STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI
DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG
KABUPATEN KUNINGAN
Oleh UUM SUMIATI
H34066126
PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
UUM SUMIATI. Strategi Pengembangan Usaha Bawang Merah Goreng PO Mekar Wangi, Desa Taraju, Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan. (Di bawah bimbingan HARIANTO)
Pembangunan pertanian diharapkan tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan sektor-sektor lain agar dapat memperbaiki keadaan perekonomian masyarakat. Pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan khususnya komoditas hortikultura harus dapat tumbuh dengan cepat, agar secara fungsional akan semakin mampu berperan dalam penyediaan bahan baku industri, peningkatan pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja serta peningkatan penerimaan devisa melalui ekspor hasil-hasil tanaman hortikultura.
Bawang merah (Allium ascolanicum L) adalah salah satu komoditas hortikultura yang digunakan sebagai bahan baku industri makanan, obat-obatan, dan penyedap masakan karena aroma dan rasanya yang khas. Bawang merah mempunyai potensi dan peluang yang cukup baik sebagai komoditas agribisnis, karena termasuk komoditas sayuran unggulan Indonesia setelah kol/kubis dan kentang. Setelah dipanen bawang merah tidak dapat disimpan lama karena mudah rusak dan sulit dipertahankan dalam bentuk segar. Maka dari itu, diperlukan upaya penanganan pasca panen yang baik untuk memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai ekonomi bawang merah misalnya diolah menjadi bawang goreng.
PO Mekar Wangi adalah salah satu perusahaan yang melakukan kegiatan industri dengan menggunakan bahan baku bawang merah untuk menghasilkan bawang goreng. PO Mekar Wangi telah berdiri lama, akan tetapi dalam menjalankan usahanya masih menghadapi permasalahan yang menyebabkan perkembangan usaha yang tidak signifikan. Ini ditunjukkan dengan omzet dan jumlah produksi perusahaaan yang relatif tetap.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi perusahaan, dan merumuskan strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk pengembangan usahanya. Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini, yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal melalui wawancara langsung dan pengisian kuesioner oleh responden. Kemudian faktor-faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT, dan QSPM.
sebesar 2.654, ini menunjukkan industri bawang goreng PO Mekar Wangi berada di atas rata-rata (2.50). Total nilai tertimbang 2.654 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal.
Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan bagi PO Mekar Wangi yaitu modal usaha sendiri lebih besar daripada modal pinjaman dengan nilai tertimbang 0.24, hubungan yang baik dengan pemasok bahan baku dan sarana transportasi dengan nilai tertimbang 0.232. Faktor strategis internal yang merupakan kelemahan terbesar adalah promosi yang kurang maksimal, ditunjukkan dengan nilai tertimbang 0.093. Hasil analisis matriks IFE untuk kekuatan dan kelemahan diperoleh total nilai tertimbang berada pada rata-rata yaitu sebesar 2.508, ini mengindikasikan posisi internal PO Mekar Wangi cukup kuat. Dengan kata lain perusahaan telah dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk meminimalisasi kelemahannya, meskipun belum sepenuhnya.
Hasil analisis dengan matriks EFE diperoleh total nilai tertimbang sebesar 2.654 dan total nilai tertimbang dari matriks IFE sebesar 2.508, menempatkan perusahaan pada sel V dalam matriks IE. Strategi terbaik yang dapat diterapkan adalah strategi jaga dan pertahankan, penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk divisi tipe ini.
Beberapa alternatif strategi yang dipilih dari matriks SWOT yaitu memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan (S6,7 dan O3,5,6), diversifikasi produk dalam rasa yang bervariasi seperti rasa asin dan pedas (S7 dan O3,6,7), menjaga kontinuitas produksi untuk mengembangkan pasar (W3 dan penelitian dan pengembangan (W2,6 dan T2,3,4)
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG
KABUPATEN KUNINGAN
Oleh UUM SUMIATI
H34066126
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA EKONOMI
pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan pertolongan dan
petunjuk-Nya pada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya. Atas izin Allah, penulis dipertemukan dengan orang-orang yang sangat
luar biasa dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Orang tua tercinta Ibu Rumsinah, Bapak Karna, dan Bapak Maruki yang
senantiasa memberikan doa dan menjadi motivator serta pendukung secara
moril dan materil, dan selalu sabar menjadi pendengar yang baik atas keluh
kesah penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen pembimbing, atas segala masukan
dan bimbingan yang telah Bapak berikan. Ditengah kesibukan yang luar biasa,
Bapak selalu menyempatkan diri untuk membagikan ilmunya kepada penulis.
3. Bapak Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen evaluator, yang telah memberikan
kritik dan saran pada saat penulis kolokium.
4. Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama dan Ibu Ir. Popong
Nurhayati, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan, atas masukan dan
sarannya.
5. Bapak H. Ebo Bukhori dan seluruh karyawan PO Mekar Wangi, yang telah
memberikan izin kepada penulis dan memberikan informasi serta bantuan
selama penulis melakukan penelitian.
6. Bapak Drs. Nana Mulyana dan seluruh staf Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Kuningan, atas informasi, bantuan, dan saran yang
diberikan kepada penulis.
7. Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, atas segala
bantuan dan informasinya.
8. Sekretariat Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, atas
pelayanan yang diberikan kepada penulis. Mba Rahmi, Mba Liesca, Mba
Maya, Mba Nur, Mas Aji, dan Mas Agus terimakasih banyak, maaf apabila
9. Teman-teman AGB angkatan 1: Yuyun, Desti, Putri, Cut, Lia, Nita, Tuti,
Mira, Dian, Erni, Ayla, Mey, Yeni, Wasini, Balqis, Tami, dan semua
teman-teman, terimakasih banyak atas bantuan, motivasi dan dukungannya.
10.Keluarga Muslim Ekstensi (KAMUS) IPB, atas motivasinya.
11.Teman-teman dari B-14: Hesti, Farah, Sarmah, Mba Eka, Kak Dewi, Puspa,
Ros, Hanim, dan Endang, atas bantuan, motivasi, dan dukungannya.
12.Semua pihak, keluarga, teman, dan kerabat yang tidak tercantum penulis
ucapkan permintaan maaf dan terimakasih untuk segalanya.
Bogor, Januari 2009
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG
BERJUDUL “STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG
PO MEKAR WANGI, DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG,
KABUPATEN KUNINGAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA
PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK
MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA
MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA
SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH
DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI
RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Januari 2009
Uum Sumiati
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Uum Sumiati
Nomor Registrasi Pokok : H34066126
Program Mayor : Agribisnis
Judul : Strategi Pengembangan Usaha Bawang Merah Goreng PO Mekar Wangi, Desa Taraju, Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Harianto, MS
NIP 131 430 801
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP 131 415 082
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Mei 1984 di Kabupaten Kuningan,
Propinsi Jawa Barat. Penulis merupakan puteri tunggal dari pasangan Bapak
Maruki dan Ibu Rumsinah.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1996 di
SDN Cihideunggirang I, Kuningan. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama Negeri I (SMPN I) Cidahu, Kuningan dan lulus pada
tahun 1999. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah
Atas di SMAN I Ciawigebang, Kuningan pada tahun 2002.
