• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE 5E

TERHADAP

HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

Ketut Wirani Dewi

1

, Dewa Nyoman Sudana

2

, Wayan Rati

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {wiranidewi9@gmail.com

1

, dewasudana65@gmail.com

2

,

niwayan_rati@yahoo.com

3

}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan media gambar dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional di kelas V SD Gugus IV Kecamatan Seririt Tahun Pelajaran 2015/2016. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 31 orang. Dengan kelas kontrol sebanyak 16 orang dan kelas eksperimen sebanyak 15 orang. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain post test only control group design. Data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan metode tes dengan instrumen tes hasil belajar IPA. Data hasil belajar IPA yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan Uji-t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan media gambar dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, yang ditunjukkan oleh thitung = 7,57 > ttabel = 2,045. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan media gambar berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Seririt Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci: IPA, model learning cycle 5E, media gambar, hasil belajar

Abstract

This research aimed to determine the differences between students which learn by learning cycle 5E model using picture media toward IPA learning result and students which learn using conventional model at Gugus IV Sub District Seririt in fifth grade of elementary school in academic year 2015/2016. The sample of this research is 31 students. 16 students as the Control group and 15 students as the eksperimental group. This research belongs to quasi experimental post-test only control group design. The result of the data collection obtained by using instrumental test of IPA lerning result. The result of this study will be analyized by using statistic descriptif analysis technique and by doing T-test. The result of this study will show that : there is a difference of IPA learning result between the students who are studied by learning cycle 5E model using picture media and the students who are studied by conventional learning model (tAcount = 7,57 > ttable = 2,045). From the reseach

result, can be concluded that learning cycle 5E model using picture media has an effect toward IPA learning result at Gugus IV sub District Seririt in fifth grade of elementary School in academic year 2015/2016.

(2)

2 PENDAHULUAN

Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pemberdayaan peserta didik, membangun sumber daya manusia yang berkualitas, serta mengembangkan kreativitas peserta didik. Pendidikan

merupakan usaha secara

berkesinambungan yang bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan, perioritas secara baik oleh pemerintah, masyarakat, serta orang tua..

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, maka dilakukanlah kegiatan pembelajaran di sekolah. Kegiatan pembelajaran dimulai dari dalam kelas yang di dalamnya terdapat kerjasama antara guru dan siswa. Namun, kegiatan pembelajaran ini tidak hanya dapat dilakukan di dalam kelas saja, proses pembelajaran juga dapat dilakukan di luar kelas, yaitu pada ruang perpustakaan maupun ruang laboratorium. Pembelajaran merupakan suatu proses yang membuat orang belajar. Pada setiap proses pembelajaran tersebut, peranan guru selaku pendidik bertugas membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan mudah. Di samping itu, siswa selaku peserta didik berusaha untuk mencari informasi, memecahkan masalah, dan mengemukakan pendapatnya. Inti dari proses pendidikan adalah proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Dengan demikian, perbaikan mutu pendidikan harus dimulai dengan menata dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

Dewasa ini dalam proses pembelajaran, sebagian guru di Indonesia masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Guru berceramah dan siswa mendengarkan. Dampak dari penggunaan model pembelajaran konvensional ini antara lain; 1) Banyak siswa yang merasa dan menganggap belajar adalah hal yang membosankan, sehingga siswa terkadang tidak fokus dan membuat keributan pada waktu guru menerangkan materi pelajaran. 2) Siswa bersikap pasif, hanya mengikuti instruksi dari guru saja tanpa ada timbal balik

