• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2008

TENTANG

RETRIBUSI ATAS PERIZINAN DI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU UTARA,

Menimbang : a. bahwa dengan semakin luasnya kewenangan daerah di bidang kesehatan sebagai konsekuensi berlakunya Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah perlu adanya upaya pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan kesehatan ; b. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, maka diperlukan adanya peran serta pihak swasta sebagai penyedia sarana dan pelayanan kesehatan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Atas Perizinan di Bidang Kesehatan.

Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

2. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495 );

(2)

2 3. Undang–Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3656);

4. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotroprika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671);

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang–Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

6. Undang–Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3698);

7. Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

8. Undang–Undang Nomor 13 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Luwu Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3826);

9. Undang–Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

10. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

(3)

3 11. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebgaimana telah diubah dengan Undang–Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang–Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang–Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotek (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2752) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3169);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

(4)

4 17. Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 5 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara Tahun 2006 Nomor 5).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA dan

BUPATI LUWU UTARA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN ATAS DI BIDANG KESEHATAN

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Luwu Utara.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Luwu Utara dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah.

3. Bupati adalah Bupati Luwu Utara.

4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

(5)

5 6. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi massa yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya.

7. Pelayanan Kesehatan adalah bagian integral dari jaringan medik yang diselenggarakan oleh Pemerintah, perorangan atau badan yang meliputi upaya preventif, promotif, penyembuhan (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

8. Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi Balai Pengobatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Rumah Bersalin, Klinik Kecantikan, Klinik Keperawatan Penderita Narkoba, Rumah Sakit Umum, Praktek berkelompok Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, Dokter Gigi Spesialis, Praktek Perorangan Dokter, Apotek, Toko Obat, Laboratorium, instansi penguji alat kesehatan, Bidan, Perawat dan Fisioterapis serta sarana kesehatan lainnya.

9. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan dan memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, antara lain: Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, Apoteker, Bidan, Perawat, Fisioterapis, Nutrisionis, Asisten Apoteker.

10. Tenaga Medis adalah Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, Dokter Gigi Spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh Pemerintah Indonesia.

11. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

(6)

6 13. Surat Penugasan adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Departemen/Dinas Kesehatan kepada Tenaga Medis yang telah mendaftarkan diri (registrasi) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

14. Perizinan adalah izin di bidang kesehatan yang diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan dan termasuk dalam penyelesaian izin, sertifikat dan surat terdaftar.

15. Surat Izin Kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Apoteker, Asisten Apoteker, Perawat, Fisioterapis, Nutrisionis (ahli Gizi) dan Refraksionis Optisien untuk melakukan praktik disarana Pelayanan Kesehatan.

16. Sertifikat adalah sertifikat yang diberikan kepada pemilik sarana Industri Rumah Tangga yang telah mengikuti Pelatihan Pangan Industri Rumah Tangga serta pemilik makanan jajanan, restoran dan rumah makan yang telah memenuhi syarat kesehatan.

17. Surat Terdaftar adalah diberikan kepada pemilik Sarana Pengobatan Tradisional dan Pengobat Tradisional yang telah terdaftar pada Dinas Kesehatan.

18. Surat Izin Praktek selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga medis dan tenaga kesehatan yang menjalankan praktek setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan kewenangan untuk melakukan pelayanan dan perawatan kesehatan sesuai dengan profesinya.

19. Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik.

20. Pelayanan Medik adalah pelayanan dasar dan pelayanan medik spesialis terhadap individu atau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan oleh petugas medis.

21. Perawatan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan antara lain berupa pertolongan persalinan, asuhan keperawatan terhadap individu atau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan. 22. Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum adalah upaya kesehatan

lingkungan dalam pengendalian faktor resiko penyakit pada sarana bangunan umum terdiri dari Hotel, Penginapan, Tempat Rekreasi, Kolam Renang, Salon Kecantikan.

(7)

7 23. Laik Sehat adalah kondisi tempat-tempat umum dan tempat pengolahan

makanan yang telah memenuhi persyaratan kesehatan.

24. Pengobatan Tradisional yang selanjutnya disebut Battra adalah salah satu upaya pengobatan dan atau perawatan cara lain diluar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan yang mencakup cara (metoda), obat dan pengobatannya, yang mengacu pada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan turun-temurun baik yang asli maupun yang berasal dari luar Indonesia dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.

25. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk melakukan pembayaran atau setoran retribusi yang terutang ke kas Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditentukan Bupati.

26. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SKRD, adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang.

27. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau benda.