Pada tahun 2002, penulis diterima di Program Diploma 3 Program Studi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Bandung dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan kembali studinya
pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen
DAFTAR ISI
2.2. Pengertian dan Penggolongan Industri ... 13
2.3. Studi Terdahulu ... 15
III.KERANGKA PEMIKIRAN ... 17
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17
3.1.1. Konsep Pengembangan Usaha ... 17
3.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal ... 19
3.1.3. Analisis Lingkungan Internal ... 24
3.1.4. Perumusan Strategi ... 26
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 29
IV.METODE PENELITIAN ... 31
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
4.2. Jenis Data dan Sumber Data ... 31
4.3. Metode Pengumpulan Data dan Jumlah Responden ... 32
4.4. Metode Analisis Data ... 33
4.4.1. Matriks External Faktor Evaluation (EFE) ... 33
4.4.2. Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) ... 35
4.4.3. Menentukan Bobot Variabel Ekternal dan Bobot Variabel Internal Perusahaan ... 37
4.4.4. Matriks Internal-External (IE) ... 39
4.4.5. Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman ( Strengths-Weakness-Opportunities-Treaths - SWOT) ... 40
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI
DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG
KABUPATEN KUNINGAN
Oleh UUM SUMIATI
H34066126
PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
UUM SUMIATI. Strategi Pengembangan Usaha Bawang Merah Goreng PO Mekar Wangi, Desa Taraju, Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan. (Di bawah bimbingan HARIANTO)
Pembangunan pertanian diharapkan tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan sektor-sektor lain agar dapat memperbaiki keadaan perekonomian masyarakat. Pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan khususnya komoditas hortikultura harus dapat tumbuh dengan cepat, agar secara fungsional akan semakin mampu berperan dalam penyediaan bahan baku industri, peningkatan pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja serta peningkatan penerimaan devisa melalui ekspor hasil-hasil tanaman hortikultura.
Bawang merah (Allium ascolanicum L) adalah salah satu komoditas hortikultura yang digunakan sebagai bahan baku industri makanan, obat-obatan, dan penyedap masakan karena aroma dan rasanya yang khas. Bawang merah mempunyai potensi dan peluang yang cukup baik sebagai komoditas agribisnis, karena termasuk komoditas sayuran unggulan Indonesia setelah kol/kubis dan kentang. Setelah dipanen bawang merah tidak dapat disimpan lama karena mudah rusak dan sulit dipertahankan dalam bentuk segar. Maka dari itu, diperlukan upaya penanganan pasca panen yang baik untuk memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai ekonomi bawang merah misalnya diolah menjadi bawang goreng.
PO Mekar Wangi adalah salah satu perusahaan yang melakukan kegiatan industri dengan menggunakan bahan baku bawang merah untuk menghasilkan bawang goreng. PO Mekar Wangi telah berdiri lama, akan tetapi dalam menjalankan usahanya masih menghadapi permasalahan yang menyebabkan perkembangan usaha yang tidak signifikan. Ini ditunjukkan dengan omzet dan jumlah produksi perusahaaan yang relatif tetap.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi perusahaan, dan merumuskan strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk pengembangan usahanya. Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini, yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal melalui wawancara langsung dan pengisian kuesioner oleh responden. Kemudian faktor-faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT, dan QSPM.
sebesar 2.654, ini menunjukkan industri bawang goreng PO Mekar Wangi berada di atas rata-rata (2.50). Total nilai tertimbang 2.654 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal.
Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan bagi PO Mekar Wangi yaitu modal usaha sendiri lebih besar daripada modal pinjaman dengan nilai tertimbang 0.24, hubungan yang baik dengan pemasok bahan baku dan sarana transportasi dengan nilai tertimbang 0.232. Faktor strategis internal yang merupakan kelemahan terbesar adalah promosi yang kurang maksimal, ditunjukkan dengan nilai tertimbang 0.093. Hasil analisis matriks IFE untuk kekuatan dan kelemahan diperoleh total nilai tertimbang berada pada rata-rata yaitu sebesar 2.508, ini mengindikasikan posisi internal PO Mekar Wangi cukup kuat. Dengan kata lain perusahaan telah dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk meminimalisasi kelemahannya, meskipun belum sepenuhnya.
Hasil analisis dengan matriks EFE diperoleh total nilai tertimbang sebesar 2.654 dan total nilai tertimbang dari matriks IFE sebesar 2.508, menempatkan perusahaan pada sel V dalam matriks IE. Strategi terbaik yang dapat diterapkan adalah strategi jaga dan pertahankan, penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk divisi tipe ini.
Beberapa alternatif strategi yang dipilih dari matriks SWOT yaitu memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan (S6,7 dan O3,5,6), diversifikasi produk dalam rasa yang bervariasi seperti rasa asin dan pedas (S7 dan O3,6,7), menjaga kontinuitas produksi untuk mengembangkan pasar (W3 dan penelitian dan pengembangan (W2,6 dan T2,3,4)
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG
KABUPATEN KUNINGAN
Oleh UUM SUMIATI
H34066126
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA EKONOMI
pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan pertolongan dan
petunjuk-Nya pada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya. Atas izin Allah, penulis dipertemukan dengan orang-orang yang sangat
luar biasa dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Orang tua tercinta Ibu Rumsinah, Bapak Karna, dan Bapak Maruki yang
senantiasa memberikan doa dan menjadi motivator serta pendukung secara
moril dan materil, dan selalu sabar menjadi pendengar yang baik atas keluh
kesah penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen pembimbing, atas segala masukan
dan bimbingan yang telah Bapak berikan. Ditengah kesibukan yang luar biasa,
Bapak selalu menyempatkan diri untuk membagikan ilmunya kepada penulis.
3. Bapak Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen evaluator, yang telah memberikan
kritik dan saran pada saat penulis kolokium.
4. Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama dan Ibu Ir. Popong
Nurhayati, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan, atas masukan dan
sarannya.
5. Bapak H. Ebo Bukhori dan seluruh karyawan PO Mekar Wangi, yang telah
memberikan izin kepada penulis dan memberikan informasi serta bantuan
selama penulis melakukan penelitian.
6. Bapak Drs. Nana Mulyana dan seluruh staf Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Kuningan, atas informasi, bantuan, dan saran yang
diberikan kepada penulis.
7. Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, atas segala
bantuan dan informasinya.
8. Sekretariat Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, atas
pelayanan yang diberikan kepada penulis. Mba Rahmi, Mba Liesca, Mba
Maya, Mba Nur, Mas Aji, dan Mas Agus terimakasih banyak, maaf apabila
9. Teman-teman AGB angkatan 1: Yuyun, Desti, Putri, Cut, Lia, Nita, Tuti,
Mira, Dian, Erni, Ayla, Mey, Yeni, Wasini, Balqis, Tami, dan semua
teman-teman, terimakasih banyak atas bantuan, motivasi dan dukungannya.
10.Keluarga Muslim Ekstensi (KAMUS) IPB, atas motivasinya.
11.Teman-teman dari B-14: Hesti, Farah, Sarmah, Mba Eka, Kak Dewi, Puspa,
Ros, Hanim, dan Endang, atas bantuan, motivasi, dan dukungannya.
12.Semua pihak, keluarga, teman, dan kerabat yang tidak tercantum penulis
ucapkan permintaan maaf dan terimakasih untuk segalanya.
Bogor, Januari 2009
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG
BERJUDUL “STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG
PO MEKAR WANGI, DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG,
KABUPATEN KUNINGAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA
PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK
MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA
MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA
SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH
DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI
RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Januari 2009
Uum Sumiati
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Uum Sumiati
Nomor Registrasi Pokok : H34066126
Program Mayor : Agribisnis
Judul : Strategi Pengembangan Usaha Bawang Merah Goreng PO Mekar Wangi, Desa Taraju, Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Harianto, MS
NIP 131 430 801
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP 131 415 082
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Mei 1984 di Kabupaten Kuningan,
Propinsi Jawa Barat. Penulis merupakan puteri tunggal dari pasangan Bapak
Maruki dan Ibu Rumsinah.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1996 di
SDN Cihideunggirang I, Kuningan. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama Negeri I (SMPN I) Cidahu, Kuningan dan lulus pada
tahun 1999. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah
Atas di SMAN I Ciawigebang, Kuningan pada tahun 2002.
Pada tahun 2002, penulis diterima di Program Diploma 3 Program Studi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Bandung dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan kembali studinya
pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen
DAFTAR ISI
2.2. Pengertian dan Penggolongan Industri ... 13
2.3. Studi Terdahulu ... 15
III.KERANGKA PEMIKIRAN ... 17
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17
3.1.1. Konsep Pengembangan Usaha ... 17
3.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal ... 19
3.1.3. Analisis Lingkungan Internal ... 24
3.1.4. Perumusan Strategi ... 26
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 29
IV.METODE PENELITIAN ... 31
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
4.2. Jenis Data dan Sumber Data ... 31
4.3. Metode Pengumpulan Data dan Jumlah Responden ... 32
4.4. Metode Analisis Data ... 33
4.4.1. Matriks External Faktor Evaluation (EFE) ... 33
4.4.2. Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) ... 35
4.4.3. Menentukan Bobot Variabel Ekternal dan Bobot Variabel Internal Perusahaan ... 37
4.4.4. Matriks Internal-External (IE) ... 39
4.4.5. Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman ( Strengths-Weakness-Opportunities-Treaths - SWOT) ... 40
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 47
VI. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN INTERNAL PERUSAHAAN ... 55
VII. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ... 74
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Tahun 2003-2007 ... 2
2. Produksi Tanaman Hortikutura Utama Kabupaten Kuningan (dalam ton) Tahun 2005-2007 ... 4
3. Realisasi Luas Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi Bawang Merah di Kabupaten Kuningan Tahun 2003-2007 ... 6
4. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 16
5. Matriks External FaktorEvaluation (EFE) ... 35
6. Matriks Internal FaktorEvaluation (IFE) ... 37
7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ... 39
8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ... 38
9. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM) ... 44
10.Peralatan Produksi PO Mekar Wangi ... 51
11.Harga Bawang Merah Goreng Berdasarkan Kualitas Pada PO Mekar Wangi ... 54
12.Pencari Kerja Menurut Jenis Pendidikan Yang Ditamatkan di Kabupaten Kuningan Tahun 2004-2007 ... 57
13.Peluang dan Ancaman yang Dihadapi Perusahaan PO Mekar Wangi ... 70
14.Kekuatan dan Kelemahan yang Dihadapi Perusahaan PO Mekar Wangi .. 73
15.Matriks EFE (External Factor Evaluation) ... 75
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Hubungan Antara Kekuatan Eksternal Kunci dan Organisasi ... 20
2. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri ... 23
3. Kerangka Kerja Analitis untuk Perumusan Strategi ... 28
4. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Operasional ... 30
5. Matriks Internal-Eksternal (IE) ... 40
6. Matriks SWOT ... 43
7. Struktur Perusahaan PO Mekar Wangi ... 49
8. Diagram Alir Proses Produksi Bawang Merah Goreng ... 53
9. Analisis Matriks Internal-Eksternal (IE) ... 80
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Angka Agregatif PDRB, Jumlah Penduduk, dan PDRB Kabupaten Kuningan Tahun 2003-2007 ... 93
2. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kuningan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 ... 94
3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kuningan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 ... 95
4. Jumlah Industri Rumah Tangga Kabupaten Kuningan Tahun ... 96
5. Produktivitas Tanaman Bawang Merah Kabupaten Kuningan Tahun 2007 ... 97
6. Gambar Contoh Kemasan Produk Bawang Goreng PO Mekar Wangi ... 98
7. Gambar Alat Pengemas Bawang Goreng PO Mekar Wangi ... 99
8. Kuesioner untuk Pihak Eksternal dan Internal ... 100
9. Matriks Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Eksternal ... 111
10.Matriks Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal ... 112
11.Peringkat (Rating) Rata-Rata dari Lima Responden untuk Faktor Eksternal ... 113
12.Peringkat (Rating) Rata-Rata dari Lima Responden untuk Faktor Internal ... 114
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, atas rahmat,
karunia dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi
Pengembangan Usaha Bawang Merah Goreng PO Mekar Wangi, Desa Taraju,
Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan”. Sholawat dan salam semoga
tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir massa.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi perusahaan,
serta merumuskan strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh
perusahaan PO Mekar Wangi. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan
dalam penelitian ini, sehingga masukan berupa kritik dan saran sangat penulis
harapkan. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan/wawasan bagi para pembaca.
Bogor, Januari 2009
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini salah satunya didorong oleh
ekspor komoditas seperti perkebunan, pertambangan, mineral, minyak, dan gas
yang semakin menguat dibandingkan ekspor manufaktur. Hal ini ditunjukan Data
Bank Dunia dimana sebelum tahun 2000 ekspor dari sektor manufaktur mencapai
lebih dari 60 persen dibandingkan sektor lainnya, namun sejak tahun 2000-2006
ekspor sektor manufaktur kurang dari 20 persen, sedangkan ekspor sektor
perkebunan (agricultur) dan pertambangan mencapai lebih dari 20 persen1. Pembangunan pertanian diharapkan tumbuh dan berkembang seiring
dengan pertumbuhan sektor-sektor lain agar dapat memperbaiki keadaan
perekonomian masyarakat. Pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan
khususnya komoditas hortikultura harus dapat tumbuh dengan cepat, agar secara
fungsional akan semakin mampu berperan dalam penyediaan bahan baku industri,
peningkatan pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja serta peningkatan
penerimaan devisa melalui ekspor hasil-hasil tanaman hortikultura.
Bawang merah (Allium ascolanicum L) adalah salah satu komoditas
hortikultura yang digunakan sebagai bahan baku industri makanan, obat-obatan,
dan penyedap masakan karena aroma dan rasanya yang khas. Bawang merah
mempunyai potensi dan peluang yang cukup baik sebagai komoditas agribisnis,
karena termasuk komoditas sayuran unggulan Indonesia setelah kol/kubis dan
kentang dapat dilihat pada Tabel 1.
1
www.antara.co.id/arc/2007/11/7/bank-dunia-perkirakan-pertumbuhan-ekonomi-indonesia
Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Tahun 2003-2007
4 Kentang 1,009,979 1,072,040 1,009,619 1,011,911 1,034,490
5 Lobak 26,340 30,625 54,226 49,344 38,900
6 Kol/Kubis 1,348,433 1,432,814 1,292,984 1,267,745 1,254,856
7 Petsai/Sawi 459,253 534,964 548,453 590,400 544,126
20 Kacang Panjang 432,365 454,999 466,387 461,239 453,609
21 Jamur 31,233 10,544 30,854 23,559 46,837
22 Melinjo 244,864 209,630 210,836 239,209 194,349
23 Petai 134,099 135,715 125,587 148,268 166,305
Total sayuran 8,574,870 9,059,676 9,101,987 9,527,463 9,001,714 Keterangan : *) Angka sementara
Sumber : Ditjen Bina Produksi Hortikultura2
Sentra-sentra produksi bawang merah di Indonesia umumnya berasal dari
dataran tinggi antara lain Brebes, Tegal (Jawa Tengah) dan Probolinggo (Jawa
Timur), selain itu bawang merah juga banyak dibudidayakan di dataran rendah3. Setelah dipanen bawang merah tidak dapat disimpan lama karena mudah rusak
dan sulit dipertahankan dalam bentuk segar. Penanganan yang kurang baik akan
menyebabkan kebusukan atau bahkan tumbuh di tempat penyimpanan.
Diperlukan upaya penanganan pasca panen yang baik untuk
memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai ekonomi bawang merah
2
misalnya diolah menjadi bawang goreng. Cara tersebut dilakukan untuk
mengangkat produksi sekaligus sebagai arah pengembangan komoditi bawang
merah. Usaha pengolahan bawang ini, selain akan membantu pemasaran petani,
juga dapat mengurangi angka pengangguran di daerah sekitar industri4. Bawang goreng memiliki daya simpan yang cukup lama yaitu 7-12 bulan. Industri bawang
goreng di tingkat rumah tangga (home industry) diharapkan dapat meningkatkan
nilai ekonomi dan pendapatan petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Pengembangan bisnis kecil dapat meningkatkan pertumbuhan dan mengubah
struktur ekonomi nasional menjadi lebih kokoh dan berimbang. Hasil ini
diperoleh karena masyarakat berperan aktif dalam pengembangan usaha nasional
yang didukung oleh kebijaksanaan yang lebih kondusif.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kuningan pada tahun 2007
mencapai angka sebesar 4.22 persen mengalami kenaikan dibanding laju
pertumbuhan ekonomi tahun 2006 (Lampiran 1). Besarnya peranan
masing-masing sektor terhadap total PDRB dapat memberikan gambaran tentang tingkat
potensi ekonomi yang ada di Kabupaten Kuningan. Dari tahun ke tahun sektor
pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Kuningan.
Pada tahun 2007 peranan sektor pertanian mencapai angka 36,08 persen
(Lampiran 2).
Kabupaten Kuningan adalah kabupaten yang memiliki potensi yang besar
dalam bidang pertanian. Potensi tersebut didukung oleh tingkat kesuburan tanah
yang baik, ketersediaan air tanah maupun air hujan, iklim yang sesuai, dan
demografi penduduk yang menjadikan pertanian sebagai penghasilan pokok
4
rumah tangga5. Terdapat banyak komoditas agribisnis yang dapat dibudidiayakan di Kabupaten Kuningan yaitu tanaman padi, jagung, kedelai, kacang tanah,
kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar.
Selain tanaman padi dan tanaman pangan lainnya, terdapat tanaman
hortikultura unggulan diantaranya bawang merah, bawang daun, kentang, wortel,
sawi, tomat, dan ketimun. Bawang merah merupakan salah satu komoditas
unggulan hortikultura Kabupaten Kuningan, ini menyebabkan banyak industri
hasil pengolahan bawang merah menjadi bawang goreng. Produksi tanaman
hortikultura utama Kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi Tanaman Hortikultura Utama Kabupaten Kuningan (dalam ton) Tahun 2005-2007
Jenis Tanaman Tahun
2005 2006 2007
Bawang merah 3,477 6,563 4,300
Bawang daun 23,084 27,236 25,487
Kentang 2,125 2,947 1,795
Wortel 2,048 1,011 1,877
Sawi 3,087 4,196 6,361
Tomat 1,150 2,980 3,906
Ketimun 1,062 614 577
Sumber : Dinas Pertanian, Kabupaten Kuningan, 2008.
Industri di Kabupaten Kuningan secara keseluruhan belum dapat
berkembang secara optimal, jumlah yang masih sedikit dan nilai investasi belum
dapat dikatakan cukup untuk mengembangkan hasil bumi menjadi agroindustri.
Industri di Kabupaten Kuningan secara umum didominasi oleh industri makanan
(Lampiran 4). Desa Taraju, Kecamatan Sindang Agung merupakan sentra industri
bawang goreng di Kabupaten Kuningan, terdapat 19 home industry dengan jumlah
tenaga kerja sekitar 102 orang yang merupakan andalan warga masyarakat6. Perusahaan Perorangan (PO) Mekar Wangi adalah salah satu perusahaan
yang melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan bahan baku bawang
merah untuk menghasilkan bawang goreng. Perusahaan terletak di Desa Taraju,
Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan, yang dipimpin oleh Bapak H.
Ebo Bukhori dengan jumlah karyawan 33 orang. Produk yang dihasilkan
didistribusikan ke Ciamis, Tasik, Garut, Subang, Bandung, Sukabumi, Cianjur,
Bogor, Pandeglang, Brebes, dan beberapa pabrik abon di Jawa Tengah7.
1.2. Perumusan Masalah
Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di
Kabupaten Kuningan, maka dari itu terdapat industri pengolahan bawang merah
menjadi bawang goreng. Tujuan industri tersebut diantaranya untuk meningkatkan
nilai ekonomi bawang merah karena tidak dapat disimpan lama dalam bentuk
segar, meningkatkan pendapatan petani, dan menciptakan lapangan kerja di
lingkungan sekitar industri. Produksi bawang merah di Kabupaten Kuningan pada
tahun 2002-2007 dapat dilihat pada Tabel 3.
PO Mekar Wangi adalah salah satu industri yang memproduksi bawang
merah menjadi bawang goreng. Dilihat dari jumlah tenaga kerjanya, perusahaan
termasuk jenis industri sedang atau menengah. Bahan baku utama PO Mekar
Wangi adalah bawang merah varietas Sumenep yang berasal dari petani-petani
6
BPS Kabupaten Kuningan, 2008
7
dan pedagang pengumpul di Kabupaten Kuningan, Majalengka, Cirebon (Brebes
dan Losari), dan Bandung. Petani bawang merah di Kabupaten Kuningan tersebar
dibeberapa kecamatan, dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 3. Realisasi Luas Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi Bawang Merah di Kabupaten Kuningan Tahun 2003-2007
Tahun Tambah Tanam Luas Panen Produktivitas
(ton/ha) Produksi (ton)
2002 1.056 617 55,74 3.439
2003 898 909 70,89 6.444
2004 679 766 62,52 4.789
2005 612 537 64,75 3.477
2006 717 791 82,97 6.563
2007 508 501 85,83 43.002
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, 2008
PO Mekar Wangi berdiri sejak tahun 1982, akan tetapi dalam menjalankan
usahanya masih menghadapi permasalahan yang dapat menghambat kelancaran
kegiatan usahanya. Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan
perkembangan usaha yang lambat terutama dalam cakupan wilayah pemasaran
dan jumlah produksi yang dihasilkan. Ini ditunjukkan dengan omzet dan jumlah
produksi perusahaan yang relatif tetap8.