dari siswa itu sendiri. 3) Hampir tidak ada siswa yang berinisiatif untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 4) Guru hanya menyuruh siswa mengerjakan soal-soal atau latihan tanpa membimbing siswa dalam memecahkan masalah yang muncul. 5) Siswa sulit memahami materi yang sedang dipelajari terutama pada mata pelajaran yang terdiri dari banyak teori contohnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang menuntut keaktifan siswa. Pembelajaran IPA, terutama ditingkat sekolah dasar sebaiknya mengacu pada tingkat perkembangan anak. Menurut Piaget (dalam Sudana & Astawan, 2013: 21) “anak pada masa sekolah dasar termasuk dalam tahap pra operasional konkret”. Pada tahap ini, anak masih sangat membutuhkan benda-benda untuk menolong kemampuan intelektualnya. Karena belajar akan menjadi efektif apabila kegiatan belajar sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual pebelajar. Hal ini disebabkan oleh perkembangan intelektual anak dan emosinya masih dipengaruhi langsung oleh keterlibatan secara fisik dan mental dengan lingkungannya. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di pendidikan dasar hendaknya mengupayakan pembelajaran melalui aktivitas konkret, dengan menghadirkan fenomena alam dalam setiap pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah dan guru-guru di SD Gugus IV Kecamatan Seririt pada tanggal 10 Desember 2015, permasalahan yang dijumpai pada SD yang berada di gugus IV ini hampir sama. Salah satu contohnya adalah ketika dilakukan wawancara dan observasi di salah satu SD di gugus IV yakni di SD Negeri 1 Ringdikit berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan narasumbernya adalah Kepala Sekolah SD Negeri 1 Ringdikit yang bernama Ni Putu Ariani, S.Pd., beliau menerangkan bahwa ketika proses belajar mengajar berlangsung kebanyakan siswa bersikap pasif dan terkadang lebih memilih untuk bermain dalam mengikuti pelajaran yang diberikan. Siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran IPA karena siswa

(3)

3 menganggap bahwa IPA adalah pelajaran yang membosankan karena terlalu banyak teori, alasan lainnya adalah guru lebih banyak menggunakan metode pembelajaran teacher centered

(pembelajaran yang berpusat pada guru) serta tidak menggunakan media yang memadai.

Selain itu, siswa tidak mampu untuk menjawab soal-soal dengan tingkatan pemahaman, penerapan, sintesis, analisis dan evaluasi. Hal ini didukung dengan hasil observasi yang dilakukan di dalam kelas di

beberapa SD gugus IV Kecamatan Seririt, diantaranya SD Negeri 1 Ringdikit, SD Negeri 2 Ringdikit, SD Negeri 4 Ringdikit dan SD Rangdu. Hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan pada saat guru memberikan pertanyaan mengenai pemahaman, penerapan, sintesis, analisis dan evaluasi siswa tidak mengerti dan tidak mampu menjawabnya. Adapun rincian KKM dan persentase capaian nilai ulangan umum IPA siswa dapat dilihat pada Tabel 01 berikut ini.

Tabel 01 Persentase Capaian KKM UAS IPA Siswa Kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Seririt

No

Sekolah

KKM

Persentase capaian KKM

1

SD Negeri 1 Ringdikit

65

18,7%

2

SD Negeri 2 Ringdikit

65

15,8%

3

SD Negeri 3 Ringdikit

65

33,3%

4

SD Negeri 4 Ringdikit

60

35,7%

5

SD Negeri 5 Ringdikit

68

33,3%

6

SD Negeri Rangdu

60

37,5%

(Sumber: Arsip SD di Gugus VI Kubutambahan) Berdasarkan Tabel 01 persentase

capaian KKM UAS IPA Semester I di Gugus IV Kecamatan Seririt tahun pelajaran 2015/2016 tergolong rendah yakni sekitar 29,05%. Rendahnya hasil belajar IPA disebabkan oleh beberapa hal yaitu (1) siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran klasikal, dalam proses pembelajaran di kelas, (2) siswa yang pintar tidak mau mengajari teman yang kurang mampu memahami, (3) guru masih dominan menggunakan metode ceramah karena metode ceramah dianggap paling praktis dan mudah diterapkan, namun siswa menjadi pasif, dan cepat mengantuk dalam mengikuti pembelajaran karena proses pembelajaran didominasi oleh guru, (4) siswa kurang aktif dan kreatif dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, karena belum mengerti dan memahami materi dan tugas yang diberikan guru, (5) penggunaan metode kerja kelompok jarang digunakan, dan apabila digunakan juga kurang efektif, hal ini dikarenakan tidak semua siswa mau bekerjasama dalam kelompok, yang bekerja hanya siswa yang pintar saja, (6) kurangnya menggunakan

