BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Paguyuban Orang Tua Siswa
Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggota
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta
bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan
batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut dinamakan juga
bersifat nyata dan organis, sebagaimana dapat diumpamakan dengan organ
tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban terutama akan dapat dijumpai
di dalam keluarga, kelompok kerabatan, rukun tetangga dan lain sebagainya.
Tonnies dalam Soerjono Soekanto (2009 : 118) menyatakan bahwa
suatu paguyuban (gemeinschaft) mempunyai beberapa karakteristik yaitu
sebagai berikut :
1. Intimate, yaitu hubungan dalam paguyuban yang menyeluruh dan mesra. 2. Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi, khusus untuk beberapa
orang saja di dalam paguyuban.
Tonnies dalam Soerjono Soekanto (2010 : 119) menyatakan
paguyuban (gemeinschaft) dibagi menjadi beberapa tipe yaitu sebagai berikut :
1. Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), merupakan paguyuban yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contohnya adalah keluarga, kelompok kekerabatan, persaudaraan dan sebagainya. 2. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu paguyuban
yang terdiri dari orang orang yang berdekatan tempat tinggal dalam suatu lingkungan tertentu sehingga dapat saling tolong menolong contohnya adalah rukun tetangga, rukun warga dan arisan.
3. Paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaft of mind), adalah suatu paguyuban atau gemeinschaft yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah atau tempat tinggalnya tidak bersekatan dan berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan pemikiran yang sama, ideologi yang sama. Paguyuban semacam ini biasanya ikatan tidak sekuat paguyuban karena darah dan paguyuban karena keturunan.
Di dunia pendidikan terdapat paguyuban yang dititikberatkan kepada
peran serta orang tua siswa dengan mengatasnamakan organisasi paguyuban
orang tua siswa khususnya pada jenjang pendidikan di sekolah dasar.
Paguyuban orang tua siswa dalam pendidikan merupakan suatu kelompok
sosial atau organisasi yang anggota-anggotanya meliputi orang tua atau wali
siswa yang dibentuk dengan tujuan untuk memajukan pendidikan dan
menyumbangkan baik pikiran dan tenaganya dalam kemajuan pendidikan di
lingkungan sekitar sekolah itu berada.
Paguyuban kelas merupakan perkumpulan orang tua siswa dalam suatu
kelas yang bertujuan untuk membangun dan menumbuhkan dan meningkatkan
partisipasi, kepedulian dan tanggung jawab orang tua dengan pemberian saran
dan masukan dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu
paguyuban kelas juga bertujuan untuk menciptakan hubungan yang baik antara
guru atau wali kelas dengan orang tua dalam peningkatan mutu pembelajaran
a. Peran Paguyuban Kelas
1) Bersama komite sekolah merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi program komite sekolah untuk mendukung peningkatan
mutu sekolah dan siswa.
2) Mendukung proses dan kegiatan belajar mengajar di kelas dalam
wujud pemikiran, tenaga dan finansial.
3) Mediator antara orang tua siswa dengan wali kelas dan guru.
b. Fungsi Paguyuban Kelas
1) Menampung aspirasi, ide, tuntutan dari orang tua terhadap proses
belajar mengajar di kelas.
2) Mendorong orang tua peduli dan aktif berpartisipasi guna mendukung
hasil belajar siswa.
c. Wewenang dan Tanggung jawab
1) Menggalang kas kelas yang digunakan untuk tambahan kebutuhan
siswa atau kelas.
2) Mengakomodir kebutuhan maupun perlengkapan kelas.
3) Melakukan pertemuan rutin orang tua atau wali siswa dengan wali
kelas.
4) Mensosialisasikan kebijakan sekolah maupun komite sekolah kepada
orang tua atau wali siswa.
5) Mendukung kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah dan komite
sekolah.
6) Komunikasi dan koordinasi aktif dengan komite sekolah dalam
Dapat disimpulkan bahwa paguyuban merupakan bentuk kelompok
sosial yang ada di masyarakat yang mempunyai ikatan darah dan hubungan
kekerabatan dan kekeluargaan sehingga diantara anggotanya memiliki rasa
saling memiliki dengan anggota yang lainnya dan mempunyai suatu tujuan
yang mulia dan berguna bagi anggota-anggotanya dan orang banyak.
Paguyuban orang tua siswa di kelas merupakan perkumpulan orang tua atau
wali siswa untuk peningkatan mutu pembelajaran di kelas. Paguyuban orang
tua siswa pada setiap kelas dibentuk mempunyai tujuan untuk menciptakan
hubungan yang harmonis antara guru atau wali kelas dengan orang tua siswa
di sekolah dasar.
B. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah konsep yang
menggambarkan perubahan formal struktur penyelenggaraan sekolah, sebagai
suatu bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah itu sendiri sebagai
unit utama peningkatan serta bertumpu pada retribusi kewenangan pembuatan
keputusan sebagai sarana penting yang dapat didorong dan ditopang.