Dengan dilakukannya penelitian mengenai perumusan strategi
pengembangan usaha diharapkan dapat membantu perusahaan/pengambil
keputusan dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan untuk
memperbaiki strategi pengembangan usahanya. Sehingga PO Mekar Wangi dapat
Pengembangan dapat dilakukan dengan meningkatkan/memperluas wilayah
pemasaran dan adanya ukuran produksi yang jelas. Berdasarkan pemaparan
tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor apa yang terlibat dalam lingkungan internal perusahaan
yang merupakan kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal
perusahaan yang merupakan peluang dan ancaman bagi perusahaan
tersebut?
2. Bagaimana strategi pengembangan usaha yang dapat dilakukan oleh
perusahaan?
1.3. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang
dapat mempengaruhi perusahaan.
2. Merumuskan strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh
perusahaan.
1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi perusahaan
dalam memperbaiki strategi pengembangan usahanya, sehingga dapat menentukan
kebijakan dan pengambilan keputusan yang tepat terutama dalam pemasaran
produk yang dihasilkan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat
informasi bagi peneliti-peneliti yang sedang menyelesaikan tugas akhir, serta
memberikan tambahan pengetahuan/wawasan bagi yang memerlukannya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi gambaran
umum perusahaan bawang goreng PO Mekar Wangi di desa Taraju, Kecamatan
Sindang Agung, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Analisis faktor-faktor internal
dan eksternal perusahaan, perumusan strategi, dan penentuan prioritas strategi
yang dapat diterapkan perusahaan untuk pengembangan usahanya.
Penelitian ini membahas secara mendalam kondisi perusahaan PO Mekar
Wangi beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat
berasal dari dalam (faktor internal) ataupun berasal dari luar (faktor eksternal).
Analisis terhadap masing-masing faktor tersebut akan dilakukan secara deskriptif
dengan memanfaatkan data kuantitatif maupun kualitatif.
Hasil penelitian dimaksudkan hanya untuk pengembangan usaha PO
Mekar Wangi. Hasil penelitian nantinya belum tentu sesuai bagi perusahaan yang
lain. Penelitian ini juga dibatasi sampai pada perumusan strategi pengembangan
usaha. Penerapan selanjutnya dari strategi tidak termasuk dalam lingkup
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Bawang Merah
Di Indonesia bawang merah dibudidayakan oleh petani di daerah dataran
rendah hingga tinggi. Daerah sentra pengembangan bawang merah terdapat di DI
Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Irian
Jaya. Sentra produksi di Pulau Jawa antara lain berada di Kabupaten Malang,
Nganjuk, Probolinggo, Kediri, Tegal, Brebes, Wates, Cirebon, Kuningan, dan
Majalengka9.
Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan (taksonomi), kedudukan tanaman
bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies :Allium ascolanicum L.
Terdapat beberapa varietas bawang merah diantaranya Bima Brebes,
Medan, Keling, Maja Cipanas, Sumenep, Kuning, Kuning Gombong, dan
Bangkok. Varietas Sumenep merupakan kultivar lokal yang diperkirakan berasal
9
dari daerah Sumenep (Madura). Varietas ini cocok ditanam di dataran rendah,
medium ataupun tinggi. Karakteristik dari varietas ini adalah jumlah anakan 7-14
per rumpun, daun berbentuk silindris atau bulat dan berlubang dengan umur panen
sekitar tiga bulan setelah tanam tergantung pada lokasi penanaman.
Pemanfaatan bawang merah sebagai bahan pangan didukung oleh zat gizi
yang terkandung didalamnya. Menurut catatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, kandungan gizi dalam 100 g umbi bawang merah meliputi 39 kalori,
1,5 g protein, 0,3 g lemak, 0,2 g karbohidrat, 36 mg kalsium, 40 mg fosfor, 0,8 mg
zat besi, 0,03 mg vitamin B1, 2 mg vitamin C, dan 88 g air. Bawang merah
dimanfaatkan sebagai bahan pangan dalam bentuk segar, bumbu masakan, atau
bentuk bahan kering.
a. Syarat tumbuh
Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran
tinggi, yaitu pada ketinggian 0-1.000 m dpl. Meskipun demikian ketinggian
optimalnya adalah 0-400 m dpl. Secara umum tanah yang tepat ditanami bawang
merah ialah tanah yang bertekstur remah, sedang sampai liat, berdrainase baik,
memiliki bahan organik yang cukup, dan pH-nya antara 5,6-6,5. Syarat lain,
penyinaran matahari minimum 70 persen, suhu udara harian 25-32°C, dan
kelembapan nisbi sedang 50-70 persen.
b. Persiapan tanam
Bibit bawang merah diperbanyak dengan umbi yang diambil dari tanaman
yang sudah cukup tua yaitu sekitar 70 hari (masa penyimpanan 2,5-4 bulan) Pada
umur tersebut pertumbuhan calon tunas dalam umbi sudah penuh. Umbi
kisut dengan warna yang mengilap. Untuk satu hektar lahan membutuhkan sekitar
600-800 kg bibit. Penanaman Bawang merah paling baik ditanam saat musim
kemarau dengan syarat air cukup untuk irigasi, awal tanam pada bulan April/Mei
setelah musim panen padi atau pada bulan Juli/Agustus.
Membuat bedengan-bedengan pada lahan dengan ukuran 1,2-1,8 m,
diantara bedengan dibuat parit yang lebarnya 40-50 cm, dan kedalaman parit
antara 50-60 cm. Parit berfungsi untuk pemasukan air ataupun pengeluaran air
yang berlebihan. Sebelum penanaman sawah dikeringkan, kemudian tanah diolah
dan dihaluskan, pengolahan manual perlu 2-3 kali. Bila pH lahan kurang 5,5,
tambahkan kapur dolomit atau kaptan sebanyak 1-1,5 ton/ha minimal 2 minggu
sebelum tanam. Selesai pengolahan tanah dilanjutkan dengan penanaman, jarak
tanam 20 x 15 cm atau 15 x 15 cm. Bibit yang akan ditanam dipotong (dirompes)
ujungnya. Pemotongan ujung bibit berfungsi untuk memecahkan masa dormansi
bibit.
c. Pemeliharaan
Penyiraman perlu diperhatikan dalam budidaya bawang merah. Tanaman
ini tidak menyukai banyak hujan, tetapi kebutuhan airnya banyak. Pada saat
musim kemarau penyiraman dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore sejak
ditanam hingga satu minggu sebelum panen. Sejak awal tanam hingga tanaman
bawang merah berumur dua minggu, gulma tumbuh dengan cepat sehingga
mengganggu pertumbuhan bawang merah, untuk itu perlu dilakukan tindakan
penyiangan secara manual, baik dengan mencabut langsung atau memakai kored.
