• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha Bawang Merah Goreng PO Mekar Wangi, Desa Taraju, Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Usaha Bawang Merah Goreng PO Mekar Wangi, Desa Taraju, Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI

DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG

KABUPATEN KUNINGAN

Oleh UUM SUMIATI

H34066126

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

UUM SUMIATI. Strategi Pengembangan Usaha Bawang Merah Goreng PO Mekar Wangi, Desa Taraju, Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan. (Di bawah bimbingan HARIANTO)

Pembangunan pertanian diharapkan tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan sektor-sektor lain agar dapat memperbaiki keadaan perekonomian masyarakat. Pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan khususnya komoditas hortikultura harus dapat tumbuh dengan cepat, agar secara fungsional akan semakin mampu berperan dalam penyediaan bahan baku industri, peningkatan pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja serta peningkatan penerimaan devisa melalui ekspor hasil-hasil tanaman hortikultura.

Bawang merah (Allium ascolanicum L) adalah salah satu komoditas hortikultura yang digunakan sebagai bahan baku industri makanan, obat-obatan, dan penyedap masakan karena aroma dan rasanya yang khas. Bawang merah mempunyai potensi dan peluang yang cukup baik sebagai komoditas agribisnis, karena termasuk komoditas sayuran unggulan Indonesia setelah kol/kubis dan kentang. Setelah dipanen bawang merah tidak dapat disimpan lama karena mudah rusak dan sulit dipertahankan dalam bentuk segar. Maka dari itu, diperlukan upaya penanganan pasca panen yang baik untuk memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai ekonomi bawang merah misalnya diolah menjadi bawang goreng.

PO Mekar Wangi adalah salah satu perusahaan yang melakukan kegiatan industri dengan menggunakan bahan baku bawang merah untuk menghasilkan bawang goreng. PO Mekar Wangi telah berdiri lama, akan tetapi dalam menjalankan usahanya masih menghadapi permasalahan yang menyebabkan perkembangan usaha yang tidak signifikan. Ini ditunjukkan dengan omzet dan jumlah produksi perusahaaan yang relatif tetap.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi perusahaan, dan merumuskan strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk pengembangan usahanya. Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini, yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal melalui wawancara langsung dan pengisian kuesioner oleh responden. Kemudian faktor-faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT, dan QSPM.

(3)

sebesar 2.654, ini menunjukkan industri bawang goreng PO Mekar Wangi berada di atas rata-rata (2.50). Total nilai tertimbang 2.654 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal.

Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan bagi PO Mekar Wangi yaitu modal usaha sendiri lebih besar daripada modal pinjaman dengan nilai tertimbang 0.24, hubungan yang baik dengan pemasok bahan baku dan sarana transportasi dengan nilai tertimbang 0.232. Faktor strategis internal yang merupakan kelemahan terbesar adalah promosi yang kurang maksimal, ditunjukkan dengan nilai tertimbang 0.093. Hasil analisis matriks IFE untuk kekuatan dan kelemahan diperoleh total nilai tertimbang berada pada rata-rata yaitu sebesar 2.508, ini mengindikasikan posisi internal PO Mekar Wangi cukup kuat. Dengan kata lain perusahaan telah dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk meminimalisasi kelemahannya, meskipun belum sepenuhnya.

Hasil analisis dengan matriks EFE diperoleh total nilai tertimbang sebesar 2.654 dan total nilai tertimbang dari matriks IFE sebesar 2.508, menempatkan perusahaan pada sel V dalam matriks IE. Strategi terbaik yang dapat diterapkan adalah strategi jaga dan pertahankan, penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk divisi tipe ini.

Beberapa alternatif strategi yang dipilih dari matriks SWOT yaitu memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan (S6,7 dan O3,5,6), diversifikasi produk dalam rasa yang bervariasi seperti rasa asin dan pedas (S7 dan O3,6,7), menjaga kontinuitas produksi untuk mengembangkan pasar (W3 dan penelitian dan pengembangan (W2,6 dan T2,3,4)

(4)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG

KABUPATEN KUNINGAN

Oleh UUM SUMIATI

H34066126

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA EKONOMI

pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan pertolongan dan

petunjuk-Nya pada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada

waktunya. Atas izin Allah, penulis dipertemukan dengan orang-orang yang sangat

luar biasa dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orang tua tercinta Ibu Rumsinah, Bapak Karna, dan Bapak Maruki yang

senantiasa memberikan doa dan menjadi motivator serta pendukung secara

moril dan materil, dan selalu sabar menjadi pendengar yang baik atas keluh

kesah penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen pembimbing, atas segala masukan

dan bimbingan yang telah Bapak berikan. Ditengah kesibukan yang luar biasa,

Bapak selalu menyempatkan diri untuk membagikan ilmunya kepada penulis.

3. Bapak Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen evaluator, yang telah memberikan

kritik dan saran pada saat penulis kolokium.

4. Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama dan Ibu Ir. Popong

Nurhayati, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan, atas masukan dan

sarannya.

5. Bapak H. Ebo Bukhori dan seluruh karyawan PO Mekar Wangi, yang telah

memberikan izin kepada penulis dan memberikan informasi serta bantuan

selama penulis melakukan penelitian.

6. Bapak Drs. Nana Mulyana dan seluruh staf Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Kuningan, atas informasi, bantuan, dan saran yang

diberikan kepada penulis.

7. Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, atas segala

bantuan dan informasinya.

8. Sekretariat Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, atas

pelayanan yang diberikan kepada penulis. Mba Rahmi, Mba Liesca, Mba

Maya, Mba Nur, Mas Aji, dan Mas Agus terimakasih banyak, maaf apabila

(6)

9. Teman-teman AGB angkatan 1: Yuyun, Desti, Putri, Cut, Lia, Nita, Tuti,

Mira, Dian, Erni, Ayla, Mey, Yeni, Wasini, Balqis, Tami, dan semua

teman-teman, terimakasih banyak atas bantuan, motivasi dan dukungannya.

10.Keluarga Muslim Ekstensi (KAMUS) IPB, atas motivasinya.

11.Teman-teman dari B-14: Hesti, Farah, Sarmah, Mba Eka, Kak Dewi, Puspa,

Ros, Hanim, dan Endang, atas bantuan, motivasi, dan dukungannya.

12.Semua pihak, keluarga, teman, dan kerabat yang tidak tercantum penulis

ucapkan permintaan maaf dan terimakasih untuk segalanya.

Bogor, Januari 2009

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL “STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG

PO MEKAR WANGI, DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG,

KABUPATEN KUNINGAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA

PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK

MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA

MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA

SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH

DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI

RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2009

Uum Sumiati

(8)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Uum Sumiati

Nomor Registrasi Pokok : H34066126

Program Mayor : Agribisnis

Judul : Strategi Pengembangan Usaha Bawang Merah Goreng PO Mekar Wangi, Desa Taraju, Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Harianto, MS

NIP 131 430 801

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP 131 415 082

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Mei 1984 di Kabupaten Kuningan,

Propinsi Jawa Barat. Penulis merupakan puteri tunggal dari pasangan Bapak

Maruki dan Ibu Rumsinah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1996 di

SDN Cihideunggirang I, Kuningan. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama Negeri I (SMPN I) Cidahu, Kuningan dan lulus pada

tahun 1999. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah

Atas di SMAN I Ciawigebang, Kuningan pada tahun 2002.

