• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh hidup doa terhadap profesionalitas para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh hidup doa terhadap profesionalitas para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran - USD Repository"

Copied!
292
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH HIDUP DOA

TERHADAP PROFESIONALITAS PARA KARYAWAN RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH GANJURAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh

Elisabeth Kristi Handayani NIM: 071124006

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

P E R S E M B A H A N

Saya mempersembahkan skripsi ini kepada Para suster Kongregasi Suster-suster Cintakasih

Santo Carolus Borromeus

Yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menjalani perutusan studi Di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma

(5)

v M O T T O

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan

Allah dari awal sampai akhir. (Pkh 3: 11)

Dengan kesabaran dan susah payah aku terus bekerja dengan keinginan besar untuk maju, ya…maju…

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran kurang memahami dengan baik arti profesionalitas sehingga kemampuan kerjanya belum digunakan secara optimal. Melihat situasi yang memprihatinkan ini, karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran membutuhkan hidup doa sebagai kekuatan atau roh untuk meningkatkan profesionalitas dalam pelayanan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran. Berdasarkan fakta tersebut, penulis memilih judul skripsi: PENGARUH HIDUP DOA TERHADAP PROFESIONALITAS PARA KARYAWAN RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH GANJURAN.

Hidup doa ialah kebiasaan rutin menyediakan waktu dan kesempatan untuk menjalin relasi dengan Tuhan yang berdampak pada sikap yang sungguh-sungguh positif saat berelasi dengan sesama dan saat bekerja. Sedangkan profesionalitas karyawan rumah sakit adalah keahlian kerja berdasarkan pada pengetahuan, ketrampilan dan etika. Profesionalitas tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: kondisi dan situasi tempat bekerja, relasi, gaji, karier, kepuasan konsumen, penghayatan iman seseorang, kepribadian seseorang seperti minat, bakat dan motivasi. Dengan demikian hidup doa mempunyai pengaruh terhadap profesionalitas karyawan rumah sakit yaitu memiliki sikap kerja yang sesuai dengan kode etik profesinya. Hidup doa berdampak pada profesionalitas karyawan rumah sakit maka dikembangkan hipotesis sebagai berikut: Ho: Tidak ada pengaruh hidup doa terhadap profesionalitas para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran, Ha: Terdapat pengaruh hidup doa terhadap profesionalitas para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran.

Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif regresional. Penelitian bersifat populatif artinya semua karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran yang melakukan pekerjaan profesi menjadi populasi dengan jumlah 69 karyawan. Dari jumlah tersebut ada 5 karyawan Rumah Sakit yang tidak mau mengisi maka yang diolah ada 64 karyawan Rumah Sakit. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran skala sikap yang dikembangkan 25 pernyataan untuk hidup doa dan 35 pernyataan untuk profesionalitas, wawancara dan studi dokumen lewat mempelajari hasil kritik-saran pasien. Data yang diperoleh diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5% dengan N 64 karyawan Rumah Sakit pada variabel hidup doa dan profesionalitas dengan nilai krisis 0,253 didapatkan 0,402-0,925, ada 18 butir yang tidak valid pada variabel profesionalitas dan langsung dibuang. Hasil reliabilitas yang diperoleh ialah 0,973, maka butir-butir instrumen tersebut sangat tinggi reliabilitasnya.

(9)

ix ABSTRACT

The employees of St. Elisabeth Ganjuran Hospital have not understood well the meaning of professionalism. As a result, their work capability has not been optimal. Regarding to this situation, the employees of St. Elisabeth Ganjuran Hospital need prayer life to be the strength or spirit to improve the professional service in St. Elisabeth Ganjuran Hospital. Thus, based on this fact, the writer chooses the thesis entitles “The Influence of Prayer Life to the Professionalism of the Employees of St. Elisabeth Ganjuran Hospital”.

Prayer life is a habit in which we provide our time and opportunity to build our relationship with God. It positively supports a good relationship with others in working. Meanwhile, professionalism of hospital employee means the employee capabilities including knowledge, skill, and ethics. Professionalism is influenced by some factors, such as working situation and condition, salary, career, customer satisfaction, and personal religious experience, personality such as interest, talent and motivation. In such way, prayer life influences the professionalism of the hospital employees, related to the possession of work behavior which is in accordance with the profession ethics. The effect of prayer life to the employee professionalism leads to the hypothesis as follows: Ho: There is no influence of prayer life to the professionalism of the employees of St. Elisabeth Ganjuran Hospital, Ha : There is significant influence of prayer life to the professionalism of the employees of St. Elisabeth Ganjuran Hospital.

Regresional quantitative research was applied. Populative research was conducted in which the research subject were 69 employees of St. Elisabeth Ganjuran Hospital. From 69 questionnaires which were distributed, 64 were returned back and 5 were blank. Therefore, the total questionnaires prossesed were 64. The data collection technique was done by behaviour scale distribution which was developed into 25 statements concerning to prayer life and 35 statements related to professionalism, interview and data analysis of the patients critiques and suggestion. The validity and reliability of the data result were tested. The result of validity test, in the significant level 5% with N 64 employees, at the variable of the prayer life and professionalism with its crisis level 0,253 was 0,402-0,925. There were 18 invalid items of professionalism variable and they were omitted. The result of reliability test was 0,973. It indicates that the instrument are highly reliable.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan limpah terima kasih kepada Allah Bapa yang telah menyertai, membimbing, menuntun, dan menerangi penulis dengan rahmat serta kasih setia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH HIDUP DOA TERHADAP PROFESIONALITAS PARA KARYAWAN RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH GANJURAN.

Skripsi ini disusun oleh penulis berdasarkan penemuan bahwa hidup doa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi profesionalitas karyawan rumah sakit. Melalui hidup doa, karyawan rumah sakit menemukan kembali kesatuan hidupnya yang utuh dengan Allah, sesama manusia, dan kesatuan antara hidup doanya dengan karya pelayanannya di rumah sakit. Oleh karena itu antara hidup doa dan karya pelayanan di rumah sakit terlebih yang berkaitan dengan profesionalitas merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Maksudnya ialah hidup doa menjadi kekuatan dalam karya pelayanan yang profesional sedangkan karya pelayanan yang profesional adalah buah dari hidup doa. Selain itu, skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menempuh ujian Program Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.

(11)

xi

1. F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing utama yang telah menyediakan diri dan meluangkan waktu untuk mendampingi, membimbing penulis dengan penuh kesabaran serta kesetiaan, memberi masukan dan kritikan sehingga penulis termotivasi untuk menuangkan ide atau gagasan dalam seluruh proses penulisan skripsi ini.

2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen penguji II dan sekaligus dosen wali yang telah menyediakan diri untuk membimbing dan memberikan masukan pada penulisan skripsi ini.

3. Drs. H.J. Suhardiyanto, SJ, selaku dosen penguji III dan Kaprodi yang telah memberikan perhatian, bimbingan, dukungan dan semangat dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, mendukung dan mendidik penulis selama belajar sampai selesainya skripsi ini.

5. Suster Sesilia Widiastari, CB beserta Staf Dewan Pimpinan Provinsi Kongregasi Suster-suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus yang telah memberikan perutusan studi di Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Sr. Krispiani Sukarwanti, CB., selaku pendamping suster studi, yang setia mendampingi, mendukung dan memfasilitasi penulis selama menjalani perutusan studi.

(12)

xii

8. Sr. Surani, CB., selaku Kepala Kantor Yayasan Tarakanita Kantor Wilayah Yogyakarta, yang telah memfasilitasi penulis selama masa studi.

9. Sr. Hetty, CB dan Sr. Justa Sri Sumarni CB selaku pemimpin komunitas Novisiat-Postulat CB dan komunitas Stella Duce, yang telah memperhatikan, mendukung, serta memberikan motivasi kepada penulis selama studi sampai penyelesaian skripsi ini.

10. Para suster sekomunitas Novisiat-Postulat dan Stella Duce Yogyakarta, yang telah memberikan banyak dukungan dalam perutusan studi di Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 11. Dokter Rijantono Franciscus Maria, selaku direktur rumah sakit Santa Elisabeth

Ganjuran Bantul dan Sr. Dolorosa, CB yang telah memperkenankan dan mendukung penulis melakukan penelitian di rumah sakit Santa Elisabeth Ganjuran Bantul.

12. Seluruh karyawan rumah sakit Santa Elisabeth Ganjuran Bantul yang telah memberikan banyak bantuan dalam pengumpulan data penelitian.