28. Perhitungan Retribusi Daerah adalah perincian besarnya retribusi yang harus dibayar oleh Wajib Retribusi baik pokok retribusi, bunga, kekurangan pembayaran retribusi, kelebihan pembayaran retribusi, maupun sanksi administrasi

29. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh Wajib Retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke kas Daerah atau ketempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang telah ditentukan.

30. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Utara.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2

(1) Maksud Peraturan Daerah ini adalah terciptanya peraturan dalam pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

(8)

8 (2) Tujuan Peraturan Daerah ini adalah dalam rangka Pembinaan, pengaturan, pengendalian, pengawasan pelayanan kesehatan dan memelihara serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB III

RUANG LINGKUP DAN KETENTUAN PERIZINAN Pasal 3

(1) Setiap orang atau badan yang akan menyelenggarakan pelayanan kesehatan atau kegiatan yang terkait dengan kesehatan diwajibkan memiliki Izin dan Sertifikat dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah retribusi perizinan tertentu terdiri dari:

a. Izin bagi pelayanan medik dasar yaitu: 1. Izin Praktek Dokter;

2. Izin Praktek Dokter Gigi;

3. Izin Penyelenggaraan Praktek Berkelompok Dokter; 4. Izin Penyelenggaraan Praktek Berkelompok Dokter Gigi; 5. Izin Apoteker;

6. Izin Praktek Bidan; 7. Izin Praktek Perawat; 8. Izin Kerja Perawat;

9. Izin Kerja Asisten Apoteker;

10. Izin Penyelenggaraan Balai Pengobatan (Klinik);

11. Izin Penyelenggaraan Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA); 12. Izin Penyelenggaraan Rumah Bersalin;

13. Izin Penyelenggaraan Pelayanan Medik Dasar Lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

(9)

9 b. Izin bagi pelayanan medik spesialis (Rujukan) yaitu:

1. Izin Praktek Dokter Spesialis; 2. Praktek Dokter Gigi Spesialis;

3. Izin Penyelenggaraan Praktek Berkelompok Dokter Spesialis; 4. Izin Penyelenggaraan Klinik Spesialis;

5. Izin Penyelenggaraan Praktek Berkelompok Dokter Gigi Spesialis;

6. Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit Umum/Sarana Kesehatan 7. Izin Penyelenggaraan Klinik Kecantikan;

8. Izin Penyelenggaraan Pelayanan Medik Dasar Lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

c. Perizinan bagi Pelayanan Medik Penunjang yaitu: 1. Izin Apotik;

2. Izin Penyelenggaraan Laboratorium Medis (Laboratorium Klinik);

3. Izin Penyelenggaraan Laboratorium Kesehatan; 4. Izin Penyelenggaraan Laboratorium Gigi; 5. Surat Izin Praktek Fisioterapis;

6. Surat Izin Kerja Nutrisionis (Ahli Gizi); 7. Surat Izin Kerja Refraksionis Optisien (RO); 8. Izin Penyelenggaraan Optikal;

9. Izin Penyelenggaraan Laboratorium Optikal; 10. Izin Toko Obat;

11. Izin penyelenggaraan pelayanan kesehatan penunjang lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

d. Izin bagi Pelayanan Makanan dan Minuman yaitu: 1. Izin Penyehatan Jasa Boga;

2. Sertifikat Penyuluhan Pangan Industri Rumah Tangga; 3. Sertifikat Laik Sehat Restoran dan Rumah Makan; 4. Izin Penyelenggaraan Air Minum Isi Ulang;

(10)

10 5. Sertifikat Laik Sehat Makanan Jajanan.

e. Surat Terdaftar bagi Sarana Pengobatan Tradisional dan Pengobat Tradisional (STPT, SIPT) yaitu:

1. Sinshe; 2. Tabib;

3. Akupunkturis; 4. Battra refleksi; 5. Battra pijat urat; 6. Battra patah tulang; 7. Battra ramuan;

8. Battra tusuk jari (Akupressuris); 9. Battra tenaga dalam

10. Battra pendekatan agama; 11. Battra Tukang Gigi; 12. Battra Gurah; 13. Battra Dukun Bayi; 14. Chiropractie.

f. Sertifikat Laik Sehat Tempat-tempat Umum.

g. Izin Pengelola Pestisida.

(3) Persyaratan dan Tata Cara Pelayanan Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 4

(1) Perizinan sebagimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a angka 3 sampai dengan angka 12, huruf b angka 3 sampai dengan angka 8, dan huruf c berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 (lima) tahun sekali.

