1
Pegadaian Syariah Ponolawen pada awalnya adalah Pegadaian Konvensional. Pendirian Pegadaian Syariah Ponolawen dilatar belakangi oleh banyaknya permintaan dari masyarakat sekitar dan banyaknya pendapat mengenai pentingnya pendirian pegadaian yang berbasis syariah serta semakin butuhnya masyarakat akan transaksi syariah, maka Pegadaian yang sebelumnya adalah Pegadaian Konvensional pada tanggal 1 April 2004 berubah menjadi Pegadaian Syariah dengan nama Pegadaian Syariah Ponolawen.
Tujuan berdirinya Pegadaian Syariah sesuai dengan visi dan misinya. visi Pegadaian Syariah yaitu sebagai solusi bisnis terpadu terutama berbasis gadai yang selalu menjadi market leader dan mikro berbasis fidusia selalu menjadi yang terbaik untuk masyarakat menengah kebawah. Sedangkan misi Pegadaian Syariah yaitu: memberikan pembiayaan yang cepat, termudah, aman dan selalu memberikan pembinaan terhadap usaha golongan menengah kebawah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta memastikan pemerataan pelayanan infrastruktur yang memberikan kemudahan dan kenyamanan diseluruh pegadaian dalam mempersiapkan diri menjadi pemain regional dan tetap menjadi pilihan utama masyarakat dan membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan
menengah kebawah dan melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.
Penyaluran dana Pegadaian Syariah yang utama disalurkan untuk pembiayaan menggunakan multi akad. Multi akad adalah desain kontrak (akad) dalam bentuk yang tidak hanya tunggal, tetapi mengkombinasikan beberapa akad.1 Multi akad yang dimaksud adalah rahn di ijarah. Rahn
merupakan perjanjian penyerahan barang yang digunakan sebagai agunan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan. Beberapa ulama mendefinisikan
rahn sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat. Rahn juga diartikan sebagai jaminan terhadap utang yang mungkin dijadikan sebagai pembayar kepada pemberi utang baik seluruhnya atau sebagian apabila pihak yang berutang tidak mampu melunasinya.
Ijarah adalah sewa-menyewa atau akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.2 Dalam Islam, rahn dan ijarah diperbolehkan berdasarkan Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW.
Lebih dari 50% dana yang telah dihimpun oleh Pegadaian Syariah disalurkan pada kegiatan pembiayaan, yaitu pemberian pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan karena memang ini adalah kegiatan usahanya. Penyaluran dana ini diharapkan dapat menghasilkan penerimaan
1
Ali Amin Isfandiar, Analisis Fiqh Muamalah Tentang Hybtid Contract Model dan
Penerapan Pada Lembaga Keuangan Syariah, (Pekalongan: STAIN Pekalongan), hlm.206.
2
Ahmad Subagyo, Kamus Istilah Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo),
dari biaya jasa yang dibayarkan nasabah. Usaha ini merupakan penerimaan utama bagi Pegadaian Syariah dalam memperoleh keuntungan.
Produk-produk di Pegadaian Syriah Ponolawen adalah: rahn (jasa gadai berprinsip syariah), Mulia (investasi yang sangat likuid sepanjang masa), Arrum (pembiayaan usaha mikro kecil berprinsip syariah), Amanah (pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor).
Jika masyarakat ditanya mengenai apa yang mereka ketahui mengenai Pegadaian Syariah, maka jawabannya adalah gadai. Selain itu, mereka juga menyatakan bahwa gadai di pegadaian konvensional sama karena dipungut tambahan dimana pada pegadaian konvensional disebut dengan bunga, sedangkan di pegadaian syariah disebut dengan ujroh.
Sebagian masyarakat menganggap pegadaian hanya menyediakan akad gadai. Dengan ilustrasi mereka datang ke pegadaian, menggadaikan barang jaminan lalu mereka akan mendapatkan uang dari barang yang mereka gadaikan. Tetapi pada kenyataanya, pegadaian menyediakan banyak produk slain akad gadai itu sendiri. Penelitian ini penting dilakukan karena pada pembiayaan ARRUM terdapat dua akad yaitu akad rahn dan akad ijarah.