Pada tahun 2002, penulis diterima di Program Diploma 3 Program Studi

Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Bandung dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan kembali studinya

pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen

(10)

DAFTAR ISI

2.2. Pengertian dan Penggolongan Industri ... 13

2.3. Studi Terdahulu ... 15

III.KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17

3.1.1. Konsep Pengembangan Usaha ... 17

3.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal ... 19

3.1.3. Analisis Lingkungan Internal ... 24

3.1.4. Perumusan Strategi ... 26

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

IV.METODE PENELITIAN ... 31

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.2. Jenis Data dan Sumber Data ... 31

4.3. Metode Pengumpulan Data dan Jumlah Responden ... 32

4.4. Metode Analisis Data ... 33

4.4.1. Matriks External Faktor Evaluation (EFE) ... 33

4.4.2. Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) ... 35

4.4.3. Menentukan Bobot Variabel Ekternal dan Bobot Variabel Internal Perusahaan ... 37

4.4.4. Matriks Internal-External (IE) ... 39

4.4.5. Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman ( Strengths-Weakness-Opportunities-Treaths - SWOT) ... 40

(11)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI

DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG

KABUPATEN KUNINGAN

Oleh UUM SUMIATI

H34066126

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

RINGKASAN

UUM SUMIATI. Strategi Pengembangan Usaha Bawang Merah Goreng PO Mekar Wangi, Desa Taraju, Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan. (Di bawah bimbingan HARIANTO)

Pembangunan pertanian diharapkan tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan sektor-sektor lain agar dapat memperbaiki keadaan perekonomian masyarakat. Pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan khususnya komoditas hortikultura harus dapat tumbuh dengan cepat, agar secara fungsional akan semakin mampu berperan dalam penyediaan bahan baku industri, peningkatan pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja serta peningkatan penerimaan devisa melalui ekspor hasil-hasil tanaman hortikultura.

Bawang merah (Allium ascolanicum L) adalah salah satu komoditas hortikultura yang digunakan sebagai bahan baku industri makanan, obat-obatan, dan penyedap masakan karena aroma dan rasanya yang khas. Bawang merah mempunyai potensi dan peluang yang cukup baik sebagai komoditas agribisnis, karena termasuk komoditas sayuran unggulan Indonesia setelah kol/kubis dan kentang. Setelah dipanen bawang merah tidak dapat disimpan lama karena mudah rusak dan sulit dipertahankan dalam bentuk segar. Maka dari itu, diperlukan upaya penanganan pasca panen yang baik untuk memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai ekonomi bawang merah misalnya diolah menjadi bawang goreng.

PO Mekar Wangi adalah salah satu perusahaan yang melakukan kegiatan industri dengan menggunakan bahan baku bawang merah untuk menghasilkan bawang goreng. PO Mekar Wangi telah berdiri lama, akan tetapi dalam menjalankan usahanya masih menghadapi permasalahan yang menyebabkan perkembangan usaha yang tidak signifikan. Ini ditunjukkan dengan omzet dan jumlah produksi perusahaaan yang relatif tetap.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi perusahaan, dan merumuskan strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk pengembangan usahanya. Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini, yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal melalui wawancara langsung dan pengisian kuesioner oleh responden. Kemudian faktor-faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT, dan QSPM.

(13)

sebesar 2.654, ini menunjukkan industri bawang goreng PO Mekar Wangi berada di atas rata-rata (2.50). Total nilai tertimbang 2.654 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal.

Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan bagi PO Mekar Wangi yaitu modal usaha sendiri lebih besar daripada modal pinjaman dengan nilai tertimbang 0.24, hubungan yang baik dengan pemasok bahan baku dan sarana transportasi dengan nilai tertimbang 0.232. Faktor strategis internal yang merupakan kelemahan terbesar adalah promosi yang kurang maksimal, ditunjukkan dengan nilai tertimbang 0.093. Hasil analisis matriks IFE untuk kekuatan dan kelemahan diperoleh total nilai tertimbang berada pada rata-rata yaitu sebesar 2.508, ini mengindikasikan posisi internal PO Mekar Wangi cukup kuat. Dengan kata lain perusahaan telah dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk meminimalisasi kelemahannya, meskipun belum sepenuhnya.

Hasil analisis dengan matriks EFE diperoleh total nilai tertimbang sebesar 2.654 dan total nilai tertimbang dari matriks IFE sebesar 2.508, menempatkan perusahaan pada sel V dalam matriks IE. Strategi terbaik yang dapat diterapkan adalah strategi jaga dan pertahankan, penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk divisi tipe ini.

Beberapa alternatif strategi yang dipilih dari matriks SWOT yaitu memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan (S6,7 dan O3,5,6), diversifikasi produk dalam rasa yang bervariasi seperti rasa asin dan pedas (S7 dan O3,6,7), menjaga kontinuitas produksi untuk mengembangkan pasar (W3 dan penelitian dan pengembangan (W2,6 dan T2,3,4)

(14)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG

KABUPATEN KUNINGAN

Oleh UUM SUMIATI

H34066126

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA EKONOMI

pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(15)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan pertolongan dan

petunjuk-Nya pada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada

waktunya. Atas izin Allah, penulis dipertemukan dengan orang-orang yang sangat

luar biasa dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orang tua tercinta Ibu Rumsinah, Bapak Karna, dan Bapak Maruki yang

senantiasa memberikan doa dan menjadi motivator serta pendukung secara

moril dan materil, dan selalu sabar menjadi pendengar yang baik atas keluh

kesah penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen pembimbing, atas segala masukan

dan bimbingan yang telah Bapak berikan. Ditengah kesibukan yang luar biasa,

Bapak selalu menyempatkan diri untuk membagikan ilmunya kepada penulis.

3. Bapak Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen evaluator, yang telah memberikan

kritik dan saran pada saat penulis kolokium.

4. Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama dan Ibu Ir. Popong

Nurhayati, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan, atas masukan dan

sarannya.

5. Bapak H. Ebo Bukhori dan seluruh karyawan PO Mekar Wangi, yang telah

memberikan izin kepada penulis dan memberikan informasi serta bantuan

selama penulis melakukan penelitian.

6. Bapak Drs. Nana Mulyana dan seluruh staf Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Kuningan, atas informasi, bantuan, dan saran yang

diberikan kepada penulis.

7. Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, atas segala

bantuan dan informasinya.

8. Sekretariat Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, atas

pelayanan yang diberikan kepada penulis. Mba Rahmi, Mba Liesca, Mba

Maya, Mba Nur, Mas Aji, dan Mas Agus terimakasih banyak, maaf apabila

(16)

9. Teman-teman AGB angkatan 1: Yuyun, Desti, Putri, Cut, Lia, Nita, Tuti,

Mira, Dian, Erni, Ayla, Mey, Yeni, Wasini, Balqis, Tami, dan semua

teman-teman, terimakasih banyak atas bantuan, motivasi dan dukungannya.

10.Keluarga Muslim Ekstensi (KAMUS) IPB, atas motivasinya.

11.Teman-teman dari B-14: Hesti, Farah, Sarmah, Mba Eka, Kak Dewi, Puspa,

Ros, Hanim, dan Endang, atas bantuan, motivasi, dan dukungannya.

12.Semua pihak, keluarga, teman, dan kerabat yang tidak tercantum penulis

ucapkan permintaan maaf dan terimakasih untuk segalanya.

