• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Triceps Skinfold Thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Triceps Skinfold Thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL - USD Repository"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

THICKNESS TERHADAP RASIO KADAR LDL/HDL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Putu Dyana Christasani NIM : 078114125

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Putu Dyana Christasani NIM : 078114125

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sejak terbentuk dalam rahim seorang ibu, tercipta suatu kehidupan baru

Kehidupan tumbuh,

dengan berbagai pilihan di hadapannya Kehidupan kian dewasa,

dengan keajaiban-keajaiban dalam tiap langkahnya Kehidupan menjadi sempurna,

karena hidup dalam anugerah dan kasih karunia…

However, let him who boasts and glories boast and glory in the Lord. For it is not the man who praises and commends himself

who is approved and accepted,

but it is the person whom the Lord accredits and commends.

2 Corinthians 10 : 17-18

Karya ini kupersembahkan untuk :

Allah Bapa di Surga,

Bapak dan Mama tercinta,

Adikku Eriek De Sona,

Sahabat-sahabatku,

(6)
(7)
(8)

viii PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada TuhanYesus Kristus atas anugerah dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Triceps Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar LDL/HDL” ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang berupa materi, moral maupun spiritual dari awal hingga akhir penyusunan skripsi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ipang Djunarko, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA. selaku Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dalam memberikan izin penelitian. 3. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran

Universitas Gajah Mada Yogyakarta yang telah membantu memberikan izin keyalakan etik penelitian.

(9)

ix

5. Laboratorium Pramita Utama yang telah bersedia bekerja sama dalam pemeriksaan kadar kolesterol darah.

6. dr. Fenty, M.Kes., SpPK selaku dosen pembimbing dalam penyelesaian skripsi atas bimbingan, waktu, nasihat, semangat, saran, dan ilmu yang telah diberikan dalam proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.

7. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan kritik yang membangun kepada penulis dalam proses penusunan skripsi ini.

8. Phebe Hendra M.Si., Ph.D., Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan kritik yang membangun kepada penulis dalam proses penusunan skripsi ini.

9. Bapak Wayan Sujana Raharja, Mama Gusti Sayu Suniarti, dan Made Eriek De Sona atas cinta, semangat, dan dukungannya kepada penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

10. Stefan Mardikus atas dukungan, pengertian, cinta, nasihat, dan semangat kepada penulis selama proses menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta maupun dalam proses penyelesaian skripsi.

11. Ridho Prayogie, Paulus Febrianto Silor, Fetri Anastasia, Margareta Sisca Ganwarin, Paulina, Eka Yulniati, Elisabeth Eskaria Candra Kusuma, dan Eric Fran atas kerjasama, semangat, dan tawa dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

(10)

x

13. Teman-teman kost Difa : Evina, Eka, Sari, Septi, Lenny, Kak Grace, Kak Ayu, Cece, Jesty, Lia, Cecil, Ayu, Putri, Oki, Melan, Defi, Riza, Kak Galih, Kak Dini, dan Ina untuk kebersamaan, cerita dan tawanya setiap hari.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis yang jauh dari sempurna, memohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca, khususnya dalam bidang kefarmasian dan perkembangan dunia kesehatan.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

(12)

xii

3. Pembuatan Leaflet, Informed Consent, dan Data Calon Subyek Penelitian ... 28

4. Pengukuran Parameter ... 30

(13)

xiii

B. Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL pada Body Mass Index Normal dan Body Mass Index Tidak Normal 39

1. Perbandingan Rerata Kadar LDL pada BMI Normal dan BMI Tidak Normal ... 40

2. Perbandingan Rerata Kadar HDL pada BMI Normal dan BMI Tidak Normal ... 40

3. Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL pada BMI Normal dan BMI Tidak Normal ... 41

C. Korelasi BMI dan Triceps Skinfold Thickness terhadap kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL ... 41

(14)

xiv

2. Korelasi BMI dan Triceps Skinfold Thickness terhadap Kadar

HDL ... 44

3. Korelasi BMI dan Triceps Skinfold Thickness terhadap Kadar LDL/HDL ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 56

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I Klasifikasi Nilai Body Mass Index ... 12 Tabel II Nilai Standar Triceps Skinfold Thickness ... 14 Tabel III Kategori Kolesterol LDL berdasarkan The National

Cholesterol Education Programme, Adult Treatment

Panel III 2002 ... 16 Tabel IV Kategori Kolesterol HDL berdasarkan The National

Cholesterol Education Programme, Adult Treatment

Panel III 2002 ... 16 Tabel V Kategori Risiko Rasio Kadar LDL/HDL menurut The

National Cholesterol Education Programme, Adult

Treatment Panel III 2002 ... 17 Tabel VI Data Karakteristik Subyek Penelitian ... 33 Tabel VII Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar

LDL/HDL pada BMI Normal dan BMI Tidak Normal ... 40 Tabel VIII Korelasi BMI dan Triceps Skinfold Thickness terhadap

Kadar LDL ... 42 Tabel IX Korelasi BMI dan Triceps Skinfold Thickness terhadap

Kadar HDL ... 45 Tabel X Korelasi BMI dan Triceps Skinfold Thickness terhadap

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Rumus Body Mass Index ... 11

Gambar 2 Skinfold Caliper ... 13

Gambar 3 Pengukuran Skinfold Thickness pada Bagian Triceps ... 14

Gambar 4 Bagan Pengambilan Subyek Penelitian ... 23

Gambar 5 Ruang Lingkup Penelitian ... 24

Gambar 6 Histogram Distribusi Umur ... 34

Gambar 7 Histogram Distribusi BMI... 35

Gambar 8 Histogram Distribusi Triceps Skinfold Thickness ... 36

Gambar 9 Histogram Distribusi Kadar LDL... 37

Gambar 10 Histogram Distribusi Kadar HDL ... 38

Gambar 11 Histogram Distribusi Rasio Kadar LDL/HDL ... 39

Gambar 12 Diagram Sebar Korelasi BMI terhadap Kadar LDL ... 43

Gambar 13 Diagram Sebar Korelasi Triceps Skinfold Thickness terhadap Kadar LDL ... 44

Gambar 14 Diagram Sebar Korelasi BMIterhadap Kadar HDL ... 46

Gambar 15 Diagram Sebar Korelasi Triceps Skinfold Thickness terhadap Kadar HDL ... 47

Gambar 16 Diagram Sebar Korelasi BMI terhadap Rasio Kadar LDL/HDL ... 49

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari Wakil Rektor I ... 57

Lampiran 2 Suran Izin Penelitian dari Dekan... 58

Lampiran 3 Ethical Clearance... 59

Lampiran 4 Informed Consent ... 60

Lampiran 5 Surat Peminjaman Gedung ... 61

Lampiran 6 Kartu Hasil Pengukuran Antropometri dan Tekanan Darah 63

Lampiran 7 Leaflet Penelitian ... 64

Lampiran 8 Foto Skinfold Caliper ... 65

Lampiran 9 Foto Timbangan Berat Badan Merek Tanita® ... 66

Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian ... 67

Lampiran 11 Data Validasi Alat ... 68

(18)

xviii INTISARI

Obesitas merupakan keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler. Obesitas dapat diketahui dengan pengukuran body mass index (BMI), triceps skinfold thickness, serta rasio kadar LDL/HDL dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi positif yang bermakna antara

body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional yang dilakukan pada 70 dosen dan karyawan pria di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara

non-random sampling dengan jenis purposive sampling. Data diuji normalitasnya menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan dengan uji korelasi. Uji hipotesis menggunakan taraf kepercayaan 95% (p<0,05).

Hasil penelitian menunjukkan korelasi body mass index (BMI) dan

triceps skinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah memiliki nilai signifikansi (p) berturut-turut 0,000 dan 0,009. Disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif yang bermakna antara body mass index (BMI) dan tricepsskinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah.