media pembelajaran yang menarik bagi siswa, sehingga siswa merasa kesulitan memahami materi pelajaran yang disampaikan guru, (7) kemampuan siswa yang tidak sama di dalam kelas, (8) proses pembelajaran masih didominasi oleh guru, siswa pasif dan hanya sebagai pendengar saja, (9) dalam pembentukan kelompok sering terjadi perselisihan, karena siswa cenderung memilih teman yang akan diajak berkelompok.

Masalah yang muncul di SD Gugus IV Kecamatan Seririt, tidak terlepas dari peran guru di dalam proses belajar mengajar. Guru mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pembelajaran, jika guru tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan tepat dan benar, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara optimal. Dalam proses belajar mengajar guru seharusnya mengerti bagaimana memberikan dorongan dan semangat bagi siswa agar tertarik untuk mempelajari IPA. Oleh karena itu, dalam menyampaikan materi ajar seharusnya guru menggunakan model maupun metode yang bervariasi dan

(4)

4 menarik sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, adalah dengan menerapkan model pembelajaran inovatif. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model learning cycle 5E Model pembelajaran ini, diharapkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di Gugus IV Kecamatan Seririt.

Learning Cycle 5E merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan berperan aktif dalam pembelajaran. Adapun fase yang dimaksud adalah 1) Engagment (minat/mengajak), 2) Exploration (eksplorasi), 3) Explanation (menjelaskan), 4) Elaboration (memperluas), dan 5) Evaluation (evaluasi).

Untuk lebih menunjang penerapan model pembelajaran learning cycle 5E media gambar dipilih sebagai sarana penyampai materi saat proses pembelajaran berlangsung. Media gambar yang dimaksud adalah media yang berupa gambar atau foto yang digunakan untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. Di dalam suatu kelas tentu terdapat banyak siswa dengan berbagai karakteristik yang berbeda-beda.

Berdasarkan uraian diatas, maka akan dilaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle (LC) 5E Berbantuan Media Gambar terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Seririt Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle (LC) 5E berbantuan media gambar dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar di Gugus IV Kecamatan Seririt tahun pelajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gugus IV Kecamatan Seririt pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu karena tidak semua variabel yang muncul dapat dikontrol secara ketat. Rancangan penelitian adalah Post

Test Only Control Group Design. “Populasi

merupakan keseluruhan objek dalam suatu penelitian” (Agung, 2014:69). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatan Seririt tahun pelajaran 2015/2016. Banyak siswa seluruhnya adalah 94 orang yang tersebar dalam 6 SD. Adapun yang dimaksud SD Gugus IV Kecamatan Seririt adalah SD Negeri 1 Ringdikit, SD Negeri 2 Ringdikit, SD Negeri 3 Ringdikit, SD Negeri 4 Ringdikit, SD Negeri 5 Ringdikit, , dan SD Negeri Rangdu. Sebelum menentukan sampel penelitian maka dilakukan analisis dengan menggunakan rumus ANAVA satu jalur. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan ANAVA satu jalur, pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,95 dan nilai Ftabel pada dbantar = 5 dan dbdalam = 85 adalah 2,32. Fhitung lebih kecil dari Ftabel (Fhitung < Ftabel), maka H0 diterima. Jadi, tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Seririt atau dengan kata lain kemampuan siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Seririt adalah setara.

Setelah melakukan uji kesetaraan, maka dilanjutkan dengan pemilihan sampel. “Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu” (Ali dalam Agung, 2014:69). Dalam pemilihan sampel untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, digunakan teknik random sampling dengan cara undian yang dilakukan pada keenam SD di Gugus IV Kecamatan Seririt. Sampel dalam penelitian ini adalah SD Negeri Rangdu yang berjumlah 16 orang sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dan SD Negeri 1 Ringdikit yang berjumlah 15 orang sebagai kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media gambar.

