• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan - TRI AYU WULANDARI BIAWAN BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan - TRI AYU WULANDARI BIAWAN BAB II"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan

Teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent Anthony dan Govindarajan (2005). Oleh karena itu, teori keagenan sulit terbentuk karena adanya kepentingan yang saling bertentangan. Perbedaan kepentingan antara principal dan agent disebut asimetri informasi. Keadaan asimetri informasi terjadi ketika adanya distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan agent akibatnya :

1. Moral hazard : permasalahan yang timbul akibat agent tidak melaksanakan hal-hal dalam kontrak kerja.

2. Adverse selection : keadaan dimana principal tidak dapat mengetahui apakah keputusan yang diambil agent benar-benar didasarkan atas informasi yang diperoleh, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.

(2)

menjelaskan bahwa model keagenan diperlukan suatu sistem yang melibatkan kedua belah pihak, sehingga diperlukan kontrak kerja antara pemilik (principal) dan manajemen (agent). Teori keagenan berkaitan dengan konflik agency, atau konflik kepentingan antara agen dan pelaku. Dalam penelitian ini perusahaan bertindak sebagai principal, sementara auditor independen sebagai agent.

Menurut Jensen (1986) dalam Febrianty (2011) agency problem timbul karena cenderung untuk mementingkan dirinya sendiri dan munculnya konflik ketika beberapa kepentingan bertemu dalam suatu aktivitas bersama. Biaya agency meningkat saat pemegang saham menjadi semakin jauh dari manajemen, karena perusahaan yang tidak listing cenderung memiliki jumlah pemegang saham yang lebih kecil, maka biaya agency diperkirakan lebih rendah daripada untuk perusahaan listing. Sebaliknya, berkenaan dengan semakin besar pemisahan antara pemilik dan manajer, maka perusahaan yang listing lebih besar kemungkinannya untuk mengucurkan biaya agensi yang lebih tinggi Cooke (1989) dalam Febrianty (2011).

2.2 Auditing

(3)

conclusion about what was audited”. Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan, Mulyadi (2009:9).

Auditor yang ditugaskan untuk mengaudit tindakan ekonomi diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu :

1. Auditor Internal

Auditor internal adalah karyawan suatu perusahaan tempat mereka untuk melakukan audit dengan tujuan untuk membantu manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Auditor internal berhubungan dengan audit operasional dan audit kepatuhan.

2. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas utamanya adalah melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan dari berbagai unit organisasi dalam pemerintah.

3. Auditor Independen (Akuntan Publik)

(4)

Klien dapat berupa perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, badan-badan pemerintah maupun individu perseorangan.

Tujuan audit yaitu untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran dalam semua hal yang bersifat materiil, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berteima umum (PABU). Arens (1995) dalam kartika (2011) menyatakan kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan. Asersi merupakan pernyataan manajemen yang terkandung dalam komponen laporan keuangan yang dapat bersifat implisit dan eksplisit.

Dalam melaksanakan audit seorang auditor harus memiliki standar yang telah ditetapkan oleh ikatan akuntansi Indonesia (IAI). Standar Auditing yang telah ditetapkan oleh ikatan akuntansi Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Standar Umum :

a. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat.

(5)

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang telah diaudit.

3. Standar Pelaporan :

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b. Laporan auditor harus menunjukan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

(6)

2.3 Audit Delay

Kartika (2011) Audit Delay yaitu lamanya waktu atau rentang waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal waktu diterbitkannya laporan audit. Audit Delay inilah yang dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan informasi yang dipublikasikan. Bean dan benardi (2003) dalam bustaman dan kamal (2010) Audit Delay adalah jumlah hari yang dibutuhkan antara penutupan tahun buku keuangan perusahaan hingga tanggal dikeluarkannya laporan audit.

Audit Report Lag (Audit Delay) adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu 31 desember sampai tanggal neraca yang tertera pada laporan auditor independen Subekti dan widiyanti (2004) dalam lianto dan kusuma (2010).