Bogor, Januari 2009

(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL “STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG

PO MEKAR WANGI, DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG,

KABUPATEN KUNINGAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA

PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK

MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA

MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA

SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH

DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI

RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2009

Uum Sumiati

(18)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Uum Sumiati

Nomor Registrasi Pokok : H34066126

Program Mayor : Agribisnis

Judul : Strategi Pengembangan Usaha Bawang Merah Goreng PO Mekar Wangi, Desa Taraju, Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Harianto, MS

NIP 131 430 801

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP 131 415 082

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Mei 1984 di Kabupaten Kuningan,

Propinsi Jawa Barat. Penulis merupakan puteri tunggal dari pasangan Bapak

Maruki dan Ibu Rumsinah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1996 di

SDN Cihideunggirang I, Kuningan. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama Negeri I (SMPN I) Cidahu, Kuningan dan lulus pada

tahun 1999. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah

Atas di SMAN I Ciawigebang, Kuningan pada tahun 2002.

Pada tahun 2002, penulis diterima di Program Diploma 3 Program Studi

Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Bandung dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan kembali studinya

pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen

(20)

DAFTAR ISI

2.2. Pengertian dan Penggolongan Industri ... 13

2.3. Studi Terdahulu ... 15

III.KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17

3.1.1. Konsep Pengembangan Usaha ... 17

3.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal ... 19

3.1.3. Analisis Lingkungan Internal ... 24

3.1.4. Perumusan Strategi ... 26

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

IV.METODE PENELITIAN ... 31

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.2. Jenis Data dan Sumber Data ... 31

4.3. Metode Pengumpulan Data dan Jumlah Responden ... 32

4.4. Metode Analisis Data ... 33

4.4.1. Matriks External Faktor Evaluation (EFE) ... 33

4.4.2. Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) ... 35

4.4.3. Menentukan Bobot Variabel Ekternal dan Bobot Variabel Internal Perusahaan ... 37

4.4.4. Matriks Internal-External (IE) ... 39

4.4.5. Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman ( Strengths-Weakness-Opportunities-Treaths - SWOT) ... 40

(21)

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 47

VI. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN INTERNAL PERUSAHAAN ... 55

VII. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ... 74

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Tahun 2003-2007 ... 2

2. Produksi Tanaman Hortikutura Utama Kabupaten Kuningan (dalam ton) Tahun 2005-2007 ... 4

3. Realisasi Luas Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi Bawang Merah di Kabupaten Kuningan Tahun 2003-2007 ... 6

4. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 16

5. Matriks External FaktorEvaluation (EFE) ... 35

6. Matriks Internal FaktorEvaluation (IFE) ... 37

7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ... 39

8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ... 38

9. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM) ... 44

10.Peralatan Produksi PO Mekar Wangi ... 51

11.Harga Bawang Merah Goreng Berdasarkan Kualitas Pada PO Mekar Wangi ... 54

12.Pencari Kerja Menurut Jenis Pendidikan Yang Ditamatkan di Kabupaten Kuningan Tahun 2004-2007 ... 57

13.Peluang dan Ancaman yang Dihadapi Perusahaan PO Mekar Wangi ... 70

14.Kekuatan dan Kelemahan yang Dihadapi Perusahaan PO Mekar Wangi .. 73

15.Matriks EFE (External Factor Evaluation) ... 75

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Hubungan Antara Kekuatan Eksternal Kunci dan Organisasi ... 20

2. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri ... 23

3. Kerangka Kerja Analitis untuk Perumusan Strategi ... 28

4. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Operasional ... 30

5. Matriks Internal-Eksternal (IE) ... 40

6. Matriks SWOT ... 43

7. Struktur Perusahaan PO Mekar Wangi ... 49

8. Diagram Alir Proses Produksi Bawang Merah Goreng ... 53

9. Analisis Matriks Internal-Eksternal (IE) ... 80

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Angka Agregatif PDRB, Jumlah Penduduk, dan PDRB Kabupaten Kuningan Tahun 2003-2007 ... 93

2. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kuningan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 ... 94

3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kuningan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 ... 95

4. Jumlah Industri Rumah Tangga Kabupaten Kuningan Tahun ... 96

5. Produktivitas Tanaman Bawang Merah Kabupaten Kuningan Tahun 2007 ... 97

6. Gambar Contoh Kemasan Produk Bawang Goreng PO Mekar Wangi ... 98

7. Gambar Alat Pengemas Bawang Goreng PO Mekar Wangi ... 99

8. Kuesioner untuk Pihak Eksternal dan Internal ... 100

9. Matriks Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Eksternal ... 111

10.Matriks Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal ... 112

11.Peringkat (Rating) Rata-Rata dari Lima Responden untuk Faktor Eksternal ... 113

12.Peringkat (Rating) Rata-Rata dari Lima Responden untuk Faktor Internal ... 114

(25)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, atas rahmat,

karunia dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi

Pengembangan Usaha Bawang Merah Goreng PO Mekar Wangi, Desa Taraju,

Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan”. Sholawat dan salam semoga

tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta

keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir massa.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi perusahaan,

serta merumuskan strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh

perusahaan PO Mekar Wangi. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan

dalam penelitian ini, sehingga masukan berupa kritik dan saran sangat penulis

harapkan. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat

menambah pengetahuan/wawasan bagi para pembaca.

Bogor, Januari 2009

(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini salah satunya didorong oleh

ekspor komoditas seperti perkebunan, pertambangan, mineral, minyak, dan gas

yang semakin menguat dibandingkan ekspor manufaktur. Hal ini ditunjukan Data

Bank Dunia dimana sebelum tahun 2000 ekspor dari sektor manufaktur mencapai

lebih dari 60 persen dibandingkan sektor lainnya, namun sejak tahun 2000-2006

ekspor sektor manufaktur kurang dari 20 persen, sedangkan ekspor sektor

perkebunan (agricultur) dan pertambangan mencapai lebih dari 20 persen1. Pembangunan pertanian diharapkan tumbuh dan berkembang seiring

dengan pertumbuhan sektor-sektor lain agar dapat memperbaiki keadaan

perekonomian masyarakat. Pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan

khususnya komoditas hortikultura harus dapat tumbuh dengan cepat, agar secara

fungsional akan semakin mampu berperan dalam penyediaan bahan baku industri,

peningkatan pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja serta peningkatan

penerimaan devisa melalui ekspor hasil-hasil tanaman hortikultura.

Bawang merah (Allium ascolanicum L) adalah salah satu komoditas

hortikultura yang digunakan sebagai bahan baku industri makanan, obat-obatan,

dan penyedap masakan karena aroma dan rasanya yang khas. Bawang merah

mempunyai potensi dan peluang yang cukup baik sebagai komoditas agribisnis,

karena termasuk komoditas sayuran unggulan Indonesia setelah kol/kubis dan

kentang dapat dilihat pada Tabel 1.