(5)

5 Data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan instrumen tes berbentuk pilihan ganda berjumlah 30 butir. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba. Uji coba atau validasi instrumen dilakukan untuk memperoleh gambaran kelayakan dari instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Terdapat beberapa langkah validasi terhadap instrumen meliputi validitas isi oleh pakar IPA judges, analisis validitas butir tes, analisis reliabilitas, analisis tingkat kesukaran dan analisis daya beda.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu Uji-t. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui sebaran data yang terdapat pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yang digunakan untuk mendukung hasil uji hipotesis. Analisis deskriptif dilakukan dengan menghitung mean, median, modus, standar deviasi, dan varians terhadap

masing-masing kelompok. Mean, median, dan modus hasil belajar IPA siswa selanjutnya disajikan ke dalam kurva

polygon. Tinggi rendahnya kualitas

variabel-variabel penelitian dapat ditentukan dari skor rata-rata (mean) tiap-tiap variabel yang dikonversikan ke dalam PAP Skala Lima. Metode analisis statistik inferensial yang digunakan adalah Uji-t. Sebelum melakukan analisis dengan Uji-t, harus melakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan homogenitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menganalisis data dengan analisis statistik deskriptif dan Uji-t. Data dalam penelitian ini, dikelompokkan menjadi dua kelompok data yang terdiri dari data skor hasil belajar IPA kelompok eksperimen, dan skor hasil belajar IPA kelompok kontrol. Rangkuman skor hasil belajar IPA masing-masing kelompok disajikan pada Tabel 02.

Tabel 02. Rangkuman Skor Hasil Belajar IPA

Statistik

Data

Eksperimen

Kontrol

Mean

21,53

18,5

Median

22,20

18,16

Modus

23

17,70

Standar Deviasi

3,29

4,03

Varian

10,81

16,25

Range

11

9

Minimum

15

15

Maksimum

26

24

Berdasarkan Tabel 02 dapat dibuat distribusi frekuensi data hasil belajar IPA. Distribusi frekuensi data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen disajikan ke dalam bentuk kurva seperti terlihat pada Gambar 01 berikut ini.

Gambar 01. Kurva Polygon Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen (A1) 0 1 2 3 4 5 6 7 15,5 17,5 19,5 21,5 23,5

F

re

k

u

en

si

Nilai tengah

(6)

6 Berdasarkan Gambar 01, terlihat bahwa nilai modus pada kelompok eksperimen lebih besar dari median dan mean (Mo>Md>M= 23,00>22,20>21,53). Dengan demikian, kurva di atas termasuk kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Pada Tabel 02, diketahui mean data hasil belajar IPA kelompok eksperimen adalah 21,53. Jika dikonversikan ke dalam skala lima berada pada kategori tinggi.

Distribusi frekuensi data hasil belajar IPA pada kelompok kontrol disajikan ke dalam bentuk kurva seperti terlihat pada Gambar 02 berikut ini.

Berdasarkan Gambar 02, terlihat bahwa nilai modus pada kelompok kontrol lebih kecil dari median dan mean (Mo<Md<M= 17,70<18,16>18,50). Dengan demikian, kurva di atas termasuk kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Pada Tabel 02, diketahui mean data hasil belajar IPA kelompok kontrol adalah 18,5. Jika dikonversikan ke dalam skala lima berada pada kategori tinggi.

Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat yang pertama adalah uji Normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi normal diperoleh, apabila nilai sig > α dengan α = 0,05 (5%). Berdasarkan analisis uji normalitas dengan bantuan SPSS 22.0 for Windows, diketahui data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen menunjukkan harga 0,205 > α, maka datanya dinyatakan berdistribusi normal. Data hasil belajar IPA pada kelompok kontrol menunjukkan harga 0,533 > α, maka datanya dinyatakan berdistribusi normal.

Pengujian homogenitas varian dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang diperoleh dari uji-t benar-benar berasal dari perbedaan antar kelompok, bukan disebabkan oleh perbedaan di dalam kelompok. Pengujian homogenitas varian dalam peneliian ini dilakukan dengan menggunakan uji F.