(7)

dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Tahun 2012, BAPEPAM mengeluarkan lampiran keputusan mengenai penyampaian laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan public dengan Nomor: Kep-431/BL/2012, yang mewajibkan setiap perusahaan menyampaikan laporan tahunan kepada BAPEPAM dan LK paling lama 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir.

Audit Report Lag (Audit Delay) akan lebih panjang pada perusahaan yang mendapatkan qualified opinion. Dyer dan McHug (1975) dalam Mumpuni (2011) menggunakan kriteria keterlambatan pelaporan keuangan dalam penelitiannya : 1. Preminilary lag adalah interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan

sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.

2. Auditor’s report lag adalah interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.

3. Total lag adalah interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan di bursa.

2.4 Profitabilitas

(8)

menurut sartono (1998) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.

Dasar penilaian profitabilitas yaitu pada laporan keuangan, terdiri dari laporan neraca dan rugi-laba perusahaan. Berdasarkan laporan neraca dan rugi laba maka akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan rasio ini digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu periode tertentu.

Analisis ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets, maupun modal sendiri. Jadi hasil profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolak ukur ataupun gambaran tentang efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan.

(9)

keuangan auditan dapat diselesaikan secepatnya sehingga good news tersebut dapat disampaikan kepada para investor dan pihak yang berkepentingan lainnya.

Givoly dan Palmon (1982) dalam Rachmawati (2008) menyatakan bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik, maka pihak manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu dan jika pengumuman laba berisi berita buruk, maka pihak manajemen cenderung melaporkan tidak tepat waktu.

Perusahaan yang mengalami rugi cenderung memerlukan auditor untuk memulai proses pengauditan lebih lambat dari biasanya. Oleh karena hal tersebut, maka akan terjadi pula keterlambatan dalam menyampaikan kabar buruk kepada publik. Carslaw dan Kaplan (1991) dalam Rachmawati (2008).

Rasio profitabilitas menurut Sartono (2011:123) menggunakan : 1.

2.

3. 4.

(10)

Opini audit adalah pernyataan standar dari kesimpulan auditor yang didapatkan berdasarkan kesimpulan dari proses audit Arens et al (2006) dalam togasima dan christiawan (2014). Seorang auditor yang independen akan memberikan pernyataan mengenai hasil akhir dari proses audit atas laporan keuangan. Pernyataan tersebut mengenai atas kewajaran atas laporan keuangan. Perusahaan yang memperoleh pendapat wajar tanpa pengecualian akan lebih cepat pelaporannya dibandingkan dengan pendapat yang selain wajar tanpa pengecualian.

Widosari (2012) menyatakan opini auditor adalah kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit. Auditor menyatakan pendapatnya berpijak pada audit yang dilaksanakan berdasrakan standar auditing dan atas temuan-temuannya.

Menurut Mulyadi (2009:20) ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor yaitu :

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian ( unqualified opinion )

Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi sesuai dengan prinsip yang berlaku umum di Indonesia jika memenuhi kondisi sebagai berikut :

a. Prinsip yang berlaku umum di Indonesia digunakan untuk menyusun laporan keuangan.

(11)

c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language )

Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menambahkan laporan hasil auditnya dengan bahasa penjelas.

Arens (1995) dalam kartika (2011) Berbagai penyebab paling penting adanya tambahan bahasa penjelas yaitu :

a. Adanya ketidakpastian yang material.

b. Adanya keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan.

(12)

3. Pendapat wajar dengan pengecualian ( qualified opinion )

Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian jika memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.

b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.

c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

d. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

4. Pendapat tidak wajar ( adverse opinion )

Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika:

a. Laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien.

b. Jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya.

(13)

dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat ( disclaimer opinion )

Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat yaitu : a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.

b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar yaitu pendapat tidak wajar diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan pendapat karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan yang diaudit.