Tanaman bawang merah membutuhkan pupuk organik dan pupuk
ton/ha, diberikan sebelum tanam pada saat melakukan pengolahan. Pupuk organik
yang dibutuhkan adalah TSP sebanyak 150-200 kg/ha, pupuk ini akan tercampur
dengan pupuk kandang. Pupuk tambahan berupa 300 kg Urea dan 200 kg KCl/ha,
diberikan dengan cara larikan/barisan saat tanaman berumur 10-15 hari.
d. Hama dan Penyakit
Bawang merah disukai oleh ulat daun (Laphygma exigua) dan hama bodas
(Thrips tabaci). Serangan kedua hama ini sering menyebabkan ujung daun
terpotong dan daun menjadi terkulai, larvanya merusak umbi dalam masa
penyimpanan. Hama yang agak mirip ulat daun ialah Spodoptera exigua, gejala
serangannya terlihat pada pinggiran dan ujung daun berupa bekas gigitan.
Pencegahannya dilakukan dengan menggunakan Bayrusil 250 EC yang
mengandung bahan aktif kuinalfos atau Azodrin 15 WSC yang mengandung bahan
aktif monokrotofos, dosisnya 2 ml/1 lt air.
Penyakit bercak ungu yang disebabkan oleh jamur Alternaria porri, gejala
serangan dimulai dari daun berupa bercak-bercak putih kelabu, kemudian daun
berubah menjadi cokelat dan mengering. Dari daun serangan berlanjut ke umbi,
sehingga umbi berair, berubah menjadi kekuningan dan akhirnya cokelat
kehitaman. Pencegahannya dilakukan dengan menyemprotkan Difolatan 4F
dengan dosis 2 cc/lt air.
e. Panen dan Pasca Panen
Bawang merah di dataran rendah lebih cepat memasuki masa panen
dibandingkan dengan yang di dataran tinggi. Ciri tanaman siap panen ialah leher
batang mengeras dan daun menguning, mencapai 70-80 persen dari jumlah
tanaman diikat menjadi satu pada bagian daunnya untuk mempermudah
penanganan selanjutnya. Umbi diangkut dengan cara mengangkat ikatannya.
Bawang merah yang telah dipanen, dijemur untuk mendapatkan kadar air
umbi 80 persen namun tidak dijemur langsung di bawah sinar matahari (disimpan
di tempat terlindung). Kemudian umbi disimpan di gudang dengan cara
menggantungkan ikatan-ikatan pada suhu ruang penyimpanan 25-30° C dengan
kelembapan nisbi 60-70 persen. Penyimpanan pada gudang yang dingin dan
lembap dapat menurunkan kualitas bawang merah yang disimpan.
2.2. Pengertian dan Penggolongan Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga
dalam bentuk jasa. Jenis-jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja10:
1) Industri rumah tangga, adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja
berjumlah antara 1-4 orang.
2) Industri kecil, adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah
antara 5-19 orang.
3) Industri sedang atau industri menengah, adalah industri yang jumlah
karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4) Industri besar, adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah
antara 100 orang atau lebih.
Pada umumnya bawang merah dijual dalam bentuk segar. Perdagangan
bebas menyebabkan adanya bawang impor dari Thailand, Vietnam, maupun dari
10
Filipina yang masuk ke pasar Indonesia. Maka dari itu, cara yang dapat dilakukan
untuk mengangkat produksi sekaligus sebagai arah pengembangan komoditi
bawang merah dengan memperbanyak home industry pengolahan bawang merah
goreng. Dalam pengembangan pasca panen, pengolahan dan pemasaran bawang
merah ada beberapa kebijakan yang harus ditempuh11, yaitu: a. Penurunan kehilangan hasil
Kehilangan pada komoditas hortikultura masih relatif tinggi, termasuk
bawang merah, sehingga penanganan pasca panen dan pengolahan sangat
berperan dalam upaya perbaikan kehilangan hasil. Diperkirakan kehilangan hasil
di sektor hortikultura mencapai 30–40 persen, sehingga kondisi ini memperburuk
pendapatan petani terutama yang mempunyai lahan usaha yang relatif kecil atau
buruh tani.
b. Pengembangan distribusi
Distribusi antar wilayah sentra produksi dan konsumsi bawang merah pada
saat panen raya belum terlaksana secara teroganisir, sehinga terjadi fluktuasi yang
sangat tinggi antar sentra produksi. Salah satu kendala yaitu belum adanya sistem
informasi yang dapat diakses akibat tidak terdapatnya informasi harga antar sentra
produksi. Distorsi informasi ini mengakibatkan harga antar sentra produksi
berbeda satu sama lain dengan cukup tinggi.
c. Stabilisasi harga
Fluktuasi harga sering terjadi pada komoditas bawang merah, oleh karena
itu pemerintah hendaknya berperan aktif untuk mencari solusi yang dapat
menstabilkan harga, terutama pada saat panen raya.
11
d. Pengendalian serta proteksi impor
Pada saat musim tanam di Indonesia, kadang-kadang terdapat bawang
merah import (ilegal maupun legal) di sentra produksi yang berasal dari China,
Vietnam dan Philipina. Oleh karena itu, dengan adanya perbedaan musim tanam
antar wilayah sentra produksi dimana pada hakekatnya ada peluang untuk
mengatur musim tanam antara propinsi dan perlu adanya kebijakan proteksi
bawang merah impor.
2.3. Studi Terdahulu
Strategi pengembangan usaha banyak menjadi bahan penelitian bagi
peneliti-peneliti sebelumnya, ini menggambarkan perusahaan harus dapat
mengikuti perubahan lingkungan yang berpengaruh langsung maupun tidak
langsung terhadap perkembangan usahanya untuk dapat bersaing di pasar. Contoh
penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan usaha dapat dilihat pada
Tabel 4.
Penelitian ini mengkaji strategi pengembangan usaha untuk menentukan
strategi kebijakan yang dapat diterapkan oleh perusahaan terkait dalam
mengembangkan usahanya. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian
Nugroho mengenai objek yang diteliti yaitu usaha bawang goreng, tetapi berbeda
dalam kajian yang dibahas, lokasi penelitian, dan metode analisis yang digunakan.
Persamaan dengan penelitian Amin terletak pada objek yang diteliti dan metode
analisis yang digunakan, akan tetapi berbeda pada lokasi penelitian dan kajian
yang diteliti yaitu analisis strategi pemasaran bawang goreng. Persamaan lain
dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah metode analisis yang digunakan
Tabel 4. Penelitian-Penelitian Terdahulu
No Penelitian Judul Tahun Metode Analisis
1 Aditya Widi
Dalam penelitian ini, melibatkan responden dari pihak internal dan pihak
eksternal. Pihak internal yang dipilih sebagai responden yaitu pemilik/pimpinan
perusahaan dan bagian pemasaran, karena kedua responden tersebut merupakan
pengambil keputusan dan pengendali dalam kegiatan produksinya. Responden
dari pihak eksternal yang dipilih yaitu dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan,
Dinas Pertanian, dan PO Gaya Baru sebagai pesaing. Kelima responden yang
dipilih dianggap memiliki kapabilitas yang sesuai dan mengetahui
III.KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pengembangan Usaha
Menurut Pambudy (1999), salah satu komponen utama dalam
penyeimbang struktur usaha nasional adalah mengembangkan pengusaha kecil
yang berorientasi produksi menjadi pengusaha-pengusaha kecil berorientasi bisnis
atau berwawasan wirausaha. Pengusaha-pengusaha kecil yang mampu mengikuti
peluang dan perubahan situasi sebagai faktor penentu kegiatan usahanya, terutama
perubahan situasi pasar yang mengarah pada pasar global. Pengusaha kecil akan
selalu dihadapkan pada berbagai kendala keterbatasan, khususnya keterbatasan
skala usaha, manajemen usaha, modal, teknologi, keterampilan berusaha, dan
pemasaran produk.
