalah kesempatan mereka untuk selalu memegang uang. Mereka akan merasa tenang jika sewaktu-waktu ada keperluan keuangan yang mendadak. Keterlibatan wanita dipasar akan memperbesar sumbangannya terhadap ekonomi rumah tangga (Abdullah, 1997).

Sumbangan pendapatan dari kerja rumahan tidak boleh diremehkan, mengingat rata-rata 45% pendapatan rumah tangga, adalah upah kerja perempuan buruh rumahan. Pendapatan tertinggi sebagai pekerja perempuan mencapai 90% pendapatan rumah tangga. Hal ini menunjukkan keabsahan pandangan dan label bahwa istri adalah membantu suami mencari nafkah. Gejala wanita yang bekerja tidak hanya terdapat pada golongan yang berpenghasilan rendah atau menengah, akan tetapi juga terdapat pada golongan yang berpenghasilan tinggi

(Ihromi, 1990).

Kebebasan ekonomi seorang wanita itu bukanlah fungsi dari ia berdagang, tetapi karena ia mendapat suatu penghasilan yang teratur dan dapat diandalkan dengan kegiatannya, di rumah tangga miskin penghasilan seorang wanita dari usaha dagang yang memberinya kesempatan untuk memegang peranan penting dalam ekonomi rumah tangga, sedangkan pada rumah tangga yang kaya, penghasilan seorang wanita memberinya dasar material untuk kekuasaan sosialnya (Khairuddin, 1997).

Wanita yang bekerja pada sektor informal seperti berdagang mempunyai karakteristik khusus yaitu modal kecil. Pada aktivitas ini terdapat beberapa strata

(10)

perdagangan. Strata paling atas adalah pedagang besar yang membeli barang dalam jumlah besar yang langsung dari produsen. Kemudian dikenal pedagang perantara yang membeli komoditi dari pedagang besar dan menjualnya pada pedagang kecil. Para pedagang kecil ini berjualan dengan modal kecil, komoditi yang diperdagangkan biasanya bahan pangan yang setiap hari perlu dan dijual habis. Para wanita biasanya ada pada strata terbawah hierarki tersebut, yaitu pedagang dengan modal kecil (Ihromi,1995).

Di pasar ada kecenderungan bahwa pedagang dari komoditas sejenis memilih untuk berlokasi secara berkonsentrasi/berdekatan. Berkumpulnya banyak penjual barang sejenis pada lokasi yang sama dapat menyebabkan pembeli memiliki kesempatan untuk membandingkan harga diantara para penjual yang menawarkan harga terendah yang dapat diperoleh konsumen, serta menciptakan pasar persaingan sempurna (Tarigan, 2004).

Pemasaran secara tradisional merupakan aktivitas usaha yang menunjukkan secara langsung aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Struktur pasar didasarkan pada indikator jumlah penjual, struktur biaya produksi, jumlah pembeli, dan kondisi permintaan (Sudiyo, 2004).

Studi tentang lokasi adalah melihat kedekatan (jauhnya) suatu kegiatan dengan kegiatan lain dan apa dampaknya, serta hubungan atau pengaruh terhadap keberadaan berbagai macam usaha lain. Semakin jauh jarak yang ditempuh, makin menurun minat orang untuk bepergian dengan asumsi faktor lain semuanya sama. Hal ini menunjukkan ada pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya (Tarigan, 2004).

(11)

Keragaman produk pengecer harus sesuai dengan harapan pelanggan yang dibidik. Pengecer harus menetapkan lebar (keragaman produk) dan dalam (kelengkapan) dari keragaman produk. Elemen keragaman produk yang lain adalah mutu barang, pelanggan tertarik tidak hanya pada jenis pilihan melainkan juga mutu produk yang dijual selalu ada pesaingnya, untuk itu pengecer harus mencari strategi lain untuk membedakan produk, misalnya menawarkan produk yang tidak dimiliki oleh pedagang lain (Kotler and Amstrong, 1996).

Karakteristik sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan wanita pedagang bunga potong adalah :

1. Umur

Semakin muda umur pedagang bunga potong, maka akan semakin semangat untuk mengetahui hal-hal baru dalam usaha memasarkan bunga potong.

2. Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan hal penting dalam menjalankan usaha. Makin tinggi pendidikan pedagang maka akan lebih mudah mengerti tentang berbagai inovasi yang muncul untuk meningkatkan pendapatan.

3. Lama berdagang

Makin lama seseorang menjalan usaha dagang, maka akan lebih berpengalaman dalam teknik-teknik dalam berdagang yang kemudian akan dapat meningkatkan pendapatan.

(12)

4. Modal usaha

Modal merupakan hal yang tak boleh lepas dai kegiatan usaha. Makin besar modal yang dimiliki, maka akan memiliki kesempatan untuk membeli barang yang akan dijual, yang kemudian akan dapat meningkatkan pendapatan.

5. Lokasi

Lokasi yang strategis akan memudahkan atau menarik perhatian para konsumen. Dengan demikian lokasi usaha sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan.

6. Jumlah tanggungan

Makin banyak jumlah tanggungan dala keluarga maka akan mengakibatkan pendapatan keluarga akan berkurang disebabkan karena kebutuhan yang akan semakin meningkat.

Kerangka Pemikiran

Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi merupakan fenomena penting dalam era modernisasi globalisasi. Masuknya perempuan ke pasar kerja memberikan gambaran terjadinya pergeseran pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Pembagian kerja dalam sistem patriarkhi yang selama ini terjadi di banyak komunitas dunia telah mengalami pergeseran. Saat ini batas sektor publik dan domestik sebagai pembatas antara wilayah laki-laki dan perempuan menjadi kabur. Hal ini tidak hanya terjadi pada kelas sosial tertentu saja namun pada semua lapisan sosial masyarakat (Soekartawati, 1996).