Manajemen Berbasis Sekolah diartikan sebagai model manajemen yang
memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong
pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua
warga sekolah (guru, peserta didik, kepala sekolah, karyawan, orang tua
peserta didik, dan masyarakat yang berhubungan dengan program sekolah)
sehingga rasa memiliki warga sekolah dapat meningkat dan mengakibatkan
peningkatan rasa tanggung jawab dan dedikasi warga sekolah. (Sagala 2009 :
Nurkolis (2003 : 11) mengemukakan “Manajemen Berbasis Sekolah adalah model pengelolaan sekolah dengan memberikan kewenangan yang lebih besar pada tingkat sekolah untuk mengelola sekolahnya sendiri secara langsung. Dimilikinya kewenangan sekolah itu karena terjadi pergeseran kekuasaan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah kepada sekolah langsung dalam pengelolaan sekolah. Dengan adanya kewenangan yang besar tersebut maka sekolah memiliki otonomi, tanggung jawab, dan partisipasi dalam menentukan program program sekolah.
Dapat disimpulkan bahwa MBS merupakan model manajemen
yang memberikan otonomi lebih kepada sekolah dalam pengambilan
keputusan dan pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah dengan
melibatkan semua komponen dan stakeholder yang ada di sekolah dan
bertujuan untuk kemajuan dan perbaikan kualitas pendidikan di sekolah itu
menjadi lebih maju. MBS disebut sebagai suatu bentuk administrasi
pendidikan dimana sekolah menjadi unit utama dalam pengambilan
keputusan, hal ini berbeda jauh dengan bentuk tradisional manajemen
pendidikan di mana birokrasi pemerintah pusat sangat dominan dalam
pengambilan keputusan.
a. Landasan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Menurut Asmani (2010 : 35) MBS mempunyai landasan yang
dijelaskan sebagai berikut :
1) Undang-Undang Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pasal 51 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 menyatakan,
“Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan
2) Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
(UUPD).
3) Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat dan Daerah.
4) PP Nomor 25 tahun 2000 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemerintah
dan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
b. Model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Menurut Sagala (2009 : 154) MBS diselenggarakan melalui
beberapa model yaitu model (1) peningkatan peranan guru, (2)
peningkatan wawasan pengelolaan pengajaran melalui penelitian dan
kajian pustaka dan (3) penyamaan visi semua pihak dalam proses
perubahan untuk memfokuskan arah baru merealisasikan penyelenggaraan
program dengan sistem MBS. Konsep model MBS perlu memperhatikan
kajian, penelitian, strategis yang bertujuan agar otonomi sekolah dan
partisipasi masyarakat mempunyai keterlibatan yang tinggi dengan
memberikan kerangka dasar peningkatan mutu.
Konsep model MBS dalam prakteknya menggambarkan sifat-sifat
otonomi sekolah yang merujuk pada perlunya mamperhatikan kondisi dan
potensi dalam mengelola sekolah. Model MBS megakomodasikan
kebijakan-kebijakan strategis pemerintah pusat, pemerintah daerah
propinsi dan pemerintah kabupaten atau kota dalam program
pembangunan pendidikan. Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi, standar
kompetensi peserta didik, standar kurikulum, standar kelembagaan,
perlayanan minimum, standar guru dan tenaga kependidikan, penetapan
kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif setiap semester dan
setiap tahun yang mengacu kepada kewanangan pemerintah pusat,
pemerintah daerah kabupaten atau kota, dan satuan pendidikan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model
MBS merupakan kewenangan dan otonomi yang diberikan oleh
pemerintah kepada sekolah untuk mengelola sekolah sesuai dengan
potensi yang ada pada sekolah. Konsep model MBS memuat
kebijakan-kebijakan dalam pembangunan pendidikan.
c. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Menurut Satori (2001) dalam Sagala (2009 : 157) mengemukakan
tujuan penerapan MBS adalah antara lain :
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya dan potensi yang tersedia.
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
3) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah, dan pemerintah tentang mutu sekolah.
4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.
d. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Menurut Satori (2001) dalam Sagala (2009 : 158) manfaat
menggunakan MBS yakni :
1) Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya, karena bisa lebih mengetahui peta kekuatan, kelemahan peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi.
3) Pengambilan keputusan partisipatif yang dilakukan dapat lebih memenuhi kebutuhan sekolah, karena sekolah lebih tahu apa yang terbaik dalam penyelenggaraan program sekolahnya.
4) Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif apabila masyarakat turut serta mengawasi dan membantu memenuhi kebutuhan sekolah.
5) Keterlibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
6) Sekolah bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan di sekolahnya kepada pemerintah, orang tua, peserta didik, dan masyarakat.
7) Sekolah dapat bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu pendidikan.
8) Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat yang senantiasa berubah dengan pendekatan yang tepat dan cepat.
e. Prinsip Umum Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Menurut Satori (2001) dalam Sagala (2009 : 159) mengemukakan prinsip
umum yang patut menjadi pedoman dalam pelaksanaan model MBS antara
lain :
1) Memiliki visi, misi dan strategi kearah pencapaian mutu pendidikan, khsusnya mutu peserta didik sesuai dengan jenjang dan sekolah masing-masing.