(11)

11 (2) Izin Apotek dan Toko Obat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)

huruf c angka 1 dan angka 10 berlaku hanya pada satu tempat usaha.

(3) Izin Praktek Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a angka 1 dan angka 2 serta huruf b angka 1 dan angka 2 berlaku sepanjang :

a. Surat Tanda Registrasi Dokter dan Surat Registrasi Dokter Gigi masih berlaku;

b. tempat praktek masih sesuai dengan yang tercantum dalam Surat Izin Praktek.

(4) Sertifikasi Usaha Makanan dan Minuman industri rumah tangga dan Sertifikasi Laik Sehat Rumah Makan dan Restoran berlaku 2 (dua) tahun selama masih menyelenggarakan usaha, kecuali terjadi perubahan lokasi, pemilik dan penanggung jawab.

(5) Izin pengelolaan pestisida berlaku selama 2 (dua) tahun.

(6) Surat izin/surat terdaftar pengobat dan sarana pengobatan tradisional berlaku selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang setiap 2 (dua) tahun sekali.

(7) Khusus bagi penyelenggaraan rumah sakit apabila dalam penyelenggaraan masih belum memenuhi persyaratan teknis, dapat diberikan izin uji coba yang berlaku selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali yang berlaku 1 (satu) tahun.

(8) Perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) harus diajukan 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku izin yang dimiliki habis.

(9) Syarat dan tata cara perpanjangan izin dimaksud pada ayat (6) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 5 (1) Pemegang izin berkewajiban:

(12)

12 b. mematuhi semua peraturan di bidang kesehatan baik yang

ditetapkan oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah;

c. membuat catatan medik dan membuat laporan kepada Bupati melalui Dinas yang membidangi.

(2) Ketentuan tentang pembuatan catatan dan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 6 Pemegang Izin dilarang:

a. mengalihkan pengelolaan tanggungjawab kegiatan/pelayanan kepada pihak lain yang tidak sesuai dengan Surat Izin.

b. mengubah jenis kapasitas atau pelayanan sehingga menyimpang dari Surat Izin.

Pasal 7

Untuk pengalihan izin atau perubahan jenis Pelayan Kesehatan Wajib dilakukan perizinan baru dan diproses sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB IV

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 8

(1) Setiap pemberian izin dipungut retribusi dengan nama Retribusi Perizinan Tertentu di Bidang Kesehatan.

(2) Objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tiap-tiap Surat Izin, Sertifikasi dan Surat Terdaftar.

Pasal 9

(1) Dikecualikan dari obyek retribusi adalah penyelenggaraan pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

(13)

13 (2) Penyelenggaraan pelayanan/kegiatan yang dilakukan BUMD atau BUMN tidak termasuk yang dikecualikan dari subyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 10

Subyek retribusi dan wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Izin, Sertifikat dan Surat Terdaftar.

BAB V

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 11

Retribusi Izin Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan termasuk golongan retribusi perizinan tertentu.

BAB VI

DASAR PENGENAAN TARIF RETRIBUSI Pasal 12

Dasar pengenaan retribusi adalah setiap pemberian Surat Izin, Sertifikasi dan Surat Terdaftar.

BAB VII

PRINSIP DALAM PENETAPAN

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 13

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi izin penyelenggaraan pelayanan kesehatan didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya pemberian izin / sertifikasi / penyelenggaraan pelayanan kesehatan meliputi biaya prestasi, biaya operasional dan biaya pemeliharaan.

(14)

14 Pasal 14

Tarif retribusi perizinan ditetapkan sebagai berikut :

NAMA

PERIZINAN JENIS IZIN

TARIF

(Rp) KETERANGAN

2 3 4 6

Perizinan Pelayanan Medik Dasar

Perizinan bagi pelayanan medik spesialis

1. Izin Praktek Dokter/ Dokter gigi

2. Izin Apoteker 3. Izin Praktek Bidan 4. Izin Praktek Perawat; 5. Izin Kerja Asisten

Apoteker

6. Izin Penyelenggaraan Balai Pengobatan (Klinik);

7. Izin Penyelenggaraan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) 8. Penyelenggaraan Rumah Bersalin

1. Izin Praktek Dokter / Gigi Spesialis; 2. Izin Penyelenggaraan Praktek Berkelompok Dokter Spesialis; 3. Izin Penyelenggaraan Klinik Spesialis; 4. Izin Penyelenggaraan