1

www.antara.co.id/arc/2007/11/7/bank-dunia-perkirakan-pertumbuhan-ekonomi-indonesia

(27)

Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Tahun 2003-2007

4 Kentang 1,009,979 1,072,040 1,009,619 1,011,911 1,034,490

5 Lobak 26,340 30,625 54,226 49,344 38,900

6 Kol/Kubis 1,348,433 1,432,814 1,292,984 1,267,745 1,254,856

7 Petsai/Sawi 459,253 534,964 548,453 590,400 544,126

20 Kacang Panjang 432,365 454,999 466,387 461,239 453,609

21 Jamur 31,233 10,544 30,854 23,559 46,837

22 Melinjo 244,864 209,630 210,836 239,209 194,349

23 Petai 134,099 135,715 125,587 148,268 166,305

Total sayuran 8,574,870 9,059,676 9,101,987 9,527,463 9,001,714 Keterangan : *) Angka sementara

Sumber : Ditjen Bina Produksi Hortikultura2

Sentra-sentra produksi bawang merah di Indonesia umumnya berasal dari

dataran tinggi antara lain Brebes, Tegal (Jawa Tengah) dan Probolinggo (Jawa

Timur), selain itu bawang merah juga banyak dibudidayakan di dataran rendah3. Setelah dipanen bawang merah tidak dapat disimpan lama karena mudah rusak

dan sulit dipertahankan dalam bentuk segar. Penanganan yang kurang baik akan

menyebabkan kebusukan atau bahkan tumbuh di tempat penyimpanan.

Diperlukan upaya penanganan pasca panen yang baik untuk

memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai ekonomi bawang merah

2

(28)

misalnya diolah menjadi bawang goreng. Cara tersebut dilakukan untuk

mengangkat produksi sekaligus sebagai arah pengembangan komoditi bawang

merah. Usaha pengolahan bawang ini, selain akan membantu pemasaran petani,

juga dapat mengurangi angka pengangguran di daerah sekitar industri4. Bawang goreng memiliki daya simpan yang cukup lama yaitu 7-12 bulan. Industri bawang

goreng di tingkat rumah tangga (home industry) diharapkan dapat meningkatkan

nilai ekonomi dan pendapatan petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Pengembangan bisnis kecil dapat meningkatkan pertumbuhan dan mengubah

struktur ekonomi nasional menjadi lebih kokoh dan berimbang. Hasil ini

diperoleh karena masyarakat berperan aktif dalam pengembangan usaha nasional

yang didukung oleh kebijaksanaan yang lebih kondusif.

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kuningan pada tahun 2007

mencapai angka sebesar 4.22 persen mengalami kenaikan dibanding laju

pertumbuhan ekonomi tahun 2006 (Lampiran 1). Besarnya peranan

masing-masing sektor terhadap total PDRB dapat memberikan gambaran tentang tingkat

potensi ekonomi yang ada di Kabupaten Kuningan. Dari tahun ke tahun sektor

pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Kuningan.

Pada tahun 2007 peranan sektor pertanian mencapai angka 36,08 persen

(Lampiran 2).

Kabupaten Kuningan adalah kabupaten yang memiliki potensi yang besar

dalam bidang pertanian. Potensi tersebut didukung oleh tingkat kesuburan tanah

yang baik, ketersediaan air tanah maupun air hujan, iklim yang sesuai, dan

demografi penduduk yang menjadikan pertanian sebagai penghasilan pokok

4

(29)

rumah tangga5. Terdapat banyak komoditas agribisnis yang dapat dibudidiayakan di Kabupaten Kuningan yaitu tanaman padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar.

Selain tanaman padi dan tanaman pangan lainnya, terdapat tanaman

hortikultura unggulan diantaranya bawang merah, bawang daun, kentang, wortel,

sawi, tomat, dan ketimun. Bawang merah merupakan salah satu komoditas

unggulan hortikultura Kabupaten Kuningan, ini menyebabkan banyak industri

hasil pengolahan bawang merah menjadi bawang goreng. Produksi tanaman

hortikultura utama Kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Tanaman Hortikultura Utama Kabupaten Kuningan (dalam ton) Tahun 2005-2007

Jenis Tanaman Tahun

2005 2006 2007

Bawang merah 3,477 6,563 4,300

Bawang daun 23,084 27,236 25,487

Kentang 2,125 2,947 1,795

Wortel 2,048 1,011 1,877

Sawi 3,087 4,196 6,361

Tomat 1,150 2,980 3,906

Ketimun 1,062 614 577

Sumber : Dinas Pertanian, Kabupaten Kuningan, 2008.

Industri di Kabupaten Kuningan secara keseluruhan belum dapat

berkembang secara optimal, jumlah yang masih sedikit dan nilai investasi belum

dapat dikatakan cukup untuk mengembangkan hasil bumi menjadi agroindustri.

Industri di Kabupaten Kuningan secara umum didominasi oleh industri makanan

(30)

(Lampiran 4). Desa Taraju, Kecamatan Sindang Agung merupakan sentra industri

bawang goreng di Kabupaten Kuningan, terdapat 19 home industry dengan jumlah

tenaga kerja sekitar 102 orang yang merupakan andalan warga masyarakat6. Perusahaan Perorangan (PO) Mekar Wangi adalah salah satu perusahaan

yang melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan bahan baku bawang

merah untuk menghasilkan bawang goreng. Perusahaan terletak di Desa Taraju,

Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan, yang dipimpin oleh Bapak H.

Ebo Bukhori dengan jumlah karyawan 33 orang. Produk yang dihasilkan

didistribusikan ke Ciamis, Tasik, Garut, Subang, Bandung, Sukabumi, Cianjur,

Bogor, Pandeglang, Brebes, dan beberapa pabrik abon di Jawa Tengah7.

1.2. Perumusan Masalah

Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di

Kabupaten Kuningan, maka dari itu terdapat industri pengolahan bawang merah

menjadi bawang goreng. Tujuan industri tersebut diantaranya untuk meningkatkan

nilai ekonomi bawang merah karena tidak dapat disimpan lama dalam bentuk

segar, meningkatkan pendapatan petani, dan menciptakan lapangan kerja di

lingkungan sekitar industri. Produksi bawang merah di Kabupaten Kuningan pada

tahun 2002-2007 dapat dilihat pada Tabel 3.

PO Mekar Wangi adalah salah satu industri yang memproduksi bawang

merah menjadi bawang goreng. Dilihat dari jumlah tenaga kerjanya, perusahaan

termasuk jenis industri sedang atau menengah. Bahan baku utama PO Mekar

Wangi adalah bawang merah varietas Sumenep yang berasal dari petani-petani

6

BPS Kabupaten Kuningan, 2008

7

(31)

dan pedagang pengumpul di Kabupaten Kuningan, Majalengka, Cirebon (Brebes

dan Losari), dan Bandung. Petani bawang merah di Kabupaten Kuningan tersebar

dibeberapa kecamatan, dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 3. Realisasi Luas Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi Bawang Merah di Kabupaten Kuningan Tahun 2003-2007

Tahun Tambah Tanam Luas Panen Produktivitas

(ton/ha) Produksi (ton)

2002 1.056 617 55,74 3.439

2003 898 909 70,89 6.444

2004 679 766 62,52 4.789

2005 612 537 64,75 3.477

2006 717 791 82,97 6.563

2007 508 501 85,83 43.002

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, 2008

PO Mekar Wangi berdiri sejak tahun 1982, akan tetapi dalam menjalankan

usahanya masih menghadapi permasalahan yang dapat menghambat kelancaran

kegiatan usahanya. Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan

perkembangan usaha yang lambat terutama dalam cakupan wilayah pemasaran

dan jumlah produksi yang dihasilkan. Ini ditunjukkan dengan omzet dan jumlah

produksi perusahaan yang relatif tetap8.