2) Berpijak pada power sharing (berbagai kewenangan), pengelolaan pendidikan sepatutnya berlandaskan pada keinginan saling mengisi, saling membantu dan menerima berbagai kekuasaan/ kewenangan sesuai fungsi dan peran masing-masing.
3) Adanya profesionalisme semua bidang dan berbagai komponen baik para praktisi pendidikan, pengelola, dan manajer pendidikan lainnya termasuk profesionalisme dewan pendidikan kabupaten atau kota maupun komite sekolah di satuan pendidikan.
4) Meningkatkan partisipasi masyarakat yang kuat termasuk orang tua peserta didik.
5) Komite sekolah sebagai institusi dapat menopang keberhasilan visi dan misi sekolah.
6) Adanya transparansi dan akuntabilitas manajemen sekolah baik dilihat dari akuntabilitas manajemen maupun akuntabilitas finansial.
f. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Menurut Sagala (2009 : 161) Karakteristik Manajemen Berbasis
1) Prestasi pembelajaran dan manajemen sekolah yang efektif.
2) Kepemimpinan sekolah yang visioner dan berjiwa entepreneurship. 3) Menempatkan kewenangan yang bertumpu pada sekolah dan
masyarakat
4) Senentiasa melakukan perubahan kearah yang lebih baik.
5) Melakukan analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan dan evaluasi kinerja sesuai dengan visi dan misi untuk mencapai tujuan dan target sekolah.
6) Kesejahteraan personal sekolah yang cukup.
7) Pengelolaan dan penggunaan anggaran yang tepat sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.
g. Komponen Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Sagala (2009 : 169) menyatakan MBS tersusun atas tiga komponen yaitu :
1) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
2) Peran Serta Masyarakat (PSM)
3) Peningkatan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar melalui peningkatan
mutu pembelajaran.
Komponen Manajemen Berbasis Sekolah dapat dilihat pada gambar 2.1.
berikut ini :
h. Partisipasi Masyarakat dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Masyarakat sebagai pengguna jasa layanan umum pendidikan telah
memahami isu manajemen pendidikan berbasis sekolah sebagai inovasi
dalam manajemen perubahan pendidikan persekolahan. Masyarakat
beranggapan bahwa paradigma baru penyelenggaraan pendidikan memang
telah berubah. Sekolah seharusnya dapat memahami apa yang sedang
berubah dan bagaimana melakukan manajemen perubahan. Sekolah
seharusnya tidak lagi menjadi sebuah sistem tertutup, sekolah seharusnya
lebih terbuka kepada masyarakat penggunanya, dan sekolah sebaiknya
memberikan kesempatan atau akses yang luas kepada masyarakat
(terutama orang tua peserta didik) dalam hal rencana pengembangan
sekolah.
Asumsi di atas merupakan merupakan asumsi yang telah
terbangun di kalangan masyarakat. Masyarakat telah menyadari bahwa
mereka memiliki hak untuk akses ke persekolahan. Masyarakat memiliki
keinginan agar lembaga pendidikan melakukan perubahan dalam sistem
manajemennya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memang
selayaknyalah melakukan perubahan untuk meningkatkan efektivitas
pencapaian tujuan sesuai dengan tuntutan zaman. Pelaksanaan
manajermen pendidikan berbasis sekolah harus mendapatkan dukungan
dan partisipasi aktif dari masyarakat. Strategi yang dilakukan dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Cara-cara yang ditempuh disesuaikan dengan situasi daerah dan
karakteristik sekolah itu berada. Partisipasi masyarakat adalah variabel
berbasis sekolah. Masyarakat adalah variabel yang akan memberikan
reaksi dan respon secara langsung jika terjadi perubahan di sektor
pendidikan.
Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2012 : 125) mengemukakan
mengemukakan bentuk partisipasi ideal yang dilakukan masyarakat dalam
pengembangan sekolah meliputi :
1) Melibatkan masyarakat dalam berbagai program dan kegiatan di
sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial,
perpisahan, peringatan hari besar nasional, keagamaan, dan pentas
seni. Pelibatan masyarakat disesuaikan dengan hobi, kemampuan, dan
pekerjaan mereka dengan program dan kegiatan yang akan dilakukan
sekolah.
2) Mengidentifikasi tokoh masyarakat, yaitu orang-orang yang mampu
mempengaruhi masyarakat pada umumnya. Tokoh tersebut yang
pertama kali harus dihubungi. Tokoh-tokoh tersebut mugkin berasal
dari orang-orang tua peserta didik, figur masyarakat, olahragawan,
seniman, informal leaders, psikolog, dokter, dan pengusaha.
3) Melibatkan tokoh masyarakat dalam berbagai program dan kegiatan
sekolah yang sesuai dengan minatnya. Misalnya olahragawan dapat
dilibatkan dalam pembinaan olahraga di sekolah, dokter dapat
dilibatkan dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), atau Palang Merah
dan penyuluhan. Selanjutnya tokoh masyarakat tersebut dijadikan
mediator dengan masyarakat pada umumnya.