Berdasarkan uji F diperoleh db

pembilang

=

15 dan db

penyebut

= 14, dengan taraf

signifikansi 5% diketahui F

tabel

= 2,48 dan

F

hitung

= 1,50, sehingga F

hitung

< F

tabel

. Hal

ini

berarti

bahwa,

varians

kedua

kelompok homogen.

Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat diperoleh bahwa data hasil belajar IPA siswa telah memenuhi kriteria uji prasyarat, yakni berdistribusi normal dan homogen sehingga pengujian hipotesis penelitian menggunakan t. Pengujian Uji-t dilakukan dengan banUji-tuan Microsof Excell

2007 for Windows. Rangkuman hasil Uji-t

disajikan pada Tabel 03 di bawah ini.

Tabel 03. Ringkasan Uji-t

Kelompok

N

X

S

2

dk

t

hitung

t

tabel

Eksperimen

15

21,53

10,81

29

7,57

2,045

Kontrol

16

18,5

16,25

Hasil Uji-t menunjukkan bahwa: thitung lebih besar dari ttabel (thitung= 7,57 > ttabel = 2,045), sehingga menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan 0 1 2 3 4 5 6 7 15 18 21 24 27

F

re

k

u

en

si

Nilai Tengah

Gambar 02. Kurva

Polygon

Hasil Belajar

IPA Kelas Kontrol

(7)

7 model pembelajaran learning cycle 5E dan model pembelajaran konvensional.

Uji hipotesis telah berhasil menolak H0 dan menerima H1, hal ini berarti terd pat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E

berbantuan media gambar dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil belajar yang sigfnifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model learning cycle 5E berbantuan media gambar dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran.

“Model pembelajaran learning cycle 5E merupakan model pembelajaran dengan asumsi bahwa “pengetahuan dibangun dalam pikiran pelajar (Suastra, 2009:168).

Learning cycle merupakan

rangkaian-tahapan-tahapan kegiatan (fase) yang diorganisir sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran aktif (Wena, 2008:170)

Learning cycle 5E model

pembelajaran yang lebih menekankan pada pembelajaran siswa aktif (student centered

learning). Model pembelajaran learning

cycle 5E merupakan model pembelajaran

yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengoptimalkan cara belajar dan mengembangkan kognitif tingkat tinggi siswa berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. Dalam model pembelajaran ini, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan berbagai gagasan tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran, mengungkapkan gagasan serta membandingkan gagasan dengan gagasan siswa lainnya dan mendiskusikannya untuk menyamakan persepsi. Selanjutnya siswa diberi kesempatan merekonstruksi gagasan setelah membandingkan gagasan tersbut dengan hasil percobaan, percobaan lanjutan, observasi atau hasil mencermati buku ajar. Di samping itu, siswa juga mengaplikasikan hasil rekontruksi gagasan dalam situasi baru, dan berpikir kreatif.

Model learning cycle 5E ini mempunyai salah satu tujuan yang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengkostruksi pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri dengan terlibat secara aktif mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa dapat menguasai kompetensi– kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran.

Jadi model pembelajaran learning

cycle 5E merupakan model pembelajaran

yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan cara belajar dan mengembangakan kognitif tingkat tinggi siswa. Dalam menerapkan model learning cycle 5E ini terdiri dari 5 fase yakni engagement, exploration, explanation,

elaboration, dan evaluation (Wena,

2008:171).

Pada fase awal dalam model pembbelajaran learning cycle 5E yakni

engagement (tahap pembangkitan minat),

guru bertugas untuk membangkitkan minat belajar siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang proses faktual yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian siswa akan memberikan jawaban yang nantinya dapat dijadikan sebagai acuan guru untuk mengetahui pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa. Selanjutnya pada fase kedua yakni eksploration, siswa diberi kesempatan untuk bekerja secara berkelompok dengan jumlah orang perkelompok antara 3-5 orang. Dalam kelompok ini, siswa didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba dan menyebutkan berbagai alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan atau ide dan pendapat yang berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini, guru memberikan pengalaman konkret kepada siswa untuk diamati dan menemukan konsep yang penting. Inti dari fase ini adalah untuk mengecek pengetahuan awal yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah atau sebagian benar dan sebagiannya salah. Kemudian pada fase ketiga yakni

explanation, siswa diminta untuk

menjelaskan konsep yang sedang dipelajari dengan menggunakan bahasanya sendiri. Tujuannya adalah untuk melengkapi, menyempurnakan dan mengembangkan konsep yang dimiliki siswa. Pada fase