Dengan dilakukannya penelitian mengenai perumusan strategi

pengembangan usaha diharapkan dapat membantu perusahaan/pengambil

keputusan dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan untuk

memperbaiki strategi pengembangan usahanya. Sehingga PO Mekar Wangi dapat

(32)

Pengembangan dapat dilakukan dengan meningkatkan/memperluas wilayah

pemasaran dan adanya ukuran produksi yang jelas. Berdasarkan pemaparan

tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa yang terlibat dalam lingkungan internal perusahaan

yang merupakan kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal

perusahaan yang merupakan peluang dan ancaman bagi perusahaan

tersebut?

2. Bagaimana strategi pengembangan usaha yang dapat dilakukan oleh

perusahaan?

1.3. Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang

dapat mempengaruhi perusahaan.

2. Merumuskan strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh

perusahaan.

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi perusahaan

dalam memperbaiki strategi pengembangan usahanya, sehingga dapat menentukan

kebijakan dan pengambilan keputusan yang tepat terutama dalam pemasaran

produk yang dihasilkan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat

(33)

informasi bagi peneliti-peneliti yang sedang menyelesaikan tugas akhir, serta

memberikan tambahan pengetahuan/wawasan bagi yang memerlukannya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi gambaran

umum perusahaan bawang goreng PO Mekar Wangi di desa Taraju, Kecamatan

Sindang Agung, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Analisis faktor-faktor internal

dan eksternal perusahaan, perumusan strategi, dan penentuan prioritas strategi

yang dapat diterapkan perusahaan untuk pengembangan usahanya.

Penelitian ini membahas secara mendalam kondisi perusahaan PO Mekar

Wangi beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat

berasal dari dalam (faktor internal) ataupun berasal dari luar (faktor eksternal).

Analisis terhadap masing-masing faktor tersebut akan dilakukan secara deskriptif

dengan memanfaatkan data kuantitatif maupun kualitatif.

Hasil penelitian dimaksudkan hanya untuk pengembangan usaha PO

Mekar Wangi. Hasil penelitian nantinya belum tentu sesuai bagi perusahaan yang

lain. Penelitian ini juga dibatasi sampai pada perumusan strategi pengembangan

usaha. Penerapan selanjutnya dari strategi tidak termasuk dalam lingkup

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Bawang Merah

Di Indonesia bawang merah dibudidayakan oleh petani di daerah dataran

rendah hingga tinggi. Daerah sentra pengembangan bawang merah terdapat di DI

Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat,

Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa

Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Irian

Jaya. Sentra produksi di Pulau Jawa antara lain berada di Kabupaten Malang,

Nganjuk, Probolinggo, Kediri, Tegal, Brebes, Wates, Cirebon, Kuningan, dan

Majalengka9.

Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan (taksonomi), kedudukan tanaman

bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermathophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies :Allium ascolanicum L.

Terdapat beberapa varietas bawang merah diantaranya Bima Brebes,

Medan, Keling, Maja Cipanas, Sumenep, Kuning, Kuning Gombong, dan

Bangkok. Varietas Sumenep merupakan kultivar lokal yang diperkirakan berasal

9

(35)

dari daerah Sumenep (Madura). Varietas ini cocok ditanam di dataran rendah,

medium ataupun tinggi. Karakteristik dari varietas ini adalah jumlah anakan 7-14

per rumpun, daun berbentuk silindris atau bulat dan berlubang dengan umur panen

sekitar tiga bulan setelah tanam tergantung pada lokasi penanaman.

Pemanfaatan bawang merah sebagai bahan pangan didukung oleh zat gizi

yang terkandung didalamnya. Menurut catatan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, kandungan gizi dalam 100 g umbi bawang merah meliputi 39 kalori,

1,5 g protein, 0,3 g lemak, 0,2 g karbohidrat, 36 mg kalsium, 40 mg fosfor, 0,8 mg

zat besi, 0,03 mg vitamin B1, 2 mg vitamin C, dan 88 g air. Bawang merah

dimanfaatkan sebagai bahan pangan dalam bentuk segar, bumbu masakan, atau

bentuk bahan kering.

a. Syarat tumbuh

Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran

tinggi, yaitu pada ketinggian 0-1.000 m dpl. Meskipun demikian ketinggian

optimalnya adalah 0-400 m dpl. Secara umum tanah yang tepat ditanami bawang

merah ialah tanah yang bertekstur remah, sedang sampai liat, berdrainase baik,

memiliki bahan organik yang cukup, dan pH-nya antara 5,6-6,5. Syarat lain,

penyinaran matahari minimum 70 persen, suhu udara harian 25-32°C, dan

kelembapan nisbi sedang 50-70 persen.

b. Persiapan tanam

Bibit bawang merah diperbanyak dengan umbi yang diambil dari tanaman

yang sudah cukup tua yaitu sekitar 70 hari (masa penyimpanan 2,5-4 bulan) Pada

umur tersebut pertumbuhan calon tunas dalam umbi sudah penuh. Umbi

(36)

kisut dengan warna yang mengilap. Untuk satu hektar lahan membutuhkan sekitar

600-800 kg bibit. Penanaman Bawang merah paling baik ditanam saat musim

kemarau dengan syarat air cukup untuk irigasi, awal tanam pada bulan April/Mei

setelah musim panen padi atau pada bulan Juli/Agustus.

Membuat bedengan-bedengan pada lahan dengan ukuran 1,2-1,8 m,

diantara bedengan dibuat parit yang lebarnya 40-50 cm, dan kedalaman parit

antara 50-60 cm. Parit berfungsi untuk pemasukan air ataupun pengeluaran air

yang berlebihan. Sebelum penanaman sawah dikeringkan, kemudian tanah diolah

dan dihaluskan, pengolahan manual perlu 2-3 kali. Bila pH lahan kurang 5,5,

tambahkan kapur dolomit atau kaptan sebanyak 1-1,5 ton/ha minimal 2 minggu

sebelum tanam. Selesai pengolahan tanah dilanjutkan dengan penanaman, jarak

tanam 20 x 15 cm atau 15 x 15 cm. Bibit yang akan ditanam dipotong (dirompes)

ujungnya. Pemotongan ujung bibit berfungsi untuk memecahkan masa dormansi

bibit.

c. Pemeliharaan

Penyiraman perlu diperhatikan dalam budidaya bawang merah. Tanaman

ini tidak menyukai banyak hujan, tetapi kebutuhan airnya banyak. Pada saat

musim kemarau penyiraman dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore sejak

ditanam hingga satu minggu sebelum panen. Sejak awal tanam hingga tanaman

bawang merah berumur dua minggu, gulma tumbuh dengan cepat sehingga

mengganggu pertumbuhan bawang merah, untuk itu perlu dilakukan tindakan

penyiangan secara manual, baik dengan mencabut langsung atau memakai kored.

Tanaman bawang merah membutuhkan pupuk organik dan pupuk

(37)

ton/ha, diberikan sebelum tanam pada saat melakukan pengolahan. Pupuk organik

yang dibutuhkan adalah TSP sebanyak 150-200 kg/ha, pupuk ini akan tercampur

dengan pupuk kandang. Pupuk tambahan berupa 300 kg Urea dan 200 kg KCl/ha,

diberikan dengan cara larikan/barisan saat tanaman berumur 10-15 hari.

d. Hama dan Penyakit

Bawang merah disukai oleh ulat daun (Laphygma exigua) dan hama bodas

(Thrips tabaci). Serangan kedua hama ini sering menyebabkan ujung daun

terpotong dan daun menjadi terkulai, larvanya merusak umbi dalam masa

penyimpanan. Hama yang agak mirip ulat daun ialah Spodoptera exigua, gejala

serangannya terlihat pada pinggiran dan ujung daun berupa bekas gigitan.

