• Tidak ada hasil yang ditemukan

BALAI RISET PERIKANAN PERAIRAN UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BALAI RISET PERIKANAN PERAIRAN UMUM"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN BIOEKOLOGI IKAN ENDEMIK DI KOMPLEKS

DANAU MALILI, PROPINSI SULAWESI SELATAN

(KAJIAN POTENSI SUMBERDAYA IKAN DAN BIOEKOLOGI IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI, PROPINSI SULAWESI SELATAN)

Oleh

Ir. Samuel, Danu Wijaya, S.Pi., Petrus Rani, S.Pi., M.Si.,

Maturidi Jahri, S.Pi., Sipon Selamet dan Budi Irawan

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN RISET KELAUTAN DAN PERIKANAN

PUSAT RISET PERIKANAN TANGKAP

BALAI RISET PERIKANAN PERAIRAN UMUM

(2)

KAJIAN BIOEKOLOGI IKAN ENDEMIK DI KOMPLEKS

DANAU MALILI, PROPINSI SULAWESI SELATAN

Oleh

Ir. Samuel, Danu Wijaya, S.Pi., Petrus Rani, S.Pi., M.Si.,

Maturidi Jahri, S.Pi., Sipon Selamet dan Budi Irawan

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN RISET KELAUTAN DAN PERIKANAN

PUSAT RISET PERIKANAN TANGKAP

BALAI RISET PERIKANAN PERAIRAN UMUM

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul KAK : Kajian Bioekologi Ikan Endemik di Kompleks Danau Malili, Propinsi Sulawesi Selatan

2. Judul Riset : Kajian Potensi Sumberdaya Ikan dan Bioekologi Ikan Endemik di Danau Towuti Sulawesi Selatan

3. Team Riset : 1. Ir. Samuel (K e t u a)

2. Danu Wijaya, S.Pi. (Anggota) 3. Petrus Rani, S.Pi., M.Si. (Anggota) 4. Maturidi Jahri, S.Pi. (Anggota)

5. Sipon Selamet (Anggota)

6. Budi Irawan (Anggota)

4. Jadwal Waktu Riset : 1 (satu) tahun

5. Total Anggaran : Rp. 180.610.000,- (Seratus delapan puluh juta enam ratus sepuluh ribu rupiah)

Palembang, Desember-2009 Mengetahui,

Kepala Seksi Program dan Kerjasama Penanggung Jawab Kegiatan Balai Riset Perikanan Perairan Umum

Eko Prianto, S.Pi., M.Si. Ir. Samuel

___________________ _____________

NIP. 950002017 NIP. 080079924

Menyetujui,

Kepala Balai Riset Perikanan Perairan Umum

Dr. Ali Suman _____________ NIP. 080099758

(4)

KAJIAN BIOEKOLOGI IKAN ENDEMIK DI KOMPLEKS DANAU MALILI, PROPINSI SULAWESI SELATAN

Oleh :

Ir. Samuel, Danu Wijaya, S.Pi., Petrus Rani, S.Pi., M.Si., Maturidi Jahri, S.Pi., Sipon Selamet dan Budi Irawan

A B S T R A K

Danau Towuti merupakan danau tersesar di Kompleks Danau Malili Sulawesi Selatan dan danau kedua terbesar di Wilayah Nusantara Indonesia setelah Danau Toba. Danau Towuti termasuk Danau yang mempunyai tingkat endemisitas tinggi untuk jenis ikan perairan umum (air tawar). Kegiatan penelitian bertujan untuk mengetahui potensi produksi dan bioekologi ikan endemik di Danau Towuti. Penelitian dilaksanakan dengan tiga kali survei di lapangan yaitu pada bulan Pebruari/Maret, Mei/Juni dan Juli/Agustus, tahun 2008. Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung dan analisis di laboratorium. Penentuan stasion pengambilan contoh ditentukan secara purposif dan proporsional berdasarkan tipe-tipe habitat (daerah litoral, daerah inlet/outlet dan daerah yang dekat/jauh dari pemukiman penduduk). Jumlah stasion penelitian ada 6 stasion dengan kedalaman bervariasi antara 20-30 meter. Sampling ikan dilakukan dengan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat nelayan setempat yang menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap bagan, jaring, serok dan rawai/salue. Contoh ikan diukur (panjang dan berat), dilakukan pembedahan untuk pengamatan saluran pencernaan dan gonad (analisa food habit dan biologi reproduksi). Dilakukan pula pengambilan foto, kemudian diawetkan dalam formalin (10%) untuk diidentifikasi sampai tingkat species berdasarkan Kottelatet.al.(1993). Aspek ekologi yang diamati terdiri dari beberapa parameter fisika, kimia dan biologi perairan. Hasil kajian potensi dan bioekologi ikan endemik tahun 2008 ini, telah terestimasi potensi produksi ikan di Danau Towuti antara 131-310 ton/tahun dengan nilai rata-rata sebesar ± 195 ton/tahun. Ikan yang teridentifikasi sebanyak 18 jenis yaitu : 8 genus dari famili Gobiidae (Glossogobius matanensis, Glossogobius giuris, Glossogobius matanensis, Glossogobius flavipinnis, Glossogobius bleckeri, Glossogobius sp., Glossogobius circumspectusdanGlossogobius biocellatus), 6 genus dari famili Telmatherinidae (Paratherina striata, Paratherina wolterecki, Tominanga sanguicauda, Telmatherina antoniae, Paratherina sp. dan Paratherina sp.), 1 genus dari famili Hemiramphidae (Dermogenys megarhamphus) dan 3 genus dari famili Oryziidae (Oryzias profundicola, Oryzias matanensis dan Oryzias marmoratus). Hasil analisa kebiasaan makanannya, ikan endemik dari famili Telmatherinidae Genus Paratherina termasuk golongan ikan herbivor dengan pakan utamanya adalah fitoplankton, sedangkan jenis ikan endemik dari Genus Glossogobius Famili Gobiidae termasuk golongan ikan karnivor dengan pakan utamanya adalah ikan. Dari aspek biologi reproduksi (TKG, IKG, fekunditas dan diameter telur), ikan endemik yang hidup di Danau Towuti seperti jenis pangkilang dari Genus Paratherina Famili Telmatherinidae dan jenis buttini/ boto-boto dari Genus Glossogobius Famili Gobiidae adalah jenis-jenis ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali dalam setahun dengan musim pemijahan diluar periode bulan Pebruari sampai Juli. Terakhir dari parameter fisika, kimia dan biologi perairan, Perairan Danau Towuti termasuk perairan yang ideal untuk mendukung kehidupan organisme perairan termasuk ikan berdasarkan dari nilai yang terukur terhadap parameter pH, O2-terlarut, CO2-bebas, alkalinitas, temperatur dan kecerahan. Namun berdasaran nilai yang terukur dari kandungan phosfat, nitrat biomas fitoplankton, produktivitas primer dan kandungan khlorofil-a, mengklasifikasikan Danau Towuti dalam tingkatan oligo-mesotrofik yaitu tingkat kesuburan rendah sampai sedang. Kata Kunci: Potensi produksi ikan, bioekologi, ikan endemik, Danau Towuti

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Penulis dapat menyelesaikan Laporan Teknis Riset Tahun Anggaran 2008 yang berjudul Riset Kajian Potensi Sumberdaya Ikan dan Bioekologi Ikan Endemik di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Kegiatan riset ini merupakan salah satu dari 5 kegiatan riset yang ada di Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang untuk Tahun Anggaran 2008.

Riset Kajian potensi sumberdaya ikan dan bioekologi ikan endemik di Danau Towuti Sulawesi Selatan ini merupakan kegiatan riset lanjutan di Kompleks Danau Malili, Sulawesi Selatan. Pada kegiatan riset yang pertama (tahun 2007) telah diselesaikan kegiatan riset berjudul Bioekologi ikan endemik di Danau Matano, Sulawesi Selatan. Adapun judul besar kegiatan riset yang dikerjakan dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-2 adalah : Kajian Bioekologi Ikan Endemik di Kompleks Danau Malili Propinsi Sulawesi Selatan.

Pelaksanaan kegiatan riset diawali dengan penyusunan proposal di awal tahun kegiatan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan di lapangan mulai bulan Pebruari/Maret, Mei/Juni dan berakhir pada bulan Juli/Agustus 2008. Riset di tahun ke-2 ini ada perbedaan sedikit dengan kegiatan riset di tahun ke-1, dimana pada tahun ke-2 disamping mengkaji aspek bioekologi ikan endemik, juga mengkaji potensi sumberdaya ikannya yang tidak dilakukan pada tahun pertama.

Riset diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi sumberdaya ikan dan bioekologi ikan endemik di perairan Danau Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Data dan informasi yang diperoleh dari penelitian diharapkan pula dapat memberikan masukan untuk upaya pengelolaan dan pelestarian ikan-ikan endemik di perairan Danau Towuti, Sulawesi Selatan.

Team riset tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu, terutama kepada Kuasa Pemegang Anggaran (KPA) Balai Riset Perikanan Perairan Umum (BRPPU), peneliti, teknisi dan pejabat struktural lingkup BRPPU Palembang. Tidak lupa pula diucapkan terima kasih kepada Bapak Petrus Rani Pong Masak, M.Si yang telah banyak membantu dan turut pula melakukan penelitian di lapangan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Luwu Timur, nelayan bagan, salue dan jaring di Danau Towuti serta pihak-pihak lain yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu. Demikian pula Kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun. Semoga hasil Karya Ilmiah ini dapat berguna dan sekali lagi kami atas nama team riset mengucapkan terima kasih banyak.

