• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Paguyuban Orang Tua Siswa - PERAN PAGUYUBAN ORANG TUA SISWA DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH MELALUI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI SEKOLAH DASAR - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Paguyuban Orang Tua Siswa - PERAN PAGUYUBAN ORANG TUA SISWA DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH MELALUI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI SEKOLAH DASAR - repository perpustakaan"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Paguyuban Orang Tua Siswa

Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggota

anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta

bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan

batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut dinamakan juga

bersifat nyata dan organis, sebagaimana dapat diumpamakan dengan organ

tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban terutama akan dapat dijumpai

di dalam keluarga, kelompok kerabatan, rukun tetangga dan lain sebagainya.

Tonnies dalam Soerjono Soekanto (2009 : 118) menyatakan bahwa

suatu paguyuban (gemeinschaft) mempunyai beberapa karakteristik yaitu

sebagai berikut :

1. Intimate, yaitu hubungan dalam paguyuban yang menyeluruh dan mesra. 2. Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi, khusus untuk beberapa

orang saja di dalam paguyuban.

(2)

Tonnies dalam Soerjono Soekanto (2010 : 119) menyatakan

paguyuban (gemeinschaft) dibagi menjadi beberapa tipe yaitu sebagai berikut :

1. Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), merupakan paguyuban yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contohnya adalah keluarga, kelompok kekerabatan, persaudaraan dan sebagainya. 2. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu paguyuban

yang terdiri dari orang orang yang berdekatan tempat tinggal dalam suatu lingkungan tertentu sehingga dapat saling tolong menolong contohnya adalah rukun tetangga, rukun warga dan arisan.

3. Paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaft of mind), adalah suatu paguyuban atau gemeinschaft yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah atau tempat tinggalnya tidak bersekatan dan berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan pemikiran yang sama, ideologi yang sama. Paguyuban semacam ini biasanya ikatan tidak sekuat paguyuban karena darah dan paguyuban karena keturunan.

Di dunia pendidikan terdapat paguyuban yang dititikberatkan kepada

peran serta orang tua siswa dengan mengatasnamakan organisasi paguyuban

orang tua siswa khususnya pada jenjang pendidikan di sekolah dasar.

Paguyuban orang tua siswa dalam pendidikan merupakan suatu kelompok

sosial atau organisasi yang anggota-anggotanya meliputi orang tua atau wali

siswa yang dibentuk dengan tujuan untuk memajukan pendidikan dan

menyumbangkan baik pikiran dan tenaganya dalam kemajuan pendidikan di

lingkungan sekitar sekolah itu berada.

Paguyuban kelas merupakan perkumpulan orang tua siswa dalam suatu

kelas yang bertujuan untuk membangun dan menumbuhkan dan meningkatkan

partisipasi, kepedulian dan tanggung jawab orang tua dengan pemberian saran

dan masukan dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu

paguyuban kelas juga bertujuan untuk menciptakan hubungan yang baik antara

guru atau wali kelas dengan orang tua dalam peningkatan mutu pembelajaran

(3)

a. Peran Paguyuban Kelas

1) Bersama komite sekolah merencanakan, melaksanakan dan

mengevaluasi program komite sekolah untuk mendukung peningkatan

mutu sekolah dan siswa.

2) Mendukung proses dan kegiatan belajar mengajar di kelas dalam

wujud pemikiran, tenaga dan finansial.

3) Mediator antara orang tua siswa dengan wali kelas dan guru.

b. Fungsi Paguyuban Kelas

1) Menampung aspirasi, ide, tuntutan dari orang tua terhadap proses

belajar mengajar di kelas.

2) Mendorong orang tua peduli dan aktif berpartisipasi guna mendukung

hasil belajar siswa.

c. Wewenang dan Tanggung jawab

1) Menggalang kas kelas yang digunakan untuk tambahan kebutuhan

siswa atau kelas.

2) Mengakomodir kebutuhan maupun perlengkapan kelas.

3) Melakukan pertemuan rutin orang tua atau wali siswa dengan wali

kelas.

4) Mensosialisasikan kebijakan sekolah maupun komite sekolah kepada

orang tua atau wali siswa.

5) Mendukung kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah dan komite

sekolah.

6) Komunikasi dan koordinasi aktif dengan komite sekolah dalam

(4)

Dapat disimpulkan bahwa paguyuban merupakan bentuk kelompok

sosial yang ada di masyarakat yang mempunyai ikatan darah dan hubungan

kekerabatan dan kekeluargaan sehingga diantara anggotanya memiliki rasa

saling memiliki dengan anggota yang lainnya dan mempunyai suatu tujuan

yang mulia dan berguna bagi anggota-anggotanya dan orang banyak.

Paguyuban orang tua siswa di kelas merupakan perkumpulan orang tua atau

wali siswa untuk peningkatan mutu pembelajaran di kelas. Paguyuban orang

tua siswa pada setiap kelas dibentuk mempunyai tujuan untuk menciptakan

hubungan yang harmonis antara guru atau wali kelas dengan orang tua siswa

di sekolah dasar.

B. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah konsep yang

menggambarkan perubahan formal struktur penyelenggaraan sekolah, sebagai

suatu bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah itu sendiri sebagai

unit utama peningkatan serta bertumpu pada retribusi kewenangan pembuatan

keputusan sebagai sarana penting yang dapat didorong dan ditopang.

