38 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi
peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta
Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga
dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan
sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional
Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; penyusunan
rencana pembangunan jangka menengah nasional; pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; mewujudkan keterpaduan,
39 antarsektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan
strategis nasional; dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Oleh karena itu, RTRWN disusun dengan memperhatikan dinamika pembangunan yang berkembang, antara lain, tantangan globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah,
keseimbangan perkembangan antara Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia, kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan
terhadap bencana, dampak pemanasan global, pengembangan potensi kelautan dan pesisir, pemanfaatan ruang kota pantai, penanganan kawasan perbatasan negara, dan
peran teknologi dalam memanfaatkan ruang.
Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya pembangunan
nasional juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumber daya dapat
diarahkan secara berhasil guna dan berdaya guna. Salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk mencapai maksud tersebut adalah peningkatan keterpaduan dan
keserasian pembangunan di segala bidang pembangunan, yang secara spasial dirumuskan dalam RTRWN.
RTRWN memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air, dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang
harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat
lingkungan alam dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRWN ini didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, antara lain,
meliputi perwujudan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan keseimbangan dan keserasian perkembangan
antarwilayah, yang diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional. Struktur ruang wilayah nasional mencakup
sistem pusat perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi nasional, system jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumber
40 budi daya termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif
dikembangkan serta kawasan strategis nasional.
Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRWN ini juga
menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang, kawasan andalan, dan kawasan strategis nasional; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi
program utama jangka menengah lima tahunan; serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan,
arahan insentif dan disinsentif, dan arahan sanksi. Secara substansial rencana tata ruang pulau/kepulauan dan kawasan strategis nasional sangat berkaitan erat dengan RTRWN
karena merupakan kewenangan Pemerintah dan perangkat untuk
mengoperasionalkannya. Oleh karena itu, penetapan Peraturan Pemerintah ini
mencakup pula penetapan kawasan strategis nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
41
42
43 Dalam sistem perkotaan nasional, Kota Bulukumba ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) yang berfungsi melayani wilayah Kota Bulukumba dan beberapa kabupaten disekitarnya. Dengan program revitalisasi dan percepatan pengembangan
kota-kota pusat pertumbuhan nasional melalui pengembangan dan peningkatan fungsi (I/C/1). Di Kota Bulukumba juga dikembangkan Pelabuhan Nasional Bulukumba (II/3)
untuk mendukung Kawasan Andalan Bulukumba dan sekitarnya dalam bidang agroindustry (II/D/2), perkebunan (III/B/2), pertanian (III/A/2) dan perikanan
(II/F/2). Pengembangan Kapet Bulukumba (I/A/2), Kawasan Stasiun Bumi Sumber Alam Bulukumba (I/A/2).
3.2 RTRW KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN/PKSN)
Sistem perkotaan nasional terdiri atas : Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL. PKN, PKW, dan PKL dapat berupa: a. kawasan megapolitan; b. kawasan
metropolitan; c. kawasan perkotaan besar; d. kawasan perkotaan sedang; atau e. kawasan perkotaan kecil.
Selain sistem perkotaan nasional di atas dikembangkan PKSN untuk mendorong perkembangan kawasan perbatasan negara. PKSN ditetapkan dengan kriteria: a. pusat
perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga; b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga; c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau d. pusat
perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya. Arahan pemanfaatan ruang wilayah nasional
(RTR Kawasan Strategis Nasional dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional) berpedoman berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola ruang. Pemanfaatan ruang wilayah
nasional dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya.
Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber
44 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam lingkup
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, RTR Kawasan Strategis Nasional hanya terdapat satu KSN, yaitu KSN Perkotaan Mamminasata yang telah ditetapkan melalui Perpres No. 55
Tahun 2011.
3.3 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PULAU SULAWESI
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tanggal 2 Desember lalu telah menetapkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
(Perpres No. 88/2011 tentang RTR Pulau Sulawesi). Perpres ini merupakan amanat
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang mengatur bahwa penetapan rencana tata ruang kawasan strategis nasional ditetapkan dengan Peraturan Presiden (Pasal 123 ayat (4)).