4) Memilih waktu yang tepat untuk melibatkan masyarakat sesuai
dengan kondisi dan perkembangan masyarakat. Misalnya awal
melibatkan olahragawan dikaitkan dengan kegiatan PORDA, ketika
minat masyarakat terhadap olahraga sedang meningkat, awal pelibatan
dokter dimulai pada hari Kesehatan Nasional, atau pada saat kegiatan
imunisasi di sekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa partisipasi masyarakat dalam MBS merupakan syarat penting yang
harus ada karena keduanya saling berkaitan satu sama lain. Partisipasi
masyarakat harus selalu dilakukan karena sekolah harus bisa bekerjasama
dengan masyarakat untuk kemajuan dan pengembangan sekolah. Sekolah
seharusnya tidak lagi menjadi sebuah sistem yang tertutup, sekolah
seharusnya lebih terbuka kepada masyarakat di lingkungan sekitarnya dan
sekolah seharusnya dapat melibatkan masyarakat dalam berbagai program
yang di selenggarakan di sekolah untuk kemajuan dan keberhasilan proses
pendidikan.
C. Peran Paguyuban Orang Tua Dalam Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS)
Partisipasi dan peran orang tua merupakan keterlibatan orang tua secara
nyata dalam suatu kegiatan dan mempunyai maksud tertentu. Partisipasi orang
tua dapat berupa gagasan, kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan
orang tua sangat diperlukan karena sekolah merupakan partner orang tua
dalam mengantarkan cita-cita dan membentuk pribadi peserta didik. Orang tua
memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan dan kemajuan sekolah,
oleh karena itu penting mengkaji dan memahami cara-cara yang dapat
ditempuh untuk menggalang partisipasi orang tua terhadap kegiatan dan
pengembangan sekolah khususnya di sekolah dasar. Bentuk dan partisipasi
orang tua dalam pengembangan sekolah dilaksanakan melalui wadah
paguyuban orang tua siswa di setiap kelas di tingkat sekolah dasar. Bentuk
partisipasi yang dapat dilaksanakan oleh paguyuban orang tua siswa yaitu
sebagai berikut :
1. Manajemen Keuangan Sekolah
Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai tindakan pengurusan
atau ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan,
pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan. (Depdiknas Ditjen
Dikdasmen, 2000). Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu
sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi
pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam
implementasi MBS, yang menuntut kemampuan sekolah untuk
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta
mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada
masyarakat dan pemerintah. Komponen keuangan dan pembiayaan pada
terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar di sekolah
bersama komponen-komponen lain.
Menurut Suharno (2008 : 65) Sumber keuangan dan pembiayaan
pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga
sumber yaitu (1) pemerintah, baik pemerintah pusat dan pemerintah
daerah yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi
kepentingan pendidikan, (2) orang tua atau peserta didik, (3) masyarakat
baik mengikat ataupun tidak mengikat. Berkaitan dengan penerimaan
keuangan dari orang tua dan masyarakat ditegaskan dalam UU Sisdiknas
No. 20 Tahun 2003 bahwa karena keterbatasan kemampuan pemerintah
dalam pemenuhan dana pendidikan, tanggung jawab atas pemenuhan
kebutuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Dalam rangka implementasi
MBS, manajemen komponen keuangan harus dilaksanakan dengan baik
dan teliti mulai dari tahap penyusunan anggaran, penggunaan, sampai
pengawasan dan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang
berlaku agar semua dana sekolah benar-benar dimanfaatkan secara
efektif, efisien dan tepat sasaran.
Dapat disimpulkan bahwa peran paguyuban orang tua siswa
dalam manajemen keuangan adalah orang tua yang tergabung dalam
paguyuban berperan untuk menyumbangkan tenaga dam pemikirannya
dalam pengelolaan keuangan di sekolah. Masyarakat merupakan mitra
Dalam penelitian ini masyarakat dan paguyuban orang tua siswa berperan
untuk mengawasi pengelolaan keuangan dan ikut membantu jalannya
pengelolaan keuangan di sekolah sehingga dapat lebih transparan dan
dapat dirasakan manfaatnya oleh siswanya dalam mendukung proses
belajarnya di bangku sekolah khususnya di sekolah dasar.
2. Pengembangan Pembelajaran PAKEM
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan
pembelajaran PAKEM diharapkan berkembangnya berbagai macam
inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Orang tua yang
tergabung dalam paguyuban orang tua siswa sangat berperan penting
dalam pembelajaran PAKEM. Dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM
peran paguyuban orang tua siswa dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Menjadi mitra anak dalam belajar di rumah sehingga orang tua dapat
berperan untuk mengajari anaknya dalam belajar di rumah.
b. Orang tua dapat memantau segala tingkah laku dan kebiasaan yang
dilakukan oleh anaknya sehingga anak akan terdorong untuk selalu
melakukan perbuatan yang baik di rumah maupun di sekolah.
c. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
d. Menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi pengembangan
kreatifitas anak misalnya dengan banyak memberikan pertanyaan,
mengecek hasil karya siswa, dan mendorong kreatifitas anak dalam
belajar.
3. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur
dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan
kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan.
Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan,
pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, dan penghapusan serta
penataan. Manajemen sarana dan prasarana dalam MBS berpedoman
pada implementasi MBS. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah dilakukan oleh segenap stakeholder yang ada di sekolah.
