• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi Adsorben Alumina Aktif Terhadap Refrigeran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancang Bangun Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi Adsorben Alumina Aktif Terhadap Refrigeran"

Copied!
352
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN ALAT PENGUJI KAPASITAS

ADSORPSI ADSORBEN ALUMINA AKTIF TERHADAP

REFRIGERAN

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

VINSENSIUS GINTING

NIM. 090401084

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

RANCANG BANGUN ALAT PENGUJI KAPASITAS

ADSORPSI ADSORBEN ALUMINA AKTIF TERHADAP

REFRIGERAN

VINSENSIUS GINTING

NIM. 09 0401 084

Diketahui / Disahkan :

Disetujui :

Departemen Teknik Mesin

Dosen Pembimbing,

Fakultas Teknik USU

Ketua,

Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri

Tulus B Sitorus, ST., MT

(3)

RANCANG BANGUN ALAT PENGUJI KAPASITAS

ADSORPSI ADSORBEN ALUMINA AKTIF TERHADAP

REFRIGERAN

VINSENSIUS GINTING

NIM. 09 0401 084

Telah Disetujui Dari Hasil Seminar Skripsi

Period ke 670 pada Tanggal 13 November 2013

Pembimbing,

(4)

RANCANG BANGUN ALAT PENGUJI KAPASITAS

ADSORPSI ADSORBEN ALUMINA AKTIF TERHADAP

REFRIGERAN

VINSENSIUS GINTING

NIM. 09 0401 084

Telah Disetujui Dari Hasil Seminar Skripsi

Period ke 670 pada Tanggal 13 November 2013

Pembanding I,

Pembanding II,

(5)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK USU

MEDAN

KARTU BIMBINGAN

TUGAS SARJANA MAHASISWA

NO : 2096/TS/2013

Sub. Program Studi : Konversi Energi

Bidang Studi

: Perpindahan Panas

Judul Tugas

: Rancang Bangun Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi Adsorben Alumina Aktif

Terhadap Refrigeran

Diberikan Tgl.

: 15 Mei 2013

Selesai Tgl. : 23 Oktober 2013

Dosen Pembimbing : Tulus B Sitorus ST., MT

Nama Mhs : Vinsensius Ginting

N.I.M

: 090401084

No.

Tanggal

Kegiatan Asistensi Bimbingan

Tanda Tangan

Dosen Pemb.

1.

15 Mei 2013

Spesifikasi judul

2.

25 Mei 2013

Survei bahan dan alat penguji kapasitas adsorpsi

3.

10 Juni 2013

Perancangan alat penguji adsorpsi

4.

29 Juni 2013

Assembling alat pengujian adsorpsi

5.

8 Agustus 2013

Pengujian alat adsorpsi

6.

21 Agustus 2013

Asistensi Laporan I

7.

26 Agustus 2013

Asistensi Laporan II

8.

2 September 2013

Asistensi Laporan III

9.

11 September 2013

Asistensi Laporan IV

10.

16 September 2013

Asistensi Laporan V

11.

23 September 2013

Asistensi Laporan VI

12

5 Oktober 2013

Asistensi Laporan VII

13.

18 Oktober 2013

Asistensi Laporan VIII

14.

19 Oktober 2013

Asistensi Laporan IX

15.

ACC seminar

CATATAN :

Diketahui,

1.

Kartu ini harus diperlihatkan kepada Dosen

Ketua Departemen Teknik Mesin

Pembimbing setiap Asistensi.

F.T. U.S.U

2.

Kartu ini harus dijaga bersih dan rapi.

3.

Kartu ini harus dikembalikan ke Departemen,

bila kegiatan Asistensi telah selesai.

Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri

(6)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

AGENDA

: 2096 /TS/2013

FAKULTAS TEKNIK USU

DITERIMA TGL. : / /2013

MEDAN

PARAF

:

TUGAS SARJANA

N A M A

: VINSENSIUS GINTING

N I M

: 09 0401 084

MATA PELAJARAN

: PERPINDAHAN PANAS

SPESIFIKASI

: RANCANG BANGUN ALAT PENGUJI KAPASITAS ADSORPSI DARI ADSORBEN

ALUMINA AKTIF TERHADAP BEBERAPA REFRIGERAN SEPERTI METANOL,

ETANOL, ALUMINA DAN MUSICOOL YANG DIGUNAKAN PADA MESIN

PENDINGIN MESIN ADSORPSI TENAGA SURYA

DIBERIKAN TANGGAL

: 15 MEI 2013

SELESAI TANGGAL

: 23 OKTOBER 2013

MEDAN, 21 OKTOBER 2013

(7)

RANCANG BANGUN ALAT PENGUJI KAPASITAS ADSORPSI ADSORBEN

ALUMINA AKTIF TERHADAP REFRIGERAN

VINSENSIUS GINTING

NIM. 09 0401 084

Telah disetujui oleh:

Pembimbing,

Tulus B Sitorus, ST., MT

NIP. 197209232000121003

Penguji I,

Penguji II,

Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri

Dr. Eng. Himsar Ambarita, ST., MT

NIP. 196412241992111001

NIP. 197206102000121001

Diketahui oleh :

Departemen Teknik Mesin

Ketua,

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaanNya kepada

Penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan dengan baik dan

tepat pada waktunya.

Penulisan Skripsi ini merupakan salah syarat mahasiswa S-1 untuk dapat

menyelesaikan pendidikan agar memperoleh gelar sarjan di Departemen Teknik

Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas Sarjana ini berjudul “

Rancang Bangun Alat Penguji Kapasitor

Adsorpsi Adsorben Alumina Aktif Terhadap Refrigeran”

yang akan

membahas tentang pengujian terhadap beberapa refrigeran (metanol, etanol,

amonia, dan musicool ) dan Alumina Aktif sebagai adsorben.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan, masukan

ide dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1.

Bapak Tulus B Sitorus, selaku dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu untuk membimbing dalam pengujian dan penulisan,

memberikan bahan-bahan referensi, jurnal, dll.

2.

Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri, selaku Ketua Departemen Teknik

Mesin Universitas Sumatera Utara.

3.

Bapak Ir. M. Syahril Gultom, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik

Mesin Universitas Sumatera Utara.

4.

Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin, yang

telah membantu dan melengkapi segala keperluan yang diperlukan selama

kuliah.

5.

Kepada kedua Orang tua saya, Drs. S Ginting dan Maria T yang selalu

memberikan dukungan kepada penulis dan kasih sayang yang tak dapat

terbalaskan.

6.

Kak Magdalena Lucia Ginting,B.Eng dan Prisilia Jesica Ginting,SE yang

memberikan dukungan, motivasi, nasehat kepada penulis.

(9)

8.

Seluruh rekan mahasiswa Teknik Mesin yang telah memberikan bantuan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan seluruh pihak yang

tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan

dan dukungan selama pengerjaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Tuhan memberkati.

Medan,

11

Oktober 2013

Penulis,

(10)

ABSTRAK

Salah satu faktor yang mempengaruhi merancang mesin pendingin siklus

adsorpsi adalah perbandingan yang ideal antara adsorben dan refrigeran. Pada

penelian ini menggunakan alumina aktif sebagai adsorben sebanya 1 kg.

Refrigeran yang digunakan yaitu metanol, etanol, amonia dan musicool. Alat

penguji kapasitas adsorpsi yang digunakan dilengkapi dengan lampu sorot

halogen 1000 W sebagai sumber panas. Adsorber yang digunakan terbuat dari

bahan stainless steel yang bertujuan agar tahan terhadap korosi akibat dari variasi

refrigeran yang digunakan ada pun luas penampang dari absorben ini 0,07 m

2

.

Yang mempengaruhi sistem alat penguji mesin pendingin adsorpsi adalah

temperatur (T

adsorben

),volume dan tekanan. Sedangkan variasi refrigeran yang

digunakan ada 4 yaitu metanol, etanol, amonia dan musicool. Diperoleh refrigeran

yang paling optimal pada proses adsorpsi-desorpsi adalah metanol. Kapasitas

metanol yang dapat diadsorpsi dan didesorpsi oleh adsorben alumina aktif adalah

sebanyak 320 mL.

(11)

ABSTRACT

One of the factors that influence the design of the cycle of adsorption of a

cooling machine is an ideal comparison between adsorbent and refrigerant. In

this experiment, the use of activated alumina as adsorbent is 1 kg. Refrigerant

that is used is methanol, ethanol, ammonia, and musicool. Adsorption capacity

testing equipment that is used is equipped with 1000 W halogen spot light as

source of heat. Adsorber that used is made of stainless steel that is meant to be

resistant with corrosive nature because of the variation of refrigerant that is used

and that the surface area of this absorbent is 0,07 m

2 .

The thing which influence

the cycle of adsorption of a cooling machine is temperature, (T

adsorbant

), volume,

and pressure. While variations exist 4 refrigerant used is methanol, ethanol,

ammonia and Musicool. Obtained the optimum refrigerant adsorption-desorption

process is methanol. Capacity that can be adsorbed methanol and desorption by

activated alumina adsorbent is 320 mL.