Palembang, Desember 2008 Team Penulis

(6)

D A F T A R I S I

LEMBAR PENGESAHAN I

ABSTRAK Ii

KATA PENGANTAR Iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL V

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tinjauan Pustaka 2

1.3. Permasalahan 7

1.4. Tujuan dan Sasaran Riset 8

1.5. Manfaat Riset 8

BAB II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 9

2.1. Desain Riset 9

2.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 9

2.3. Bahan Dan Alat 9

2.4. Prosedur Riset 11

2.5. Analisa Data 16

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN 19

BAB IV. KESIMPULAN 52

DAFTAR PUSTAKA 54

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Hasil Pengukuran beberapa parameter actor air Danau Matano

dan Towuti pada riset tahun 2005

5 Tabel 2 Parameter, Metode Pengukuran dan Bahan dan Alat yang digunakan 10 Tabel 3 Aspek, Parameter, Metodologi dan Analisa Data Potensi Produksi

Ikan

16 Tabel 4 Aspek, Parameter, Metodologi dan Analisa Data Biologi ikan endemik 17 Tabel 5 Aspek, Parameter, Metodologi dan Analisa Data ekologi perairan 18 Tabel 6 Jenis dan jumlah plankton (individu/liter) yang teridentifikasi pada

survei pertama (Pebruari/Maret-2008) di Danau Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan

20

Tabel 7 Jenis dan jumlah plankton (individu/liter) yang teridentifikasi pada survei ke-dua (Bulan Mei/Juni-2008) di perairan Danau Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan

21

Tabel 8 Jenis dan jumlah plankton (individu/liter) yang teridentifikasi pada survei ketiga (Bulan Juli/Agustus-2008) di perairan Danau Towuti, Luwu Timur, Sulawesi Selatan

22

Tabel 9 Indeks keanekaragaman plankton di setiap stasion di Danau Towuti (Indeks shannon) dari 3 (tiga) kali survei (Pebruari/Maret, Mei/Juni dan Juli/Agustus, tahun 2008)

23

Tabel 10 Hasil Pengukuran Produktivitas Primer (gram C/m2/hari) di Danau Towuti pada 6 (enam) Stasion penelitian, Tahun Anggaran 2008

24 Tabel 11 Potensi Produksi Ikan (kg/ha/tahun) Danau Towuti berdasarkan nilai

Produktivitas Primer pada setiap stasion pengamatan, Tahun 2008

25 Tabel 12 Nilai parameter hasil analisa hubungan panjang-bobot dan actor

kondisi ikan actor Danau Towuti dari actor pertama (Tahun 2008)

26 Tabel 13 Nilai parameter hasil analisa hubungan panjang-bobot dan actor

kondisi ikan endemik Danau Towuti dari survei kedua (Tahun 2008)

27 Tabel 14 Nilai parameter hasil analisa hubungan panjang-bobot dan faktor

kondisi ikan endemik Danau Towuti dari survei ketiga (Tahun 2008)

27 Tabel 15 Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pangkilang (Paratherina striata)

dengan TKG-II yang disampling dari Danau Towuti pada Survei ke-satu (Pebruari/Maret-2008)

37

Tabel 16 Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pangkilang (Paratherina striata) dengan TKG-III yang disampling dari Danau Towuti pada Survei ke-satu (Pebruari/Maret-2008)

38

Tabel 17 Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pangkilang (Paratherina striata) dengan TKG-II yang disampling dari Danau Towuti pada Survei ke-dua (bulan Mei/Juni-2008)

39

Tabel 18 Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pangkilang (Paratherina striata) dengan TKG-III yang disampling dari Danau Towuti pada Survei ke-dua (bulan Mei/Juni-2008)

(8)

DAFTAR TABEL………..(Lanjutan)

Tabel 19 Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pangkilang (Paratherina striata) TKG-IV yang disampling dari Danau Towuti pada Survei ke-dua (Mei/Juni-2008)

41

Tabel 20 Aspek Biologi Reproduksi Ikan Buttini (Glossogobius matanensis) TKG-III yang disampling dari Danau Towuti pada Survei ke-dua (Mei/Juni-2008)

41

Tabel 21 Aspek Biologi Reproduksi Ikan Boto-boto (Glossogobius matanensis) dengan TKG-II disampling dari Danau Towuti pada Survei ke-2 (Mei/Juni-2008)

42

Tabel 22 Aspek Biologi Reproduksi Ikan Boto-boto (Glossogobius matanensis) dengan TKG-III disampling dari Danau Towuti pada Survei ke-dua (Mei/Juni-2008)

42

Tabel 23 Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pangkilang (Paratherina striata) dengan TKG-II yang disampling dari Danau Towuti pada Survei ke-tiga

(Juli/Agustus-2008)

43

Tabel 24 Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pangkilang (Paratherina striata) pada TKG-III yang disampling dari Danau Towuti pada Survei ke-tiga (Juli/Agustus-2008)

44

Tabel 25 Aspek Biologi Reproduksi Ikan Boto-boto (Glossogobius matanensis) dengan TKG-III disampling dari Danau Towuti pada Survei ke-tiga (Juli/Agustus-2008)

45

Tabel 26 Aspek Biologi Reproduksi Ikan Buttini (Glossogobius matanensis) dengan TKG-III disampling dari Danau Towuti pada Survei ke-tiga (Juli/Agustus-2008)

45

Tabel 27 Data hasil pengukuran parameter kualitas air Danau Towuti pada sampling Pertama (Bulan Maret-2008, mewakili musim kemarau)

47

Tabel 28 Data hasil pengukuran parameter kualitas air Danau Towuti pada sampling Kedua (Bulan Mei-2008, mewakili musim hujan/saat survei terjadi hujan)

48

Tabel 29 Data hasil pengukuran parameter kualitas air Danau Towuti pada sampling Ke-tiga (Bulan Juli-2008, mewakili musim hujan/saat survei terjadi hujan)

49

Tabel 30 Hasil Identifikasi dan Kemelimpahan Tumbuhan Air di Danau Towuti berdasarkan Metode Wirjahardja (1984)

50

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Lokasi Riset Danau Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan 12 Gambar 2 Letak stasion penelitian / pengambilan sampel di Danau Towuti 13 Gambar 3 Grafik Hubungan Panjang dan Bobot beberapa jenis ikan endemik

yang tertangkap nelayan di Danau Towuti

28 Gambar 4 Indeks Preponderance ikan Buttini dan Boto-Boto dari Danau Towuti

yang Tertangkap jaring disampling pada survei pertama (Pebruari/Maret-2008)

30

Gambar 5 Indeks Preponderance ikan Pangkilang dari Danau Towuti yang tertangkap dengan alat bagan disampling pada survei pertama (Pebruari/Maret-2008)

31

Gambar 6 Indeks Preponderance ikan Buttini dan Boto-Boto dari Danau Towuti yang Tertangkap jaring disampling pada survei kedua (Mei/Juni-2008)

32 Gambar 7 Indeks Preponderance ikan Pangkilang dari Danau Towuti tertangkap

dengan alat bagan disampling pada survei kedua (Mei/Juni-2008)

33 Gambar 8 Indeks Preponderance Ikan Pangkilang Sabe (Paratherina wolterecki)

yang Disampling pada survei ke-3 (Juli/Agustus-2008) di Danau Towuti.

33 Gambar 9 Nilai Indeks Prepoderance ikan pangkilang (Paratherina striata) dari

DanauTowuti yang disampling pada survei ke-3 (Juli/Agustus-2008)

34 Gambar 10 Indeks Preponderance Ikan Boto-Boto (Glossogobius matanensis) dari

Danau Towuti yang disampling pada survei ke-3 (Juli/Agustus-2008)

34 Gambar 11 Indeks Preponderance Ikan Buttini (Glossogobius matanensis) dari

DanauTowuti yang disampling pada survei ke-3 (Juli/Agustus-2008)

35

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Gambar jenis-jenis plankton yang teridentifikasi di perairan Danau

Towuti Selama Survei, Tahun 2008

58

Lampiran 2 Identifikasi Morfologi Ikan Endemik dari Danau Towuti, Sulawesi Selatan 61

Lampiran 3 Beberapa Jenis Tumbuhan Air yang terdapat di bagian tepi dan dalam perairan di Danau Towuti (Tahun-2008)

(10)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sulawesi merupakan salah satu pulau besar di Indonesia dan memiliki kekayaan biota yang tinggi. Pulau ini termasuk dalam kawasan Wallacea bersama-sama dengan Philipina dan Nusa tenggara yang merupakan daerah peralihan antara zoogeografi Oriental dan Australia (Whitten et.al, 1987). Oleh karena itu banyak terdapat jenis flora dan fauna yang endemik dan banyak menarik perhatian kalangan peneliti biologi.

Danau Matano, Towuti, Mahalona, Wawantoa, Masapi merupakan satu kesatuan system danau yang disebut Kompleks Danau Malili yang berada di Kabupaten Luwu TImur Sulawesi Selatan. Danau Matano terdapat di bagian hulu, Danau Mahalona di bagian tengah dan Danau Towuti di bagian hilir. Karakter fisik Danau Towuti meliputi luasan mencapai ± 560 km2, kedalaman maksimum 203 m, ketinggian dari permukaan laut 293 m, dan transparansi sedalam 22 m (Fernando dalam Haffner et al., 2001). Menurut PRPT (2005) bahwa Danau Towuti merupakan danau kedua terluas di Indonesia setelah Danau Toba dan sebagai danau yang terluas diantara kelima danau yang terdapat di Kompleks Danau Malili. Masukan air tawar di sebagian besar danau di Sulawesi berasal dari sungai-sungai kecil, disamping air hujan yang jatuh langsung di permukaan danau.

Danau Towuti dialiri 26 sungai, dan Danau Matano dialiri 10 sungai (Mustafa, 2005dalam PRPT, 2005). Hasil riset keanekaragaman hayati ikan perairan pedalaman di Sulawesi tahun 2004 menunjukkan secara umum komposisi ikan di perairan pedalaman Sulawesi telah didominasi oleh jenis ikan introduksi. Di danau-danau utama khususnya di Danau Matano, Towuti, Mahalona, Wawantoa dan Masapi terdapat jenis-jenis ikan endemik. Di Danau Towuti didapatkan 18 jenis-jenis ikan endemik, antara lain: Glossogobius matanensis, G. biocellatus, G. intermedius, G. celebius, G. flavipinnis, Telmatherina celebensis, T. bonti, Telmatherina sp. Paratherina sp, Dermogenys megarrhamphus, Dermogenys sp, Mugilogobius sp, Oryzias marmoratus, Tominanga sanguicauda.(PRPT, 2005). Selain ikan endemik, pada Kompleks Danau Malili terdapat juga beberapa ikan introduksi yang berkembang cepat dan bernilai ekonomis penting bagi masyarakat sekitar. Hal ini menjadi salah satu ancaman keberadaan ikan endemic yang mempunyai nilai keanekaragaman hayati yang tinggi. Selain itu faktor perubahan lingkungan perairan dan teresterial serta faktor pencemaran baik industri maupun rumah

(11)

tangga telah menjadi ancaman serius bagi keberadaan ikan endemik dan kualitas perairan di Kompleks Danau Malili.

