BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, dan juga suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, proses yang terjadi pada manusia dengan pikiran, merasa dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkan untuk menghasilkan sebuah prilaku, pengetahuan atau teknologi atau berupa karya manusia. Purwanto (1990:85).
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. (Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 7).
Belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah di pahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Trianto (2009:15)
perubahan-perubahan alam , pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan sebagai hasil belajar ditunjukan dalam berbagai bentuk aspek tingkah laku dan perubahan itu bersifat relative konstan dan berbekas. (Winkel, 1996:53).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku seseorang yang dilakukan secara sadar dan aktif melalui mental dan psikis dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar juga kunci vital dalam setiap usaha pendidik, sehingga pada dasarnya tidak ada belajar tanpa pendidikan.
Menurut Piaget (dalam Dimyati: 2008:13) berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi dengan lingkungan maka fungsi inteklek semakin berkembang. Perkembangan intelektual melaui tahap – tahap berikut (i) sensor motor (0,0- 2,0 tahun) (ii) pra – operasional (2,0 - 7,0 tahun) (iii) operasional kongkret (7,0-11,0 tahun) dan (iv) operasional formal (11,0 tahun–ke atas).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua golongan yaitu :
a. Faktor individu
Faktor individu adalah faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri antara lain :
2) Faktor kecerdasan
3) Faktor latihan dan ulangan 4) Faktor motivasi
5) Faktor pribadi b. Faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor di luar individu antara lain : 1) Faktor keluarga atau faktor keadaan rumah tangga 2) Faktor guru dan cara mengajar
3) Alat-alat yang dipengaruhi dalam belajar mengajar 4) Lingkungan dan kesempatan yang tersedia
5) Faktor motivasi sosial (Purwanto 1990 : 102 – 105) Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah faktor individu antara lain kemampuan yang dimiliki siswa, sedangkan faktor sosial antara lain strategi pembelajaran yang digunakan guru di dalam proses belajar mengajar. 2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
mengajar pada hakekatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasi oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara untuk teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan sedangkan penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain peneilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahiu keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Bloom yang secara garis besar membagi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
Menurut Sudjana (2010:22) ada tiga ranah hasil belajar adalah kognitif, afektif, psikomotor. Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni: 1) Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,yakni pengetahuan atau ingatan,pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Dalam penelitian ini ranah kognitif yang akan diteliti adalah ranah pemahaman, penerapan dan analisis siswa pada materi IPA yang diperoleh melalui hasil tes.
Tabel 2.1. rancangan kisi-kisi Hasil Belajar Kognitif
No Indikator Kognitif Aspek
1. Siswa dapat memahami konsep tentang gaya
Pengetahuan 2. Siswa Dapat mendemontrasikan
adanya perubahan kedudukan yang diakibatan gaya
Penerapan
3. Menyebutkan macam-macam gaya berdasarkan kegiatan yang dilakukan
Pemahaman 4. Menyimpulkan bahwa Gaya tidak
dapat dilihat, gaya dapat diketahui
sumbernya, pengaruhnya,dan besarnya.
Pemahaman
5. Membedakan Macam jenis gaya
2) Ranah afektif
berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilain, organisasi, dan internalisasi. Dalam penelitian ini, penilaian aspek afektif ditekankan pada semua aspek.
