• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM DENGAN METODE DIVIDEND DISCOUNT MODEL DAN PRICE TO BOOK VALUE (Studi Kasus Pada Perusahaan – Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 –

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM DENGAN METODE DIVIDEND DISCOUNT MODEL DAN PRICE TO BOOK VALUE (Studi Kasus Pada Perusahaan – Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – "

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

30

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan Real Estate yang membagikan dividen kepada para pemegang saham secara tunai dan rutin selama periode penelitian (2010 – 2014). Berikut ini adalah daftar nama perusahaan serta kode saham yang dijadikan sebagai sampel penelitian ini dan dilakukan penilaian harga wajar saham masing – masing dengan menggunakan metode dividend discount model dan price to book value.

Tabel. 4.1. Kode Saham dan Nama Perusahaan

No. Kode Saham Nama Perusahaan

1 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk.

2 CTRA Ciputra Development Tbk.

3 CTRP Ciputra Property Tbk.

4 CTRS Ciputra Surya Tbk.

5 GMTD Gowa Makassar Tourism D Tbk.

6 JRPT Jaya Real Property Tbk.

7 LPKR Lippo Karawaci Tbk.

8 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk.

9 SMRA Summarecon Agung Tbk.

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015

4.1.Penilaian Harga Wajar Saham dengan Metode Dividend Discount Model

(2)

31 1. Menghitung tingkat pertumbuhan dividen per tahun

Tingkat pertumbuhan dividen sangat diperlukan terkait dengan penilaian harga wajar saham menggunakan metode dividend discount model ini. Dengan melakukan perhitungan pertumbuhan dividen maka dapat diketahui pertumbuhan dividen perusahaan bergerak meningkat atau menurun yang akan berpengaruh pada estimasi dividen pada tahap selanjutnya. Berikut ini adalah rumus perhitungan pertumbuhan dividen setiap tahun(Dewi 2014).

𝑔 = 𝐷𝑛𝐷− 𝐷0

0

Berikut ini adalah hasil perhitungan pertumbuhan dividen.

Tabel. 4.2.Hasil Perhitungan Pertumbuhan Dividen

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015 No Kode

Saham

Pembagian dividen tahun 2010 - 2014 (dalam rupiah per lembar saham)

(3)

32 2. Menghitung estimasi dividen yang diharapkan

Pada perhitungan ini bertujuan untuk mencari estimasi dividen atau perkiraan dividen yang diharapkan akan diperoleh dengan data rata – rata pertumbuhan dividen yang telah dihitung pada tahap perhitungan pertumbuhan dividen. Berikut ini adalah rumus menghitung estimasi dividen yang diharapkan (Dewi 2014).

𝐷𝑡= 𝐷0 (1 + 𝑔̅)

Keterangan :

Dt : dividen yang diestimasi

D0 : dividen tahun sebelumnya 𝑔̅ : rata – rata pertumbuhan dividen

Berikut ini adalah hasil perhitungan estimasi dividen yang diharapkan.

Tabel. 4.3. Hasil Perhitungan Estimasi Dividen yang Diharapkan

(4)

33 3. Tingkat pengembalian yang diharapkan (Required Rate of Return)

menggunakan CAPM

Perhitungan tingkat return yang diharapkan pada penilaian harga wajar saham dengan menggunakan model dividend discount model ini menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM ini adalah suatu model yang digunakan untuk menentukan harga – harga aktiva dalam keadaan ekuilibrium.Pada keadaan ekuilibrium, pasar yang kompetitif memiliki harga keseimbangan yang ditentukan oleh tawaran yang tersedia dan permintaan agregat.

Harga keseimbangan menjadi penting karena mencerminkan konsensus bersama antara semua partisipan pasar tentang nilai dari aktiva tersebut berdasarkan informasi yang tersedia. Berikut ini adalah rumus menghitung tingkat return yang diharapkan dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model(Fahmi 2012).