(12)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SIMBOL ... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang ... 1

1.2

Tujuan Penlitian ... 1

1.3

Batasan Masalah ... 2

1.4

Manfaat Penelitian ... 2

1.5

Sistematika Penulisan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Adsorpsi ... 4

2.1.1 Teori Umum Adsorpsi ... 4

2.2 Adsorben ... 7

2.2.1 Alumina aktif ... 7

2.2.2 Pembuatan Alumina aktif ... 8

2.2.3 Kegunaan Alumina aktif ... 10

2.3 Refrigeran ... 10

2.3.1 Metanol ( CH3OH)... 12

(13)

2.3.3 Amonia

2.3.4

Musicool

... 15

2.4 Keamanan Refrigeran ... 17

2.5 Kalor (Q) ... 18

2.5.1 Kalor Laten ... 18

2.5.2 Kalor sensibel ... 18

2.5.3 Perpindahan Panas ... 19

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu ... 24

3.2 Bahan ... 24

3.3 Alat Ukur Yang Digunakan Pada Pengujian Kapasitas Adsorpsi ... 25

3.4 Peralatan ... 26

3.5 Set-Up Eksperimental ... 28

3.5.1 Prosedur Pengujian ... 30

3.6 Alat Penguji Kapasitas Adsopsi Dari Mesin Pendingin ... 32

3.6.1 Dimensi Utama Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi ... 34

3.7 Langkah Pembuatan Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi Padamesin

Pendingin Adsorpsi ... 36

3.7.1 Pembuatan adsorber ... 36

3.7.2 Pembuatan gelas ukur ... 39

3.8 Flowchart Penelitian ... 40

BAB IV ANALISIS DATA

4.1 Hasil Pengujian ... 41

(14)

4.1.1.1 Data Pemvakuman Alat Penguji Mesin Pendingin

Adsorpsi ... 42

4.1.1.2 Data Pengujian Adsorpsi ... 46

4.1.1.3 Data Pengujian Desorpsi ... 55

4.1.2 Pengujian Dengan Gelas Ukur Diisolasi ... 61

4.1.2.1 Data Pemvakuman Alat Penguji Mesin Pendingin

Adsorpsi ... 61

4.1.2.2 Data Pengujian Adsorpsi ... 64

4.1.2.3 Data Pengujian Desorpsi ... 72

4.2 Neraca Kalor ... 78

4.2.1 Perhitungan Kalor Laten dengan Gelas Ukur tidak

Diisolasi ... 78

4.2.2 Perhitungan Kalor Laten dengan Gelas Ukur Diisolasi ... 81

4.2.3 Kalor Yang Diserap Gelas Ukur ... 83

4.3 Analisa Perpindahan Panas pada Adsorber saat desorpsi (pemanasan).

85

4.4 Analisa Perpindahan Panas Pada Saat Adsorpsi ... 87

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... xiv

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Dasar Refrigerasi Adsorpsi ... 5

Gambar 2.2 Diagram Clayperon pada Sistem Pendingin Siklus Adsorpsi ... 6

Gambar 2.3 Alumina Aktif ... 7

Gambar 2.4 Diagram proses pembuatan alumina ... 9

Gambar 2.5 Metanol ( CH

3

OH) ... 13

Gambar 2.6 Etanol/Alkohol Cair ( C

2

H

5

OH) ... 14

Gambar 2.7 Amonia Cair (NH

3

) ... 15

Gambar 2.8 MC-134 ... 15

Gambar 2.9 Perpindahan Panas Konduksi Melalui Sebuah Pelat ... 20

Gambar 2.10 Perpindahan Panas Konveksi dari Permukaan Pelat ... 21

Gambar 2.11 Konveksi Natural pada Bidang Horizontal (tipe A) ... 22

Gambar 2.12 Konveksi Natural pada Bidang Horizontal (tipe B) ... 23

Gambar 3.1 Alumina aktif... 24

Gambar 3.2 Manometer Vakum ... 25

Gambar 3.3 Agilent ... 26

Gambar 3.4 Pompa Vakum ... 26

Gambar 3.5 Katub ... 27

Gambar 3.6 Pipa Penghubung ... 27

Gambar 3.7 Selang Karet ... 28

Gambar 3.8 Box Styrofoam ... 28

Gambar 3.9 Skema Proses Desorpsi ... 29

Gambar 3.10 Skema Proses Adsorpsi ... 30

Gambar 3.11 Alat Penguji Adsorpsi ... 32

Gambar 3.12 Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi dengan gelas ukur Disolasi... 33

Gambar 3.13 Dimensi Alat Penguji ... 34

Gambar 3.14 Dimensi Kolektor ... 35

Gambar 3.15 Gelas Ukur ... 35

Gambar 3.16 Bentuk Adsorber ... 36

(16)

Gambar 3.18 Pemasangan Kawat Nyamuk ... 37

Gambar 3.19 Penyambungan Pelat Adsorber ... 37

Gambar 3.20 Pemasangan Pipa dan Valve ... 38

Gambar 3.21 Adsorber Lengkap ... 38

Gambar 3.22 Adsorber Setelah Dicat Hitam ... 38

Gambar 3.23 Pembuatan Gelas Ukur ... 39

Gambar 3.24 Gelas Ukur ... 39

Gambar 4.1 Letak Titik-Titik thermocouple pada Alat Penguji ... 41

Gambar 4.2 Grafik Temperatur Pemvakuman Alat Penguji Adsorpsi Metanol ... 42

Gambar 4.3 Grafik Suhu Rata-Rata Adsorber Metanol ... 43

Gambar 4.4 Grafik Temperatur Pemvakuman Alat Penguji Adsorpsi Etano ... 43

Gambar 4.5 Grafik Suhu Rata-Rata Adsorber Etanol ... 44

Gambar 4.6 Grafik Temperatur Pemvakuman Alat Penguji Adsorpsi Amonia .... 44

Gambar 4.7 Grafik Suhu Rata-Rata Adsorber Amonia ... 45

Gambar 4.8 Awal sebelum pengisian Musicool ke dalam Gelas Ukur ... 45

Gambar 4.9 Proses mengisi musicool ke dalam alat uji ... 46

Gambar 4.10 Pengisian musicool ( a ) Sebelum dan ( b ) Sesudah ... 46

Gambar 4.11 Grafik Adsober Pada Proses Adsorpsi Metanol ... 48

Gambar 4.12 Grafik Tekanan Metanol ... 48

Gambar 4.13 Grafik Adsorpsi Pada Gelas Ukur Metanol ... 49

Gambar 4.14 Grafik Adsober Pada Proses Adsorpsi Etanol ... 51

Gambar 4.15 Grafik Tekanan Etanol ... 51

Gambar 4.16 Grafik Adsorpsi Pada Gelas Ukur Etanol ... 52

Gambar 4.17 Grafik Adsober Pada Proses Adsorpsi Amonia ... 53

Gambar 4.18 Grafik Tekanan Amonia ... 54

Gambar 4.19 Grafik Adsorpsi Pada Gelas Ukur Amonia ... 54

Gambar 4.20 Grafik Desorpsi Pada Adsorber Metanol ... 55

Gambar 4.21 Grafik Desorpsi Temperatur Rata - Rata Metanol ... 56

Gambar 4.22 Grafik Desorpsi Pada Gelas Ukur Metanol ... 56

Gambar 4.23 Grafik Desorpsi Pada Adsorber Etanol ... 57

Gambar 4.24 Grafik Temperatur Rata – Rata Adsorber Etanol ... 58

(17)