Penggabungan dua akad dalam satu produk inilah yang menjadi poin penting dalam penelitian. Dengan adanya penggabungan dua akad tersebut, maka penelitian akan menjadi lebih menarik untuk dibahas. Seperti kita ketahui, bahwa akad rahn dan ijarah mempunyai akibat hukum berbeda dalam praktiknya. Dengan alasan-alasan tersebut maka peneliti mengadakan penelitian yang berjudul “Penerapan Multi Akad dalam pembiayaan ARRUM
(Usaha Mikro Kecil) Pegadaian Syariah (Studi Kasus di Pegadaian Syariah Ponolawen Kota Pekalongan).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penulisan penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan multi akad pada pembiayaan ARRUM? 2. Bagaimana model perhitungan ujroh pada pembiayaan ARRUM?
3. Apa perbedaan dan persamaan antara model perhitungan ujroh di pegadaian syariah dengan model perhitungan bunga di pegadaian konvensional?
C. Tujuan Penelitian
1.Menjelaskan bagaimana penerapan multi akad pada pembiayaan ARRUM. 2.Untuk mengetahui model perhitungan ujroh pada pembiayaan ARRUM. 3.Untuk mengetahui boleh tidaknya hukum multi akad dalam pembiayaan
ARRUM. D. Manfaat Penelitian
1. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis dan masyarakat dalam menambah ilmu pengetahuan dalam bidang jasa khususnya pembiayaan ARRUM di Pegadaian Syariah Ponolawen Kota Pekalongan.
b. Dapat digunakan masyarakat sebagai media informasi dan acuan untuk mengetahui syarat dan ketentuan akad ar-rahn pada pembiayaan ARRUM dan mendapatkan informasi tentang bagaimana
akad ar-rahn di kembangkan menjadi sebuah akad yang baru, tetapi tetap sesuai dengan syariah.
c. Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang di dapat penulis selama menempuh perkuliahan pada jurusan D3 Perbankan Syariah STAIN Pekalongan.
2. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana penerapan multi akad dalam pembiayaan ARRUM (usaha mikro kecil) Pegadaian Syariah (studi kasus di Pegadaian Syariah Pononawen Kota Pekalongan). Manfaat bagi pihak Pegadaian Syariah diharapkan dapat memberikan masukan-masukan dan saran untuk perubahan yang lebih baik. Sehingga diharapkan dapat digunakan para pembaca sebagai tambahan informasi dan referensi bagi mahasiswa yang melakukan penilitian serupa.
E. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas dan agar tidak terjadi kesalahfahaman, maka di bawah ini penulis akan mempertegas beberapa istilah yang tercantum dalam judul penelitian, yaitu:
1. Penerapan
Penerapan adalah perbuatan manerapkan.3 Yang dimaksud penulis disini yaitu penulis akan membahas mengenai penerapan akad rahn dan akad ijarah pada pembiayaan ARRUM.
3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edasi Ketiga,
2. Multi Akad atau Multi Jasa
Multi akad atau multi jasa adalah pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa.4 Multi akad adalah penggabungan dua akad atau lebih menjadi satu akad. Dari penggabungan akad-akad tersebut dapat memunculkan produk-produk baru.
3. Pengertian gadai
Pengertian gadai dalam hukum Islam (syara‟) adalah menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai harta dalam pandangan syara‟ sebagai jaminan utang, yang memungkinkan untuk mengambil seluruh atau sebagian utang dari barang tersebut.5 Barang jaminan tersebut dipakai sebagai penguat perjanjian dikedua belah pihak. Karena nantinya jika terjadi sesuatu misalnya nasabah tidak mampu untuk membayar angsuran, maka dengan kesepakatan bersama, barang yang dijadikan agunan akan dilelang dengan persetujuan nasabah.
4. Pembiayaan
Pembiayaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya.6 Yang dimaksud penulis disini adalah pembiayaan dalam penambahan modal usaha. Penambahan modal tersebut diharapkan nantinya dapat meningkatkan kemajuan usaha yang dijalankan oleh nasabah. Dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Ke Empat, (Jakarta: PT Gramedia, 2008), hlm.531.