13. Teman-teman angkatan 2007 yang telah memberikan banyak dukungan, perhatian, saran, masukan dan selama ini menjadi rekan kerjasama yang baik dalam menjalani perutusan studi di Prodi IPPAK.

14. Orang tua dan anggota keluarga yang telah mendukung penulis lewat doa dan cinta serta perhatian selama menjalani masa studi.

(13)
(14)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penulisan ... 7

F. Manfaat Penulisan ... 8

G. Metode Penulisan ... 9

H. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II. TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS ... 11

A. Hidup Doa ... 11

1. Doa ... 12

a. Pengertian Doa ... 12

(15)

xv

c. Tiga Ciri Utama dalam Doa ... 23

2. Pengertian Hidup Doa ... 25

3. Dampak dari Hidup Doa ... 26

B. Profesionalitas Karyawan Rumah Sakit ... 29

1. Pengertian Profesionalitas ... 29

2. Karyawan Rumah Sakit ... 34

3. Karyawan Rumah Sakit yang Profesional ... 36

C. Penelitian yang Relevan ... 39

D. Kerangka Pikir ... 40

E. Hipotesis ... 42

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Jenis Penelitian ... 43

B. Desain Penelitian ... 43

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

D. Populasi dan Sampel ... 44

E. Variabel Penelitian ... 44

1. Identifikasi Variabel ... 44

2. Definisi Operasional Variabel ... 45

a. Hidup Doa ... 45

b. Profesionalitas Karyawan Rumah Sakit ... 45

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 46

4. Kisi-kisi Penelitian ... 47

F. Pengembangan instrumen ... 66

1. Uji Validitas ... 66

2. Uji Reliabilitas ... 67

G. Teknik Analisis Data ... 68

H. Teknik Uji Hipotesis ... 70

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 72

A Temuan Umum ... 72

1. Visi dan Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran Bantul ... 72

(16)

xvi

1. Hasil Penelitian ... 73

a. Uji Persyaratan ... 74

b. Uji Hipotesis ... 76

2. Analisis Deskriptif ... 80

a. Hidup Doa ... 80

b. Profesionalitas Karyawan Rumah Sakit ... 86

C. Hasil Wawancara ... 91

1. Hasil wawancara dengan para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth ... 91

2. Hasil kritik dan saran dari pasien ... 100

D. Pembahasan ... 100

E. Keterbatasan Penelitian ... 104

F. Usulan Program Kegiatan ... 106

1. Latar Belakang Usulan Program ... 106

2. Alternatif dan Pilihan Pendekatan Pembinaan bagi ParaKaryawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran ... 108

3. Tema dan Tujuan ... 112

4. Program ... 116

5. Petunjuk Pelaksanaan Program ... 119

6. Contoh Persiapan SCP ... 119

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 135

A. Kesimpulan ... 135

B. Saran ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 139

LAMPIRAN ... (1)

Lampiran 1: Skala Sikap Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Hasil Kritik dan Saran ... (113)

Lampiran 3: Hasil Uji Validitas, Reliabilitas ... (123)

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja KGK : Katekismus Gereja Katolik

B. Singkatan dalam Penelitian

ANOVA : Analisys of Variance Ho : Hipotesis nol

Ha : Hipotesis alternatif r/R : Relations

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

C. Singkatan Lain

CB : Carolus Borromeus

SOP : Standar Operasional Prosedur PDE : Pengolah Data Elektronik SCP : Shared Christian Praxis

KODERSI : Kode Etik Rumah Sakit Indonesia SDM :Sumber Daya Manusia

GPCB : Guiding Principles Carolus Borromeus IGD : Instalasi Gawat Darurat

RM : Rekam Medik

USG : Ultrasonografi

RKA :Rencana Kegiatan Anggaran Rumah Sakit AC : Air Conditioner

(18)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang

(19)

Karyawan rumah sakit yang profesional selalu berusaha meningkatkan kemampuan dirinya baik dalam segi pengetahuan, keterampilan maupun sikap-sikapnya sebagai karyawan rumah sakit yang beretika. Hal tersebut diupayakan sebagai kesadaran akan pengembangan diri yang lebih baik dalam melayani pasien yang datang di rumah sakit. Profesionalitas seorang karyawan rumah sakit dapat dilihat dari kedisiplinan maupun ketertibannya dalam menggunakan waktu kerja, kemandiriannya dalam meningkatkan mutu pada bidang yang digeluti, dapat bekerjasama sebagai satu tim, keramahan dan keterbukaannya dalam melayani pasien, kemauan untuk selalu belajar pada hal-hal yang baru dan bekerja sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Tak lupa pula bahwa karyawan rumah sakit yang profesional mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap rumah sakit tempat ia bekerja. Dengan kata lain ia mampu merasakan perkembangan dan keprihatinan rumah sakit sehingga terlibat dalam mengusahakan serta mengembangkan kemajuan terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit.

(20)

semakin maju dan bermutu. Situasi semacam ini belum terpenuhi dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth karena banyak karyawan Rumah Sakit yang belum memahami sepenuhnya arti profesionalitas sehingga kemampuan kerja dari para karyawan Rumah Sakit belum digunakan secara optimal. Mereka masih memahami bahwa bekerja di Rumah Sakit Santa Elisabeth hanya sekedar mendapatkan gaji saja untuk biaya hidup.

(21)

juga karyawan Rumah Sakit yang kurang ramah dalam melayani pasien, ada karyawan Rumah Sakit yang sering mengeluh jika jumlah pasien rawat jalan terasa kurang maupun pasien rawat jalan yang berobat itu jumlahnya banyak. Selain hal-hal di atas kedisiplinan dan ketertiban sebagai sikap hidup kurang dimiliki oleh beberapa karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth sehingga mereka ada yang terlambat ketika masuk kerja maupun doa pagi. Ada pula dokter yang sudah diangkat menjadi pegawai tetap kurang bertanggungjawab terhadap tugasnya yaitu dokter ini pernah melarikan diri ketika diminta untuk rapat tentang penanganan TBC.

(22)

Kesetiaan menjalin relasi dengan Allah lewat hidup doa akan membuahkan sikap-sikap yang profesional dalam pelayanan kesehatan. Dalam hidup doa, manusia diajak untuk mendengarkan sapaan Allah sehingga ia bisa memilih dan melakukan kehendak Allah dalam hidupnya. Sapaan Allah akan selalu terdengar dalam keheningan hati maka karyawan Rumah Sakit perlu mewujudkan keheningan hati supaya mampu melayani pasien secara total.

Melihat dan menemui situasi di atas, penulis terdorong untuk meneliti seberapa besar pengaruh hidup doa terhadap profesionalitas para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran. Sehingga penulis menulis judul skripsi : Pengaruh Hidup Doa terhadap Profesionalitas Para Karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran.

B. Identifikasi Masalah

Atas dasar latar belakang penelitian tersebut, dapat di identifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran menggunakan waktu kerja yang diatur oleh Rumah Sakit?

2. Bagaimanakah sikap karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran pada saat melakukan tugasnya?

(23)

4. Apakah karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran mempunyai kedispilinan dan ketertiban dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Rumah Sakit?

5. Apakah Rumah Sakit Santa Elisabeth mempunyai karyawan yang profesional? 6. Bagaimana profesionalitas karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran? 7. Bagaimana sikap karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran dalam

melayani pasien?

8. Sejauh manakah karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran berusaha untuk mengembangkan kompetensi-kompetensi dalam pelayanan kesehatan?

9. Bagaimanakah hidup doa para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran? 10. Apakah karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran menggunakan dengan

baik kegiatan-kegiatan rohani yang diadakan oleh Rumah Sakit?

11. Apakah para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran melakukan refleksi atau evaluasi diri setelah seharian melayani pasien?

12. Sejauh mana para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran meluangkan waktu untuk berelasi dengan Tuhan dalam hidup doa?

13. Apakah hidup doa para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran berpengaruh pada profesionalitasnya sebagai karyawan kesehatan?

14. Seberapa besar pengaruh hidup doa terhadap profesionalitas para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran?

(24)

C. Pembatasan Masalah

Mengingat waktu yang terbatas dan penelitian yang dilakukan dapat mendalam maka penulis membatasi permasalahan pada hidup doa dan profesionalitas para karyawan Rumah Sakit.

D. Rumusan Masalah

Berdasar pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian hidup doa dan profesionalitas karyawan Rumah Sakit? 2. Bagaimana hidup doa para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran? 3. Bagaimana profesionalitas para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran? 4. Seberapa besar pengaruh hidup doa terhadap profesionalitas para karyawan

Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran?

