• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - OPTIMASI KOMBINASI MINYAK ATSIRI BUNGA KENANGA DENGAN HERBA KEMANGI DALAM GEL SEBAGAI REPELAN NYAMUK Aedes aegypti DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - OPTIMASI KOMBINASI MINYAK ATSIRI BUNGA KENANGA DENGAN HERBA KEMANGI DALAM GEL SEBAGAI REPELAN NYAMUK Aedes aegypti DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN - repository perpustakaan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tentang Tanaman

1. Kenanga (Cananga odorata(Lam.) Hook.f. & Thomson)

a. Tanaman kenanga (C. odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) termasuk ke dalam taksonomi sebagai berikut (Cronquist, 1981): Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Magnoliales Famili : Annonaceae Genus :Cananga

Spesies :Cananga odorata(Lam.) Hook.f & Thomson b. Deskripsi Tanaman

Berupa tanaman berbentuk pohon. Daun memiliki ciri berbentuk bulat telur, tunggal, tersebar dengan ujung meruncing dan berdasar bundar serta bertulang menyirip. Batangnya memiliki ciri berkayu, bulat, bercabang dan berwarna hijau kotor. Perakaran berbentuk akar tunggang dan berwarna coklat. Sedangkan bunganya memiliki ciri majemuk berbentuk payung berwarna hijau pada waktu masih muda dan setelah tua berwarna kuning, berbau harum (Anonim, 2000).

(2)

c. Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang terdapat dalam kenanga (Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) antara lain minyak atsiri, flavonoid, polifenol, dan saponin (Anonim, 2000).

Kandungan kimia yang terdapat di dalam minyak atsiri bunga kenanga antara lain ester-ester dari asam format, asetat, valerat, benzoat. Terpenoid, linalool, nerol, farnesol, dan karsiofilena (Gunawan dan Mulyani, 2004).

2. Kemangi (Ocimum basilicum L.)

a. Tanaman kemangi (O. basilicum L.) termasuk ke dalam taksonomi sebagai berikut (Backer dan Bakkuizen, 1963) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaceae

Genus :Ocimum

Spesies :Ocimum basillicum L. b. Deskripsi Tanaman

Batang berkayu, segi empat, beralur dan bercabang, berbulu dan berwarna hijau atau keunguan. Daun berwarna hijau atau keunguan, ujung runcing, menyirip, permukaan daun agak kasar dan berbulu. Bunga berwarna putih atau keunguan, rangkaian bunga majemuk (tunggal). Biji berbentuk bulat telur, berwarna cokelat-hitam (Hadipoentyanti dan Wahyuni, 2008).

(3)

c. Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman kemangi antara lain minyak atsiri, flavonoida, tanin, dan saponin. Sedangkan kandungan kimia yang terdapat dalam minyak atsiri kemangi antara lain eugenol, methyl eugenol, linalool, sineol dan geraniol (Hadipoentyanti dan Wahyuni, 2008).

B. Minyak atsiri

Minyak atsiri adalah zat berbau dalam tanaman yang disebut juga sebagai minyak menguap, minyak eteris, atau minyak esensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) dan dalam udara terbuka mudah menguap. Karena memiliki bau yang mewakili tanaman asalnya maka digunakan istilah esensial. Dalam keadaan segar dan murni tanpa kontaminan, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Pada penyimpanan lama warnanya dapat berubah menjadi lebih tua (gelap) karena teroksidasi dan membentuk resin. Sebagai pencegahan, minyak atsiri harus di lindungi dari pengaruh cahaya, misal disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap. Bejana tersebut juga diisi penuh sehingga tidak memungkinkan minyak atsiri tidak berhubungan langsung dengan oksigen udara, ditutup rapat, serta disimpan pada tempat yang kering dan sejuk (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Berdasarkan senyawa kimianya, minyak atsiri bukan merupakan senyawa yang tunggal, melainkan tersusun dari berbagai komponen. Komponen tersebut terdiri dari kelompok terpenoid dan fenil propana. Pengelompokan tersebut berdasarkan pada awal terbentuknya minyak atsiri dalam tanaman. Melalui asal-usul biosintetik, minyak atsiri dapat dibedakan menjadi:

(4)

2. Turunan fenil propanoid yang merupakan senyawa aromatik, terbentuk melalui jalur biosintesis asam sikimat (Gunawan dan Mulyani, 2004).