Manajemen Berbasis Sekolah diartikan sebagai model manajemen yang

memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong

pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua

warga sekolah (guru, peserta didik, kepala sekolah, karyawan, orang tua

peserta didik, dan masyarakat yang berhubungan dengan program sekolah)

sehingga rasa memiliki warga sekolah dapat meningkat dan mengakibatkan

peningkatan rasa tanggung jawab dan dedikasi warga sekolah. (Sagala 2009 :

(5)

Nurkolis (2003 : 11) mengemukakan “Manajemen Berbasis Sekolah adalah model pengelolaan sekolah dengan memberikan kewenangan yang lebih besar pada tingkat sekolah untuk mengelola sekolahnya sendiri secara langsung. Dimilikinya kewenangan sekolah itu karena terjadi pergeseran kekuasaan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah kepada sekolah langsung dalam pengelolaan sekolah. Dengan adanya kewenangan yang besar tersebut maka sekolah memiliki otonomi, tanggung jawab, dan partisipasi dalam menentukan program program sekolah.

Dapat disimpulkan bahwa MBS merupakan model manajemen

yang memberikan otonomi lebih kepada sekolah dalam pengambilan

keputusan dan pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah dengan

melibatkan semua komponen dan stakeholder yang ada di sekolah dan

bertujuan untuk kemajuan dan perbaikan kualitas pendidikan di sekolah itu

menjadi lebih maju. MBS disebut sebagai suatu bentuk administrasi

pendidikan dimana sekolah menjadi unit utama dalam pengambilan

keputusan, hal ini berbeda jauh dengan bentuk tradisional manajemen

pendidikan di mana birokrasi pemerintah pusat sangat dominan dalam

pengambilan keputusan.

a. Landasan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Menurut Asmani (2010 : 35) MBS mempunyai landasan yang

dijelaskan sebagai berikut :

1) Undang-Undang Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pasal 51 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 menyatakan,

“Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan

(6)

2) Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

(UUPD).

3) Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pusat dan Daerah.

4) PP Nomor 25 tahun 2000 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemerintah

dan Provinsi sebagai Daerah Otonom.

b. Model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Menurut Sagala (2009 : 154) MBS diselenggarakan melalui

beberapa model yaitu model (1) peningkatan peranan guru, (2)

peningkatan wawasan pengelolaan pengajaran melalui penelitian dan

kajian pustaka dan (3) penyamaan visi semua pihak dalam proses

perubahan untuk memfokuskan arah baru merealisasikan penyelenggaraan

program dengan sistem MBS. Konsep model MBS perlu memperhatikan

kajian, penelitian, strategis yang bertujuan agar otonomi sekolah dan

partisipasi masyarakat mempunyai keterlibatan yang tinggi dengan

memberikan kerangka dasar peningkatan mutu.

Konsep model MBS dalam prakteknya menggambarkan sifat-sifat

otonomi sekolah yang merujuk pada perlunya mamperhatikan kondisi dan

potensi dalam mengelola sekolah. Model MBS megakomodasikan

kebijakan-kebijakan strategis pemerintah pusat, pemerintah daerah

propinsi dan pemerintah kabupaten atau kota dalam program

pembangunan pendidikan. Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi, standar

kompetensi peserta didik, standar kurikulum, standar kelembagaan,

(7)

perlayanan minimum, standar guru dan tenaga kependidikan, penetapan

kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif setiap semester dan

setiap tahun yang mengacu kepada kewanangan pemerintah pusat,

pemerintah daerah kabupaten atau kota, dan satuan pendidikan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model

MBS merupakan kewenangan dan otonomi yang diberikan oleh

pemerintah kepada sekolah untuk mengelola sekolah sesuai dengan

potensi yang ada pada sekolah. Konsep model MBS memuat

kebijakan-kebijakan dalam pembangunan pendidikan.

c. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Menurut Satori (2001) dalam Sagala (2009 : 157) mengemukakan

tujuan penerapan MBS adalah antara lain :

1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya dan potensi yang tersedia.

2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.

3) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah, dan pemerintah tentang mutu sekolah.

4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.

d. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Menurut Satori (2001) dalam Sagala (2009 : 158) manfaat

menggunakan MBS yakni :

1) Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya, karena bisa lebih mengetahui peta kekuatan, kelemahan peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi.

(8)

3) Pengambilan keputusan partisipatif yang dilakukan dapat lebih memenuhi kebutuhan sekolah, karena sekolah lebih tahu apa yang terbaik dalam penyelenggaraan program sekolahnya.

4) Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif apabila masyarakat turut serta mengawasi dan membantu memenuhi kebutuhan sekolah.

5) Keterlibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.

6) Sekolah bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan di sekolahnya kepada pemerintah, orang tua, peserta didik, dan masyarakat.

7) Sekolah dapat bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu pendidikan.

8) Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat yang senantiasa berubah dengan pendekatan yang tepat dan cepat.

e. Prinsip Umum Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Menurut Satori (2001) dalam Sagala (2009 : 159) mengemukakan prinsip

umum yang patut menjadi pedoman dalam pelaksanaan model MBS antara

lain :

1) Memiliki visi, misi dan strategi kearah pencapaian mutu pendidikan, khsusnya mutu peserta didik sesuai dengan jenjang dan sekolah masing-masing.

2) Berpijak pada power sharing (berbagai kewenangan), pengelolaan pendidikan sepatutnya berlandaskan pada keinginan saling mengisi, saling membantu dan menerima berbagai kekuasaan/ kewenangan sesuai fungsi dan peran masing-masing.