(8)

8 keempat yakni elaboration, siswa diarahkan untuk menerapkan, mengaitkan dan membuat hubungan dari konsep-konsep yang telah di dapat pada fase sebelumnya dengan melakukan kegiatan-kegiatan praktikum lanjutan yang dapat memperkuat dan memperluas konsep yang telah dimiliki. Pada fase terakhir yakni evaluation, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya.

Penggunaan media gambar juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Gambar merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinimati dimana-mana. Seperti pepatah Cina mengatakan bahwa “sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata” (Sadiman, 2009: 30). Bretz (dalam Manuaba, 2012:11) menyatakan bahwa “media gambar adalah salah satu media visual untuk sarana indera penglihatan”. Sementara itu Arsyad (dalam Manuaba, 2012:11) menyatakan “media gambar adalah media visual yang dapat menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata”.

Dengan media gambar, siswa lebih tertarik mempelajari pelajaran IPA, karena seperti yang dikemukakan Piaget (dalam Sudana & Astawan, 2013: 21) anak pada masa sekolah dasar termasuk dalam tahap pra operasional konkret. Sehingga media gambar sanagat cocok untuk digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran IPA yang bersifat abstrak dan luas yang sulit untuk dipahami oleh siswa dijenjang sekolah dasar. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan, dan berdampak pada meningkatnya hasil belajar IPA siswa.

Suatu media gambar dapat dikatakan sebagai media pendidikan apabila media gambar cocok dengan tujuan pembelajaran. Menurut Sadiman (2009: 30) ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pendidikan, antara lain yaitu: “(1) autentik, (2) sederhana, (3) ukuran

relatif, (4) mengandung gerak atau perbuatan, (5) media gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran, (6) bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajarana yang ingin dicapai”.

Selama proses pembelajaran IPA di kelas eksperimen berlangsung, siswa terlihat aktif menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah secara individu, dan berdiskusi dalam kelompok yang heterogen. Sehingga, banyak siswa terutama siswa yang lemah dalam pembelajaran merasa sangat terbantu dalam proses belajarnya. Siswa terlihat antusias mengerjakan LKS yang diberikan baik secara individu maupun di dalam kelompok.

Berbeda dengan pembelajaran IPA yang menggunakan pembelajaran konvensional, selama pembelajaran siswa terlihat pasif. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) yang lebih banyak memberikan ceramah daripada kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan sintaks model pembelajaran konvensional yang dikemukakan oleh Rasana (2009: 19) yaitu pemberian informasi oleh guru, tanya jawab, pemberian tugas oleh guru, dan pelaksanaan tugas oleh siswa, sampai pada akhirnya guru merasa bahwa apa yang telah diajarkan dimengerti oleh siswa.

Pembelajaran konvensional mengakibatkan siswa sangat tergantung pada guru, hal ini mengakibatkan hasil belajar IPA siswa kurang optimal. Sehingga, siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru dan proses pembelajaran cenderung membosankan. Hal ini akan membuat para siswa banyak yang tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran dan akan berdampak pada rendahnya hasil belajar IPA siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan Sudjana (2005) yang menyatakan bahwa kelemahan model pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut. (1) membosankan, (2) keberhasilan perubahan sikap dan perilaku peserta didik relatif sulit diukur, (3) kualitas pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan adalah relatif rendah karena guru sering hanya mengejar target waktu dan menghabiskan

(9)

9 target materi pelajaran, (4) kebanyakan menggunakan ceramah dan tanya jawab.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 5E

berbantuan media gambar berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di gugus IV Kecamatan Seririt tahun pelajaran 2015/2016 . Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh I Putu Sugiantara yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap Hasil Belajar IPA Siswa kelas V di Gugus VII Kecamatan Buleleng yang menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran

learning cycle5E dapat meningkatkan hasil

belajar IPA siswa.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan media gambar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Seririt tahun pelajaran 2015/2016.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, adapun simpulan penelitian ini adalah:

Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembeajaran

learning cycle 5E berbantuan media gambar

dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvnsional. Rata-rata hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar IPA yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan simpulan di atas, dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan media gambar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri di gugus IV Kecamatan Seririt tahun pelajaran 2015/2016.

Bertolak dari hasil penelitian, dapat diajukan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

Hasil penelitian ini menemukan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan

learning cycle 5E berbantuan media gambar

dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Apabila guru mendesain pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa, sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E

berbantuan media gambar dalam proses pembelajaran. Dengan model pembelajaran

learning cycle 5E berbantuan media gambar

siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hasil belajar IPA siswa tidak hanya dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan saja namun juga dipengaruhi oleh media pembelajaran yang digunakan. Sehingga, dalam mendesain pembelajaran guru harus memperhatikan model pembelajaran dan media pembeajaran yang digunakan agar siswa dapat mengikuti model pembelajaran dengan baik. Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel terikat yakni hasil belajar IPA siswa. Bagi peneliti lain yang berminat mengadakan penelitian yang lebih lanjut agar menambahkan variabel terikat dan variabel kendali yang hendak diteliti, sehingga penelitian yang akan dilakukan menjadi lebih baik. Selanjutnya, bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh model pembelajaran lerning cycle 5E berbantuan media gambar terhadap hasil belajar IPA siswa agar menyesuaikan dengan keadaan di lapangan dan tetap memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, Gede. 2014. Metodologi Penelitian

Pendidikan. Singaraja: Pascasarjana

Undiksha.

Manuaba, Ida Bagus Gede Nugraha. 2012. “Pemanfaatan Media Gambar melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT)

untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas IV Semester I di SD No 2 Penglatan Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skipsi

(tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

Rasana, I Dewa Putu Raka. 2007.

Model-model Pembelajaran. Singaraja:

(10)

10 Sadiman, Arief S. dkk. 2009. Media

Pendidikan: Pengertian,

Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali

Press.

Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran Sains Terkini: Mendekatkan Siswa dengan Lingkungan Alamiah dan Sosil

Budaya. Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha.

Sudana, Dewa Nyoman dan I Gede Astawan. 2013. Pendidikan IPA SD. Universitas Pendidikan Ganesha. Sudjana, Nana. 2005. Media Pengajaran.

Bandung: Penerbit Baru Algensindo. Wena, Made. 2008. Strategi dan inovasi

Pembelajaran Kontemporer. Malang:

Gambar

Tabel  01  Persentase  Capaian  KKM  UAS  IPA  Siswa  Kelas  V  SD  di  Gugus  IV  Kecamatan  Seririt
Tabel 02. Rangkuman Skor Hasil Belajar IPA
Tabel 03. Ringkasan Uji-t

Referensi

Dokumen terkait

Reorientasi Politik Islam bukan saja difokuskan pada mainstreaming paham-paham moderat dalam beragama, tetapi juga bagaimana agama itu dapat berperan dan berkontribusi positif

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis alasan yang menyebabkan notaris pemegang sertifikat pasar modal dikenakan pungutan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan

Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan terhadap potongan komersial karkas ayam buras super (persilangan ayam Bangkok dengan ayam ras

aset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar dengan laba atau rugi yang belum direalisasi diakui dalam ekuitas sampai investasi tersebut

Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat pengujian penurunan nilai aset (seperti aset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas. aset tak berwujud

N Kompetensi Dasar Alok Januari Februari Maret April Mei juni.. Mengetahui Guru Mata Pelajaran

Aplikasi yang berisi gambar dan suara kunci dasar gitar serta video Penulis yang menggunakan Software Flash 8, seri terbaru dari Flash keluaran Macromedia yang dapat