Menurut Wibowo (2008), cara untuk memperluas dan memperbesar pasar
yaitu dengan mengembangkan usaha yang sudah ada atau membeli perusahaan
lain. Upaya-upaya tersebut harus dikaitkan dengan kemampuan perusahaan dan
pengelola serta situasi pasar. Pengembangan usaha dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya penetrasi pasar, perluasan pasar, diversifikasi produk,
dan pengembangan produk.
a. Penetrasi pasar
Penetrasi pasar dilakukan dengan menjual jenis produk lama dalam jumlah
besar ke pasar yang lama, jika produksi ditingkatkan jumlahnya, produk tersebut
dapat diserap oleh pasar yang ada. Jika memang permintaan pasar yang dapat
memanfaatkannya. Jika tidak, berarti akan memberi peluang bagi pesaing untuk
memanfaatkan kesempatan tersebut. Maka dari itu, penelitian pasar perlu
dilakukan secara terus-menerus dan teratur.
b. Perluasan pasar
Strategi perluasan pasar berarti harus mencari wilayah pasar yang baru
untuk jenis produk yang lama. Perluasan pasar dapat merupakan upaya untuk
memasarkan kelebihan hasil produksi yang tidak terserap oleh pasar yang lama.
Perluasan pasar biasanya dimaksudkan untuk pengembangan perusahaan.
Langkah pertama dalam perluasan pasar yaitu menjajaki wilayah pasar yang
mungkin dapat dijangkau. Sementara itu semua sistem perusahaan dipersiapkan
untuk mendukung strategi tersebut jika dilaksanakan.
c. Pengembangan produk
Strategi pengembangan produk akan menyangkut pasar dan produk secara
langsung. Jika situasi pasar memungkinkan bagi produk yang baru, strategi
pengembangan produk dapat dilakukan. Produk yang ditawarkan bukanlah produk
yang lama tetapi produk baru atau produk yang diperbaharui. Dalam menetapkan
strategi ini bukan perkembangan hasil penjualan dari tahun ke tahun yang
digunakan untuk ramalan permintaan pasar karena termasuk jenis produk baru
atau diperbaharui. Semua perkiraan permintaan pasar harus didasarkan atas
informasi hasil penelitian pasar.
d. Diversifikasi produk
Diversifikasi Produk dan pasar bagaikan mendirikan perusahaan baru,
yaitu dengan produk dan pasar yang baru. Dalam strategi ini, perusahaan
demikian perusahaan mempunyai jenis produk lebih dari satu, sehingga
memerlukan perhatian sendiri terutama dalam sistem pemasarannya. Tidak setiap
wilayah pasar mempunyai kedudukan dan informasi yang sama.
e. Perluasan tingkat Nasional dan Internasional
Bagi perusahaan kecil perluasan tingkat nasional jauh lebih mudah dari
pada perluasan ke luar negeri, namun peluang pasar dalam negeri relatif terbatas
dan laju perkembangan pasar pun lebih lambat. Untuk menembus pasar luar
negeri bukan hal yang mudah dan persyaratannya juga tidak sederhana, minimal
harus ada jaminan kestabilan mutu yang tinggi.
3.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis faktor eksternal menekankan pada identifikasi dan evaluasi tren
dan kejadian yang berada di luar kendali perusahaan. Analisis lingkungan
eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan
sehingga manajer dapat memformulasikan strategi untuk mengambil keuntungan
dari peluang dan menghindari atau atau mengurangi dampak dari ancaman.
Menurut David (2006), kekuatan eksternal dapat dibagi menjadi lima
kategori besar, yaitu (1) kekuatan ekonomi; (2) kekuatan sosial, budaya,
demografi, dan lingkungan; (3) kekuatan politik, ekonomi, dan hukum; (4)
kekuatan teknologi; dan (5) kekuatan kompetitif. Analisis kompetitif adalah
pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam
banyak industri dengan model lima kekuatan Porter. Hubungan antara
kekuatan-kekuatan ini dengan organisasi dapat dilihat pada Gambar 1. Tren dan kejadian
eksternal secara signifikan mempengaruhi semua produk, jasa, pasar, dan
Perubahan dalam kekuatan eksternal mengakibatkan perubahan dalam
permintaan konsumen untuk barang industri dan konsumsi serta jasa. Kekuatan
eksternal memengaruhi tipe produk yang dikembangkan, karakteristik dari strategi
segmentasi pasar dan positioning, tipe jasa yang ditawarkan, dan pilihan bisnis
yang ingin diakuisisi atau dijual. Kekuatan eksternal secara langsung
memengaruhi pemasok dan distributor. Identifikasi dan evaluasi peluang dan
ancaman eksternal memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan misi bisnis
yang jelas, mendesain strategi untuk mencapai tujuan jangka panjang, dan
mengembangkan kebijakan untuk mencapai tujuan tahunan.
Gambar 1. Hubungan Antara Kekuatan Eksternal Kunci dan Organisasi Sumber: David, 2006
Faktor eksternal kunci ini dapat berubah seiring berjalannya waktu dan
menjadi faktor penting untuk kesuksesan. Variabel lain yang umum digunakan
mencakup pangsa pasar, keberagaman produk pesaing, ekonomi dunia, afiliasi
asing, keunggulan atas kepemilikan dan pelanggan besar, harga yang bersaing,
kemajuan teknologi, pergeseran populasi, tingkat suku bunga, dan penurunan
populasi.
a. Ekonomi
Faktor ekonomi memiliki pengaruh langsung terhadap kondisi dan strategi
perusahaan. Faktor ekonomi dapat membantu atau menghambat upaya mencapai
tujuan perusahaan dan menyebabkan keberhasilan ataupun kegagalan strategi
yang dapat berperan sebagai peluang ataupun ancaman karena dapat
mempengaruhi daya beli dan pola konsumsi masyarakat
b. Sosial, budaya, demografi, dan lingkungan
Perubahan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan memiliki pengaruh
besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Organisasi kecil
ataupun besar berorientasi laba dan nirlaba dalam semua industri telah dikejutkan
dan ditantang oleh peluang dan ancaman yang berasal dari perubahan variabel
sosial, budaya, demografi, dan lingkungan. Tren sosial, budaya, demografi, dan
lingkungan membentuk cara masyarakat hidup, berproduksi, dan mengkonsumsi.
Tren baru menciptakan tipe konsumen yang berbeda, ini mengakibatkan
kebutuhan akan barang dan jasa serta strategi yang berbeda.
c. Politik, pemerintah, dan hukum
Pemerintah negara federal, bagian, lokal, dan asing adalah pembuat
Faktor politik, pemerintah, dan hukum dapat menjadi peluang atau ancaman
utama untuk perusahaan kecil maupun besar.
d. Teknologi
Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang
harus dipertimbangkan dalam formulasi strategi. Kemajuan teknologi dapat
memengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan,
proses produksi, praktik pemasaran, dan posisi kompetitif perusahaan secara
dramatis. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, yang menghasilkan
penciptaan produk baru dan produk yang lebih baik, perubahan posisi biaya
kompetitif dalam suatu industri, dan membuat produk dan jasa saat ini menjadi
ketinggalan zaman.
e. Kompetitif
Berdasarkan pendekatan organisasi industrial, faktor eksternal (industri)
lebih penting dari faktor internal dalam perusahaan yang ingin mencapai
keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif ditentukan oleh positioning
kompetitif di dalam industri. Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang
pesaing merupakan hal yang penting untuk keberhasilan formulasi strategi.