Perpres Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi tersebut berperan sebagai alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah Pulau Sulawesi. Oleh karenanya,
Perpres diharapkan menjadi pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan di Pulau Sulawesi; perwujudan keterpaduan dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi dan kabupaten/kota; serta keserasian antarsektor dan penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Pulau Sulawesi.
Penataan ruang Pulau Sulawesi bertujuan untuk mewujudkan pusat pengembangan ekonomi kelautan, lumbung pangan padi, lumbung pangan jagung, dan pusat
perkebunan kakao. Sedangkan di sektor pertambangan ditujukan untuk mewujudkan pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi. Walaupun
demikian, Perpres mengamanatkan kelestarian kawasan hutan di Pulau Sulawesi harus tetap dipertahankan paling sedikit 40% dari luas Pulau Sulawesi. Dalam Perpres terdapat
beberapa lampiran yang mengatur secara rinci mengenai indikasi program utama jangka menengah lima tahunan dan strategi operasionalisasi perwujudan Sistem
Perkotaan; Jaringan Jalan; Jaringan Jalur Kereta Api; Jaringan Transportasi Sungai dan Penyeberangan; Tatanan Kepelabuhanan; Tatanan Kebandarudaraan; Sistem Jaringan
45 Untuk menjamin terselenggaranya penataan ruang Pulau Sulawesi, koordinasinya
berada di Menteri Pekerjaan Umum. Adapun pengawasannya dilakukan oleh Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Provinsi sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Namun,
masyarakat juga dapat berperan dalam penataan ruang Pulau Sulawesi pada tahap perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi berlaku sejak tanggal 2 Desember 2011. Sementara perubahan hanya dapat dilakukan satu kali dalam 5 tahun, kecuali antara
lain terjadi bencana alam besar, atau perubahan batas wilayah daerah.
Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi berperan sebagai perangkat operasional dari
RTRWN serta alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah Pulau Sulawesi. Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi berfungsi sebagai pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan di Pulau Sulawesi;
b. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi dan kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor di Pulau Sulawesi;
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Pulau Sulawesi;
d. penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Pulau Sulawesi; dan
e. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Pulau Sulawesi. Tujuan Penataan Ruang Pulau Sulawesi untuk mewujudkan:
a. pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan konservasi laut;
b. lumbung pangan padi nasional di bagian selatan Pulau Sulawesi dan lumbung pangan jagung nasional di bagian utara Pulau Sulawesi;
c. pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian tengah Pulau Sulawesi;
d. pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi di
Pulau Sulawesi;
e. pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta
penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition/MICE);
46 memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan
negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup;
g. jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan
antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah; h. kawasan perkotaan nasional yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana; dan
i. kelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas Pulau Sulawesi sesuai dengan kondisi
ekosistemnya.
Beberapa poin penting dalm strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang
dalam system perkotaan nasional Pulau Sulawesi dimana Kota Bulukumba ditetapkan sebagai salah satu PKW di Provinsi Sulsel, adalah :
a. Pengembangan Jaringan Kereta Api dan Jaringan Penyeberangan Lintas Propins
b. Pengembangan kawasan andalan Bulukumba – Watampone dan sekitarnya
dengan sektor unggulan :pertanian, perkebunan, agroindustri, pariwisata, perikanan , dan perdagangan.
c. Pengembangan Kawasan aglomerasi Industri Menengah
3.4 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI SULSEL
Tujuan umum RTRWP Sulsel Tahun 2008-2028 adalah untuk mewujudkan
ruang wilayah provinsi yang mengakomodasikan keterkaitan antar kawasan andalan, antar kawasan strategis, antar kabupaten dan kota dalam perwujudan perekonomian
dan lingkungan yang berkesinambungan. 3.4.1 Tujuan RTRWP Sulsel adalah untuk:
a. Menciptakan kepastian hukum dalam hal pemanfaatan ruang provinsi, sebagai salah satu faktor penting dalam merangsang partisipasi pemangku
kepentingan dalam berinvestasi.
b. Menjadi pedoman bagi aparat terkait dalam hal pengendalian
47
c. Merupakan dasar bagi penyusunan rencana yang bersifat lebih
operasional dalam perencanaan pembangunan dan pemanfaatan ruang di wilayah Provinsi Sulsel.