Rumah Sakit Umum/ Sarana Kesehatan 5. Izin Penyelenggaraan Klinik Kecantikan 300.000 400.000 150.000 150.000 100.000 200.000 200.000 200.000 500.000 1.000.000 500.000 2.000.000 500.000 - SIK

SIK dan SIP SIK dan SIP

(15)

15 Perizinan bagi Pelayanan

Medik Penunjang

Perizinan bagi Pelayanan Makanan dan Minuman

Surat Izin/Surat Terdaftar Pengobat dan Sarana Pengobatan Tradisional

1. Izin Apotik 2. Izin Penyelenggaraan Laboratorium Medis (Laboratorium Klinik); 3. Izin Penyelenggaraan Laboratorium Kesehatan; 4. Izin Penyelenggaraan Laboratorium Gigi; 5. Izin Penyelenggaraan Optikal; 6. Izin Penyelenggaraan Laboratorium Optikal 7. Izin Toko Obat

8. Surat Izin Praktek Fisioterapis

9. Surat Izin Kerja Nutrisionis (Ahli Gizi)

10. Surat Izin Kerja Refraksionis Optisien (RO)

1. Jasa Boga

2. Izin Penyelenggaran Air Minum Isi Ulang (Industri Rumah Tangga)

Surat Izin/Terdaftar Pengobat & Pengobatan Tradisional 500.000 500.000 500.000 100.000 500.000 100.000 250.000 100.000 100.000 100.000 50.000 50.000 10.000 SIA

(16)

16 Sertifikasi Laik Sehat

Tempat-tempat Umum Perizinan Pengelola Pestisida 1. Sertifikat Penyuluhan Pangan Industri Rumah Tangga. 2. Sertifikat Laik Sehat

Rumah Makan. 3. Sertifikat Laik Sehat

Restoran.

4. Sertifikat Laik Sehat Makanan Jajanan 5. Sertifikat Laik Sehat

Sarana dan Bangunan Umum (tempat-tempat umum) seperti Hotel, Penginapan, Tempat Rekreasi, Kolam Renang, Salon Kecantikan

Izin sarana pelayanan kesehatan, pengelola pestisida 10.000 10.000 200.000 10.000 50.000 250.000 STPT, SIPT SPP IRT BAB VIII

WILAYAH DAN TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 15

(1) Retribusi dipungut di Wilayah Daerah.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(17)

17 (3) Hasil pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor

langsung ke Kas Daerah paling lama 1 x 24 jam.

Pasal 16 Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

BAB IX

SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 17

Retribusi terutang dalam masa retribusi terjadi pada saat ditetapkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB X

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 18

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktu atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah.

BAB XI

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 19

(18)

18 (2) Retribusi yang terutang dilunasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak

diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XII

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 20

(1) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi, dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis disampaikan, Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

(3) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis disampaikan, Wajib Retribusi belum membayar retribusi terutang, maka izin tidak dapat diterbitkan.

(4) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB XIII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 21

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.

(19)

19 (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi diatur

dengan Peraturan Bupati.

BAB XIV KADALUWARSA

Pasal 22

(1) Penagihan retribusi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila:

a. diterbitkan Surat Teguran dan atau Surat Paksa;

b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XV P E N Y I D I K A N

Pasal 23

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi sebagaimana dimaksud dalam Undang – undang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau

laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

(20)

20 b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana retribusi;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa, sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa

sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang dianggap perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang – Undang Hukum Acara Pidana.

(21)

21 BAB XVI

SANKSI ADMINISTRASI DAN KETENTUAN PIDANA Pasal 24

(1) Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 dikenakan sanksi administrasi, berupa teguran tertulis sampai pada pencabutan izin.

(2) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang.

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pelanggaran.

BAB XVII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 25

(1) Semua izin, sertifikat, surat terdaftar yang telah dimiliki sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai masa berlakunya telah berakhir.

(2) Semua sarana kesehatan, orang atau badan yang telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebelum ditetapkan Peraturan Daerah ini diberi waktu paling lama 6 (enam) bulan untuk menyesuaikan dan melengkapi izin, sertifikat dan surat terdaftar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

(22)

22 BAB XVIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 26

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara.

Ditetapkan di Masamba

pada tanggal 2008

BUPATI LUWU UTARA,

H.M. LUTHFI A. MUTTY Diundangkan di Masamba

pada tanggal 2008

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA,

H.A. CHAERUL PANGERANG

LEMBARAN DAERAH

KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2008 NOMOR 1

(23)

23 PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2008

TENTANG

RETRIBUSI ATAS PERIZINAN BIDANG KESEHATAN

I. UMUM

Pembangunan kesehatan sebagai bagian internal dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan secara optimal. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat demham menanamkan kebiasaan hidup sehat.

