BAB III
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan
Ruang
3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015–2019,
merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil
penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian
disandingkan dengan Visi, Misi dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa
Cita).
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka
untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.
Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.
Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut :
1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;
2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;
3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;
4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;
5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;
6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;
7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan.
Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi :
a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan sertapersampahan;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan
kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan
Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.
Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang
Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.
Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.
3.1.2. Arahan Penataan Ruang
3.1.2.1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14 ayat (1), yaitu sebagai berikut :
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi;
c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi. PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil. Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sebagai berikut :
Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
No PROVINSI PKN
(1) (2) (3)
No PROVINSI PKN
(1) (2) (3)
6. Jambi Jambi
7. Sumatera Selatan Palembang
8. Bengkulu
9. Bangka Belitung
10. Lampung Bandar Lampung
11. DKI Jakarta–Jawa Barat–Banten Kawasan Perkotaan Jabodetabek
12. Banten Serang, Cilegon
13. Jawa Barat Kawasan Perkotaan Bandung Raya, Cirebon
14. Jawa Tengah Surakarta,Kawasan Perkotaan
Semarang-Kendal Demak- Ungaran Purwodadi (Kedungsepur), Cilacap
15 Daerah Istimewa Yogyakarta Yogyakarta
16. Jawa Timur Kawasan Perkotaan (Gerbangkertosusila),
Malang
17. Bali Kawasan Perkotaan Denpasar-Bangli
Gianyar - Tabanan (Sarbagita)
18. Nusa Tenggara Barat Mataram
19. Nusa Tenggara Timur Kupang
20. Kalimantan Barat Pontianak
21. Kalimantan Tengah Palangkaraya
22. Kalimantan Selatan Banjarmasin
23. Kalimantan Timur Kawasan Perkotaan Balikpapan Tenggarong Samarinda-Bontang, Tarakan
24. Gorontalo Gorontalo
25. Sulawesi Utara Kawasan Perkotaan Manado – Bitung
26. Sulawesi Tengah Palu
27. Sulawesi Selatan Kawasan Perkotaan Makassar
Sungguminasa Takalar-Maros (Maminasata)
28. Sulawesi Barat
29. Sulawesi Tenggara Kendari
30. Maluku Ambon
31. Maluku Utara Ternate
32. Papua Barat Sorong
3.1.2.2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa kabupaten/kota. Penetapan PKW dilakukan berdasarkan beberapa
kriteria yang terdapat pada pasal 14 ayat (2), yaitu sebagai berikut :
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua
kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten;
dan/atau
c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) merupakan wilayah yang biasanya merupakan
ibukota kabupaten atau menjadi pusat aktivitas dari suatu kota/kabupaten,
Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) sebagai berikut :
Tabel 3.2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
No PROVINSI PKW
(1) (2) (3)
1. Nanggroe Aceh Darussalam Sabang, Banda Aceh, Takengon, Meulaboh
2. Sumatera Utara Tebingtinggi, Sidikalang, Pematang Siantar, Balige, Rantau Prapat, Kisaran, Gunung Balige, Padang Sidempuan, Sibolga.
3. Sumatera Barat Pariaman, Sawahlunto, Muarasiberut,
Bukittinggi, Solok
4. Riau Bangkinang, Teluk Kuantan, Bengkalis, Bagan
No PROVINSI PKW
(1) (2) (3)
8. Bengkulu Bengkulu, Manna, Muko-Muko, Curup
9. Bangka Belitung Pangkal Pinang, Muntok, Tanjung Pandan, Manggar
10. Lampung Metro, Kalianda, Liwa, Menggala, Kotabumi, Kota Agung
11. DKI Jakarta-Jawa Barat-Banten
12. Banten Pandeglang, Rangkas Bitung
13. Jawa Barat Sukabumi, Cikampek–Cikopo, Pelabuhan
Ratu, Indramayu, Kadipaten, Tasikmalaya, Pangandaran
14. Jawa Tengah Boyolali, Klaten, Salatiga, Tegal, Pekalongan, Kudus, Cepu, Magelang, Wonosobo, Kebumen, Purwokerto
15 Daerah Istimewa Yogyakarta Bantul, Sleman
16. Jawa Timur Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun,
Banyuwangi, Jember, Blitar,Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan
17. Bali Singaraja, Semarapura, Negara
18. Nusa Tenggara Barat Praya, Raya, Sumbawa Besar
19. Nusa Tenggara Timur Soe, Kefamenanu, Ende,
Maumere,Waingapu,Ruteng, Labuan Bajo
20. Kalimantan Barat Mempawah, Singkawang, Sambas, Ketapang, Putussibau, Entikong, Sanggau, Sintang
21. Kalimantan Tengah Kuala Kapuas, Pangkalan Bun, Buntok, Muarateweh,
Sampit