Keberadaan ikan endemik di danau ini dan umumnya di Kompleks Danau Malili menjadi nilai strategis tersendiri karena merupakan keanekaragaman hayati di kawasan Wallacea yang tidak ditemukan di daerah lain. Nilai strategis tersebut dapat menjadi keunggulan komparatif yang perlu menjadi acuan pengelolaan kompleks Danau Malili. Oleh karena itu riset kajian potensi sumberdaya ikan dan bioekologi ikan endemic di Kompleks Danau Malili perlu dilakukan secara kontinyu. Pada tahun 2008, riset difokuskan pada Danau Towuti.

1.2. Tinjauan Pustaka

Dalam pembangunan nasional, perairan umum sebagai sumber alam merupakan salah satu modal dasar bagi pembangunan. Pemanfaatannya harus memperhatikan faktor-faktor lingkungan hidup yang dominan karena perairan umum merupakan suatu ekosistem alam. Pemanfaatan perairan umum sebaiknya dengan tetap memelihara kelestarian kemampuan lingkungan hidup (PRPT, 2005). Masalah yang sering terdapat di perairan umum adalah menurunnya produksi ikan hasil tangkapan, berkurang atau hilangnya beberapa jenis ikan tertentu terutama yang bersifat endemik (langka). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya (1) intensitas penangkapan yang tinggi, (2) penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, (3) penurunan mutu lingkungan perairan, (4) introduksi jenis ikan, dan (5) pola pengelolaan yang kurang tepat.

Kecenderungan intensitas penangkapan ikan yang tinggi pada beberapa badan air di Sulawesi diantaranya dipacu oleh peningkatan jumlah penduduk, nilai ekonomis beberapa jenis ikan endemik yang tinggi, dan efektivitas alat. Sebagai contoh, peningkatan eksploitasi ikan Pangkilang dan ikan Buttini yang endemik di Danau Matano, Towuti, Mahalona, dan Poso. Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan menyebabkan terjadinya kepunahan ikan-ikan asli di beberapa perairan umum. Beberapa jenis alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan diantaranya penggunaan alat tangkap listrik, jaring dengan ukuran mata jaring sangat kecil dari ketentuan yang ada, alat tangkap yang bersifat menutup ruaya ikan dan penangkapan ikan menggunakan racun seperti tuba, potas, thiodan dan lain-lain. Penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh beberapa kegiatan di daerah tangkapan air dan dalam perairan itu sendiri. Kegiatan tersebut diantaranya adalah pembukaan hutan (penebangan kayu, industri pengergajian kayu) dan penambangan (nikel, emas, pasir, kapur), limbah industri dan pemukiman. Dampak dari kegiatan tersebut menyebabkan terjadinya pendangkalan

(12)

dan penurunan kualitas perairan. Sebagai contoh, terjadinya pendangkalan perairan kompleks Danau Tempe, Danau L:imboto, dan Muara Sungai Konaweha disebabkan karena adanya erosi di daerah hulu. Penutupan sebagian besar permukaan perairan oleh gulma air ditemukan di Danau Tempe, Limboto dan Rawa Aopa. Di Danau Tempe dan Limboto pada musim kemarau lebih 50 % permukaan air tertutupi oleh gulma air sehingga berakibat terjadinya pendangkalan danau.

Danau Towuti merupakan suatu badan air yang dibatasi oleh daratan pegunungan Verbek (Welcomme, 2001). Danau Towuti termasuk dalam kelompok danau yang dalam dan terletak di wilayah dataran rendah (karena letaknya < 750 m dpl), bersifat terbuka dan mempunyai pola stratifikasi oligomiktik (Mustafa, 1991). Danau Towuti dan Matano tergolong danau celah yang memiliki sumber air asli dengan letak dasar perairan lebih rendah dibandingkan dengan permukaan air laut. Fluktuasi air permukaan relatif rendah pada dua musim yang berbeda (Musim hujan dan kemarau). Perubahan ekosistem di Danau Towuti dan Matano lebih mudah dipantau dan dikontrol karena tingkat hunian dan pola pemanfaatan lahan di sekitarnya relatif lebih rendah.

Pada umumnya tipe danau-danau di Sulawesi termasuk Danau Towuti adalah tektonik. Danau tersebut memiliki pantai berpasir putih, dengan tebing curam seperti Danau Tondok, Umbulilin, dan Linnoy; landai seperti Danau Tondano, Mokobang, dan Limboto; landai sampai curam seperti Danau Moat, Poso, Towuti dan Lindu; dengan lingkungan perairan yang bervariasi seperti adanya hutan, persawahan dan pemukiman. (Whittenet al.1987).

Informasi karakteristik morfologi beberapa perairan danau di Sulawesi, sebagai contoh Danau Matano yang dikemukakan Haryani dan Hehanussa (1999) menunjukkan bahwa danau tersebut membentuk kriptodepresi dengan kedalaman 595 m atau dasar danau yang berada 203 m dibawah permukaan laut. Secara keseluruhan morfologi dasar Danau Matano dibentuk oleh dua sub-cekungan yaitu cekungan barat dan cekungan timur dengan kedalaman maksimum masing-masing 590 m dan 560 m. Dataran dasar terdalam kedua cekungan dibentuk oleh sebuah bidang datar hampir rata yang ditafsirkan sebagai bidang sedimentasi pada fase akhir dari arus gravitasi. Penafsiran ini didasarkan pada bentuk dan pola rekaman ekhogram di dinding terjal danau yang memberi indikasi adanya gerakan massa air (arus gravitasi) yang diduga terkait dan dipicu oleh sudut sedimentasi yang kritis. Dua sub-cekungan ini dipisahkan oleh sebuah undak atau pelana pada kedalaman 360 m yang terletak di sebelah tenggara desa Nuha.

Kondisi fisik-kimiawi lingkungan perairan danau di Sulawesi secara umum dicirikan dengan tingginya tingkat kecerahan perairan, pH, alkalinitas, dan daya hantar listrik (conductivity). Danau Matano, Mahalona, Towuti, Wawantoa, dan Masapi yang terhubung

(13)

satu dengan yang lain dan lebih dikenal sebagai Malili Complex disekelilingnya masih terdapat hutan yang lebat dan pemukiman dengan penduduknya yang jarang. Pinggiran Danau Matano dan Towuti tersusun oleh deposit nikel yang besar. Penambangan nikel diperkirakan dapat menimbulkan pencemaran dan merusak habitat akuatik. Masuknya ikan eksotik (introduksi) ke dalam danau merupakan ancaman lain bagi keberadaan fauna akuatik endemik di danau-danau tersebut.

Nilai kecerahan masing-masing di Danau Matano dan Towuti adalah 20,3 ± 2,5 m dan 17 ± 5,8 m. Suhu air pada kedalaman fotik adalah 27,7 ± 0,3oC untuk Danau Matano dan 28,7 ± 0,4 oC untuk Danau Towuti. Lapisan epilimnion dan mesolimnion di danau Matano masing-masing terletak pada kedalaman antara 0 – 30 m dan 50 – 100 m (Hehanusa dan Haryani, 1999). Alkalinitas di perairan ini tergolong tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa daya penyangga dari perairan tersebut tinggi, sehingga stabilitas pH perairan tinggi dan perairan tersebut produktif. Kandungan CO2 bebas di daerah fotik kedua perairan danau tersebut sangat rendah sehingga tidak terdeteksi. Konsentrasi oksigen terlarut secara umum lebih besar dari 3 mg/L, menunjukkan bahwa Danau Matano dan Towuti sangat mendukung untuk kehidupan dan perkembangan ikan dan organisme pakannya. Konsentrasi amonium dan nitrat di Danau Matano dan Danau Towuti rendah sedangkan konsentrasi orthofosfatnya cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa nitrogen merupakan faktor pembatas dalam kesuburan perairan tersebut. Konsentrasi nutrien di kedua perairan termasuk golongan perairan dengan tingkat kesuburan rendah (oligotroph) (Husnah et.al. 2006). Berikut pada Tabel 1, merupakan hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Matano dan Towuti yang dilakukan oleh Team Penelitian Pusat Riset Perikanan Tangkap pada tahun 2005 (Husnahet.al. 2006).

Danau Towuti yang terletak di Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan termasuk bagian dari kelompok Danau Malili/Kompleks Danau Malili (Matano, Mahalona, Towuti, Wawantoa dan Massapi) dan merupakan danau tektonik terbesar kedua di Indonesia setelah Danau Toba. Danau Towuti mempunyai kedalaman maksimum mencapai 203 meter dengan luas perairan sekitar 560 km2 (Haffner et.al., 2001 dalam PRPT, 2005). Danau Towuti mempunyai fungsi multiguna bagi kehidupan masyarakat sehari-hari antara lain sebagai irigasi dan pembangkit tenaga listrik, berperan sebagai obyek pariwisata danau dan sebagai sumber air minum untuk masyarakat yang tinggal disekitarnya. Danau Towuti memiliki nilai konservasi yang tinggi karena banyak jenis organisme yang ditemukan bersifat endemik yang hanya ditemukan di daerah tersebut dengan penyebaran yang sempit (Sulistiono,et.al., 2007).