𝑘 = 𝑅𝑓+ 𝛽(𝑅𝑚− 𝑅𝑓)

Keterangan :

k : tingkat return yang diharapkan Rf : risk free rate

Rm : imbal hasil pasar / return market

β : beta saham (indikator risiko sistematis)

(5)

34 rate yang digunakan adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem bunga. Tingkat suku bunga yang ada pada Sertifikat Bank Indonesia ditunjukkan oleh BI rate.

(6)

35 Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016

(7)

36 Pada perhitungan required rate of return menggunakan CAPM, risk free rate yang digunakan merupakan rata – rata dari BI rate setiap bulan selama periode 1 tahun. Berikut ini adalah hasil perhitungan tingkat return yang diharapkan pada setiap saham.

Tabel. 4.5. Hasil Perhitungan Tingkat Return yang Diharapkan

(8)
(9)

38 4. Menghitung harga wajar saham dengan metode dividend discount model.

Dalam menghitung harga wajar saham terdapat beberapa faktor yang berpengaruh seperti besarnya dividen, pertumbuhan dividen, serta tingkat return yang diharapkan. Faktor dividen menjadi penentu utama dalam perhitungan harga wajar dengan menggunakan metode dividend discount model, ketika perusahaan tersebut tidak membagikan dividen maka akan memberikan hasil negatif (-) pada harga wajar sahamnya. Berikut ini rumus perhitungan harga wajar saham dengan menggunakan metode dividend discount model.

𝑉 = 𝐷(𝑘 − 𝑔)0(1 + 𝑔)

Penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode dividend discount model ini memiliki asumsi yang harus dipenuhi yaitu required rate of return (k) adalah lebih besar daripada tingkat pertumbuhan dividen (g) karena apabila tidak, maka akan memberikan hasil yang berbeda karena nilai pembaginya akan menjadi negatif (-).

(10)
(11)

40

Tabel 4.6. Tabel Hasil Penilaian Harga Wajar dengan Metode Dividend Discount Model (2010 – 2014)

No. Nama Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 2. CTRA Rp 1 Rp 350 Rp (16) Rp 540 Rp 40 Rp 1.000 Rp (16) Rp 750 Rp 8 Rp 1.250

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

3. CTRP Rp 2 Rp 440 Rp (21) Rp 490 Rp 52 Rp 600 Rp (19) Rp 620 Rp 7 Rp 845

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 4. CTRS Rp 4 Rp 690 Rp (131) Rp 870 Rp 143 Rp 2.250 Rp (84) Rp 1.310 Rp 36 Rp 2.960

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 5. GMTD Rp 964 Rp 165 Rp (4.788) Rp 660 Rp 585 Rp 660 Rp 2.325 Rp 8.300 Rp 370 Rp 6.100

Undervalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 6. JRPT Rp( 143) Rp 260 Rp (494) Rp 440 Rp 284 Rp 620 Rp (41) Rp 800 Rp 0 Rp 1.040

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 7. LPKR Rp 2 Rp 680 Rp (16) Rp 660 Rp 54 Rp 1.000 Rp (14) Rp 910 Rp (0.126) Rp 1.020

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 8. MKPI Rp 1.583 Rp 2.800 Rp 3.763 Rp 2.900 Rp 4.095 Rp 3.900 Rp (15.166) Rp 9.500 Rp 1.170 Rp 15.300

Overvalued Undervalued Undervalued Overvalued Overvalued 9. SMRA Rp 3 Rp 545 Rp (54) Rp 620 Rp 155 Rp 950 Rp (20) Rp 780 Rp (0.176) Rp 1.520

(12)

41 Pada penelitian dengan menggunakan metode dividend discount model memiliki hasil yang cukup jauh antara hasil penilaian harga wajar (V) dengan harga aktual yang berlaku di pasar modal. Pada tahun 2010 semua perusahaan memiliki harga wajar yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya sehingga menghasilkan nilai overvalued. Pada saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, GMTD, JRPT, LPKR, MKPI, SMRA menunjukkan hasil overvalued.