Pencegahannya dilakukan dengan menggunakan Bayrusil 250 EC yang

mengandung bahan aktif kuinalfos atau Azodrin 15 WSC yang mengandung bahan

aktif monokrotofos, dosisnya 2 ml/1 lt air.

Penyakit bercak ungu yang disebabkan oleh jamur Alternaria porri, gejala

serangan dimulai dari daun berupa bercak-bercak putih kelabu, kemudian daun

berubah menjadi cokelat dan mengering. Dari daun serangan berlanjut ke umbi,

sehingga umbi berair, berubah menjadi kekuningan dan akhirnya cokelat

kehitaman. Pencegahannya dilakukan dengan menyemprotkan Difolatan 4F

dengan dosis 2 cc/lt air.

e. Panen dan Pasca Panen

Bawang merah di dataran rendah lebih cepat memasuki masa panen

dibandingkan dengan yang di dataran tinggi. Ciri tanaman siap panen ialah leher

batang mengeras dan daun menguning, mencapai 70-80 persen dari jumlah

(38)

tanaman diikat menjadi satu pada bagian daunnya untuk mempermudah

penanganan selanjutnya. Umbi diangkut dengan cara mengangkat ikatannya.

Bawang merah yang telah dipanen, dijemur untuk mendapatkan kadar air

umbi 80 persen namun tidak dijemur langsung di bawah sinar matahari (disimpan

di tempat terlindung). Kemudian umbi disimpan di gudang dengan cara

menggantungkan ikatan-ikatan pada suhu ruang penyimpanan 25-30° C dengan

kelembapan nisbi 60-70 persen. Penyimpanan pada gudang yang dingin dan

lembap dapat menurunkan kualitas bawang merah yang disimpan.

2.2. Pengertian dan Penggolongan Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau

barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk

mendapatkan keuntungan. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga

dalam bentuk jasa. Jenis-jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja10:

1) Industri rumah tangga, adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja

berjumlah antara 1-4 orang.

2) Industri kecil, adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah

antara 5-19 orang.

3) Industri sedang atau industri menengah, adalah industri yang jumlah

karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.

4) Industri besar, adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah

antara 100 orang atau lebih.

Pada umumnya bawang merah dijual dalam bentuk segar. Perdagangan

bebas menyebabkan adanya bawang impor dari Thailand, Vietnam, maupun dari

10

(39)

Filipina yang masuk ke pasar Indonesia. Maka dari itu, cara yang dapat dilakukan

untuk mengangkat produksi sekaligus sebagai arah pengembangan komoditi

bawang merah dengan memperbanyak home industry pengolahan bawang merah

goreng. Dalam pengembangan pasca panen, pengolahan dan pemasaran bawang

merah ada beberapa kebijakan yang harus ditempuh11, yaitu: a. Penurunan kehilangan hasil

Kehilangan pada komoditas hortikultura masih relatif tinggi, termasuk

bawang merah, sehingga penanganan pasca panen dan pengolahan sangat

berperan dalam upaya perbaikan kehilangan hasil. Diperkirakan kehilangan hasil

di sektor hortikultura mencapai 30–40 persen, sehingga kondisi ini memperburuk

pendapatan petani terutama yang mempunyai lahan usaha yang relatif kecil atau

buruh tani.

b. Pengembangan distribusi

Distribusi antar wilayah sentra produksi dan konsumsi bawang merah pada

saat panen raya belum terlaksana secara teroganisir, sehinga terjadi fluktuasi yang

sangat tinggi antar sentra produksi. Salah satu kendala yaitu belum adanya sistem

informasi yang dapat diakses akibat tidak terdapatnya informasi harga antar sentra

produksi. Distorsi informasi ini mengakibatkan harga antar sentra produksi

berbeda satu sama lain dengan cukup tinggi.

c. Stabilisasi harga

Fluktuasi harga sering terjadi pada komoditas bawang merah, oleh karena

itu pemerintah hendaknya berperan aktif untuk mencari solusi yang dapat

menstabilkan harga, terutama pada saat panen raya.

11

(40)

d. Pengendalian serta proteksi impor

Pada saat musim tanam di Indonesia, kadang-kadang terdapat bawang

merah import (ilegal maupun legal) di sentra produksi yang berasal dari China,

Vietnam dan Philipina. Oleh karena itu, dengan adanya perbedaan musim tanam

antar wilayah sentra produksi dimana pada hakekatnya ada peluang untuk

mengatur musim tanam antara propinsi dan perlu adanya kebijakan proteksi

bawang merah impor.

2.3. Studi Terdahulu

Strategi pengembangan usaha banyak menjadi bahan penelitian bagi

peneliti-peneliti sebelumnya, ini menggambarkan perusahaan harus dapat

mengikuti perubahan lingkungan yang berpengaruh langsung maupun tidak

langsung terhadap perkembangan usahanya untuk dapat bersaing di pasar. Contoh

penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan usaha dapat dilihat pada

Tabel 4.

Penelitian ini mengkaji strategi pengembangan usaha untuk menentukan

strategi kebijakan yang dapat diterapkan oleh perusahaan terkait dalam

mengembangkan usahanya. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian

Nugroho mengenai objek yang diteliti yaitu usaha bawang goreng, tetapi berbeda

dalam kajian yang dibahas, lokasi penelitian, dan metode analisis yang digunakan.

Persamaan dengan penelitian Amin terletak pada objek yang diteliti dan metode

analisis yang digunakan, akan tetapi berbeda pada lokasi penelitian dan kajian

yang diteliti yaitu analisis strategi pemasaran bawang goreng. Persamaan lain

dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah metode analisis yang digunakan

(41)

Tabel 4. Penelitian-Penelitian Terdahulu

No Penelitian Judul Tahun Metode Analisis

1 Aditya Widi

Dalam penelitian ini, melibatkan responden dari pihak internal dan pihak

eksternal. Pihak internal yang dipilih sebagai responden yaitu pemilik/pimpinan

perusahaan dan bagian pemasaran, karena kedua responden tersebut merupakan

pengambil keputusan dan pengendali dalam kegiatan produksinya. Responden

dari pihak eksternal yang dipilih yaitu dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan,

Dinas Pertanian, dan PO Gaya Baru sebagai pesaing. Kelima responden yang

dipilih dianggap memiliki kapabilitas yang sesuai dan mengetahui

(42)

III.KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pengembangan Usaha

Menurut Pambudy (1999), salah satu komponen utama dalam

penyeimbang struktur usaha nasional adalah mengembangkan pengusaha kecil

yang berorientasi produksi menjadi pengusaha-pengusaha kecil berorientasi bisnis

atau berwawasan wirausaha. Pengusaha-pengusaha kecil yang mampu mengikuti

peluang dan perubahan situasi sebagai faktor penentu kegiatan usahanya, terutama

perubahan situasi pasar yang mengarah pada pasar global. Pengusaha kecil akan

selalu dihadapkan pada berbagai kendala keterbatasan, khususnya keterbatasan

skala usaha, manajemen usaha, modal, teknologi, keterampilan berusaha, dan

pemasaran produk.