22. Kalimantan Selatan Amuntai, Martapura, Marabahan, Kotabaru
23. Kalimantan Timur Tanjung Redeb, Sangata, Nunukan, Tanjung Selor, Malinau, Tanlumbis, Tanah Grogot, Sendawar
24. Gorontalo Isimu, Kuandang, Tilamuta
25. Sulawesi Utara Tomohon, Tondano, Kotamobagu
26. Sulawesi Tengah Poso, Luwuk, Buol, Kolonedale, Tolitoli, Donggala
27. Sulawesi Selatan Pangkajene, Jeneponto, Palopo,
Watampone, Bulukumba, Barru, Parepare
28. Sulawesi Barat Mamuju, Majene, Pasangkayu
No PROVINSI PKW
(1) (2) (3)
30. Maluku Masohi, Werinama, Kairatu, Tual, Namlea,
Wahai, Bula
31. Maluku Utara Tidore, Tobelo, Labuha, Sanana
32. Papua Barat Fak-Fak, Manokwari, Ayamaru
33. Papua Biak, Nabire, Muting, Bade, Merauke, Sarmi, Arso, Wamena
3.1.2.3. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yaitu sebagai berikut : a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas
dengan negara tetangga;
b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;
c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya;
d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
Tabel 3.3 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
NO PUSAT KEGIATAN STRATEGIS
NASIONAL STATUS PROVINSI
(1) (2) (3) (4)
Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Riau
3 Kota Batam I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Kep. Riau
4 Ranai (Ibukota Kab. Natuna) I/ A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Kep. Riau
5 Atambua (Ibukota Kab. Belu) I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Nusa Tenggara Timur
6 Kalabahi (Ibukota Kab. Alor) II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)
Nusa Tenggara Timur
7 Kefamenanu (Ibukota Kab. Timor Tengah Utara)
I / A / 2 : Pengembangan Baru
9 Jagoi Babang (Kab. Bengkayang)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Kalimantan Barat
10 Nangabadau (Kab. Kapuas Hulu)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Kalimantan Barat
11 Entikong ( Kab. Sanggau) I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Kalimantan Barat
12 Jasa (Kab. Sintang) II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)
Kalimantan Barat
13 Nunukan (Ibukota Kab. Nunukan)
I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi
Kalimantan Timur
14 Simanggaris (Kab. Nunukan) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Kalimantan Timur
15 Long Midang (Kab. Nunukan) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Kalimantan Timur
16 Long Pahangai (kab. Kutai Barat)
II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)
Kalimantan Timur
17 Long Nawan (Kab. Malinau) II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)
Kalimantan Timur
18 Melonguane (ibukota Kab. Talaud)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Sulawesi Utara
19 Tahuna (ibukota Kab. Kep. Sangihe)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Sulawesi Utara
20 Saumlaki (Kab. Maluku Tenggara Barat)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Maluku
21 Ilwaki (Kab. Maluku Barat Daya)
II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)
NO PUSAT KEGIATAN STRATEGIS
NASIONAL STATUS PROVINSI
(1) (2) (3) (4)
22 Dobo (Kab. Kep. Aru) II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)
Maluku
23 Daruba (Kab. Pulau Morotai) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Maluku Utara
25 Kota Tanah Merah (Ibukota Kab. Tanah Merah)
I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Papua
26 Kota Merauke (Ibukota Kab. Merauke)
I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Papua
3.1.2.4. Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu :
a. pertahanan dan keamanan; b. pertumbuhan ekonomi; c. sosial dan budaya;
d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Tabel 3.4 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
SUDUT KEPENTINGAN
KOTA/
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kawasan Industri Lhokseumawe 2 Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang
Ekonomi Kota Sabang Nanggroe Aceh Darussalam 3 Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Banda Aceh Darussalam
Ekonomi Kota Banda Aceh
Nanggroe Aceh Darussalam 4 Kawasan Ekosistem Leuse Lingkungan
Hidup Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang)
Nanggroe Aceh Darussalam
5 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau kecil terluar (Pulau Rondo dan Berhala) dengan negara India / Thailand / Malaysia
Pertahanan dan Keamanan
Kota Sabang Nanggroe Aceh Darussalam
6 Kawasan Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo (Mebidangro)
Ekonomi Kota Medan, Binjai, Deli 7 Kawasan Danau Toba
dan Sekitarnya Kab. Dairi, Kab. Karo, Kab. Simalungun, Kab. Toba, Kab. Pakpak Barat
Sumatera Utara
8 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
SUDUT KEPENTINGAN
KOTA/
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
9 Kawasan Hutan Lindung Bukit Batabuh
10 Kawasan Hutan Lindung Mahato
Lingkungan Hidup
Kab. Rokan Hilir Riau 11 Kawasan Perbatasan
Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, dan Nongsa) dengan negara Malaysia / Vietnam / Singapura
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kab. Bintan, Kab. Natuna, Kab.