(13)

42 sebelumnya. Untuk ke – 8 saham yaitu saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, GMTD, JRPT, LPKR, dan SMRA memperoleh penilaian overvalued yang berarti saham – saham ini dianggap memiliki potensi dapat memberikan return yang lebih tinggi oleh investor. Sedangkan untuk saham MKPI memiliki penilaian undervalued dengan harga wajar Rp. 4.095 dan harga aktual Rp. 3.900.

Pada tahun 2013 memiliki nilai overvalued pada semua saham namun terdapat penurunan harga wajar saham pada 8 saham yaitu saham BSDE yang pada mulanya memiliki nilai wajar sebesar Rp. 47,28 pada tahun 2012 menjadi Rp. (16,84) pada tahun 2013, saham CTRA dari Rp. 40 menjadi Rp. (16) di tahun 2013, saham CTRP dari Rp. 52 menjadi Rp. (19), saham CTRS dari Rp. 143 menjadi Rp. (84), saham JRPT dari Rp. 284 menjadi Rp. (41), saham LPKR dari Rp. 54 menjadi Rp. 14, serta pada saham MKPI dan SMRA yang mulanya memiliki harga wajar sebesar Rp. 4.095 dan Rp. 155 pada tahun 2012 menurun menjadi Rp (15.166) dan Rp. (20) pada tahun 2013. Sedangkan untuk saham GMTD mengalami kenaikan nilai intrinsik dari Rp. 585 pada tahun 2012 menjadi Rp. 2.325 pada tahun 2013 dan nilai intrinsik saham GMTD merupakan saham yang masih memiliki harga wajar bernilai positif pada tahun 2013.

(14)

43 2013 dan pada saham SMRA yang membagikan dividen pada tahun 2012 sebesar Rp. 43 per lembar saham menjadi Rp. 23 per lembar saham.

Selain itu juga terdapat 4 saham yang mengalami kenaikan pada pembagian dividen (dalam hal harga per lembar) namun memiliki pertumbuhan dividen yang menurun jika dibandingkan pada tahun sebelumnya (2012). Keempat saham ini adalah saham CTRA, CTRP, CTRS, dan LPKR. Pada saham CTRA mengalami peningkatan dividen dari Rp. 12 per lembarnya menjadi Rp. 19 namun mengalami penurunan pertumbuhan dividen dari 71% menjadi 58%, pada saham CTRP dividennya memiliki peningkatan dari Rp. 16 per lembar saham yang dimiliki investor menjadi Rp. 21 per lembar dan penurunan pada pertumbuhan dividen dari 100% menjadi 31%. Pada saham CTRS yang membagikan dividen sebesar Rp. 42 per lembar menjadi Rp. 60 per lembar saham dan penurunan tingkat pertumbuhan dividen dari 68% menjadi 43%, dan pada saham LPKR dividennya memiliki peningkatan dari Rp. 12 per lembar saham yang dimiliki investor menjadi Rp. 14 per lembar dan penurunan pada pertumbuhan dividen dari 52% menjadi 19% di tahun 2013.

(15)

44 pertumbuhan dividennya dari mulanya pada tahun 2012 hanya mengalami pertumbuhan sebesar 10% meningkat pesat menjadi 148%.

Pada tahun 2014 semua saham memiliki nilai overvalued yaitu saham BSDE memiliki harga wajar sebesar Rp. 18,44 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp. 1.805, CTRA memiliki harga wajar sebesar Rp. 8 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp.1.250, CTRP memiliki harga wajar sebesar Rp. 7 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp. 845, CTRS memiliki harga wajar sebesar Rp. 36 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp.2.960, GMTD memiliki harga wajar sebesar Rp. 370 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp.6.100, dan MKPI memiliki harga wajar sebesar Rp. 1.170 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp.15.300. Sedangkan untuk saham JRPT, LPKR, dan SMRA juga memiliki nilai overvalued hal ini terjadi karena ketiga saham ini tidak membagikan dividen pada tahun 2014 sehingga menghasilkan nilai negatif pada harga wajarnya.