Menurut Wibowo (2008), cara untuk memperluas dan memperbesar pasar

yaitu dengan mengembangkan usaha yang sudah ada atau membeli perusahaan

lain. Upaya-upaya tersebut harus dikaitkan dengan kemampuan perusahaan dan

pengelola serta situasi pasar. Pengembangan usaha dapat dilakukan dengan

beberapa cara diantaranya penetrasi pasar, perluasan pasar, diversifikasi produk,

dan pengembangan produk.

a. Penetrasi pasar

Penetrasi pasar dilakukan dengan menjual jenis produk lama dalam jumlah

besar ke pasar yang lama, jika produksi ditingkatkan jumlahnya, produk tersebut

dapat diserap oleh pasar yang ada. Jika memang permintaan pasar yang dapat

(43)

memanfaatkannya. Jika tidak, berarti akan memberi peluang bagi pesaing untuk

memanfaatkan kesempatan tersebut. Maka dari itu, penelitian pasar perlu

dilakukan secara terus-menerus dan teratur.

b. Perluasan pasar

Strategi perluasan pasar berarti harus mencari wilayah pasar yang baru

untuk jenis produk yang lama. Perluasan pasar dapat merupakan upaya untuk

memasarkan kelebihan hasil produksi yang tidak terserap oleh pasar yang lama.

Perluasan pasar biasanya dimaksudkan untuk pengembangan perusahaan.

Langkah pertama dalam perluasan pasar yaitu menjajaki wilayah pasar yang

mungkin dapat dijangkau. Sementara itu semua sistem perusahaan dipersiapkan

untuk mendukung strategi tersebut jika dilaksanakan.

c. Pengembangan produk

Strategi pengembangan produk akan menyangkut pasar dan produk secara

langsung. Jika situasi pasar memungkinkan bagi produk yang baru, strategi

pengembangan produk dapat dilakukan. Produk yang ditawarkan bukanlah produk

yang lama tetapi produk baru atau produk yang diperbaharui. Dalam menetapkan

strategi ini bukan perkembangan hasil penjualan dari tahun ke tahun yang

digunakan untuk ramalan permintaan pasar karena termasuk jenis produk baru

atau diperbaharui. Semua perkiraan permintaan pasar harus didasarkan atas

informasi hasil penelitian pasar.

d. Diversifikasi produk

Diversifikasi Produk dan pasar bagaikan mendirikan perusahaan baru,

yaitu dengan produk dan pasar yang baru. Dalam strategi ini, perusahaan

(44)

demikian perusahaan mempunyai jenis produk lebih dari satu, sehingga

memerlukan perhatian sendiri terutama dalam sistem pemasarannya. Tidak setiap

wilayah pasar mempunyai kedudukan dan informasi yang sama.

e. Perluasan tingkat Nasional dan Internasional

Bagi perusahaan kecil perluasan tingkat nasional jauh lebih mudah dari

pada perluasan ke luar negeri, namun peluang pasar dalam negeri relatif terbatas

dan laju perkembangan pasar pun lebih lambat. Untuk menembus pasar luar

negeri bukan hal yang mudah dan persyaratannya juga tidak sederhana, minimal

harus ada jaminan kestabilan mutu yang tinggi.

3.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis faktor eksternal menekankan pada identifikasi dan evaluasi tren

dan kejadian yang berada di luar kendali perusahaan. Analisis lingkungan

eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan

sehingga manajer dapat memformulasikan strategi untuk mengambil keuntungan

dari peluang dan menghindari atau atau mengurangi dampak dari ancaman.

Menurut David (2006), kekuatan eksternal dapat dibagi menjadi lima

kategori besar, yaitu (1) kekuatan ekonomi; (2) kekuatan sosial, budaya,

demografi, dan lingkungan; (3) kekuatan politik, ekonomi, dan hukum; (4)

kekuatan teknologi; dan (5) kekuatan kompetitif. Analisis kompetitif adalah

pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam

banyak industri dengan model lima kekuatan Porter. Hubungan antara

kekuatan-kekuatan ini dengan organisasi dapat dilihat pada Gambar 1. Tren dan kejadian

eksternal secara signifikan mempengaruhi semua produk, jasa, pasar, dan

(45)

Perubahan dalam kekuatan eksternal mengakibatkan perubahan dalam

permintaan konsumen untuk barang industri dan konsumsi serta jasa. Kekuatan

eksternal memengaruhi tipe produk yang dikembangkan, karakteristik dari strategi

segmentasi pasar dan positioning, tipe jasa yang ditawarkan, dan pilihan bisnis

yang ingin diakuisisi atau dijual. Kekuatan eksternal secara langsung

memengaruhi pemasok dan distributor. Identifikasi dan evaluasi peluang dan

ancaman eksternal memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan misi bisnis

yang jelas, mendesain strategi untuk mencapai tujuan jangka panjang, dan

mengembangkan kebijakan untuk mencapai tujuan tahunan.

Gambar 1. Hubungan Antara Kekuatan Eksternal Kunci dan Organisasi Sumber: David, 2006

Faktor eksternal kunci ini dapat berubah seiring berjalannya waktu dan

(46)

menjadi faktor penting untuk kesuksesan. Variabel lain yang umum digunakan

mencakup pangsa pasar, keberagaman produk pesaing, ekonomi dunia, afiliasi

asing, keunggulan atas kepemilikan dan pelanggan besar, harga yang bersaing,

kemajuan teknologi, pergeseran populasi, tingkat suku bunga, dan penurunan

populasi.

a. Ekonomi

Faktor ekonomi memiliki pengaruh langsung terhadap kondisi dan strategi

perusahaan. Faktor ekonomi dapat membantu atau menghambat upaya mencapai

tujuan perusahaan dan menyebabkan keberhasilan ataupun kegagalan strategi

yang dapat berperan sebagai peluang ataupun ancaman karena dapat

mempengaruhi daya beli dan pola konsumsi masyarakat

b. Sosial, budaya, demografi, dan lingkungan

Perubahan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan memiliki pengaruh

besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Organisasi kecil

ataupun besar berorientasi laba dan nirlaba dalam semua industri telah dikejutkan

dan ditantang oleh peluang dan ancaman yang berasal dari perubahan variabel

sosial, budaya, demografi, dan lingkungan. Tren sosial, budaya, demografi, dan

lingkungan membentuk cara masyarakat hidup, berproduksi, dan mengkonsumsi.

Tren baru menciptakan tipe konsumen yang berbeda, ini mengakibatkan

kebutuhan akan barang dan jasa serta strategi yang berbeda.

c. Politik, pemerintah, dan hukum

Pemerintah negara federal, bagian, lokal, dan asing adalah pembuat

(47)

Faktor politik, pemerintah, dan hukum dapat menjadi peluang atau ancaman

utama untuk perusahaan kecil maupun besar.

d. Teknologi

Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang

harus dipertimbangkan dalam formulasi strategi. Kemajuan teknologi dapat

memengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan,

proses produksi, praktik pemasaran, dan posisi kompetitif perusahaan secara

dramatis. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, yang menghasilkan

penciptaan produk baru dan produk yang lebih baik, perubahan posisi biaya

kompetitif dalam suatu industri, dan membuat produk dan jasa saat ini menjadi

ketinggalan zaman.

e. Kompetitif

Berdasarkan pendekatan organisasi industrial, faktor eksternal (industri)

lebih penting dari faktor internal dalam perusahaan yang ingin mencapai

keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif ditentukan oleh positioning

kompetitif di dalam industri. Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang

pesaing merupakan hal yang penting untuk keberhasilan formulasi strategi.