Tenaga kesehatan yang bertugas sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan diberi wewenang sesuai dengan kompetensi pendidikan yang diperolahnya. Kompetensi dan kewenagan tersebut menunjukkan kemampuan profesional yang baku dan merupakan standar profesi untuk tenaga kesehatan tersebut. Tenaga kesehatan sebagai pendukung upaya kesehatan dalam menjalankan tugasnya harus dibina dan diawasi.

Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatanh maka perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perizinan di Bidang Kesehatan. Perizinan di Bidang Kesehatan ini mencakup semua sarana pelayanan kesehatan atau kegiatan yang terkait dengan kesehatan baik orang pribadi maupun badan hukum. Tujuan perizinan ini dalam rangka pembinaan, pengaturan, pengendalian, pengawasan pelayanan kesehatan guna melihat dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

II. PASAL DEMI PASAL

(24)

24 Pasal 2 : Cukup Jelas

Pasal 3 :

Ayat (1) : Cukup Jelas

Ayat (2) :

Huruf a : yang dimaksud dengan “Izin bagi Pelayanan Medik Dasar” adalah izin yang diberikan kepada Tenaga Kesehatan untuk memberikan pelayan medik terhadap individu atau keluarga dalam masyarakat. Angka 1 : Yang dimaksud dengan “Izin

Prakter Dokter” adalah izin yang diberikan untuk penyelenggaraan pelayanan medik oleh seorang Dokter Umum dan Dokter Spesialis dengan atau tanpa menggunakan pelayanan medik penunjang.

Angka 2 : Yang dimaksud dengan “Izin Prakter Dokter Gigi” adalah izin yang diberikan untuk penyelenggaraan pelayanan medik oleh seorang Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis dengan atau tanpa menggunakan pelayanan medik penunjang.

Angka 3 : Yang dimaksud dengan “Izin Penyelanggaraan Praktek Berkelompok Dokter” adalah izin yang diberikan untuk penyelenggaraan pelayanan medik secara bersama oleh Dokter Umum dan Dokter Spesialis dengan atau tanpa menggunakan pelayanan medik penunjang.

Angka 4 : Yang dimaksud dengan “Izin Penyelenggaraan Praktek

(25)

25 Berkelompok Dokter Gigi” adalah izin yang diberikan untuk penyelenggaraan pelayanan medik secara bersama oleh Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis dengan atau tanpa menggunakan pelayanan medik penunjang. Angka 5 : Yang dimaksud dengan “Izin

Apoteker” adalah izin yang diberikan kepada Apoteker untuk melakukan kegiatan kefarmasian. “Apoteker” adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker berdasarkan peraturan perundang-undanga yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.

Angka 6 : Yang dimaksud dengan “Izin Praktek Bidan” adalah izin yang diberikan kepada Bidan untuk menjalankan praktek perorangan.

Angka 7 : Yang dimaksud dengan “Izin Praktek Perawat” adalah izin yang diberikan kepada perawat untuk menjalankan praktek perorangan atau berkelompok.

Angka 8 : Yang dimaksud dengan “Izin Kerja Perawat” adalah izin yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktek di sarana Pelayanan Kesehatan.

(26)

26 Angka 9 : Yang dimaksud dengan “Izin Kerja Asisten Apoteker” adalah izin yang diberikan kepada Asisten Apoteker untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian di sarana Kefarmasian.

Angka 10 : Yang dimaksud dengan “Izin Penyelenggaraan Balai Pengobatan (Klinik)” adalah izin penyelenggaraan tempat untuk memberikan pelayanan medik dasar secara rawat jalan, baik pelayanan kesehatan umum maupun kesehatan gigi.

Angka 11 : Yang dimaksud dengan “Izin Penyelenggaraan Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA)” adalah izin penyelenggaraan tempat untuk memberikan pelayanan medik dasar kepada wanita hamil, bayi dan anak prasekolah, dan pelayanan keluarga berencana.

Angka 12 : Yang dimaksud dengan “Izin Penyelenggaraan Rumah Bersalin” adalah izin penyelengaraan tempat yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik termasuk pelayanan keluarga berencana serta perawatan bayi baru lahir. Angka 13 : Cukup Jelas

Huruf b : Yang dimaksud dengan “Izin bagi Pelayanan Medik Spesialis (Rujukan)”

(27)

27 adalah izin yang diberikan kepada Dokter Spesialis atau Kelompok Dokter Spesialis untuk memberikan pelayan medik terhadap individu atau keluarga dalam masyarakat.

