1 A. Latar Belakang
Pelaksanaan fungsi-fungsi perbankan sebenarnya telah ada dan menjadi tradisi sejak zaman Rasulullah seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam meminjam uang dan bahkan melaksanakan fungsi pengiriman uang.Namun pada saat itu fungsi-fungsi perbankan masih secara sederhana dan perorangan
sesuai kebutuhan masyarakat, sehingga belum terlembaga secara
sistematis.Bank dengan konsep syariah, secara kelembagaan pertama kali didirikan pada tahun 1963 di Mesir, dengan namaMitGhamr Bank. Lembaga keuangan tersebut sangat sukses baik dalam penghimpunan modal dari masyarakat berupa tabungan, uang titipan dan zakat,shadaqah dan infak
maupun dalam memberikan modal kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah, terutama dibidang perdagangan dan industri.
Perkembangan perbankan syariah memasuki fase yang baru pada tahun 1974. Negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konfrensi Islam bersepakat mendirikan sebuah institusi keuangan yang menyediakan jasa
finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara anggota OKI. Maka didirikanlah Islamic Development Bank (IDB), setelah IDB beroperasi berbagai bank syariah tumbuh dan berkembang diberbagai negara termasuk di Indonesia.
Perjalanan perbankan syariah di Indonesia dimulai dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 dengan dasar UU No. 7 tahun 1992. Pada dasarnya, istilah banksyariah hanya digunakan di Indonesia sedangkan di negara-negara lainumumnya menggunakan istilah Bank Islam (Islamic Bank). Bank syariahadalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan hukum islamantara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaankegiatan usaha dan kegiatan lain yang dinyatakan sesuai syariah.
Secara perlahan bank syariah mampu memenuhi kebutuhan
masyarakatyang Menghendaki layanan jasa perbankan sesuai dengan prinsip syariah, khususnya yang berkaitan dengan pelarangan praktik riba, kegiatan yang bersifat spekulatif yang non produktif dan pelanggaran prinsip keadilan dalambertransaksi serta keharusan penyaluran pembiayaan dan investasi pada kegiatan usaha yang etis dan halal secara syariah.
Pertumbuhan dan perkembangan lembaga perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, yaitu dengan maraknya penerapan sistem syariah, baik itu lembaga keuangan perbankan, asuransi, investasi maupun lainnya. Hal ini bisa dilihat dari banyak lahirnya bank baru maupun bisnis baru yang menggunakan prinsip syariah. Dibanding dengan sistem perbankan konvensional, maka sistem perbankan syariah telah membuktikan dirinya sebagai suatu sistem yang tangguh yang mampu melalui masa krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998 dan krisis ekonomi global tahun 2008, dimana lembaga-lembaga
keuangan syariah di Indonesia tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di bank-bank syariah. Dengan demikian perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolok ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah.
Langkah strategis yang telah diupayakan pemerintah berkaitan dengan pesatnya perbankan syariah adalah diterbitkannya 2 (dua) buah undang-undang perbankan syariah yaitu: Undang-Undang Surat Berharga Syariah Nasional (SBSN) tahun 2008 dan Undang-Undang Perbankan Syariah tahun 2008. Dengan undang-undang yang baru ini, diharapkan dapat mengambil peran dalam perkembangan ekonomi dan keuangan syariah sekaligus menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah internasional (International Economic and Finance Hub) yang penting di asia.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia, perkembangan perbankan syariah selama satu tahun terakhir sampai dengan bulan Oktober 2012 (year on year) menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Perbankan syariah mampu tumbuh sebesar ± 37%, sehingga total asetnya menjadi Rp. 174,09 triliun. Pembiayaan dari perbankan syariah juga telah mencapai Rp. 135,58triliun (tumbuh sebesar 40,06%) dan penghimpunan dana menjadi Rp. 134,45 triliun (tumbuh sebesar 32,06%), jelas hal ini menunjukkan sebuah pencapaian keberhasilan bagi industri perbankan syariah.
Aktivitas pembiayaan diantaranya disalurkan melalui pembiayaan yang menggunakan prinsip bagi hasil (profit sharing) yang merupakan karakteristik
umum dan landasan dasar bagi operasional bank syariah secara keseluruhan.Secara syariah, ini berdasarkan pada kaidah musyarakah dan
mudharabah.Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi konstribusi dana. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung pemilik dana.