3) Adanya profesionalisme semua bidang dan berbagai komponen baik para praktisi pendidikan, pengelola, dan manajer pendidikan lainnya termasuk profesionalisme dewan pendidikan kabupaten atau kota maupun komite sekolah di satuan pendidikan.

4) Meningkatkan partisipasi masyarakat yang kuat termasuk orang tua peserta didik.

5) Komite sekolah sebagai institusi dapat menopang keberhasilan visi dan misi sekolah.

6) Adanya transparansi dan akuntabilitas manajemen sekolah baik dilihat dari akuntabilitas manajemen maupun akuntabilitas finansial.

f. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Menurut Sagala (2009 : 161) Karakteristik Manajemen Berbasis

(9)

1) Prestasi pembelajaran dan manajemen sekolah yang efektif.

2) Kepemimpinan sekolah yang visioner dan berjiwa entepreneurship. 3) Menempatkan kewenangan yang bertumpu pada sekolah dan

masyarakat

4) Senentiasa melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

5) Melakukan analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan dan evaluasi kinerja sesuai dengan visi dan misi untuk mencapai tujuan dan target sekolah.

6) Kesejahteraan personal sekolah yang cukup.

7) Pengelolaan dan penggunaan anggaran yang tepat sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

g. Komponen Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Sagala (2009 : 169) menyatakan MBS tersusun atas tiga komponen yaitu :

1) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

2) Peran Serta Masyarakat (PSM)

3) Peningkatan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar melalui peningkatan

mutu pembelajaran.

Komponen Manajemen Berbasis Sekolah dapat dilihat pada gambar 2.1.

berikut ini :

(10)

h. Partisipasi Masyarakat dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Masyarakat sebagai pengguna jasa layanan umum pendidikan telah

memahami isu manajemen pendidikan berbasis sekolah sebagai inovasi

dalam manajemen perubahan pendidikan persekolahan. Masyarakat

beranggapan bahwa paradigma baru penyelenggaraan pendidikan memang

telah berubah. Sekolah seharusnya dapat memahami apa yang sedang

berubah dan bagaimana melakukan manajemen perubahan. Sekolah

seharusnya tidak lagi menjadi sebuah sistem tertutup, sekolah seharusnya

lebih terbuka kepada masyarakat penggunanya, dan sekolah sebaiknya

memberikan kesempatan atau akses yang luas kepada masyarakat

(terutama orang tua peserta didik) dalam hal rencana pengembangan

sekolah.

Asumsi di atas merupakan merupakan asumsi yang telah

terbangun di kalangan masyarakat. Masyarakat telah menyadari bahwa

mereka memiliki hak untuk akses ke persekolahan. Masyarakat memiliki

keinginan agar lembaga pendidikan melakukan perubahan dalam sistem

manajemennya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memang

selayaknyalah melakukan perubahan untuk meningkatkan efektivitas

pencapaian tujuan sesuai dengan tuntutan zaman. Pelaksanaan

manajermen pendidikan berbasis sekolah harus mendapatkan dukungan

dan partisipasi aktif dari masyarakat. Strategi yang dilakukan dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Cara-cara yang ditempuh disesuaikan dengan situasi daerah dan

karakteristik sekolah itu berada. Partisipasi masyarakat adalah variabel

(11)

berbasis sekolah. Masyarakat adalah variabel yang akan memberikan

reaksi dan respon secara langsung jika terjadi perubahan di sektor

pendidikan.

Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2012 : 125) mengemukakan

mengemukakan bentuk partisipasi ideal yang dilakukan masyarakat dalam

pengembangan sekolah meliputi :

1) Melibatkan masyarakat dalam berbagai program dan kegiatan di

sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial,

perpisahan, peringatan hari besar nasional, keagamaan, dan pentas

seni. Pelibatan masyarakat disesuaikan dengan hobi, kemampuan, dan

pekerjaan mereka dengan program dan kegiatan yang akan dilakukan

sekolah.

2) Mengidentifikasi tokoh masyarakat, yaitu orang-orang yang mampu

mempengaruhi masyarakat pada umumnya. Tokoh tersebut yang

pertama kali harus dihubungi. Tokoh-tokoh tersebut mugkin berasal

dari orang-orang tua peserta didik, figur masyarakat, olahragawan,

seniman, informal leaders, psikolog, dokter, dan pengusaha.

3) Melibatkan tokoh masyarakat dalam berbagai program dan kegiatan

sekolah yang sesuai dengan minatnya. Misalnya olahragawan dapat

dilibatkan dalam pembinaan olahraga di sekolah, dokter dapat

dilibatkan dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), atau Palang Merah

(12)

dan penyuluhan. Selanjutnya tokoh masyarakat tersebut dijadikan

mediator dengan masyarakat pada umumnya.

4) Memilih waktu yang tepat untuk melibatkan masyarakat sesuai

dengan kondisi dan perkembangan masyarakat. Misalnya awal

melibatkan olahragawan dikaitkan dengan kegiatan PORDA, ketika

minat masyarakat terhadap olahraga sedang meningkat, awal pelibatan

dokter dimulai pada hari Kesehatan Nasional, atau pada saat kegiatan

imunisasi di sekolah.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan

bahwa partisipasi masyarakat dalam MBS merupakan syarat penting yang

harus ada karena keduanya saling berkaitan satu sama lain. Partisipasi

masyarakat harus selalu dilakukan karena sekolah harus bisa bekerjasama

dengan masyarakat untuk kemajuan dan pengembangan sekolah. Sekolah

seharusnya tidak lagi menjadi sebuah sistem yang tertutup, sekolah

seharusnya lebih terbuka kepada masyarakat di lingkungan sekitarnya dan

sekolah seharusnya dapat melibatkan masyarakat dalam berbagai program

yang di selenggarakan di sekolah untuk kemajuan dan keberhasilan proses

pendidikan.