E. Tujuan Penulisan

Dengan melihat beberapa rumusan masalah di atas maka tujuan yang akan dicapai dalam penulisan ini ialah:

1. Menguraikan pengertian hidup doa dan profesionalitas karyawan Rumah Sakit. 2. Memaparkan hidup doa para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran. 3. Memaparkan profesionalitas para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth

Ganjuran.

(25)

F. Manfaat Penulisan

1. Bagi Para Karyawan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran

Memberikan sumbangan berupa informasi, pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya mengupayakan hidup doa dalam kehidupan yang dapat memberikan pengaruh terhadap profesionalitas para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan mendorong para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran untuk membina diri dengan berusaha meningkatkan hidup doanya demi profesionalitasnya dalam pelayanan di Rumah Sakit Santa Elisabeth. Dengan demikian pelayanan kesehatan yang terselenggara di Rumah Sakit Santa Elisabeth semakin berkualitas dan masyarakat menaruh kepercayaan pada Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran.

2. Bagi Para Pemimpin di Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran

Meneguhkan para pemimpin dalam usaha memberikan pembinaan iman kepada para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran supaya profesional dalam pelayanan.

3. Bagi Penulis

Menambah pemahaman akan pentingnya mengusahakan hidup doa dalam kehidupan yang berpengaruh bagi profesionalitas karyawan Rumah Sakit.

4. Bagi Ilmu Kateketik

(26)

G. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini penulis akan menggunakan metodologi penelitian kuantitatif supaya memperoleh gambaran mengenai pengaruh hidup doa terhadap profesionalitas para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran.

H. Sistematika Penulisan

Supaya memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan ini.

BAB I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II berisi tinjauan teoritis dan hipotesis yang meliputi: hidup doa dan profesionalitas karyawan Rumah Sakit, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis. Hidup doa terdiri dari pengertian doa, bentuk-bentuk doa, tiga ciri utama dalam doa, pengertian hidup doa dan dampak dari hidup doa. Profesionalitas karyawan Rumah Sakit terdiri dari: pengertian profesionalitas, karyawan Rumah Sakit dan karyawan Rumah Sakit yang profesional.

(27)

BAB IV berisi uraian tentang temuan umum yang terdiri dari visi dan misi Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran. Temuan khusus berupa hasil penelitian yaitu: uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan uji homosedastisitas, uji hipotesis, analisis deskriptif yang terdiri dari hidup doa dan profesionalitas karyawan Rumah Sakit, hasil wawancara dan hasil kritik-saran dari pasien, pembahasan, keterbatasan penelitian, usulan program kegiatan katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP) yang terdiri dari latar belakang usulan penyusunan program, alternatif dan pilihan pendekatan pembinaan bagi para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth, tema dan tujuan dari program kegiatan katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP), petunjuk pelaksanaan program kegiatan serta contoh persiapan program Shared Christian Praxis (SCP).

(28)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

Dalam tinjauan teoritis dan hipotesis ini akan diuraikan tentang hidup doa dan profesionalitas karyawan rumah sakit. Hidup doa terdiri dari doa yaitu: pengertian doa, bentuk-bentuk doa dan tiga ciri utama dalam doa, selanjutnya diuraikan pula tentang pengertian hidup doa dan dampak dari hidup doa. Sedangkan profesionalitas karyawan rumah sakit terdiri dari: pengertian profesionalitas, karyawan rumah sakit dan karyawan rumah sakit yang profesional.

A. Hidup Doa

(29)

1. Doa

a. Pengertian Doa

Bagi Santa Theresia dari kanak-kanak Yesus, doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke arah surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan. Dengan demikian doa menjadi kekuatan manusia dalam menempuh kehidupan di dunia.

Doa itu sebagai anugerah Allah karena doa berarti mengangkat jiwa kepada Tuhan dan memohonkan hal-hal yang baik dalam kerendahan hati, kerendahan hati ialah dasar dari doa (Katekismus Gereja Katolik pasal 2559). Selain itu doa juga menuntut usaha dan membutuhkan jawaban yang tegas dari pihak kita atas tawaran Allah. Kita telah diberi teladan oleh pendoa-pendoa dari Perjanjian Lama, para Kudus, Bunda Allah dan Yesus bahwa berdoa berarti berjuang melawan diri sendiri dan tipu muslihat setan atau penggoda yang melakukan segala cara untuk mencegah manusia bersatu dengan Allah (Katekismus Gereja Katolik pasal 2725).

(30)

dengan-Nya. Sedangkan dari pihak manusia adalah menanggapi tawaran Allah tersebut dengan mendengarkan dan melaksanakan kehendak Allah dalam hidupnya.

Sedangkan Yohanes Indrakusuma (1981: 90) menguraikan bahwa doa ialah memasuki hubungan pribadi dengan Allah dalam iman dan cinta kasih. Hubungan antara manusia dengan Allah bukan buah pikiran manusia melainkan buah karya keselamatan Allah. Allah yang terlebih dahulu mencintai manusia, menginginkan supaya manusia dapat menjawab cinta-Nya secara bebas. Allah ingin agar manusia dapat memasuki suatu hubungan yang benar-benar pribadi dengan Dia. Ia menghendaki supaya manusia dapat mengenal Dia dengan sungguh-sungguh sehingga hidupnya dipenuhi dengan roh Allah.

(31)

hubungan pribadi dengan Allah, sehingga yang diwujudkan manusia adalah kehendak Allah.

Jan Van Lierop (1994: 85-86) mengungkapkan bahwa berdoa berarti menyadari, menghayati dan mengungkapkan bahwa kita hidup dalam hubungan yang akrab dengan Tuhan. Sedangkan dasar dari setiap doa ialah hubungan pribadi antara manusia dengan Tuhan. Hubungan tersebut harus diungkapkan, yaitu manusia harus membuka hatinya kepada Allah dan mengungkapkan segala perasaan, pikiran, pengalaman, kerinduan, dan cita-cita kepada-Nya. Di lain pihak manusia juga memberikan kesempatan kepada Tuhan untuk berbicara kepadanya.

Martini (1987: 12-14) mengatakan bahwa doa adalah sesuatu yang sangat pribadi, sangat intim, sangat bersifat milik kita masing-masing sehingga sukar untuk membicarakannya bersama-sama jika Tuhan tidak menempatkan kita dalam suasana yang membantu. Doa adalah sesuatu yang teramat sederhana, sesuatu yang memancar dari mulut dan hati yang penuh ketulusan dan kepolosan. Doa ialah jawaban yang langsung muncul atau keluar ketika kita berhadapan dengan keagungan ciptaan Tuhan. Misalnya ketika kita dapat bernafas lebih bebas dari biasanya, kita merasa bahagia karena kita merasa hidup sepenuhnya. Kemudian muncullah di dalam diri kita sebuah doa: “ Terima kasih, Allahku”, atau “ Tuhan, betapa agungnya Engkau!”. Dengan demikian tujuan dari doa ialah memuliakan Tuhan dalam seluruh hidup kita.

(32)

hanya percakapan antara manusia dengan Allah saja. Dengan bersatunya jiwa manusia dengan Allah maka manusia dalam hidupnya selalu melakukan kehendak Allah karena roh Allah memenuhi dirinya.

Doa merupakan kontak dan perjumpaan antara Allah dengan manusia. Perjumpaan antara Allah dengan manusia diwujudkan dengan kata-kata atau saling berbicara dan kehadiran keduanya saling mempengaruhi. Oleh karena itu doa memiliki kekuatan untuk mengubah dan mengolah diri karena perjumpaan tersebut mengandung tawaran serta tuntutan (Darminta, 1997b: 7).

Nouwen, Mcneil dan Morrison (1987: 131) mengatakan bahwa doa adalah usaha untuk berjumpa dengan Tuhan yang dilakukan secara disiplin untuk memperkuat dan memperdalam sikap hidup sebagai murid. Usaha yang diperlukan dalam doa adalah menyingkirkan segala sesuatu yang dapat menghalangi roh Allah untuk berbicara kepada kita secara bebas.

Philomena Agudo (1988: 176) menegaskan bahwa doa adalah komunikasi dengan Tuhan penuh cinta, dalam komunikasi tersebut manusia mendengarkan dan menjawab sapaan Tuhan.

(33)

maka ia berusaha untuk memohon, memuji, memuliakan Allah, menyerahkan diri atau hidupnya pada Allah dan menjawab sapaan Allah lewat pengalaman hidupnya.