(19)

xix ABSTRACT

Obesity is a state of excessive fat accumulation in the body which can increase the risk of cardiovascular disease. Obesity can be identified by some parameters, such as body mass index (BMI), triceps skinfold thickness, and the ratio of LDL/HDL in the blood. This study aims to explore the significant correlation between the body mass index (BMI) and the triceps skinfold thickness with the ratio of LDL/HDL in the blood.

Analytic observational with cross-sectional design research was conducted in 70 male lecturer and staff at the Sanata Dharma University Yogyakarta. Sampling was carried out using non-random sampling method with purposive sampling type. The normality of the data was analyzed using the Kolmogorov-Smirnov test and continued with corelation test (p<0.05) to find the correlation between those variables.

The results showed a significant correlation of the body mass index (BMI) and triceps skinfold thickness with ratio of LDL/HDL in the blood, each has a value of significance (p) 0.000 and 0.009. These result indicated that there was a correlation between the body mass index (BMI) and the triceps skinfold thickness with the ratio of LDL/HDL in the blood.

(20)

1

Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh diatas normal dan dapat membahayakan kesehatan (Subardja, 2004). Menurut Mayer (cit., Effendi, 1992) obesitas merupakan keadaan patologis karena terjadi penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh.

Berbagai laporan terkini mengindikasikan bahwa obesitas di seluruh dunia telah meningkat dalam jumlah yang mengkhawatirkan (Flegal, Cole, Bellizi, and Dietz, 2000). Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti di negara Eropa, USA, dan Australia telah mencapai tingkatan epidemi. Data kenaikan obesitas untuk Amerika Serikat mencapai 31% pada tahun 2000 dari 15% pada dua dekade sebelumnya (Arief, 2007). Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, di beberapa negara berkembang obesitas justru telah menjadi masalah kesehatan yang lebih serius. Sebagai contoh, 70% dari penduduk dewasa Polynesia di Samoa masuk kategori obesitas (WHO, 1998). Prevalensi obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia-Pasifik. Sebagai contoh, 1,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong obesitas. Di Thailand, 4% penduduknya mengalami obesitas (Inoue, Zimmet, and Caterson, 2000).

(21)

puncaknya yaitu 23% pada laki-laki (Depkes, 2004). Pada tahun 2002 prevalensi obesitas telah mencapai kisaran 22-24%, sekitar 48-53 juta penduduk (Arief, 2007).

Prevalensi obesitas di Yogyakarta berdasarkan nilai body mass index

(BMI) pada orang dewasa sudah terlihat tinggi dengan persentase 15,5%. Semua kabupaten di Yogyakarta memiliki persentase kegemukan pada orang dewasa yang tinggi, rata-rata di atas 10%. Dari lima kabupaten di Yogyakarta, Kota Madya Yogyakarta memiliki prevalensi paling tinggi yaitu sebesar 24% (Riskesdas, 2007).

Obesitas meningkatkan risiko kematian untuk sebagian besar penyebab kematian. Orang yang mempunyai berat badan 40% lebih berat dari berat badan rata-rata populasi mempunyai risiko kematian 2 kali lebih besar dibandingkan orang dengan berat badan rata-rata populasi (Lew and Garfinkel, 1979). Orang dewasa yang mengalami obesitas mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita berbagai penyakit seperti penyakit kardiovaskuler (kolesterol tinggi, dislipidemia, dan hipertensi), resistensi endokrin, dan diabetes melitus tipe 2 (WHO, 1998).

(22)

panggul, skinfold thickness (tebal lipatan kulit), serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul (Susilowati, 2008).

Body mass index (BMI) merupakan quetelet’s index, yang telah dipakai secara luas, yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). Pengukuran

body mass index (BMI) merupakan metode yang praktis dalam menentukan derajat obesitas secara klinis (Dipiro, 1999). Menurut Welborn, Knuiman, and Vu (2000) BMI merupakan indeks yang tepat untuk mengukur obesitas dan dapat memprediksi kematian pada laki-laki di semua umur. Metode antopometri lain yang dinilai praktis adalah skinfold thickness (tebal lipatan kulit) yang diukur dengan skinfold caliper pada kulit lengan bagian depan (bisep), kulit lengan bagian belakang (trisep), subskapula, dan daerah pinggang bagian depan yang penting untuk menilai kegemukan (Ostman, Britton, and Jonsson, 2002).

Nooyens et al. (2007) melakukan penelitian prediktabilitas kegemukan tubuh meliputi pengukuran BMI, skinfold thickness, dan lingkar lengan atas pada remaja laki-laki dan perempuan. Pengukuran skinfold thickness yang dilakukan meliputi pengukuran triceps, biceps, subscapular, dan supralium skinfold thickness. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa dari ke empat pengukuran skinfold thickness, triceps skinfold thickness adalah pengukuran yang paling baik untuk menggambarkan prediksi berat badan pada remaja laki-laki saat usia mencapai 37 tahun.

(23)

HDL rendah, tujuannya untuk melihat apakah orang dengan kadar HDL rendah memiliki risiko penyakit kardiovaskuler. Hasilnya menunjukkan bahwa 15 dari 16 kelompok keluarga tersebut sebagian anggotanya terkena penyakit jantung koroner. Kadar HDL yang rendah akan mempengaruhi rasio kadar LDL/HDL dalam darah. Dari penelitian tersebut juga diperoleh hasil rasio kadar LDL/HDL yang amat tinggi, yaitu mendekati 5. Rasio kadar LDL/HDL diatas 3 dianggap memiliki risiko tinggi terhadap pengakit kardiovaskuler (Soeharto, 2001).

Penelitian epidemiologis telah menunjukkan bahwa konsumsi asam lemak menimbulkan pengaruh negatif karena dapat meningkatkan kadar LDL. Rasio kadar LDL/HDL merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler yang lebih relevan dibandingkan dengan faktor risiko lainnya. Semakin besar rasio kadar LDL/HDL maka semakin besar risiko penyakit kardiovaskuler (Silalahi, 2000).

Penelitian Nakanishi, Nakamura, Suzuki, Matsuo, and Tatara (2000) terhadap

1217 pria di Jepang menunjukkan bahwa BMI memiliki korelasi yang signifikan

dengan kadar LDL (p<0,001), HDL (p<0,001), rasio kadar LDL/HDL (p<0,001), dan

memiliki kaitan dengan faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Penelitian terhadap 172

pria di Ankara, Turkey menunjukkan bahwa pria dengan berat badan berlebih

memiliki nilai rasio kadar LDL/HDL yang lebih tinggi dari pria dengan berat badan

normal (Sanlier and Yabanci, 2007).

Pengukuran body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness

terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah berpengaruh pada tingkat kejadian obesitas dan risiko penyakit kardiovaskuler, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi positif yang bermakna antara body mass index

(24)

ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karena belum pernah di lakukan di tempat tersebut.

1. Perumusan masalah

Adakah korelasi positif yang bermakna antara body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah? 2. Keaslian penelitian

Berdasarkan informasi yang diperoleh, penelitian mengenai korelasi

body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL belum pernah dilakukan. Penelitian yang telah dilaksanakan dan terkait dengan penelitian ini antara lain:

a. “Body Mass Index and Alternative Indicies of Obesity in Relation to Height, Triceps Skinfold and Subsequent Mortality : the Busselton Health Study”.

Penelitian ini dilakukan oleh Welborn, Knuiman, dan Vu. Mereka menganalisis data cross sectional dari survei terhadap 3334 laki-laki dengan umur rata-rata 43 tahun, BMI rata-rata 24,8 kg/m2 di Busselton, Australia. Hasil penelitian: BMI merupakan indeks yang tepat untuk mengukur obesitas pada laki-laki di semua umur dan dapat memprediksi kematian pada laki-laki.

b. “Associations of Body Mass Index and Percentage Body Fat by Bioelectrical Impedance Analysis with Cardiovascular Risk Factors in Japanese Male Office Workers”.