3.4.2 Struktur Ruang RTRWP Sulsel a. Sistem Perkotaan
Berdasarkan PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional sistem perkotaan ditentukan sebagai berikut:
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berupa Kawasan Perkotaan Mamminasata;
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berskala provinsi Pangkajene,
Jeneponto, Palopo, Watampone, Pare - Pare, Barru dan Bulukumba; Pusat Kegiatan Lokal (PKL) merupakan pusat-pusat kegiatan skala
kabupaten dan kota, sebagai pusat kegiatan industri dan jasa, serta simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa
kecamatan, sehingga semua kota dan ibukota kabupaten juga berfungsi sebagai PKL.
Pusat kegiatan sub lokal merupakan kawasan pengembangan ekonomi
lokal atau Local Economic Development (LED) termasuk sentra-sentra produksi pertanian termasuk kehutanan, perkebunan, tanaman pangan,
peternakan dan perikanan, sentra produksi pertambangan, pusat-pusat industri manufaktur, pusat perdagangan, kawasan wisata, pusat
pelayanan jasa yang tersebar di seluruh wilayah provinsi Sulsel.
Rencana Struktur Ruang Provinsi Sulawesi Selatan, diperlihatkan pada gambar
49 Gambar 3.3 : Rencana Struktur Ruang Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan surat Menko bidang Perekonomian Republik Indonesia
No S-268/D.IV.M.Ekon/12/2007 tertanggal 18 Desember 2007 perihal dukungan pembangunan Kabupaten Selayar sebagai pusat distribusi bahan
pokok KTI, maka Selayar diusulkan dan direncanakan menjadi PKN.
b. Kawasan Andalan
Berdasarkan PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, kawasan andalan di wilayah Provinsi Sulsel adalah sebagai berikut:
Kawasan andalan Mamminasata dan sekitarnya (Makassar, Maros, Gowa
dan Takalar) dengan sektor unggulan pariwisata, industri, pertanian, perikanan, industri umum dan agroindustri serta perdagangan;
Kawasan andalan Palopo dan sekitarnya dengan sektor unggulan
pariwisata, perkebunan, pertanian dan perikanan;
Kawasan andalan Bulukumba-Watampone dan sekitarnya dengan sektor
unggulan pertanian, perkebunan, agroindustri, pariwisata, perikanan dan perdagangan;
Kawasan andalan Bulukumba dan sekitarnya dengan sektor unggulan
pertanian, perkebunan, perikanan, agroindustri dan perdagangan;
Kawasan andalan laut Kapoposan dan sekitarnya dengan sektor unggulan
perikanan dan pariwisata;
Kawasan andalan laut Teluk Bone dan sekitarnya dengan sektor unggulan
perikanan, pariwisata dan pertambangan;
Kawasan andalan laut Singkarang-Takabonerate dan sekitarnya dengan
sektor unggulan perikanan dan pariwisata;
Kawasan andalan laut Selat Makassar dengan sektor unggulan perikanan
50 c. Kawasan Strategis
Berdasarkan PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Kawasan Strategis (Kawastra) Nasional di wilayah Provinsi Sulsel adalah:
Kawasan Perkotaan Makassar – Maros – Sungguminasa - Takalar
(Mamminasata);
Kawasan pengembangan ekonomi terpadu Bulukumba;
Kawasan pariwisata budaya dan alam Toraja dan sekitarnya;
Kawasan Stasiun Bumi Bulukumba;
Kawasan pertambangan nikel Soroako dan sekitarnya;
d. Sistem dan Prasarana Jaringan Transportasi
Sebagai bagian dari sistem nasional dan pulau Sulawesi, sistem transportasi dan prasarana transportasi wilayah Sulsel merujuk pada Sistem
Transportasi Nasional dan Rencana Jalan Pulau Sulawesi (Lihat Gambar 2.5). Bandara internasional Hasanuddin sangat mendukung akses
internasional maupun nasional karena posisinya relatif di tengah-tengah wilayah nusantara. Pelabuhan Makassar merupakan pelabuhan hub utama
KTI, pelabuhan Bulukumba dan Barru potensiil berkembang menjadi pelabuhan nasional, sedangkan Selayar yang secara nasional ditetapkan
sebagai pusat distribusi bahan kebutuhan pokok KTI perlu dibangun pelabuhan yang mampu disandari kapal-kapal antar pulau.
e. Sistem dan Prasarana Komunikasi dan Informasi
Sistem komunikasi dan informasi direncakan menjangkau sampai pusat-pusat permukiman dan sentra-sentran produksi baik di daerah
perkotaan maupun perdesaan, yang akan mendukung arus informasi dari dan ke wilayah hinterland serta wilayah depan. Untuk mendukung sistem
interkoneksitas tersebut diarahkan rencana pengembangan jaringan kabel telepon mengikuti pola jalan, sedangkan sistem telekomunikasi nir-kabel
51 pada bukit-bukit di dekat ibukota provinsi dan di dekat ibukota-ibukota
kabupaten.
f. Sistem dan Prasarana Energi
Menurut kantor PLN Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara, jaringan
listrik sebagai penyalur energi listrik bersumber dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Bakaru 126 MW, Pembangkit listrik tenaga disel (PLTD)
Palopo, pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) Sengkang 135 MW yang direncanakan ditambah 20 MW (Intrim) + 65 MW, PLTD Suppa 62 MW di
Pinrang, rencana pembangunan PLTU Bone 2x50 MW, PLTU Tello 197 MW, PLTD Sewatama 15 MW Mamminasata, PLTA Bilibili 20 MW, rencana
pembangunan PLTU Lakatong 3x30 MW di Jeneponto dan rencana pembangunan PLTU Punagaya 4x100 MW di Jeneponto, serta PLTD di
Selayar.
g. Sistem dan Prasarana Keairan
Ada empat strategi berbeda sebagai alternatif dalam pengelolaan air,
resiko dan pemanfaatannya, (Offringa G., 1987), yang dapat dijadikan pertimbangan penyusunan rancangan yang lebih operasional:
Strategi 1 mengontrol banjir secara total tanpa mengijinkan ada resiko
kerusakan di suatu wilayah, dengan pembangunan tanggul lingkar penahan banjir. Perlu diperhatikan bahwa merubah daerah banjir
menjadi daerah terlindung banjir berarti mengurangi daerah limpasan dan penyerapan air, sehingga daerah lain akan dialiri air dalam volume
yang lebih besar.
Strategi 2 memprioritaskan pada pengurangan volume aliran air pada saat debit air puncak dengan usaha penahanan dan penyimpanan air
sungai di wilayah-wilayah tangkapan air (situ) di daerah hulu, sekaligus
berfungsi sebagai cadangan air.
52 yang mengijinkan air sungai membanjiri wilayah tersebut pada saat debit
sungai membahayakan daerah hilir tempat aglomerasi penduduk serta kegiatan dan fasilitas perkotaannya. Green river yang dimaksud adalah
wilayah sungai dengan berbagai elemen penghijauan seperti hutan, taman, ruang terbuka hijau, rawa dan sebagainya yang mampu menahan
banjir dalam waktu tertentu.
Strategi 4 adalah memberlakukan fungsi hidrolika alami sepenuhnya, dengan mengijinkan seluruh wilayah dimasuki banjir. Tata guna lahan
53 Gambar 3.4 : Peta Rencana Arahan Pengemb. Jalan, Rel KA, Bandara dan Pelabuhan
54 Berdasarkan prinsip umum pengelolaan limbah ”3R” sebisa mungkin
pada sumber produk limbah, kalau tidak memungkinkan baru diangkut dan diolah secara terpusat di suatu tempat dengan akses dan kondisi yang tidak
banyak mengganggu fungsi dan kegiatan lain:
Reduce, yang maknanya usaha sedapat mungkin meminimalisasi
produksi limbah, baik padat, cair maupun gas;
Reuse, yang maknanya usaha mengguna-ulang barang bekas pakai atau
limbah;
Recycling, yang maknanya mendaur-ulang limbah.
Pada daerah hulu diusahakan dapat menetralisir produk limbah cairnya
agar tidak mengalir ke hilir. Prinsip ini dijadikan acuan dalam pembangunan sistem dan prasarana pengelolaan limbah, maupun dalam
penyusunan pedoman pengelolaan termasuk pengolahan limbah yang
lebih operasional. Dalam hal ini Metropolitan Mamminasata
direncanakan membangun tempat pengolahan akhir sampah terpadu di Samata.
3.4.3 Pola Ruang
a. Kawasan Lindung
Menyadari pentingnya keberadaan dan fungsi kawasan lindung bagi
kehidupan manusia di satu sisi, dan melihat besarnya ancaman pengrusakan oleh penduduk karena desakan ekonomi dan kebutuhan ruang hunian di sisi
lain, perlu dibangun suatu sistem pengelolaan kawasan lindung yang lebih rasional. Paradigmanya perlu diubah dari penekanan pada aspek legal dan
lingkungan semata-mata ke aspek keterpaduan antara legal-lingkungan dan sosial-ekonomi-budaya. Masyarakat tidak hanya dilihat sebagai ancaman,
tetapi juga sebagai potensi yang bermanfaat sebagai pengendali dan pemelihara kawasan lindung secara aktif. Dalam pendekatan ini, kawasan
lindung, misalnya dalam wilayah DAS, dilindungi oleh penduduk karena memberikan keuntungan ekonomi secara langsung. Programnya perlu
55 DAS masing-masing. Pendekatan seperti ini menjadi sangat penting karena
potensi degradasi lingkungan di Sulsel yang besar dengan indikasi proses erosi, longsor, dan banjir, sementara tekanan penduduk terhadap lingkungan
akibat penggunaan lahan bertambah dengan cepat. Program pengembangan dan pengelolaan kawasan lindung hendaknya diintegrasikan dan disinergikan
dengan pengembangan DAS (Lihat gambar berikut).
b. Kawasan Budidaya Strategis Provinsi
1. Kawasan Permukiman
a) Rencana Kawasan Permukiman Perkotaan
Permukiman perkotaan didominasi oleh kegiatan non agraris
dengan konsekwensi kepadatan bangunan, penduduk serta prasarana dan sarana perkotaan yang sangat intensif dalam pemanfaatan ruang
darat, perairan maupun udaranya. Bangunan-bangunan permukiman di tengah kawasan perkotaan yang padat penduduknya seperti tengah
Kota Makassar, Maros, Sungguminasa, Bulukumba dan diarahkan berorientasi vertikal seperti rumah susun dan gedung-gedung
56 Gambar 3.5 Peta Kawasan Lindung Daya Provinsi Sulsel Gambar 3.6 Peta Kawasan Hutan Provinsi Sulsel
3.5 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BULUKUMBA
RTRW Kota Bulukumba 2012-2032 ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 21 Tahun 2012. Cakupan wilayah perencanaan RTRW Kabupaten
Bulukumba, meliputi: Kecamatan Ujungbulu; Kecamatan Ujungloe; Kecamatan Bontobahari; Kecamatan Bontotiro; Kecamatan Herlang; Kecamatan Kajang; Kecamatan
Rilau Ale; Kecamatan Bulukumpa; Kecamatan Kindang; dan Kecamatan Gantarang.
3.5.1 Tujuan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bulukumba
Penataan ruang wilayah Kabupaten Bulukumba bertujuan untuk untuk mewujudkan tatanan ruang Kabupaten Bulukumba sebagai pusat perdagangan
bagian Selatan Sulawesi Selatan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan melalui pengembangan minapolitan, pariwisata, dan agroindustri yang
berlandaskan kearifan lokal menuju masyarakat sejahtera.
57 Kebijakan Penataan ruang Kabupaten Bulukumba terdiri atas :
a. pengembangan dan peningkatan kawasan pesisir dan kelautan dalam
rangka optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya;
b. pengembangan sektor pariwisata yang berbasis pada keunggulan lokal;
c. peningkatan sektor industri dan jasa perdagangan yang berbasis
pertanian, pariwisata, perikanan dan kelautan sesuai keunggulan
kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu, dan ramah lingkungan;
d. pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk
pemenuhan hak dasar dan dalam rangka mewujudkan tujuan penataan
ruang yang berimbang dan berbasis konservasi serta mitigasi bencana; dan
e. Perwujudan keterpaduan penyelenggaraan kawasan ruang perkotaan
dalam rangka keseimbangan antara pengembangan permukiman,
ekonomi, dan pelestarian lingkungan.
f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan Keamanan Negara.
Strategi Penataan Ruang Kabupaten Bulukumba, meliputi :
1. Strategi pengembangan dan peningkatan kawasan pesisir dan kelautan dalam
rangka optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya meliputi:
a. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan di wilayah pantai yang
dapat merusak ekosistem pantai dan pesisir;
b. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sistem jaringan prasarana
dalam mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat dan laut untuk meningkatkan interaksi wilayah;
c. menumbuhkembangkan industri yang berbasis pada potensi pesisir dan kelautan;
d. membangun prasarana dan sarana transportasi yang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang;
e. mengembangkan kegiatan penunjang pemanfaatan dan pengembangan
58 2. Strategi pengembangan sektor pariwisata yang berbasis pada keunggulan
lokal meliputi:
a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan
pelayanan transportasi darat laut dan udara dalam mendukung perkembangan sektor pariwisata;
b. mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi untuk mendukung
perkembangan sektor pariwisata;
c. meningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan sarana pendukung, pengelolaan objek wisata yang lebih professional serta
pemasaran yang lebih agresif dan efektif;
3. Strategi peningkatan sektor industri dan jasa perdagangan yang berbasis
pertanian, pariwisata, perikanan dan kelautan sesuai keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu, dan
ramah lingkungan meliputi :
a. menetapkan perwilayahan komoditas sesuai dengan potensi wilayah;
b. mengembangkan dan meningkatkan prasarana dan sarana pendukung;
c. mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan pertanian dan
perikanan berbasis agroindustri dan agrobisnis sesuai komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar;
d. mengembangkan penelitian dan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan sehingga menjadi kekuatan utama ekonomi masyarakat pesisir;
e. mengintensifkan promosi peluang investasi bagi kegiatan ramah
lingkungan.
f. meningkatkan aksesibilitas perdagangan yang ditunjang dengan
peningkatan fungsi jalan yang mengakses setiap wilayah serta sistem
transportasi dan prasarana pendukung lainnya
g. mengembangkan sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan yang
ditunjang pengolahan lahan dan air pada lahan usaha tani.
4. Strategi pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk
59
a. membangun prasarana dan sarana sosial secara proporsional dan
memadai sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap pusat kawasan permukiman;
b. membangun berbagai perangkat keras dan lunak untuk mitigasi berbagai
bencana alam, seperti tsunami, gempa, longsor, banjir, kebakaran hutan,
dan ancaman lainnya;
c. melestarikan dan meningkatkan fungsi dan daya dukung lingkungan
untuk keanekaragaman hayati, dan fungsi perlindungan kawasan;
d. melestarikan dan meningkatkan nilai kawasan lindung yang ditetapkan
sebagai warisan dunia, cagar biosfer;
e. menetapkan kawasan strategis kabupaten berfungsi lindung;
f. mencegah pemanfaatan ruang dan kawasan strategis, provinsi dan
kabupaten yang berpotensi mengurangi daya lindung kawasan;
g. membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan lindung nasional, provinsi dan kabupaten yang berpotensi mengurangi daya lindung
kawasan; dan
h. merehabilitasi kawasan lindung yang terdegradasi, akibat dampak
pemanfaatan ruang yang berlebihan.
5. Strategi Perwujudan keterpaduan penyelenggaraan kawasan ruang perkotaan
dalam rangka keseimbangan antara pengembangan permukiman, ekonomi, dan Pelestarian Lingkungan meliputi:
a. mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang berdasar atas
keterpaduan pusat pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana yang
berungsi sebagai pendukung kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional.
b. mendorong Pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efektif,
dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah guna terciptanya
kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan.
c. mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat
60 dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan
dalam pengelolaan kawasan.
6. Strategi peningkatan dan pengembangan fungsi aspek pertahanan dan
keamanan pulau-pulau kecil di wilayah terdiri atas :
a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan sebagai zona
penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budidaya terbangun di sekitarnya;
c. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan Negara sesuai fungsi dan
peruntukannya; dan
d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan
Negara di wilayah Kabupaten Bulukumba.
3.5.3 Rencana Struktur Ruang Wilayah
Rencana struktur ruang wilayah Kota Bulukumba meliputi Pusat-pusat
Kegiatan; Sistem Jaringan Prasarana Utama; dan sistem jaringan prasarana Lainnya. Rencana Pusat-pusat Kegiatan Meliputi: pusat Kegiatan Wilayah (PKW),
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). PKW di Kabupaten Bulukumba ditetapkan sebagai Kawasan Perkotaan Bulukumba yang
meliputi Kecamatan Ujungbulu dan Kecamatan Gantarang. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi Kawasan Perkotaan Tanete di Kecamatan Bulukumpa,
Kawasan Perkotaan Tanahberu di Kecamatan Bontobahari, Kawasan Perkotaan di Kecamatan Kajang dan Kawasan Perkotaan Dannuang di Kecamatan Ujungloe.
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) meliputi Kawasan Tanuntung di Kecamatan Herlang, Kawasan Palampang di Kecamatan Rilau Ale
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kota Bulukumba, terdiri atas: Rencana sistem jaringan prasarana utama; dan Rencana sistem jaringan prasarana lainnya.
61 sistem transportasi udara; dan sistem jaringan transportasi laut. Rencana sistem
transportasi darat meliputi: jaringan jalan; jaringan prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ); dan jaringan pelayanan LLAJ.
Rencana sistem jaringan kereta api meliputi jaringan jalur kereta api umum; dan stasiun kereta api. Rencana sistem jaringan transportasi laut meliputi tatanan
kepelabuhanan; dan alur pelayaran.
Rencana peningkatan struktur jalan kolektor primer K1 (Batas Kota Bantaeng -
batas Kota Bulukumba; batas Kota Bulukumba – Tanete; batas Kota Bulukumba – Bira). Peningkatan struktur jalan Kolektor Primer K2 (Tanete – Tanah Beru ; Kajang – Batas Sinjai (Pattongko));
Rencana pengembangan terminal penumpang Tipe A di Kelurahan Jalanjang
Kecamatan Gantarang; Terminal Tipe B di kawasan perkotaan terdapat di Kecamatan Ujung Bulu. Terminal Tipe C di setiap wilayah kecamatan yang
dipusatkan di ibukota kecamatan.