5 Sayid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: Al-Ma’arif, 1987), jilid 13, hlm.139
6 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 113
Perbankan Pasal 1 disebutkan bahwa Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 7
F. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian yang sama, maka peneliti melihat kembali penelitian-penelitian sebelumnya yang menjadi rujukan dan referensi bahan penelitian ini.
Dalam Skripsi Millatina Soviana yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan ARRUM (ar-rahn untuk usaha mikro kecil) terhadap perkembangan usaha Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru Sukoharjo tahun 2006-2009” berisi tentang Pembiayaan ARRUM berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru Sukoharjo, maka diperoleh kesimpulan bahwa pembiayaan ARRUM berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru Sukoharjo sebesar 90,9%, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Perkembangan usaha Pegadaian Syariah ditunjukan dalam pendapatan Pegadaian Syariah, meningkat seiring dengan penigkatan pembiayaan ARRUM. Maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara pembiayaan ARRUM terhadap perkembangan usaha Pegadaian Syariah. Itu artinya
terdapat pengaruh antara pembiayaan ARRUM terhadap perkembangan usaha Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru Sukoharjo pada tahun 2006-2009.8
Dalam Tugas Akhir (TA) Nur Khikmah yang berjudul “Implementasi Rahn di BNI Syariah Cabang Pekalongan” berisi tentang konsep yang digunakan berlandaskan pada Al-qur’an, hadits, dan Fatwa DSN MUI sehingga menjamin nasabah dalam melakukan transaksi gadai secara syariah.9
Dalam Skripsi Zakiyatul Hadfah yang berjudul “Pengaruh Penyaluran Ar-rahn Terhadap Peningkatan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru Sukoharjo tahun 2007-2008” berisi tentang Penyaluran
Ar-rahn berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan pegadian Syariah Cabang Solo Baru Sukoharjo sebesar 78%, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain, seperti pendapatan yang berasal dari sisa uang kelebihan kadaluarsa, laba gerai emas, jasa taksiran, serta jasa titipan barang.10
Dalam Tugas Akhir (TA) Budi Utomo yang berjudul “Analisis Prosedur dan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Produk Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Pekalongan” berisi tentang
8 Millatina Soviana (2010),” Pengaruh Pembiayaan ARRUM (ar-rahn untuk usaha mikro
kecil) terhadap perkembangan usaha Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru Sukoharjo Tahun 2006-2009”, Skripsi Ekonomi Syariah , (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), Tidak Diterbitkan.
9 Nur Khikmah (2011), “Implementasi Rahn diBNI Syariah Cabang Pekalongan”, Tugas
Akhir Perbankan Syariah, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2011), Tidak Diterbitkan.
10 Zakiyatul Hafdah (2010), “Pengaruh Penyaluran Ar-Rahn terhadap Peningkatan
Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru Sukoharjo tahun 2007-2008”, Skripsi Ekonomi Syariah, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), Tidak Diterbitkan.
kemacetan pembiayaan gadai emas di Bank Syariah Mandiri disebabkan karena pihak bank kurang menerapkan prinsip kehati-hatian (Prudent) dan itikad tidak baik dari nasabah pembiayaan gadai emas itu sendiri. Strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah dilakukan dengan likuidasi atau penjualan suka rela barang jaminan emas milik nasabah. Strategi yang dilakukan pihak bank dalam mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah yaitu satu minggu sebelum nasabah jatuh tempo maka pihak bank akan menghubungi nasabah yang belum membayar angsuran pembiayaan, serta dalam menyalurkan pembiayaan gadai emas dilakukan dengan analisis 5C ( Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition ).11
Dalam Tugas Akhir Farida Hanim yang berjudul “Penerapan Fatwa DSN NO.26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas dalam Produk Gadai Emas di Bank BNI Syariah Cabang Pekalongan” berisi tentang Pelaksanaan Rahn Emas di BNI Syariah Cabang Pekalongan menggunakan prinsip-prinsip syariah. Pembiayaan gadai emas pada BNI Syariah telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majalis Ulama Indonesia No.26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas. Hal ini terbukti BNI Syariah Cabang Pekalongan mengenai biayaan pemeliharaan ditanggung oleh penggadai (rahin) dan memakai akad ijarah sebagai
11 Budi Utomo (2015), “Analisis Prosedur dan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
pada Produk Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Pekalongan”, Tugas Akhir Perbankan Syariah, ( Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2015 ), Tidak Diterbitkan.