C. Penyulingan (Destilasi)

Metode destilasi merupakan metode yang lazim digunakan dalam penyulingan minyak atsiri. Metode destilasi umumnya dilakukan terhadap bagian tanaman yang mengandung minyak. Dasar metode ini yaitu memanfaatkan perbedaan titik didih dari suatu campuran komponen yang terdiri dari dua jenis cairan atau lebih (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Beberapa metode destilasi yang umumnya digunakan yaitu metode destilasi kering, dimana prosesnya langsung dari bahannya tanpa menggunakan air. Metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan untuk minyak-minyak yang tahan terhadap pemanasan atau tidak mengalami perubahan bau dan warna ketika dipanaskan, contoh bahan yang sesuai untuk metode ini yaitu oleoresin dan copaiba. Sedangkan metode yang kedua yaitu destilasi air, metode ini terdiri dari destilasi air dan uap air serta destilasi uap air langsung (Gunawan dan Mulyani, 2004).

(5)

D. Repelan

Repelan merupakan bahan yang kemampuannya digunakan sebagai penolak serangga dari manusia sehingga dapat digunakan untuk menghindari gigitan atau gangguan serangga terhadap manusia. Penggunaan repelan yaitu dengan cara menggosokannya pada tubuh atau menyemprotkannya pada pakaian (Soedarto, 1989).

Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam repelan yaitu tidak mengganggu pemakainya, tidak melekat atau lengket, memiliki bau yang menyenangkan pemakainya dan orang di sekitarnya, tidak menimbulkan iritasi pada kulit, tidak beracun, tidak merusak pakaian serta memiliki daya usir terhadap serangga hendaknya bertahan cukup lama (Soedarto, 1989).

Contoh senyawa kimia yang saat ini direkomendasikan yaitu menggunakanN,N-diethylmetatoluamide (DEET) sebagai zat aktif. DEET merupakan repelan yang tidak berbau namun dapat menimbulkan rasa terbakar jika mengenai membran mukosa pada tubuh, selain itu juga dapat merusakkan benda-benda yang terbuat dari plastik maupun bahan sintetik lainnya (Soedarto, 1989). Zat aktif tersebut jika dioleskan pada kulit atau pakaian dapat menolak nyamuk, tungau/caplak serta artropoda lainnya (Sembel, 2009).

Gambar 3. Rumus struktur DEET (N, N-diethyl-m-toluamide)

(6)

E. Gel

Gel atau yang biasa disebut jeli, merupakan suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel digolongkan sebagai sistem dua fase apabila massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah (misalnya Gel Aluminium Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semi padat jika dibiarkan dan membentuk cair jika digojog. Pada etiket harus tertera dikocok dahulu sebelum digunakan (Anonim, 1995).

Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik seperti karbomer atau gom alam seperti tragakan. Gel dapat digunakan secara topikal maupun dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Anonim, 1995).

F. Uraian Bahan

1. Carbopol (Aqupec HV 505)

(7)

Gambar 4. Rumus struktur Carbopol

2. Etanol 96%

Pemerian dari etanol yaitu merupakan cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, memiliki bau yang khas dan rasa yang panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap. Kelarutan dari etanol yaitu sangat mudah larut dalam air, kloroform P dan dalam eter P (Anonim, 1979). Etanol digunakan sebagai pelarut dalam sediaan topikal pada konsentrasi 60-90% (Roweet al, 2005).

Gambar 5. Rumus struktur Etanol

3. Nipagin

(8)

Gambar 6. Rumus struktur Nipagin

4. Propilenglikol

Pemerian dari propilenglikol yaitu berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan higroskopik. Kelarutan dari propilenglikol yaitu dapat campur dengan air, etanol (95%) P, dan dengan kloroform P (Anonim, 1979). Propilenglikol dapat digunakan sebagai pelarut dalam sediaan tropikal pada konsentrasi 5-80% (Rowe et al, 2005). Propilenglikol juga dapat digunakan sebagain pelembut pada kulit yang kering (Afidah, 2008).

Gambar 7. Rumus struktur Propilenglikol

5. Trietanolamin

Trietanolamin merupakan campuran dari trietanolamina, dietanolamina dan monoetanolamina. Pemerian dari trietanolamin yaitu berupa cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik. Kelarutan dari trietanolamin yaitu mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, dan dengan kloroform P (Anonim, 1979). Sama halnya dengan senyawa amin yang lain, trietanolamin bersifat basa lemah (Afidah, 2008).