2.6Ukuran Perusahaan

(14)

(dalam Tiono, 2013, p. 15). Rahayu (2011) dalam Widosari (2012) menyatakan

Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya perusahaan yang ditentukan berdasarkan ukuran nominal misalnya jumlah kekayaan dan total penjualan persahaan dalam satu periode penjualan. Perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Kartika (2011).

Andi (2009) dalam Indriyani dan Supriyati (2012) berpendapat bahwa perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurang audit delay, karena perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan pemerintah dan lain-lain. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan.

(15)

Kategori Ukuran Perusahaan terdiri dari : a. Perusahaan Besar

Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.

b. Perusahaan Menengah

Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar/tahun. c. Perusahaan Kecil

Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun.

Penelitian ini menggunakan total asset untuk mengukur ukuran perusahaan. Total asset merupakan jumlah dari aset lancar, asset tetap, aset tak berwujud dan lainnya. Maka total asset ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural sebagai berikut :

(16)

Audit Delay 2.7 Kerangka Pemikiran

Laporan keuangan memiliki peranan penting dalam pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan dan memiliki manfaat untuk suatu pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh para investor, pemegang saham, kreditor dan pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan. Laporan keuangan harus disusun sedemikian rupa agar dapat memenuhi dari seluruh pihak yang membutuhkannya Subekti dan Widiyanti (2002) dalam Lianto dan Kusuma (2010).

Berdasarkan teori diatas dan penelitian terdahulu maka variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu profitabilitas , opini audit dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen. Audit delay sebagai variabel dependen.

Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut :

H1

H2

H3

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 2.8Hipotesis

2.8.1 Profitabilitas

Profitabilitas adalah suatu kemampuan perusahaan menghasilkan Profitabilitas

Opini Audit

(17)

kinerja perusahann dan diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas. Sedangkan Profitabilitas menurut sartono (1998) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.

Kartika (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka semakin pendek audit delaynya. H1 : Profitabilitas secara statistik berpengaruh negatif terhadap audit

delay.

2.8.2 Opini Audit

Opini audit adalah pernyataan standar dari kesimpulan auditor yang didapatkan berdasarkan kesimpulan dari proses audit Arens et al (2006) dalam togasima dan christiawan (2014).

Widosari (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion, perusahaan tersebut akan melaporkan pendapat tepat waktu karena merupakan berita baik.

(18)

H2 : Opini audit secara statistik berpengaruh negatif terhadap audit delay.

2.8.3 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag (audit delay). Perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Kartika (2011).

Manajemen dengan skala besar cenderung diberikan insentif untuk mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan yang berskala besar dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah sehingga cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan keuangan auditan lebih awal.

Kartika (2011) menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka audit delaynya semakin pendek.

H3 : Ukuran Perusahaan secara statistik berpengaruh negatif terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan inklusi sebagai layanan pendidikan yang menerima anak disabilitas bersama dengan anak normal di sekolah biasa dalam perjalannya masih banyak mengalami hambatan,

Program Pengabdian Mandiri Tenaga Pendidik (PMTP) merupakan kegiatan dari tenaga akademik yang dilaksanakan baik mandiri maupun kelompok. Program PMTP merupakan program

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

Setibanya di bumi/dunia, Raja Tunggal Sangumang, Darung Bawan, dan Patahu mencari tahu, di mana mereka bisa menemukan para pemuda dari bangsa manusia yang terkenal sakti

Bab IV terdiri dari, konsep negara dalam pandangan kaum TNKB, konstruksi negara dalam konsepsi TNKB, konsepsi dasar negara bagi TNKB, syarat pemimpin dalam perspektif TNKB,

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang telah banyak dilakukan pada perusahaan manufaktur dan perbankan yang terdaftar di BEI, penelitian ini

Berdasarkan data dan hasil analisa yang telah dilakukan diketahui bahwa secara sosial dan ekonomi sebagian besar masyarakat Desa Sedulang yang bermatapencaharian utama sebagai

Dari uraian diatas tertarik untuk membangun suatu sistem yang nantinya bisa membantu masyarakat dalam mendapatkan informasi mengenai suatu wilayah dengan judul “ Sistem