Gambar 4.26 Grafik Desorpsi Pada Adsorber Amonia ... 59

Gambar 4.27 Grafik Temperatur Rata - Rata Adsorber Amonia ... 60

Gambar 4.28 Grafik Desorpsi Pada Gelas Ukur Amonia ... 60

Gambar 4.29 Grafik Temperatur Pemvakuman Alat Penguji Adsorpsi Metanol

Diisolasi ... 62

Gambar 4.30 Grafik Temperatur Pemvakuman Alat Penguji Adsorpsi Etanol

Diisolasi ... 63

Gambar 4.31 Grafik Temperatur Pemvakuman Alat Penguji Adsorpsi Amonia

Diisolasi ... 64

Gambar 4.32 Grafik Adsober Pada Proses Adsorpsi Metanol Diisolasi ... 66

Gambar 4.33 Grafik Tekanan Metanol Diisolasi ... 66

Gambar 4.34 Grafik Temperatur Adsorpsi Pada Gelas Ukur Metanol Diisolasi .. 67

Gambar 4.35 Grafik Temperatur Adsober Pada Proses Adsorpsi Etanol

Diisolasi ... 68

Gambar 4.36 Grafik Tekanan Etan ol Diisolasi ... 69

Gambar 4.37 Grafik Temperatur Adsorpsi Pada Gelas Ukur Etanol Diisolasi ... 69

Gambar 4.38 Grafik Temperatur Adsober Pada Proses Adsorpsi Amonia

Diisolasi ... 71

Gambar 4.39 Grafik Tekanan Amonia Diisolasi... 71

Gambar 4.40 Grafik Temperatur Pada Gelas Ukur Amonia Diisolasi... 72

Gambar 4.41 Grafik Desorpsi Pada Adsorber Metanol Diisolasi ... 73

Gambar 4.42 Grafik Desorpsi Temperatur Rata - Rata Metanol Diisolasi ... 73

Gambar 4.43 Grafik Desorpsi Pada Gelas Ukur Metanol Diisolasi... 74

Gambar 4.44 Grafik Desorpsi Pada Adsorber Etanol Diisolasi ... 75

Gambar 4.45 Grafik Temperatur Rata – Rata Adsorber Etanol Diisolasi ... 75

Gambar 4.46 Grafik Desorpsi Pada Gelas Ukur Etanol Diisolasi ... 76

Gambar 4.47 Grafik Desorpsi Pada Adsorber Amonia Diisolasi ... 77

Gambar 4.48 Grafik Temperatur Rata - Rata Adsorber Amonia Diisolasi ... 77

Gambar 4.49 Grafik Desorpsi Pada Gelas Ukur Amonia Diisolasi ... 78

Gambar 4.50 Mekanisme Perpindahan Panas pada Adsorber ... 85

(18)

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Sifat Alumina Aktif ... 8

Tabel 2.2 Sifat Metanol ... 12

Tabel 2.3 Sifat Fisika dan Termodinamika Musicool ... 16

Tabel 4.1 Data Pengukuran Temperatur Rata – Rata Dan Tekanan Adsorpsi Pada

Metanol ... 47

Tabel 4.2 Data Pengukuran Tekanan dan Temperatur Rata-Rata

Adsorpsi Etanol ... 49

Tabel 4.3 Data Pengukuran Tekanan dan Temperatur Rata – Rata Adsorpsi Pada

(19)

DAFTAR SIMBOL

Simbol

Arti

Satuan

Cp

Kalor spesifik tekanan tetap

J/kg.K

Cv

kalor spesifik volume tetap

J/kg.K

Q

L

Kalor laten

J

Le

Kapasitas kalor spesifik laten

J/kg

m

Massa zat

kg

Qs

Kalor sensible

J

T

Beda temperatur

K

x

Panjang/tebal pelat

m

Qsp

Kapasitas pendinginan spesifik

kJ/s/m

2

h

Koefisien konveksi

W(m

2

.K)

A

Total luas penampang plat

m

2

k

Koefisien konduksi

W/mK

t

interval waktu

s

Tgl

Temperatur gelas ukur

K

Ts

Temperatur adsorber

K

T

b

Temperatur bawah adsorber

K

Tf

Temperatur film

K

Q

Laju perpindahan panas

W

P

Tekanan Vakum

cmHg

ε

emisitas dari pelat penyerap

(20)
(21)

ABSTRAK

Salah satu faktor yang mempengaruhi merancang mesin pendingin siklus

adsorpsi adalah perbandingan yang ideal antara adsorben dan refrigeran. Pada

penelian ini menggunakan alumina aktif sebagai adsorben sebanya 1 kg.

Refrigeran yang digunakan yaitu metanol, etanol, amonia dan musicool. Alat

penguji kapasitas adsorpsi yang digunakan dilengkapi dengan lampu sorot

halogen 1000 W sebagai sumber panas. Adsorber yang digunakan terbuat dari

bahan stainless steel yang bertujuan agar tahan terhadap korosi akibat dari variasi

refrigeran yang digunakan ada pun luas penampang dari absorben ini 0,07 m

2

.

Yang mempengaruhi sistem alat penguji mesin pendingin adsorpsi adalah

temperatur (T

adsorben

),volume dan tekanan. Sedangkan variasi refrigeran yang

digunakan ada 4 yaitu metanol, etanol, amonia dan musicool. Diperoleh refrigeran

yang paling optimal pada proses adsorpsi-desorpsi adalah metanol. Kapasitas

metanol yang dapat diadsorpsi dan didesorpsi oleh adsorben alumina aktif adalah

sebanyak 320 mL.

(22)

ABSTRACT

One of the factors that influence the design of the cycle of adsorption of a

cooling machine is an ideal comparison between adsorbent and refrigerant. In

this experiment, the use of activated alumina as adsorbent is 1 kg. Refrigerant

that is used is methanol, ethanol, ammonia, and musicool. Adsorption capacity

testing equipment that is used is equipped with 1000 W halogen spot light as

source of heat. Adsorber that used is made of stainless steel that is meant to be

resistant with corrosive nature because of the variation of refrigerant that is used

and that the surface area of this absorbent is 0,07 m

2 .

The thing which influence

the cycle of adsorption of a cooling machine is temperature, (T

adsorbant

), volume,

and pressure. While variations exist 4 refrigerant used is methanol, ethanol,

ammonia and Musicool. Obtained the optimum refrigerant adsorption-desorption

process is methanol. Capacity that can be adsorbed methanol and desorption by

activated alumina adsorbent is 320 mL.

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Seperti kita ketahui energi surya dapat dimanfaatkan sebagai sumber

energi panas dan sebagai sumber energi listrik. Salah satu aplikasi dari

pemanfaatan energi termal matahari adalah mesin pendingin siklus adsorpsi.

Mesin ini digerakkan oleh tenaga matahari dan tidak menggunakan energi listrik

atau energi mekanik sama sekali. Dengan karakteristik iklim cuaca kota Medan,

sangat diperlukan pendinginan yang umumnya digunakan untuk pengkondisian

udara. Keunggulan utama siklus ini adalah temperatur regenerasi yang relatif

rendah sehingga cocok untuk aplikasi energi surya dan tidak memiliki bagian

yang berputar karena semua gerakan fluida memanfaatkan efek alamiah sehingga

tidak membutuhkan energi listrik sama sekali.

Berdasarkan penelitan sebelumnya yang dilakukan di departemen Teknik

Mesin Universitas Sumatera Utara siklus adsorpsi memiliki kelemahan sehingga

proses adsorpsi dan desobsi tidak berjalan dengan baik.

Salah satu cara untuk menanggulangi masalah tersebut yaitu dengan

mengetahui jumlah perbandingan optimum dari adsorben dan refrijeran yang

digunakan agar proses adsorpsi dan desorpsi yang terjadi dapat berjalan dengan

baik. Hal ini dapat dilakukan dengan menguji pasangan adsorben dan refrijeran

tersebut dengan alat uji di laboratorium. Pada penelitian ini digunakan variasi

refrijeran seperti metanol, amonia, etanol dan musicool dengan adsorben alumina

aktif untuk mendapatkan refrijeran yang paling baik diserap oleh alumina aktif

tersebut.

1.2

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian skripsi ini adalah:

(24)

2.

Untuk mengetahui jumlah perbandingan yang ideal antara alumina

aktif dan refrigeran sehingga proses adsorpsi dan desorpsi dapat

berjalan dengan optimum.

3.

Untuk mengetahui berapa kapasitas adsorpsi dan desorpsi dari

alumina aktif terhadap refrigeran.

1.3

Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah pada:

1.

Perancangan alat penguji kapasitas adsorpsi dari adsorben pada mesin

penguji siklus adsorpsi.

2.

Pasangan adsorpsi yang dipakai adalah alumina aktif-metanol,

alumina etanol, alumina amonia dan alumina

aktif-musicool.

3.

Variabel yang diamati adalah temperatur, kapasitas, tekanan dan

waktu.

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian :

1.

Memberikan masukan kapasitas adsorpsi untuk adsorben alumina

aktif.

2.

Sebagai wacana dalam sistem refrigerasi yang dapat dilanjutkan

untuk penelitian lebih lanjut.

1.5

Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun atas beberapa bab dengan garis besar tiap bab sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas latar belakang penulisan skripsi, tujuan

penulisan, batasan masalah dan manfaat penulisan skripsi.

(25)

Pada bab ini membahas teori-teori yang dapat mendukung dan menjadi

pedoman dalam penyusunan skripsi. Pada bab ini dibahas refrigerant sintetik dan

hidroalumina adsorben dan prinsip kerja mesin pendingin.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini membahas tentang alat dan bahan yang digunakan dan

tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian.

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

Pada bab ini membahas tentang data yang didapat dari pengujian alat dan

perhitungan hasilnya.

BAB V KESIMPULAN

Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dari skripsi yang telah selesai

dikerjakan dan saran-saran yang diperlukan untuk memperbaiki hasil penelitian

selanjutnya.

Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisikan literatur-literatur yang digunakan untuk

menyusun lapuran ini.