biaya pemeliharaan. Semua rincian biaya yang ditanggung oleh penggadai (rahin) dikemukakan diawal akad.12
Dari keseluruhan contoh yang terdapat dalam penelitian terdahulu peneliti menyimpulkan bahwa permasalahan yang dibahas dalam contoh diatas mengenai pengaruh pembiayaan, pembiayaan bermasalah, serta penerapan Fatwa DSN MUI, tetapi mengenai akad-akadnya tidak dibahas secara rinci dan dibahas lebih luas lagi penjelasannya. Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian mengenai penerapan multi akad dalam pembiayaan ARRUM. Penulis membahas mengenai akad-akad yang terkandung dalam pembiayaan ARRUM yaitu akad rahn dan akad
ijarah. Kedua akad tersebut akan dibahas secara luas sehingga pembaca dapat memahami isi dari penelitian ini.
12 Farida Hanim (2014), “ Penerapan Fatwa DSN NO.26/DSN-MUI/III/2002 Tentang
Rahn Emas dalam Produk Gadai Emas di BNI Syariah Cabang Pekalongan” Tugas Akhir
PENELITIAN TERDAHULU Nama dan
JudulPenelitian
Jenis Penelitian dan
Pendekatan Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian
Millatina Soviana (2010) “Pengaruh Pembiayaan ARRUM (ar-rahn untuk usaha mikro kecil) terhadap perkembangan usaha Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru Sukoharjo Tahun 2006-2009”
Jenis Penelitian yang digunakan adalah Penelitian lapangan (Field research) melalui pendekatan kualitatif
Pembiayaan ARRUM berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru Sukoharjo sebesar 90,9%, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Perkembangan usaha Pegadaian Syariah ditunjukkan dalam pendapatan Pegadaian Syariah, meningkat seiring dengan peningkatan pembiayaan ARRUM. Maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara pembiayaan ARRUM terhadap perkembangan usaha Pegadaian Syariah. Itu artinya terdapat pengaruh antara pembiayaan ARRUM terhadap perkembangan usaha Pegadaian Syari’ah Cabang Solo Baru Sukoharjo pada tahun 2006-2009.
Perbedaanya mengenai permasalahan yang dibahas yaitu pengaruh pembiayaan akad ar-rahn sedangkan yang akan diteliti yaitu penerapan multi akad dalam pembiayaan ARRUM (usaha mikro kecil) dan perbedaan lokasi penelitian.
“Implementasi Rahn di BNI Syariah Cabang Pekalongan”
research) melalui pendekatan kualitatif
Pekalongan, dapat disimpulkan bahwa konsep yang digunakan berlandaskan pada Al-Quran, hadits, dan Fatwa DSN MUI sehingga menjamin nasabah dalam melakukan transaksi gadai secara syariah.
yang dibahas yaitu mengenai implementasi akad rahn sedangkan yang diteliti mengenai penerapan multi akad dalam pembiayaan ARRUM (usaha mikro kecil) dan perbedaan lokasi penelitian.
Zakiyatul Hadfah (2010) “Pengaruh Penyaluran
Ar-Rahn terhadap
peningkatan pendapatan pegadaian syariah Cabang Solo Baru Sukoharjo tahun 2006-2008.