Angka 1 : Yang dimaksud dengan “Izin Prakter Dokter Spesialis” adalah izin yang diberikan untuk penyelenggaraan pelayanan medik oleh seorang Dokter Spesialis dengan atau

tanpa menggunakan

pelayanan medik penunjang. Angka 2 : Yang dimaksud dengan “Izin

Prakter Dokter Gigi Spesialis” adalah izin yang diberikan untuk penyelenggaraan pelayanan medik oleh seorang Dokter Gigi Spesialis dengan atau tanpa menggunakan pelayanan medik penunjang. Angka 3 : Yang dimaksud dengan “Izin

Penyelenggaraan Praktek Berkelompok Dokter Spesialis” adalah izin yang

diberikan untuk

penyelenggaraan pelayanan medik secara bersama oleh Dokter Spesialis dengan atau

tanpa menggunakan

pelayanan medik penunjang. Angka 4 : Yang dimaksud dengan “Izin

Penyelenggaraan Klinik Spesialis” adalah izin penyelenggaraan medik khusus atau spesialis disatu bidang pelayanan oleh tenaga medis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik.

(28)

28 Angka 5 : Yang dimaksud dengan “Izin Penyelenggaraan Praktek Berkelompok Dokter Gigi Spesialis” adalah izin yang

diberikan untuk

penyelenggaraan pelayanan medik secara bersama oleh Dokter Gigi Spesialis dengan atau tanpa menggunakan pelayanan medik penunjang. Angka 6 : Yang dimaksud dengan “Izin

Penyelenggaraan Rumah Sakit Umum/Sarana Kesehatan” adalah izin penyelenggaraan tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan spesialistik tertentu, pelayanan medik penunjang, pelayanan instalasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat inap.

Angka 7 : Yang dimaksud dengan “Penyelenggaraan Klinik Kecantikan” adalah izin penyelenggaraan pelayanan terhadap individu berupa penambahan, pengurangan, dan merubah kulit, wajah atau bagian tubuh lainnya yang dilaksanakan oleh tenaga medis.

Angka 8 : Cukup Jelas.

Huruf c : Yang dimaksud dengan “Izin bagi Pelayanan Medik Penunjang” adalah izin yang diberikan pada Laboratorium Medis, Laboratorium Kesehatan, Apotek, Toko Obat, dan Laboratorium Gigi yang melakukan upaya kesehatan.

(29)

29 Angka 1 : Yang dimaksud dengan “Izin Apotek” adalah izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan Pemilik Sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat. Apotek adalah sarana pelayanan kesehatan yang berfungsi sebagai pelayanan kesehatan penunjang dalam melakukan pekerjaan kefarmasian yang meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan,

perubahan bentuk,

pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan dasar.

Angka 2 : Yang dimaksud dengan “Izin Penyelenggaraan

Laboratorium Medis (Laboratorium Klinik)” adalah izin yang diberikan kepada laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, mikrobiologi klinik, imunologi klinik, dan atau dibidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan terutama untuk

penunjang upaya

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Angka 3 : Yang dimaksud dengan “Izin Penyelenggaraan

Laboratorium Kesehatan” adalah izin penyelenggaraan sarana kesehatan yang

(30)

30 melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia, atau bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan atau masyarakat.

Angka 4 : Yang dimaksud dengan “Izin Penyelenggaraan

Laboratorium Gigi” adalah izin penyelenggaraan tempat usaha untuk melakukan pengolahan, pencampuran dan perubahan bentuk bahan kimia dalam rangka pembuatan gigi palsu.

Angka 5 : Yang dimaksud dengan “Surat Izin Praktek Fisioterapis” adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Fisioterapis untuk melakukan praktek di sarana Pelayanan Kesehatan. Angka 6 : Yang dimaksud dengan “Surat

Izin Kerja Nutrisionis (Ahli Gizi)” adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Nutrisionis (Ahli Gizi) untuk melakukan praktek di sarana Pelayanan Kesehatan.

Angka 7 : Yang dimaksud dengan “Surat Izin Kerja Refraksionis Optisien (RO)” adalah bukti tertulis pemberian

kewenangan untuk

(31)

31 Optisien di seluruh wilayah Indonesia.

Angka 8 : Yang dimaksud dengan “Izin Penyelenggaraan Optikal” adalah izin penyelenggaraan sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan mata dasar, pemeriksaan refraksi serta pelayanan kacamata koreksi dan/atau lensa kontak.