(25)

berkorelasi signifikan dengan SBP, DBP, LDL, HDL, rasio LDL/HDL, Log TG, dengan nilai p<0,001. Dari analisis regresi bertahap menggunakan %BF sebagai faktor independen, %BF juga bermakna dikaitkan dengan masing-masing faktor risiko penyakit kardiovaskular.

c. “Relationship between Body Mass Index, Lipids and Homocysteine levels in University Students”.

Penelitian ini dilakukan oleh Sanlier dan Yabanci. Mereka melakukan penelitian terhadap 172 pria dan 183 wanita yang diklasifikasikan berdasarkan body mass index (BMI) menjadi 3 kelompok yaitu kekurangan berat badan, berat badan normal dan kelebihan berat badan. Dilakukan pengukuran antropometri, kadar lipid darah dan kadar dialisis homosistein. Hasil penelitian: Rata-rata persentase massa lemak (FM%), triceps, biseps, suprailiac dan jumlah ketebalan lipatan kulit (skinfold thickness) secara signifikan lebih tinggi pada wanita daripada pria (p<0,001). Ada korelasi negatif antara berat badan dan HDL (r=-0,33, p<0,01). Siswa dengan berat badan berlebih memiliki nilai VLDL, trigliserida (TG), rasio TC/HDL dan rasio LDL/HDL yang lebih tinggi dari siswa normal dan

underweight (p<0,05). 3. Manfaat penelitian

Pengukuran body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness

mampu memberikan gambaran awal mengenai rasio kadar LDL/HDL dalam darah. Pengukuran body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness

(26)

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi positif yang bermakna antara body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness

(27)

8

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Obesitas

Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh diatas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Definisi obesitas adalah suatu keadaan yang terjadi apabila kuantitas fraksi jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal atau obesitas adalah peningkatan jumlah energi yang ditimbun sebagai lemak akibat proses adaptasi yang salah (Subardja, 2004).

Menurut Mayer (cit., Effendi, 1992) obesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat badan yang didefinisikan sebagai ukuran lipatan kulit yang melebihi 85% (Papalia, Olds, Feldman, and Rice cit Dariyo, 2004). Menurut Dariyo (2004) yang dimaksud dengan kegemukan (obesitas) adalah kelebihan berat badan dari ukuran normal yang sebenarnya.

Berdasarkan penyebabnya obesitas dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Obesitas Primer

(28)

b. Obesitas Sekunder

Merupakan suatu bentuk obesitas yang jelas kaitannya atau timbulnya bersamaan sebagai bagian dari penyakit atau sindrom yang dapat dideteksi secara klinis. Obesitas sekunder ini jarang terjadi pada anak dan hanya sekitas kurang dari 1% saja (Subardja, 2004).

Penyebab obesitas secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Faktor genetik

Obesitas pada orang tua merupakan faktor genetik yang berperan besar. Apabila kedua orang tua mengalami obesitas, anak mereka berpeluang mengalami obesitas sebesar 80%. Apabila salah satu orang tua mengalami obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak mengalami obesitas, peluangnya menjadi 14% (Kusumawardhani, 2006).

b. Faktor lingkungan

Beberapa faktor lingkungan yang menjadi penyebab obesitas adalah aktifitas fisik, asupan makanan, dan sosial ekonomi. Aktivitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar 20-50% dari total energy expenditure. Hasil penelitian di negara maju menunjukkan hubungan antara aktivitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar 5 kg (Kopelman, 2000).

(29)

peningkatan berat badan lebih besar dibanding kelompok dengan asupan rendah lemak. Keadaan ini disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy density lebih besar dan lebih tidak mengenyangkan serta mempunyai efek termogenesis yang lebih kecil dibandingkan makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat. Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang lezat sehingga akan meningkatkan selera makan yang akhirnya terjadi konsumsi lemak yang berlebihan (Kopelman, 2000).

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, gaya hidup, dan pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup yang mengarah pada penurunan aktivitas fisik, seperti: ke kantor atau sekolah menggunakan kendaraan dan kurangnya aktivitas berolah raga. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari junk food yang mudah terjangkau akan berisiko menimbulkan obesitas (Kopelman, 2000).

Menurut pola distribusi lemak tubuh, obesitas diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

a. Upper body obesity (obesitas tubuh bagian atas)

(30)

b. Lower body obesity (obesitas tubuh bagian bawah)

Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya akumulasi lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita, sering disebut gynoid obesity (bentuk pir). Penumpukan lemak pada obesitas tipe ini terjadi di bagian bawah, seperti pinggul, pantat, dan paha. Tipe obesitas ini berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita (Bergman, Van, and Mittelman, 2001).

B. Metode Antropometri

Pengukuran antropometri adalah pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda (Jelliffe, 1966). Kata antropometri berasal dari kata Yunani anthropo

yang berarti manusia dan metron yang berarti ukuran. Bidang antropometri meliputi berbagai pengukuran tubuh manusia (Cahyono, 2008). Antropometri menurut Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25 dinyatakan sebagai pengukuran tubuh. Indeks antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap satu tahun lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur (Susilowati, 2008).

1. Body Mass Index (BMI)

Body Mass Index (BMI) adalah alat ukur praktis yang dihasilkan dari studi epidemiologi untuk mengkorelasikan resiko penyakit dengan jumlah lemak dari tubuh. Rumus BMI adalah sebagai berikut:

(31)

Penilaian BMI berkaitan dengan penilaian risiko penyakit, karena merupakan ukuran antara lemak total tubuh yang dibandingkan dengan berat tubuh. Penilaian BMI pada orang yang sangat berotot harus diperhatikan karena derajat kegemukan dapat overestimate pada orang tersebut (Agrats, 2003).

Tabel I. Klasifikasi Nilai Body Mass Index (WHO, 2010)

Classification BMI(kg/m2)

2. Triceps skinfold thickness

Pengukuran lemak tubuh (subkutan) dengan pengukuran skinfold thickness (lapisan bawah kulit) merupakan pendekatan cara pengukuran yang tidak langsung dari lemak tubuh yang disimpan dan pada akhirnya mengestimasi total lemak tubuh (Gibson, 1993).

(32)

cadangan energi dan massa lemak bebas, biasanya otot, merupakan tempat cadangan protein di tubuh (Cogill, 2001).

Skinfold thickness menggambarkan ketebalan lemak yang terletak tepat di bawah kulit (subkutan lemak), yang merupakan indikator dari total lemak tubuh. Pengukuran dapat dilakukan di beberapa bagian, antara lain: lengan bagian depan (bisep), lengan bagian belakang (trisep), bagian bawah bahu (subskapular), dan pinggang bagian depan (supralium). Alat untuk mengukur skinfold thickness

disebut skinfold caliper. Penggunaan skinfold caliper memerlukan pelatihan dan pengawasan untuk memastikan keakuratan dan ketepatan pengukuran (Cogill, 2001).

Gambar 2. Skinfold Caliper (Milton Tools, 2010)

(33)

Tabel II. Nilai Standar Triceps Skinfold Thickness (Williams and Wilkins, 2008)

TEST STANDARD

Triceps skinfold thickness Men 12,5 mm Women 16,5 mm

Gambar 3. Pengukuran Skinfold Thickness pada Bagian Trisep (Goldberg, 2008)

C. Kolesterol LDL dan HDL

Lipid plasma tersusun dari triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolesterol (14%), kolesterol ester (36%) dan asam lemak bebas (4%). Asam lemak bebas secara metabolik paling aktif di lipid plasma (Murray, 2003).

(34)

darah hingga penyumbatan dan pemblokiran aliran darah (atherosclerosis) (Nilawati, Krisnatuti, Mahendra, dan Djing, 2008).