Dengan demikian doa merupakan ungkapan iman yang paling kelihatan. Ketika manusia menanggapi sapaan Allah, ia mengalami persatuan dengan Allah sehingga dalam hidupnya ia selalu melakukan kehendak Allah. Maka dapat dikatakan bahwa seluruh hidupnya adalah sebuah doa dan doa menjadi kekuatan dalam seluruh hidupnya. Doa dan kehidupan yang dialami manusia yaitu hidup bersama maupun hidup karya tidak bisa dipisahkan, keduanya saling berkaitan.

b. Bentuk-Bentuk Doa

Bentuk-bentuk doa dapat dilihat dari subyek dan cara mendoakannya. Bentuk doa yang dilihat dari caranya dibagi menjadi tiga bentuk yaitu (1) doa lisan, (2) doa renung dan (3) doa batin. Sedangkan dilihat dari subjeknya dapat dibagi menjadi dua bentuk yakni (1) doa pribadi dan (2) doa bersama.

Katekismus Gereja Katolik artikel 7 membagi cara doa menjadi tiga bentuk pokok dan tiga bentuk pokok cara doa tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : 1) Doa Lisan

(34)

pertama doa batin (KGK pasal 2704). Sedangkan Inocens Ruben Hetu (2007: 23) mengatakan bahwa doa lisan atau berumus ini dapat didoakan dalam irama sedang, lembut, atau lambat sesuai dengan kesepakatan.

(35)

rumusan jadilah kehendak-Mu mengandung arti bahwa atas dasar kuasa Allah manusia diundang untuk berjuang menegakkan kerajaan Allah. Sedangkan rumusan berilah kami rejeki secukupnya pada hari ini berarti orang perlu makan secukupnya dan selebihnya untuk menyatakan solidaritas antara sesama manusia. Rumusan ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah pada kami mengandung arti bahwa orang diajak untuk hidup dalam perdamaian, keadilan dan persaudaraan tanpa ada pengurangan hak-hak dan martabatnya. Seterusnya adalah rumusan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan mengajak manusia untuk memohon kepada Allah agar tidak jatuh ke dalam dosa karena dosa merusak kepercayaan dan hubungan dengan Allah. Doa Bapa Kami diakhiri dengan rumusan kata amin, artinya bahwa doa ini mempunyai nilai pengakuan iman, yang membawa orang ke persembahan diri manusia kepada kuasa Allah karena manusia diajak untuk menerima dan mengakui kuasa Allah. Dengan demikian setiap kali orang mendoakan doa Bapa Kami, ia diajak untuk menghayati perjalanan rohani bersama Yesus, hidup dalam tahun kayros, tahun rahmat, tahun pembebasan (Darminta, 1992: 5-49).

Selain doa Bapa Kami ada beberapa contoh doa lisan atau doa berumus yang terkenal yaitu Mazmur, doa rosario, doa-doa yang dicetak, doa pagi, doa malam dan lain-lain. Yohanes Indrakusuma (1981: 92-95) menguraikan beberapa contoh doa berumus atau doa lisan sebagai berikut :

(36)

juga ungkapan hati manusia yang memberontak terhadap situasi tertentu yang tidak dapat dimengertinya. Dengan doa Mazmur kita dapat belajar berdoa kepada Tuhan dalam setiap situasi hidup yang kita alami.

b) Sedangkan doa jalan salib merupakan suatu bentuk devosi yang dikenal orang banyak dalam Gereja. Devosi ialah suatu bentuk ibadat pribadi yang bernilai relatif dan tidak berlaku untuk semua orang. Rumusan dalam jalan salib bertujuan mengajak manusia untuk masuk dan merasakan penderitaan yang ditanggung Kristus dalam setiap perhentian, sehingga kita mendapatkan kekuatan baru dalam menanggung penderitaan hidup. Dengan kata lain kita dapat meneladan sikap-sikap Kristus dalam menghadapi serta menanggung penderitaan hidup.

c) Rosario merupakan suatu ungkapan kebaktian terhadap Bunda Maria. Doa rosario ini juga suatu devosi, bersifat pribadi dan tidak mengikat semua orang. Dengan doa rosario ini kita dapat merenungkan peristiwa-peristiwa yang disajikan atau dapat mendoakan Bapa kami, Salam Maria dan Kemuliaan secara sadar akan kehadiran Allah.

(37)

kalimat-kalimat yang diungkapkan tetapi dari besar kecilnya iman, harapan, cinta yang mendorong dan menjiwainya.

2) Doa Renung

Dalam KGK pasal 2705 menjelaskan bahwa dasar dari doa renung adalah pencarian terhadap kehendak Tuhan lewat sarana yang digunakan untuk merenung. Sarana tersebut adalah Kitab Suci terutama Injil, ikon, teks-teks liturgis untuk hari bersangkutan, tulisan-tulisan dari bapa-bapa rohani, kepustakaan rohani dan buku besar yakni ciptaan dan sejarah. Doa renung disebut juga dengan meditasi, doa ini memang tidak mudah karena membutuhkan perhatian yang kadang sulit dipertahankan.

(38)

3) Doa batin

KGK pasal 2724 menegaskan bahwa doa batin ialah ungkapan sederhana tentang misteri doa. Dalam doa batin ini kita memandang Yesus dengan penuh iman, mendengarkan sabda Allah dan mencintai tanpa banyak kata. Doa batin ini mempersatukan kita dengan doa Kristus sejauh doa ini mengikutsertakan kita dalam misteri-Nya. Juga dapat dikatakan bahwa doa batin ialah doa yang didoakan tanpa kata-kata. Doa ini didoakan dengan cara diam di hadirat Allah, seperti seorang kekasih yang diam bersama kekasihnya tanpa mengucapkan sepatah kata (Harjawiyata 1979: 68).

Waktu dan lamanya doa batin tergantung pada kehendak tegas kita. Sebaiknya kita berdoa bukan kalau kita mempunyai waktu melainkan diri kitalah yang berusaha meluangkan waktu untuk hadir di hadirat Tuhan. Hal ini kita lakukan dengan tekun juga ketika menghadapi cobaan-cobaan dan kekeringan hidup (KGK pasal 2710). Sedangkan langkah masuk ke dalam doa batin ialah membiarkan Roh Kudus untuk mengarahkan hati, seluruh diri serta hidup kita dalam kediaman Tuhan, dan menghidupkan iman untuk masuk ke hadirat-Nya. Dalam doa batin ini kita membuka topeng, mengarahkan hati dan menyerahkan diri kepada Tuhan sebagai persembahan yang harus dimurnikan dan ditransformasikan (KGK pasal 2711).

(39)

a) Latihan penyadaran yang termasuk dalam doa batin merupakan doa yang berfungsi untuk menciptakan keheningan dalam diri supaya dapat memasuki doa yang lebih dalam lagi. Tujuan dari latihan penyadaran ini adalah memperbesar daya konsentrasi dan kepekaan terhadap karya roh Allah dalam diri kita.

b) Kontemplasi adalah memandang Allah dan misteri-Nya dengan penuh perhatian. Kita memandang dalam sikap iman sehingga dapat menyadari kebesaran serta kemuliaan Allah. Oleh karena itu sikap yang diperlukan adalah diam penuh hormat, penuh penyerahan diri, terbuka terhadap Allah atau membiarkan diri diperlakukan Allah seturut rencana dan kehendak-Nya.

c) Doa nama yaitu suatu bentuk doa yang sangat sederhana tetapi mampu membawa orang pada suatu kedalaman yang amat besar. Kesederhanaan doa ini mampu menghantar orang sampai pada suatu pengalaman Allah yang amat dalam. Salah satu doa nama yang paling dikenal adalah doa Yesus.

Harjawiyata (1979: 68) mengungkapkan bahwa doa dilihat dari subjeknya dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) doa pribadi : disebut doa pribadi jika yang mendoakan hanya satu orang saja atau doa secara perorangan.

2) doa bersama : disebut doa bersama jika yang mendoakan beberapa orang atau secara kelompok. Doa bersama tidak hanya berarti bersama-sama mengucapkan rumus yang sama tetapi bersama-sama menyatakan iman dan kepercayaan kepada Allah.