Angka 9 : Yang dimaksud dengan “Izin Penyelenggaraan

Laboratorium Optikal” adalah izin penyelenggaraan tempat yang khusus melakukan pembuatan lensa koreksi dan/atau pemasangan lensa pada bingkai kaca mata sesuai dengan ukuran yang ditentukan dalam resep.

Angka 10 : Yang dimaksud dengan “Izin Toko Obat” adalah izin yang diberikan kepada orang atau Badan Hukum Indonesia yang untuk menyimpan obat-obatan bebas dan obat-obat-obatan bebas terbatas (daftar W/logo lingkaran biru) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat izin. Angka 11 : Cukup Jelas.

Huruf d :

Angka 1 : Yang dimaksud dengan “Izin Penyehatan Jasa Boga” adalah Izin Penyehatan yang diberikan perusahaan atau

(32)

32 perorangan yang melakukan kegiatan pengolahan makanan yang disajikan diluar tempat usaha atas dasar pesanan. Angka 2 : Yang dimaksud dengan

“Sertifikasi Penyuluhan Pangan Industri Rumah Tangga” adalah setiap perusahaan wajib memiliki SPP IRT atau nomor PIRT setiap makanan atau minuman yang diproduksi.

Angka 3 : Yang dimaksud dengan “Sertifikasi Laik Sehat Restoran dan Rumah Makan” adalah memiliki izin usaha atau sertifikat pelatihan hygiene sanitasi restoran dan

rumah makan yang

dikeluarkan oleh Dinas yang membidangi Kesehatan.

Angka 4 : Yang dimaksud dengan “Izin Penyelenggaraan Air Minum Isi Ulang” adalah izin untuk mengelola air baku / air bersih menjadi air minum dengan melalui proses yang sesuai dengan standar kesehatan. Angka 5 : Yang dimaksud dengan

“Sertifikasi Laik Sehat Makanan Jajanan” adalah memiliki izin usaha atau sertifikat pelatihan hygiene sanitasi makanan jajanan yang dikeluarkan oleh Dinas yang membidangi Kesehatan.

Huruf e : Yang dimaksud dengan “Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (SPPT)” adalah bukti tertulis yang diberikan kepada pengobat

(33)

33 tradisional yang telah melaksanakan pendaftaran. “Surat Izin Pengobat Tradisional (SIPT)” adalah bukti tertulis yang diberikan kepada pengobat tradisional yang metodenya telah dikaji, diteliti dan diuji terbukti aman dan bermanfaat bagi kesehatan.

Angka 1 : Yang dimaksud dengan “Shinse” adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan menggunakan ramuan obat-obatan tradisional barasal dari Cina.

Angka 2 : Yamg dimaksud dengan “Tabib” adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan ramuan obat-obatan tradisional yang berasal dari bahan alamiah yang biasanya dilakukan orang India atau Pakistan.

Angka 3 : Yamg dimaksud dengan “Akupunkturis” adalah seseorang yang melakukan

pengobatan dengan

perangsangan pada titik-titik akupunktur dengan cara menusukkan jarum dan atau elektro akupunktur.

Angka 4 : Yang dimaksud dengan “Battra Refleksi” adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan mnganut zona refleksi, teori analgesik dan teori Yin dan Yang dengan menggunakan jari, ibu jari, pangkal telapak tangan, siku atau benda tumpul.

(34)

34 Angka 5 : Yang dimaksud dengan “Battra Pijat Urat” adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan tekanan pada tempat-tempat tertentu, dengan falsafah bahwa melakukan pemijatan berarti aliran darah dapat dilancarkan.

Angka 6 : Yang dimaksud dengan “Battra Patah Tulang” adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan patah tulang dengan cara tradisional. Angka 7 : Yang dimaksud dengan “Battra Ramuan” adalah seseorang yang melakukan

pengobatan dengan

menggunakan ramuan obat dari tumbuhan, hewan, mineral dan lain-lain.

Angka 8 : Yang dimaksud dengan “Battra Tusuk Jari (Akupressuris)” adalah sesorang yang melakukan pengobatan dengan pemijatan pada titik-titik akupunktur dengan menggunakan ujung jari dan atau alat bantu lainnya kecuali jarum.

Angka 9 : Yang dimaksud dengan “Tenaga Dalam (Prana)“ adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan kekuatan tenaga dalam (energi) pada orang tersebut.