(13)

Kegiatan ekonomi atau mencari nafkah yang dilakukan oleh kaum wanita biasanya didukung oleh suami. Bentuk dukungan suami terhadap pekerjaan isterinya dapat dilihat dari kebebasan waktu yang diberikan suami untuk bekerja, membantu pekerjaan domestiknya, adanya bantuan yang diberikan suami pada isterinya baik dalam bentuk material dan moril.

Walaupun kaum perempuan banyak terlibat dalam berbagai kegiatan ekonomi, mereka cenderung menekuni usaha yang sangat kecil atau sambilan sebagai bagian dari strategi kelangsungan hidup keluarga (Ihromi,1990).

Usaha yang paling banyak ditekuni oleh kaum wanita adalah dunia perdagangan, baik itu perdagangan skala besar maupun skala kecil. Pedagang bunga potong merupakan pedagang skala usaha kecil. Usaha dagang yang dikelola oleh pedagang sangat diharapkan dapat memberikan output berupa uang.

Variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan wanita pada usaha dagang bunga potong, ada 2 karakteristik yaitu: karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi pedagang. Karakteristik sosial meliputi umur, tingkat pendidikan, serta lama berdagang. Umur berpengaruh karena pada usia produktif pedagang memiliki kekuatan sebab umurnya masih muda serta motivasi yang tinggi untuk berusaha. Tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki wawasan dan pola pikir yang lebih baik dalam mengelola usaha dagangnya. Lama berdagang adalah semakin lama wanita pedagang berusaha maka semakin banyak pelanggannya dan semakin pintar untuk menarik konsumen.

Karakteristik ekonomi yang mempengaruhi pendapatan wanita pada usaha dagang bunga potong adalah antara lain besarnya modal, lokasi, jumlah tanggungan. Modal usaha merupakan syarat penting dalam usaha maka besar

(14)

modal akan mempengaruhi pendapatan pedagang dimana dengan modal yang cukup besar dapat membeli bunga-bunga serta biaya lain yang diperlukan untuk usaha. Lokasi pedagang adalah letak usaha yang strategis untuk bunga potong. Apabila suatu lokasi mudah dilalui oleh konsumen maka semakin strategis suatu tempat dan peluang bunga potong yang terjual akan semakin besar. Dengan kata lain semakin banyak produk yang terjual maka akan mempengaruhi pendapatan pedagang.

Pendapatan keluarga dapat berasal dari tiga sumber yaitu pendapatan suami, pendapatan isteri serta pendapatan anak jika anaknya telah bekerja atau telah dapat menghasilkan uang. Pendapatan suami adalah pendapatan yang diperoleh dari bekerja atau mencari nafkah.

Sedangkan pendapatan isteri adalah pendapatan wanita dalam berusaha dagang bunga potong. Pendapatan dari semua anggota keluarga dikumpulkan menjadi total pendapatan keluarga yang dapat digunakan untuk kebutuhan keluarga. Setelah diketahui seberapa besar jumlah pendapatan wanita pedagang dari usaha dagang bunga potong, maka dapat pula dihitung seberapa besar kontribusinya terhadap total pendapatan keluarga. Untuk lebih jelasnya uraian diatas dapat dilihat skema kerangka pemikiran wanita pedagang bunga potong dibawahini:

(15)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Karakteristik Sosial Ekomomi terhadap Pendapatan Wanita Pedagang Bunga Potong.

Bunga Potong Penerimaan Pendapatan Bersih Karakteristik sosial: - Umur - Tingkat pendidikan - Pengalaman berdagang Karakteristik ekonomi: - Modal Usaha - Lokasi - jumlah tanggungan

Gambar

Tabel 3.  Jenis Bunga Potong yang Diusahakan di Sumatera Utara dan  Kabupaten Karo
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Karakteristik  Sosial  Ekomomi terhadap  Pendapatan Wanita Pedagang Bunga Potong

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi kognitif lansia di Desa Rapa Laok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang sebagian besar (63.3%) dengan kategori

Pada penelitian Rinaldi (2015) telah ditemu- kan, dibakukan dan diterapkan sejumlah daftar tutur kata bahasa Indonesia sebagai uji kejelasan pengucapan pada oklusi klas I

NoPol untuk menyimpan nomor polisi yang telah diterima server lalu dikirim ke firebase. Get NoPol sebagaimana gambar 16. Gambar 16 Get NoPol.. Set String arduino IDE

“ penghasilan yayasan dan badan hukum nirlaba lainnya yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di wilayah hukum Republik Indonesia dan mempunyai

Komposisi yang dianggap baik dalam pembuatan Gorong-gorong pada umumnya adalah 1 bagian semen dicampur dengan 4 bahan pembuat (1:4:1) sehingga dalam aktifitas ini saya coba

Data sekunder yang akan digunakan adalah literatur berupa buku-buku, jurnal, koran, serta literatur yang membahas tentang adanya tes keperawanan bagi calon istri

Kumpulan puisi Melihat Api Bekerja menceritakan tentang kemarahan, rasa memiliki, kesengsaraan fisik, hubungan anak terhadap orang tuanya, dan cinta. Hubungan cinta

Stilbestrol yang diberikan setelah senggama untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dikenal dengan instilah ”morning-after pill.” Kuchara (1971) melaporkan tidak