(14)

Tabel 1. Hasil Pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Matano dan Towuti Pada riset tahun 2005

Parameter Baku Mutu Danau Matano Danau Towuti

Rataan Std Rataan Std Suhu air (oC) 20-32 27,7 0,3 28,7 0,4 DO (mg/L) >3 5,6 0,2 5,6 0,1 CO2(mg/L) ≤15 0,0 0,0 0,0 0,0 pH 6,0-9,0 7,8 0,2 7,8 0,3 Alkalinitas (mg/L CaCO3eq.) ≥ 20 98,1 23,5 84,6 13,4 N-NH4(mg/L) < 1,26 0,023 0,016 0,062 0,050 N-NO2(mg/L) < 15,4 0,038 0,017 0,040 0,020 N-NO3(mg/L) 0,06-1,00 0,118 0,105 0,135 0,106 P-PO4(mg/L) 0,010-0,03 0,032 0,009 0,033 0,008 S-SO4(mg/L) 0,1 0,048 0,007 0,039 0,005 BOT (mg/L) 400,000 0,013 0,010 0,016 0,019 Klorofil-a (µg/L) 2-10 1,560 1,230 1,47 1,400

Sumber : Husnahet.al. 2006

Ikan butini (Glossogobius matanensis) dari famili Gobiidae yang merupakan salah satu jenis ikan endemik, penyebarannya merata di Kompleks Danau Malili, digemari oleh masyarakat sekitar danau dan mempunyai rasa yang lezat serta banyak dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Berdasarkan aspek biologi, rasio kelamin ikan butini (Glossogobius matanensis) jantan dan betina secara total seimbang 1 : 1. Dikatakan lebih lanjut bahwa ikan butini jantan dan betina mengalami pertama kali matang gonad pada ukuran panjang total 150 dan 140 mm dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Maret dan November berdasarkan hasil analisis tingkat kematangan gonad. Fekunditas ikan butini berkisar dari 20.677-178.133 butir, pemijahan dapat terjadi sepanjang tahun dengan pola sebagian demi sebagian (partial spawner). Ikan Butini yang tertangkap di Danau Towuti dari penelitian Sulistiono, et.al., (2007) tergolong jenis ikan karnivora dengan makanan utamanya udang dan makanan tambahannya ikan, kepiting, insekta, keong dan serasah.

Jenis ikan endemik lainnya seperti Ikan Bonti-bonti (Paratherina striata) yang termasuk ke dalam famili Telmatherinidae (Nasution, 2007), adalah salah satu dari empat jenis ikan Paratherina yang endemik di danau-danau sekitar Kompleks Malili. Ikan Bonti-bonti selain endemik, juga tergolong rawan punah (vulnerable species) (IUCN, 2003; Froese & Nauly, 2004), dan hanya terdapat di Danau Towuti dan Danau Mahalona, Sulawesi Selatan (Kottelat et al., 1993; Wirjoatmodjo et al., 2003). Danau Towuti dan Danau Mahalona sebagai tempat hidup ikan ini termasuk Kawasan Taman Wisata Alam

(15)

berdasarkan keputusan Mentan No. 274/Kpts/Um/1979 (Anonim, 1990). Ikan ini merupakan bagian dari kekayaan sumberdaya hayati dan plasma nutfah dimana keberadaannya sangat penting dalam kestabilan ekosistem perairan danau. Masyarakat di sekitar danau memanfaatkan ikan ini sebagai ikan konsumsi (dalam bentuk ikan kering/ikan asin) maupun sebagai ikan hias dan bahan pakan hewan (Nasution, 2006). Untuk itu ikan ini perlu dilindungi dari ancaman kepunahan karena dikhawatirkan akan terjadi penurunan populasi ikan tersebut di alam. Penurunan tersebut selain karena tingkat eksploitasi yang meningkat juga karena kualitas habitat mengalami perubahan, sehingga dikhawatirkan sumberdaya ikan Bonti-bonti mengalami tekanan. Informasi mengenai ikan Bonti-bonti (Paratherina striata) terbatas pada sistematika (Weber & De Beauford, 1922; Kottelatet al.,1993), sedangkan informasi mengenai distribusinya secara spasial atau keberadaan ikan berdasarkan tempat (ruang) di suatu perairan dan distribusi temporal (berdasarkan waktu kapan ikan berada) masih terbatas. Distribusi ikan diduga tidak merata di setiap stasiun perairan Danau Towuti, demikian pula dengan ukurannya, dimana pada tempat dan waktu tertentu ukurannya besar, sedangkan yang lain ukurannya kecil. Distribusi yang demikian akan memberikan gambaran perkembangan ikan terhadap perubahan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi spasial dan temporal ikan Bonti-bonti dalam rangka melindungi jenis populasi ikan Bont-bonti agar tetap tinggi dan berkelanjutan. Hal ini dapat menunjukkan kondisi populasi ikan tersebut di alam dan dapat digunakan sebagai informasi dasar untuk mendukung usaha konservasinya. Diharapkan dapat pula menjadi landasan untuk merumuskan kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan Bonti-bonti di Danau Towuti. Ikan Bonti-bonti secara spasial berdistribusi luas di Danau Towuti, mulai dari tepi danau hingga ke tengah danau. Secara spasial parameter kualitas air yang diamati bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perbedaan distribusi ikan Bonti-bonti, tetapi distribusi ikan dipengaruhi oleh tingkah laku pemilihan habitat. Secara temporal distribusi ikan Bonti-bonti berfluktuasi, dengan puncak tertinggi terjadi pada bulan November-Desember dan dipengaruhi oleh oksigen terlarut dan tinggi muka air (Nasution, 2007).

Dari kegiatan riset pada tahun pertama (tahun 2007) yang dilaksanakan oleh Makmur, et.al. (2007) dengan judul “Riset Bioekologi ikan endemik di Danau Matano, Sulawesi Selatan”, telah berhasil mengidentifikasi 11 jenis ikan emdemik yang terdiri dari 7 jenis dari GenusTelmatherina(Telmatherina antoniae, T. abendanoni, T. obscura, T. sarasinorum, T. opudi, T. celebensis dan T. bonti), 1 jenis Glossogobius matanensis, 1 jenisMugilogobius latifrons, 1 jenis Dermogenys weberi, 1 jenisOryzias matanensis dan jenis Synbranchus merupakan jenis yang baru tercatat. Lebih lanjut dikatakan pula

(16)

bahwa ikan opudi berdasarkan kebiasaan makannya merupakan jenis omnivore yang cendrung karnivora dengan makanan utama berupa plankton dan ikan, sedangkan jenis ikan butini merupakan jenis karnivora dengan makanan utamanya kepiting dan ikan. Dari aspek biologi-reproduksi, ikan opudi ditemukan mulai matang gonad pada bulan Juli yang dipengaruhi oleh tinggi air danau yang meningkat karena intensitas hujan yang tinggi. Fekunditas ikan opudi mencapai 261 butir. Dari hubungan panjang-berat, pertmbuhan jenis ikan endemic di Danau Matano bersifat allometrik dengan factor kondisi mendekati 1 (satu). Danau Matano mempunyai kelimpahan plankton dari kelas Chlorophyceae dan Cyanophyceae. Jenis benthos di perairan Matano terdiri dari Moluska (Protanchylus, Tylomelania, Planorbidae, Neritina, Corbicula), Insecta (Culicoides, Chironomus, Hydrellia), Crustacea (Decapoda, Caridina) dan Anelida (Isochaetides). Jenis tumbuhan air yang ada di daerah litoral Danau Matano adalah jenis tiu (Ottelia spp.) yang merupakan jenis tumbuhan air endemic yang banyak tumbuh di Danau Matano.

1.3. Permasalahan

Danau Towuti terletak di Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan dekat perbatasan dengan Propinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah, termasuk tipe danau tektonik, dibatasi oleh daratan pegunungan Verbek, masuk salah satu dari kelompok danau yang dalam dan terletak di wilayah dataran rendah (karena letaknya < 750 m dpl). Danau Towuti termasuk danau terbesar kedua setelah Danau Toba dan bersifat terbuka serta mempunyai pola stratifikasi oligomiktik dan memiliki sumber air asli dengan letak dasar perairan lebih rendah dibandingkan dengan permukaan air laut. Perubahan ekosistem di Danau Towuti lebih mudah dipantau dan dikontrol karena tingkat hunian dan pola pemanfaatan lahan di sekitarnya relatif lebih rendah.

Permasalahan yang ada di Danau Towuti adalah terlihat adanya kecenderungan intensitas penangkapan ikan yang tinggi yang dipacu oleh peningkatan jumlah penduduk, nilai ekonomis beberapa jenis ikan endemik dan efektivitas alat. Sebagai contoh, peningkatan eksploitasi ikan Pangkilang dan ikan Buttini yang endemik di Danau Towuti memungkinkan akan terjadinya gejala over fishing (tangkap lebih) terhadap jenis ikan endemik tersebut dan akhirnya akan menurunkan tingkat kelestariannya. Demikian pula dengan adanya kegiatan pertambangan nikel, pembukaan hutan (penebangan kayu, industri pengergajian kayu) disekitar danau tersebut akan menimbulkan tingkat pencemaran perairan yang juga berdampak terhadap kelangsungan hidup ikan endemik di perairan danau. Demikian pula penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh beberapa kegiatan di daerah tangkapan air dan dalam perairan itu sendiri akan

(17)

berdampak terjadinya pendangkalan dan penurunan kualitas perairan. Untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut maka perlu adanya pengelolaan yang rasional terhadap sumberdaya ikan di perairan danau tersebut dan untuk hal ini, harus ada data dan informasi mengenai besarnya potensi produksi ikan dan bioekologi ikan endemik di perairan Danau Towuti tersebut.

1.4. Tujuan Dan Sasaran Riset

Tujuan riset adalah untuk mengetahui potensi sumberdaya ikan, biologi dan parameter lingkungan perairan ikan endemik di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya data dan informasi mengenai potensi sumberdaya ikan, aspek biologi dan parameter lingkungan perairan ikan endemik di Danau Towuti. Keluaran dari kegiatan riset ini akan memberikan informasi potensi sumberdaya ikan, bioekologi ikan endemik dan lingkungan perairan Danau Towuti.

1.5. Manfaat Riset

Memberikan data dan informasi aktual terkini mengenai kondisi potensi sumberdaya ikan dan bioekologi beberapa jenis ikan endemik serta kondisi lingkungan perairan yang dapat dijadikan acuan untuk perumusan pengelolaan danau, terutama di Danau Towuti (khususnya) dan Kompleks Danau Malili (umumnya). Dampak yang diharapkan muncul dari informasi yang diberikan adalah : 1) adanya upaya penangkapan ikan yang rasional berdasarkan data potensi sumberdaya ikan, 2) sebagai dasar ilmiah dan sumbangan bagi dunia perikanan mengenai identifikasi dan kajian bioekologi jenis-jenis ikan endemik dan 3) sebagai bahan masukan untuk perumusan upaya pemanfaatan dan konservasi jenis-jenis ikan endemik.

(18)

BAB II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

2.1. Desain Riset

Riset didesain berdasarkan informasi dan data yang diperoleh melalui penelitian dan pengamatan selama survei lapangan dan hasil analisa sampel di laboratorium (pengamatan dan pengukuran beberapa parameter fisika, kimia, biologi perairan) serta hasil pengamatan dan pengukuran tingkat penangkapan ikan endemik di Danau Towuti. Disamping itu untuk memperkuat dan mendukung data primer yang diperoleh dari hasil survei dan analisa laboratorium, dikumpulkan pula beberapa data dan informasi sekunder dari beberapa literatur dan Instansi terkait lainnya.