(16)

45 tahun 2014 seperti tahun – tahun sebelumnya. Saham GMTD merupakan saham yang mengalami peningkatan pada pertumbuhan dividennya menjadi sebesar Rp. 65 per lembar saham jika dibandingkan dengan tahun 2013 dan 2012 yang hanya membagikan dividen Rp. 50 per lembar saham. Hasil penilaian dengan menggunakan metode dividend discount model menunjukkan harga wajar masing – masing saham lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai pasarnya atau harga aktual yang berlaku. Hasil penilaian yang diperoleh adalah overvalued pada setiap periode penelitian (2010 – 2014) untuk saham - saham yang menerapkan kebijakan membagi dividen tunai rutin setiap tahunnya seperti saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, dan GMTD. Menilai harga wajar saham sektor properti dan real estate dengan menggunakan perhitungan estimasi future dividend payment dan pertumbuhan dividen menunjukkan bahwa nilai intrinsik saham – saham ini lebih rendah dibanding dengan harga aktualnya ketika perusahaan tersebut membagikan dividen tunai kepada para investor. Pasar atau investor menunjukkan permintaan yang ringgi terhadap saham – saham yang menawarkan keuntungan jangka panjang berupa dividen sehingga menyebabkan overvalued, namun hal ini menunjukkan bahwa orientasi investor bukan pada dividen namun pada capital gain dengan ekspektasi untuk memperoleh return yang tinggi padahal tidak sesuai dengan nilai intrinsik perusahaan.

(17)
(18)

47

4.2.Penilaian Harga Wajar Saham dengan Metode Price to Book Value

Pada penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode price to book value ratio terdapat beberapa tahapan perhitungan. Berikut ini adalah tahapan perhitungan harga wajar saham dengan price to book value ratio. 1. Menghitung nilai buku per lembar saham (book value per share)

Nilai buku per lembar saham adalah nilai seharusnya saham tersebut dengan cara membagi ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan tersebut dengan jumlah saham yang beredar.

𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

Berikut ini adalah hasil perhitungan book value per share setiap perusahaan selama periode 2010 – 2014.

Tabel. 4.7. Hasil Perhitungan Book Value Per Share Setiap Perusahaan Sampel Periode 2010 – 2014

(19)

48 2. Menghitung price to book value ratio

Setelah mengetahui book value per share, maka diperlukan harga pasar saham. Harga pasar saham adalah harga aktual / harga yang berlaku di pasar modal pada periode tersebut, harga pasar yang digunakan adalah harga penutupan. Harga pasar setiap saham kemudian dibagi dengan book value per share masing – masing saham untuk memperoleh hasil berupa rasio price to book value masing – masing saham setiap tahunnya.

Berikut ini adalah hasil perhitungan rasio price to book value masing – masing saham periode 2010 – 2014.

Tabel. 4.8. Hasil Perhitungan Price to Book Value Per Share Setiap Perusahaan Sampel Periode 2010 – 2014

(20)

49 3. Melakukan perhitungan nilai intrinsik saham dengan price to book value

Pada tahap ini rasio price to book value yang telah diperoleh dari masing – masing saham diubah menjadi suatu nilai dalam bentuk rupiah yang merupakan nilai intrinsik masing – masing saham. Berikut ini adalah rumus yang digunakan dalam mengubah rasio menjadi nilai intrinsik.

