• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010

TENTANG

PENGELOLAAN DAN PENATAAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LUWU UTARA,

Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan lingkungan yang bersih, indah dan sehat adalah tugas dan kewajiban Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat pada umumnya untuk merealisasikan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan dan Penataan Kebersihan, Keindahan dan Kesehatan Lingkungan.

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2824);

2. Undang–Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3475);

(2)

2 3. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

4. Undang–Undang Nomor 13 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Luwu Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3826);

5. Undang–Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang–undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

6. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 4851);

8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3225);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3253);

(3)

3 11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lemabaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai;

17. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 5 Tahun 1999 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai dan bekas sungai; 18. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi-Selatan Nomor 7 Tahun

2003 tentang Pengelolaan Kwalitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Sulawesi-Selatan (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 44, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 216);

(4)

4 19. Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 14 Tahun 2003 tentang Pengelolaan, pengendalian, pencemaran air, baku mutu udara, ambien dan emisi serta baku mutu tingkat gangguan kegiatan yang beroperasi di Provinsi Sulawesi Selatan;

20. Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 8 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten Luwu Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara Tahun 2008 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 179);.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA dan

BUPATI LUWU UTARA MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA

TENTANG PENGELOLAAN DAN PENATAAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Luwu Utara.

2. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Bupati adalah Bupati Luwu Utara.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Luwu Utara sebagai unsur penyelenggara Pemrintah Daerah.

(5)

5 5. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan desa.

6. Kebersihan dan keindahan lingkungan adalah suatu keadaan lingkungan yang bersih dan tertata rapi sehingga menambah keindahan dan kenyamanan hidup.

7. Kesehatan Lingkungan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, air, orang, tempat, dan perlengkapannya serta ternak yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan, sehinggah terwujud kualitas lingkungan yang sehat.

8. Lingkungan Hidup adalah kesatuan lingkungan ruang lingkup dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

9. Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk berkelanjutan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan, penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.

10. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang selanjutnya disingkat AMDAL adalah kebijakan mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan.

11. Perusakan Lingkungan Hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.

12. Ternak adalah hewan piaraan yang berkembang biak serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia serta dipelihara khusus sebagai penghasil bahan dan jasa yang berguna bagi kepentingan hidup manusia.

13. Kesehatan Masyarakat Veteriner adalah segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan bahan-bahan yang berasal dari hewan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kegiatan manusia.

14. Kolam Septic adalah tempat penampungan kotoran manusia dan binatang. 15. Limbah adalah sisa kegiatan manusia dan/atau dari proses alam yang

(6)

6 16. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang

berbentuk padat.

17. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.

18. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah.

19. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. 20. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah

tempat sebelum sampah diangkat ke tempat pendauran ulang, pengelolaan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.

21. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.

22. Tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

23. Bak sampah adalah tempat sampah permanen yang digunakan untuk menampung sampah.

24. Keranjang atau tong sampah adalah tempat untuk menampung sampah yang disediakan oleh penghasil sampah.

25. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, yang dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami.

26. Sampah anorganik adalah sampah yang sulit/tidak dapat terurai, dan bila dibuang pada lahan akan mengganggu atau merusak struktur/komposisi dan fungsi tanah sebagai bidang resapan air, seperti kertas, plastik, kaleng dan lain sebagainya.

Pasal 2

Ruang lingkup pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan di Kabupaten Luwu Utara meliputi darat, sungai, pantai, laut dan udara.

(7)

7 BAB II

ASAS DAN TUJUAN Pasal 3

Pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan, diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, berkelanjutan, asas manfaat, keadilan, kesadaran, kebersamaan, keselamatan, keamanan dan asas nilai ekonomi.

Pasal 4

Pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang bersih, indah dan sehat diseluruh wilayah Kabupaten.