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat
menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan
kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun siswa untuk berada
di lingkungan sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya
alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan
relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
kepentingan proses pendidikan dan pengajaran baik guru maupun siswa.
Dapat disimpulkan bahwa peran paguyuban orang tua siswa dalam
pengembangan sarana dan prasarana pendidikan yaitu berperan untuk
perawatan sampai dengan pembiayaan yang disesuaikan dengan
anggaran sekolah. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berupa bantuan
yang diberikan oleh pemerintah melalui kementrian pendidikan dapat
berupa bantuan pembuatan bangunan induk ruang kelas, perpuatakaan,
ruang guru maupun sarana dan parasara lain yang mendukung proses
kegiatan belajar dan mengajar di sekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa peran paguyuban orang tua siswa dalam MBS merupakan bentuk
partisipasi yang dilakukan oleh orang tua siswa dalam wadah paguyuban
yang bertujuan untuk pengembangan program di sekolah untuk kemajuan
pendidikan di sekolah tersebut. Sesuai dengan observasi peneliti di
lapangan peran paguyuban orang tua siswa dalam penelitian ini di
laksanakan dalam tiga jenis program sesuai dengan permasalahannya
yaitu, peran paguyuban orang tua siswa dalam manajemen keuangan
sekolah, pengembangan pembelajaran PAKEM dan pengembangan
sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.
D. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Sekolah
Partisipasi merupakan prasyarat penting bagi peningkatan mutu.
Partisipasi sebagai proses interaksi sosial ditentukan oleh proses obyektivasi
yang dilakukan oleh individu dalam dunia intersubyektif yang dapat
dibedakan oleh kondisi sosiokultural sekolah. Bagi sekolah partisipasi
masyarakat dalam pembangunan pendidikan adalah kenyataan obyektif yang
Partisipasi menuntut adanya pemahaman yang sama atau obyektivasi dari
sekolah dan orang tua dalam tujuan sekolah. Bentuk-bentuk partisipasi
masyarakat dalam pengembangan pendidikan dapat dijelaskan dalam tabel
2.2. berikut :
Pihak masyarakat bermusyawarah dengan sekolah Pemerintah menyediakan sarana dan prasarana sekolah Komite sekolah berpartisipasi aktif
Pemanfaatan potensi yang ada Masyarakat memiliki gotong royong
Partisipasi
masyarakat
dalam
pendidikan
Kesiapan SDM secara professional Stakeholder mendukung program sekolah
Menghadiri pertemuan sekolah untuk mengetahui perkembangan siswa.
Membantu siswa belajar
Mencari sumber untuk memecahkan masalah pendidikan
Made Pidarta (2011 : 192) mengemukakan bentuk dukungan dan partisipasi
yang dilakukan masyarakat meliputi bentuk partisipasi,bidang partisipasi dan
cara yang digunakan dalam berpartisipasi, hal tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Bentuk partisipasi :
a. Dewan Pendidikan
b. Komite Sekolah
d. Perkumpulan Olahraga
e. Perkumpulan Kesenian
f. Organisasi-organisasi pendidikan yang lain
2. Bidang partisipasi antara lain :
a. Kurikulum terutama yang lokal
b. Alat-alat belajar
c. Dana
d. Material untuk bangunan
e. Auditing keuangan
f. Kontrol terhadap kegiatan-kegiatan sekolah
3. Cara berpartisipasi antara lain :
a. Ikut dalam pertemuan
b. Datang ke sekolah
c. Lewat Surat
d. Lewat Telepon
e. Ikut malam kesenian
f. Ikut bazaar
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi
masyarakat dalam pengembangan sekolah merupakan syarat penting bagi
peningkatan mutu sekolah. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan
sekolah dapat berupa keikutsertaan masyarakat dalam memberikan gagasan,
MBS, partisipasi masyarakat sangat diperlukan dan sekolah harus menjadi
partner dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan teori
di atas dapat dikelompokan bentuk partisipasi masyarakat dalam pendidikan
dibagi menjadi dua yaitu partisipasi dalam MBS dan partisipasi masyarakat
dalam pendidikan.
E. Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan
proses komunikasi antara lembaga pendidikan dalam hal ini adalah sekolah
dengan masyarakat di lingkungan sekitar sekolah tersebut. Hubungan lembaga
pendidikan dan masyarakat bersifat timbal balik dan saling mempengaruhi
diantara keduanya. Lembaga pendidikan berperan untuk merealisasikan apa
yang dicita-citakan oleh masyarakatnya melalui program pelayanan
pendidikan yang sesuai dan untuk menciptakan kualitas pendidikan yang lebih
baik di masa yang akan datang.
Lembaga pendidikan dan masyarakat mempunyai hubungan yang saling
mempengaruhi diantara keduanya. Ada hubungan saling memberi dan saling
menerima antara lembaga pendidikan dengan masyarakat sekitarnya. Lembaga
pendidikan merealisasi apa yang dicita-citakan oleh warga masyarakat tentang
pengembangan putra-putri mereka. Lembaga pendidikan memberikan sesuatu
yang sangat berharga kepada masyarakat dalam menjalin hubungan yang
bermanfaat. Melalui kontak hubungan dengan masyarakat memudahkan
organisasi pendidikan itu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi
lingkungannya. Lembaga pendidikan lebih mudah menempatkan dirinya di
masyarakat dalam arti dapat diterima sebagai bagian dari milik warga
masyarakat.