C. Peran Paguyuban Orang Tua Dalam Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS)

Partisipasi dan peran orang tua merupakan keterlibatan orang tua secara

nyata dalam suatu kegiatan dan mempunyai maksud tertentu. Partisipasi orang

tua dapat berupa gagasan, kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan

(13)

orang tua sangat diperlukan karena sekolah merupakan partner orang tua

dalam mengantarkan cita-cita dan membentuk pribadi peserta didik. Orang tua

memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan dan kemajuan sekolah,

oleh karena itu penting mengkaji dan memahami cara-cara yang dapat

ditempuh untuk menggalang partisipasi orang tua terhadap kegiatan dan

pengembangan sekolah khususnya di sekolah dasar. Bentuk dan partisipasi

orang tua dalam pengembangan sekolah dilaksanakan melalui wadah

paguyuban orang tua siswa di setiap kelas di tingkat sekolah dasar. Bentuk

partisipasi yang dapat dilaksanakan oleh paguyuban orang tua siswa yaitu

sebagai berikut :

1. Manajemen Keuangan Sekolah

Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai tindakan pengurusan

atau ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan,

pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan. (Depdiknas Ditjen

Dikdasmen, 2000). Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu

sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi

pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam

implementasi MBS, yang menuntut kemampuan sekolah untuk

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta

mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada

masyarakat dan pemerintah. Komponen keuangan dan pembiayaan pada

(14)

terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar di sekolah

bersama komponen-komponen lain.

Menurut Suharno (2008 : 65) Sumber keuangan dan pembiayaan

pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga

sumber yaitu (1) pemerintah, baik pemerintah pusat dan pemerintah

daerah yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi

kepentingan pendidikan, (2) orang tua atau peserta didik, (3) masyarakat

baik mengikat ataupun tidak mengikat. Berkaitan dengan penerimaan

keuangan dari orang tua dan masyarakat ditegaskan dalam UU Sisdiknas

No. 20 Tahun 2003 bahwa karena keterbatasan kemampuan pemerintah

dalam pemenuhan dana pendidikan, tanggung jawab atas pemenuhan

kebutuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara

pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Dalam rangka implementasi

MBS, manajemen komponen keuangan harus dilaksanakan dengan baik

dan teliti mulai dari tahap penyusunan anggaran, penggunaan, sampai

pengawasan dan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang

berlaku agar semua dana sekolah benar-benar dimanfaatkan secara

efektif, efisien dan tepat sasaran.

Dapat disimpulkan bahwa peran paguyuban orang tua siswa

dalam manajemen keuangan adalah orang tua yang tergabung dalam

paguyuban berperan untuk menyumbangkan tenaga dam pemikirannya

dalam pengelolaan keuangan di sekolah. Masyarakat merupakan mitra

(15)

Dalam penelitian ini masyarakat dan paguyuban orang tua siswa berperan

untuk mengawasi pengelolaan keuangan dan ikut membantu jalannya

pengelolaan keuangan di sekolah sehingga dapat lebih transparan dan

dapat dirasakan manfaatnya oleh siswanya dalam mendukung proses

belajarnya di bangku sekolah khususnya di sekolah dasar.

2. Pengembangan Pembelajaran PAKEM

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan

pembelajaran PAKEM diharapkan berkembangnya berbagai macam

inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Orang tua yang

tergabung dalam paguyuban orang tua siswa sangat berperan penting

dalam pembelajaran PAKEM. Dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM

peran paguyuban orang tua siswa dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Menjadi mitra anak dalam belajar di rumah sehingga orang tua dapat

berperan untuk mengajari anaknya dalam belajar di rumah.

b. Orang tua dapat memantau segala tingkah laku dan kebiasaan yang

dilakukan oleh anaknya sehingga anak akan terdorong untuk selalu

melakukan perbuatan yang baik di rumah maupun di sekolah.

c. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam

(16)

d. Menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi pengembangan

kreatifitas anak misalnya dengan banyak memberikan pertanyaan,

mengecek hasil karya siswa, dan mendorong kreatifitas anak dalam

belajar.

3. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur

dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan

kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan.

Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan,

pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, dan penghapusan serta

penataan. Manajemen sarana dan prasarana dalam MBS berpedoman

pada implementasi MBS. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di

sekolah dilakukan oleh segenap stakeholder yang ada di sekolah.

Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat

menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan

kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun siswa untuk berada

di lingkungan sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya

alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan

relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk

kepentingan proses pendidikan dan pengajaran baik guru maupun siswa.