BAB III

TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH KABUPATEN DAN DESA Bagian Kesatu

Tugas Pasal 5

Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

Pasal 6

Tugas Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri dari :

a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan dan penataan lingkungan yang bersih, indah dan sehat;

b. melakukan penelitian dan pengembangan teknologi pengelolaan dan penataan lingkungan yang bersih, indah dan sehat;

(8)

8 c. memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan terwujudnya lingkungan

yang bersih, indah dan sehat;

d. memfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan dan penataan lingkungan yang bersih, indah dan sehat;

e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah;

f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat setempat dalam mengelolah dan menata lingkungan yang bersih, indah dan sehat; dan

g. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintahan, swasta, sekolah dan masyarakat agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan dan penataan lingkungan yang bersih, indah dan sehat;

Bagian Kedua Wewenang

Pasal 7

(1) Dalam penyelenggaraan pengelolaan dan penataan lingkungan yang bersih, indah dan sehat, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa mempunyai wewenang sebagai berikut :

a. menetapkan kebijakan dan strategi daerah dalam pengelolaan dan penataan lingkungan yang bersih, indah dan sehat, berdasarkan situasi dan kondisi wilayah dengan berpedoman pada kebijakan nasional dan provinsi;

b. menyelenggarakan pengelolaan dan penataan lingkungan yang bersih, indah dan sehat skala kabupaten, kecamatan, kelurahan dan desa sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi dan pusat;

c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain;

d. merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan kebersihan, keindahan, dan kesehatan lingkungan;

(9)

9 e. memberikan motivasi dan penyuluhan, bimbingan serta pengawasan kepada masyarakat agar berpartsipasi secara aktif, baik melalui swadaya maupun gotong royong terkait dengan pelaksanaan pemeliharaan, pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan, dan kesehatan lingkungan;

f. mempersiapkan dan menetapkan lokasi TPS, TPA dan TPST; g. mengambil dan mengangkut sampah dari sumber ke TPS;

h. mengambil dan mengangkut sampah dari TPS ke TPA dan/atau TPST; i. mengelolah sampah di TPA dan TPST;

j. bersama dengan masyarakat menyediakan, memelihara dan menata sarana dan prasarana kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan. k. membentuk tim monitoring dan evaluasi pada semua tingkatan

pemerintahan dalam rangka pelaksanaan gerakan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan; dan

l. menyelenggarakan gerakan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan pada semua tingkatan pemerintahan melalui program Jum’at bersih.

(2) Tim monitoring dan evaluasi kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan pada semua tingkat pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k, dibentuk untuk melaksanakan, menjabarkan dan mendukung tugas pemerintah kabupaten dan desa dalam mewujudkan lingkungan yang bersih, indah dan sehat.

(3) Wewenang Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib didukung oleh masyarakat dan dijabarkan di lingkungan kantor pemerintahan, swasta, sekolah dan tempat ibadat.

(4) pembentukan tim monitoring dan evaluasi kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

(10)

10 BAB IV

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT Bagian Kesatu

Hak Pasal 8 (1) Setiap orang berhak :

a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan dari pemerintah kabupaten dan desa dan/atau pihak lain yang diberi tanggungjawab untuk itu;

b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan dan pengawasan dalam pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan;

c. memperoleh informasi yang benar, akurat dan tepat waktu mengenai penyelenggaraan pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan;

d. mendapatkan perlindungan dan kompensasi sebagai dampak negatif dari kegiatan tempat pemrosesan akhir sampah; dan

e. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan secara baik dan berwawasan lingkungan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih dengan Peraturan Bupati dan Peraturan Desa sesuai dengan kewenangannya dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

(11)

11 Bagian Kedua

Kewajiban Paragraf 1

Kewajiban Pengelolaan dan Penataan Kebersihan, Keindahan dan Kesehatan Lingkungan

Pasal 9

(1) Kewajiban masyarakat adalah mendukung program Pemerintah Kabupaten dan Desa dalam rangka mewujudkan terciptanya lingkungan yang bersih, indah dan sehat secara berkesinambungan yang dilakukan secara menyeluruh.

(2) Menyelenggarakan gerakan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan sekali dalam seminggu pada semua lapisan masyarakat melalui program Jumat bersih.