V = rasio 𝑃𝐵𝑉 median industri X 𝑏𝑜𝑜𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒

(21)
(22)

51

Tabel. 4.9. Hasil Perhitungan Harga Wajar Saham menggunakan Price to Book Value Per Share Setiap Perusahaan Sampel Periode 2010 – 2014

No. Nama

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

2. CTRA Rp 377,77 Rp 350 Rp 497 Rp 540 Rp 604 Rp 800 Rp 918 Rp 750 Rp 953 Rp 1.250

Undervalued Overvalued Overvalued Undervalued Overvalued

3. CTRP Rp 457,73 Rp 440 Rp 578 Rp 490 Rp 700 Rp 600 Rp 1.060 Rp 620 Rp 1.005 Rp 845

Undervalued Undervalued Undervalued Undervalued Undervalued

4. CTRS Rp 673,11 Rp 690 Rp 970 Rp 870 Rp 1.209 Rp 2.250 Rp 1.797 Rp 1.310 Rp 1.930 Rp 2.960

Overvalued Undervalued Overvalued Undervalued Overvalued

5. GMTD Rp 997,55 Rp 165 Rp 1.683 Rp 660 Rp 2.488 Rp 660 Rp 5.662 Rp 8.300 Rp 8.302 Rp 6.100

Undervalued Undervalued Undervalued Overvalued Undervalued

6. JRPT Rp 466,9 Rp 260 Rp 680,7 Rp 440 Rp 872,4 Rp 620 Rp 278,1 Rp 800 Rp 294,6 Rp 1.040

Undervalued Undervalued Undervalued Overvalued Overvalued

7. LPKR Rp 298,77 Rp 680 Rp 402 Rp 660 Rp 537 Rp 1.000 Rp 875 Rp 910 Rp 967 Rp 1.020

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

8. MKPI Rp 1.069,95 Rp 2.800 Rp 1.546 Rp 2.900 Rp 1.947 Rp 3.900 Rp 2.884 Rp 9.500 Rp 2.884 Rp 15.300

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

9. SMRA Rp 248 Rp 545 Rp 355 Rp 620 Rp 571,2 Rp 950 Rp 460,1 Rp 780 Rp 525,5 Rp 1.520

(23)

52 Pada hasil penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode price to book value terdapat beberapa saham yang mengalami overvalued selama periode tahun 2010 – 2014 seperti saham BSDE, LPKR, MKPI, dan SMRA. Sedangkan pada saham CTRP menunjukkan nilai undervalued di setiap tahun selama 2010 – 2014. Saham yang lain seperti CTRA, CTRS, GMTD dan JRPT memiliki hasil penilaian harga wajar yang berbeda - beda setiap tahunnya.

Pada tahun 2010 terdapat 5 saham yang memiliki nilai overvalued yaitu saham BSDE, CTRS, LPKR, MKPI, dan SMRA. Pada saham BSDE memiliki harga wajar sebesar Rp. 276,8 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 900. Saham CTRS memiliki harga wajar sebesar Rp. 673,1 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 690. Saham LPKR memiliki harga wajar sebesar Rp. 298,7 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 680. MKPI memiliki harga wajar sebesar Rp. 1.069 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 2.800. SMRA memiliki harga wajar sebesar Rp. 248 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 545. Untuk keempat saham lainnya yaitu saham CTRA, CTRP, GMTD, dan JRPT memiliki nilai undervalued.

(24)

53 980, CTRA memiliki harga wajar sebesar Rp. 497 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 540, LPKR memiliki harga wajar sebesar Rp. 402 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 660, MKPI yang memiliki harga wajar sebesar Rp. 1.546 dengan harga aktualnya mencapai Rp. 2.900, dan SMRA dengan harga wajar Rp. 355 sedangkan harga yang berlaku di pasar modal adalah Rp. 620. Sedangkan 4 saham lainnya memiliki hasil penilaian undervalued terdiri dari saham CTRP dengan harga wajar sebesar Rp. 578 lebih besar dibandingkan dengan harga aktualnya Rp. 490, saham CTRS yang harga wajarnya sebesar Rp. 970 yang lebih besar dibandingkan dengan harga aktualnya Rp. 870, dan harga wajar sebesar Rp. 1.683 dengan harga aktual Rp. 660 pada saham GMTD. JRPT dengan harga wajar sebesar Rp. 680,7 lebih besar dibandingkan dengan harga aktualnya Rp. 440.