Lembaga pendidikan dapat mengikuti arus dinamika masyarakat
lingkungannya. Pendekatan situasional atau contingency memang diperlukan
oleh lembaga pendidikan sebagai sistem terbuka. Pendekatan ini mengharuskan
lembaga-lembaga itu menaruh perhatian kepada masyarakat, mengamati
aspirasi mereka, kebutuhan mereka, kemampuan, dan kondisi mereka.
Hubungan kerjasama lembaga dengan masyarakat mengikuti
perubahan-perubahan lingkungan dengan pendekatan situasional, memungkinkan lembaga
itu tetap berdiri. Sebab berada dan hidup bersama masyarakat dan sekaligus
Manfaat hubungan pendidikan dan masyarakat dibagi menjadi dua yaitu
manfaat bagi lembaga pendidikan dan manfaat bagi masyarakat. Secara terinci
manfaat hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat disajikan pada tabel
2.3. berikut :
Tabel 2.3. Manfaat Hubungan Pendidikan Dan Masyarakat
Bagi lembaga pendidikan Bagi masyarakat
1. Memperbesar dorongan mawas diri
2. Memudahkan perbaikan pendidikan
3. Memperbesar usaha meningkatkan
profesi mengajar
4. Konsep masyarakat tentang
guru/dosen menjadi benar
8. Memudahkan pemakaian media
pendidikan masyarakat
Made Pidarta (2011 : 197) menyebutkan lima cara lembaga pendidikan
mengadakan kontak hubungan dengan masyarakat yaitu : (1) melalui
kunjungan masyarakat atau para orang tua ke lembaga pendidikan, (5) melalui
media masa. Kegiatan proses belajar mengajar dapat dipakai alat untuk
menghubungkan lembaga pendidikan dengan masyarakat. Kegiatan itu bisa
berupa mencari bahan-bahan pelajaran di masyarakat, mengamati obyek-obyek
di masyarakat, tanya jawab tentang sesuatu dengan masyarakat, magang, dan
melakukan penelitian.
Selain hubungan dengan proses belajar mengajar aktivitas siswa ini
juga dapat dihubungkan dengan usaha penyebaran informasi tentang lembaga
pendidikan ke masyarakat. Aktivitas yang erat kaitanya dengan belajar di
masyarakat ialah kegiatan ko kurikuler dan ekstrakurikuler. Tempat belajar ini
tidak harus di halaman sekolah, melainkan seringkali di masyarakat.
Macam-macam kegiatan ini misalnya olahraga, pramuka, kesenian, keagamaan,
eksperimen sederhana, membuat proyek tertentu, membentuk miniature,
kegiatan sosial, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan itu dapat melibatkan
beberapa warga masyarakat yang memiliki keterampilan dan menaruh
perhatian.
Sejalan dengan hal itu kunjungan warga masyarakat ke
lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia masih langka. Hal ini mungkin disebabkan
oleh kurang sadarnya mereka akan tanggung jawab bersama dalam pendidikan
dan ditambah dengan kesibukan mereka dalam mengurus pekerjaan sehari-hari.
Oleh karena itu setiap ada kesempatan untuk bertemua dengan warga
tentang pentingnya bertukarpikiran dan bahwa lembaga selalu membuka pintu
kepada setiap warga masyarakat yang ingin berkunjung ke lembaga
pendidikan. Berdasarkan kenyataan bahwa masyarakat jarang memanfaatkan
kesempatan berkunjung ke lembaga pendidikan tersebut di atas, maka
lembagalah yang sebaiknya berinisiatif mengundang mereka untuk
mengadakan pertemuan. Pertemuan ini dapat diadakan di lembaga maupun di
masyarakat.
Ada bermacam-macam media masa yang dapat dipakai kontak hubungan
mengadakan kontak hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat.
Macam-macam media itu ialah publikasi lembaga berupa majalah, bulletin,
atau surat kabar, publikasi masyarakat seperti surat kabar, majalah, radio,
televisi dan sebagainya. Bagi publikasi lembaga, sudah tentu warga lembaga
itu sendiri terutama yang harus mengisinya. Tetapi untuk media masa di luar
lembaga cukup sulit mengharapkan isi yang sering mengandung pendidikan
karena bukan bidangnya. Untuk itu warga lembaga pendidikanlah hendaklah
berdiri paling depan dalam rangka penulisan atau siaran-siaran yang
mengandung pendidikan.
Jika diliihat dari sisi maknannya, hubungan sekolah dan masyarakat
memiliki pengertian yang sangat luas sehingga masing-masing ahli memiliki
persepsi yaitu berbeda-bada, seperti diungkapkan bahwa hubungan masyrakat
dengan sekolah menerapkan komunikasi dua arah antara organisasi dengan
manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama antara pemenuhan
kepentingan bersama (International Public Relation Association)
Tujuan komunikasi atau dalam hal ini hubungan sekolah dan masyarakat
yang dilakukan oleh lembaga selama ini masih bersifat one way traffic
communication sehingga muncul kesan bahwa lembaga hanya mengharapkan
dukungan masyarakat hanya untuk mempertahankan eksisitensi kelembagaan
semata, bahkan kesan lain semata sementara kebutuhan masyarakat terhadap
lembaga kurang diperhatikan.
Berikutnya saluran komunikasi yang dilakukan oleh lembaga dapat
dilakukan melalui beberapa saluran dintaranya (1) transparansi laporan
keuangan sekolah terhadap oreang tua murid, (2) bulletin sekolah, (3) surat
kabar, (4) pemeran sekolah, (5) open house, (6) kunjungan ke sekolah, (7)
kunjungan ke rumah siswa, (8) penjelasan oleh staf sekolah, (9) gambaran
keadaan sekolah melalui siswa, (10) melalui radio dan televisi. (11) laporan
tahunan dan lain-lain.
Ngalim Purwanto (2009 : 194-195) menyatakan bahwa hubungan
kerjasama sekolah dan masyarakat digolongkan sebagai berikut :
1. Hubungan Edukatif
Hubungan edukatif merupakan hubungan kerjasama dalam hal mendidik antara guru di sekolah dan orang tua di keluarga. Cara kerjasama tersebut dapat direalisasikan dengan mengadakan pertemuan yang direncanakan secara periodik antara guru-guru disekolah dengan orang tua siswa mengenai masalah-masalah pendidikan yang serng terdapat di sekolah dan di dalam keluarga.
2. Hubungan Kultural
3. Hubungan Institusional
Hubungan institusional adalah hubungan antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah.
Dalam keseluruhan sistem di atas, masyarakat merupakan :
a. Sumber (supplier) yang menyediakan peserta didik, guru, sarana dan
prasarana penyelenggaraan sekolah.
b. Konsumen hasil pendidikan di sekolah, yang menerima kembali dan
menyediakan lapangan pekerjaan bagi lulusan sekolah itu.
c. Peserta dalam proses pendidikan di sekolah, yang terus menerus mengikuti
dan turut mempengaruhi proses pendidikan di sekolah.
Dari pembahasan mengenai fungsi sekolah dalam masyarakat dan fungsi
masyarakat dalam pendidikan, maka fungsi hubungan sekolah dengan
masyarakat dirumuskan sebagai berikut :
a. Mengembangkan pengertian masyarakat tentang semua aspek pelaksanaan
program pendidikan di sekolah.
b. Dapat menetapkan bagaimana harapan masyarakat terhadap sekolah dan
apa harapannya mengenai tujuan pendidikan di sekolah.
c. Memperoleh bantuan secukupnya dari masyarakat untuk sekolahnya, baik
finansial, material maupun moril
d. Menimbulkan rasa tanggung jawab yang lebih besar pada masyarakat
terhadap kualitas pendidikan yang dapat diberikan oleh sekolah.
e. Merealisasikan perubahan-perubahan yang diperlukan dan memperoleh
f. Mengikutsertakan masyarakat secara kooperatif dalam usaha-usaha
memecahkan masalah pendidikan.
g. Meningkatkan semangat kerjasama antara sekolah dengan masyarakat, dan
meningkatkan partisipasi kepemimpinan untuk meningkatkan kehidupan
dalam masyarakat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan sekolah
dengan masyarakat merupakan proses komunikasi dan hubungan antara
lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah dengan masyarakat di sekitar
lingkungan sekolah tersebut yang bersifat timbal balik dan bertujuan untuk
kemajuan pendidikan di sekolah tersebut. Lembaga pendidikan dan
masyarakat mempunyai hubungan saling mempengaruhi diantara kedua
lembaga tersebut karena lembaga pendidikan memberikan sesuatu yang sangat
berharga kepada masyarakat. Lembaga pendidikan berperan untuk
merealisasikan apa yang dicita-citakan oleh masyarakat melalui pelayanan
pendidikan yang diberikan oleh sekolah dan untuk menciptakan output dan
lulusan pendidikan yang dapat bersaing di masa yang akan datang.
F. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan salah satu referensi untuk
menunjukkan bahwa topik penelitian ini menarik untuk dijadikan penelitian,
namun tidak memiliki kesamaan dengan penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya, Penelitian yang relevan ini dapat menambah pembahasan
mengenai peran paguyuban orang tua siswa dalam pengembangan sekolah
melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) khususnya di sekolah dasar.
a. Anneke Kusuma Wardhani, 2009 tentang “Peran Paguyuban Kelas Orang
Tua Siswa Dalam Peningkatan Mutu Sekolah (Studi Kasus di Sekolah
Dasar Kasin Malang)” jenis penelitian kualitatif. Penelitian tersebut berisi
kegiatan yang terdapat dalam paguyuban orang tua siswa yang terbentuk
di masing-masing kelas di SD Negeri Kasin Malang. Peran kepala sekolah
untuk mengaktifkan organisasi paguyuban tersebut dengan cara
mengikutsertakan orang tua / wali siswa dalam berbagai kegiatan yang
dilaksanakan di sekolah dan secara tidak langsung akan mengaktifkan
paguyuban orang tua siswa. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
paguyuban orang tua siswa dibentuk bertujuan agar orang tua dapat
terlibat dalam berbagai program yang di selenggarakan di sekolah dan ikut
dalam peran aktif dalam pengembangan mutu sekolah kearah lebih baik.
b. Sulistyorini, 2012 tentang “Peran Serta Masyarakat Dalam Pengembangan
Sekolah (Studi Multi-Kasus tiga sekolah dasar di Kabupaten Blitar).
Penelitian ini menjelaskan tentang peran serta masyarakat di tiga sekolah
dasar dalam pengembangan program kegiatan di sekolah. Program
kegiatan yang dimaksud yaitu, peran serta kelembagaan masyarakat dalam
pengembangan sekolah, peran serta masyarakat dalam pengembangan
kurikulum dan peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah.
c. Euis Awaly, 2010 tentang “Peran Kepala Sekolah, Guru dan Masyarakat
dalam penerapan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SD
Negeri Kamulyan Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas”. Penelitian
ini berisi tentang keterlibatan kepala sekolah, guru, komite sekolah dan
masyarakat dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Keberhasilan
faktor pendukung keberhasilan pendidikan adalah peran aktif masyarakat
di bidang pendidikan. Untuk itu kemampuan dan partisipasi masyarakat
harus secara terus menerus diberdayakan dan ditingkatkan melalui
cara-cara yang persuasif.
Setelah mengkaji beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan paguyuban orang tua siswa.
Paguyuban orang tua siswa bertujuan untuk menggalang partisipasi masyarakat
yang tergabung dalam wadah organisasi. Penggalangan partisipasi tersebut
dimaksudkan agar orang tua terlibat dalam berbagai program yang
diselenggarakan di sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan dan
pengembangan sekolah di sekolah dasar. Penelitian yang akan dilaksanakan ini
mencakup kepada peran paguyuban orang tua siswa dalam pengembangan
sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang mencakup
manajemen keuangan sekolah, pengembangan pembelajaran PAKEM dan
pengembangan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dasar.
G. Kerangka Berpikir
Partisipasi masyarakat merupakan prasyarat penting bagi peningkatan
mutu sekolah. Kerangka pikir pemberdayaan masyarakat pendidikan
diantaranya melibatkan masyarakat dalam menggali sumber dana dan
pengembangan sumber daya manusianya. Sebab hal ini berkaitan erat dengan
prinsip yang menyebutkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama segenap komponen masyarakat tanpa membedakan antara yang satu
dengan lainnya. Masyarakat akan menjadi tumpuan atas peningkatan dan
hubungan yang harmonis antara masyarakat dan sekolah akan meningkatkan
dampak yang berarti bagi peningakatan mutu pendidikan.
Peran dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan sekolah
dilaksanakan melalui wadah organisasi paguyuban orang tua siswa di sekolah
dasar. Paguyuban orang tua siswa merupakan wadah organisasi yang menjadi
penghubung antara sekolah dengan orang tua siswa dalam pengembangan
sekolah yang anggotanya terdiri dari orang tua atau wali siswa yang setiap
kelas berbeda kepengurusannya. Paguyuban orang tua siswa juga bertujuan
untuk menciptakan hubungan yang baik antara guru atau wali kelas dengan
orang tua siswa untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Peran dan
fungsi dari paguyuban orang tua siswa adalah sebagai mitra sekolah dalam
pengembangan sekolah dalam setiap program yang dilaksanakan oleh sekolah.
Paguyuban orang tua siswa juga berfungsi untuk menampung aspirasi, ide,
tuntutan dari orang tua terhadap proses belajar mengajar di kelas.
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui peran paguyuban orang
tua siswa dalam pengembangan sekolah melalui MBS khususnya di sekolah
dasar yang menjadi obyek penelitian. Fokus penelitian ini membahas tentang
peran paguyuban orang tua siswa dalam manajemen keuangan sekolah,
pengembangan pembelajaran PAKEM dan manajemen sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah dasar. Penelitian ini mencakup peran serta masyarakat
dalam hubungannya dengan MBS, peran sekolah dalam memberdayakan orang
tua siswa melalui wadah paguyuban dan kendala-kendala yang terjadi dalam
pelaksanaan paguyuban orang tua siswa serta upaya yang dilakukan untuk
mengatasi permasalahan yang mungkin muncul dalam pelaksanaan paguyuban
orang tua siswa di sekolah dasar. Berdasarkan uraian maka kerangka berpikir
Gambar 2.4. Kerangka Berpikir Penelitian
Melembagakan MBS di sekolah dasar pada aspek peran serta masyarakat
Pengembangan sekolah dengan dibentuk paguyuban orang tua siswa di sekolah dasar
Manajemen keuangan sekolah, pengembangan pembelajaran PAKEM, pengembangan sarana dan prasarana serta kendala dalam pelaksanaan paguyuban orang tua siswa di SDN 1 PNC,
SDN 2 PNC, SDN BKLN dan SDN 1 SMLR Rendahnya peran serta masyarakat dalam