Dapat disimpulkan bahwa peran paguyuban orang tua siswa dalam

pengembangan sarana dan prasarana pendidikan yaitu berperan untuk

(17)

perawatan sampai dengan pembiayaan yang disesuaikan dengan

anggaran sekolah. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berupa bantuan

yang diberikan oleh pemerintah melalui kementrian pendidikan dapat

berupa bantuan pembuatan bangunan induk ruang kelas, perpuatakaan,

ruang guru maupun sarana dan parasara lain yang mendukung proses

kegiatan belajar dan mengajar di sekolah.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan

bahwa peran paguyuban orang tua siswa dalam MBS merupakan bentuk

partisipasi yang dilakukan oleh orang tua siswa dalam wadah paguyuban

yang bertujuan untuk pengembangan program di sekolah untuk kemajuan

pendidikan di sekolah tersebut. Sesuai dengan observasi peneliti di

lapangan peran paguyuban orang tua siswa dalam penelitian ini di

laksanakan dalam tiga jenis program sesuai dengan permasalahannya

yaitu, peran paguyuban orang tua siswa dalam manajemen keuangan

sekolah, pengembangan pembelajaran PAKEM dan pengembangan

sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.

D. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Sekolah

Partisipasi merupakan prasyarat penting bagi peningkatan mutu.

Partisipasi sebagai proses interaksi sosial ditentukan oleh proses obyektivasi

yang dilakukan oleh individu dalam dunia intersubyektif yang dapat

dibedakan oleh kondisi sosiokultural sekolah. Bagi sekolah partisipasi

masyarakat dalam pembangunan pendidikan adalah kenyataan obyektif yang

(18)

Partisipasi menuntut adanya pemahaman yang sama atau obyektivasi dari

sekolah dan orang tua dalam tujuan sekolah. Bentuk-bentuk partisipasi

masyarakat dalam pengembangan pendidikan dapat dijelaskan dalam tabel

2.2. berikut :

 Pihak masyarakat bermusyawarah dengan sekolah  Pemerintah menyediakan sarana dan prasarana sekolah  Komite sekolah berpartisipasi aktif

 Pemanfaatan potensi yang ada  Masyarakat memiliki gotong royong

Partisipasi

masyarakat

dalam

pendidikan

 Kesiapan SDM secara professional  Stakeholder mendukung program sekolah

 Menghadiri pertemuan sekolah untuk mengetahui perkembangan siswa.

 Membantu siswa belajar

 Mencari sumber untuk memecahkan masalah pendidikan

Made Pidarta (2011 : 192) mengemukakan bentuk dukungan dan partisipasi

yang dilakukan masyarakat meliputi bentuk partisipasi,bidang partisipasi dan

cara yang digunakan dalam berpartisipasi, hal tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Bentuk partisipasi :

a. Dewan Pendidikan

b. Komite Sekolah

(19)

d. Perkumpulan Olahraga

e. Perkumpulan Kesenian

f. Organisasi-organisasi pendidikan yang lain

2. Bidang partisipasi antara lain :

a. Kurikulum terutama yang lokal

b. Alat-alat belajar

c. Dana

d. Material untuk bangunan

e. Auditing keuangan

f. Kontrol terhadap kegiatan-kegiatan sekolah

3. Cara berpartisipasi antara lain :

a. Ikut dalam pertemuan

b. Datang ke sekolah

c. Lewat Surat

d. Lewat Telepon

e. Ikut malam kesenian

f. Ikut bazaar

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi

masyarakat dalam pengembangan sekolah merupakan syarat penting bagi

peningkatan mutu sekolah. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan

sekolah dapat berupa keikutsertaan masyarakat dalam memberikan gagasan,

(20)

MBS, partisipasi masyarakat sangat diperlukan dan sekolah harus menjadi

partner dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan teori

di atas dapat dikelompokan bentuk partisipasi masyarakat dalam pendidikan

dibagi menjadi dua yaitu partisipasi dalam MBS dan partisipasi masyarakat

dalam pendidikan.

E. Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan

proses komunikasi antara lembaga pendidikan dalam hal ini adalah sekolah

dengan masyarakat di lingkungan sekitar sekolah tersebut. Hubungan lembaga

pendidikan dan masyarakat bersifat timbal balik dan saling mempengaruhi

diantara keduanya. Lembaga pendidikan berperan untuk merealisasikan apa

yang dicita-citakan oleh masyarakatnya melalui program pelayanan

pendidikan yang sesuai dan untuk menciptakan kualitas pendidikan yang lebih

baik di masa yang akan datang.

(21)

Lembaga pendidikan dan masyarakat mempunyai hubungan yang saling

mempengaruhi diantara keduanya. Ada hubungan saling memberi dan saling

menerima antara lembaga pendidikan dengan masyarakat sekitarnya. Lembaga

pendidikan merealisasi apa yang dicita-citakan oleh warga masyarakat tentang

pengembangan putra-putri mereka. Lembaga pendidikan memberikan sesuatu

yang sangat berharga kepada masyarakat dalam menjalin hubungan yang

bermanfaat. Melalui kontak hubungan dengan masyarakat memudahkan

organisasi pendidikan itu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi

lingkungannya. Lembaga pendidikan lebih mudah menempatkan dirinya di

masyarakat dalam arti dapat diterima sebagai bagian dari milik warga

masyarakat.

Lembaga pendidikan dapat mengikuti arus dinamika masyarakat

lingkungannya. Pendekatan situasional atau contingency memang diperlukan

oleh lembaga pendidikan sebagai sistem terbuka. Pendekatan ini mengharuskan

lembaga-lembaga itu menaruh perhatian kepada masyarakat, mengamati

aspirasi mereka, kebutuhan mereka, kemampuan, dan kondisi mereka.