Menurut Porter (1980), persaingan dalam suatu industri berakar pada

struktur ekonomi yang mendasarinya dan berjalan di luar perilaku pesaing-pesaing

yang ada. Keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan

persaingan pokok, dapat dilihat pada Gambar 2. Tujuan strategi bersaing untuk

suatu unit usaha (business unit) dalam sebuah industri adalah menemukan posisi

dalam industri tersebut di mana perusahaan dapat melindungi diri sendiri dengan

(48)

tekanan tersebut secara positif. Kelima kekuatan persaingan secara bersama-sama

menentukan intensitas persaingan dan kemampulabaan dalam industri.

Ancaman masuknya pendatang baru

Kekuatan tawar- Kekuatan tawar-

menawar pemasok menawar pembeli

Ancaman produk atau jasa pengganti

Gambar 2. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri

Sumber: Porter, 1980.

1) Persaingan diantara perusahaan sejenis, pada umumnya merupakan

kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang

dijalankan oleh perusahaan dapat berhasil jika perusahaan memberikan

keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan perusahaan

pesaing.

2) Ancaman pendatang baru, pendatang baru pada suatu industri membawa

kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar, serta sumber daya Pendatang baru

potensial

Para pesaing industri

Persaingan diantara perusahaan yang ada

Pemasok Pembeli

(49)

yang besar. Mengakibatkan harga menjadi turun atau biaya membengkak

sehingga mengurangi kemampulabaan.

3) Tekanan dari produk pengganti (subtitute product), semua perusahaan dalam industri bersaing, dalam arti yang luas dengan industri-industri yang

menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti membatasi laba

potensial dari industri dengan menetapkan harga baku (ceiling price) yang

dapat diberikan perusahaan dalam industri. Semakin menarik alternatif

harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, semakin ketat pembatasan

laba industri.

4) Kekuatan tawar menawar pembeli, pembeli bersaing dengan industri

dengan cara memaksa harga turun, tawar-menawar untuk mutu yang lebih

tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta berperan sebagai pesaing satu

sama lain dengan mengorbankan kemampulabaan industri.

5) Kekuatan tawar menawar pemasok, pemasok dapat menggunakan

kekuatan tawar-menawar terhadap para peserta industri dengan

mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk atau

jasa yang dibeli. Pemasok yang kuat dapat menekan kemampulabaan

industri yang tidak mampu mengimbangi kenaikan harganya.

3.1.3. Analisis Lingkungan Internal

Menurut David 2006, lingkungan internal merupakan kekuatan dan

kelemahan perusahaan pada area fungsional bisnis, termasuk manajemen,

pemasaran, keuangan/akuntasi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan,

(50)

menjadi kompetensi yang unik. Kompetensi yang unik (distinctive competencies)

adalah kekuatan perusahaan yang tidak dapat dengan mudah disamakan atau ditiru

oleh pesaing.

a. Manajemen

Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian.

Perencanaan dapat memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja organisasi dan

individu. Perencanaan memungkinkan organisasi mengidentifikasi dan

memanfaatkan peluang eksternal dan meminimalkan pengaruh ancaman eksternal.

Pererencanaan mencakup pengembangan misi, peramalan kejadian dan tren masa

depan, penetapan tujuan, dan pemilihan strategi yang akan dijalankan.

b. Pemasaran

Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan,

mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan

pelanggan atas barang dan jasa. Ada tujuh fungsi pemasaran, yaitu analisis

pelanggan, penjualan produk/jasa, perencanaan produk dan jasa, penetapan harga,

distribusi, riset pemasaran, dan analisis peluang. Pemahaman terhadap fungsi

pemasaran membantu penyusun strategi mengidentifikasi dan mengevaluasi

kelemahan pemasaran.

c. Keuangan/akuntansi

Kondisi keuangan sering dianggap sebagai satu ukuran terbaik untuk

posisi kompetitif dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Menentukan

kekuatan dan kelemahan keuangan suatu organisasi merupakan hal yang penting

(51)

David (2006), fungsi keuangan/akuntansi terdiri atas tiga keputusan, yaitu

keputusan investasi, keputusan pendanaan (pembiayaan), dan keputusan dividen.

d. Produksi/operasi

Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang

mengubah input menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi/operasi

berhubungan dengan input transformasi, dan output yang bervariasi antar industri

dan pasar.

e. Penelitian dan pengembangan

Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk khususnya

harus memiliki orientasi litbang yang kuat. Litbang dalam organisasi memiliki

dua bentuk dasar: (1) litbang internal, dimana organisasi menjalankan departemen

litbangnya sendiri, (2) kontrak litbang, dimana perusahaan merekrut peneliti

indipenden atau agen indipenden untuk mengembangkan produk spesifik.

f. Sistem informasi manajemen

Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis menjadi satu dan

menyediakan dasar untuk semua keputusan manajerial, ini merupakan fondasi dari

semua organisasi. Informasi menunjukkan sumber utama dari kekuatan atau

kelemahan kompetitif manajemen. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan sistem

informasi perusahaan adalah dimensi yang penting dalam menjalankan audit

internal.

3.1.4. Perumusan Strategi

Teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasikan ke dalam

(52)

tahap input. Tahap 2 disebut tahap pencocokan, berfokus pada menciptakan

alternatif strategi yang layak dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal

kunci. Tahap 3 disebut tahap keputusan, melibatkan strategi tunggal yaitu matriks

perencanaan strategis kuantitatif atau Quantitative Strategic Planning Matrix

(QSPM). QSPM menggunakan input dari Tahap 1 untuk mengevaluasi secara

objektif alternatif-alternatif strategi yang layak dan dengan demikian memberikan

dasar tujuan untuk memilih diantara alternatif strategi di tingkat korporasi.

1) Tahap input

Tahap input terdiri atas Matriks EFE, Matriks IFE, dan Matriks CPM. Alat

input membutuhkan penyusun strategi untuk menguantifikasi secara subjektif

selama tahap awal dari proses perumusan strategi. Membuat keputusan kecil

dalam matriks input berhubungan dengan tingkat penting relatif dari faktor

internal dan eksternal memungkinkan penyusun strategi untuk menghasilkan dan

mengevaluasi alternatif strategi dengan lebih efektif. Penilaian intuitif yang baik

selalu dibutuhkan untuk menentukan bobot dan peringkat yang sesuai.

2) Tahap pencocokan

Strategi kadang-kadang didefinisikan sebagai pencocokan yang dibuat

suatu organisasi antara sumber daya dan keterampilan internalnya dengan peluang

dan risiko yang diciptakan oleh faktor eksternal. Tahap pencocokan dari kerangka

kerja perumusan strategi terdiri atas lima teknik yang dapat digunakan, yaitu

Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matriks IE, dan Matriks Grand

Strategy. Alat ini bersandar pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk

Gambar

Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Tahun 2003-2007
Tabel 2. Produksi Tanaman Hortikultura Utama Kabupaten Kuningan (dalam ton) Tahun 2005-2007
Tabel 3. Realisasi Luas Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi Bawang Merah di Kabupaten Kuningan Tahun 2003-2007
Tabel 4. Penelitian-Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait