• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Kualitas Piranti Lunak dengan Penerapan CMM-SW Indonesia Oleh Kusmanto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meningkatkan Kualitas Piranti Lunak dengan Penerapan CMM-SW Indonesia Oleh Kusmanto"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Meningkatkan Kualitas Piranti Lunak dengan Penerapan CMM-SW Indonesia

Oleh

Kusmanto

Abstrak

Kebutuhan piranti lunak semakin dibutuhkan di setiap sektor, di sisi lain memilih pengembang piranti lunak di Indonesia belum ada bakuan yang harus di sepakat, sebagai bahan pemikiran para stakeholder, sehingga jaminan kualitas piranti lunak tidak dapat terprediksi untuk mempengaruhi bisnis mereka, untuk itu para pengembang atau organisasi piranti lunak perlu memikirkan penerapan CMM-SW untuk meningkatkan kualitas produksinya. Penerapan CMM-SW lebih kepada peningkatan kualitas produksi piranti lunak bukan hanya sebuah nilai prestise, dan CMM-SW yang bersifat mentoring.

CMM-SW sudah dikembangkan sejak lebih dari 10 tahun yang dikeluarkan oleh SEI, untuk kultur dan budaya di Indonesia harus disesuaikan untuk itulah pemerintah perlu membuat CMM-SW Versi Indonesia, yang nantinya akan menjadi bakuan bagi pengembang piranti lunak.

Kata kunci : Capability Maturity Model for Software (CMM-SW), piranti lunak

1. Pendahuluan

Dalam makalah ini saya menerapkan metodologi penelitian dengan cara Literature study,Inverview dan Observasi khususnya untuk pengembang piranti lunak pada PT. Veritas Technologies dan teman-teman yang bergerak pada bidang pengembangan piranti lunak. PT. Veritas Technologies di dirikan 16 Desember 2003 berkedudukan di Jakarta sebagai hasil inovasi Yayasan Atma jaya Jakarta, untuk ikut memberikan kontribusi dalam pasar Teknologi Informasi baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Salah satu hal yang menjadi bahasan utama dalam makalah ini adalah penerapan CMM dalam proses pengembangan piranti lunak. Piranti lunak sudah menjadi tulang punggung dalam setiap organisasi.

Dalam perkembangan teknologi ada tiga hal penting yang harus diperhatikan Software (piranti lunak), Hardware , dan sumber daya manusia, ketiga hal ini disetiap organisasi harus ada. Di Indonesia SDM yang terampil tidak terdistribusi secara merata. Umumnya terfokus di pulau Jawa. Apakah memang distribusi SDM harus merata ? Di Negara maju seperti Amerika pun untuk bidang Teknologi Informasi terfokus di California, dan tidak semua daerah mengembangkan produk atau layanan untuk Teknologi Informasi yang sama.

Dari Ulasan diatas bukan hanya masalah SDM tetapi setiap organisasi yang konsen terhadap kebutuhan Teknologi informasi sebagai peranan strategis mulai memikirkan Kerangka Konseptual Masterplan., sebelumnya kita harus harus memahami status system informasi saat ini.

2. Status Sistem Informasi

Kondisi dan Status Informasi yang dipergunakan akan sangat berarti bila kita mengerti potret sebenarnya, sehingga dalam pengembangan akan membantu solusi

yang ingin diberikan ada beberapa kondisi yang dapat memberikan gambaran tentang status system informasi. Dibangun dengan mempergunakan bahasa pemrograman dan system basis data (database) konvensional (Free Table) yang sulit beradaptasi dengan kebutuhan-kebutuhan baru, sehingga diperlukan usaha yang memakan waktu dan biaya jika terjadi perubahan kebutuhan yang perlu ditunjang oleh modul tambahan baru.

Menanggapi sejumlah kebutuhan baru baik yang bersifat ad-hoc maupun terencana, proses kustomisasi dilakukan dengan cara “Hard Coded” dalam arti kata membuat sejumlah modul-modul tambahan yang ditambalsulamkan pada modul utama, sehingga dapat menurunkan kualitas dan kinerja system secara keseluruhan.

Mekanisme proses pemasukan data masih terjadi secara sporadis dalam rangka menjaga konsistensi dan sehingga timbul kualitas data yang tidak baik.

Keseluruhan proses pengembangan aplikasi dan basis data yang ada tidak meninggalkan dokumen berisi desain teknis system terkait sehingga menimbulkan proses ketergantungan yang tinggi kepada pihak yang membuatnya pada saat itu.

Sistem yang dibangun tidak menggunakan konsep modularity sehingga membatasi keleluasan bagi stakeholder system yang ingin mengembangkan modul-modul sendiri tanpa harus khawatir modul-modul tersebut tidak dapat terintegrasi dengan system utama.

Tidak tersedianya redudansi data yang baik sehingga jika terjadi sesuatu pada data secara keseluruhan, maka system terancam berhenti.

(2)

Jaringan infrastruktur computer yang masih terasa lambat responsnya akibat tidak adanya manajemen bandwith yang memadai.

Tingkat information Technology Literacy yang masih kurang dikalangan stakeholder yang seharusnya dapat cukup banyak memanfaatkan fasilitas dan fitur yang ada. Melihat kenyataaan yang ada dipastikan bahwa proses pembuatan aplikasi maupun pengembangan infrastruktur jaringan teknologi informasi tidak mengikuti standar baku pengembangan sebuah system aplikasi yang baku (System Development Life Cycle Metodologi) sehingga wajar jika kinerja system secara keseluruhan tidak begitu tinggi., karena itulah perlu dipikirkan tentang konseptual Masterplan.

Gambar : SDLC oleh John Willey

3. Kerangka Konseptual Masterplan

Secara prinsip, Masterplan sistem informasi Organisasi adalah merupakan dokumen turunan dari apa yang kerap disebut sebagai corporate business plan (rencana bisnis organisasi). Di dalam dokumen rencana bisnis korporat tersebut disebutkan secara eksplisit fungsi atau peranan strategis dari sistem informasi dalam kerangka bisnis perusahaan. Dalam beberapa referensi, Masterplan kerap didefinisikan sebagai : “sebuah dokumen formal yang berisi kerangka dasar strategi pembangunan sistem informasi Organisasi” Dokumen formal ini secara resmi disahkan oleh institusi sebagai panduan atau bahan acuan dalam berbagai usaha institusi untuk merencanakan dan mengembangkan sistem informasinya untuk jangka waktu tertentu.

Dengan memandang bahwa salah satu kunci keberhasilan strategi peningkatan kinerja terletak pada keberadaan sistem informasi yang handal, secara prinsip sistem informasi yang efektif diharapkan dapat membantu sejumlah stakeholder dalam melakukan hal-hal terkait dengan :

1. Mekanisme proses pengambilan keputusan yang berkualitas

2. Proses penyelenggaraan manajemen yang efisien 3. Budaya berkomunikasi, berkolaborasi, dan

berkooperasi yang efektif.

Disamping itu, penerapan sistem informasi yang baik dapat pula berpengaruh terhadap kualitas dan tingkat daya saing di tengah persaingan global pada industri teknologi informasi.

Domain Elemen dalam Masterplan Sistem Informasi adalah :

1. Elemen Obyektif, elemen yang berkaitan dengan tujuan dibangunnya system informasi, terutama dilihat dari berbagai perspektif pengguna atau mereka yang berkepentingan.

2. Elemen Aktivitas, elemen yang berkaitan dengan ragam proses kerja sehari-hari, terutama di dalam usahanya untuk mencapai visi dan misi yang telah dicanangkan.

3. Elemen Data, elemen yang berkaitan dengan kebutuhan manajemen dan stakeholder terkait terhadap berbagai data dan informasi sebagai bahan baku dalam proses pengambilan keputusan. 4. Elemen Manusia, elemen sumber daya manusia yang dalam hal ini berfungsi sebagai pengguna dan penerima manfaat dari system informasi yang dibangun.

5. Elemen Teknologi, elemen yang berkaitan dengan berbagai jenis teknologi computer dan telekomunikasi yang perlu dimiliki dan diinstalasi.

4. Kurangnya dasar Teknologi Informasi

Di Indonesia kemampuan Teknologi Informasi umumnya hanya sebatas pada kulitnya saja. Banyak SDM yang mampu mengoprek komputer tetapi tidak dapat menjelaskan secara teori, dan banyak pula programmer yang mengerti coding tetapi tidak mampu melakukan inovasi baru sebagai sebuah produk, banyak para pekerja teknologi informasi memanfaatkan Opensource untuk diterapkan di sebuah institusi tanpa tahu bagaimana business process dari aplikasi tersebut, yang seharusnya pemakaian opensource harus diimbangi dengan kontribusi untuk komunitas opensource. Dan banyak Software House (ISV) tidak mengenal CMM (Capability Maturity Model). Di Negara India hampir semua software house menerapkan CMM untuk meningkatkan kualitas produknya.

Di lihat dari bidang akademis, sudah bermunculan perguruan tinggi yang memiliki jurusan computer science ? Bagaimana kualitas jurusan computer science tersebut dibandingkan dengan perguruan tinggi di sekitar Indonesia ataupun luar negeri ? hal ini sulit dijawab. Memang dari sisi bahasa menjadi sebuah kendala.

Process Product Planning Analysis Design Implementation Project Plan System Proposal System Specification New System and Maintenance Plan

(3)

Dari masalah tersebut diatas akan berakibat pada masalah piranti lunak yang akan dikembangkan.

5. Masalah Piranti Lunak

Prinsip sebuah piranti lunak dkatakan good software apabila dapat secara utuh dan “sempurna” memenuhi kriteria spesifik dari organisasi atau perusahaan yang membutuhkannya. Ini yang dinamakan pemenuhan terhadap “user requirements”, ada beberapa yang dapat dijadikan criteria sebuah piranti lunak yang baik adalah :

1. Maintainability, mudah diperbaiki dan dikembangkan

2. Dependability, reliable, secure and safe tidak terganggu oleh system failure

3. Eficiency, dalam penggunaan resource seperti memory dan processor

4. Usability, appropriate interface dan adequate documentation

McCall dan teman-teman pada tahun 1977 menitikberatkan faktor-faktor tersebut menjadi tiga aspek penting, yaitu yang berhubungan dengan :

1. Sifat-sifat operasional dari software (Product Operations);

2. Kemampuan software dalam menjalani perubahan (Product Revision)

3. Daya adaptasi atau penyesuaian software terhadap lingkungan baru (Product Transition)

Yang termasuk product Operations adalah :

1. Correctness,sejauh mana suatu software memenuhi spesifikasi dan misi dari users.

2. Reliability,sejauh mana suatu software dapat diharapkan untuk melaksanakan fungsinya dengan ketelitian yang diperlukan

3. Efficiency, banyaknya pemakian sumber daya komputasi.

4. Integrity, sejauh mana hak akses ke piranti lunak dapat dikendalikan.

5. Usability,usaha yang diperlukan untuk mempelajari, mengoperasikan, menyiapkan input, dan mengartikan output dari piranti lunak. Yang termasuk product Transition :

1. Portability,usaha yang diperlukan untuk mentransfer piranti lunak ke dari suatu hardware dan/atau sistem piranti lunak tertentu agar dapat berfungsi pada hardware dan/atau sistem piranti lunak lainnya.

2. Reusability, sejauh mana suatu piranti lunak dapat digunakan ulang pada aplikasi lainnya

3. Interoperability, usaha yang diperlukan untuk menghubungkan satu piranti lunak dengan lainnya

Yang termasuk product Revision :

1. Maintainability,usaha yang diperlukan untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan dalam piranti lunak.

2. Flexibility, usaha yang diperlukan untuk melakukan modifikasi terhadap piranti lunak yang operasional

3. Testability, usaha yang diperlukan untuk menguji suatu piranti lunak untuk memastikan apakah melakukan fungsi yang dikehendaki atau tidak Setelah melihat apa itu piranti lunak yang baik ada beberapa piranti lunak di katakan Software crisis bila di tandainya dengan gagalnya produk piranti lunak (kualitas buruk), over budget, dan lewat deadline penyelesaiannya. Akibatnya dari pengelolaan proses piranti lunak yang tidak baik. Dapat juga rumusan spesifikasi dan rancangan yang buruk, tidak konsistennya antara rancangan dan implementasi, dan juga tidak adanya mekanisme control kualitas. Ini adalah masalah dasar bagaimana sebuah produk piranti lunak akan mempunyai daya saing bila proses pengembangan piranti lunak dilakukan dengan tidak bener. Sebenarnya dalam persaingan global sekarang ini yang memicu daya saing bukan hanya produk piranti lunak saja, tetapi ada beberapa factor yang mempengaruhinya.

6. Faktor-faktor Daya Saing

Dari beberapa kendala baik dan masalah pengembangan piranti lunak seperti yang dijabarkan diatas, beberapa faktor lain selain SDM, yang menentukan daya saing sebuah bisnis. Factor lain yang sangat mempengaruhi adalah Pasar, financial, teknologi, vendor, infrastruktur dan lingkungan serta kebijakan yang kondusif. Pada gambar dibawah ini disajikan masalah seputar SDM, baik permasalahan dalam lingkup global maupun di lingkup lokal. KOMPETISI GLOBAL INTERVENSI PEMERINTAH PARTISIPASI PEMERINTAH PASAR PRODUK DAYA SAING INFRASTRU KTUR FISIK FINANSIAL TEKNOLO GI SDM SUPPLIERS

Pasar dari Faktor-faktor Daya Saing

Kebijakan Pemerintah (Indag, IPTEK, Pendidikan, Keuangan)

Gambar : Faktor-faktor yang menentukan daya saing [Sumber : Armein langi]

(4)

7. Capability Matury Model

Organisasi Pengembang Piranti lunak, proses piranti lunak adalah utamanya, yang merupakan sekumpulan aktivitas, metode, praktek dan berbagai transformasi yang digunakan oleh sumber daya manusia di dalam organisasi untuk membangun dan memelihara piranti lunak, termasuk rencana proyek, rancangan dokumen, coding, pengujian, dan user manual. Saat ini terdapat sebuah model untuk menentukan tingkat kematangan proses piranti lunak yang dikenal dengan nama CMM-SW (Capability Matury Model for Software).

CMMS-SW, suatu metode mengevaluasi dan mengukur tingkat maturity dari proses pengembangan piranti lunak. Bila sebuah pengembangan piranti lunak menerapkan CMM-SW dalam pekerjaannya, diharapkan akan menghasilkan produk yang berkualitas yang dapat mengontrol dan mengarahkan pada proses pengembangan piranti lunak.

CMM-SW bila dilakukan dengan baik akan menjadi kultur internal dan meningkatkan manajemen yang baik. CMM-SW beroritentasi kepada peningkatan proses pada setiap levelnya. Karena pembangunan dan pemeliharaan piranti lunak bergantung pada proses, semakin prosesnya baik hasilpun akan lebih berkualitas.

CMM-SW mempunyai 5 tingkatan matury, semua organisasi pengembang piranti lunak yang belum melakukan CMM di anggap pada level 1, karena masih tergantung pada kompetensi individu, ini yang sulit memprediksi kemajuan organisasi, yang seharusnya sebuah organisasi tergantung pada proses manajemennya.

software process capability of Level 1 organizations adalah tak dapat diramalkan sebab proses perangkat lunak secara konstan diubah atau dimodifikasi pekerjaan kemajuan ( yaitu., proses adalah untuk sementara). Jadwal, Anggaran, Kemampuan, Dan Mutu Produk biasanya tak dapat diramalkan. Capaian tergantung pada kemampuan individu dan bervariasi dengan ketrampilan bawaan mereka, pengetahuan, dan motivasi. Ada sedikit perangkat lunak stabil memproses mudah terlihat, dan capaian dapat diramalkan hanya oleh individu dibanding/bukannya kemampuan organisasi.

Di tingkat 2 (Repeatable Level), Kebijakan untuk memanage suatu perangkat lunak merancang dan memeriksa prosedur untuk menerapkan kebijakan itu dibentuk/mapan. Perencanaan dan memanage proyek baru didasarkan pada pengalaman dengan proyek serupa. Suatu sasaran dalam mencapai Tingkatan 2 adalah untuk melembagakan manajemen efektif proses untuk proyek piranti lunak, yang mengijinkan organisasi untuk mengulangi praktek sukses mengembangkan pada proyek lebih awal, walaupun yang spesifik proses yang diterapkan oleh proyek boleh berbeda. Suatu bentuk proses efektif yang memiliki ciri kas seperti dipraktekkan, didokumentasikan, dipaksa, dilatih, diukur dan kemampuan memperbaiki.

Di tingkat 3 (Defined Level), proses yang baku untuk mengembangkan dan memelihara piranti lunak ke lintas organisasi didokumentasikan, mencakup piranti lunak kedua-duanya rancang-bangun dan proses manajemen, dan proses ini terintegrasi ke dalam suatu utuh padu. Proses baku ini disebut seluruh CMM proses piranti lunak sebagai standard organisasi. Proses metetapkan pada Tingkatan 3 digunakan untuk membantu piranti lunak dilakukan para manajer dan staff teknis melaksanakan lebih secara efektif. Organisasi memanfaatkan praktek pengembangan piranti secara efektif ketika distandarisasikan proses pengembangan piranti lunak. Ada sekelompok yang bertanggung jawab untuk untuk memproses aktivitas piranti lunak( e.g., SEPG). Suatu organisasi yang besar,program pelatihan diterapkan untuk memastikan bahwa dan staff dan para manajer mempunyai pengetahuan dan ketrampilan memerlukan untuk memenuhi peran tugasnya.

Di tingkat 4 (Managed Level), organisasi menetapkan sejumlah tujuan mutu kwantitatif untuk produk piranti lunak dan prosesnya. Produktivitas Dan Mutu adalah terukur untuk piranti lunak yang penting memproses aktivitas ke semua proyek dari suatu program pengukuran organisasi. Suatu organisasi yang besar proses piranti lunak database digunakan untuk mengumpulkan dan meneliti data yang tersedia dari proses piranti lunak untuk menggambarkan proyek. Proses Piranti lunak adalah

(5)

dilengkapi dengan alat pengukuran konsisten dan dirumuskan dengan baik pada Tingkatan 4. Pengukuran ini menetapkan dasar kwantitatif untuk mengevaluasi produk dan proses piranti lunak proyek.

Di tingkat 5 (Optimizing Level), keseluruhan organisasi difokuskan pada berkelanjutan peningkatan proses. Organisasi mempunyai maksud untuk mengidentifikasi kelemahan dan memperkuat proses secara proaktif, dengan tujuan mencegah kejadian cacat. Data pada efektivitas proses piranti lunak digunakan untuk melaksanakan analisa manfaat dan biaya tentang teknologi baru dan mengusulkan perubahan kepada proses piranti lunak organisasi. Inovasi itu memanfaatkan piranti lunak yang terbaik praktek rancang-bangun dikenali dan yang ditransfer seluruh organisasi.

Dampak dari setiap tingkatan dapat digambarkan sebagai berikut :

Level Characteristic Impact

Optimizing Continuous process capability improvement Managed

Product quality planning;

tracking of measured software processes Defined

Software process defined

and institutionalized to provide product quality control

Repeatable Management oversight and tracking of projects; stable

planning and product

baselines

Initial Ad hoc

(unpredictable, chaotic)

Untuk setiap key-proses area CMM-SW dapat dilihat pada table dibawah ini yang saya lakukan pada PT. Veritas Technologies untuk menentukan kematangan dalam proses pengembangan piranti lunak yang selama ini dikembangkan dari tahun 2003 sampai dengan sekarang yang menangani 5 Modul inti dibawah naungan Yayasan Atma Jaya Jakarta..

Tabel 1 - CMM

Maturity Levels

Focus Key Process Areas

Level 1: Initial People

Competent people Level 2: Repeatable Project managem ent processes 1. Software configuration management 2. Software quality assurance 3. Subcontract management 4. Project tracking and oversight 5. Project planning 6. Requirements management Level 3: Defined Engineeri ng processes and organizati onal support 1. Peer reviews 2. Intergroup coordination 3. Software product engineering 4. Integrated software management 5. Training program 6. Organization process definition 7. Organization process focus Level 4: Quantitatively Managed Product and process quality 1. Software quality management 2. Quantitative process management Level 5: Optimizing Continuou s process improvem ent 1. Defect prevention 2. Technology change management 3. Process change management Interview yang saya lakukan pada sumber daya internal PT. Veritas Technologies, kenapa saya pilih interview karena banyak organisasi pengembang piranti lunak belum memahami CMM, sehingga bila dilakukan kuisenair akan

Quality

(6)

mendapatkan data yang tidak valid (ini saya lakukan dan saya batalkan).

Dari hasil Observasi dan Interview, PT. Veritas Technologies telah melakukan banyak perubahan, sejak berdiri pada tahun 2003 sampai sekarang, dan tingkat maturity secara alami meningkat dengan bertambahnya pengalaman proses pengembangan piranti lunak, bila kita terapkan CMM-SW beberapa kegiatan yang seharusnya di level CMM yang lebih tinggi sudah dilakukan misalkan Training Program dan melakukan Peer review.

Selama tahun 2003, Proyek yang di tangani menggunakan Platform .NET Technologies dan salah satu organisasi pengembang piranti lunak yang melakukan overall system Project dengan Platform .NET

Hasil dari setiap key process area dapat dilihat pada Tabel 1 – CMM, Background berwarna hitam menandakan telah melakukannya dan abu-abu menandakan masih perlu perbaikan dan pembenahan.

Pengembang piranti lunak belum memahami pentingnya CMM-SW bahkan pada saat Inverview masih rancu antara CISA (Certifcate Information System Audit) dan CMM-SW, CMM-SW adalah bersifat mentoring, yang memberikan arahan tentang pengembangan piranti lunak yang baik. Sayangnya untuk Indonesia belum mempunyai lead Assesor dan yang terdekat dengan Indonesia adalah Thailand.

Dari pendapat sumber daya internal PT. Veritas Technologies CMM-SW menarik dan merupakan pilihan untuk memperbaiki kualitas produknya dalam proses pengembangkan piranti lunak.

Organisasi pengembang piranti sangat tertarik bila pemerintah membuat regulasi untuk pengembangan piranti lunak semacam CMM-SW versi Indonesia dan mensosialisasikan kepada para pengembang piranti lunak, untuk menjadi pedoman. Sehingga akan mendapatkan kualitas produk yang baik dan target untuk meningkatkan daya saing di pasar lokal maupun global.

8. CMM-SW level 2 (Repeatable)

Level 2 ini berfokus pada Project management processes, dan beberapa Resource PT. Veritas Technologies telah mengikuti pelatihan Project Management. Adapun lingkup dalam Level ini adalah :

1. Software configuration management, masalah yang ada di SCM adalah Double Maintenance dan Shared Data Problem, sehingga evolusi dari program yang berjalan dapat dikontrol dengan baik. Tata nama produk piranti lunak seperti System,Subsystem, Product, Components, dan modul telah dilakuan

termasuk membuat Baseline dan Driver sehingga akan mempermudah wadah resmi dan berisi versi paling terakhir, baik dengan menggunakan Tools (misal : SourceSafe) ataupun wadah yang dibuat sendiri.

Dan juga merencanakan aktivitas manajemen tentang proses piranti lunak, dikendalikan, dan memberikan pengarahan kepada sumber daya internal untuk konfigurasi piranti lunak.

2. Software quality assurance, menjamin bahwa tugas pengembangan piranti lunak dilakukan sebagaimana mestinya, di PT. Veritas Technologies ini mempunyai SQA tersendiri yang tidak harus ahli dalam perancangan piranti lunak tapi tahu proses piranti lunak. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kualitas piranti lunak dengan me-monitor proses pengemban piranti lunak menjadi sebuah produk termasuk kesesuaian dengan standard dan procedure untuk proses piranti lunak.

3. Subcontract management, menetapkan vendor antara yang primer ke subkontrak untuk menjaga kualitas,jadwal,komitmen sehingga terbentuk komunikasi yang baik, belum sepenuhnya dilakukan.. 4. Project tracking and oversight, mencatat kegiatan dan

tingkat penyimpangan dan penyelesaiannya, dan perubahan modul selalu di setujui oleh user atau kelompok yang dijembatani oleh Counter part dari sisi klien, tidak semua didokumentasikan dan ini yang perlu diperbaiki.

5. Project planning, dilakukan Project Manager yang berupa system proposal ke pada klien tentang kebutuhan dasar pengembang system dalam sebuah project. Dalam pelaksanaan proyek akan dijabarkan lebih detail sehingga nantinya aktivitas dari proyek tersebut dapat dikontrol.

6. Requirements management, masalah yang paling kritis dalam pengembangan piranti lunak adalah perbedaan sudut padang dalam hal ini yaitu dari sudut pandang pengguna Requirements adalah kebutuhan pengguna yang harus dipenuhi sedangkan dari sudut pandang pengembang apa yang harus diimplementasikan pada system, atau merupakan batasan pengembangan system. Sehingga kebutuhan harus dinyatakan dalam bentuk suatu dokumen secara lengkap atas kesepakatan bersama antara pengembang dan pengguna. Dalam hal ini dalam proyek Amadeus yang dilakukan oleh PT. Veritas Technologies sedikit mengalami hambatan dikarena sudut pandang yang berbeda, dan juga dipengaruhi dari sisi klien tentang policy yang harus dinyatakan secara tegas.

Pada tingkat Level CMM-SW yang lebih tinggi juga sedikit telah melakukannya seperti training program, PT. Veritas Technologies meng-upgrade sumber dayanya

(7)

dengan peningkatan keahlian dalam hal Teknis maupun manajerial seperti : Training SAP, C#, Manajemen Proyek, dan lain-lain, juga melakukan peer review terhadap coding yang dilakukan oleh individu dan dikoreksi oleh tim kecil untuk me-review hasil coding tersebut, karena dalam CMM-SW adalah sifatnya mentoring dan dalam setiap level seluruh key proses area harus dipenuhi. PT. Veritas Technologies mendekati level 2 dan belum layak menyadang Level 2, Level 2 ini akan dicapai bila seluruh key proses area selalu diperbaiki (Informasi ini saya berikan karena sebenarnya seluruh key process area belum dilakukan dengan benar,dikarenakan CMM tidak memakai Point yang seharusnya Level 1.X).

9. Strategi Pengenalan CMM-SW di Indonesia

Dari hasil observasi dan interview, banyak sekali pengembang piranti lunak yang belum mengenal CMM-SW, pengkajian CMM-SW dalam kontek versi Indonesia sehingga akan sesuai dengan kultur dan budaya kita, dan Sosialisasi yang pada akhirnya sebagai bakuan untuk menilai kompetensi pengembang piranti lunak.sebagai factor kompetisi.

Standarisasi Kompetensi SDM Teknologi Informasi juga mempengaruhi dan sangat dibutuhkan, yang setiap berkala direvisi oleh penanggung jawab seperti IPKIN, Asosiasi-asosisi yang terkait dengan bidang TIE (Teknologi Informasi dan Elektronika seperti APJII, ASPILUKI), perguruan tinggi, training center, Deperindag, vendor di bidang TIE), sehingga perlu adanya Pendidikan dan Pelatihan pengembangan piranti lunak dengan pendekatan pada CMM-SW dapat dengan cara :

1. Distance Learning, pola ini dapat membantu para pengembang piranti lunak untuk mendapat teori dan praktek yang benar dengan menerapan CMM dengan cara pendidikan jarak jauh tanpa meninggalkan proyek yang sedang dikerjakan. 2. Continuing Education, Pola pendidikan ini dapat

digunakan untuk pekerja dalam rangka meningkatkan kemampuannya misalnya dapat mengambil pelatihan pada sore atau malam hari. 3. Community College System, Di Taiwan system ini

dikembangkan dimana pendidikan level Tinggi diberikan tanpa prasyarat latar belakang ijasah SMU atau yang setara.

Selain ilmu yang berfokus pada keahlian perlu dilakukan investasi dalam pendidikan bisnis, banyak sekali para calon entrepreneur memiliki keahlian teknis yang memadai tetapi tidak dibekali dengan bisnis sehingga ini akan menjadi kendala. Industri Teknologi Informasi di Indonesia banyak dipelopori oleh Usaha kecil menengah, untuk itu perlu dipupuk jiwa entrepreneurship. Bila ini dilakukan penerapan CMM-SW untuk para pengembang piranti lunak diindonesia semakin bertambah karena mendapatkan maanfaat akan proses pengembangan piranti lunak yang baik. Analoginya adalah mengajarkan teori

pemrograman harus ada laboratorium untuk mencoba dan melatih teori-teori yang diberikan, tidak ada belajar program dengan menggunakan teori, kemudian langsung terjun ke dalam pengembangan piranti lunak dengan membuat aplikasi komerisial. Untuk bidang enterpreneourship apakah ada laboratorium yang dapat digunakan ? tanpa implementasi ini sangat riskan dan dapat menimbulkan banyak kegagalan. Untuk itu perlu adanya incubator atau laboratorium untuk praktek entrepreneurship.

10. Penelitian dan Pengembangan

Industri Teknologi Informasi di beberapa Negara maju selalu melakukan penelitian dan Pengembangan ( (research and development), karena aspek yang ingin didapatkan bukan hanya aspek perdagangan tetapi lebih dari itu dalam bentuk Intellectual Property (HaKI) yang dapat dinikmati dalam bentuk royalty.

Bagi Negara, ini adalah salah satu strategis promosi yang dapat digunakan. Apalagi saat ini situasi ekonomi Indonesia yang terpuruk, sehingga kurang menarik bagi investor asing.

Pemerintah perlu membuat regulasi dan terus mengkaji CMM-SW versi Indonesia sebagai suatu syarat pengembang piranti lunak yang akan mendapatkan proyek atau tender harus memiliki Sertifikasi CMM-SW sehingga dari sisi pengguna / stakeholder akan merasakan dan dapat memprediksi hasil piranti lunak yang dikembangkan, yang akhirnyanya akan mempengaruhi bisnisnya.

11. Piranti Lunak akan datang

Tantangan sekarang dan akan datang adalah tantangan pemenuhan kualitas. Karena itu CMM-SW pada pengembangan piranti lunak di Indonesia harus menjadi suatu keharusan. Hanya pengembang piranti lunak yang dapat memberikan kualitas dan pelayanan dari piranti lunak yang dikembangkan dengan baiklah yang dapat bersaing dan hidup dalam kompentisi yang lebih ketat. Sekali pengembangn piranti lunak gagal, memberikan layanan dari pengembangan piranti lunaknya, akan susah menjaga eksistensi dan kepercayaan klien terhadapnya. Ini akan berakibatnya peluang untuk mendapatkan proyek semakin sempit.

12. Kesimpulan

Perlu disosialisakan dan pengkajian CMM-SW dalam kontek versi Indonesia yang nantinya menjadi bakuan bagi semua pengembang piranti lunak di Indonesia sehingga CMM-SW semakin diminati dan menjadi acuan dalam pengembangan piranti lunak dan juga untuk meningkatkan kualitas piranti lunak.

(8)

Daftar Pustaka

1. Dr. Eko Indrajit & Team,Masterplan Versi 1.1 Maret 2003, Perencanaan Strategis Sistem Informasi (Sistem Informasi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta) Oleh Tim Veritas Indonesia

2. The Software Engineering Institute-Carnegia Mellon University Technical Report (http://www.sei.cmu.edu & ftp://ftp.sei.cmu.edu) 3. Jurnal Rencana Induk pengembangan Industri

Teknologi Informasi dan Elektronika (Aspek Sumber Daya Manusia) oleh Budi Rahardjo [Pusat Peneiltian antar Universitas Bidang Mikroelektronika Institute Teknologi Bandung, 2001

4. Pressman, Software Engineering : A Practitioner’s Approach, McGraw-Hill,6 th Edition

5. Eko K. Budiardjo ,Bahan Kuliah dan Slide untuk Rekayasa Perangkat Lunak

Sumber lain :

1. Progress Report Mingguan, Project Amadeus (Yayasan Atma Jaya – Jakarta)

2. Laporan PT. Veritas Technologies pada RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) bulan Oktober 2006

Gambar

Gambar : SDLC oleh  John Willey   3. Kerangka Konseptual Masterplan
Gambar : Faktor-faktor yang menentukan daya saing  [Sumber : Armein langi]
Tabel  1 - CMM

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilaksanakan secara deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif pada pasien stroke hemoragik yang dirawat di instalasi rawat inap RSU

Sistem information retrieval (IR) system adalah system yang digunakan untuk menemukan kembali (retrieve) informasi-informasi yang relevan terhadap kebutuhan pengguna dari

 Deflasi terjadi karena adanya penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 2,10 persen, sedangkan kelompok yang mengalami kenaikan indeks yaitu makanan jadi,

Oleh karena itu sifat-sifat thermal padatan yang penting seperti kapasitas panas, pemuaian, dan konduktivitas thermal, tergantung dari perubahan-perubahan energi

Sebuah gambaran tentang kerajaan yang pernah mencapai masa keemasan dan kekuasaan yang begitu luas, akhirnya harus terhenti dan mengalami keruntuhan. Dalam runtuhnya sebuah

[r]

Ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perasuransian dapat mengatur kriteria selain huruf a sampai dengan huruf c sebagai dasar bagi Otoritas Jasa Keuangan

Tindak tutur asertif merupakan bentuk tindak tutur yang berupa pernyataan tentang suatu hal kepada orang lain. Tindak tutur ini menyatakan tentang keadaan di