Tabel 2.2. Rancangan Kisi-kisi Hasil Belajar Afektif No Indikator Afektif Aspek Kegiatan
1 Siswa mengikuti
pembelajaran
Penerimaan Siswa bersedia mengikuti pembelajaran dengan baik 2 Siswa mendengarkan
penjelasan guru
Penerimaan Siswa bersedia mengikuti pembelajaran dengan baik 3 Siswa bertanya kepada
guru
Pembentuka n pola hidup
Siswa bersedia bertanya kepada guru
4 Siswa berdiskusi dalam kelompok
Organisasi Siswa terbuka dalam berdiskusi dengan kelompok
5 Siswa menerangkan materi pembelajaran kepada teman
Partisipasi Siswa merasa senang me nerangkam materi pem belajaran kepada teman
6 Siswa saling
Siswa bersedia untuk saling membantu teman
dalam memahami pembelajaran
7 Siswa mengemukakan ide / gagasan
Partisipasi Siswa berkeinginan mengemukakan ide/ gagasan
8 Siswa menghormati pendapat teman
Organisasi Siswa bersedia dan mau menghormati pendapat teman
3) Ranah psikomotoris
refleks, (b) ketrampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perceptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan ketrampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Dalam penelitian ini, aspek psikomotor akan difokuskan pada jenis katagori persepsi, kesiapan, dan menirukan.
Tabel 2.2. Rancangan Kisi-kisi Hasil Belajar Psikomotirik No Insikator Psikomotorik Aspek Kegiatan
1. Minat dan gairah dalam melakukan percobaan
Kesiapan Siswa berkeinginan da-lam melakukan per-cobaan 2. Melakukan percobaan
untuk menemukan sesuai petunjuk
Persepsi Siswa memahami dalam melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk
3. Mampu menunjukan hasil yang baik
Kesiapan Siswa mampu mengerjakan dengan hasil yang baik 4. Dapat menggunakan
hasil percobaan yang telah dilakukan
Menirukan Siswa mencoba dan berlatih menggunakan alat peraga/ media yang telah dibuat
b. Tujuan dan fungsi evaluasi hasil belajar
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapat informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjut. Tindak lanjut tersebut merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa (1) penempatan pada tempat yang tepat, (2) pemberian umpan balik, (3) diagnosis kesulitan belajar siswa, atau (4) penentuan kelulusan. Silverius (1991:9).
2. Gaya
a. Pengertian Gaya
Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang dapat menyebabkan benda bergerak. Apabila kita menarik atau mendorong suatu benda, berarti kita memberikan gaya pada benda tersebut. Untuk melakukan suatu gaya diperlukan tenaga. Gaya tidak dapat dilihat, tetapi pengaruhnya dapat dirasakan.
b. Sifat-sifat Gaya
Gaya memiliki sifat-sifat tertentu yang mempengaruhi suatu benda, antara lain :
1) Gaya dapat Mengubah Bentuk Benda
Gaya dapat mengubah bentuk benda apabila tarikan atau dorongan yang menyebabkan bentuk benda berubah. Adapun contoh gaya yang dapat mengubah bentuk benda diantaranya tanah liat ditekan oleh jari, karet gelang yang ditarik oleh tangan, membuat mainan dari plestisin, telur dimasak saat digoreng, botol air minum ditekan oleh jari dan lain sebagainya.
(Sumber: Heri Sulistyanto, 2008: 96).
(Sumber: Heri Sulistyanto., 2008: 96). Gambar 2.1 Tanah Liat Berubah Bentuk
Karena Pengaruh Gaya. 2) Gaya dapat Mengubah Arah Gerakan Benda
Adapun contoh gaya yang dapat mengubah arah gerakan benda diantaranya, sebagai berikut :
a) Meja didorong ke arah kiri atau ke kanan.
b) Pintu ditarik kebelakang dan di dorong ke depan. c) Membuka dan menutup buku.
d) Menendang bola ke arah depan, ke belakang, ke samping dan ke atas.
e) Mobil yang mogok bergerak ke arah depan atau ke belakangkarena ditarik atau di dorong.
(Sumber: Heri Sulistyanto 2008: 94).
Gambar 2.2 Mobil mogok bergerak kedepan dan kebelakang akibat Gaya dorong.
c. Macam-Macam Gaya 1) Gaya Gesek
a) Sepatu bersentuhan dengan lantai b) Ban motor bersentuhan dengan aspal c) Balpoint bersentuhan dengan buku d) Amplas bersentuhan dengan kayu e) Ban gerobak bersentuhan dengan jalan
Gaya gesek juga dapat menimbulkan panas misalnya gesekan tangan. Dan juga dapat menimbulkan bunyi misalnya senar biola digesek sehingga biola dapat berbunyi. Semakin kuat menggesek, suara yang ditimbulkan semakin keras.
2) Gaya Pegas
Gaya pegas adalah gaya yang ditimbulkan oleh benda yang elastis. Atau gaya yang dapat mengembalikan bentuk benda ke semula. Adapun contoh gaya pegas diantaranya karet dan per.
3) Gaya Magnet
Gaya magnet adalah gaya yang ditimbulkan oleh magnet. Magnet memiliki sifat dapat menarik benda-benda yang terbuat dari besi. Benda yang dapat ditarik oleh magnet dikatakan bersifat magnetis misalnya jarum, skrup dan lain-lain. Sedangkan benda-benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet bersifat tidak magnetis misalnya kayu, kaca, plastik, karet dan lain-lain.
yang besar untuk mengangkat sampah. Dalam kehidupan sehari-hari magnet banyak digunakan antara lain untuk: penggunaan jarum kompas, speaker TV, radio, telepon, pintu lemari es, dinamo, dan mainan anak-anak
Magnet memiliki kutub pada kedua ujungnya, yaitu kutub U dan S. kutub U singkatan dari utara dan kutub S singkatan dari selatan. Gaya magnet mampu menembus penghalang, yaitu benda non-magnetis. Gaya tarik magnet masih berpengaruh terhadap benda magnetis dibalik penghalang. Namun demikian jika penghalang itu terlalu tebal maka pengaruh magnet bisa hilang, dengan demikian kekuatan gaya magnet dipengaruhi oleh ketebalan penghalang antara magnet dan benda non-magnetis. Dari faktor ketebalan itu, berarti juga menentukan faktor lain yang masih ada hubungannya yaitu jarak magnet terhadap benda magnetis. Makin dekat jarak benda ke magnet maka makin kuat gaya tarik magnet tersebut.
4) Gaya Gravitasi
3. Penemuan Terbimbing
a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing
Model penemuan terbimbing adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa di beritahukan atau diceramahkan saja (Suryosubroto 2009:178).
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat “ menemukan “ prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarah.
Metode penemuan ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. (Roestiyah,2008:20).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penemuan terbimbing adalah suatau metode yang proses belajar mengajarnya membebaskan siswanya menemukan sendiri informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri. Siswa belajar melalui ketrelibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Pembelajaran ini membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk bekerja sampai menemukan jawabanya.
Model Penemuan Terbimbing ini sering digunakan disekolah-sekolah, hal ini disebabkan karena metode penemuan itu :
1. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.
2. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan tidak mudah dilupakan anak.
3. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditr- ansfer dalam situasi lain.
5. Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problem yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat (Suryosubroto 2009:177).
Agar siswa-siswa dapat mengetahui dan memahami proses penemuan, mereka perlu dibimbing antara lain dengan menggunakan pengamatan dan pengukuran langsung atau diarahkan untuk mencari hubungan dalam wujud ”pola” atau bekerja secara induktif berdasarkan fakta-fakta khusus untuk memperoleh aturan umum. Secara khusus interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran terbimbing adalah sebagai berikut:
Gambar 2.3 : Gambaran Interaksi Guru & Siswa dalam model pembelajaran terbimbing.
sharing atau siswa yang lemah bertanya dan dijelaskan oleh siswa yang lebih pandai. Kondisi semacam ini selain akan berpengaruh pada penguasaan siswa terhadap materi IPA, juga akan dapat meningkatkan social skills siswa, sehingga interaksi merupakan aspek penting dalam pembelajaran IPA.
b. Langkah-langkah Penemuan Terbimbing
Langkah-langkah metode penemuan terbimbing menurut Richard Scuhman adalah:
1) Identifikasi kebutuhan siswa.