(40)

subjeknya bentuk doa dibagi menjadi dua yaitu doa pribadi dan doa bersama. Disebut doa pribadi jika doa tersebut didoakan secara perorangan, dan disebut doa bersama jika doa tersebut didoakan secara kelompok atau beberapa orang. Sedangkan dari caranya, bentuk doa dibagi menjadi tiga yaitu doa lisan atau berumus, doa renung dan doa batin. Yang dimaksud dengan doa lisan atau berumus ialah doa yang menggunakan kata-kata atau rumusan tertentu. Contoh doa lisan yakni doa Bapa Kami, Salam Maria dan lain-lain. Kalau doa renung artinya pencarian terhadap kehendak Tuhan lewat sarana yang digunakan untuk merenung, contohnya meditasi memakai Kitab Suci. Sedangkan doa batin ialah ungkapan sederhana tentang misteri doa, contohnya kontemplasi.

c. Tiga Ciri Utama dalam Doa

Doa yang benar memiliki tiga ciri utama yaitu (1) mendengarkan, (2) mengalami dan (3) mengambil sikap. Ketiga ciri utama ini merupakan kegiatan yang memiliki kekuatan untuk mengolah hidup di dalam Tuhan lewat doa (Darminta, 1997b: 31-43).

Ketiga ciri utama tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Mendengarkan

(41)

yang datang dari Allah yang menyapa manusia. Hal ini mungkin bagi manusia karena manusia memiliki hati mistik. Kemampuan mendengarkan yang dimiliki manusia memampukan ia melihat arah hidup yang sebenarnya. Ini menjadi kekuatan dahsyat untuk mengarungi hidup dan bergulat dalam hidup. Maka keheningan sangat diperlukan supaya hati kita mampu mendengarkan kehendak Allah dan dapat melaksanakannya dalam hidup kita.

2) Mengalami

Dalam doa manusia diajak untuk mengalami kasih Allah yang menyembuhkan dan memberi kekuatan. Maka manusia yang memiliki daya dalam jiwa dan batinnya diajak untuk menghadirkan dan menghidupkan segala pengalaman serta peristiwa hidup yang tersimpan dalam batinnya. Hal ini disebut dengan fantasi. Dalam fantasi tersebut manusia mampu mengangan-angankan yang akan datang karena ia sedang berjalan menuju masa depan. Fantasi ini sebagai daya kekuatan untuk mengalami baik yang telah lalu maupun yang akan datang, untuk menyembuhkan luka-luka batin, menata hidup, menghimpun kekuatan hidup dan menawarkan pilihan-pilihan konkret dalam hidup karena fantasi berpijak pada kenyataan real baik yang lalu, sekarang maupun yang akan datang. Dalam fantasi tersebut manusia dan Allah berkarya.

(42)

3) Mengambil Sikap

Dengan keheningan manusia menjadi sadar serta peka mendengarkan suara Tuhan dan melalui fantasi manusia mengalami kasih Allah yang memberi kekuatan. Kedua hal ini membuat manusia terbantu untuk mengambil serta membangun sikap yang lebih benar dan kuat dalam hidup. Lewat doa manusia diajak untuk membangun diri dan kepribadian dalam Tuhan. Sikap dasar hidup yang diperlukan ialah kepercayaan terhadap diri sendiri, lingkungan serta sesama. Dari sikap dasar ini manusia diajak mengadakan loncatan kepercayaan yaitu percaya dan masuk menyerahkan diri kepada realitas misterinya dalam Tuhan atau realitas mistiknya yaitu hidup bersatu dengan Allah.

Maka dapat disimpulkan bahwa doa yang benar mengandung tiga ciri utama yaitu (1) mendengarkan suara Tuhan dalam keheningan; (2) kemudian berani masuk untuk mengalami kasih Allah lewat fantasi yang menghadirkan dan menghidupkan segala pengalaman serta peristiwa hidup yang tersimpan dalam batin supaya manusia mendapatkan kekuatan dalam hidupnya; (3) sehingga ia mampu mengambil sikap hidup yang benar dalam hidup bersama dengan sesama maupun makhluk ciptaan lainnya serta dalam pekerjaan yang digelutinya.

2. Pengertian Hidup Doa

(43)

dapat meneliti sejauh mana hidup kita telah menanggapi bimbingan Roh Kudus dan menimba kekuatan dari-Nya.

Sedangkan Philomena Agudo (1988: 177) mengungkapkan bahwa hidup doa yaitu kebiasaan rutin berdoa yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran karena percaya akan cinta dan belas kasih Tuhan.

Frans Harjawiyata (1979:74) menegaskan bahwa hidup doa ialah mengupayakan waktu dan kesempatan untuk berdoa setiap hari supaya hidup rohani terperhatikan dan terpelihara dengan baik. Jika hidup rohani kita baik tentu saja hidup kita sepanjang hari juga baik.

Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa hidup doa adalah kebiasaan rutin menyediakan waktu dan kesempatan untuk menjalin relasi dengan Tuhan. Hidup doa ini kita laksanakan secara sadar karena percaya akan cinta dan belas kasih Tuhan yang menjadi kekuatan dalam hidup. Kebiasaan rutin menyediakan waktu dan kesempatan untuk menjalin relasi serta berkomunikasi dengan Tuhan dapat dilakukan dengan mendoakan doa-doa harian, membaca Kitab Suci, mengikuti pendalaman iman, rosario, mengikuti Perayaan Ekaristi, kontemplasi, meditasi, rekoleksi, retret dan refleksi atau evaluasi diri.

3. Dampak dari Hidup Doa

(44)

Allah dalam hidupnya, hal ini tampak dalam sikapnya, misalnya saja : (1) ia mampu berkomunikasi dan menjalin relasi dengan baik terhadap sesama baik dalam hidup bersama maupun dalam dunia kerja; (2) manusia memiliki emosi yang matang dan stabil sehingga bisa menghadapi konflik dengan bijaksana; (3) mempunyai rasa tanggung jawab terhadap hal-hal yang dipercayakan kepadanya; (4) memiliki kebebasan dan kemandirian dalam hidup. Manusia yang sering melaksanakan hidup doa disebut dengan pendoa, pendoa ini merasa aman dan tenang dalam hidupnya karena Roh Tuhan menjiwai dirinya, sehingga ia dapat melakukan yang terbaik dalam hidup bersama dengan orang lain serta pekerjaan yang dilakukannya.

Hidup doa perlu dibangun secara terus-menerus karena dengan hidup doa manusia mampu membawa gerak perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Hidup yang dijiwai oleh doa tentu saja berdampak pada sikap-sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang dikehendaki Allah. Dengan demikian hidupnya menjadi bagian dari doanya dan doa menjadi kekuatan dalam hidupnya, sehingga ia mampu melaksanakan kehendak Allah dalam hidup bersama dengan orang lain maupun dalam karya atau pekerjaan yang dilakukannya (Darminta, 1997b: 22-28).

(45)

juga amal cinta kasih yang dilakukannya akan mudah salah arah dan menuju kepada kepentingan duniawi (Team STFT, 1977: 72).

Hidup doa atau hidup rohani menjadi pembangkit, penyemangat atau spirit, serta pemadu hidup manusia di dalam rahasia-rahasia Tuhan. Hidup doa atau hidup rohani berdampak pada pengangkatan kualitas hidup dari nilai dunia ke nilai-nilai surgawi. Dengan hidup doa manusia semakin digerakkan dan diarahkan pada kepenuhan hidup dalam Tuhan (Darminta, 1997b: 44-45). Hal ini tampak dalam sikap hidupnya yang membawa dan menghidupi nilai-nilai : (1) kerendahan hati, (2) selalu mempunyai semangat atau tidak lekas putus asa, (3) mempunyai kemauan untuk maju dan mengembangkan diri, (4) melihat sesama secara positif, (5) mampu memberi makna pada penderitaan yang dialaminya (Inocens Ruben Hetu, 2007: 43-66).

(46)

mengembangkan diri, (8) melihat sesama secara positif, (9) mampu memberi makna pada penderitaan yang dialaminya. Manusia yang hidupnya dijiwai oleh doa ia merasa bahwa doa menjadi spirit atau roh dalam kehidupannya sehingga hidup menjadi bagian dari doanya dan doa menjadi kekuatan dalam hidupnya.

Keadaan tersebut berbeda dengan manusia yang tidak pernah meluangkan waktu untuk melaksanakan hidup doa. Manusia yang jarang mengisi hidupnya dengan doa, maka segala kegiatan dan amal cinta kasih yang dilakukannya akan mudah salah arah dan menuju kepada kepentingan duniawi saja. Selain itu ia tidak dapat menemukan makna dalam hidupnya, memandang segala sesuatu serba negatif, kerjanya tidak terarah dan hanya bisa menyalahkan orang lain serta situasi yang dihadapinya bahkan sampai pada menyalahkan Tuhan. Hal ini disebabkan yang menjiwai hidupnya bukan roh Allah melainkan dirinya sendiri. Maka yang berdampak keluar ialah sikap-sikap yang tidak sesuai dengan kehendak Allah atau sikap-sikap yang sesuai dengan kehendaknya sendiri. Dengan demikian ia tidak pernah berkembang dalam hidup dan sikap-sikap yang dihadirkannya hanya dapat merugikan diri sendiri serta sesama.