Lampiran

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Siklus Adsorpsi

2.2.1 Teori Umum Adsorpsi

Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu

maupun

akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terserap, adsorbat) pada

permukaannya. Berbeda dengan

fluida lainnya dengan membentuk suat

Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut

(soluble) yang ada dalam larutan oleh permukaan zat atau benda penyerap dimana

terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.

Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan

pada lapisan permukaan atau antar fasa dimana molekul dari suatu materi

terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau adsorben.

Adsorpsi adalah pengumpulan dari adsorbat di atas permukaan adsorben,

sedang absorpsi adalah penyerapan dari adsorbat ke dalam adsorben dimana

disebut dengan fenomena sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut

adsorbat, sedangkan bahan yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut adsorben.

(27)

Gambar 2.1 Siklus Dasar Refrigerasi Adsorpsi

(28)

dalam adsorben berkurang atau menguap. Proses berkurangnya kandungan

adsorbat pada adsorben pada kasus ini disebut desorpsi.

Refrigeran yang terdesorpsi kemudian terkondensasi sebagai cairan di

dalam labu

kedua dengan dikeluarkannya panas ke lingkungan dimana tekanan

dan temperatur sistem masih tinggi (gambar b). Pemanasan pada labu pertama

dihentikan, lalu pada botol labu yang pertama terjadi perpindahan panas ke

lingkungan sehingga tekanan sistem menjadi rendah. Tekanan sistem yang rendah

menyebabkan adsorbat cair pada botol labu yang kedua menguap dan terserap ke

botol pertama yang berisi adsorben. Proses terserapnya adsorbat ke adsorben pada

kasus ini disebut adsorpsi. Proses adsorpsi menghasilkan efek pendinginan yang

terjadi pada botol labu kedua, dimana pada tekanan rendah panas dari lingkungan

diserap untuk menguap adsorbat (d) sampai sistem kembali ke kondisi awal.

Siklus mesin pendingin adsorpsi dapat digambarkan pada diagram

Clayperon berikut ini.

Gambar 2.2 Diagram Clayperon pada Sistem Pendingin Siklus Adsorpsi

[8]

Proses yang terjadi dapat di uraikan sebagai berikut ini.

1.

Proses Pemanasan ( pemberian tekanan )

(29)

menerima panas sehingga temperatur adsorber meningkat dan diikuti peningkatan

tekanan evaporasi menjadi tekanan kondensasi. Selama proses ini tidak ada aliran

refrigeran (metanol atau R134a yang masuk maupun yang keluar dari adsorber).

2.

Proses desorpsi

Proses desorpsi berlangsung pada waktu panas diberikan dari titik B ke D

sehingga adsorber mengalami peningkatan temperatur yang menyebabkan

timbulnya uap desorpsi. Sehingga, adsorbat yang berada pada adsorben dalam

bentuk gas mengalir ke kondensor untuk mengalami proses kondensasi menjadi

cair dan mengalir ke kondensor.

3.

Proses Pendinginan (penurunan tekanan)

Proses pendinginan berlangsung dari titik D ke F, adsorber melepaskan

panas dengan cara didinginkan sehingga suhu di adsorber turun dan diikuti oleh

penurunan tekanan dari tekanan kondensasi ke tekanan evaporasi.

4.

Proses Adsorpsi

Proses adsorpsi berlangsung dari titik F ke A, Adsorber terus melepaskan

panas sehingga adsorber mengalami penurunan temperatur dan tekanan yang

menyebabkan timbulnya uap adsorpsi. Adsorbat dalam bentuk uap dihasilkan dari

proses penyerapan kalor oleh adsorbat dari air yang ada disekitar evaporator

sebesar kalor laten penguapan adsorbat tersebut.

2.2

Adsorben

2.2.1 Alumina Aktif

(30)
[image:30.595.134.514.326.537.2]

yang sangat tinggi untuk rasio berat, karena banyak "terowongan seperti"

pori-pori.

Gambar 2.3 Alumina Aktif

Table 2.1 Sifat alumina aktif

[18]

Fisik

Luas Permukaan

320 m

2

/ grm ( minimal )

Total Volume Pori - Pori

0.50 CC / grm

Kapasitas adsorptive ( R.H 60% )

22% ( dari berat )

Pengausan

0.2% ( dari berat )

Pengausan akibat gesekan

99.6% ( dari berat )

Kepadatan

47lbs/ft

3

( 753 kgs/m

3

)

Ukuran

1/16”, 1/8”, 3/16”, 1/4'”

1.5mm, 3mm, 5mm,

6mm

2.2.2 Pembuatan Alumina Aktif

Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan

oksida, dengan rumus kimia Al

2

O

3

. Nama mineralnya adalah alumina, dan dalam

bidang pertambangan, kramik dan teknik material senyawa ini lebih banyak

disebut dengan nama alumina

(31)

Aluminium oksida, atau alumina, merupakan komponen utama

dalam bauksit bijih aluminium yang utama.

Pabrik alumina terbesar di dunia adalah Alcoa, Alcan, dan Rusal.

Perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam produksi dari aluminium oksida dan

aluminium hidroksida misalnya adalah Alcan dan Almatis. Bijih bauksit terdiri

dari Al2O3, Fe2O3, and SiO2 yang tidak murni. Campuran ini dimurnikan terlebih

dahulu melalui Proses Bayer:

Al2O3 + 3H2O + 2NaOH + panas

→ 2NaAl(OH)

4

Fe

2

O

3

tidak larut dalam basa yang dihasilkan, sehingga bisa dipisahkan

melalui penyaringan. SiO

2

larut dalam bentuk silikat Si(OH)

62-

. Ketika cairan

yang dihasilkan didinginkan, terjadi endapan Al(OH)

3

, sedangkan silikat masih

larut dalam cairan tersebut. Al(OH)

3

yang dihasilkan kemudian dipanaskan

2Al(OH)

3

+ panas

→ Al

2

O

3

+ 3H

2

O

Al

2

O

3

yang terbentuk adalah alumina. Pada 1961,perusahaan General

Electric mengembangkan Lucalox, alumina transparan yang digunakan

dalam lampu natrium. Pada Agustus 2006, ilmuwan Amerika Serikat yang bekerja

untuk 3M berhasil mengembangkan teknik untuk membuat alloy dari aluminium

oksida dan unsur-unsur lantanida, untuk memproduksi kaca yang kuat, yang

disebutalumina transparan. Aloi adalah campuran dua atau lebih unsur pada

komposisi tetap tertentu yang mana juzuk utamanya adalah logam.

(32)

Gambar 2.4 Diagram proses pembuatan alumina

[16]

2.2.3 Kegunaan Alumina Aktif

Alumina aktif digunakan untuk berbagai macam aplikasi adsorben dan

katalis termasuk adsorpsi katalis dalam produksi polyethylene , dalam produksi

hidrogen peroksida , sebagai adsorben selektif untuk bahan kimia, termasuk

arsenik , fluoride , dalam penghapusan belerang dari aliran gas ( Claus proses

Catalyst ) .

Alumina aktif juga banyak digunakan untuk menghilangkan fluoride dari

air minum . Di AS , ada program luas untuk fluoridate air minum . Namun , di

daerah tertentu , seperti daerah Jaipur India , ada cukup fluoride dalam air

menyebabkan fluorosis . Filter alumina aktif dapat dengan mudah mengurangi

kadar fluoride dari 0,5 ppm sampai kurang dari 0,1 ppm . Jumlah fluoride

kehabisan dari air yang disaring tergantung pada berapa lama air benar-benar

menyentuh media filter alumina . Pada dasarnya , semakin alumina di filter,

semakin sedikit fluoride bias mencapai akhir , air disaring . Suhu air yang lebih

rendah , dan air pH rendah ( air asam ) akan disaring lebih efektif juga. pH yang

ideal untuk pengobatan adalah 5.5 yang memungkinkan sampai tingkat

penghapusan 95 % .

(33)

Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi)

atau mesin pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas

dari benda atau udara yang didinginkan dan membawanya kemudian

membuangnya ke udara sekeliling di luar benda/ruangan yang didinginkan.

Berdasarkan jenis senyawanya, refrigeran dapat dikelompokan menjadi 7

kelompok yaitu sebagai berikut:

1.

Kelompok refrigeran senyawa halokarbon.

Kelompok refrigeran senyawa halokarbon diturunkan dari hidrokarbon

(HC) yaitu metana (CH

4

), etana (C

2

H

6

), atau dari propana (C

3

H

8

) dengan

mengganti atom-atom hidrogen dengan unsur-unsur halogen seperti khlor (Cl),

fluor (F), atau brom (Br). Jika seluruh atom hidrogen tergantikan oleh atom Cl

dan F maka refrigeran yang dihasilkan akan terdiri dari atom khlor, fluor dan

karbon. Refrigeran ini disebut refrigeran chlorofluorocarbon (CFC). Jika hanya

sebagian saja atom hidrogen yang digantikan oleh Cl dan atau F maka refrigeran

yang terbentuk disebut hydrochlorofluorocarbon (HCFC). Refrigeran halokarbon

yang tidak mengandung atom khlor disebut hydrofluorocarbon (HFC).

2.

Kelompok refrigeran senyawa organik cyclic.

Kelompok refrigeran ini diturunkan dari butana. Aturan penulisan nomor

refrigeran adalah sama dengan cara penulisan refrigeran halokarbon tetapi

ditambahkan huruf C sebelum nomor. Contoh dari kelompok refrigeran ini adalah:

1.

R-C316 C4Cl2F6 1,2-dichlorohexafluorocyclobutane

2.

R-C317 C4ClF7 chloroheptafluorocyclobutane

3.

R-318 C4F8 octafluorocyclobutane

3.

Kelompok refrigeran campuran Zeotropik.

(34)

4.

Kelompok refrigeran campuran Azeotropik.

Kelompok refrigeran Azeotropik adalah refrigeran campuran tak bereaksi

yang tidak dapat dipisahkan dengan cara destilasi. Refrigeran ini pada konsentrasi,

tekanan dan temperatur tertentu bersifat azeotropik, yaitu mengembun dan

menguap pada temperatur yang sama, sehingga mirip dengan refrigeran tunggal.

Namun demikian pada kondisi (konsentrasi, temperatur atau tekanan) yang lain

refrigeran ini bisa saja menjadi bersifat zeotropik.

5.

Kelompok refrigeran senyawa organik biasa

Kelompok refrigeran ini sebenarnya terdiri dari unsur C, H dan lainnya.

Namun demikian cara penulisan nomornya tidak dapat mengikuti cara penomoran

refrigeran halokarbon karena jumlah atom H nya jika ditambah dengan 1 lebih

dari 10 sehingga angka kedua pada nomor refrigeran menjadi dua digit. Sebagai

contoh butana (C

4

H

10

), jika dipaksakan dituliskan sesuai dengan cara penomoran

refrigeran halokarbon, maka refrigeran ini akan bernomor R-3110, sehingga akan

menimbulkan kerancuan..

6.

Kelompok refrigeran senyawa anorganik.

Kelompok refrigeran ini diberi nomor yang dimulai dengan angka 7 dan

digit selanjutnya menyatakan berat molekul dari senyawanya. Contoh dari

refrigeran ini adalah:

R-702 : hidrogen

R-704 : helium

R-717 : amonia

R-718 : air

R-744 : O2

R-764 : SO2

7.

Kelompok refrigeran senyawa organik tak jenuh.

(35)

2.3.1 Metanol ( CH

3

OH)

[image:35.595.265.394.499.673.2]

Untuk terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang

mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya. Adapun

properties Metanol dapat dilihat seperti tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Properties Metanol

[15]

Properties Metanol

Massa jenis

Le

787 kg/m

3

, cair

1100 kJ/kg

–97,7 °C

64.5 °C

Flammable (F), Toxic (T)

Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus.

Metanol merupakan bentuk

berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar,

dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan dari pada

Metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan

sebagai bahan aditif bagi etanol industri.

[15]

Gambar 2.5 Metanol ( CH

3

OH)

(36)

beberapa hari uap metanol tersebut akan

sinar

[15]

2.3.2

Etanol

Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau

alkohol saja adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak

berwarna, dan merupakan alcohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan

sehari – hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada

minuman beralkohol dan thermometer modern. Etanol adalah salah satu obat

rekreasi yang paling tua.

Etanol termasuk ke dalam alcohol rantai tunggal, dengan rumus kimia

C

2

H

5

OH dan rumus empiris

[image:36.595.248.376.414.587.2]

dimetil etil. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan

singkatan dari gugus etil (C

2

H

5

).

[15]

Gambar 2.6 Alkohol Cair/Etanol ( C2H5OH)

(37)

Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia

yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada

parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah

pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia

lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.

2.3.3 Amonia

Amonia adalah

didapati berupa

amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaa

sendiri adalah senyaw

amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusaka

bahkan

Sekalipun amonia diatur sebagai gas tak mudah terbakar,

[image:37.595.283.377.372.545.2]

amonia masih digolongkan sebagai baha

[15]

Gambar 2.7 Amonia Cair (NH3)

2.3.4 Musicool

Refrigeran hidrokarbon merupakan refrigeran alternatif jangka panjang

refrigeran CFC/HCFC. Dua keunggulaan penting yang dimilikinya adalah ramah

lingkungan dan karakteristik termodinamika yang handal sehingga meningkatkan

kinerja dan menghemat konsumsi energi sistem refrigerasi secara aman.

(38)
[image:38.595.260.401.144.346.2]

dirancang sebagai alternatif pengganti refrigeran sintetik yang masih memiliki

potensi merusak alam.

Gambar 2.8 MC-134

Musicool telah memenuhi persyaratan teknis sebagai refrigeran. Dari hasil

pengujian menunjukan bahwa dengan beban pendinginan yang sama Musicool

memiliki keunggulan-keunggulan dibanding refrigeran sintetik, diantaranya

beberapa parameter memberikan indikasi data lebih kecil, seperti: kerapatan

bahan (density), rasio tekanan kondensasi terhadap evaporasi, dan nilai

viskositasnya, sedangkan beberapa parameter lain memberikan indikasi data lebih

besar, seperti: efek refrigerasi, COP, kalor laten, dan konduktivitas bahan.

Perhatikan tabel sifat fisika dan termodinamika Musicool di bawah ini.

Tabel 2.3 Sifat Fisika dan Thermodinamika

[13]

No

Parameter

MC-12 MC-22 MC-134

1.

Normal boiling point, °C

-32,90 -42,05

-33,98

2.

Temperatur kritis, °C

115,5

96,77

113,8

3.

Tekanan kritis, Psia

588,6

616,0

591,8

(39)

8.

Kerapatan uap jenuh pada 37,8°C (kg/m³)

17,12

28,53

17,76

Hidrokarbon dapat terbakar bila berada di dalam daerah segitiga api yaitu

tersedianya: hidrokarbon, udara dan sumber api. Jika salah satu dari ketiga faktor

tersebut tidak terpenuhi maka proses kebakaran tidak akan tejadi. Hal ini

mengakibatkan tidak akan terjadi kebakaran di dalam sistem refrigerasi karena

tidak adanya udara (tekanan sistem refrigerasi lebih tinggi dari tekanan atmosfer).

Hidrokarbon termasuk kelompok refrigeran A3, yaitu refrigeran tidak

beracun yang mempunyai batas nyala bawah (Low Flammability Limit/LFL)

kurang dari 3,5%. Hidrokarbon dapat terbakar jika berada di antara ambang batas

nyala 2-10% volume. Bila konsentrasi hidrokarbon di udara kurang dari 2% maka

tidak cukup hidrokarbon untuk terjadinya pembakaran, demikian juga bila

konsentrasinya di atas 10% karena oksigen tidak cukup untuk terjadinya

pembakaran.

[13]

2.4

Keamanan Refrigeran

Refrigeran dirancang untuk digunakan pada ruangan tertutup atau tidak

bercampur dengan udara luar. Jika ada kebocoran karena sesuatu hal yang tidak

diinginkan, maka refrigeran ini akan keluar sistem dan bisa saja terhirup oleh

manusia. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka refrigeran harus

dikategorikan aman atau tidak aman. Ada dua faktor yang digunakan untuk

mengklasifikasikan refrigeran bedasarkan keamanan, yaitu bersifat racun dan

mudah terbakar.

(40)

Berdasarkan sifat mudah terbakar, refrigeran dapat dibagi atas 3 kelas,

kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Yang disebut kelas 1 jika mudah terbakar jika diuji

pada tekanan 1 atm (101 kPa) temperatur 18,3

o

C. Kelas 2 jika menunjukkan

keterbakaran yang rendah saat konsentrasinya lebih dari 0,1 kg/m

3

pada 1 atm dan

temperatur 21,1

o

C atau kalor pembakarannya kurang dari 19 MJ/kg. Kelas 3

sangat mudah terbakar. Refrigeran ini akan terbakar jika konsentrasinya kurang

dari 0,1 kg/m

3

ataun kalor pembakarannya lebih dari 19 MJ/kg.

Berdasarkan defenisi ini, sesuai dengan standar 34-1997. Refrigeran

diklasifikasikan menjadi 6 kategori.

1.

A1 : sifat racun rendah dan tidak terbakar.

2.

A2 : Sifat racun rendah dan sifat terbakar rendah.

3.

A3 : Sifat racun rendah dan mudah terbakar.

4.

B1 : sifat racunlebih tinggi dan tidak terbakar.

5.

B2 : sifat racun lebih tinggi dansifat terbakar rendah.

6.

B3 : sifat racun lebih tinggi dan mudah terbakar.

2.5

Kalor (Q)

Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat mengakibatkan

perubahan suhu. Pada abad ke 19 berkembang teori bahwa kalor merupakan fluida

ringan, yang dapat mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah, jika suatu benda

mengandung banyak kalor, maka suhu benda itu tinggi (panas). Sebaliknya, jika

benda itu mengandung sedikit kalor, maka dikatakan benda itu bersuhu rendah

(dingin). Kuantitas energi kalor (Q) dihitung dalam satuan joules (J). Laju aliran

kalor dihitung dalam satuan joule per detik (J/s) atau watt (W). Laju aliran energi

ini juga disebut daya, yaitu laju dalam melakukan usaha

2.5.1 Kalor Laten

(41)

struktur kristal (zat padat). Energi yang diperlukan disebut kalor transformasi.

Kalor yang diperlukan untuk merubah fasa dari bahan bermassa m adalah

QL = Le m ... (2.1)

Dimana :

QL = Kalor laten zat (J)

Le = Kapasitas kalor spesifik laten (J/kg)

m = Massa zat (kg)

2.5.2 Kalor sensibel

Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut

merubah temperatur dari suatu subtansi. Perubahan intensitas panas dapat diukur

dengan termometer. Ketika perubahan temperatur didapatkan, maka dapat

diketahui bahwa intensitas panas telah berubah dan disebut sebagai panas

sensible. Dengan kata lain, kalor sensibel adalah kalor yang diberikan atau yang

dilepaskan oleh suatu jenis fluida sehingga temperaturnya naik atau turun tanpa

menyebabkan perubahan fasa fluida tersebut.

Q

s

= m C

p

T ... (2.2)

Dimana:

Q

s

= Kalor sensible (J)

C

p

= Kapasitas kalor spesifik sensible (J/kg.K)

T = Beda temperature (K)

2.5.3 Perpindahan Panas

Panas hanya akan berpindah jika ada perbedaan temperatur, yaitu dari

sistem yang bertemperatur tinggi ke sistem bertemperatur rendah. Perbedaan

temperatur ini mutlak diperlukan sebagai syarat terjadinya perpindahan panas.

Selama ada perbedaan temperatur antara dua sistem maka akan terjadi

perpindahan panas. Mekanisme perpindahan panas yang terjadi dapat

dikategorikan atas 3 jenis yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi

(42)
[image:42.595.270.393.289.497.2]

Perpindahan panas dari partikel yang lebih panas ke partikel yang lebih

dingin sebagai hasil dari interkasi antara partikel tersebut. Karena partikelnya

tidak berpindah, umumnya konduksi terjadi pada medium padat, tetapi bisa juga

cair dan gas. Perpindahan panas di sini terjadi akibat interaksi antara partikel

tanpa diikuti perpindahan partikelnya. Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 2.9 Perpindahan Panas Konduksi Melalui Sebuah Plat

Secara matematik, untuk plat datar seperti gambar di atas ini, laju

perpindahan panas konduksi dirumuskan dengan persamaan:

=

��

∆�

∆�

. . . (2.3)

Atau sering dirumuskan dengan persamaan berikut ini.

=

��

��

��

. . . (2.4)

Dimana:

Q = laju aliran energi (W)

A = Luas penampang (m

2

)

(43)

x = panjang (m)

k = daya hantar (konduktivitas) (W/m.K)

2.

Konveksi

[image:43.595.253.418.310.453.2]

Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas antara permukaan

padat yang berbatasan dengan fluida mengalir. Fluida di sini bisa dalam fasa cair

atau fasa gas. Syarat utama mekanisme perpindahan panas konveksi adalah

adanya aliran fluida. Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 2.10 Perpindahan Panas Konveksi dari Permukaan Pelat

Secara matematik perpindahan panas konveksi pada permukaan pelat rata

dapat dirumuskan dengan persamaan berikut ini.

Qh = hA(Ts-Tf) ... (2.5)

Dimana:

h = koefesien konveksi (W/m

2

K)

A = luas penampang perpidahan panas (m

2

)

Ts= Temperatur permukaan

Tf = Temperatur fluida

3.

Radiasi

Q

c

Aliran Udara

Aliran Udara

(44)

Perpindahan panas radiasi adalah panas yang dipindahkan dengan cara

memancarkan gelombang elektromagnetik. Berbeda dengan mekanisme konduksi

dan konveksi, radiasi tidak membutuhkan medium perpindahan panas. Sampainya

sinar matahari ke permukaan bumi adalah contoh yang jelas dari perpindahan

panas radiasi.

Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung laju perpindahan

panas radiasi antara permukaan pelat (gambar 2.8) dan lingkungannya adalah:

Qr

= eσAT

4

...(2.6)

Dimana

σ : konstanta Boltzmann: 5,67 x 10

-8

W/m

2

K

4

e : emisivitas (0

≤ e ≤ 1)

T = Temperatur (K)

4.

Konveksi Natural

Jika aliran fluida terjadi secara alami, sebagai akibat perpindahan panas

yang terjadi. Konveksi ini disebut konveksi natural atau kadang disebut konveksi

bebas dalam bahasa Inggris disebut natural convection atau free convection.

Pada kasus konveksi natural pada bidang horizontal panjang yang

digunakan menghitung bilangan RaL adalaha panjang karakteristik yang

didefenisikan dengan persamaan:

=

. . . (2.7)

Dimana A menyatakan luas bidang horizontal dan K adalah keliling.

Dengan menggunakan panjang karakteristik (L) ini bilangan RaL

dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan berikut (2.8).

Ra

L

=

��

(�−�)�3

�2

��

...(2.8)

(45)
[image:45.595.136.489.83.315.2]

Gambar 2.11 Konveksi Natural pada Bidang Horizontal (tipe a)

Persamaan untuk menghitung Nu seperti gambar di atas (bidang

horizontal) dapat digunakan yang diajukan oleh Llyod Moran (1974):

Untuk 10

4

< Ra

L

< 10

7

:

Nu = 0,54R

0,25

...(2.9)

Untuk 10

7

< RaL < 10

9

Nu = 0,15R

1/3

...(2.10)

Jika polanya ditunjukkan seperti gambar di bawah ini, yaitu fluida panas

akan terdesak dari permukaan yang panas dan mengalir ke sebelah luar. Untuk

mengisi kekosongan akibat aliran ini maka fluida dibawahnya akan mengalir ke

atas.

(46)
[image:46.595.139.487.85.307.2]

Gambar 2.12 Konveksi Natural pada Bidang Horizontal (tipe B)

Persamaan menghitung bilangan Nu untuk kasus ini dapat digunakan persamaan

dapat dituliskan:

Nu = 0,27

��

0,25

...(2.11)

Persamaan ini berlaku untuk 10

5

< RaL <10

10

BAB III

METODOLOGI

3.1

Tempat dan Waktu

Tempat penelitian adalah laboratorium Teknik Pendingin, gedung Fakultas

Teknik USU. Waktu pelaksanaan penelitian ± 6 bulan.

3.2

Bahan

(47)

1.

Adsorben.

Adsorben yang digunakan pada penelitian ini adalah alumina aktif

sebanyak 1 kg.

Gambar 3.1 Alumina aktif

2.

Refrigeran

Untuk terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang

mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya. Refrigeran yang

digunakan pada pengujian ini adalah:

Metanol ( 1liter )

Etanol ( 1liter )

Amonia ( 1liter )

Musicool ( 1liter )

3.3

Alat Ukur Yang Digunakan Pada Pengujian Kapasitas Adsorpsi

1.

Manometer Vakum

(48)

Gambar 3.2 Manometer Vakum

Spesifikasi:

Buatan

: Jerman

Max tekanan : 0 cmHg

Min tekanan : -76 cmHg

2.

Agilent

[image:48.595.267.394.102.254.2]

Digunakan untuk mengukur temperatur pada generator/kolektor dan gelas

ukur dimana alat ini bekerja secara otomatis dan mencatat hasil pengukuran dalam

bentuk exel. Pada percobaan ini agilent yang dipergunakan berjumlah enam titik

diamana empat titik berada pada kolektor dan tiga titik berada pada gelas ukur.

Gambar 3.3 Agilent

Spesifikasi

Tipe

: Agilent 34970A

Buatan

: Belanda

Jumlah sensor thermocouple

: 20 channels multiplexer

(49)

3.4 Peralatan

1.

Pompa Vakum

Pompa vakum adalah sebuah alat untuk mengeluarkan molekul – molekul

gas dari dalam sebuah ruangan tertutup untuk mencapai tekanan vakum. Pada

percobaan ini pompa vakum digunakan untuk memvakumkan alat pengujian

sistem pendinginan adsorpsi dan mengeluarkan partikel-partikel/kotoran dan

mengeluarkan uap air dari generator/kolektor dan dari gelas ukur.

Gambar 3.4 Pompa Vakum

Spesifikasi:

Merek

: Robinair

Model No.

: 15601

Kapasitas

: 142 L/m

Motor H.p

: ½

Volt

: 110-115 V / 220-250 V

2.

Katup

(50)

Gambar 3.5 Katup

Pada gelas ukur juga dipakai 2 katup. Satu katup berfungsi untuk mengatur

aliran dari gelas ukur ke adsorber (pada saat adsorpsi) dan sebaliknya. Katup yang

lain berfungsi untuk mengatur pemasukan refrigeran ke gelas ukur.

3. Pipa Penghubung

Pipa penghubung ini mengunakan bahan stainless steel yang berdiameter

¾” dengan panjang keseluruhan 40 cm.

Gambar 3.6 Pipa penghubung

4.

Selang Karet

(51)
[image:51.595.217.407.341.484.2]

Gambar 3.7 Selang Karet

5.

Box Styrofoam

Box styrofoam digunakan untuk mengisolasi gelas ukur agar tidak

terkontaminasi dengan udara luar.

Gambar 3.8 Box Styrofoam

3.5

Set-Up Eksperimental

Wadah yang berisi adsorben karbon aktif (adsorber) dipanaskan sehingga

temperatur dan tekanan meningkat yang menyebabkan timbulnya uap desorpsi.

Adsorbat dalam bentuk cair akan mengalir ke gelas ukur.

Skema alat penguji kapasitas adsorpsi dapat dilihat seperti gambar 3.8 s.d

3.9 berikut ini.

(52)

Gambar 3.9 Skema Proses Desorpsi

Proses desorpsi terjadi karena panas yang berasal dari lampu penguji

berpindah secara radiasi ke adsorber. Refrigeran yang berada dalam karbon aktif

akan menimbulkan uap desorpsi. Uap ini akan mengalir ke gelas ukur melalui

selang. Uap ini akan berubah fasa menjadi cair di dalam gelas ukur.

Kemudian adsorber melepaskan panas sehingga adsorber terus mengalami

penurunan temperatur dan tekanan yang menyebabkan timbulnya uap adsorpsi.

Adsorbat dalam bentuk uap mengalir dari gelas ukur ke adsorber. Adsorbat dalam

bentuk uap dihasilkan dari proses penyerapan kalor oleh adsorbat dari lingkungan

sebesar kalor laten penguapan adsorbat tersebut. Proses ini berlangsung pada

tekanan saturasi yang rendah sehingga penyerapan kalor berlangsung pada

temperatur yang rendah pula. Proses tersebut dinamakan adsorpsi.

Refrigeran cair

(53)

Gambar 3.10 Skema Proses Adsorpsi

3.5.1 Prosedur Pengujian

Prosedur pengujian dapat diuraikan sebagai berikut ini.

1.

Proses

assembling

(penyambungan) alat penguji kapasitas adsorpsi.

Komponen adsorber dengan gelas ukur dihubungkan dengan baik. Pada

persambungan pipa dilem dengan baik dan kuat untuk menghindari

kebocoran.

2.

Kemudian dipasang termokopel agilent, pada adsorber (4 titik) dan pada gelas

ukur (3 titik). Agilent dinyalakkan sehingga data-data temperatur pada setiap

titik termokopel tersimpan otomatis.

3.

Adsorber dipanaskan selama 7 jam (mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan

pukul 17.00 WIB).

4.

Kemudian pada pukul 17.00 WIB dilakukan pemvakuman dengan

mengunakan pompa vakum untuk mengeluarkan gas/udara dan air/uap air

yang terdapat pada adsorben karbon aktif. Setelah kondisi vakum, kemudian

semua katup ditutup.

5.

Pada gelas ukur diisi refrigeran. Pengujian pertama mengunakan metanol,

pengujian kedua menggunakan etanol, pengujian ketiga menggunakan amonia

(54)

dan pengujian terakhir adalah refrigeran musicool. Kemudian lampu alat

penguji kapasitas adsorpsi dimatikan. Data temperatur adsorber dan gelas ukur

akan otomatis tersimpan pada agilent dalam bentuk exel.

6.

Kemudian gelas ukur dimasukkan ke dalam kotak styrofoam dan pada

styrofoam diisikan es sebanyak 5 kg. Hal ini bertujuan untuk melihat berapa

refrigeran yang dapat diserap oleh karbon aktif dengan kondisi bagian luarnya

sudah menjadi es. Karena gelas ukur nantinya akan digantikan fungsinya oleh

evaporator pada mesin pendingin siklus adsorpsi tenaga surya.

7.

Katup antara adsorber dan gelas ukur dibuka untuk memulai proses adsorpsi

(pukul 17.00 WIB sampai keesokan harinya pukul 10.00 WIB). Temperatur

adsorber akan turun seiring dengan turunnya temperatur lingkungan. Pada

malam hari dengan turunya temperatur adsorber, maka karbon aktif akan

menyerap refrigeran sehingga refrigeran akan menguap dan naik ke adsorben

karbon aktif. Tekanan adsorpsi dicatat setiap jamnya.

8.

Proses desorpsi mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB

dengan menyalakkan lampu pemanas alat penguji kapasitas adsorpsi

(1000

W). Seiring dengan naiknya temperatur adsorber maka refrigeran akan

menguap dari adsorben karbon aktif dan masuk ke gelas ukur dalam fasa cair.

3.6

Alat Penguji Kapasitas Adsopsi Dari Mesin Pendingin

(55)
[image:55.595.151.545.83.574.2]

Gambar 3.11 Alat Penguji Adsorpsi

Double Spot

Light

Manometer

Vakum

Selang

Katup

Gelas Ukur

Thermocuople

(6 titik)

Thermocuople

(56)
[image:56.595.197.498.84.388.2]

Gambar 3.12 Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi dengan gelas ukur Disolasi

Alat penguji ini dirancang untuk kapasitas alumina aktif 1 kg dengan

mengunakan panas yang berasal dari lampu halogen . Lampu yang digunakan dua

buah dengan daya masing-masing sebesar 500 W. Pada alat penguji adsorpsi

dilengkapi sensor thermocoupel 7 titik (pengukur suhu), manometer vakum (

pengukur tekanan dalam alat penguji) dan juga gelas ukur untuk mengukur

volume refrigeran yang dapat di serap dan dilepaskan oleh alumina aktif.

3.6.1 Dimensi Utama Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi

Adapaun dimensi-dimensi mesin pendingin adsorpsi dapat digambarkan

sebagai berikut ini.

(57)
[image:57.595.148.512.74.460.2]

Gambar 3.13 Dimensi Alat Penguji

A.

Kolektor

(58)

Gambar 3.14 Dimensi Kolektor

B.

Gelas Ukur

[image:58.595.159.467.85.388.2]

Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume refrigeran yang dapat

diserap oleh alumina aktif pada saat adsorpsi dan volume refrigeran yang kembali

pada saat desorpsi. Adapun dimensi gelas ukur sebagai berikut ini.

Gambar 3.15 Gelas Ukur

280

50

250

(59)

3.7

Langkah Pembuatan Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi Padamesin

Pendingin Adsorpsi

3.7.1 Pembuatan adsorber

[image:59.595.235.396.270.421.2]

1.

Adsober terbuat dari pelat stainless steel dengan tebal 1 mm. Adsorber

dibentuk sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan. Setelah pelat

stainless steel tersebut dipotong kemudian dihubungkan/disambung

dengan las argon. Las argon dipilih supaya hasil sambungan lebih kuat dan

terhindar dari kebocoran.

Gambar 3.16 Bentuk Adsorber

2.

Kemudian adsorber diisi dengan Alumina aktif. Alumina aktif diisi

sebanyak 1 kg. Kemudian Alumina aktif diratakan didalam adsorber.

Gambar 3.17 Pengisian Alumina aktif

[image:59.595.238.393.524.677.2]
(60)
[image:60.595.232.396.137.274.2]

adalah supaya Alumina aktif tidak jatuh pada saat adsorber dibalikkan dan

juga Alumina aktif tidak terhisap pada saat proses pemvakuman.

Gambar 3.18 Pemasangan Kawat Nyamuk

4.

Setelah proses ini, pelat penutup kemudian dihubungkan dengan

mengunakan las argon. Pada adsorber ini dilengkapi dengan manometer

vakum dan katup yang dipasang pada pipa adsorber.

Gambar 3.19 Penyambungan Pelat Adsorber

[image:60.595.243.383.402.568.2]
(61)
[image:61.595.215.411.80.412.2]

Gambar 3.20 Pemasangan Pipa dan Valve

Gambar 3.21 Adsorber Lengkap

[image:61.595.224.403.529.690.2]

6.

Langkah terakhir adalah melakukan pengecatan adsorber. Adsorber dicat

dengan cat warna hitam gelap. Tujuan pengecatan adalah agar adsorber

dapat menyerap panas dengan baik.

(62)

3.7.2 Pembuatan gelas ukur

[image:62.595.225.404.209.343.2]

1.

Gelas ukur dibuat sesuai dengan ukuran dimensi yang dirancang.

Kemudian pada gelas ukur dipotong untuk pada bagian tengah depan. Hal

ini bertujuan untuk menempelkan kaca akralik sehingga terlihat besar

volume refrigeran.

Gambar 3.23 Pembuatan gelas

2. Gelas ukur dilakukan pengecatan dan pada kaca akralik ditempel skala volume.

[image:62.595.239.389.429.550.2]
(63)

3.8

Flowchart Penelitian

Berikut merupakan tahapan dalam pengujian adsorpsi pasangan Alumina

aktif-masing-masing refrigerant (metanol, etanol, ammonia).

Mulai

Analisa

Kesimpulan

Saran

Studi Literatur

Studi literatur dan jurnal

Tahapan Persiapan

Survei bahan dan alat

Gambar sketsa alat penguji

Pembuatan Alat Uji

Adsorber ( 1 kg Alumina aktif )

Gelas Ukur

Data Output

Temperatur ( agilent )

Tekanan

Volume

K

it d

i

Assembling Alat Uji

Pemvakuman

Pengujian:

(64)

BAB IV

ANALISA DATA

4.1

Hasil Pengujian

[image:64.595.165.514.296.571.2]

Pengujian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan September.

Data yang diambil dari pengujian adalah temperatur adsorber, temperatur gelas

ukur, kapasitas refrigeran yang dapat diserap oleh alumina aktif beserta tekanan

dalam alat pengujian. Pada alat pengujian dipasang 7 titik sensor thermocouple, 4

titik pada adsorber dan 3 titik pada gelas ukur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar 4.1 berikut ini.

Gambar 4.1 Letak titik thermocouple pada alat penguji

Keterangan :

Angka 6, 7, 8, 9, 10, 17 dan 20 adalah letak titik-titik

thermocouple. Pada

bagian atas adsorber terdapat 3 titik dimana peletakan titik 6 disebelah kiri

atas, titik 8 ditengah atas dan titik 9 disebelah kana atas. Bagian bawah

adsorber terdapat satu titik yaitu titik 7 yang berada ditengah. Pada bagian

gelas ukur terdapat 3 titik dimana peletakan titik 10 dibagian atas, titik 20

dibagian samping kanan dan titik 17 dibagian bawah.

6

9

8

10

20

17

7

(65)

Isolator yang digunakan pada :

-

Adsorber : Kayu

-

Gelas ukur : Styrofoam

4.1.1 Pengujian Dengan Gelas Ukur Tidak Diisolasi

4.1.1.1 Data Pemvakuman Alat Penguji Mesin Pendingin Adsorpsi

1.

Metanol

Pengujian refrigerant methanol (CH3OH). Mesin pengujian adsorpsi mulai

dipanaskan mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. Pada pukul

17.00 WIB dilakukan pemvakuman alat pengujian adsorpsi dengan mengunakan

pompa vakum. Pemvakuman bertujuan untuk mengeluarkan partikel-partikel

pengotor dan uap air.

Temperatur maksimum adsorber yang dapat dicapai adalah 239,22

o

C

(pada titik 8 thermocouple) dan temperatur terendah di awal percobaan adalah

adalah 27,13

o

C. Di bawah ini grafik temperatur adsorber pada saat pemvakuman.

Gambar 4.2 Grafik Temperatur Pemvakuman Alat Penguji Adsorpsi Metanol

(66)

Gambar 4.3 Grafik Suhu Rata-Rata Adsorber Metanol

2.

Etanol

Pengujian refrigeran etanol (C2H5OH). Pengujian etanol sama perlakuannya saat

pengujian metanol. Adapaun hasil data pengujiaan pemvakuman dapat dipaparkan

seperti berikut ini.

Temperatur maksimum adsorber yang dapat dicapai adalah 223,93

o

C

(pada thermocouple

8) dan temperatur terendah di awal percobaan adalah adalah

27,76

o

C. Di bawah ini grafik temperatur adsorber pada saat pemvakuman.

Gambar 4.4 Grafik Temperatur Pemvakuman Alat Penguji Adsorpsi Etanol

(67)

Gambar 4.5 Grafik Suhu Rata-Rata Adsorber Etanol

3.

Amonia

Pengujian refrigeran amonia

saat pengujian metanol dan etanol. Adapaun hasil data pengujiaan pemvakuman

dapat dipaparkan seperti berikut ini.

Temperatur maksimum adsorber yang dapat dicapai adalah 215,98

o

C

(pada titik 8 thermocouple) dan temperatur terendah di awal percobaan adalah

adalah 27,1

o

C. Di bawah ini grafik temperatur adsorber pada saat pemvakuman.

(68)

Suhu rata-rata generator pada proses pemvakuman adalah 180,94

o

C.

Berikut ini ditampilkan grafik suhu rata-rata pada generator.

Gambar 4.7 Grafik Suhu Rata-Rata Adsorber Amonia

4.

Musicool

Pengujian terakhir adalah pengujian refrigeran musicool ( MC-134 ).

Tetapi pada pengujian musicool tidak berhasil diuji. Karena musicool memiliki

tekanan yang tinggi sedangkan alat uji mesin pendingin adsorpsi yang dirancang

untuk refrigeran tekanan rendah. Oleh karena itu gelas ukur tidak dapat diisi

dengan musicool dan tidak dapat melakukan proses pemvakuman.

(69)

Berikut merupakan gambar ketika memasukkan musicool ke dalam gelas

ukur.

Gambar 4.9 Proses mengisi musicool ke dalam alat uji

Setelah dilakukan pengisian musicool katub antara gelas ukur dan adsorber

dibuka, yang terjadi adalah alat uji mengembung akibat tekanan dari musicool

yang tinggi. Perhatikan gambar adsorber berikut ini.

a b

Gambar 4.10 Pengisian musicool ( a ) Sebelum dan ( b ) Sesudah

4.1.1.2 Data Pengujian Adsorpsi

Setelah proses pemvakuman maka dilanjutkan proses adsorpsi. Adsorpsi

dimulai pada pukul 17.00 WIB sampai kesokan harinya pada pukul 10.00 WIB.

Mengembung

Permukaan datar

(70)

Adapun data-data pada adsorber dan gelas ukur ( seperti temperatur, tekanan dan

volume refrigeran yang terserap 1 kg alumina aktif ) sebagai berikut ini.

1.

Metanol

A.

Adsorber

[image:70.595.128.498.273.739.2]

Tekanan awal pada proses ini adalah -0.5333 Bar. Temperatur terendah

yang dapat dicapai oleh adsorber adalah 25,16

o

C. Data tekanan setiap jam pada

proses adsorpsi dapat ditampilkan seperti tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Pengukuran Temperatur Rata – Rata Dan Tekanan Adsorpsi Pada

Metanol

No

Pukul

Tekanan Bar

Temperatur rata-rata (

o

C)

1.

17.00

-0.5333

206.93

2.

18.00

-0.7466

41.35

3.

19.00

-0.8066

29.38

4.

20.00

-0.8299

26.28

5.

21.00

-0.8299

26.31

6.

22.00

-0.8299

26.20

7.

23.00

-0.8299

26.33

8.

24.00

-0.8299

26.25

9.

01.00

-0.8399

26.05

10.

02.00

-0.8399

25.98

11.

03.00

-0.8399

25.84

12.

04.00

-0.8433

25.70

13.

05.00

-0.8466

25.61

14.

06.00

-0.8466

25.53

15.

07.00

-0.8499

25.46

16.

08.00

-0.8533

25.31

(71)

18.

10.00

-0.8399

26.79

[image:71.595.113.512.481.705.2]

Untuk lebih jelasnya dapat ditampilkan dalam bentuk grafik berikut ini.

Gambar 4.11 Grafik Adsober

Gambar

Gambar 2.3 Alumina Aktif
Tabel 2.2 Properties Metanol[15]
Gambar 2.6 Alkohol Cair/Etanol ( C2H5OH)
Gambar 2.7 Amonia Cair (NH3)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penuh rasa syukur penulis haturkan kepada Yesus Kristus atas berkat, bimbingan, kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “EVALUASI

Kesimpulan dari penelitian ini yakni kearifan local dalam pengelolaan sumber daya laut ditemukannya ide-ide konservasi yang berbasis pada budaya lokal yakni ongko

Sistem Prediksi Tingkat Kelulusan Mahasiswa ini di mulai dengan Input Data Training yaitu data mahasiswa yang sudah lulus di STMIK Sinar Nusantara, kemudian

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah bahwa Jaringan syaraf tiruan ini dapat membantu tim medis mendiagnosa penyakit kaki gajah dan

The CYP2A13  Arg257Cys variant represents a common polymorphism in the Indonesia population, particularly in Batak and Javanese ethnics.. Arg257Cys Polymor- phism of CYP2 A13 in

Untuk itu sebagai alternatif pemecahan masalah dalam penyediaan air, berdasarkan pada bentuk topografi dan curah hujan daerah tersebut adalah dengan menbangun embung untuk

Hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan guna mendapatkan ukuran ukuran meubel pada ruang belajar anak usia dini pada ruang belajar PAUD Al Abidin di

Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Indikator, Materi Pokok,