(25)

54 harga wajar sebesar Rp. 604 lebih rendah dibanding harga aktualnya sebesar Rp. 800. Saham CTRS dengan harga wajar Rp. 1.209 dan harga aktual Rp. 2.250, LPKR dengan harga wajar Rp. 537 dan harga aktual yang lebih tinggi sebesar Rp. 1.000, MKPI dengan harga wajar Rp. 1.947 dan harga aktual yang lebih tinggi sebesar Rp. 3.900, dan SMRA dengan harga wajar Rp. 571,2 dan harga aktual yang lebih tinggi sebesar Rp. 950.

Pada tahun 2013 terdapat 6 saham yang terdiri dari saham BSDE dengan harga wajar Rp. 1.093 dengan harga aktual Rp. 1.290, GMTD yang harga wajarnya Rp. 5.662 dan harga aktual sebesar Rp. 8.300, JRPT memiliki harga wajar Rp. 278,1 dan harga aktual Rp. 800 , LPKR dengan harga wajar Rp. 875 dan harga aktual Rp. 910, MKPI dengan harga wajar Rp. 2.884 dan harga aktual Rp. 9.500, dan SMRA yang harga wajarnya Rp. 460,1 dengan harga aktual Rp. 780 memiliki nilai overvalued. Sedangkan 3 saham yaitu CTRA dengan harga wajar Rp. 918 dengan harga aktual Rp. 750 , CTRP dengan harga wajar Rp. 1.060 dengan harga aktual Rp. 620, dan CTRS dengan harga wajar Rp. 1.797 dengan harga aktual Rp. 1.310 memiliki nilai undervalued.

(26)

55 aktual Rp 1.805, saham CTRA dengan harga wajar Rp. 953 pada harga aktual Rp. 1.250, saham CTRS Rp. 1.930 untuk harga wajarnya dan harga aktualnya Rp. 2.960. Saham JRPT dengan Rp. 294,6 untuk harga wajar dengan harga aktual Rp. 1.040, saham LPKR dengan harga wajar Rp. 967 pada harga aktual 1.020, saham MKPI dengan harga wajar Rp. 2.884 dengan harga aktual yang sangat tinggi sebesar Rp. 15.300 serta saham SMRA yang memiliki harga wajar Rp. 525,5 namun memiliki harga aktual sebesar Rp. 1.520.

(27)

Gambar

Tabel. 4.1. Kode Saham dan Nama Perusahaan
Tabel. 4.2.Hasil Perhitungan Pertumbuhan Dividen
Tabel. 4.3. Hasil Perhitungan Estimasi Dividen yang Diharapkan
Tabel. 4.4. Tabel BI Rate Tahun 2010 – 2014
+6

Referensi

Dokumen terkait

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga Skripsi penulis yang berjudul “Analisis Serangan dari Log Dataset

Setelah melalui dua siklus kompetensi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa menggunakan metode pembelajaran peer teaching pada Mata Pelajaran Perakitan

Jika terdapat bukti objektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo yang

Jamur yang mengkontaminasi baik pada beras dan jagung di pasar Kereneng, Agung, Badung dan Ketapaian adalah. Aspergillus flavus, Aspergillus niger dan

Dari keseluruhan hasil perhitungan untuk faktor multiplikasi reaktor RGTT dengan kedua model sel kisi, baik dengan sel kisi kubik sederhana (SC, Simple Cubic) maupun dengan sel kisi

Analisis data merupakan suatu proses pencarian dan penyusunan yang sistematis terhadap hasil-hasil wawancara, catatan lapangan, dan lain-lain yang dikumpulkan agar

Beware, these tables (You can find them in the top casinos such as the Bellagio and others on the strip.) are places where you can lose hundreds of dollars in minutes so unless you

Kesimpulan : Kerja sama antar tim kesehatan dan pasien maupun keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien, komunikasi terapeutik