2.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di perairan Danau Towuti (Danau Terbesar pada Kompleks Danau Malili), Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan, waktu penelitian adalah Bulan Pebruari, Juni dan Agustus tahun 2008

2.3. Bahan Dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam “Riset Kajian Potensi Sumberdaya Ikan dan Bioekologi Ikan Endemik di Danau Towuti “ disajikan dalam Tabel 2 berikut :

(19)

Tabel 2. Parameter, Metode Pengukuran dan Bahan dan Alat yang digunakan

No Parameter Yang Diamati

Metode Bahan Alat

A Parameter Fisika

1 Temperatur Termografik --- Termometer Air Raksa 2 Kecerahan Langsung dengan alat --- Sechhi Disk 3 Kedalaman Langsung dengan alat

--- Tali penduga dan Gauge Sounder 4 Ketinggian Langsung dengan alat --- Geographical Positioning System (GPS) B Parameter Kimia 1 pH-air Langsung dengan alat --- pH-Universal Indikator 2 Oksigen terlarut (O2) Langsung

dengan alat

--- DO-Meter, YSI 556 MPS 3 Karbondioksida (CO2) Titrimetri - NaOH 0,1 N (18 cc)

(4 gram NaOH + 1000 ml aquadest) - Larutan Phenol Phetaline / PP (1 gram larutan PP (C6H4OH)2+ alkohol 60% 100 ml) Botol CO250 ml 1 bh Pipet tetes 2 bh, Pipet ukur 2 ml 2 bh, Pipet ukur 1 ml 1 bh, Botol aquadest 1 bh Pipet bola karet 1 bh

4 Alkalinitas Titrimetri Na-tiosulfat 0,1 N, Indikator bromcresol Green-methyl red

Erlemmeyer 100 ml 3bh, pipet ukur 5 ml 2bh, pipet tetes 2bh 5 Total fosfat (PO4-P) Spektrofotometrik KH2PO4, NH4PO4,

HCl, K2S2O8

Spectrophotometer, Autoclave

6 Ammoniak (NH4-N) Spektrofotometrik NH4Cl, NaOH, C6H5OH, NaOCl

Spectrophotometer 7 Nitrat (NO3-N) Spektrofotometrik KOH, Logam Al,

HgCl2, KI, KNaC4O64H2O

Spectrophotometer

8 NItrit (NO2-N) Spektrofotometrik Spectrophotometer

C Parameter Biologi

1 Produktivitas Primer Botol gelap dan Terang

Botol gelap, botol Terang, DO-Meter, Gauge Sounders, Tali nilon dan batu pemberat

2 Plankton Langsung dengan alat

Larutan lugol Plankton net No.25 3 Benthos Langsung dengan

alat

Larutan formalin, larutan pewarna

Ekman dredge 4 Tumbuhan air Metode visual

5 Ikan Sampling dari Hasil tangkapan Nelayan, diukur panjang-berat dan diidentifikasi Larutan formalin, Larutan gilson

Mistar ukur, caliper, Timbagan digital, kantong plastic, karet pengikat, blanko identifikasi, jarum 6 Khlorofil-a Trichomatic Spectrofotometrik MgCO3 (72 cc), Aseton 90% (720 cc) (1 gram/100 ml) Gelas ukur 100 ml 2bh, Pompa vakum 1 set, Erlemmeyer 100 ml 6bh, Alluminium foil, pengerus, kertas saring miliopor

(20)

2.4. Prosedur Riset

Riset dilakukan dengan pengamatan langsung dan analisis di laboratorium sebanyak 3 kali di lapangan pada masing-masing lokasi riset dalam setahun. Data yang akan dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan langsung pada lapangan melalui survei. Sedangkan data sekunder didapatkan melalui pengumpulan berbagai referensi yang relevan. Penentuan stasiun pengambilan contoh ditentukan secara purposif yang didasari pada keberadaan inlet/outlet, keterwakilan zona litoral dan zona tengah danau, serta berdasarkan keberadaan populasi ikan endemik. Pengambilan beberapa parameter fisika, kimia, biologi perairan dilakukan berdasarkan stratifikasi kedalaman.

Berdasarkan penelitian sebelumnya beberapa jenis ikan endemik di Danau Towuti umumnya hidup di pinggir perairan danau dan di perairan yang relatif dangkal. Pengambilan/sampling ikan dilakukan dengan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat nelayan setempat yang biasa menangkap ikan endemik. Sampel ikan yang didapat untuk selanjutnya dilakukan identifikasi dan pengukuran panjang-berat, pembedahan untuk pengamatan gonad dan saluran pencernaan. Selain itu beberapa sampel ikan endemik diawetkan dan dibawa ke laboratorium untuk pengamatan morfometrik dan meristik serta diidentifikasi sampai tingkat species berdasarkan Weber and Beaufort (1913), Smith (1945) dan Kottelatet al. (1993).

Data lingkungan perairan meliputi data parameter fisika, kimia dan biologi. Parameter fisika yang diukur adalah : temperatur, kecerahan dan kedalaman. Parameter kimia yang diukur terdiri dari : pH, Kadar oksigen terlarut (O2), kandngan karbondioksida (CO2), Total Phospat (PO4), Amoniak (NH4), Nitrat (NO3) Nitrit (NO2) dan Alkalinitas. Parameter biologi yang diamati/diukur yaitu : ikan, plankton, bentos dan tumbuhan air. Untuk mendapatkan data potensi produksi ikan di Danau Towuti dihitung dengan cara mengukur produktivitas primer perairan yang selanjutnya data produktivitas primer dikonversi menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Oglesby (1977) dan Marten and Polovina (1982) yaitu : PPI (kg/ha/tahun) = (0,0008 X PP (gC/m2/hari) X 365 X 10000) / 1000, dimana PPI= Potensi produksi ikan, PP= Produktivitas primer, 365= jumlah hari dalam 1 tahun, 10000= perubahan dari satuan luas hektar ke meter sequare dan 1000= perubahan satuan berat dari kilogram ke gram.

(21)

Gambar 1. Lokasi Riset Danau Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan DANAU

(22)

3 5

4

6

1

(23)

Gambar 2.Letak stasion pengambilan / pengukuran kualitas air di Danau Towuti

Keterangan : Stasion 1: Outlet/Muara Sungai Larona, Stasion 2: Beau/ dekat Dengan pemukiman penduduk, Stasion 3: Inlet/Muara S. Mahalona, Stasion 4: Tanjung Bakara/ dekat dengan pemukimanpenduduk dan sawmill, Stasion 5: Lengkona/ jauh dari pemukiman penduduk Stasion 6: Pulau Loeha/lokasi tengah danau).

Diskripsi dan Karakteristik Stasion Pengambilan Contoh

OutletDanau Towuti (Sungai Hola-hola) yang mengalir ke Sungai Larona

dengan kedalaman air 3-10 m. Substrat terdiri dari batu dan lumpur, terdapat

tanaman air serta jauh dari tempat tinggal penduduk. Koordinat/ Posisi GPS :

S= 02o.48’.18” dan E= 121o.25’.05” Stasion 1 : Muara S. Larona

Beau, terletak di daerah yang terdapat pengaruh aktivitas penduduk yang tinggi dalam bidang perikanan dengan kedalaman air

(24)

1,5 - 5 m. Substrat terdiri dari

lumpur berpasir dan banyak terdapat tanaman air. Koordinat / Posisi GPS : S= 02o.48’.97” dan E= 121o.33’.21”

Stasion 2 : Beau

InletDanau Towuti yang berasal dari Sungai Tominanga / Mahalona, dengan kedalaman air 1 - 20 m. Substrat terdiri dari batu, kerikil dan pasir serta jauh dari tempat tinggal

penduduk. Koordinat/ Posisi GPS : S= 02o.39’.55” dan E= 121o.31’.42”

Stasion 3 : Muara S. Mahalona

Tanjung Bakara, terletak di daerah yang terdapat pengaruhsawmilldan aktivitas penduduk yang tinggi dalam bidang perikanan dengan kedalaman air 1,5 - 10 m.

Substrat terdiri dari batu, pasir dan lumpur. Koordinat/ Posisi GPS :

S= 02o.40’.48” dan E= 121o.25’.55” Stasion 4 : Tanjung Bakara

Daerah Lengkona merupakan daerah perairan di Danau Towuti yang lokasinya jauh dari pemukiman penuduk, hutan yang tumbuh dibagian tepi danau masih baik, kedalaman air

(25)

> 1 meter, substrat terdiri dari batu krikil, pasir dan sedikit lumpur.

Posisi GPS : S= 02o.41’.46” dan E= 121o.41’.10” Stasion 5 : Lengkona

Pulau Loeha, daerah terletak di tengah danau dan tidak dihuni oleh penduduk

dengan kedalaman air >10 m. Substrat terdiri dari batu, kerikil dan pasir.

Koordinat/Posisi GPS : S= 02o.45’.45” dan E= 121o.34’.33”

(26)

2.5. Analisa Data

Dalam Tabel 3, 4 dan Tabel 5 disajikan secara sistematis mengenai aspek, parameter, metodologi dan analisa data pada Riset Pengkajian potensi dan Bioekologi ikan endemik di Danau Towuti, Propinsi Sulawesi Selatan, tahun 2008 sebagai berikut :

Tabel 3. Aspek, Parameter, Metodologi dan Analisa Data Potensi Produksi Ikan Aspek Yang

Dikaji

Parameter Metodologi dan Analisa Data Keterangan

Potensi sumberdaya ikan Produktivitas Primer dan Potensi Produksi Ikan

Pengukuran produktivitas primer fitoplankton dalam satuan

(gr.C/m2/tahun) menggunakan Metode-metode sbb:

1) Metode oleh Cox (1976) dalam Widigdo (1983) yaitu :

PP=(375,36X(BT–BG)) / PQ X (t), dimana : PP= produktivitas primer (mg.C/m3/jam), BT= kadar oksigen dalam botol terang (mg/L),

BG= kadar oksigen dalam botol gelap (mg/L), PQ= photosynthetic quotient = 1,2 dan t= lama inkubasi in situ (6 Jam). 2) Untuk selanjutnya produktivitas primer dalam satuan mg.C/m3/jam diubah kedalam mg.C/m2/jam dengan menggunakan rumus ”integral care” yang dikemukakan oleh Dyson (1955)dalam

Nontjiet. al(1981) yaitu :

PPb=(d1-d0)((a+b)/2)+(d2-d1) ((b+c)/2) + …..

dimana:PPb=Produktivitas Primer dalam (mg.C/m2/jam), d0, d1, d2, d3, ...= kedalaman contoh dari produktivitas primer yang diukur a, b, c, …= produktivitas primer setiap kedalaman contoh

3) Nilai potensi produksi ikan dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Oglesby (1977) dan Marten and Polovina (1982) yaitu :

PPI (kg/ha/tahun)= (0,0008 X PP (gC/m2/hari)X365X10000) / 1000, dimana PPI= Potensi produksi ikan, PP= Produktivitas primer, 365= jumlah hari dalam 1 tahun, 10000= perubahan dari satuan luas hektar ke meter sequare dan 1000= perubahan satuan berat dari kilogram ke gram.

Productivitas primer diukur dengan memakai metode botol gelap-terang yang di-inkubasi selama 6 jam secara insitu pada beberapa kedalaman yang telah

ditentukan di setiap stasiun penelitian.

(27)

Tabel 4. Aspek, Parameter, Metodologi dan Analisa Data Biologi ikan endemik Aspek Yang

Dikaji

Parameter Metodologi dan Analisa Data Keterangan Aspek

Biologi ikan

Pertumbuhan Pengukuran panjang-berat ikan sampel dengan pengukur ketelitian=1mm dan timbangan analitis ketelitian 1 gram.

Hubungan panjang-berat ditentukan dengan Persamaan W=aLb (Sokal and Rohlf, 1973) Faktor kondisi dihitung dengan menggunakan rumus yang Dikemukanan oleh Effendie (1979) yaitu K=W/(aLb) sampel ikan didapatkan dari hasil tangkapan nelayan dan fishing experimental sampel ikan difoto, dicatat informasi : nelayan, tanggal, waktu dan

penangkapan, alat tangkap, tipe habitat, dll. Sampel ikan diawetkan dengan cairan alcohol 75%. Sampel telur diawetkan Dengan menggunakan larutan gilson Saluran pencernaan Ikan diawetkan didalam larutan Formalin 10%. Reproduksi TKG diamati secara visual.

Identifikasi dan analisa tingkat kematangan gonadnya berdasarkan petunjuk yang dikemukanan oleh Effendie (1979) Untuk menghitung fekunditas telur digunakan metode volumetrik

(Effendie, 1979). Makanan Metode indeks

preponderance.

Identifikasi dan analisa menggunakan metode Effendie (1979).

(28)

Tabel 5. Aspek, Parameter, Metodologi dan Analisa Data ekologi perairan Aspek yang

dikaji

Parameter Metodologi dan Analisa Data Keterangan

Aspek Ekologi Perairan - Tipe Perairan - Vegetasi Perairan - Fisika-Kimia-Perairan - Plankton (fito, zoo) - Benthos

-Pengamatan visual secara langsung yang dilakukan dengan berbagai cara antara lain : pengamatan bagian dasar perairan, bagian tepi dan bagian-bagian litoralnya.

-vegetasi perairan diamati secara visual langsung dilapang dan untuk jenis-jenis tertentu yang belum diketahui

speciesnya akan dibawa ke laboratorium dan diidentifikasi -Pengambilan sampel air dilakukan

dengan menggunakan alat Water sampler, selanjutnya diukur secara insitu dan beberapa parameter diantaranya diukur / dianalisa di laboratorium (parameter yang diamati telah disajikan dalam Tabel 2.)

-Contoh plankton diambil dengan menggunakan plankton net secara vertikal pada kolom air. Selanjutnya plankton diawet dengan larutan lugol untuk diidentifikasi dan dihitung kelimpahannya berdasarkan metode Sedwick Rafter (SR) mengikuti prosedur APHA (1981).

-Contoh benthos diambil dengan menggunakan alat Ekman dredge dengan ulangan 3 kali per stasion yang dikakukan secara acak. Selanjutnya sampel dimasukkan kedalam plastik berukuran 5 kg dan diberi larutan formalin 10%. Sampel dibawa ke l aboratorium untuk diidentifikasi

-Data parameter biologi

keanekaragaman jenis organisme plankton akan dianalisa menggunakan kelimpahan relatif, sedangkan keane-karagaman jenisnya pada beberapa habitat dianalisis dengan Indeks

Shannon denan persamaannya sebagai berikut :

S

H= ∑pi log2pi

I =1

H=Indeks keragaman jenis,

S = Banyaknya jenis (taxa), pi= ni/N = proporsi individu dari Jenis ke-i terhadap jumlah Individu total, ni = banyaknya individu/jenis dan N = Jumlah total individu.

(29)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Plankton, Produktivitas Primer dan Potensi Produksi Ikan

Komposisi kuantitatif dan kualitatif plankton di suatu perairan sangat tergantung pada beberapa factor serta kondisi dari parameter fisika-kimia dan proses yang terjadi di dalam perairan tersebut. Kandungan nutrient dari unsur N dan P yang terkandung dalam perairan sangat menentukan jumlah dan komposisi plankton (Odum, 1971). Jenis fitoplankton Danau Towuti umumnya didominasi oleh jenis-jenis yang termasuk dalam kelas Bacillariophyceae dan Chlorophyceae, sedangkan jenis zooplankton yang dominant adalah dari kelas Copepoda seperti Cyclops dan Nauplius. Jenis-jenis fitoplankton dan zooplankton yang berhasil diidentifikasi dari 3 (tiga) kali survey dapat dilihat pada Tabel 6, Tabel 7 dan Tabel 8 serta Lampiran 1. Komposisi dan kemelimpahan plankton dari 3 kali survei (Bulan Pebruari/Maret, Mei/Juni dan Juli/Agustus) beragam dan bervariasi. Pada survei pertama (Pebruari/Maret-2008) kemelimpahan plankton berkisar antara 44-108 individu/ liter dengan jumlah jenis plankton = 35 genera terdiri dari Kelas Bacillariophyceae (15 genera), Chlorophyceae (7 genera), Chrysophyceae (2 genera), Cyanophyceae (4 genera), Mastigophora (2 genera), Sarcodina (1 genera), Copepoda (1 genera), Ciliata (1 genera) dan Crustacea (2 genera). Jenis plankton yang dominan adalah jenis Ulothrix, Staurastrum dan Mougeotia, ketiganya dari kelas Chlorophyceae. Indeks keanekaragaman plankton di 6 stasion pengamatan pada survei pertama berkisar antara H’=1,2486-1,8007 dengan nilai rata-rata H’=1,5614 (Tabel 9). Berdasarkan komposisi dan kemelimpahan plankton serta nilai indeks keanekaragaman plankton dari hasil survei pertama, perairan Danau Towuti mempunyai tingkat kesuburan rendah-sedang dengan kualifikasi kualitas perairan tercemar ringan sampai rendah-sedang (Lander, 1978 dan Likens, 1975dalamJorgensen, 1980).

Pada survei kedua (bulan Mei/Juni-2008) kemelimpahan plankton berkisar antara 111-180 individu/liter dengan jumlah jenis plankton = 28 genera terdiri dari Kelas Bacillariophyceae (9 genera), Chlorophyceae (7 genera), Chrysophyceae (2 genera), Cyanophyceae (1 genera), Mastigophora (2 genera), Sarcodina (1 genera), Copepoda (1 genera), Rotifera (1 genera), Protozoa (2 genera), Trachelomonas (1 genera) dan Crustacea (1 genera). Jenis plankton yang dominan adalah jenis Ulothrix, Staurastrum, Cosmarium dan Mougeotia,. Keempatnya dari kelas Chlorophyceae. Indeks keanekaragaman plankton di 6 (enam) stasion berkisar antara H’ = 1,5559-2,0191 dengan nilai rata-rata H’=1,7337 (Tabel 9). Indeks keanekaragaman plankton pada survei ke-2 nilainya lebih tinggi dibanding survei 1 dan 3, namun perairan Danau Towuti masih dalam klasifikasi dengan tingkat kesuburan yang rendah sampai sedang dan kualitas perairan

(30)

berada pada tingkatan tercemar ringan sampai sedang (Lander, 1978 dan Likens, 1975 dalamJorgensen, 1980).

Tabel 6. Jenis dan jumlah plankton (individu/liter) yang teridentifikasi pada survei pertama (Pebruari/Maret-2008) di Danau Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan

Nama Organisme Plankton ST-1 ST-2 ST-3 ST-4 ST-5 ST-6 Bacillariophyceae Achnanthes 1 Diatoma 1 1 1 Nitzschia 1 1 1 Pleurosigma 1 1 Epithemia 1 Pinnularia 1 Surirella 1 1 1 1 Cymbella 1 1 1 1 1 Asterionella 1 Rhopalodia 1 Coconeis 1 Stauroneis 1 Coscinodiscus 1 Cyclotella 1 Fragillaria 1 Chlorophyceae Ulothrix 54 35 32 30 16 40 Staurastrum 29 11 6 4 9 11 Oocystis 1 1 Cosmarium 2 2 1 1 1 1 Tetraedron 1 Chlorococcus 1 Mougeotia 4 3 2 15 3 Chrysophyceae Navicula 1 1 1 1 1 2 Synedra 1 Cyanophyceae Merismopedia 2 1 Spirulina 1 Oscillatoria 1 Aphanocapsa 1 Mastigophora Peridinium 1 1 1 1 Euglena 1 Sarcodina Actinophrys 3 1 1 2 3 Copepoda Cyclops 2 1 1 2 Ciliata Oxytricha 1 Crustacea Nauplius 1 1 1 Notholca 1 Jumlah 108 56 53 44 51 71

(31)

Tabel 7. Jenis dan jumlah plankton (individu/liter) yang teridentifikasi pada survei ke-dua (Bulan Mei/Juni-2008) di perairan Danau Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan

Nama Organisme Plankton ST-1 ST-2 ST-3 ST-4 ST-5 ST-6 Bacillariophyceae Diatoma 1 Nitzschia 4 4 Pleurosigma 3 1 Surirella 4 1 1 Cymbella 1 4 1 Asterionella 1 Coconeis 2 Cyclotella 1 2 Fragillaria 2 Chlorophyceae Ulothrix 40 25 34 35 39 31 Staurastrum 38 16 8 19 27 17 Oocystis 1 Cosmarium 43 21 14 17 36 55 Mougeotia 41 39 42 27 67 34 Zygnema 1 Closterium 1 2 Chrysophyceae Navicula 6 2 4 4 2 1 Synedra 1 Cyanophyceae Merismopedia 17 Mastigophora Peridinium 4 Euglena 2 Sarcodina Actinophrys 1 1 Copepoda Cyclops 2 4 1 1 Crustacea Nauplius 1 2 Rotifera Synchaeta 1 Protozoa Difflugia 1 1 1 Phacus 1 Trachelomonas Trachelomonas 2 3 Jumlah 180 111 138 114 179 147

(32)

Tabel 8. Jenis dan jumlah plankton (individu/liter) yang teridentifikasi pada survei ketiga (Bulan Juli/Agustus-2008) di perairan Danau Towuti, Luwu Timur, Sulawesi Selatan

Nama Organisme Plankton ST-1 ST-2 ST-3 ST-4 ST-5 ST-6 Bacillariophyceae Diatoma 3 1 Nitzschia 1 24 5 32 7 30 Pleurosigma 1 3 Pinnularia 1 1 Surirella 13 2 7 11 15 Cymbella 1 Coscinodiscus 6 3 2 2 Fragillaria 5 2 Chlorophyceae Ulothrix 45 84 29 68 72 25 Staurastrum 2 15 6 11 1 5 Oocystis Cosmarium 63 95 82 168 183 53 Chlorococcus 6 5 1 Mougeotia 10 19 14 23 16 13 Zygnema 1 Closterium 6 35 51 33 63 25 Chrysophyceae Navicula 6 6 2 1 Synedra 1 12 2 Cyanophyceae Merismopedia 7 1 Oscillatoria 1 Aphanocapsa 1 2 Mastigophora Euglena 1 Copepoda Cyclops 10 4 5 Crustacea Nauplius 1 Jumlah 128 301 210 373 374 183

Pada survei ketiga (bulan Juli/Agustus-2008) kemelimpahan plankton berkisar antara 128-374 individu/liter dengan jumlah jenis plankton = 24 genera terdiri dari Kelas Bacillariophyceae (8 genera), Chlorophyceae (8 genera), Chrysophyceae (2 genera), Cyanophyceae (3 genera), Mastigophora (1 genera), Copepoda (1 genera dan Crustacea (1 genera). Jenis plankton yang paling dominan adalah jenis Ulothrix, Cosmarium, Closterium, Mougeotia dan Staurastrum (Kelas Chlorophyceae) dan dari Kelas Bacillariophyceae adalah jenis Nitzschia. Indeks keanekaragaman plankton di 6 (enam) stasion pengamatan pada survei ketiga berkisar antara H’=1,5453-2,1261 dengan nilai rata-rata H’=1,7117 (Tabel 9). Indeks keanekaragaman plankton pada survei ketiga nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan survei kesatu dan lebih rendah dari survei

(33)

kedua, namun perairan Danau Towuti masih dalam klasifikasi dengan tingkat kesuburan yang rendah sampai sedang dan kualitas perairan berada pada tingkatan tercemar ringan sampai sedang (Lander, 1978 dan Likens, 1975 dalam Jorgensen, 1980). Nilai Indeks keanekaragaman plankton secara keseluruhan (berdasarkan waktu survei dan stasion penelitian) mempunyai nilai rata-rata H’=1,6689, termasuk dalam klasifikasi perairan tercemar ringan (Lander, 1978 dan Likens, 1975dalamJorgensen, 1980).

Tabel 9. Indeks keanekaragaman plankton di setiap stasion diDanauTowuti (Indeks shannon) dari 3 kali survei (Pebruari/Maret, Mei/Juni dan Juli/Agustus-2008)

Survei Ke- ST-1 ST-2 ST-3 ST-4 ST-5 ST-6 Rata2

1 1,6759 1,2486 1,6226 1,3392 1,8007 1,6811 1,5614

2 1,7627 1,6468 2,0191 1,8414 1,5559 1,5765 1,7337

3 1,1998 1,8526 1,7579 1,7883 1,5453 2,1261 1,7117

Rata2 1,5461 1,5827 1,7999 1,6563 1,6340 1,7946 1,6689

Produktivitas primer perairan Danau Towuti ditentukan dengan cara mengukur kadar oksigen terlarut dalam botol gelap dan terang di kedalaman 0-1 meter, 0,5 x kecerahan dan sampai batas kecerahan yang berada pada kolom kedalaman air antara 0 - ± 20 meter. Pertimbangan diambil karena proses fotosintesa yang efektif oleh sinar matahari biasanya terjadi pada lapisan air tersebut. Hasil pengukuran produktivitas primer di perairan Danau Towuti dari 3 kali survei pada 6 stasion pengamatan yang telah ditentukan dapat dilihat pada Tabel 10. Pada survei pertama (Pebruari/Maret-2008), nilai produktivitas primer tertinggi terdapat di stasion 1 (daerah outlet-Muara Sungai Larona) yaitu sebesar 3,487 gram C/m2/hari dan nilai terendah terdapat di stasion 6 = 0,823 gram C/m2/hari, nilai rata-rata produktivitas primer pada survei pertama dari ke-enam stasion adalah 1,872 gram C/m2/hari. Dibandingkan dengan ciri-ciri danau oligotrop seperti Danau Toba yang mempunyai nilai produktivitas primer antara 2,060-6,690 gram C/m2/hari dan telah diteliti aspek bioekologinya oleh Kartamihardja (1987) dan juga mengacu pada referensi terhadap klasifikasi danau oligotrofik yang dikemukakan oleh Jorgensen (1980) dan Goldman and Horne (1983), maka berdasarkan nilai produktivitas primer, Danau Towuti termasuk dalam klasifikasi danau oligotrofik yaitu danau dengan tingkat kesuburan rendah.

Pada survei kedua (Mei/Juni-2008) dan ketiga (Juli/Agustus-2008) kisaran nilai produktivitas primer dari 6 stasion penelitian lebih rendah dibandingkan dengan nilai

(34)

produktivitas primer pada survei yang pertama, nilainya masing-masing adalah 0,319-2,034 gram C/m2/hari dengan nilai rata-rata 0,877 gram C/m2/hari dan 0,698-0,942 gram C/m2/hari dengan nilai rata-rata 0,794 gram C/m2/hari. Level tinggi permukaan air Danau Towuti diukur dengan alat GPS pada survei pertama berada pada ketinggian ± 326 meter diatas permukaan laut, sedangkan pada survei kedua dan ketiga level tinggi permukaan air adalah ± 329 meter dan ± 330 meter diatas permukaan laut. Bila dihubungkan dengan nilai produktivitas primer, terlihat bahwa semakin tinggi permukaan air danau maka nilai produktivias primernya semakin rendah. Produktivitas primer merupakan ukuran tingkat energi hasil proses fotosintesis dan kemosintesis organisme produser dalam bentuk bahan organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan (Samuelet.al., 2000).

Tabel 10. Hasil Pengukuran Produktivitas Primer (gram C/m2/hari) di Danau Towuti pada 6 (enam) Stasion penelitian, Tahun Anggaran 2008

Waktu Riset St-1 St-2 St-3 St-4 St-5 St-6 Nilai Min. Nilai Maks. Rata-Rata Survei-1 3,487 2,209 1,449 1,527 1,739 0,823 0,823 3,487 1,872 Survei-2 0,713 0,926 0,319 0,345 2,034 0,923 0,319 2,034 0,877 Survei-3 0,859 0,823 0,942 0,711 0,698 0,732 0,698 0,942 0,794 Rata-Rata 1,686 1,319 0,903 0,861 1,490 0,826 0,613 2,154 1,181

Tingginya nilai produktivitas primer Danau Towuti pada survei pertama (Bulan Pebruari/Maret-2008) dan nilai terendah terjadi pada survei ketiga (Bulan Juli/Agustus-2008) berhubungan erat dengan tinggi rendahnya permukaan air Danau Towuti saat penelitian dilakukan. Akumulasi organisme fitoplankton dan unsur hara biasanya terjadi pada saat kondisi air danau dalam keadaan surut (saat dilakukan survei pertama) dan berangsur-angsur naik sampai dilakukannya survei ketiga. Dengan terakumulasinya fitoplankton dan unsur hara akan berpengaruh langsung terhadap tingginya produktivitas primer di perairan itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Danau Towuti akan meningkat kesuburan perairannya pada saat terjadi air surut.

Besarnya potensi produksi ikan di Danau Towuti dihitung dari nilai produktivitas primernya dapat dilihat pada Tabel 11. Produktivitas primer sebagai parameter biologis telah digunakan dalam pendugaan potensi produksi ikan di danau oleh Oglesby (1977) dan Melack (1976)dalamKartamihardja (1987). Besarnya potensi produksi ikan di Danau Towuti yang diukur di 6 stasion penelitian pada waktu survei pertama berkisar antara 2,403-10,182 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata = 5,467 kg/ha/tahun. Pada survei kedua dan ketiga nilai potensi produksi ikan masing-masing berkisar antara 0,932-5,939

(35)

kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata = 2,559 kg/ha/tahun dan antara 2,038-2,751 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata = 2,319 kg/ha/tahun (Tabel 11). Hasil integrasi selama penelitian (dari 3 x survei, tahun 2008), angka potensi produksi ikan di Danau Towuti berkisar antara 2,319-5,467 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata sebesar 3,449 kg/ha/tahun. Dibandingkan dengan angka potensi produksi ikan di Danau Toba (sama-sama tipe danau tektonk) mempunyai nilai sebesar 6,05 - 24,2 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata 12,1 kg/ha/tahun (Kartamihardja, 1987), maka potensi produksi ikan Danau Towuti masih dibawah potensi produksi ikan Danau Toba. Menurut Kartamihardja (1987) angka rata-rata potensi sebesar 3,449 kg/ha/tahun secara alami tergolong rendah.