Hubungan kerjasama lembaga dengan masyarakat mengikuti

perubahan-perubahan lingkungan dengan pendekatan situasional, memungkinkan lembaga

itu tetap berdiri. Sebab berada dan hidup bersama masyarakat dan sekaligus

(22)

Manfaat hubungan pendidikan dan masyarakat dibagi menjadi dua yaitu

manfaat bagi lembaga pendidikan dan manfaat bagi masyarakat. Secara terinci

manfaat hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat disajikan pada tabel

2.3. berikut :

Tabel 2.3. Manfaat Hubungan Pendidikan Dan Masyarakat

Bagi lembaga pendidikan Bagi masyarakat

1. Memperbesar dorongan mawas diri

2. Memudahkan perbaikan pendidikan

3. Memperbesar usaha meningkatkan

profesi mengajar

4. Konsep masyarakat tentang

guru/dosen menjadi benar

8. Memudahkan pemakaian media

pendidikan masyarakat

Made Pidarta (2011 : 197) menyebutkan lima cara lembaga pendidikan

mengadakan kontak hubungan dengan masyarakat yaitu : (1) melalui

(23)

kunjungan masyarakat atau para orang tua ke lembaga pendidikan, (5) melalui

media masa. Kegiatan proses belajar mengajar dapat dipakai alat untuk

menghubungkan lembaga pendidikan dengan masyarakat. Kegiatan itu bisa

berupa mencari bahan-bahan pelajaran di masyarakat, mengamati obyek-obyek

di masyarakat, tanya jawab tentang sesuatu dengan masyarakat, magang, dan

melakukan penelitian.

Selain hubungan dengan proses belajar mengajar aktivitas siswa ini

juga dapat dihubungkan dengan usaha penyebaran informasi tentang lembaga

pendidikan ke masyarakat. Aktivitas yang erat kaitanya dengan belajar di

masyarakat ialah kegiatan ko kurikuler dan ekstrakurikuler. Tempat belajar ini

tidak harus di halaman sekolah, melainkan seringkali di masyarakat.

Macam-macam kegiatan ini misalnya olahraga, pramuka, kesenian, keagamaan,

eksperimen sederhana, membuat proyek tertentu, membentuk miniature,

kegiatan sosial, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan itu dapat melibatkan

beberapa warga masyarakat yang memiliki keterampilan dan menaruh

perhatian.

Sejalan dengan hal itu kunjungan warga masyarakat ke

lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia masih langka. Hal ini mungkin disebabkan

oleh kurang sadarnya mereka akan tanggung jawab bersama dalam pendidikan

dan ditambah dengan kesibukan mereka dalam mengurus pekerjaan sehari-hari.

Oleh karena itu setiap ada kesempatan untuk bertemua dengan warga

(24)

tentang pentingnya bertukarpikiran dan bahwa lembaga selalu membuka pintu

kepada setiap warga masyarakat yang ingin berkunjung ke lembaga

pendidikan. Berdasarkan kenyataan bahwa masyarakat jarang memanfaatkan

kesempatan berkunjung ke lembaga pendidikan tersebut di atas, maka

lembagalah yang sebaiknya berinisiatif mengundang mereka untuk

mengadakan pertemuan. Pertemuan ini dapat diadakan di lembaga maupun di

masyarakat.

Ada bermacam-macam media masa yang dapat dipakai kontak hubungan

mengadakan kontak hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat.

Macam-macam media itu ialah publikasi lembaga berupa majalah, bulletin,

atau surat kabar, publikasi masyarakat seperti surat kabar, majalah, radio,

televisi dan sebagainya. Bagi publikasi lembaga, sudah tentu warga lembaga

itu sendiri terutama yang harus mengisinya. Tetapi untuk media masa di luar

lembaga cukup sulit mengharapkan isi yang sering mengandung pendidikan

karena bukan bidangnya. Untuk itu warga lembaga pendidikanlah hendaklah

berdiri paling depan dalam rangka penulisan atau siaran-siaran yang

mengandung pendidikan.

Jika diliihat dari sisi maknannya, hubungan sekolah dan masyarakat

memiliki pengertian yang sangat luas sehingga masing-masing ahli memiliki

persepsi yaitu berbeda-bada, seperti diungkapkan bahwa hubungan masyrakat

dengan sekolah menerapkan komunikasi dua arah antara organisasi dengan

(25)

manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama antara pemenuhan

kepentingan bersama (International Public Relation Association)

Tujuan komunikasi atau dalam hal ini hubungan sekolah dan masyarakat

yang dilakukan oleh lembaga selama ini masih bersifat one way traffic

communication sehingga muncul kesan bahwa lembaga hanya mengharapkan

dukungan masyarakat hanya untuk mempertahankan eksisitensi kelembagaan

semata, bahkan kesan lain semata sementara kebutuhan masyarakat terhadap

lembaga kurang diperhatikan.

Berikutnya saluran komunikasi yang dilakukan oleh lembaga dapat

dilakukan melalui beberapa saluran dintaranya (1) transparansi laporan

keuangan sekolah terhadap oreang tua murid, (2) bulletin sekolah, (3) surat

kabar, (4) pemeran sekolah, (5) open house, (6) kunjungan ke sekolah, (7)

kunjungan ke rumah siswa, (8) penjelasan oleh staf sekolah, (9) gambaran

keadaan sekolah melalui siswa, (10) melalui radio dan televisi. (11) laporan

tahunan dan lain-lain.