2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari.
3) Seleksi bahan dan problema atau tugas-tugas.
4) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peran masing-masing siswa.
5) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang akan dipergunakan. 6) Mencetak pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan
dan tugas-tugas siswa.
7) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan. 8) Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa. 9) Memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses.
11) Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan.
12) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuanya. (Suryosubroto,2009:184-185)
c. Kelebihan Metode Penemuan Terbimbing
Menurut Roestiyah (2008:20-21), Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing memiliki kelebihan diantaranya:
1) Metode ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.
2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.
4) Metode ini mampu memberikan kesempatan kepada untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuanya masing-masing.
5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
7) Metode itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja,membantu bila diperlukan.
d. Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing
Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing juga memiliki kekurangan yaitu:
1) Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
2) Bila kelas terlalu besar penggunaan metode ini akan kurang berhasil.
3) Membuat kecewa kepada siswa yang telah terbiasa dan lebih menyukai pengajaran tradisional dari pada metode yang baru. 4) Dengan metode ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini
terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan ketrampilan bagi siswa.
5) Metode ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kratif.
e. Peran Pendekatan Penemuan Terbimbing Dalam Meningkatkan
Aktifitas Siswa dan Guru
sering disebut model pembelajaran dengan penemuan terbimbing. Pembelajaran dengan model ini dapat diselenggarakan secara individu atau kelompok. Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran IPA sesuai dengan karakteristik IPA tersebut.
Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.
Dengan metode penemuan terbimbing ini siswa dihadapkan kepada situasi dimana siswa bebasmenyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error)hendaknya dianjurkan dan guru sebagai penunjuk jalan dan membantu siswa agar mempergunakanide, konsep dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru.
Pemecahan masalah merupakan suatu tahap yang penting dan menentukan. Ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dapat diharapkan akan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal IPA, karena siswa dilibatkan dalam berpikir pada saat melakukan eksperimen, dan menyelesaikan masalah.
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Muryaningsih (2011) dengan judul ”Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing Di kelas Vb SD Negeri Karanglo Tahun Pelajaran 2010/2011”. Pada penelitian itu dikatakan telah berhasil secara kualitatif dan kuantitatif karena nilai rata-rata dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Aspek kognitif
b. Aspek afektif
Pada aspek afektif pada setiap siklus mengalami kenaikan yaitu pada siklus I mencapai 58,23% dan pada siklus ke II mencapai 73,60% sedangkan pada siklus III mencapai 86,25%.
c. Aspek psikomotor
Pada aspek psikomotor juga terjadi kenikan dalam setiap siklusnya, pada siklus I nilai rata-rata 63,17 dan pada siklus II menjadi 65,66 sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 86,35%.
C. Kerangka Berpikir
Dengan menerapkan strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa maka siswa akan selalu terlibat secara langsung dalam
pembelajaran, sehingga dengan keterlibatan ini materi yang dibahas akan membantu siswa untuk mengingat dan memahami konsep yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran hal ini sesuai dengan prinsip learning by doing yang menyatakan bahwa pembelajaran akan cepat dikuasai
sebagai individu yang harus dibimbing maka dengan proses pembimbingan yang dilakukan guru siswa akan lebih terbantu dalam memahami materi pelajaran.
Secara grafis pemikiran yang dilakukan oleh peneliti dapat digambarkan dengan bentuk diagram sebagai berikut :
Gambar : 2.4 Diagram kerangka berfikir
Kondisi Awal
Guru belum melaksanakan pembelajaran aktif
Siswa belum memahami konsep berorganisasi
dalam mapel IPA
Tindakanyang dilakukan
Kondisi Akhir yang diharapkan aktif pada kelompok
Hipotesis Tindakan Melalui metode pembelajaran penemuan dapat meningkatkan hasil belajar
D. Hipotesis Tindakan