(9)

G. Aedes aegypti

1. Klasifikasi

Nyamuk Aedes aegypti menurut Sembel (2009) termasuk dalam subfamili Culicinae, famili Culicidae, Ordo Diptera, Sub ordo Nematocera, Genus Aedes dan spesiesAedes aegypti.

Gambar 9. NyamukAedes aegypti(Anonim, 1998)

2. Perilaku Hidup

Nyamuk Aedes aegypti membutuhkan air untuk kelangsungan hidup karena larva nyamuk hidup di air dan hanya bentuk dewasa yang hidup didarat. Telur nyamuk menetas dan menjadi larva dalam air dan memakan organisme kecil. Telur biasanya menetas setelah 2-3 hari sesudah diletakkan. Larva nyamuk menggantungkan tubuh dipermukaan untuk mendapatkan oksigen, biasanya melakukan pergantian kulit sebanyak empat kali dan berpupasi setelah 7 hari. Nyamuk dewasa keluar dan terbang sesudah dua atau tiga minggu (Sembel, 2009)

Nyamuk betina menghisap darah manusia atau hewan lain seperti kuda, sapi, babi, dan burung dalam jumlah yang cukup untuk perkembangan telurnya. Nyamuk betina akan mati jika tidak mendapatkan cairan darah yang cukup. Nyamuk jantan biasanya hidup dengan menghisap cairan tumbuhan. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit demam berdarah (Sembel, 2009).

(10)

H. Simplex Lattice Design(SLD)

Simplex Lattice Design adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui profil efek campuran terhadap suatu parameter (Bolton, 1997). Metode ini digunakan pada formula gel dengan menggunakan dua campuran zat aktif minyak atsiri bunga kenanga dan herba kemangi. Dasar metode ini yaitu adanya dua variabel bebas X1dan X2. Rancangan tersebut dibuat dengan memilih tiga kombinasi dan yang diamati respon yang diperoleh. Respon yang diperoleh haruslah mendekati tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya baik maksimal maupun minimal (Bolton, 1997).

Persamaan umum dari Simplex Lattice Design yang menunjukan respon dan komponen adalah sebagai berikut :

Y = X1(A) + X2(B) + X12(A) . (B)

Y merupakan parameter yang ingin dicapai yaitu kadar kedua zat aktif minyak atsiri yang digunakan. B1,B2,B12merupakan suatu koefisien yang menyatakan nilai parameter waktu aktifitas repelan gel. Untuk mengetahui nilai (A) dan (B) diperlukan 3 formula sebagai berikut :

a. A merupakan percobaan yang menggunakan 100% bagian A dan 0% bagian B

b. B merupakan percobaan yang menggunakan 100% bagian B dan 0% bagian A

c. (A) . (B) merupakan percobaan yang menggunakan campuran 50% bagian A dan 50% bagian B

Gambar

Gambar 1. Bunga kenanga Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson
Gambar 2. Herba kemangi Ocimum basillicum L.
Gambar 3. Rumus struktur DEET (N, N-diethyl-m-toluamide)
Gambar 4. Rumus struktur Carbopol
+3

Referensi

Dokumen terkait

Diakhir pengujian, dioleskan etanol 70% pada lengan kanan relawan kemudian dimasukkan ke dalam kandang pengujian yang sama untuk memastikan bahwa jumlah nyamuk

Minyak atsiri atau disebut juga minyak eteris adalah zat yang memberikan aroma pada tumbuhan dan memiliki komponen volatil (komponen yang mudah menguap) pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi optimum Tween 80 dan Span 80 yang digunakan sebagai emulgator dalam krim repelan minyak atsiri daun sere pada basis Vanishing

Diakhir pengujian, dioleskan etanol 70% pada lengan kanan relawan kemudian dimasukkan ke dalam kandang pengujian yang sama untuk memastikan bahwa jumlah nyamuk

[r]

Semakin kental gel maka sistem gel semakin dapat menahan penguapan minyak atsiri dalam sediaan (Yuliani, 2005) sehingga dapat memperlama daya repelan gel minyak

Data yang diperoleh dari hasil uji viskositas, daya sebar, daya lekat sediaan dan uji daya repalan gel minyak atsiri bunga kenanga terhadap nyamuk Aedes aegypti

Diakhir pengujian, dioleskan etanol 70% pada lengan kanan relawan kemudian dimasukkan ke dalam kandang pengujian yang sama untuk memastikan bahwa jumlah nyamuk