Kolesterol tidak larut dalam cairan darah. Agar kolesterol dapat dikirim keseluruh tubuh, maka perlu dikemas bersama protein menjadi partikel yang disebut lipoprotein. Meskipun terdapat berbagai jenis lipoprotein, namun dalam rangka evaluasi terjadinya atherosclerosis yang dapat memicu timbulnya penyakit jantung koroner, pada umumnya sebagai langkah awal dokter ingin mengetahui profil lemak yang terdiri dari kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida (Soeharto, 2002).

Low Density Lipoprotein (LDL) mengandung paling banyak kolesterol dari semua lipoprotein dan merupakan pengirim kolesterol utama dalam darah. Sel-sel dalam tubuh memperoleh kolesterol dari LDL, namun jumlah kolesterol yang bisa diserap sebuah sel ada batasnya. Orang yang mengonsumsi banyak lemak jenuh memiliki kadar LDL yang tinggi di dalam darah (Nilawati dkk., 2008). Protein utama yang membentuk LDL adalah Apo-B (apolipoprotein-B).

Low Density Lipoprotein (LDL) dinamakan kolesterol jahat, karena kadar LDL yang tinggi menyebabkan pengendapan kolesterol dalam arteri (Soeharto, 2002).

(35)

Tabel III. Kategori Kolesterol LDL berdasarkan The National Cholesterol Education Programme, Adult Treatment Panel III 2002

(NCEP, 2002)

Kolesterol LDL Kategori

<100 mg/dl level kolesterol LDL optimal

Antara 100 - 129 mg/dl level kolesterol LDL mendekati optimal Antara 130 - 159 mg/dl garis batas level kolesterol LDL tinggi Antara 160 - 189 mg/dl level kolesterol LDL tinggi

≥190 mg/dl level kolesterol LDL sangat tinggi

High Density Lipoprotein (HDL) mengangkut kolesterol lebih sedikit.

High Density Lipoprotein (HDL) sering disebut sebagai kolesterol baik, karena dapat membuang kelebihan LDL di pembuluh arteri kembali ke liver untuk diproses dan dibuang. High Density Lipoprotein (HDL) mencegah kolesterol mengendap di arteri dan melindungi (proteksi) dari atherosclerosis dan penyakit jantung koroner. Protein utama yang membentuk HDL adalah Apo-A (apolipoprotein-A) (Soeharto, 2002).

The National Cholesterol Education Programme, Adult Treatment Panel III 2002 menetapkan klasifikasi kolesterol HDL sebagai berikut :

Tabel IV. Kategori Kolesterol HDL berdasarkan The National Cholesterol Education Programme, Adult Treatment Panel III 2002

(NCEP, 2002)

Kolesterol HDL Kategori

< 40 mg/dl level kolesterol HDL rendah

≥60 mg/dl level kolesterol HDL tinggi

Indikator yang relevan untuk menilai risiko terjadinya atherosclerosis

(36)

The National Cholesterol Education Programme, Adult Treatment Panel III 2002 menetapkan kategori risiko rasio kadar LDL/HDL sebagai berikut :

Tabel V. Kategori Risiko Rasio Kadar LDL/HDL menurut The National Cholesterol Education Programme, Adult Treatment Panel III 2002 (NCEP,

2002)

D. Landasan Teori

Pengukuran body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness

merupakan suatu pengukuran antropometri yang mudah dilakukan dan ekonomis. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur berat badan dan tinggi subyek penelitian untuk melihat body mass index (BMI). Digunakan skinfold caliper untuk melihat skinfold thickness (tebal lipatan kulit) subyek penelitian.

Pengukuran body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness dapat digunakan untuk menilai profil lipid seseorang di dalam darah. Dalam hal ini profil lipid tersebut meliputi rasio kadar LDL/HDL dalam darah. Rasio kadar LDL/HDL memiliki relevansi yang erat dengan faktor risiko penyakit kardiovaskuler.

Menurut Nakanishi et al. (2000) BMI memiliki korelasi yang signifikan dengan kadar LDL, HDL, rasio kadar LDL/HDL, dan memiliki kaitan dengan faktor

risiko penyakit kardiovaskuler. Menurut Sanlier and Yabanci (2007) pria dengan

berat badan berlebih memiliki nilai rasio kadar LDL/HDL yang lebih tinggi dari pria

dengan berat badan normal. Dengan mengetahui adanya korelasi positif yang

(37)

bermakna antara pengukuran body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah diharapkan mampu memberikan gambaran awal faktor risiko penyakit kardiovaskuler.

E. Hipotesis

(38)

19

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan rancangan secara potong lintang/cross-sectional. Penelitian observasional analitik berarti penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis korelasi antara fenomena, baik antara faktor risiko dan faktor efek, antar faktor risiko maupun antar faktor efek (Notoatmodjo, 2002). Data penelitian yang diperoleh diolah secara komputerisasi untuk mengetahui korelasi dari data-data penelitian.

Penelitian ini menganalisis korelasi antara body mass index (BMI) dan

triceps skinfold thickness sebagai faktor risiko terhadap rasio kadar LDL/HDL sebagai faktor efek. Data penelitian yang diperoleh diolah secara statistik untuk mengetahui korelasi antara faktor efek dengan faktor risiko. Studi cross-sectional

mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Notoatmodjo, 2002).

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Ukuran body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness

2. Variabel tergantung

Rasio kadar LDL/HDL dalam darah 3. Variabel pengacau

(39)

b. Variabel pengacau tak terkendali : patologi, aktivitas, dan gaya hidup subyek penelitian.

C. Definisi Operasional

1. Karakteristik penelitian meliputi demografi, pengukuran antroprometri dan hasil pemeriksaan laboratorium. Karakteristik demografi pada penelitian ini adalah usia dari subyek penelitian. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness. Hasil pemeriksaan laboratorium yang diteliti adalah rasio kadar LDL/HDL dalam darah.

2. Body Mass Index (BMI) adalah sebuah ukuran berat badan dalam kg dibagi kuadrat tinggi badan dalam m2 yang umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori underweight (kekurangan berat badan), normal, overweight (kelebihan berat badan) dan obesitas (kegemukan). Pengukuran body mass index dilakukan dengan cara menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan subyek penelitian.

(40)

4. Rasio kadar LDL/HDL adalah hasil bagi kadar LDL direk hasil pemeriksaan laboratorium maupun LDL indirek hasil perhitungan menggunakan formula

Friedewald dengan kadar HDL hasil pemeriksaan laboratorium darah. 5. Standar yang digunakan meliputi :

a. Body Mass Index (BMI)

Menurut WHO (2010), penilaian BMI adalah sebagai berikut: Classification BMI(kg/m2)

Menurut Williams and Wilkins (2008), nilai standar triceps skinfold thickness adalah :

TEST STANDARD

(41)

c. Rasio kadar LDL/HDL

Menurut National Cholesterol Education Programme, Adult Treatment Panel III 2002 penilaian rasio kadar LDL/HDL adalah :

D. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah dosen dan karyawan kampus I, II, III, dan IV Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi serta bersedia untuk menjadi subyek penelitian. Kriteri inklusi dalam penelitian ini adalah dosen dan karyawan pria kampus I, II, III, dan IV Universitas Sanata Dharma rentang usia 30-50 tahun yang bersedia ikut dalam penelitian, sedangkan kriteria eksklusi meliputi subyek penelitian dengan penyakit jantung koroner, mengkonsumsi obat penurun kadar lemak darah, dan menderita penyakit hati akut maupun kronis.

Jumlah subyek penelitian awal dalam penelitian adalah 45 orang untuk kampus I, II dan IV Universitas Sanata Dharma Mrican dan Pringwulung, serta 62 orang untuk kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan. Ukuran minimum sampel dalam suatu penelitian korelasi adalah 30 subyek (Gay cit Sevilla, Jesus, Twila, Bella, dan Gabriel, 2006). Kelebihan jumlah subyek penelitian dimaksudkan untuk mengantisipasi subyek penelitian yang tidak dapat hadir maupun yang diketahui tidak berpuasa pada saat pengambilan data.

Risk Ratio of LDL to HDL

Men

Very low (1/2 average) 1

Average risk 3,6

Moderate risk (2x average) 6,3

(42)

Saat pengambilan data berlangsung, 24 orang subyek penelitian tidak hadir pada saat pengambilan data, 13 orang subyek penelitian di drop out karena tidak berpuasa, dan 70 orang subyek penelitian menjalani pengukuran body mass index (BMI), triceps skinfold thickness, dan pemeriksaan profil lipiddarah.

O

Gambar 4. Bagan Pengambilan Subyek Penelitian E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampus I, II, III, dan IV Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kampus I dan II Universitas Sanata Dharma terletak di Mrican, kampus III Universitas Sanata Dharma terletak di Paingan, dan kampus IV terletak di Pringwulung. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei sampai Agustus 2010. Pengambilan data antropometri dan uji laboratorium dilakukan pada tanggal

(43)

12 Juli 2010 di kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan dan tanggal 24 Agustus 2010 di kampus I Universitas Sanata Dharma Mrican.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dikerjakan secara berkelompok. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji adanya korelasi antara pengukuran antropometri yang meliputi lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP), body mass index

(BMI), dan triceps skinfold thickness terhadap profil lipid dan kadar hs-CRP dalam darah.

Keterangan : *Penelitian ini memiliki fokus pada korelasi BMI dan triceps skinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL

Gambar 5. Ruang Lingkup Penelitian

(44)

G. Teknik Sampling

Strategi pengambilan sampel (teknik sampling) penelitian ini adalah secara non-random sampling (pengambilan sampel secara non-acak) dengan jenis

purposive sampling. Pengambilan sampel secara non-random sampling karena tidak semua subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai subyek penelitian. Purposive

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Mula-mula peneliti mengidentifikasi semua karakteristik populasi. Kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangannya, sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian, sehingga teknik pengambilan sampel secara purposive

ini didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri (Notoatmodjo, 2002).

Purposive sampling biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Walaupun cara seperti ini diperbolehkan, dimana peneliti menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakter tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.

(45)

c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat (Kasjono dan Yasril, 2009).

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitan ini berupa meteran merek

Butterfly®, timbangan berat badan merek Tanita®, alat pengukur tinggi badan merek ONDA measuring tape MT01®, skinfold caliper merek pi zhi hou du ji®,

Alat pengukur profil lipid darah bermerek Aechitect c Systems™ dan Aeroset System, leaflet, dan informed consent. timbangan berat badan merek Tanita® dan alat pengukur tinggi badan merek ONDA measuring tape MT01® berfungsi sebagai alat untuk mengukur body mass index (BMI). Skinfold caliper merek pi zhi hou du ji® untuk mengukur tebal lipat kulit pada bagian trisep. Alat pengukur profil lipid darah bermerek Aechitect c Systems™ dan Aeroset System digunakan untuk mengukur profil lipid darah, meliputi kadar LDL dan HDL.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliable

(46)

Instrumen yang digunakan pada penelitan ini telah divalidasi, yaitu : timbangan berat badan merek Tanita® dengan nilai CV hasil validasi adalah 0,000%, alat pengukur tinggi badan merek ONDA measuring tape MT01® dengan nilai CV=0,063%, skinfold caliper merek pi zhi hou du ji® dengan nilai CV=0,000%. Hasil validasi alat secara keseluruhan memenuhi syarat validitas yang kurang dari 2%, dengan perhitungan validasi terlampir dalam lampiran.

Pemeriksaan profil lipid dilakukan oleh laboratorium Pramita Utama. Alat yang digunakan dalam pengukuran profil lipid bermerek Aechitect c Systems™ dan Aeroset System. Alat ini telah dikalibrasi dan distandarisasi, dengan CV=2,2% (standar CV<4%) untuk pengukuran kadar LDL dan CV=1,4% (standar CV≤4%) untuk pengukuran kadar HDL.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang jumlah karyawan dan dosen pria kampus I, II, III, dan IV Universitas Sanata Dharma yang berusia 30-50 tahun serta tempat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan subyek penelitian pada saat pengukuran parameter.

2. Permohonan izin dan kerja sama

(47)

Dharma, Kepala Urusan Rumah Tangga, Kepala BAPSI, dan para Dekan Fakultas di kampus I, II, III dan IV Universitas Sanata Dharma. Permohonan kerja sama diajukan ke calon subyek penelitian dan Laboratorium Pramita Utama. Permohonan kerjasama yang diajukan ke calon subyek penelitian berupa informed consent.

3. Pembuatan leaflet, informed consent, dan data calon subyek penelitian a. Leaflet.

Menurut Effendy dalam Kamus Komunikasi, selebaran atau leaflet adalah lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa. Dalam penelitian ini leaflet digunakan untuk membantu peneliti menjelaskan tentang gangguan kesehatan yang dapat muncul sebagai akibat dari obesitas dan kadar kolesterol darah yang berada di atas atau di bawah kadar optimal, pengukuran antropometri sebagai metode praktis deteksi kesehatan, dan macam-macam tes laboratorium kolesterol darah. b. Informed consent.

(48)

c. Data calon subyek penelitian.

Data calon subyek penelitian berupa tabel yang berisi data nama, usia, alamat rumah, alamat kantor, dan nomor handphone maupun telepon rumah subyek penelitian. Data ini berfungsi untuk mempermudah peneliti mengingatkan subyek penelitian untuk berpuasa satu hari sebelum pengukuran parameter dilakukan.

d. Pencarian subyek penelitian.

(49)

4. Pengukuran parameter

Pengukuran parameter dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda, yakni tanggal 12 Juli 2010 di kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan dan tanggal 24 Agustus di kampus I Universitas Sanata Dharma Mrican. Satu hari sebelum pelaksanaan, peneliti mengingatkan subyek penelitian untuk berpuasa selama minimal 8-10 jam. Parameter yang diukur adalah body mass index (BMI), triceps skinfold thickness, dan rasio kadar LDL/HDL dalam darah.

5. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun data dan menggolongkannya dalam kategori-kategori kemudian dilakukan interpretasi.

6. Analisis data penelitian

Data yang diperoleh diolah secara statistik. Langkah awal adalah dilakukan uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) untuk melihat distribusi normal suatu data. Suatu data dikatakan normal bila nilai p>0,05. Data kemudian diuji korelasinya menggunakan analisis Pearson apabila data terdistribusi normal atau analisis Spearman apabila data terdistribusi tidak normal. Uji hipotesis dilakukan dengan melihat nilai p<0,05. Taraf kepercayaan yang digunakan sebesar 95%.

J. Teknik Analisis Data Statistik

(50)

suatu data. Suatu data dikatakan normal bila nilai p>0,05. Rerata rasio kadar LDL/HDL pada BMI normal dibandingkan dengan BMI tidak normal. Data dikatakan memiliki perbedaan yang bermakna apabila nilai p<0,05. Data kemudian diuji korelasinya menggunakan analisis Pearson apabila data terdistribusi normal atau analisis Spearman apabila data terdistribusi tidak normal. Uji hipotesis dilakukan dengan melihat nilai p<0,05. Taraf kepercayaan yang digunakan sebesar 95%.

K. Kesulitan Penelitian

Kesulitan dalam penelitian ini adalah pada saat permohonan izin dan kerja sama dengan subyek penelitian. Pencarian subyek penelitian pertama kali dilakukan dengan meminta partisipasi dosen dan karyawan pria maupun wanita di kampus III Universitas Sanata Dharma. Peneliti mengalami kesulitan meminta izin dari masing-masing fakultas maupun prodi untuk melaksanakan penelitian. Selain itu terbatasnya kemampuan peneliti untuk mengontrol kejujuran subyek penelitian untuk berpuasa minimal selama 8-10 jam sebelum pengukuran profil lipid.

(51)
(52)

33

yang bermakna antara body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness

dengan rasio kadar LDL/HDL dalam darah. Penelitian ini termasuk salah satu rangkaian penelitian untuk mengetahui korelasi pengukuran antropometri yang meliputi lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP), body mass index (BMI), dan triceps skinfold thickness terhadap profil lipid dan kadar hs-CRP dalam darah.

A. Karakteristik Subyek Penelitian

Total subyek penelitian yang diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak 70 orang. Data yang diperoleh setelah dilakukan penelitian terhadap subyek penelitian diolah secara komputerisasi. Uji distribusi data body mass index

(BMI), triceps skinfold thickness, LDL, HDL, dan rasio kadar LDL/HDL dianalisis menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan untuk menentukan sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan berdistribusi normal jika memiliki nilai p>0,05 dan sebaliknya data dikatakan berdistribusi tidak normal jika nilai p<0,05.

(53)

1. Umur

Karakteristik umur berdasarkan tabel VI berada pada rentang 39,6±5,2 tahun. Rentang umur tersebut sesuai dengan kriteria inklusi yaitu 30-50 tahun. Umur merupakan faktor risiko obesitas yang tidak dapat diubah. Seiring dengan bertambahnya umur, prevalensi obesitas mengalami peningkatan. Peningkatan umur akan meningkatkan kandungan lemak tubuh total, terutama distribusi lemak pusat (Chang et al., cit Demerath et al., 2007). Pada umur lebih tua terjadi penurunan massa otot dan perubahan beberapa jenis hormon yang memicu penumpukan lemak perut. Kantachuvessiri, Sirrivichayakul, Kaewkungwal, Tungtrongchitr, and Lotrakul (2005) menyatakan kecenderungan obesitas dialami oleh seseorang yang berumur lebih tua diduga akibat lambatnya metabolisme, rendahnya aktivitas fisik, seringnya frekuensi konsumsi pangan, dan kurangnya perhatian pada bentuk tubuh. Penelitian Sugiyanti (2009) menyebutkan sampel dengan umur 35-55 tahun berpeluang mengalami obesitas sentral berturut-turut 1,863 dan 2,136 kali lebih besar dibandingkan dengan sampel yang berumur 15-34 tahun.

(54)

Distribusi umur berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov

menunjukkan bahwa umur berdistribusi normal yang dilihat dari nilai p=0,197. Histogram menggambarkan bahwa distribusi data simetris tidak condong ke kiri maupun ke kanan, yang memperjelas bahwa sebaran data berdistribusi normal. 2. Body Mass Index (BMI)

Karakteristik body mass index (BMI) berdasarkan data tabel VI berada pada rentang 25,53±3,66 dengan BMI terbesar adalah 35,10 kg/m2 dan yang terkecil adalah 17,42 kg/m2. Menurut Oyewole and Oritogun (2009) BMI merupakan parameter antropometri yang penting untuk memperkirakan risiko penyakit kardiovaskuler pada orang dewasa. Adanya pertambahan umur mempengaruhi peningkatan nilai BMI. Penelitian Nakanishi et al. (2000) menyatakan bahwa BMI cenderung mengalami peningkatan mulai umur 25-50 tahun. Namun hal tersebut juga dipengaruhi oleh gaya hidup masing-masing individu.

Gambar 7. Histogram Distribusi BMI

(55)

gambar 7 menggambarkan bahwa distribusi data simetris tidak condong ke kiri maupun ke kanan, yang memperjelas bahwa sebaran data berdistribusi normal. 3. Triceps skinfold thickness

Triceps skinfold thickness berada pada rentang 16,0 (5,0-59,0), dengan nilai terbesar adalah 59,0 mm dan nilai terkecil adalah 5,0 mm. Rentang tersebut menunjukkan nilai triceps skinfold thickness lebih tinggi dari normal (12,5 mm). Menurut Oyewole and Oritogun (2009), triceps skinfold thickness merupakan parameter antropometri yang penting untuk memperkirakan risiko penyakit kardiovaskuler pada orang dewasa. Berdasarkan penelitian Sardinha, Going, Teixeira, and Lohman (1999) nilai triceps skinfold thickness berubah secara signifikan pada pria seiring bertambahnya usia.

Gambar 8. Histogram Distribusi Triceps Skinfold Thickness

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan data triceps skinfold thickness berdistribusi tidak normal yang dilihat dari nilai p=0,000. Histogram pada gambar 8 menunjukkan sebaran data tidak merata dan cenderung miring ke kiri, dengan demikian dapat dikatakan bahwa distribusi triceps skinfold thickness

(56)

4. Kadar LDL

Karakteristik kadar LDL berada pada rentang 123,6±27,9 mg/dL. Rentang ini menunjukkan bahwa kadar LDL berada pada level tinggi. Nilai kadar LDL yang tinggi dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner. Low Density Lipoprotein (LDL) akan berakumulasi di dinding arteri sehingga membentuk plak yang menyebabkan dinding arteri menjadi kaku dan rongga pembuluh darah menyempit atau disebut atherosclerosis (Anwar, 2003).

Gambar 9. Histogram Distribusi Kadar LDL

Distribusi LDL berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov

menunjukkan bahwa LDL berdistribusi normal yang dilihat dari nilai p=0,200. Histogram pada gambar 9 menggambarkan bahwa distribusi data simetris tidak condong ke kiri maupun ke kanan dan frekuensinya tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga dapat disimpulkan data kadar LDL berdistribusi normal.

5. Kadar HDL

(57)

kolesterol dalam jaringan perifer akan diangkut oleh HDL ke hepar untuk kemudian dikeluarkan melalui saluran empedu sebagai lemak empedu, sehingga kadar HDL yang tinggi dapat membantu pencegahan atherosclerosis (Anwar, 2003).

Gambar 10. Histogram Distribusi Kadar HDL

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa HDL berdistribusi tidak normal yang dilihat dari nilai p=0,020. Histogram pada gambar 10 menggambarkan sebaran data HDL tidak merata dan cenderung condong ke kiri dengan frekuensi yang tidak seimbang, ada yang terlalu tinggi dan terlalu rendah. Dengan demikian dikatakan bahwa distribusi data kadar HDL tidak normal. 6. Rasio kadar LDL/HDL

Karakteristik rasio kadar LDL/HDL berada pada rentang 3,0±0,8. Rentang ini menunjukkan bahwa rasio kadar LDL/HDL berada pada average risk.

(58)

Gambar 11. Histogram Distribusi Rasio Kadar LDL/HDL

Distribusi rasio kadar LDL/HDL berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov

menunjukkan bahwa data rasio kadar LDL/HDL berdistribusi normal yang dilihat dari nilai p=0,200. Histogram pada gambar 11 menunjukkan bahwa distribusi data simetris baik ke kanan maupun ke kiri, dengan demikian dapat disimpulkan rasio kadar LDL/HDL berdistribusi normal.

B. Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL pada Body Mass Index Normal dan Body Mass Index Tidak Normal

(59)

Tabel VII. Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL pada BMI Normal dan BMI Tidak Normal

BMI normal (n = 32) (Mean ± SD)

BMI tidak normal (n = 38) (Mean ± SD)

p

LDL(mg/dL) 117,4 (72,4-160,4)* 128,7 (62,0-211,8)* 0,061

HDL(mg/dL) 46,2 ± 8,4 39,0 ± 6,2 0,052

Rasio Kadar LDL/HDL

2,6 ± 0,7 3,3 ± 0,8 0,451

Keterangan : p<0,05 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna *Median (minimum-maksimum)

1. Perbandingan rerata kadar LDL pada BMI normal dan BMI tidak normal

Tabel VII menunjukkan bahwa kadar LDL pada BMI normal memiliki perbedaan yang tidak bermakna dengan kadar LDL pada BMI tidak normal (p=0,061). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sanlier and Yabanci (2007) pada 172 pria yang menunjukkan bahwa kadar LDL pada BMI normal memiliki perbedaan yang tidak bermakna dengan kadar LDL pada BMI tidak normal, dengan nilai p=0,10.

2. Perbandingan rerata kadar HDL pada BMI normal dan BMI tidak normal

(60)

normal memiliki perbedaan yang tidak bermakna dengan kadar HDL pada BMI tidak normal (p=0,056).

3. Perbandingan rerata rasio kadar LDL/HDL pada BMI normal dan BMI tidak normal

Rasio kadar LDL/HDL pada BMI normal memiliki perbedaan yang tidak bermakna dengan kadar HDL pada BMI tidak normal, yang ditunjukkan dengan nilai p=0,451. Penelitian pada 527 pria dilakukan oleh Bertsias, Mammas, Linardakis, and Kafatos (2003) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara rasio kadar LDL/HDL pada BMI normal dengan rasio kadar LDL/HDL pada BMI tidak normal.

C. Korelasi BMI dan Triceps Skinfold Thickness terhadap kadar LDL, HDL dan Rasio Kadar LDL/HDL

Body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness dikorelasikan dengan LDL, HDL, dan rasio kadar LDL/HDL untuk mengetahui apakah terdapat hubungan positif yang bermakna antara BMI dengan kadar LDL, HDL, dan rasio kadar LDL/HDL maupun triceps skinfold thickness dengan kadar LDL, HDL, dan rasio kadar LDL/HDL. Data diuji korelasinya menggunakan analisis Pearson

apabila terdistribusi normal atau analisis Spearman apabila terdistribusi tidak normal.

1. Korelasi BMI dan triceps skinfold thickness terhadap kadar LDL

(61)

statistik menggunakan analisis Spearman, hal ini dikarenakan data triceps skinfold thickness berdistribusi tidak normal sedangkan LDL berdistribusi normal.

Tabel VIII. Korelasi BMI dan Triceps Skinfold Thickness terhadap Kadar LDL

Korelasi Kekuatan Korelasi p

BMI terhadap kadar LDL 0,150 0,217

Triceps skinfold thickness terhadap kadar LDL

0,131 0,279

a. Korelasi BMI terhadap kadar LDL.

(62)

Gambar 12. Diagram Sebar Korelasi BMI terhadap Kadar LDL Gambar 12 menunjukkan data memiliki sebaran yang tidak merata dan beberapa data tidak berada di sekitar garis linier. Data paling banyak tersebar pada rentang BMI antara 20-30 dan rentang kadar LDL antara 100-150 mg/dL.

b. Korelasi triceps skinfold thickness terhadap kadar LDL.

(63)

Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan nilai korelasi triceps skinfold thickness dengan kadar LDL yang rata-rata sangat lemah. Menurut NCEP (2001) kadar LDL memiliki kemampuan empat kali lebih rendah dibandingkan kadar HDL untuk memprediksi perkembangan atherosclerosis, sehingga diperoleh nilai korelasi LDL dengan triceps skinfold thickness yang tidak bermakna.

Gambar 13. Diagram Sebar Korelasi Triceps Skinfold Thickness terhadap Kadar LDL

Gambar 13 menunjukkan bahwa data memiliki sebaran yang tidak merata dan beberapa data tidak berada di sekitar garis linier. Data paling banyak tersebar pada rentang triceps skinfold thickness antara 10-30 mm dan rentang kadar LDL antara 100-150 mg/dL.

2. Korelasi BMI dan triceps skinfold thickness terhadap kadar HDL

Korelasi BMI dengan kadar HDL diuji secara statistik menggunakan analisis Spearman, hal ini dikarenakan BMI berdistribusi normal sedangkan kadar HDL berdistribusi tidak normal. Korelasi triceps skinfold thickness terhadap kadar HDL diuji secara statistik menggunakan analisis Spearman karena distribusi data

(64)

Tabel IX. Korelasi BMI dan Triceps Skinfold Thickness terhadap Kadar HDL

Korelasi Kekuatan Korelasi p

BMI dengan kadar HDL -0,479 0,000

Triceps skinfold thickness dengan kadar HDL

-0,310 0,009

a. Korelasi BMI terhadap kadar HDL.

(65)

Gambar 14. Diagram Sebar Korelasi BMI terhadap Kadar HDL Gambar 14 menunjukkan bahwa data memiliki sebaran yang merata dan sebagian besar berada disekitar garis linier. Data paling banyak tersebar pada rentang BMI antara20-30 dan rentang kadar HDL antara 30-60 mg/dL.

b. Korelasi triceps skinfold thickness terhadap kadar HDL.

(66)

Gambar 15. Diagram Sebar Korelasi Triceps Skinfold Thickness terhadap Kadar HDL

Data pada gambar 15 memiliki sebaran yang kurang merata namun banyak yang berada di sekitar garis linier. Data paling banyak tersebar pada rentang triceps skinfold thickness antara 10-30 mm dan rentang kadar HDL antara 30-60 mg/dL.

3. Korelasi BMI dan triceps skinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL

(67)

Tabel X. Korelasi BMI dan Triceps Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar LDL/HDL

Korelasi Kekuatan Korelasi p

BMI dengan Rasio LDL/HDL 0,408 0,000

Triceps skinfold thickness dengan Rasio Kadar LDL/HDL

0,307 0,010

a. Korelasi body mass index (BMI) terhadap rasio kadar LDL/HDL.

Data pada tabel X menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang bermakna dengan kekuatan korelasi yang sedang antara BMI dengan rasio kadar LDL/HDL, yang ditunjukkan dengan nilai p=0,000 dan kekuatan korelasi=0,408.

Hasil penelitian Nakanishi et al. (2000) menyebutkan bahwa terdapat korelasi positif yang bermakna antara body mass index (BMI) dengan rasio kadar LDL/HDL dalam darah dengan kekuatan korelasi=0,373 (p<0,001). Penelitian Lopez, Villalpando, Salmeron, Ortiz, and Sanchez (2006) dilakukan terhadap 113 pria yang bertujuan untuk mencari hubungan antara BMI dengan profil lipid.

(68)

Gambar 16. Diagram Sebar Korelasi BMI terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Gambar 16 menunjukkan bahwa data memiliki sebaran yang kurang merata namun berada di sekitar garis linier. Data paling banyak tersebar pada rentang BMIantara 20-30 dan rentang rasio kadar LDL/HDL antara 1,5-4,5.

b. Korelasi triceps skinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL. Tabel X menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang bermakna dengan kekuatan korelasi yang lemah antara triceps skinfold thickness dengan rasio kadar LDL/HDL, dengan nilai p=0,010 dan kekuatan korelasi=0,307.

Penelitian Nooyens et al. (2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

(69)

Gambar 17. Diagram Sebar Korelasi Triceps Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar LDL/HDL

(70)

51

Terdapat korelasi positif yang bermakna dengan kekuatan korelasi yang sedang antara body mass index (BMI) terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah dan terdapat korelasi positif yang bermakna dengan kekuatan korelasi yang lemah antara triceps skinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan subyek penelitian yang lebih banyak dan menambahkan wanita sebagai subyek penelitian.

(71)

52

Achmad, 2009, Metabolic Syndrome and Diabetic Vascular Disease, UNPAD, Bandung, pp.39-41.

Agrats, S., 2003, Obesity, Scientific American Medicine, Web MD, USA.