12 Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun
Ekonomi Kab. Bintan, Kab. Natuna, Kab. 13 Kawasan Lingkungan
Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat 14 Kawasan Taman Nasional
Berbak 15 Kawasan Taman Nasional
Bukit Tigapuluh
16 Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
SUDUT KEPENTINGAN
KOTA/
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
18 Kawasan Instalasi Lingkungan dan Cuaca
Penggunaan
19 Kawasan Fasilitas Pengolahan Data dan Satelit
20 Kawasan Perkotaan Jabodetabek- Punjur termasuk Kepulauan Seribu
Ekonomi Kota Jakarta (Utara, Selatan,
21 Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung
Ekonomi Kota Bandung, Kab. Bandung
Jawa Barat 22 Kawasan Fasilitas Uji
Terbang Roket
Kab. Garut Jawa Barat
23 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara
Kab. Garut Jawa Barat
24 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara
Kab. Sumedang Jawa Barat
25 Kawasan Stasiun Telecomand
26 Kawasan Stasiun Bumi Penerima Satelit Mikro
Penggunaan
27 Kawasan Pangandaran – Kalipuncang – Segara Anakan –
28 Kawasan Perkotaan Kendal – Demak – Ungaran – Salatiga – Semarang - Purwodadi (Kedung Sepur)
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
SUDUT KEPENTINGAN
KOTA/
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
29 Kawasan Borobudur dan Sekitarnya
Lingkungan Hidup
Kab. Magelang Jawa Tengah 30 Kawasan Candi
Prambanan
Lingkungan Hidup
Kab. Klaten, Kab. Sleman
Jawa Tengah
31 Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Kab. Klaten, Kab. Boyolali, Kab.
32 Kawasan Perkotaan Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan (Gerbangkertosusi la)
Ekonomi Kab. Gresik, Kab. Bangkalan, Kota
33 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara
Kab. Pasuruan Jawa Timur
34 Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
35 Kawasan Perkotaan Denpasar – Badung – Gianyar - Tabanan (Sarbagita)
Ekonomi Kota Denpasar, Kab. Badung, Kab. Gianyar, Kab. Tabanan
Bali Perpres No. 45 Tahun 2011
Ekonomi Kab. Bima, Kab. Dompu
Nusa Tenggara Barat
37 Kawasan Taman Nasional Komodo
38 Kawasan Gunung Rinjani Lingkungan Hidup
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
SUDUT KEPENTINGAN
KOTA/
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS
Ekonomi Kab. Sanggau Kalimantan Barat 43 Kawasan Stasiun
Pengamat Dirgantara
Kota Pontianak Kalimantan Barat
44 Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun 45 Kawasan Perbatasan
Darat RI dan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo) Terpadu Daerah Aliran Sungai Kahayan Kapuas dan Barito
47 Kawasan Taman Nasional Tanjung Putting
Ekonomi Kab. Kotabaru, Kab. Tanah Jawa, dan Balikpapan
Ekonomi Kota Samarinda, Kab. Kutai
Kalimantan Timur
50 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil terluar (Pulau Sebatik, Gosong Makasar, Maratua, Sambit, Lingian, Salando, Dolangan, Bangkit, Mantewaru, Makalehi, Kawalusu, Kawio, Marore, Batu Bawaikang,
Miangas, Marampit, Intata, dan Kakarutan) dengan Negara Malaysia dan Singapura
Pertahanan dan Keamanan
Kab. Nunukan, Kab. Berau, Kab. Tolitoli, Kab. Boolang Mongondow Utara, Kab. Kep. Sitaro, Kab. Kep. Sangihe, Kab. Sangihe Talaud, Kab. Kep. Talaud
Kalimantan Terpadu Manado – Bitung
Ekonomi Kota Manado, Kota Bitung
Sulawesi Utara
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
SUDUT KEPENTINGAN
KOTA/
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS
Ekonomi Kab. Banggai Sulawesi Tengah 54 Kawasan Poso dan
Sekitarnya
Sosial Budaya Kab. Poso Sulawesi Tengah 55 Kawasan Kritis
Lingkungan Balingara
Lingkungan Hidup
Kab. Tojo Una-Una
Sulawesi Tengah 56 Kawasan Kritis
Lingkungan Buol – Lambunu Parigi Moutong , Kabupaten Toli-Toli
Sulawesi Tengah
57 Kawasan Perkotaan Makassar – Maros – Sungguminasa – Takalar (Mamminasata)
Ekonomi Kota Makassar, Kab. Maros, Kab. Gowa, Kab.
Ekonomi Kota Pare- Pare, Kab. Barru
Sulawesi Selatan 59 Kawasan Toraja dan
Sekitarnya
Sosial Budaya Kab. Tana Toraja, Kab. Toraja Utara
Sulawesi Selatan 60 Kawasan Stasiun Bumi
Sumber Alam Parepare
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kota Pare- Pare Sulawesi Selatan
61 Kawasan Soroako dan Sekitarnya
Sosial Budaya Kab. Luwu Sulawesi Selatan 62 Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Buton, Kolaka, dan Kendari
Ekonomi Kab. Buton, Kab. Kolaka, Kota Kendari
Sulawesi Tenggara
63 Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa - Watumohai dan Rawa Tinondo
Lingkungan
Ekonomi Pulau Seram Kab. Maluku Tengah
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
SUDUT KEPENTINGAN
KOTA/
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Karang, Enu, Batu Goyang, Larat, Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela, Miatimiarang, Leti, Kisar, Wetar, Liran, Kolepon, dan Laag) dengan negara Timor Leste/Australia
Kab. Maluku Barat Daya, Prov. Papua: Kab. Merauke
67 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 8 pulau kecil terluar (Pulau Jiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki) dengan negara Palau
68 Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat
Lingkungan Hidup
Kab. Raja Ampat Papua Barat
69 Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak
Ekonomi Kab. Biak Numfor Papua
70 Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kab. Biak Numfor Papua
71 Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana
Kab. Biak Numfor Papua
72 Kawasan Timika Sosial Budaya Kab. Mimika Papua 73 Kawasan Taman Nasional
Lorentz
Lingkungan Hidup
Kab. Mimika, Kab. Asmat, Kab. Nduga, Kab. Yahukimo, Kab. Jayawijaya, Kab. Lanny Jaya, Kab. Puncak Jaya, Kab. Puncak, Kab. Paniai
Papua
74 Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Teluk Bintuni
Lingkungan Hidup
Kab. Tel. Bintuni Papua
75 Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Papua Nugini
76 Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar (Pulau Simeulucut, Salaut Besar, Raya, Rusa, Benggala, Simuk, Wunga,
Sibarubaru, Sinyaunyau, Enggano, Mega, Batu
Pertahanan dan Keamanan
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
SUDUT KEPENTINGAN
KOTA/
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kecil, Deli, Manuk, Nusa Kambangan, Barung, Sekel, Panehan, dan Sophialouisa) yang Prov. Jabar: Kab. Trenggalek, Prov. Prov. Jatim: Kab. Jember, Kab.
3.1.2.5. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi menetapkan Kabupaten Tulang Bawang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di Menggala sebagai Ibu kota Kabupaten. Adupun fungsinya:
a. Pusat Pemertintahan Kabupaten; b. Perdagangan dan Jasa;
c. Pusat Koleksi dan Distribusi; d. Kegiatan Usaha dan Produksi.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah :
a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
a). Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya;
b). Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase.
b. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Hingga saat ini, RTRW Provinsi yang telah memiliki Perda adalah sebagai berikut :
a. Perda No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali;
b. Perda No. 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten;
c. Perda No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bengkulu;
d. Perda No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;
e. Perda No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
g. Perda 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat;
h. Perda No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah;
i. Perda No. 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur;
j. Perda No. 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung;
k. Perda No. 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat;
l. Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur;
m. Perda No. 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan;
n. Perda No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat.
3.2.1.6. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan wilayah kabupaten dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berfungsi:
c. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun; dan
d. sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.
Dari berbagai strategi dan kebijaksanaan spasial yang berupa rencana tata ruang, disusun indikasi program pembangunan sehingga rencana tata ruang dapat ditindaklanjuti dengan program-program pembangunan melalui prosedur formal perencanaan pembangunan yang ada dan akhirnya diterjemahkan dalam proyek-proyek pelaksanaan pembangunan.
Indikasi program utama yang memuat usulan program utama, perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi pelaksana dan waktu pelaksanaan dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang. Indikasi program utama merupakan acuan utama dalam penyusunan program pemanfaatan ruang yang merupakan kunci dalam pencapaian tujuan penataan ruang serta acuan sektor dalam menyusun rencana strategis. Indikasi program utama lima tahunan disusun untuk jangka waktu rencana 20 tahun.
Pemanfaatan ruang adalah pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya, yang didasarkan atas rencana tata ruang. Dalam hal ini pemanfaatan ruang dilakukan melalui :
Rangkaian program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka waktu ruang yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang;
Pembiayaan program pemanfaatan ruang melalui mobilisasi, prioritas, dan alokasi pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan.
pemanfaatan ruang kabupaten khususnya di Kabupaten Tulang Bawang adalah :
1. Perwujudan rencana struktur ruang wilayah kabupaten; 2. Perwujudan rencana pola ruang wilayah kabupaten; 3. Perwujudan kawasan strategis kabupaten.
Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor
05 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tulang Bawang 2012 - 2032, arahan dalam RTRW Kabupaten Tulang Bawang, adalah sebagai berikut :
a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) yang didasari sudut kepentingan :
i. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, terdiri dari :
a) Kawasan Perkotaan Menggala;
b) Kawasan Perkotaan Unit II Banjar Agung;
c) Kawasan Minapolitan dan Perikanan Rawajitu Timur;
d) Kawasan Peruntukan Industri Dente Teladas di Kecamatan Dente Teladas;
e) Kawasan Minapolitan Dente Teladas di Kecamatan Dente Teladas;
f) Kawasan Pertanian, Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Penawar Tama;
g) Kawasan Industri, Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Banjar Margo;
ii. Kawasan strategis dari sudut kepentingan lingkungan hidup terdiri dari Kawasan Rawa Pacing di Kecamatan Gedung Aji dan Kecamatan Menggala Timur.
iii. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya terdiri dari : a) Kampung adat asli (rumah adat) di Kecamatan Menggala; b) Makam leluhur di Kecamatan Menggala;
c) Situs bersejarah (tangga raja) di Kecamatan Menggala dan Kecamatan Gedung Aji.
b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang :
a). Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya; Kawasan perlindungan setempat, meliputi :
1) Kawasan sempadan pantai, disepanjang pantai wilayah kabupaten, terdapat di :
a. Kecamatan Rawajitu Timur; dan b. Kecamatan Dente Teladas.
2) Kawasan sempadan sungai, terdapat di : a. Kecamatan Menggala;
b. Kecamatan Menggala Timur; c. Kecamatan Gedung Meneng; d. Kecamatan Gedung Aji;
e. Kecamatan Meraksa Aji; f. Kecamatan Penawar Aji; g. Kecamatan Rawa Pitu;
h. Kecamatan Rawajitu Timur; dan i. Kecamatan Dente Teladas.
b). Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.
Kawasan RTH berada di seluruh kawasan perkotaan, meliputi : a. RTH publik berupa taman kota, taman pemakaman umum,
hutan kota dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai dengan luas kurang lebih 17.306 hektar atau kurang lebih 21 persen dari seluruh perkotaan;
b. RTH privat berup kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan dengan luas kurang lebih 9.065 hektar atau kurang lebih 11 persen dari luas seluruh perkotaan.
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan. c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang
Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.
d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.
3.1.3. Arahan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS)
dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim.
Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTengger-Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan Ende-Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).
Gambar 3.1 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR
2015-2019
Sumber : Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019
Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).
Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali (12 PKN, 35 PKW); Kepulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5 PKN, 25 PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN, 11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau Papua (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).
Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah (pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).
Tabel 3.5 Daftar 35 WPS
Kelompok WPS WPS
WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak-Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang-Tanjung Api-Api; Metro Medan-Tebingg Tinggi-Dumai-Pekanbaru; Jakarta-Bandung-Cirebon-Semarang; Malang-Surabaya-Bangkalan; Yogyakarta-Solo-Semarang; Balikpapan-Samarinda-Maloy; Manado-Bitung-Amurang; Makssar-Pare Pare- Mamuju
Kelompok WPS WPS
Bintuni WPS Konektivitas dan Pusat
Pertumbuhan Wisata
Denpasar-Padang Bay WPS Pusat Pertumbuhan Sedang
Berkembang danHinterland
Sabang-Banda Aceh-Langsa WPS Pusat Pertumbuhan Baru,Hinterland
dan Perbatasan
Jayapura-Merauke
WPS Pusat Pertumbuhan Wisata dan
Hinterland
Pulau Lombok WPS Pertumbuhan Baru dan Perbatasan Kupang-Atambua
WPS Pertumbuhan Baru Tanjung Lesung-Sukabumi-Pangandaran-Cilacap; Mamuju-Mammasa-Toraja-Kendari
WPS Pertumbuhan Terpadu Baru dan Wisata
Labuan Bajo-Ende WPS Pertumbuhan Wisata dan
Hinterland
Pulau Sumbawa WPS Perbatasan Temajuk-Sebatik
WPS Aksesbilitas Baru Nabire-Enarotali-(iliga-Timika)-Wamena WPS Pulau Kecil Terluar Pulau Pulau Kecil Terluar (tersebar)
Sumber : Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019
3.1.4. Arahan Rencana Pembangunan Daerah
RPJMD Kabupaten Tulang Bawang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana- rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPIJM CK seperti visi, misi, serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah.
a. Visi Kabupaten Tulang Bawang 2013 - 2018
Terwujudnya Kabupaten Tulang Bawang sebagai Kawasan Agribisnis yang
“Bermartabat, Aman, Ragam, Unggul (BARU), Sejahtera, serta Berwawasan Lingkungan sesuai Potensi Sumber Daya dan Kearifan Sosial Budaya”.
b. Misi Kabupaten Tulang Bawang 2013-2018
1. Meningkatkan Kondisi Lingkungan Masyarakat yang Aman, Harmonis, Religius, dan Berbudaya serta Penguatan Kearifan Sosial Budaya.
2. Meningkatkan Pemenuhan Kebutuhan Dasar dengan Optimalisasi Pembangunan Wilayah secara Sistematis, Terpadu, dan Merata, serta Mendukung Efektifitas Tata Kelola Sumber Daya Strategis. 3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Daerah Tulang
Bawang.
4. Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Agribisnis dan Potensi Ekonomi Secara Dinamis, Produktif, dan Berdaya Saing yang didukung oleh dunia usaha secara Berkelanjutan.
5. Meningkatkan Kreatifitas, Prakarsa, dan Profesionalisme SDM Aparatur dalam peningkatan Pengelolaan Keuangan Daerah, Penyelenggaraan Pemerintahan, Kualitas Perencanaan, Kualitas Pelayanan Publik, serta Pemberdayaan Masyarakat.
Tabel 3.6
Strategi dan Arah Kebijakan RPJMD 2013-2018 Bidang Cipta Karya
Strategi Arah Kebijakan Umum
Pengembangan Infrastruktur Wilayah Perkampungan, Sentra Produksi, dan Pusat Pertumbuhan Baru.
Peningkatan dan Pengembangan Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Pengembangan Infrastruktur Kawasan Khusus
Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Air dan Jaringan Irigasi
Peningkatan pembangunan dan pemeliharaan Infrastruktur Perumahan dan Permukiman
Peningkatan dan Pengembangan Infrastruktur Transportasi, Telekomunikasi dan Energi.
Peningkatan dan pengembangan sarana transportasi (perhubungan) dan komunikasi.
d. Program RPJMD 2013 - 2018 Bidang Cipta Karya
Tabel 3.7
Program-Program RPJMD 2013-2018 Bidang Cipta Karya
Kebijakan Umum Program Pembangunan Daerah
Peningkatan dan Pengembangan Infrastruktur Jalan dan Jembatan
1. Pembangunan Infrastruktur Perkampungan Partisipatif 2. Pembangunan Saluran Drainase dan Gorong-Gorong 3. Pembangunan Turap/ Talud/ Bronjong
4. Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
5. Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan Talud/ Bronjong 6. Program Inspeksi Jalan dan Jembatan
7. Program Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan
8. Program Pembangunan Sistem Informasi/ Data Base Jalan dan Jembatan
9. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
10. Program Rehabilitasi Jalan dan Jembatan Pengembangan Infrastruktur
Kawasan Khusus
1. Program Penataan Kawasan Ibukota
2. Program Penataan Kawasan Ekonomi Khusus kota Menggala
3. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Kebijakan Umum Program Pembangunan Daerah
5. Program Pembangunan Kawasan Agropolitan dan Minapolitan
6. Program Percepatan Pembangunan Kampung Tertinggal dan Terisolir
Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Air dan Jaringan Irigasi
1. Program Pengembangan dan pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Pengairan Lainnya
2. Program Pengembangan Database Jaringan Irigasi dan Drainase
3. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku
4. Program Pengembangan Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Rawa dan Sumberdaya Air Lainnya
5. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah
6. Program Pengendalian Banjir Peningkatan pembangunan dan
pemeliharaan Infrastruktur Perumahan dan Permukiman
1. Program Pengembangan Perumahan Rakyat 2. Program Lingkungan Sehat Perumahan
3. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
4. Program Perbaikan Perumahan akibat Bencana Alam/ sosial
5. Program Peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran
6. Program Pengelolaan Areal Pemakaman Peningkatan dan pengembangan
sarana transportasi perhubungan
1. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
2. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ
3. Program Peningkatan pelayanan angkutan
4. Program Pembangunan sarana dan prasarana perhubungan
5. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas 6. Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian
Kendaraan Bermotor
7. Program Peningkatan Pelayanan pada masyarakat 8. Program Koordinasi dalam Peningkatan Pelayanan
3.2. Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
3.2.1. Rencana Kawasan Permukiman (RKP)
3.2.1.1. Visi dan Misi Pengembangan Kawasan Permukiman
Perumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kabupaten Tulang Bawang diupayakan bersinergi dengan skenario pembangunan perkotaan secara Nasional dan Daerah. Visi pengembangan kawasan permukiman Kabupaten Tulang Bawang adalah :
“Terwujudnya permukiman perkotaan Kabupaten Tulang Bawang yang
layak huni, nyaman, berbudaya, produktif, mandiri dan berkelanjutan”
Untuk mencapai visi tersebut, maka misi pengembangan kawasan permukiman Kabupaten Tulang Bawang adalah :
1. Meningkatkan pembangunan infrastruktur permukiman di perkotaan untuk mewujudkan permukiman yang layak huni, nyaman, berbudaya, produktif, mandiri dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan wilayah;
2. Mewujudkan kemandirian Daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasinya;
3. Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengelolaan dan penataan kawasan tradisional bersejarah bagi terciptanya identitas perkotaan.
4. Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh bantaran sungai, kanal dan perkampungan nelayan terutama penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin;
3.2.1.2. Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Untuk periode 2011-2030 diperlukan upaya revitalisasi pengembangan Kecamatan Menggala dan percepatan pengembangan Kecamatan Banjar Agung dan Rawajitu Selatan. Hal ini diharapkan agar Menggala tetap menjadi PKW, Banjar Agung sebagai pusat kegiatan wilayah barat dan Rawajitu Selatan sebagai pusat kegiatan wilayah timur. Kebijaksanaan pemanfaatan ruangnya antara lain, seperti berikut :
1. Penataan perkembangan kawasan perumahan yang tumbuh di sekitar pusat pertumbuhan dengan mengacu pada RTRW yang berlaku;
2. Pengembangan fasilitas-fasilitas dengan skala layanan untuk melayani wilayah kabupaten seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan;
3. Penataan perkembangan kawasan permukiman dan aktivitas ekonomi (perdagangan) di sepanjang koridor, terutama kaitannya dengan keserasian fungsi jalan primer;
4. Penataan, pengawasan dan pengendalian perkembangan kawasan padat hunian dan hunian “liar” di perkotaan, untuk menjaga fungsi kota;
5. Pengembangan sarana prasarana lingkungan perkotaan, terutama kebersihan lingkungan dan sanitasi, drainase, air bersih (PDAM) dan telekomunikasi;
6. Penataan ruang kota yang mencakup penyusunan dan peninjauan kembali (evaluasi revisi) rencana tata ruang kota.
Pengembangan permukiman perdesaan :
1. Mengembangkan desa-desa maju sebagai pusat permukiman perdesaan atau desa pusat pertumbuhan, dengan meningkatkan aksesibilitas dan sarana-prasarana;
2. Pengembangan desa sentra produksi pertanian;
3. Meningkatkan ketersediaan dan pelayanan fasilitas sosial ekonomi, aksesibilitas wilayah dengan pembangunan infrastruktur jalan dan komunikasi di seluruh desa;
4. Integrasi dengan daerah kota yang berdekatan, baik dalam pelayanan, produksi, dan distribusi, sehingga terjalin keterkaitan yang erat;