(35)

35 Angka 10 : Yang dimaksud dengan ”Battra Pendekatan Agama” adalah seseorang yang memberikan pelayanan

pengobatan dengan

menggunakan pendekatan agama atau spiritual.

Angka 11 : Yang dimaksud dengan “Battra Tukang Gigi” adalah seseorang yang memberi pelayanan pembuatan gigi palsu termasuk yang memberi perawatan gigi.

Angka 12 : Yang dimaksud dengan “Battra Gurah” adalah Battra Gurah adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan cara memberikan ramuan tetes hidung yang berasal dari larutan kulit akar pohon sengguguh dengan tujuan mengobati gangguan saluran pernafasan atas.

Angka 13 : Yang dimaksud dengan “Battra Dukun Bayi” adalah seseorang yang memberikan pertolongan persalinan ibu sekaligus memberi perawatan kepada bayi dan ibu sesudah melahirkan selama 40 hari. Angka 14 : Yang dimaksud dengan

Chiropractie adalah seseorang yang melakukan pengobatan kiropraksi (chiropractie) dengan cara teknik khusus untuk gangguan otot dan persendian.

(36)

36 Huruf f : Yang dimaksud dengan “Laik Sehat Tempat–tempat Umum” adalah kondisi tempat–tempat umum yamg telah memenuhi persyaratan kesehatan.

Huruf g : Yang dimaksud dengan “Izin Pengelola Pestisida” adalah izin untuk melakukan kegiatan yang meliputi pembuatan pengangkutan, penyimpanan, peragaan, penggunaan dan pembuangan/ pemusnahan pestisida.

Ayat (3) : Cukup jelas

Pasal 4 :

Ayat (1) : Cukup jelas

Ayat (2) : Yang dimaksud dengan “berlakunya hanya pada satu tempat usaha” adalah izin apotek dan toko obat yang diberikan hanya berlaku pada alamat yang tertera pada permohonan, jika apotek atau toko obata berpindah alamat maka harus mengurus izin baru. Ayat (3) : Cukup jelas

Ayat (4) : Cukup jelas Ayat (5) : Cukup jelas Ayat (6) : Cukup jelas Ayat (7) : Cukup jelas Ayat (8) : Cukup jelas Ayat (9) : Cukup jelas

Pasal 5 : Cukup jelas

Pasal 6 : Cukup jelas

Pasal 7 : Cukup jelas

Pasal 8 : Cukup jelas

(37)

37 Pasal 10 : Cukup jelas

Pasal 12 : Cukup jelas

Pasal 13 : Cukup jelas

Pasal 14 : Cukup jelas

Pasal 15 : Cukup jelas

Pasal 16 : Cukup jelas

Pasal 17 : Cukup jelas

Pasal 18 : Cukup jelas

Pasal 19 : Cukup jelas

Pasal 20 : Cukup jelas

Pasal 21 : Cukup jelas

Pasal 22 : Cukup jelas

Pasal 23 : Cukup jelas

Pasal 24 : Cukup jelas

Pasal 25 : Cukup jelas

Pasal 26 : Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 172

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah penonton bisa juga dipengaruhi dari jumlah penduduk yang ada di daerah tempat klub sepak bola tersebut berada, khususnya dalam sepak bola Indonesia yang

Akbar (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Pada Agrowisata Rumah Sutera Alam Bogor, menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode

Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian lapangan tentang ‚Analisis Siyasa>h Idariya>h Terhadap Kasus Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) Ganda di Desa

Kategorisasi versi al-Manawy di atas ditolak dan tidak diakui oleh Syaikh Shiddiq al-Ghumary, beliau mengatakan bahwa klasifikasi dan kriteria yang diberikan

KUESI>NER SUR(EI PEN%ALAMAN BELAJAR LAPAN%AN PBL" MAHASIS2A &AKULTAS KESEHATAN MAS5ARAKAT. UNI(ERSITAS SRI2IJA5A

Bentuk sediaan obat herbal bermacam-macam, sama halnya seperti obat-obatan sintetis.Adapun sediaan cair atau bisa juga disebut dengan sediaan galenika

Sebagai rumusan, didapati bahawa sungai di kawasan kajian ini telah tercemar dan jika kita melihat bacaan TDS meter iaitu 130 ppm yang meletakkan sungai di kawasan kajian

Model bisnis ini fokus pada produk minuman jus segar yang sehat dan merupakan olahan dari buah Terong Belanda yang dikombinasikan dengan beberapa buah-buahan lainnya yang sangat baik