(3) Menyelenggarakan program bersih, indah dan sehat di lingkungan masing - masing melalui prakarsa, swadaya dan gotong royong masyarakat dengan kegiatan :

a. membersihkan dan memelihara halaman rumah, pekarangan, jalanan, saluran pembuangan air limbah disekitar bangunan dan pekarangan yang dimiliki;

b. menyediakan tempat sampah sebagai pengganti TPS disetiap rumah, kantor, kendaraan dan tempat – tempat usaha;

c. tidak membuang sampah kecuali di tempat yang sudah ditentukan ; d. melakukan penimbunan sampah di sekitar rumah dan pekarangan

masing-masing ;

e. memasukkan ke dalam kantong-kantong plastik, kardus, keranjang/tempat sampah yang mudah diangkut atau dipindahkan oleh petugas kebersihan dengan cara memisahkan jenis sampah organik dan anorganik;

f. menangani sampah rumah masing-masing dengan cara mengurangi (reduce), menggunakan (reuse) dan daur ulang (recycle);

g. mengecat atau mengapur pagar dan memangkas pagar hidup yang tidak teratur;

(12)

12 h. memotong dahan tanaman pekarangan yang mengganggu pemandangan

atau yang dapat membahayakan pengguna jalan;

i. memelihara pot bunga dan tanaman hias lainnya yang berada di sekitar halaman dan pekarangan masing – masing;

j. membuat jamban keluarga dan kolam septik di rumah/pekarangan masing – masing;

k. tidak meletakkan, menggantung dan menjemur sesuatu benda di pagar, di jalan raya, lapangan olahraga serta di lokasi fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya.

l. tidak menyumbat atau merintangi aliran air yang mengalir pada selokan pembuangan air;

m. tidak mencuci kendaraan bermotor dijalanan umum;

n. tidak memasang, menempelkan barang atau membuat coret-coret pada dinding, tembok bangunan, baik bangunan fasilitas umum, fasilitas sosial maupun milik pribadi;

o. tidak memelihara binatang dan satwa yang dapat menimbulkan penyakit dan bau busuk;

p. tidak menggunakan trotoar dan jalanan umum untuk semua kegiatan yang dapat mengganggu arus lalu lintas kecuali dengan izin Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk;

q. tidak menjadikan saluran air, selokan, sungai dan pantai sebagai tempat pembuangan sampah, limbah dan tinja serta tempat permandian ternak dan pembuangan kotoran ternak;

r. tidak mencemari udara sebagai akibat limbah pabrik dan mesin dalam kapasitas yang besar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

s. melakukan kegiatan lain yang terkait dengan kebersihan, kesehatan dan keindahan lingkungan sesuai kondisi masing – masing.

(4) Kewajiban masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaksanakan dan dijabarkan di lingkungan kantor pemerintahan / swasta, sekolah dan tempat ibadah.

(13)

13 Pasal 10

(1) Setiap orang atau badan hukum yang menyelenggarakan suatu kegiatan keramaian yang menggunakan fasiltas umum dan fasilitas sosial, berkewajiban atas kebersihan lingkungan tempat diselenggarakannya kegiatan.

(2) Setiap orang atau badan hukum yang menyelenggarakan suatu kegiatan keramaian tempat masing-masing, berkewajiban atas kebersihan lingkungan tempat diselenggarakannya kegiatan.

Paragraf 2

Kewajiban Pengelolaan Ternak Pasal 11

Pemilik ternak, diwajibkan untuk :

a. menjaga kebersihan dan kesehatan ternak masing–masing sehingga tidak menimbulkan bau dan limbah kotoran yang tidak menyenangkan yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan;

b. melaksanakan pencegahan, pemeriksaan dan pemberantasan penyakit hewan secara periodik dibawah kendali petugas teknis ;

c. membuat kandang ternak jenis unggas terpisah dari rumah tinggal;

d. mengkandangkan ternak jenis unggas dengan populasi lebih dari 100 (seratus) ekor dengan jarak paling kurang 15 (lima belas) meter dari rumah tinggal dan memiliki izin gangguan (HO) serta tidak pada lingkungan pemukiman penduduk;

e. ternak kecil jenis kambing dan babi wajib dikandangkan dengan jarak paling kurang 20 (dua puluh) meter dari rumah tinggal;

f. ternak besar jenis kuda, kerbau dan sapi dengan populasi 1 (satu) sampai 10 (sepuluh) ekor wajib dikandangkan dengan jarak paling kurang 20 (dua puluh) meter dari rumah tinggal; dan

g. ternak besar jenis kuda, kerbau dan sapi dengan populasi lebih dari 10 (sepuluh) ekor wajib digembala pada lokasi penggembalaan masing-masing yang terpisah dari pemukiman padat penduduk.