Selain musyarakah dan mudharabah salah satu produk pembiayaan bank syariahadalah Ijarah.Dalam perbankan syariah leasing (sewa - beli) disebut sebagai ijarah. Secara harfiah ijarah berarti memberikan sesuatu dengan sewa, dan secara teknis ia menyangkut penggunaan properti milik orang lainberdasarkan ongkos sewa yang diminta. Konsekwensinya, suatu ijarah
didasarkan pada perjanjian antara orang yang menyewakan dan penyewa atas penggunaan aset tertentu. Orang yang menyewakan tetap sebagai pemilik aset dan penyewa menguasai serta menggunakan aset tersebut dengan membayar uang sewa tertentu untuk suatu periode waktu tertentu .
Pembiayaan musyarakah, mudharabah, dan ijarahdalam jumlah besar dapat membawa hasil yang menguntungkan bagi pihak bank, jika penyaluran pembiayaan tersebut dalam pengembaliannya berjalan dengan lancar. Besarnya laba atau profit tentu berhubungan dengan besarnya pembiayaan
yang disalurkan serta menunjukkan tingkat keberhasilan bank syariah dalam melakukan kegiatan usahanya.
Pembiayaan menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas resiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya.Sehingga dapat menimbulkan pembiayaan bermasalah yang artinya pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali nasabah peminjam. Apabila porsi pembiayaan bermasalah membesar maka hal tersebut pada akhirnya berpengaruh pula pada kemungkinan terjadinya penurunan besarnya keuntungan atau pendapatan yang diperoleh bank (Siamat, 2009).
Salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat profitabilitasnya.Hal ini terkait sejauh mana bank menjalankan usahanya secara efisien.Efisiensi diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba.Semakin tinggi profitabilitas suatu bank, maka semakin baik pula kinerja bank tersebut.
Alat analisis yang sering digunakan untuk analisis profitabilitas adalah dengan menggunakan rasio keuangan Return On Asset (ROA). Return on Asset merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asetnya.
Hasil penelitian Puspa Pesona Putri Maya (2009) yang melakukan penelitian tentang Analisis Pembiayaan Mudharabah,Musyarakah, dan
Murabahah Hubungannya Dengan Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2003-2007. Dari hasil penelitiannya bahwa Profitabilitas bank umum syariah pada periode 2003-2007 tidak hanya ditentukan oleh pembiayaan akan tetapi terdapat produk lain yang memberikan konstribusi profit.
Yesi Oktriani (2012) yang melakukan penelitian tentang Pengaruh PembiayaanMusyarakah, Mudharabah dan Murabahah terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk menunjukan bahwa Pembiayaan
Musyarakah, Mudharabah, Murabahah dan Profitabilitas setiap tahunnya berfluktuatif mengalami kenaikan dan penurunan, Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah dan Murabahah terhadap Profitabilitas secara simultan berpengaruh signifikan.
Dilihat dari peran penting pembiayaan yang mendominasi pendapatan bank syariah maka penulis akan melakukan penelitian lanjutan dengan menganalisis Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah dan Ijarahterhadap Profitabilitaspada Perbankan Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia (BI).
Untuk itu penulis mengambil judul :“ANALISIS PEMBIAYAAN
MUSYARAKAH, MUDHARABAH DAN IJARAH TERHADAP
PROFITABILITAS PADA PERBANKAN SYARIAH YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA (BI) “.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah Pembiayaan Musyarakah berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Syariah yang diukur dengan Return On Assets (ROA) ?
2. Apakah Pembiayaan Mudharabah berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Syariah yang diukur dengan Return On Assets (ROA) ?
3. Apakah Pembiayaan Ijarah berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Syariah yang diukur dengan Return On Assets (ROA) ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis Pengaruh Pembiayaan Musyarakah terhadap
Profitabilitas Bank Syariah yang diukur dengan Return On Assets (ROA).
2. Untuk menganalisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap
Profitabilitas Bank Syariah yang diukur denganReturn On Assets (ROA). 3. Untuk menganalisis Pengaruh Pembiayaan Ijarah terhadap Profitabilitas
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan dan pemahaman pada penulis tentang
perbankan syariah khususnya Pengaruh Pembiayaan Musyarakah,
Mudharabah, Ijarah dan Profitabilitas (ROA). 2. Bagi Perbankan
Sebagai masukan bagi manajemen dalam pengelolaan usaha terutama dalam hal pembiayaan yang dilaksanakan oleh bank umum syariah sehingga dapat memaksimalkan profitabilitas secara berkesinambungan. 3. Penelitian Selanjutnya
Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat lebih mengembangkan kembali sesuai dengan situasi dan keadaan.Sehingga penelitian ini semakin berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.