Menurut Porter (1980), persaingan dalam suatu industri berakar pada
struktur ekonomi yang mendasarinya dan berjalan di luar perilaku pesaing-pesaing
yang ada. Keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan
persaingan pokok, dapat dilihat pada Gambar 2. Tujuan strategi bersaing untuk
suatu unit usaha (business unit) dalam sebuah industri adalah menemukan posisi
dalam industri tersebut di mana perusahaan dapat melindungi diri sendiri dengan
tekanan tersebut secara positif. Kelima kekuatan persaingan secara bersama-sama
menentukan intensitas persaingan dan kemampulabaan dalam industri.
Ancaman masuknya pendatang baru
Kekuatan tawar- Kekuatan tawar-
menawar pemasok menawar pembeli
Ancaman produk atau jasa pengganti
Gambar 2. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri
Sumber: Porter, 1980.
1) Persaingan diantara perusahaan sejenis, pada umumnya merupakan
kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang
dijalankan oleh perusahaan dapat berhasil jika perusahaan memberikan
keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan perusahaan
pesaing.
2) Ancaman pendatang baru, pendatang baru pada suatu industri membawa
kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar, serta sumber daya Pendatang baru
potensial
Para pesaing industri
Persaingan diantara perusahaan yang ada
Pemasok Pembeli
yang besar. Mengakibatkan harga menjadi turun atau biaya membengkak
sehingga mengurangi kemampulabaan.
3) Tekanan dari produk pengganti (subtitute product), semua perusahaan dalam industri bersaing, dalam arti yang luas dengan industri-industri yang
menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti membatasi laba
potensial dari industri dengan menetapkan harga baku (ceiling price) yang
dapat diberikan perusahaan dalam industri. Semakin menarik alternatif
harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, semakin ketat pembatasan
laba industri.
4) Kekuatan tawar menawar pembeli, pembeli bersaing dengan industri
dengan cara memaksa harga turun, tawar-menawar untuk mutu yang lebih
tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta berperan sebagai pesaing satu
sama lain dengan mengorbankan kemampulabaan industri.
5) Kekuatan tawar menawar pemasok, pemasok dapat menggunakan
kekuatan tawar-menawar terhadap para peserta industri dengan
mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk atau
jasa yang dibeli. Pemasok yang kuat dapat menekan kemampulabaan
industri yang tidak mampu mengimbangi kenaikan harganya.
3.1.3. Analisis Lingkungan Internal
Menurut David 2006, lingkungan internal merupakan kekuatan dan
kelemahan perusahaan pada area fungsional bisnis, termasuk manajemen,
pemasaran, keuangan/akuntasi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan,
menjadi kompetensi yang unik. Kompetensi yang unik (distinctive competencies)
adalah kekuatan perusahaan yang tidak dapat dengan mudah disamakan atau ditiru
oleh pesaing.
a. Manajemen
Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian.
Perencanaan dapat memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja organisasi dan
individu. Perencanaan memungkinkan organisasi mengidentifikasi dan
memanfaatkan peluang eksternal dan meminimalkan pengaruh ancaman eksternal.
Pererencanaan mencakup pengembangan misi, peramalan kejadian dan tren masa
depan, penetapan tujuan, dan pemilihan strategi yang akan dijalankan.
b. Pemasaran
Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan,
mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan atas barang dan jasa. Ada tujuh fungsi pemasaran, yaitu analisis
pelanggan, penjualan produk/jasa, perencanaan produk dan jasa, penetapan harga,
distribusi, riset pemasaran, dan analisis peluang. Pemahaman terhadap fungsi
pemasaran membantu penyusun strategi mengidentifikasi dan mengevaluasi
kelemahan pemasaran.
c. Keuangan/akuntansi
Kondisi keuangan sering dianggap sebagai satu ukuran terbaik untuk
posisi kompetitif dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Menentukan
kekuatan dan kelemahan keuangan suatu organisasi merupakan hal yang penting
David (2006), fungsi keuangan/akuntansi terdiri atas tiga keputusan, yaitu
keputusan investasi, keputusan pendanaan (pembiayaan), dan keputusan dividen.
d. Produksi/operasi
Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang
mengubah input menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi/operasi
berhubungan dengan input transformasi, dan output yang bervariasi antar industri
dan pasar.
e. Penelitian dan pengembangan
Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk khususnya
harus memiliki orientasi litbang yang kuat. Litbang dalam organisasi memiliki
dua bentuk dasar: (1) litbang internal, dimana organisasi menjalankan departemen
litbangnya sendiri, (2) kontrak litbang, dimana perusahaan merekrut peneliti
indipenden atau agen indipenden untuk mengembangkan produk spesifik.
f. Sistem informasi manajemen
Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis menjadi satu dan
menyediakan dasar untuk semua keputusan manajerial, ini merupakan fondasi dari
semua organisasi. Informasi menunjukkan sumber utama dari kekuatan atau
kelemahan kompetitif manajemen. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan sistem
informasi perusahaan adalah dimensi yang penting dalam menjalankan audit
internal.
3.1.4. Perumusan Strategi
Teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasikan ke dalam
tahap input. Tahap 2 disebut tahap pencocokan, berfokus pada menciptakan
alternatif strategi yang layak dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal
kunci. Tahap 3 disebut tahap keputusan, melibatkan strategi tunggal yaitu matriks
perencanaan strategis kuantitatif atau Quantitative Strategic Planning Matrix
(QSPM). QSPM menggunakan input dari Tahap 1 untuk mengevaluasi secara
objektif alternatif-alternatif strategi yang layak dan dengan demikian memberikan
dasar tujuan untuk memilih diantara alternatif strategi di tingkat korporasi.
1) Tahap input
Tahap input terdiri atas Matriks EFE, Matriks IFE, dan Matriks CPM. Alat
input membutuhkan penyusun strategi untuk menguantifikasi secara subjektif
selama tahap awal dari proses perumusan strategi. Membuat keputusan kecil
dalam matriks input berhubungan dengan tingkat penting relatif dari faktor
internal dan eksternal memungkinkan penyusun strategi untuk menghasilkan dan
mengevaluasi alternatif strategi dengan lebih efektif. Penilaian intuitif yang baik
selalu dibutuhkan untuk menentukan bobot dan peringkat yang sesuai.
2) Tahap pencocokan
Strategi kadang-kadang didefinisikan sebagai pencocokan yang dibuat
suatu organisasi antara sumber daya dan keterampilan internalnya dengan peluang
dan risiko yang diciptakan oleh faktor eksternal. Tahap pencocokan dari kerangka
kerja perumusan strategi terdiri atas lima teknik yang dapat digunakan, yaitu
Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matriks IE, dan Matriks Grand
Strategy. Alat ini bersandar pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk