• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Efektivitas - HUBUNGAN EFEKTIVITAS PROGRAM PINJAMAN DANA BERGULIR DENGAN KESEJAHTERAAN ANGGOTA KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) DI DESA TOYAREJA KECAMATAN PURBALINGGA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2013 - repository per

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Efektivitas - HUBUNGAN EFEKTIVITAS PROGRAM PINJAMAN DANA BERGULIR DENGAN KESEJAHTERAAN ANGGOTA KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) DI DESA TOYAREJA KECAMATAN PURBALINGGA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2013 - repository per"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program (Rihadini. 2012). Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan.

Menurut Effendy (1989) ”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan

(2)

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode dan model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat.

B. Kesejahteraan

1. Pengertian Kesejahteraan

(3)

BKKBN merumuskan pengertian keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan anggotanya baik kebutuhan sandang, pangan, perumahan, sosial dan agama; keluarga yang mempunyai keseimbangan antara penghasilan keluarga dengan jumlah anggota keluarga; keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar, beribadah khusuk di samping terpenuhinya kebutuhan pokok.

2. Indikator Kesejahteraan

Kesejahteraan merupakan sesuatu yang bersifat subyektif, sehingga ukuran kesejahteraan bagi setiap individu atau keluarga berbeda satu sama lain. tetapi pada prinsipnya kesejahteraan berkaitan dengan kebutuhan dasar. Apabila kebutuhan dasar bagi individu atau keluarga dapat dipenuhi, maka dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan dari individu atau keluarga tersebut sudah tercapai. Tahapan kesejahteraan keluarga menurut Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana kota Banyumas tahun 2011 adalah sebagai berikut:

a. Indikator Tahap KS I:

1) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.

2) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.

3) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding yang baik.

(4)

6) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah. b. Indikator Tahap KS II:

1) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing

2) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/telor.

3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru dalam setahun.

4) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni keluarga. 5) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat

melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.

6) Ada seseorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh penghasilan

7) Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa baca tulisan latin

8) Pasangan usia subur dengan anak 2 atau lebih menggunakan alat/obat kontrasepsi

c. Indikator Tahap KS III

1) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.

2) Sebagian penghasilan keluarga di tabung dalam bentuk uang maupun barang.

3) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang dimanfaatkan untuk berkomunikasi.

(5)

5) Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/radio/TV d. Indikator Tahap KS III Plus:

1) Keluarga secara teratur dengan sukarela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan sosial.

2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan sosial/yayasan/institusi masyarakat

C. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk mendorong akselerasi penurunan angka kemiskinan yang berbasis partisipasi yang diharapkan dapat menciptakan proses penguatan sosial yang dapat mengantar masyarakat miskin menuju masyarakat yang madani, sejahtera, berkeadilan serta berlandaskan iman dan takwa (Sumodiningrat, 2009 : 60).Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan (on-going) sepanjang komunitas itu masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan dan tidak hanya terpaku pasa suatu program saja(Adi, 2008 : 54).

Pada dasarnya pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat pada kondisi sekarang yang tidak mampu, tidak berdaya dan terperangkap dalam kemiskinan menjadi masyarakat yang berdaya dan mandiri. Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat baik secara individu atau kelompok dalam memecahkan permasalahan terkait peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan(Buku Pedoman PNPM Mandiri tahun 2007).

(6)

a. Membentuk pengembangan manusiawi yang otentik dan integral dari masyarakat lemah,rentan, miskin, marjinal dan kaum kecil. Seperti petani kecil, buruh tani, masyarakat miskin perkotaan, masyarakat adat yang terbelakang, kaum muda pencari kerja, kaum cacat dan kelompok wanita yang dikesampingkan.

b. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosio ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, dan juga sanggup berperan serta dalam pengembangan masyarakat.

2. Sasaran-sasaran program pemberdayaan masyarakat dalam mencapai kemandirian sebagai berikut:

a. Terbukanya kesadaran dan tumbuhnya keterlibatan masyarakat dalam mengorganisir diri untuk kemajuan dan kemandirian bersama.

b. Diperbaikinya kondisi sekitar kehidupan kaum rentan, miskin dengan kegiatan-kegiatan peningkatan pemahaman, peningkatan pendapatan dan usaha-usaha kecil diberbagai bidang ekonomi kearah swadaya.

c. Ditingkatkan kemampuan dan kinerja kelompok-kelompok swadaya dalam keterampilan teknis dan manajemen untuk perbaikan produktifitas dan pendapatan mayarakat.

D. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM

Mandiri)

1. Pengertian PNPM Mandiri

(7)

kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat(Pedoman Umum PNPM Mandiri 2007). PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

Pelaksanaan PNPM Mandiri tahun 2007 dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat di pedesaan beserta program pendukungnya seperti PNPM Generasi; Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat di perkotaan; dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana, dan konflik.(Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan PNPM Mandiri, 2011)

2. Tujuan PNPM Mandiri

a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel.

(8)

d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

e. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

3. Komponen Program PNPM Mandiri

Rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui komponen program sebagai berikut:

a. Pengembangan Masyarakat

Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah dicapai.

b. Bantuan Langsung Masyarakat

Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin.

(9)

Komponen peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal adalah serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal/kelompok peduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini antara lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan secara selektif, dan sebagainya.

d. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program

Komponen bantuan pengelolaan dan pengembangan program meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program.

E. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

BKM merupakan kepemimpinan kolektif dari organisasi masyarakat warga suatu kelurahan/desa yang anggota-anggotanya dipilih berdasarkan kriteria kemanusiaan, sehingga berperan secara penuh sebagai pemimpin masyarakat warga. Yang menjadi tugas dan kewajiban BKM adalah sebagai berikut :

1) Merumuskan kebijakan serta aturan main secara demokratis mengenai hal-hal yangberhubungan dengan penanggulangan kemiskinanmengorganisasi masyarakat untuk merumuskan visi,misi, rencana strategis, dan Pronangkis. 2) Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan

(10)

3) Mendorong berlangsungnya proses pembangunan partisipatif dari tahap identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan monitoring evaluasi

4) Memonitor, memberi masukan untuk berbagai kebijakan maupun program pemerintah lokal

5) Membangun transparansi dan akuntabilitas

6) Membuka akses dan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan, keputusan dan kegiatan UP (Unit Pengelola), termasuk penggunaan keuangan

7) Memfasilitasi usulan program penanggulangan kemiskinan untuk diintegrasikan dengan kebijakan pemerintah kelurahan/desa, kecamatan dan Pemerintah kota/Kabupaten.

Dalam menjalankan seluruh kebijakan yang telah dikeluarkan oleh BKM serta untuk mempertahankan keberlanjutan dalam proses pembelajaran bagi masyarakat, BKM perlu membentuk unit-unit pengelola sesuai kebutuhan, sebagai berikut:

1. Unit Pengelola Lingkungan (UPL)

(11)

2. Unit Pengelola Sosial (UPS)

Unit Pengelola Sosial adalah salah satu gugus tugas yang dibentuk oleh BKM/LKM sebagai unit mandiri untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh BKM mengenai kegiatan-kegiatan di bidang sosial, bukan hanya kegiatan yang bersifat karitatif, tapi juga bidang-bidang lain seperti kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari UPK, UPL dan UPS merupakan unit mandiri dan dapat mengambil keputusan yang bersifat operasional dengan sepengetahuan BKM/LKM selama tidak bertentangan dengan keputusan/kebijakan yang telah ditetapkan oleh BKM. Oleh sebab itu setiap unit pengelola wajib mempertanggung-jawabkanhasil kerjanya kepada BKM/LKM.

3. Unit Pengelola Keuangan (UPK).

(12)

Tugas – tugas UPK

1. Bekerjasama dengan BKM/LKM untuk menjamin terlaksananya Program Jangka Menengah Pronangkis bidang ekonomi.

2. Melakukan pendampingan penyusunan usulan kegiatan KSM. 3. Monitoring dan evaluasi kegiatan – kegiatan KSM ekonomi.

4. Mengelola keuangan pinjaman dana bergulir dan mengadministrasikannya. 5. Menjalin kemitraan dengan pihak-pihak lain.

Dalam melaksanakan tugasnya, UPK diharapkan bisa melibatkan relawan-relawan untuk memfasilitasi KSM dan kegiatan-kegiatan khusus misal pemasaran, pelatihan keterampilan pembukuan dan sebagainya yang tergabung dalam gugus tugas berdasarkan permasalahan yang dibahas. Relawan-relawan ini juga bisa dilibatkan untuk monitoring dan evaluasi kegiatan yang sudah direncanakan.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi UPK

Tugas – tugas struktur organisasi UPK terdiri dari:

1) Manajer UPK tugasnya antara lain: meneliti kelengkapan berkas pengajuan pinjaman untuk diperiksa ke lapangan; memberi keputusan iya/tidak pemberian pinjaman setelah dilakukan analisis data lapangan; menandatangani surat putusan pinjaman dana bergulir.

Manajer UPK

KSM/Masyarakat

Pembuku Kasir

(13)

2) Petugas pinjaman bertugas antara lain: meneliti formulir pengajuan pinjaman dana yang diberikan pengurus KSM; melakukan pemeriksaan lapangan tentang kelayakan tempat tinggal/usaha KSM/anggota yang melakukan pengajuan permohonan pinjaman.

3) Pembuku bertugas antara lain: membuat surat perjanjian pinjaman, kartu pinjaman, bukti kas keluar dll; melakukan pencatatan uang angsuran baik tiap minggu maupun bulan.

4) Kasir bertugas antara lain: menyerahkan uang (dana bergulir) ke pengurus KSM; menandatangani dan menyerahkan bukti kas keluar.

F. Program Pinjaman Dana Bergulir

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri perkotaan dilaksanakan sejak tahun 2007 sebagai upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat dimasa mendatang.

(14)

1. Tujuan Kegiatan Pinjaman Bergulir

Pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir dalam PNPM Mandiri Perkotaan bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah tangga miskin dengan pnjaman mikro berbasis pasar. Kegiatan yang menghasilkan pendapatan yang biasanya tidak memiliki akses ke sumber pinjaman lainnya, untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan kegiatan yang mendukung tumbuhnya ekonomi serta usaha mikro, disamping itu membelajarkan mereka dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar.

2. Indikator Efektivitas Program Pinjaman Bergulir

Indikator yang peneliti ambil untuk mengetahui efektivitas pengembalian dana bergulir yaitu dengan melihat kolektibilitas pinjaman. Karena pada dasarnya dana bergulir berjalan dengan efektif apabila KSM mampu melakukan pengembelian dana bergulir dengan lancar.Kolektibilitas pinjaman adalah cerminan dari pengelolaan pinjaman bergulir, dengan kolektibilitas dapat dilihat baik buruknya kualitas dan tingkat resiko daripada pinjaman. Pengelompokan dalam kolektibilitas pinjaman terdiri dari Pinjaman Lancar (L), Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar (KL), Diragukan (D) dan Macet (M) dengan kriteria sebagai berikut:

a) Pinajaman Lancar (kolektabilitas 1) adalah pinjaman yang tidak terdapat tunggakan baik pokok maupun bunga.

b) Pinjaman Dalam Perhatian Khusus (Kolektibilitas 2) adalah pinjaman yang terdapat unsur tunggakan (pokok dan atau bunga) < 3 bulan/kali.

(15)

d) Pinjaman Diragukan (Kolektabilitas 4) adalah pinjaman yang terdapat unsur tunggakan (pokok dan atau bunga) > 6 s/d 9 bulan/kali.

(16)

G. Penelitian Yang Relevan

Nama Rahmatika, 2011 (Skripsi) Mustika Rihadini, 2012 (Skripsi) Lusi Pertiwi, 2014 (Skripsi)

Judul Analisis Efektifitas Program

Pinjaman Dana bergulir pada Unit Pengelola Kegiatan (UPK) PNPM Mandiri dan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Kecamatan Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2008-2010

Efektifitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Pada Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (PNPM MP SPP) Di Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara Pada Periode 2010

Hubungan Efektivitas Program Pinjaman Dana Bergulir Dengan Kesejahteraan Masyarakat Pada UPK dan KSM di Desa Toyareja Kecamatan Purbalingga tahun 2013

Tujuan 1. Untuk mengetahui efektifitas program dana bergulir

2. Untuk mengetahui Efisiensi biaya dan pencapaian laba.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan Laba bersih keefektifan dalam

menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia.

4. Untuk mengetahui kesiapan masyarakat Situjuh dalam menerima bantuan tahun berikutnya.

1. Mendeskripsikan Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Pada Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (PNPM MP SPP) di Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara Pada Periode 2010

1. mengetahui efektifitas program dana bergulir.

2. mengetahui kesejahteraan anggota KSM di desa Toyareja.

3. mengetahui adakah hubungan efektivitas pinjaman dana bergulir dengan kesejahteraan anggota KSM desa toyareja tahun 2013.75

Pengambilan sampel

Simple random sampling Simple random sampling Total Sampling

Pengumpulan data

Dokumentasi, Angket/kuesioner Observasi, Wawancara, Dokumentai Angket/kuisioner

Analisis data Deskriptif Kuanitatif Deskriptif kualitatif Kuantitatif

Hasil Efektifitas Prosedur mekanisme perguliran, yang didapat dari kuesioner yang dibagikan kepada pemanfaat dana bergulir, dianggap sudah efektif baik persepsi umum terhadap PNPM, proses seleksi, proses penyaluran dan pencairan dana serta proses pendampingan

Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan khusunya Simpan Pinjam Perempuan (SPP) sudah efektif namun belum maksimal.

Ada hubungan positif antara efektivitas pinjaman dana bergulir denga kesejaheraan anggota KSM. r = 0,6584. Koefisien penentu sebesar 43,35% dan 56,65% ditentukan oleh faktor lain.

(17)

H. Kerangka Pikir

Kemiskinan membuat kesejahteraan masyarakat di Desa Toyareja rendah. Berbagai upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan oleh pemerintah salah satunya PNPM Mandiri Perkotaan. Dari sekian banyak program yang dimiliki PNPM peneliti memilih program Pinjaman Dana Bergulir sebagai objek penelitian dimana program tersebut dikelola oleh UPK (Unit Pengelola Keuangan) dan juga struktur organisasinya. Kemudian dilakukan evaluasi pembukuan milik UPK untuk mengetahui efektivitas program Dana Bergulir dan melakukan kuesioner untuk mengetahui kesejahteraan anggota KSM saat ini. Kemudian dilakukan perhitungan apakah ada hubungan antara Efektivitas pinjaman dana bergulir dengan kesejahteraan anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis Kemiskinan

Unit Pengelola Keuangan (UPK)

Penanggulangan Kemiskinan

PNPM (Dana Bergulir)

Efektivitas Dana Bergulir

Hubungan Efektivitas Dana Bergulir dengan Kesejahteraan

(18)

I. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, disusun pertanyaan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan program Pinjaman Dana Bergulir Desa Toyareja Tahun 2013 berjalan Efektif.

2. Kesejahteraan anggota KSM > 50% merupakan Kesejahteraan II.

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi UPK
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan data primer dilakukan setelah groundcheck dan pengurusan izin pengambilan data pada lokasi terpilih kemudian dilakukan pengukuran iklim mikro (suhu dan kelembaban

Revised Bloom’s Taxonomy ( RBT) dapat digunakan untuk mengklasifikasijenispemikiran yang terlibatdalam proses kognitif siswa.Salah satu cara untuk menyajikan soal

Layanan Referensi adalah suatu kegiatan kerja yang berupa pemberian bantuan kepada pemakai perpustakaan untuk memenuhi informasi. Bantuan tersebut berupa

Setelah proses penyaringan selesai, sistem ini memiliki input yang terkoneksi ke ponsel android melalui module bluetooth yang bertujuan untuk mengotrol keran dari jarak jauh

Setelah pusat kota penuh, kemudian pada kurun waktu antara tahun 1938-1954 perkembangan kota cenderung mengikuti jalur jalan yang aksesnya tinggi sehingga bentuk kota cenderung

Dewasa ini, pola dan cara pembangunan dan pemanfaatan potensi sungai negara- negara berkembang termasuk Indonesia, meniru cara-cara tahapan awal yang dilakukan oleh negara-negara

Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Reguler periode LXI tahun 2016/2017 yang kami laksanakan di Pedukuhan Pongangan, Desa Sentolo, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo,

[r]