Luas perairan Danau Towuti yang diperoleh dari buku “Identifikasi Potensi Kabupaten Luwu Timur, Malili, Sulawesi Selatan” (Bappeda, Kabupaten Luwu Timur, 2004) ada sebesar 56.627 hektar, dengan demikian potensi produksi ikan Danau Towuti berkisar antara : 2,319 x 56.627 = 131.318,013 kg/tahun (131 ton/tahun) - 5,467 x 56.627 = 309.579,809 kg/tahun (310 ton/tahun) dengan nilai rata-rata sebesar 3,449 x 56.627 = 195.306,523 kg/tahun atau 195 ton/tahun. Dengan nilai rata-rata potensi produksi ikan sebesar 195,307 ton/tahun, berarti rata-rata angka potensi lestari produksi ikan Danau Towuti ada sebesar 0,5 x 195,307 = 97,654 ton/tahun atau 98 ton/tahun. Dalam bahasa pengelolaan, dengan angka potensi lestari produksi ikan sebesar 97,654 ton/tahun, dapat diartikan bahwa untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan di Danau Towuti harus diupayakan agar eksploitasi atau pemanfaatan sumberdaya ikan dari berbagai aktivitas penangkapan jangan lebih dari angka lestarinya yaitu 97,654 ton/tahun.

Tabel 11. Potensi Produksi Ikan (kg/ha/tahun) di Danau Towuti berdasarkan nilai Produktivitas Primer pada setiap stasion pengamatan, Tahun 2008

Waktu Riset St-1 St-2 St-3 St-4 St-5 St-6 Nilai Min. Nilai Maks. Rata-Rata Survei-1 10,18 6,45 4,231 4,459 5,078 2,403 2,403 10,182 5,467 Survei-2 2,082 2,704 0,932 1,007 5,939 2,695 0,932 5,939 2,559 Survei-3 2,508 2,403 2,751 2,076 2,038 2,137 2,038 2,751 2,319 Rata-Rata 4,924 3,852 2,638 2,514 4,352 2,412 1,791 6,291 3,449

Aspek Biologi Ikan Endemik

Berdasarkan hasil identifikasi jenis ikan endemik yang berasal dari perairan Danau Towuti terdapat 18 jenis ikan (Lampiran 2) terdiri atas : 8 genus dari famili Gobiidae (Glossogobius matanensis, Glossogobius giuris, Glossogobius matanensis, Glossogobius flavipinnis, Glossogobius bleckeri, Glossogobius sp., Glossogobius circumspectus dan

(36)

Glossogobius biocellatus), 6 genus dari famili Telmatherinidae (Paratherina striata, Paratherina wolterecki, Tominanga sanguicauda, Telmatherina antoniae, Paratherina sp. dan Paratherina sp.), 1 genus dari famili Hemiramphidae (Dermogenys megarhamphus) dan 3 genus dari famili Oryziidae (Oryzias profundicola, Oryzias matanensis danOryzias marmoratus).

Dari 18 jenis ikan endemik yang tertangkap di Danau Towuti, hanya ada 4 jenis yang dominant yaitu : pangkilang (Paratherina striata), pangkilang sabe (Paratherina wolterecki), buttini (Glossogobius matanensis) dan boto-boto (Glossogobius matanensis). Ikan pangkilang dominant tertangkap dengan alat tangkap bagan pada waktu malam hari, sedangkan ikan buttini dan boto-boto dominant tertangkap dengan alat tangkap jarring/ gillnet dan alat tangkap salue/pancing rawai. Ke-empat jenis ikan yang dominant tertangkap tersebut merupakan jenis ikan konsumsi yang sangat digemari oleh penduduk setempat karena rasanya yang lezat dan gurih. Dilihat dari habitat tertangkapnya jenis ikan tersebut, ikan pangkilang banyak tertangkap di perairan bagian tengah danau (daerah limnetik), sedangkan ikan buttini dan boto-boto banyak tertangkap pada bagian tepi danau terutama bagian litoral yang kedalaman airnya 5-30 meter.

Berdasarkan hasil analisa hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi ikan endemik yang tertangkap di perairan Danau Towuti, rata-rata mempunyai pola pertumbuhan yang bersifat allometrik (nilai parameter b # 3) yakni percepatan pertumbuhan panjang tidak sama dengan percepatan pertumbuhan berat/bobot. Nilai parameter hasil analisa hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi ikan endemik dari setiap survei dapat dilihat pada Tabel 12, Tabel 13 dan Tabel 14.

Tabel 12. Nilai parameter hasil analisa hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi ikan Endemik Danau Towuti dari survei pertama (Tahun 2008)

No Jenis Ikan Endemik dianalisis N

Nilai Parameter Hubungan Panjang dan Bobot ikan

Endemik Sifat Pertumbuhan Faktor Kondisi (Kn) a b r2 1 Buttini (Glossogobius matanensis) 100 0,0023 3,367 0,9209 Allometrik (+) 1,1589 2 Pangkilang (Paratherina striata) 100 0,0022 3,398 0,9211 Allometrik (+) 1,0686 3 Pangkilang Sabe (Paratherina wolterecki) 28 0,0065 3,053 0,9476 Allometrik (+) 1,0604 4 Boto-Boto (Glossogobius matanensis) 100 0,0029 3,288 0,8049 Allometrik (+) 1,11047 5 Anggori Batu (Glossogobius circumspectus) 11 0,0070 2,896 0,9226 Allometrik (-) 1,0995 6 Bungo (Glossogobius giuris) 10 0,0172 2,451 0,8899 Allometrik (-) 1,0364 7 Pemancar Kuning (Glossogobius flavipinnis) 6 0,0149 2,518 0,7979 Allometrik (-) 1,0167

(37)

Tabel 13. Nilai parameter hasil analisa hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi

ikan Endemik Danau Towuti dari survei kedua (Tahun 2008)

No Jenis Ikan Endemik dianalisis N

Nilai Parameter Hubungan Panjang dan Bobot ikan

Endemik Sifat Pertumbuhan Faktor Kondisi (Kn) a b r2 1 Buttini (Glossogobius matanensis) 95 0,0106 2,919 0,9435 Allometrik (-) 1,1128 2 Pangkilang (Paratherina striata) 100 0,0024 3,397 0,9761 Allometrik (+) 0,9997 3 Boto-Boto (Glossogobius matanensis) 100 0,0129 2,840 0,9399 Allometrik (-) 1,0675

Tabel 14. Nilai parameter hasil analisa hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi

ikan Endemik Danau Towuti dari survei ketiga (Tahun 2008)

No Jenis Ikan Endemik dianalisis N

Nilai Parameter Hubungan Panjang dan Bobot ikan

Endemik Sifat Pertumbuhan Faktor Kondisi (Kn) a b r2 1 Buttini (Glossogobius matanensis) 75 0,0101 2,951 0,9731 Allometrik (-) 1,1395 2 Pangkilang (Paratherina striata) 100 0,0023 3,390 0,9741 Allometrik (+) 1,0602 3 Boto-Boto (Glossogobius matanensis) 100 0,0366 2,561 0,9081 Allometrik (-) 1,0414 4 Pangkilang Sabe (Paratherina wolterecki) 125 0,0026 3,415 0,9887 Allometrik (+) 1,1964

Bila nilai parameter b < 3, pola pertumbuhan antara panjang dan bobot bersifat allometrik negatif (allometrik (-)) yaitu pertumuhan panjang lebih cepat dari pertumbuhan berat dan umumnya kondisi fisik individu ikan adalah kurus-kurus. Sebaliknya bila nilai parameter b > 3, maka pola pertumbuhan antara panjang dan bobot bersifat allometrik positif (allometrik (+)) yaitu pertumbuhan berat lebih cepat dari pertumbuhan panjang dan kondisi fisik individu ikan umumnya gemuk-gemuk. Hasil analisa hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi ikan endemik pada survei pertama (Tabel 12) terdapat empat jenis ikan endemik yang mempunyai pola pertumbuhan bersifat allometrik (+) yaitu Buttini (Glossogobius matanensis), Pangkilang (P.striata), Pangkilang Sabe (P. wolterecki) dan Boto-Boto (G. matanensis). Pola pertumbuhan bersifat allometrik (-) terdapat 3 jenis yaitu Anggori Batu (G.circumspectus), Bungo (G. giuris) dan Pemancar Kuning (Glossogobius flavipinnis). Hasil analisa pada survei kedua (Tabel 13) dan survei ketiga (Tabel 14), pola pertumbuhan jenis ikan Buttini dan Boto-Boto mempunyai hubungan panjang dan bobot bersifat allometrik (-) hal ini menunjukkan jenis ikan buttini dan boto-boto yang tertangkap nelayan bulan Pebruari/Maret-2008 (survei-1) kondisinya lebih baik dibandingkan bulan

Gambar

Gambar 5 Indeks Preponderance ikan Pangkilang dari Danau Towuti yang tertangkap dengan alat bagan disampling pada survei pertama (Pebruari/Maret-2008)
Tabel  1.  Hasil Pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Matano dan Towuti Pada riset tahun 2005
Tabel 2.  Parameter, Metode Pengukuran dan Bahan dan Alat yang digunakan No Parameter Yang
Gambar 1. Lokasi Riset Danau Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan keberhasilan yang dicapai pada siklus II, membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dengan Menggunakan Media Visual dalam

Secara singkat dapat dikatakan, bahwa delik kesusilaan adalah delik yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, namun tidaklah mudah menetapkan batas-batas atau

Penggabungan antara instrumen diatonik dan gamelan Bunyi suara yang dihasilkan dari perpaduan musik diatonik dan pentatonik menarik untuk diteliti dengan judul

Hal ini disebabkan pada perlakuan dosis ini yang diberikan sangat tepat untuk budidaya kacang hijau, kandungan unsur hara yang tinggi pupuk organik cap semanggi

Pengamatan selama 7 kali setelah pemasangan perangkap menujukkan bahwa rataan jumlah populasi jenis serangga lain yang tertinggi terdapat pada rataan perlakuan P3T3

Meningkatnya kesadaran manusia terhadap upaya pelestarian alam serta terbebasnya tanaman pertanian atau perkebunan dari residu pestisida, berpengaruh terhadap semakin

Hasil dari penelitian ini akan memberikan gambaran kepada calon investor untuk dapat meneliti besarnya laba yang dicatatkan oleh perusahaan pada laporan kinerja

Cost of return earning (CRE) tidak berpengaruh terhadap struktur modal pada industri farmasi periode 2008-2014, hal ini dibuktikan dengan Biaya penggunaan sumber dana yang