Penelitian lapangan (Field research) melalui pendekatan kualitatif
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengaruh penyaluran ar-rahn terhadap tingkat pendapatan pegadaian syariah Cabang Solo Baru Sukoharjo, maka diperoleh kesimpulan bahwa penyaluran ar-rahn
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan pegadaian Syariah Cabang Solo Baru Sukoharjo sebesar 78%, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain,seperti pendapatan yang berasal dari sisa uang kelebihan kadaluarsa, laba gerai emas, jasa taksiran,serta jasa titipan barang.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zakiyatul Hafdah yang berjudul “ Pengaruh penyaluran ar-rahn terhadap peningkatan pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru Sukoharjo tahun 2007-2008”, perbedaanya mengenai permasalahan yang dibahas yaitu mengenai pengaruh penyaluran ar-rahn
sedangkan yaang diteliti mengenai penerapan multi akad dalam pembiayaan ARRUM (usaha mikro kecil) dan
Budi Utomo (2015),“ Analisis Prosedur dan Penyelesaian
Pembiayaan Bermasalah pada Produk Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Pekalongan”
Penelitian lapangan ( field
research) melalui
pendekatan kualitatif
kemacetan pembiayaan gadai emas di Bank Syariah Mandiri disebabkan karena pihak bank kurang menerapkan prinsip kehati-hatian (Prudent) dan itikad tidak baik dari nasabah pembiayaan gadai emas itu sendiri. Strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah dilakukan dengan likuidasi atau penjualan suka rela barang jaminan emas milik nasabah. Strategi yang dilakukan pihak bank dalam mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah yaitu satu minggu sebelum nasabah jatuh tempo maka pihak bank akan menghubungi nasabah yang belum membayar angsuran pembiayaan, serta dalam menyalurkan pembiayaan gadai emas dilakukan dengan analisis 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition).
Perbedaanya mengenai permasalahan yang dibahas yaitu mengenai prosedur dan penyelesaian pembiayaan bermasalah sedangkan yang dibahas mengenai penerapan multi akad dalam pembiayaan ARRUM (usaha mikro kecil) dan perbedaan lokasi penelitian.
Farida Hanim (2014) “Penerapan Fatwa DSN
NO.26/DSN-Penelitian lapangan (field research ) melalui pendekatan kualitatif
Pelaksanaan Rahn Emas di BNI Syariah Cabang Pekalongan menggunakan prinsip-prinsip syariah. Pembiayaan gadai emas pada BNI Syariah telah sesuai
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Perbedaanya yaitu mengenai permasalahan yang dibahas yaitu
Rahn Emas dalam Produk Gadai Emas di BNI Syariah Cabang Pekalongan ”
Indonesia No.26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn
emas. Hal ini terbukti BNI Syariah Cabang Pekalongan mengenai biayaan pemeliharaan ditanggung oleh penggadai (rahin) dan memakai akad ijarah sebagai biaya pemeliharaan. Semua rincian biaya yang ditanggung oleh penggadai (rahin) dikemukakan diawal akad.
dibahas mengenai penerapan multi akad dalam pembiayaan ARRUM (usaha mikro kecil) dan perbedaan lokasi penelitian.
G.Kerangka Teori 1. Pengertian Rahn
Secara etimologis kata “Rahn” berarti “tetap atau lestari”, sedangkan “al-habsu” berarti “penahanan”13.