Alboqai, O., Saraireh, R., Saif, M., and Diab, M., 2006, Generalized Obesity, Serum Lipids and Lipoproteins in Adult Males in Semi-Urbancommunity in The North of Jordan, JRMS, 13(1), 39-45.

Anwar, B., 2003, Manfaat Diet pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3498/1/gizi-bahri.pdf, diakses tanggal 3 Desember 2010.

Arief, I., 2007, Management of Obesity in Cardiovascular Medicine, http://www.pjnhk.go.id, diakses tanggal 30 Maret 2010.

Bergman, Van C., and Mittelman, S., 2001, Central Role of Adipocytes in Metabolic Syndrome, J Investig Med, 49:119-126.

Bertsias, G., Mammas, I., Linardakis, M., and Kafatos, 2003, Overweight and Obesity in Relation to Cardiovascular Disease Risk Factors Among Medical Students in Crete, Grece, BioMed Central, 1-9.

Boivin, Brochu, and Marceau, P., 2007, Regional Differences in Adipose Tissue Metabolism in Obese Men, Metabolism, 56:533-540.

Cahyono, 2008, Gaya Hidup dan Penyakit Modern, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, pp. 68-69.

Cogill, B., 2001, Anthropometric Indicators Measurement Guide, Connecticut Ave., NW, Washington D.C, pp. 78.

Dariyo, A., 2004, Psikologi Perkembangan Remaja, Ghalia Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan, 2004, Profil Kesehatan Indonesia 2001, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp.39.

Demerath, E., Sun, S., Rogers, N., Lee, M., Reed, D., Choh, A., et al., 2007, Anatomical Patterning of Visceral Adipose Tissue: Race, Sex, and Age Variation, Obesity, 15:2984-2993.

Dipiro, J., 1999, A Pathophysiologic Approach 7th edition, Mc Graw Hill, USA. Effendi, Y., 1992, Tinjauan Sekilas tentang Obesitas, Jurnal Jurusan Gizi dan

(72)

Flegal, Cole, T., Bellizi, M., and Dietz, W., 2000, Establishing a Standard Definition for Child Overweight and Obesity Worldwide: International survey, BMJ, 320:1240-1243.

Freedman, D., William, H., Sathanur, R., and Gerald, S., 2009, Risk Factors and Adult Body Mass Index Among Overweight Children: The Bogalusa Heart Study, Pediatrics, 123;750-757.

Gibson, S., 1993, Nutritional Assessment A Laboratory Manual, Oxford University Press, New York, pp.23.

Goldberg, 2008, Baseline Skinfold Calliper, Fabrication Enterprises Inc., New York, pp. 1-3.

Hu, F., Wang, B., Chen, C., Jin, Y., Yang, J., Stampfer, M., et al., 2000, Body Mass Index and Cardiovascular Risk Factors in Rural Chinese Population,

American Journal of Epidemiology, volume 15, 88-97.

Inoue, S., Zimmet, P., and Caterson, I., 2000, The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity and its Treatment, Health Communication, Australia. Jelliffe, D., 1966, The Assessment of the Nutritional Status of the Community,

World Health OrganizationMonograph, Series No. 53, Geneva, pp. 50-84. Kantachuvessiri, A., Sirivichayakul, C., KaewKungwal, J., Tungtrongchitr, R.,

and Lotrakul, M., 2005, Factors Associated with Obesity among Workers in A Metropolitan Waterworks Authority, Southeast Asian J Trop Med Public Health, 36:1057-1065.

Kasjono, H., dan Yasril, 2009, Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 20.

Kopelman, P., 2000, Obesity as A Medical Problem, http:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10766250, diakses tanggal 2 Januari 2011. Kusumawardhani, A., 2006, Food Addiction in Obesity, Majalah Kedokteran

Indonesia, Volume:56, hal. 205-208.

Lew, E., and Garfinkel, L., 1979, Variations in Mortality by Weight among 750,000 Men and Women, Journal of Chronic Diseases, 32:563-576.

Lopez, G., Villalpando, C., Salmeron, J., Ortiz, M., and Sanchez, V., 2006, Triglycerides and High-Density Lipoprotein Cholesterol are Associated with Insulinemia in Adolescents, Salud Pública de México, vol.48, no.4.

(73)

Mitsumoto, H., 2009, Amyotrophic Lateral Sclerosis: A Guide for Patients and Families, Demos Medical Publishing, New York, pp. 428.

Murray, 2003, Harper’s Ilustrated Biochemistry, Mc Graw Hill , USA, pp.129. Nakanishi, N., Nakamura, K., Suzuki, K., Matsuo, Y., and Tatara, K., 2000,

Associations of Body Mass Index and Percentage Body Fat by Bioelectrical Impedance analysis with Cardiovascular Risk Factor in Japanese Male Office Workers, Industrial Health 2000, 38, 273-279.

National Cholesterol Education Program, 2002, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adult (Adult Treatment Panel III), http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/cholesterol/atp3full.pdf, diakses tanggal 3 Desember 2010.

National Cholesterol Education Program, 2001, NCEP Blood Lipid Guidelines, http://www.exrx.net/Testing/LDL%26HDL.html, diakses tanggal 17 Desember 2010.

Nilawati, S., Krisnatuti, D., Mahendra, B., dan Djing, O., 2008, Care Yourself, Kolesterol, Penebar Plus, Jakarta, pp. 12-16.

Nooyens, A., Koppes, L., Visscher, T., Twisk, J., Kemper, H., Schuit, A., et al., 2007, Adolescent Skinfold Thickness is a better Predictor of High Body Fatness in Adults than is Body Mass Index, The Amsterdam Growth and Health Longitudinal Study, Amsterdam

Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, pp. 145.

Ostman, J., Britton, M., and Jonsson, E., 2002, Obesity as Health problem in Children and Adolescents in Treating and Preventing Obesity, Evidence Based Review, Wiley-VCh GmbH and Co. KgaA, pp. 34.

Oyewole, O., and Oritogun, K., 2009, Relationship between Anthropometric Parameters and Blood Pressure in Sagamu Adolecents, Ogun State, South-West Nigeria, Int. J. Biomed. & Hlth. Sci, Vol 5, No.4, 193.

Riskerdas, 2007, Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi D.I Yogyakarta 2007, Balai Pelatihan dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta, pp. 55.

Sanlier, N., and Yabanci, N., 2007, Relationship between Body Mass Index, Lipids, and Homocysteine Levels in University Student, J Pac Med Assoc, Vol.57, No.10.

Gambar

Tabel I. Klasifikasi Nilai Body Mass Index (WHO, 2010)
Gambar 2.   Skinfold Caliper (Milton Tools, 2010)
Tabel II. Nilai Standar Triceps Skinfold Thickness (Williams and Wilkins, 2008)
Gambar 4. Bagan Pengambilan Subyek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh metode tipe jigsaw terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA Swasta Setia Budi Abadi Perbaungan

Agar tidak keluar dari permasalahan yang diteliti penulis membatasi permasalahannya hanya pada jenis- jenis kesalahan yang dilakukan mahasiswa bahasa Jepang,

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIDOARJO Jumlah  rumah tangga usaha  pertanian di Kabupaten Sidoarjo  Tahun 2013 sebanyak 41.287 rumah  tangga   

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data curah hujan yang diperlukan kemudian mencari hujan maksimum setiap tahunnya, melakukan analisis

Salah satu upaya yang dilakukan selama ini dalam meminimalkan gangguan lalu lintas kendaraan dan mengurangi tingkat resiko kecelakaan bagi pejalan kaki di daerah perkotaan

Salah satu pendekatan pembelajaran tersebut adalah apa yang disebut “Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)” atau “Problem Based Learning (PBL)”. Pendekatan pembelajaran ini

Mahasiswa yang tidak melakukan proses pembayaran kuliah/registrasi Semester Genap 2014/2015 sampai dengan tanggal 2 Maret 2015 dan tidak melakukan cuti akademik sampai