(14)

14 Pasal 12

(1) Dusun /Lingkungan dengan penduduk majemuk pemeluk agama, ternak babi harus dilokalisir dengan jarak minimal 100 (seratus) meter dari pemukiman penduduk muslim.

(2) Dusun/ Lingkungan dengan penduduk mayoritas beragama Islam, tidak dibenarkan adanya kandang babi.

(3) Dusun/ Lingkungan dengan penduduk mayoritas non muslim, dalam memelihara ternak babi, harus dikandangkan dengan jarak paling kurang 20 (dua puluh) meter dari rumah tinggal dan membuat kolam septik (tempat penampungan kotoran ) serta sumur resapan.

Pasal 13

(1) Pemilik ternak besar dan kecil tidak dibenarkan melepas dan/atau mengembala ternak dipekarangan dan atau lokasi orang lain, perkantoran pemerintah / swasta, sekolah, lapangan olahraga, jalan raya, rumah ibadat dan tempat–tempat umum lainya.

(2) Ternak besar dan kecil yang tidak dikandangkan dan/atau dipelihara, dianggap ternak liar dan tidak bertuan dapat ditangkap oleh masyarakat untuk selanjutnya dilaporkan dan diserahkan kepada petugas pada setiap tingkatan pemerintahan.

(3) Ternak liar dan tidak bertuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diamankan oleh petugas pada setiap tingkatan pemerintahan untuk proses lebih lanjut dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja.

(4) Setelah dilakukan penangkapan dan pengamanan ternak liar dan tidak bertuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), petugas yang menemukan segera menyebarluaskan informasi melalui pengumuman resmi pada kantor kepala desa/kelurahan dan/atau media lainnya di wilayah tempat ditemukannya ternak dimaksud.

(15)

15 (5) Apabila dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3 ) dan ayat (4) pemilik ternak tidak ditemukan, maka petugas yang bersangkutan dapat melakukan tindakan hukum lebih lanjut berupa lelang dan/ atau sejenisnya.

(6) Hasil pelelangan dan/atau sejenisnya sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dititip pada bendahara penerima pemerintahan pada semua tingkatan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.

(7) Selisih dari denda yang diberlakukan dititip pada bendahara penerima pemerintahan pada semua tingkatan, untuk selanjutnya diserahkan kepada pemilik ternak.

(8) Apabila dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (7) pemilik ternak tidak ditemukan, maka uang hasil lelang tersebut menjadi pendapatan asli daerah dan desa.

(9) Apabila dalam proses sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pemilik ternak telah ditemukan, maka oknum yang bersangkutan dikenakan denda sebagaimana diatur dalam Pasal 19 ayat (13).

(10) Ternak besar dan kecil yang tidak dikandangkan dan/atau tidak digembala sehingga merugikan, mengganggu dan/atau merusak milik/hak orang lain dikenakan denda dan membayar ganti rugi uang tunai sesuai dengan jumlah kerugian yang ditimbulkan.

BAB V

KERJASAMA DAN KEMITRAAN Bagian Kesatu

Kerjasama antar Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa Pasal 14

(1) Pemerintah kabupaten dan desa dapat melakukan kerjasama antar daerah dan desa dalam melakukan pengelolaan dan penataan kebersihan, kendahan dan kesehatan lingkungan.

(16)

16 (2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam bentuk kerjasama dan/atau pembuatan usaha bersama pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan.

Bagian Kedua Kemitraan

Pasal 15

(1) Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat bermitra dengan badan usaha pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan.

(2) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk perjanjian antara Pemerintah Daerah dan/atau Pemerintah Desa dengan badan usaha yang bersangkutan.

(3) Tata cara pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati dan Peraturan Desa.

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu

Pembinaan Pasal 16

(1) Bupati wajib melakukan pembinaan atas pelaksanaan peraturan daerah ini. (2) Kewajiban pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dideligasikan kepada pejabat lain yang ditunjuk untuk itu dengan Keputusan Bupati.

(17)

17 Bagian Kedua

Pengawasan Pasal 17

(1) Pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan pada tingkat kecamatan dilakukan oleh tim kabupaten.

(2) Pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan pada tingkat desa dan kelurahan dilakukan oleh tim kecamatan.

(3) Pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan pada tingkat dusun dan lingkungan dilakukan oleh tim pemerintah desa dan kelurahan.