5. Khusus perkampungan-perkampungan pedesaan pada kawasan yang rawan terhadap bencana, perlu relokasi penduduk.
Pengembangan permukiman perkotaan :
1. Penataan perkembangan kawasan perumahan yang tumbuh di sekitar pusat pertumbuhan;
2. Pengembangan fasilitas-fasilitas dengan skala layanan untuk melayani wilayah Kabupaten;
3. Penataan perkembangan kawasan permukiman dan aktivitas ekonomi (perdagangan) di sepanjang koridor terutama kaitannya dengan keserasian fungsi jalan arteri;
4. Penataan, pengawasan, dan pengendalian perkembangan kawasan padat hunian dan hunian '”liar” di perkotaan;
3.2.1.3. Penetapan Kawasan Permukiman Prioritas
Pengembangan permukiman diprioritaskan di Kota Menggala sebagai pusat kegiatan wilayah menurut arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tulang Bawang tahun 2011 – 2030.
Arahan pengembangan perkotaan Menggala meliputi :
a. Sarana dan prasarana transportasi darat meliputi jalan Nasional dan Provinsi serta prasarana transportasi sungai,
b. Prasarana air bersih,
c. Sarana dan prasarana persampahan, d. Sanitasi,
e. Drainase, dan
f. Prasarana sosial ekonomi,
Selain itu terdapat pula arahan pengembangan permukiman bantaran sungai Way Tulang Bawang yang meliputi Kampung Palembang dan Kampung Bugis yang teridentifikasi sebagai kawasan kumuh. Sedangkan pengembangan perkotaan yang bersifat non fisik meliputi.
a. Aspek Pendanaan yang dititik beratkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah,
3.2.2. Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM)
3.2.2.1. Rencana Sistem Pelayanan
A. Pengembangan Daerah Pelayanan
Daerah pelayanan sistem penyediaan air minum untuk Kabupaten Tulang Bawang disesuaikan dengan arah pengembangan wilayah yang tertuang dalam dokumen RTRW Kabupaten Tulang Bawang, yang meliputi wilayah perkotaan dan perdesaan. Wilayah pelayanan sistem penyediaan air minum Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah dibagi menjadi 4 (empat) kategori, yaitu :
- Wilayah Pelayanan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW); - Wilayah Pelayanan Pusat Kegiatan Lokal (PKL);
- Wilayah Pelayanan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); - Wilayah Pelayanan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
Pembagian wilayah pelayanan tersebut berdasarkan kepada fungsi wilayah/ daerah yang akan dilayani.
- Wilayah pelayanan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) mencakup kawasan Perkotaan Menggala di Kecamatan Menggala.
- Wilayah pelayanan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) mencakup wilayah Perkotaan Unit II Banjar Agung di Kecamatan Banjar Agung dan Perkotaan Teladas di Kecamatan Dente Teladas
Dalem di Kecamatan Banjar Margo, Perkotaan Kahuripan Jaya di Kecamatan Banjar Baru, Perkotaan Lebuh Dalem di Kecamatan Menggala Timur.
B. Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan adalah prosentase jumlah penduduk yang dilayani dari total jumlah penduduk di daerah pelayanan. Penduduk yang dilayani sangat tergantung pada beberapa hal seperti kondisi sosial ekonomi masyarakat, kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berlangganan, kondisi topografi daerah, kepadatan penduduk, dan ketersediaan sumber air yang digunakan oleh masyarakat.
Penentuan tingkat pelayanan berdasarkan pembagian wilayah pelayanan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.8 Tingkat Pelayanan SPAM di Kabupaten Tulang Bawang
No Wilayah Pelayanan
Tahun Perencanaan
2018 2023 2028 2033
1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) 60% 90% 100% 100%
2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) 60% 90% 100% 100%
3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) 60% 90% 100% 100%
4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) 60% 75% 80% 90%
Sumber : RISPAM Kabupaten Tulang Bawang, Tahun 2013
3.2.2.2. Rencana Pengembangan SPAM
A. Rencana Pentahapan Pengembangan
Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum di Kabupaten Tulang Bawang dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu :
Tahap I (Jangka Pendek) : tahun 2014 sampai tahun 2018
Tahap II (Jangka Menengah) : tahun 2019 sampai tahun 2023