Ngalim Purwanto (2009 : 194-195) menyatakan bahwa hubungan

kerjasama sekolah dan masyarakat digolongkan sebagai berikut :

1. Hubungan Edukatif

Hubungan edukatif merupakan hubungan kerjasama dalam hal mendidik antara guru di sekolah dan orang tua di keluarga. Cara kerjasama tersebut dapat direalisasikan dengan mengadakan pertemuan yang direncanakan secara periodik antara guru-guru disekolah dengan orang tua siswa mengenai masalah-masalah pendidikan yang serng terdapat di sekolah dan di dalam keluarga.

2. Hubungan Kultural

(26)

3. Hubungan Institusional

Hubungan institusional adalah hubungan antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah.

Dalam keseluruhan sistem di atas, masyarakat merupakan :

a. Sumber (supplier) yang menyediakan peserta didik, guru, sarana dan

prasarana penyelenggaraan sekolah.

b. Konsumen hasil pendidikan di sekolah, yang menerima kembali dan

menyediakan lapangan pekerjaan bagi lulusan sekolah itu.

c. Peserta dalam proses pendidikan di sekolah, yang terus menerus mengikuti

dan turut mempengaruhi proses pendidikan di sekolah.

Dari pembahasan mengenai fungsi sekolah dalam masyarakat dan fungsi

masyarakat dalam pendidikan, maka fungsi hubungan sekolah dengan

masyarakat dirumuskan sebagai berikut :

a. Mengembangkan pengertian masyarakat tentang semua aspek pelaksanaan

program pendidikan di sekolah.

b. Dapat menetapkan bagaimana harapan masyarakat terhadap sekolah dan

apa harapannya mengenai tujuan pendidikan di sekolah.

c. Memperoleh bantuan secukupnya dari masyarakat untuk sekolahnya, baik

finansial, material maupun moril

d. Menimbulkan rasa tanggung jawab yang lebih besar pada masyarakat

terhadap kualitas pendidikan yang dapat diberikan oleh sekolah.

e. Merealisasikan perubahan-perubahan yang diperlukan dan memperoleh

(27)

f. Mengikutsertakan masyarakat secara kooperatif dalam usaha-usaha

memecahkan masalah pendidikan.

g. Meningkatkan semangat kerjasama antara sekolah dengan masyarakat, dan

meningkatkan partisipasi kepemimpinan untuk meningkatkan kehidupan

dalam masyarakat.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan sekolah

dengan masyarakat merupakan proses komunikasi dan hubungan antara

lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah dengan masyarakat di sekitar

lingkungan sekolah tersebut yang bersifat timbal balik dan bertujuan untuk

kemajuan pendidikan di sekolah tersebut. Lembaga pendidikan dan

masyarakat mempunyai hubungan saling mempengaruhi diantara kedua

lembaga tersebut karena lembaga pendidikan memberikan sesuatu yang sangat

berharga kepada masyarakat. Lembaga pendidikan berperan untuk

merealisasikan apa yang dicita-citakan oleh masyarakat melalui pelayanan

pendidikan yang diberikan oleh sekolah dan untuk menciptakan output dan

lulusan pendidikan yang dapat bersaing di masa yang akan datang.

F. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan salah satu referensi untuk

menunjukkan bahwa topik penelitian ini menarik untuk dijadikan penelitian,

namun tidak memiliki kesamaan dengan penelitian yang sudah dilakukan

sebelumnya, Penelitian yang relevan ini dapat menambah pembahasan

mengenai peran paguyuban orang tua siswa dalam pengembangan sekolah

melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) khususnya di sekolah dasar.

(28)

a. Anneke Kusuma Wardhani, 2009 tentang “Peran Paguyuban Kelas Orang

Tua Siswa Dalam Peningkatan Mutu Sekolah (Studi Kasus di Sekolah

Dasar Kasin Malang)” jenis penelitian kualitatif. Penelitian tersebut berisi

kegiatan yang terdapat dalam paguyuban orang tua siswa yang terbentuk

di masing-masing kelas di SD Negeri Kasin Malang. Peran kepala sekolah

untuk mengaktifkan organisasi paguyuban tersebut dengan cara

mengikutsertakan orang tua / wali siswa dalam berbagai kegiatan yang

dilaksanakan di sekolah dan secara tidak langsung akan mengaktifkan

paguyuban orang tua siswa. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa

paguyuban orang tua siswa dibentuk bertujuan agar orang tua dapat

terlibat dalam berbagai program yang di selenggarakan di sekolah dan ikut

dalam peran aktif dalam pengembangan mutu sekolah kearah lebih baik.

b. Sulistyorini, 2012 tentang “Peran Serta Masyarakat Dalam Pengembangan

Sekolah (Studi Multi-Kasus tiga sekolah dasar di Kabupaten Blitar).

Penelitian ini menjelaskan tentang peran serta masyarakat di tiga sekolah

dasar dalam pengembangan program kegiatan di sekolah. Program

kegiatan yang dimaksud yaitu, peran serta kelembagaan masyarakat dalam

pengembangan sekolah, peran serta masyarakat dalam pengembangan

kurikulum dan peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah.

c. Euis Awaly, 2010 tentang “Peran Kepala Sekolah, Guru dan Masyarakat

dalam penerapan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SD

Negeri Kamulyan Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas”. Penelitian

ini berisi tentang keterlibatan kepala sekolah, guru, komite sekolah dan

masyarakat dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Keberhasilan

(29)

faktor pendukung keberhasilan pendidikan adalah peran aktif masyarakat

di bidang pendidikan. Untuk itu kemampuan dan partisipasi masyarakat

harus secara terus menerus diberdayakan dan ditingkatkan melalui

cara-cara yang persuasif.