B. Profesionalitas Karyawan Rumah Sakit 1. Pengertian Profesionalitas

(47)

1) Melakukan pekerjaan dengan serius dan melihat hal itu sebagai hal penting bagi rencana karier mereka.

2) Menganalisis bagaimana pekerjaan bisa dilakukan dengan lebih baik, bahkan bila hal itu berarti membuat perubahan.

3) Memahami betapa pekerjaan mereka terkait dengan organisasi sebagai suatu keseluruhan.

4) Merasa percaya diri tanpa berbagi ide, tujuan dan antusiasme dengan orang lain. Sikap profesional ini dapat meningkatkan semua ketrampilan diri dan dapat bekerja secara efektif.

Thoifuri (2008: 44) menguraikan pengertian profesional menurut UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Menurut Buchari Alma (2009:133) istilah profesional berasal dari kata profesi, yaitu pekerjaan yang mensyaratkan pelatihan dan penguasaan pengetahuan tertentu dan biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, dan proses sertifikasi serta izin atau lisensi resmi. Istilah profesi juga diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memiliki karakteristik, adanya praktek yang ditunjang dengan teori, pelatihan, kode etik yang mengatur perilaku, dan punya otonomi yang tinggi dalam pelaksanaan pekerjaannya.

(48)

dipersiapkan untuk itu. Suatu pekerjaan profesional memerlukan persyaratan khusus yaitu: (1) menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam; (2) menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya; (3) menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; (4) adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya; (5) memungkinkan perkembangan yang sejalan dengan dinamika kehidupan. Selain persyaratan di atas masih ada beberapa hal yang perlu dipenuhi yaitu memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, memiliki klien atau obyek layanan tetap dan diakui oleh masyarakat karena jasanya.

Purwawidyana dalam rohani (1990: 121) berpendapat bahwa profesionalitas berasal dari kata profesi dalam arti sempit, biasanya hanya digunakan untuk suatu pekerjaan tertentu yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) lebih mengandalkan kemampuan pikiran dan ketrampilan daripada otot.

2) membutuhkan pendidikan formal dan latihan formal yang memenuhi tuntutan standar tertentu.

3) ada lembaga formal yang menentukan kualitas standar sehubungan dengan pengetahuan maupun keterampilan.

4) ada lembaga formal yang menjamin secara bertanggung jawab, maka biasanya mempunyai kode etik tersendiri.

(49)

Putranta dalam rohani (1990: 129) mengatakan bahwa profesi adalah suatu kegiatan yang diadakan sebagai jasa kepada masyarakat dengan hak atau tuntutan akan imbalan balas jasa sebagai mata penghidupan bagi pemberi jasa. Sedangkan istilah profesional tersirat pengertian sebagai berikut : (1) pelayanan yang diberikan dapat diandaikan mutunya; (2) orang tersebut hidup dari pekerjaan yang bersangkutan; (3) ada usaha terus-menerus untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan mencari apa yang dibutuhkan orang banyak.

Menurut Hardono Hadi dalam rohani (1990: 139), usaha menekuni bidang-bidang khusus tanpa begitu memperhatikan aspek atau bidang-bidang lain dari pengetahuan ini menimbulkan apa yang disebut semangat profesionalisme.

Sedangkan Francini dalam rohani (1990: 156) mengatakan bahwa tenaga profesional adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam menangani suatu bidang kehidupan atau lebih. Keahlian ini diperoleh dengan melewati suatu jenjang pendidikan yang memadai, tempat ia dapat menimba banyak pengetahuan dalam hal itu. Jenjang pendidikan tersebut juga dapat memupuk atau menyuburkan benih-benih atau bakat yang mendukung serta meningkatkan ketrampilannnya sehingga ia mampu melaksanakan tugas pengabdian dengan sukses dan mantap.

(50)

1) Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya adalah memiliki pengetahuan umum yang luas dan keahlian khusus yang mendalam. 2) Merupakan karier yang dibina secara organisatoris, ialah : adanya keterikatan

dalam suatu organisasi profesional, memiliki otonomi jabatan, memiliki kode etik jabatan dan merupakan karya bakti seumur hidup.

3) Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional, artinya: memperoleh dukungan masyarakat, mendapat pengesahan dan perlindungan hukum, memiliki persyaratan kerja yang sehat dan memiliki jaminan hidup yang layak.

Bagi Nurlaela (2010: 117-118) sikap profesional dan kualitas kerja menjadi aspek penentu bagi keberhasilan sebuah profesi. Seseorang dikatakan profesional apabila ia ahli dalam bidang pekerjaan yang digelutinya. Sedangkan konsekuensi dari seseorang yang profesional dalam pekerjaannya ialah mereka akan memberi hasil yang maksimal dan berkualitas. Salah satu faktor penentu seseorang bisa menjadi profesional ialah adanya integritas dan kepribadian yang mapan. Maka pribadi yang profesional merupakan satu kesatuan antara konsep kepribadian dan integritas yang dipadukan dengan keahlian.

(51)

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa profesionalitas adalah keahlian seseorang yang didukung oleh tiga hal berikut ini :

1) Pengetahuan: menguasai dan memahami teori ilmu pengetahuan yang mendasari serta sesuai dengan profesinya.

2) Keterampilan: mampu menerapkan dan melaksanakan ilmunya dalam pekerjaan profesinya.

3) Etika : nilai-nilai positif yang menjadi standar perilaku seseorang dalam melakukan pekerjaan profesi.

2. Karyawan Rumah Sakit

Sebelum menjelaskan pengertian tentang karyawan rumah sakit, terlebih dahulu akan diuraikan arti dari rumah sakit. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1426/MENKES/SK/XII/2006 rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata, dengan mengutamakan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga ahli dan penelitian. Dengan melihat pengertian tersebut maka karyawan rumah sakit dapat diartikan: seseorang yang terlibat menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan hal ini dilakukan sesuai dengan profesi yang dimilikinya.

(52)

upaya kesehatan. Dengan demikian karyawan rumah sakit merupakan salah satu dari sumber daya kesehatan, berdasarkan hal ini maka karyawan rumah sakit berarti orang-orang yang mendukung dan menyelenggarakan upaya kesehatan di rumah sakit sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.

Sedangkan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) tahun 1999 pasal 6 tentang Insan-Insan Perumahsakitan menguraikan bahwa mereka yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit disebut dengan Insan-Insan Perumahsakitan. Mengacu pada pengertian di atas, karyawan rumah sakit sama dengan Insan-Insan Perumahsakitan yang berarti orang-orang yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit. Insan-Insan Perumahsakitan atau karyawan rumah sakit terdiri dari beberapa kelompok, yaitu: (1) Pendiri atau pemilik rumah sakit baik perorangan maupun satu badan hukum yang menyediakan modal, mempunyai gagasan dan menentukan visi misi rumah sakit; (2) Dewan Penyantun atau Dewan Pembina rumah sakit; (3) Pimpinan eksekutif dibantu oleh staf karyawan rumah sakit yang terdiri dari tenaga kesehatan dan non kesehatan; (4) Staf Medik dan Staf Keperawatan.

(53)

Karyawan rumah sakit dapat diartikan juga sebagai tenaga kerja yang bekerja di rumah sakit. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada bab I pasal 1 ayat 2 mengatakan bahwa tenaga kerja ialah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik, untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Maka karyawan rumah sakit ialah setiap orang yang mampu melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan profesinya guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Melalui beberapa penjelasan di atas yang diambil dari berbagai sumber, dapat disimpulkan bahwa karyawan rumah sakit ialah orang-orang yang mendukung serta terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan dan pengelolaan upaya kesehatan di rumah sakit sesuai dengan keahlian atau profesi yang dimilikinya. Berdasarkan bidang yang ditanganinya, karyawan rumah sakit ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1) Tenaga kesehatan : tenaga medik dan penunjang medik. Tenaga medik terdiri dari

dokter, perawat dan bidan. Sedangkan tenaga penunjang medik terdiri dari asisten apoteker, apoteker, analis kesehatan, radiologi, fisioterapi dan ahli gizi.

2) Tenaga non kesehatan : tenaga administrasi, personalia, bagian kasa, keuangan, driver, operator, logistik, tukang cuci, cleaning servis, tukang masak, tehnik dan tukang taman.

3. Karyawan Rumah Sakit yang Profesional

(54)

2003 tentang Ketenagakerjaan pada bab I pasal 1 ayat 10 menjelaskan bahwa kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup tiga aspek yaitu : (1) pengetahuan, (2) keterampilan dan (3) sikap kerja yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Adapun Aspek pengetahuan maupun wawasan yang perlu dimiliki oleh karyawan rumah sakit yang profesional ialah: (a) menguasai dan memahami standar profesinya baik sebagai tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan; (b) menguasai dan memahami kode etik rumah sakit; (c) memahami undang-undang kesehatan.

Seorang karyawan profesional tidak hanya memiliki segi pengetahuan saja tetapi karyawan tersebut selalu mempunyai usaha untuk meningkatkan ketrampilan demi kualitas pelayanannya (Marylin Manning, 2010:3). Dengan demikian aspek keterampilan yang perlu dimiliki dan dikuasai oleh karyawan rumah sakit yang profesional ialah : (a) mempunyai standar operasional prosedur (SOP) dan melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) dalam profesinya; (b) mampu membuat manajemen waktu; (c) mampu membangun hubungan dan jejaring dengan pihak-pihak yang mendukung perkembangan profesinya dan rumah sakit; (d) mengembangkan keahliannya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang ditawarkan atau diberikan oleh rumah sakit atau yayasan; (e) meningkatkan keahlian yang dimilikinya dengan berusaha belajar sendiri baik lewat buku, majalah, koran maupun internet.

(55)

2002:1-2). Maka sikap-sikap yang perlu dihidupi oleh karyawan rumah sakit yang profesional adalah sebagai berikut: (a) memiliki kejujuran; (b) memiliki kesabaran dalam pelayanan; (c) memiliki keramahan terhadap siapa saja yang datang di rumah sakit; (d) memiliki semangat pengampunan; (e) mempunyai motivasi untuk selalu berusaha berprestasi atau mengembangkan talenta yang dimilikinya; (f) mempunyai ketekunan; (g) mampu bekerjasama dengan siapa saja; (h) penuh belas kasih terhadap siapa saja yang dilayani; (i) mampu berevalusi dan berefleksi; (j) peka atau tanggap terhadap situasi dan kondisi yang ada; (k) rendah hati; (l) rela berkorban; (m) mudah bersyukur dan selalu mempunyai harapan.

Melalui beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karyawan rumah sakit yang profesional adalah karyawan rumah sakit yang memiliki kompetensi kerja atau kemampuan kerja yang mencakup tiga aspek yaitu :

1) Pengetahuan : karyawan rumah sakit menguasai dan memahami teori ilmu pengetahuan yang mendasari serta sesuai dengan profesinya, menguasai dan memahami kode etik rumah sakit serta undang-undang kesehatan.

2) Keterampilan : karyawan rumah sakit mampu menerapkan ilmunya dalam pekerjaan profesinya. Aspek keterampilan yang dimaksudkan ialah adanya standar operasional prosedur (SOP) dan pelaksanaan standar operasional prosedur (SOP) dalam profesinya.

(56)

terhadap siapa saja yang datang di rumah sakit, karyawan rumah sakit memiliki semangat pengampunan, karyawan rumah sakit mempunyai ketekunan, karyawan rumah sakit mampu bekerjasama dengan siapa saja, karyawan rumah sakit penuh belas kasih terhadap siapa saja yang dilayani, karyawan rumah sakit peka atau tanggap terhadap situasi dan kondisi yang ada, karyawan rumah sakit memiliki kerendahan hati, karyawan rumah sakit mempunyai kerelaan untuk berkorban, karyawan rumah sakit mudah bersyukur dan selalu mempunyai harapan.

Selain tiga aspek yang mendukung profesionalitas karyawan rumah sakit, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya (Nawawi, 2006 : 65). Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu:

1) Faktor dari luar diri yaitu: kondisi dan situasi tempat seseorang bekerja, relasi dengan atasan maupun teman sekerja, demi upah atau gaji untuk kesejahteraan hidupnya, demi mengembangkan karier, demi kepuasan konsumen yang dilayani atau menambah jumlah pelanggan.

2) Faktor dari dalam diri ialah : penghayatan iman seseorang yang tampak pada sikap-sikap atau perilaku positif dan sesuai dengan kode etik profesinya, kepribadian seseorang seperti minat, bakat dan motivasi.

C. Penelitian Yang Relevan

(57)

perawat dan menggunakan analisis korelasilasional dan regresi. Hasil penelitian ditemukan bahwa besarnya pengaruh secara simultan antara kemampuan perawat dan motivasi kerja terhadap kualitas pelayanan kesehatan tergolong kuat.

D. Kerangka Pikir

Hidup doa ialah kebiasaan rutin menyediakan waktu dan kesempatan untuk menjalin relasi serta berkomunikasi dengan Tuhan. Hal ini dapat dilakukan dengan mendoakan doa-doa harian, membaca Kitab Suci, mengikuti pendalaman iman, mengikuti Perayaan Ekaristi, kontemplasi, meditasi, rekoleksi, retret, refleksi dan evaluasi. Doa merupakan ungkapan iman yang paling kelihatan. Melalui doa, manusia mengalami persatuan dengan Allah sehingga ia dapat melaksanakan kehendak Allah dalam seluruh kegiatan hidupnya atau menjadi patuh atau tunduk pada hal-hal yang baik.

(58)

untuk melaksanakan hidup doa. Manusia yang dalam hidupnya kurang meluangkan waktu untuk hidup doa maka dampak yang tampak ialah sikap-sikap yang tidak sesuai dengan kehendak Allah atau sikap-sikap negatif.

Berdasarkan penjelasan dan uraian dari kajian teori di atas, kerangka berpikirnya ialah hidup doa mempunyai pengaruh yang besar terhadap profesionalitas karyawan rumah sakit. Profesionalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor : (1) kondisi dan situasi tempat bekerja, (2) relasi dengan atasan dan teman sekerja, (3) demi upah atau gaji, (4) demi karier, (5) demi kepuasan konsumen, kepribadian seseorang seperti minat, bakat, motivasi, (6) juga dari penghayatan iman seseorang yang tampak pada sikap-sikap positif yang sesuai dengan kode etik profesinya. Juga ada tiga aspek yang menjadi tolok ukur keprofesionalitasan karyawan rumah sakit yaitu pengetahuan, ketrampilan dan etika atau sikap kerja.

(59)

E. Hipotesis

Dengan berdasar pada kerangka pikir tersebut maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :

Ha: Hidup doa berpengaruh terhadap profesionalitas para karyawan rumah sakit Santa Elisabeth Ganjuran.

(60)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang jenis penelitian, desain penelitian,

tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian yang terdiri

dari: identifikasi variabel, teknik dan instrumen pengumpulan data, serta kisi-kisi

penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pengembangan instrumen, teknik analisis

data dan teknik uji hipotesis.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

kuantitatif regresional. Penelitian kuantitatif regresional ini menggunakan analisis

regresi yang berguna untuk mencari kuatnya pengaruh antara variabel X ( hidup doa)

terhadap variabel Y (profesionalitas para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth

Ganjuran), dan untuk memprediksi seberapa besar perubahan nilai variabel dependen

bila variabel independen berubah-ubah.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain regresi linear sederhana

antara variabel bebas (X) yaitu hidup doa dan variabel terikat (Y) yaitu

profesionalitas para karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran.

(61)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat tertutup yaitu penelitian ini diadakan di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran, Bantul, Yogyakarta. Sedangkan waktu

penelitian dilaksanakan pada akhir bulan Mei- bulan Juni 2011.

D. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan profesional Rumah Sakit

Santa Elisabeth Ganjuran. Penelitian ini bersifat populatif, maksudnya adalah semua

karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran yang melakukan pekerjaan profesi

menjadi populasi dengan jumlah 69 karyawan.

E. Variabel Penelitian

Ada dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu : variabel terikat

dan variabel bebas. Variabel bebas adalah hidup doa (X), sedangkan variabel terikat

adalah profesionalitas para karyawan Rumah Sakit (Y). Dengan demikian pengaruh

antara dua variabel tersebut ialah :

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel bebas (X) : Hidup doa. Hidup doa adalah kebiasaan rutin menyediakan

waktu dan kesempatan untuk menjalin relasi serta berkomunikasi dengan Tuhan.

Hal ini dapat dilakukan dengan mendoakan doa-doa harian, membaca Kitab Suci,

(62)

b. Variabel terikat (Y) : Profesionalitas para karyawan Rumah Sakit. Profesionalitas

para karyawan Rumah Sakit merupakan keahlian seseorang dalam melakukan

pekerjaannya yang didasari oleh penguasaan ilmu, keterampilan dan etika.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Hidup Doa

Hidup doa adalah perilaku dan kegiatan berdoa dalam hidup sehari-hari yang

meliputi doa-doa harian (doa pagi, malam, sebelum dan sesudah makan, sebelum dan

sesudah bekerja), permenungan atas isi Kitab Suci, Perayaan Ekaristi, rosario dan

rekoleksi. Doa-doa ini dapat didoakan secara bersama maupun pribadi. Doa-doa

harian, rosario, Perayaan Ekaristi adalah bagian dari doa lisan atau berumus,

sedangkan permenungan atas isi Kitab Suci merupakan doa renung, rekoleksi

termasuk doa lisan dan doa renung.

b. Profesionalitas Karyawan Rumah Sakit

Profesionalitas para karyawan Rumah Sakit adalah keahlian seseorang dalam

melakukan pekerjaannya berdasarkan pada tiga hal berikut ini :

1) Penguasaan ilmu : mempunyai kemampuan intelektual berdasarkan penguasaan

pengetahuan yang diperoleh dari lembaga pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari

ijasah, motivasi dan pertanggungjawaban pelaksanaan standar operasional

prosedur (SOP).

2) Keterampilan : mampu menemukan cara atau metode menerapkan ilmunya dalam

pelayanan. Dalam penelitian ini dibatasi pada melaksanakan SOP dengan benar.

3) Etika : nilai-nilai positif yang menjadi standar perilaku seseorang dalam

(63)

dalam pelayanan yaitu sikap peduli terhadap keselamatan dan kesejahteraan

pasien, sikap peduli terhadap pelayanan yang lebih baik, sikap menghargai

sesama sebagai pribadi yang bermartabat, sikap yang memegang teguh prinsip

moral dan hukum secara adil dan sikap bertindak benar.

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan penyebaran instrumen

yaitu skala sikap dan wawancara. Cara yang ditempuh adalah membuat pernyataan

yang berkaitan dengan hidup doa dan profesionalitas karyawan Rumah Sakit.

Skala sikap tersebut diberikan kepada para karyawan Rumah Sakit Santa

Elisabeth Ganjuran yang mempunyai pekerjaan profesi dengan jumlah enam puluh

sembilan karyawan. Penyebaran skala sikap ini berfungsi untuk memperoleh

informasi mengenai hidup doa dan profesionalitas karyawan Rumah Sakit. Instrumen

penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah skala sikap dengan

bentuk skala Likert. Skala sikap dengan bentuk skala Likert ini mempunyai rentang

skor 1-5 dan jenis skalanya adalah skala interval. Skala sikap tersebut diisi oleh para

karyawan yang melakukan pekerjaan profesi di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Ganjuran.

Peneliti juga menggunakan wawancara yang berfungsi untuk

membandingkan dan melengkapi data yang diperoleh melalui skala sikap.

Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara terpimpin yaitu

wawancara dengan mengajukan sejumlah pertanyaan sesuai dengan daftar

(64)

langsung dengan beberapa karyawan profesional di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Ganjuran.

4. Kisi-kisi Penelitian

Tabel-1: Kisi-kisi Instrumen Hidup Doa Karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran

Variabel Sub variabel/dimensi Indikator Item Jumlah

(65)
(66)

mendoakan

Tabel-2: Kisi-kisi Instrumen Profesionalitas Karyawan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran

Variabel Sub variabel/dimensi Indikator Item Jumlah

Profesionalitas Karyawan Rumah Sakit.

A. Standar Operasional Prosedur Tenaga Kesehatan.

(67)

2.SOP. Perawat

pasien.

ƒMemeriksa fisik

dan mental

ƒMenulis resep

(68)

3. SOP. Petugas yang baik antar staf, dengan unit lain dan klien.

(69)

Mempertaha-4. SOP. Petugas peralatan dalam keadaan siap

ƒMelayani resep

(70)

5. SOP. Petugas di unit Farmasi.

ƒMemeriksa,

(71)

6. SOP. Petugas Fisioterapi

pemeriksaan USG.

ƒMemelihara dan

(72)
(73)

7. SOP. Petugas Penata Gizi.

8. SOP. Petugas

Pengatur Gizi.

pertemuan staf dan unit terkait.

ƒMengecek dan

mengawasi pesanan diit pasien hari ini dan hari sudah siap saji.

(74)
(75)

2. SOP. Sekretaris

alat yang rusak dan melaporkan

(76)

4. SOP. Petugas Kassa dari buku saldo kassa.

ƒMengecek bukti

transaksi Kas masuk dan keluar.

ƒMengarsip dan

menyimpan semua bukti transaksi.

ƒMencatat semua

utang piutang.

ƒPenyesuain

rekening di bank tiap bulan.

(77)

5. SOP. Petugas rekam medik.

ƒMelayani

(78)
(79)

C. Etika Profesi Tenaga Kesehatan

1. Kepedulian terhadap

keselamatan dan kesejahteraan pasien

2. Menghargai sesama

sebagai pribadi yang bermartabat.

3. Memegang teguh

prinsip moral dan hukum secara adil.

4. Bertindak sesuai

dengan kenyataan

ƒSelalu semangat

dalam

ƒEmpati terhadap

penderitaan yang benar dan salah.

ƒTeguh hati.

ƒJujur.

ƒ

Bertanggung-jawab.

ƒintropeksi diri

(80)

D. Etika Profesi

Tenaga Non Kesehatan

1. Bertindak benar

2. Kepedulian terhadap

pelayanan yang lebih baik.

3. Menghargai sesama

sebagai pribadi yang bermartabat.

Kisi-Kisi Panduan Wawancara Dengan Karyawan Tabel-3: Kisi-kisi Panduan Wawancara

Sub Variabel Indikator Pertanyaan

ƒ Frekuensi hidup

Doa.

ƒ Sikap dalam hidup

doa.

ƒ Karyawan Rumah

Sakit mampu

• Keteraturan

melakukan kegiatan berdoa dalam hidup sehari-hari.

• Tertarik

• Meningkatkan

profesionalitas

1. Berapa kali bapak/ibu

melakukan kegiatan doa dalam waktu satu hari?

2. Apakah bapak/ibu rajin

mengikuti perayaan ekaristi?

3. Berapa kali bapak/ibu

mengikuti rekoleksi?

4. Mengapa bapak/ibu tertarik

untuk melaksanakan kegiatan doa seperti doa-doa harian, mengikuti perayaan ekaristi, merenungkan isi kitab suci dan rekoleksi?

5. Apa usaha bapak/ibu dalam

(81)

meningkatkan profesionalitasnya terlebih pada sikap sebagai karyawan Rumah Sakit profesional.

sebagai karyawan Rumah Sakit.

sebagai karyawan Rumah Sakit baik sebagai tenaga kesehatan maupun non kesehatan?

Sebelum penelitian ini terlaksana, peneliti melakukan berbagai usaha sebagai

berikut:

a. Menghubungi direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran guna memohon ijin

mengadakan penelitian di tempat tersebut.

b. Menentukan waktu penelitian.

c. Menentukan skala sikap dan wawancara yang akan digunakan untuk penelitian.

d. Berkonsultasi dengan dosen pembimbing tentang skala sikap dan wawancara yang

akan digunakan untuk penelitian.

e. Menyerahkan surat permohonan ijin dan skala sikap pada direktur Rumah Sakit

Santa Elisabeth Ganjuran.

Pengisian skala sikap diserahkan pada masing-masing kepala bagian yang

ada di Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran. Skala sikap diisi oleh responden

dengan memberi tanda checklist (√) pada salah satu alternatif jawaban yang dianggap

sesuai dengan pengalaman responden. Skala sikap yang diserahkan pada Rumah

Sakit berjumlah enam puluh sembilan dan kembali enam puluh sembilan skala sikap.

Dari enam puluh sembilan skala sikap tersebut ada lima skala sikap yang

tidak diisi karena responden tidak mau diteliti. Dengan demikian ada enam puluh

empat skala sikap yang telah diisi oleh responden. Selanjutnya instrumen tersebut

Gambar

Gambar dari Normal Probability Plot
Tabel-9: Correlations

Referensi

Dokumen terkait