(4) Pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan pada rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) dilakukan oleh tim ditingkat dusun dan lingkungan.

BAB VII

KETENTUAN SANKSI Pasal 18

(1) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (1) dan (2) dikenakan denda paling sedikit Rp. 25.000,00/kepala keluarga (dua puluh lima ribu rupiah per kepala keluarga) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 50.000,00/kepala keluarga (lima puluh ribu rupiah per kepala keluarga) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan.

(18)

18 (2) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (3) terkecuali huruf r dikenakan denda paling sedikit Rp. 25.000,00/kepala keluarga (dua puluh lima ribu rupiah per kepala keluarga) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 50.000,00/kepala keluarga (lima puluh ribu rupiah per kepala keluarga) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan.

(3) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (3) huruf r, dikenakan denda paling sedikit Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) ditingkat pedesaan dan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) ditingkat kelurahan dan ibukota kecamatan.

(4) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 10 ayat (1) dikenakan denda paling sedikit Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan.

(5) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 10 ayat (2) dikenakan denda paling sedikit Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan.

(6) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 11 huruf a, huruf b dan huruf c dikenakan denda paling sedikit Rp. 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan.

(7) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 11 huruf d dikenakan denda paling sedikit Rp. 50.000,00/hari (lima puluh ribu rupiah per hari) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 100.000,00/hari (seratus ribu rupiah per hari) pada ibukota kecamatan dan kabupaten.

(8) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 11 huruf e dikenakan denda paling sedikit Rp. 50.000,00/hari/ekor (lima puluh ribu rupiah per hari per ekor) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 100.000,00/hari/ekor (seratus ribu rupiah per hari per ekor) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan.

(19)

19 (9) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 11 huruf f dikenakan denda paling sedikit Rp. 50.000,00/hari/ekor (lima puluh ribu rupiah per hari per ekor) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 100.000/hari/ekor (seratus ribu rupiah per hari per ekor) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan.

(10) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 11 huruf g dikenakan denda paling sedikit Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan.

(11) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 12 dikenakan denda paling sedikit Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan.

(12) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 13 ayat (1) dikenakan denda paling sedikit Rp. 50.000,00/hari/ekor (lima puluh ribu rupiah per hari per ekor) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 100.000,00/hari/ekor (seratus ribu rupiah per hari per ekor) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan.

(13) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 13 ayat (9) dikenakan denda paling sedikit Rp. 50.000,00/hari/ekor (lima puluh ribu rupiah per hari per ekor) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 100.000,00/hari/ekor (seratus ribu rupiah per hari per ekor) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan, serta membayar ganti rugi senilai kerugian yang ditimbulkan oleh pengrusakan ternak tersebut.

(20)

20 BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 19

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan mengundangkan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara.

Ditetapkan di Masamba

pada tanggal 10 Agustus 2010 BUPATI LUWU UTARA,

ttd

ARIFIN JUNAIDI Diundangkan di Masamba

pada tanggal 10 Agustus 2010

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA, ttd

SYAMSUL BACHRI

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian-pengertian di atas mengarahkan kepada penulis untuk menyimpulkan bahwa yang dimaksud pelatihan dalam hal ini adalah proses pendidikan yang di dalamnya

Metode penjadwalan usulan yang diberikan kepada perusahaan adalah metode penjadwalan dengan menggunakan tabel MRP untuk pemesanan bahan baku dan metode penjadwalan produksi flow

Untuk variabel Kualitas Komunikasi Karyawan (X3), salon Rudy Hadisuwarno sebaiknya terus meningkatkan kualitas komunikasi karyawannya dengan cara bersikap ramah dan mudah

Tidak ada pengaruh waktu yang signifikan pada perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan

(2) Informasi publik pada lingkungan Pemerintahan Daerah yang bersifat terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat diperoleh oleh pemohon informasi dan

(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dimaksudkan agar tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan

Motivasi yang dilakukan oleh orang tua dan diaplikasikan juga oleh orang tua mengenai pengajaran agama Islam dilakukan agar anak melaksanakan hal-hal yang wajib dan baik untuk

Teknologi Pengolahan Biodiesel Dari Minyak Goreng Bekas Dengan Teknik Mikrofiltrasi Dan Transesterifikasi Sebagai Alternatif Bahan Bakar Mesin Diesel.. Balai Riset