Setelah mengkaji beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa

peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan paguyuban orang tua siswa.

Paguyuban orang tua siswa bertujuan untuk menggalang partisipasi masyarakat

yang tergabung dalam wadah organisasi. Penggalangan partisipasi tersebut

dimaksudkan agar orang tua terlibat dalam berbagai program yang

diselenggarakan di sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan dan

pengembangan sekolah di sekolah dasar. Penelitian yang akan dilaksanakan ini

mencakup kepada peran paguyuban orang tua siswa dalam pengembangan

sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang mencakup

manajemen keuangan sekolah, pengembangan pembelajaran PAKEM dan

pengembangan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dasar.

G. Kerangka Berpikir

Partisipasi masyarakat merupakan prasyarat penting bagi peningkatan

mutu sekolah. Kerangka pikir pemberdayaan masyarakat pendidikan

diantaranya melibatkan masyarakat dalam menggali sumber dana dan

pengembangan sumber daya manusianya. Sebab hal ini berkaitan erat dengan

prinsip yang menyebutkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab

bersama segenap komponen masyarakat tanpa membedakan antara yang satu

dengan lainnya. Masyarakat akan menjadi tumpuan atas peningkatan dan

(30)

hubungan yang harmonis antara masyarakat dan sekolah akan meningkatkan

dampak yang berarti bagi peningakatan mutu pendidikan.

Peran dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan sekolah

dilaksanakan melalui wadah organisasi paguyuban orang tua siswa di sekolah

dasar. Paguyuban orang tua siswa merupakan wadah organisasi yang menjadi

penghubung antara sekolah dengan orang tua siswa dalam pengembangan

sekolah yang anggotanya terdiri dari orang tua atau wali siswa yang setiap

kelas berbeda kepengurusannya. Paguyuban orang tua siswa juga bertujuan

untuk menciptakan hubungan yang baik antara guru atau wali kelas dengan

orang tua siswa untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Peran dan

fungsi dari paguyuban orang tua siswa adalah sebagai mitra sekolah dalam

pengembangan sekolah dalam setiap program yang dilaksanakan oleh sekolah.

Paguyuban orang tua siswa juga berfungsi untuk menampung aspirasi, ide,

tuntutan dari orang tua terhadap proses belajar mengajar di kelas.

Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui peran paguyuban orang

tua siswa dalam pengembangan sekolah melalui MBS khususnya di sekolah

dasar yang menjadi obyek penelitian. Fokus penelitian ini membahas tentang

peran paguyuban orang tua siswa dalam manajemen keuangan sekolah,

pengembangan pembelajaran PAKEM dan manajemen sarana dan prasarana

pendidikan di sekolah dasar. Penelitian ini mencakup peran serta masyarakat

dalam hubungannya dengan MBS, peran sekolah dalam memberdayakan orang

tua siswa melalui wadah paguyuban dan kendala-kendala yang terjadi dalam

pelaksanaan paguyuban orang tua siswa serta upaya yang dilakukan untuk

mengatasi permasalahan yang mungkin muncul dalam pelaksanaan paguyuban

orang tua siswa di sekolah dasar. Berdasarkan uraian maka kerangka berpikir

(31)

Gambar 2.4. Kerangka Berpikir Penelitian

Melembagakan MBS di sekolah dasar pada aspek peran serta masyarakat

Pengembangan sekolah dengan dibentuk paguyuban orang tua siswa di sekolah dasar

Manajemen keuangan sekolah, pengembangan pembelajaran PAKEM, pengembangan sarana dan prasarana serta kendala dalam pelaksanaan paguyuban orang tua siswa di SDN 1 PNC,

SDN 2 PNC, SDN BKLN dan SDN 1 SMLR Rendahnya peran serta masyarakat dalam

Gambar

Gambar 2.1. Komponen Manajemen Berbasis Sekolah
Tabel 2.2. Bentuk Partisipasi Masyarakat
Tabel 2.3. Manfaat Hubungan Pendidikan Dan Masyarakat
Gambar 2.4. Kerangka Berpikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pertama kali mahasiswa akan diajak untuk mengenal software-software tersebut, kemudian diikuti dengan pemanfaatan software-software tersebut untuk menyelesaikan beberapa

Hal senada juga disampaikan oleh siswa kelas XII. Adapun hasil wawancara tersebut sebagai berkut:“ Perilaku disiplin yang diterapkan di sekolah adalah disiplin

Apabila suatu sinar-X ditembakkan pada suatu material.Terdapat dua proses intekasi yang meliputinya.Yang pertama adalah penyerapan energy sinar-X oleh atom-atom Kristal

Pendidikan Sejarah, sebagai bagian dari ilmu pendidikan, secara formal juga memiliki subyek kajian manusia, yaitu dalam pembentukan generasi muda yang berkesadaran atau

Assume that on January 1, 2005, a firm with no Global Investment Performance Standards (GIPS) compliant history since its inception four years ago wishes to claim compliance with

Dalam perjanjian kerja secara lisan antara Klub Futsal Atlas Muda Semarang dengan pemain, penulis menemukan fakta bahwa hubungan kerja yang terjalin antara pihak klub

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh intensitas modal, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap debt financing pada perusahaan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa setelah diterapkan levels of inquiry, literasi sains pada aspek mengidentifikasi isu yang bersifat ilmiah mengalami peningkatan