Menurut terminologi syara’, rahn berarti penahanan terhadap suatu barang dengan hak sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran dari barang tersebut.14
2. Landasan Syariah
Ayat Al-Qur’an yang digunakan sebagai dasar dalam membangun konsep gadai adalah QS.Al-Baqarah ayat 283:
ٌناَهِرَف اًبِتاَك اوُدَِتَ َْلََو ٍرَفَس ىَلَع ْمُتْنُك ْنِإَو
ٌةَضوُبْقَم
يِذَّلا ِّدَؤُ يْلَ ف اًضْعَ ب ْمُكُضْعَ ب َنِمَأ ْنِإَف
ُهَّنِإَف اَهْمُتْكَي ْنَمَو َةَداَهَّشلا اوُمُتْكَت لاَو ُهَّبَر َهَّللا ِقَّتَيْلَو ُهَتَ ناَمَأ َنُِتُْؤا
اَِبِ ُهَّللاَو ُهُبْلَ ق ٌِثِآ
َنوُلَمْعَ ت
ِلَع ْي
ٌم
Artinya: “jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.15
13
Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam
Islam,(Jakarta: Sinar Grafika, 1996), Hlm.139
14 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006).Hlm. 159
3. Hadits Abudaud
لا ىَّلَص ِِّبَِّنلا ْنَع َةَرْ يَرُه ِبَِأ ْنَع ِِّبِْعَّشلا ْنَع اَّيِرَكَز ْنَع ِكَراَبُمْلا ِنْبا ْنَع ٌداَّنَه اَنَ ثَّدَح
ُهَّل
اَذِإ ِهِتَقَفَ نِب ُبَكْرُ ي ُرْهَّظلاَو اًنوُهْرَم َناَك اَذِإ ِهِتَقَفَ نِب ُبَلُْيُ ِّرَّدلا َُبََل َلاَق َمَّلَسَو ِهْيَلَع
َناَك
ٌحيِحَص اَنَدْنِع َوُهَو دُواَد وُبَأ َلاَق ُةَقَفَّ نلا ُبِلَْيَُو ُبَكْرَ ي يِذَّلا ىَلَعَو اًنوُهْرَم
“Jika digadaikan maka susu hewan boleh diperah sesuai dengan nafkah yang diberikan kepada hewan tersebut, & punggung hewan boleh dinaiki. Orang yang menaiki & memerah wajib memberikan nafkahnya.
[HR. Abudaud). 16 4. Ijma’ Ulama
Jumhur ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai. Hal ini dimaksud berdasarkan pada kisah Nabi Muhammad Saw. yang menggadaikan baju besinya untuk mendapatkan makanan dari seorang Yahudi. Para ulama juga mengambil indikasi dari contoh Nabi Muhammad saw.tersebut, ketika beliau beralih dari yang biasanya bertransaksi kepada para sahabat yang kaya pada seorang Yahudi, bahwa hal itu tidak lebih sebagai sikap Nabi Muhammad Saw yang tidak mau memberatkan para sahabat yang biasanya enggan mengambil ganti ataupun harga yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw. Kepada mereka.17
5. “Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) menjadi salah satu rujukan yang berkenaan gadai syariah adalah
16 Muhammad Muhyidin Bin Abdul Hamid, Sunan Abu Daud, (Beirut: Darul Fikr, Juz 3:
202-275 H), hlm.288.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 25/DSN-MUI/III/2002, tentang rahn.
6. Rukun dan Syarat Rahn
a. Aqidain terdiri dari pihak yang menggadaikan (rahin) dan penerima gadai (murtahin). Agar keabsahan aqidain dapat tercapai, maka masing-masing pihak harus memenuhi syarat sebagai subjek hukum.
b. Objek rahn ialah barang yang digadaikan (marhun). Keberadaan
marhun berfungsi sebagai jaminan mendapatkan pinjaman atau utang (marhun bih). Para fuqaha berpendapat, bahwa setiap harta benda (al-mal) yang sah diperjualbelikan, berarti sah pula untuk dijadilan sebagai jaminan utang (marhun). Dalam perjanjian gadai, benda yang dijadikan objek jaminan (marhun) tidak harus diserahkan secara langsung, tetapi boleh melalui bukti kepemilikan. Penyerahan secara langsung berlaku pada harta yang dapat dipindahkan (malal-manqul), sedangkan penyerahan melalui bukti kepemilikan berlaku pada harta yang tidak bergerak (mal al-„uqar). Menjadikan bukti kepemilikan sebagai jaminan pembayaran utang (marhun), hukumnya dibolehkan selama memiliki kekuatan hukum.
c. Adanya kesepakatan ijab qabul (sighat akad). Lafadz ijab qabul dapat dilakukan baik secara tertulis maupun lisan, yang penting didalamnya terkandung maksud adanya perjanjian gadai. Para
fuqaha sepakat, bahwa perjanjian gadai mulai berlaku sempurna ketika barang yang digadaikan (marhun) secara hukum telah berada ditangan pihak berpiutang (murtahin). Apabila barang gadai telah dikuasai (al-qabdh) oleh pihak berpiutang, begitu pula sebaliknya, maka perjanjian gadai bersifat mengikat kedua belah pihak. Pernyataan ijab qabul yang terdapat dalam gadai tidak boleh digantungkan (mu‟allaq) dengan syarat tertentu yang bertentangan dengan hakikat rahn.18
H.Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research), artinya data-data dalam penelitian ini diperoleh melalui studi lapangan yang disusun dengan cara mengamati, mencatat serta mengumpulkan berbagai data dan informasi yang diperoleh di lapangan mengenai penerapan multi akad dalam pembiayaan ARRUM (usaha untuk mikro kecil) Pegadaian Syariah (studi kasus di Pegadaian Syariah Ponolawen Kota Pekalongan).
2. Sumber Data a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut.19
18
Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta : Graha Ilmu,
2010), hlm.172-173.
19 Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Sumber data primer yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari wawancara dengan Bapak Teguh Subagyo selaku Pimpinan Cabang di Pegadaian Syariah Ponolawen Kota Pekalongan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang secara tidak langsung berkaitan dengan penelitian. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia, serta arsip-arsip resmi.20 Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian, dan data-data lain yang berkaitan dengan akad ar-rahn.
3. Metode Pengumpulan Data a) Observasi
Observasi yaitu informasi tertentu yang diperoleh dengan baik melalui pengamatan langsung dilapangan oleh peneliti.21 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data berupa pengamatan langsung di tempat penelitian untuk memperoleh data secara nyata mengenai pembiayaan yang ada di Pegadaian Syariah Kota Pekalongan.
20 Anwar, Metodologi Peneilitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm.91.
21Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitan Sosial, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
b) Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan tanya jawab dan dikerjakan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penyelidikanya.22 Dalam hal ini penulis melakukan wawancara secara langsung (Interview) dengan Bapak Teguh Subagyo selaku Pimpinan Cabang di Pegadaian Syariah Ponolawen Kota Pekalongan untuk mendapatkan data-data mengenai penerapan multi akad dalam pembiayaan ARRUM (usaha mikro kecil) di Pegadaian Syariah Ponolawen Kota Pekalongan.
c) Dokumentasi
Dokumentasi adalah penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dengan gambar, tulisan dan lain- lain.23 Dalam hal ini data-data yang diambil mengenai pembiayaan ARRUM.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan oleh penulis dengan menggunakan metode deskriptif dan metode kualitatif. Metode
deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka. Metode kualitatif yaitu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social
22
Sutrisnohadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas psikologi,
1990), hlm.183.
23 Husein Umar, Research Methold Financeand Banker, (Jakarta: PT. Remaja, 2002),
secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. 24
24 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
I. Sistematika Pembahasan
Bab 1
Bab II
Bab III
Bab IV
Pendahuluan berisi tentang: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.Bab ini merupakan inti penelitian yang berfungsi untuk menentukan masalah dan cara menyelesaikan masalah penelitian sehingga dapat memberikan pedoman kepada pembaca terhadap masalah yang diuraikan.
Landasan Teori mencakup tentang tinjauan umum tentang akad rahn
meliputi : pengertian Multi Akad, Akad Rahn danAkad Ijarah
Profil Pegadaian Syari’ah Ponolawen Kota Pekalongan, berisi tentang: Latar belakang berdirinya Pegadaian Syariah Ponolawen Kota Pekalongan, Visi dan Misi Pegadaian Syariah Ponolawen Kota Pekalongan, Struktur organisasi Pegadaian Syariah Ponolawen Kota Pekalongan , Jenis-jenis Produk, syarat dan ketentuan pembiayaan ARRUM dan Penerapan multi akad ar-rahn dalam ARRUM di Pegadaian Syariah Ponolawen Kota Pekalongan.
Pembahasan Masalah, mencakup tentang Penerapan Multi Akad dalam Pembiayaan ARRUM (Usaha Mikro Kecil), Model Perhitungan, ujroh
dalam Pembiayaan ARRUM (Usaha Mikro Kecil) dan Perbedaan dan Persamaan antara Perhitungan Ujroh di Pegadaian Syariah dengan Model Perhitungan Bunga di Pegadaian Konvensional.