Pengembangan jaringan jalur kereta api umum meliputi: jaringan jalur kereta
api umum, berdasarkan Rencana Jalur Kereta Api melintasi wilayah Kecamatan Gantarang, Ujungbulu, Rilau Ale, dan Bulukumpa. Stasiun kereta api terhubung
dengan jalur Makassar-Bulukumba di tiap wilayah kecamatan yang dilintasi. Rencana sistem Transportasi laut meliputi Pengembangan tatanan kepelabuhanan, terdiri atas: Peningkatan status pelabuhan Leppe’E dari pelabuhan pengumpan menjadi pelabuhan pengumpul di wilayah bagian selatan
Provinsi Sulawesi Selatan,
Rencana sistem prasarana lainnya di Kota Bulukumba merupakan sistem
jaringan prasarana pelengkap yang mengintegrasikan dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah daerah, meliputi: sistem jaringan energi;
sistem jaringan telekomunikasi; sistem jaringan sumber daya air; dan sistem prasarana pengelolaan lingkungan.
Sistem jaringan energi Kab. Bulukumba meliputi: Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), terdapat di Kota Bulukumba Kapasitas 7,36 MW, Pengembangan
62 Kabupaten Bulukumba, Pengembangan energi listrik tenaga surya (PLTS) di
Kecamatan Bontobahari, Pengembangan energi listrik biomassa di Kecamatan Gantarang, Kajang dan Bontobahari.
Sistem Jaringan telekomunikasi di Kab. Bulukumba meliputi: Sistem jaringan kabel terdiri atas sistem jaringan telekomunikasi tetap, jaringan telekomunikasi
khusus dan Stasiun Telepon Otomat (STO) dengan kapasitas 1.526 SST, pengembangan jaringan kabel telepon mengikuti pola jalan,
Sistem jaringan sumber daya air di Kab. Bulukumba meliputi Pengelolaan sistem jaringan sumberdaya air direncanakan berbasis wilayah sungai, embung
dan cekungan air tanah serta keterpaduannya dengan pola ruang dengan memperhatikan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya air permukaan dan air
tanah dengan mengutamakan air permukaan tanah.
Prasarana air baku untuk air bersih di Kab. Bulukuba diarahkan pada
pemanfaatan sumberdaya air baku melalui : bangunan intake; saluran pipa suplai; instalasi pengelolaan air Bialo dan Bontonyeleng di Kecamatan Gantarang,
Sungai Balantieng Kecamatan Rilau Ale dan instalasi pengelolaan air Lotong-Lotong di Kecamatan Bontobahari untuk kelompok pengguna jaringan air bersih
ke kabupaten; sumur-sumur air tanah; saluran pipa distribusi; dan bak distribusi/hidran umum.
Sistem prasarana pengelolaan lingkungan di Kab. Bulukumba meliputi: sistem jaringan persampahan; sistem jaringan air minum; sistem jaringan drainase;
sistem evakuasi bencana; dan sistem pengelolaan limbah.
Sistem jaringan persampahan dan prasarana pengelolaan lingkungan, terdiri
atas : pengembangan TPA terpadu dengan system Sanitary Landfill, Kecamatan Gantarang; pengelolaan sampah dapat dilakukan secara komunal dan individual,
pendekatan 5 R (reduce, reuse, recycling, replace dan rethinking); Pengembangan pengolahan sampah terpadu.
Sistem prasarana air minum meliputi: pengembangan jaringan prasarana air minum di seluruh Kecamatan; penyediaan hydran umum pada kawasan-kawasan
63 pelayanan. Sistem evakuasi bencana meliputi: sistem peringatan dini pada
kawasan pesisir; jalur evakuasi sungai dan pantai; bangunan penyelamat. Sistem prasarana Limbah terdiri atas : Instalasi Pengelolaan Air Limbah
industri pada kawasan industri; Instalasi Pengelolaan Air Limbah domestik pada kawasan Perkotaan; pengelolaan Limbah B3 yang dihasilkan industri, Rumah
Sakit dan Usaha lainnya; Penyediaan Incenerator pada kawasan industri dan Rumah Sakit.
3.5.4 Rencana Pola Ruang Wilayah
Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Bulukumba meliputi: kawasan lindung; dan
kawasan budi daya. Kawasan Lindung meliputi: kawasan hutan lindung; kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan di bawahnya; kawasan perlindungan
setempat; kawasan suaka alam dan cagar budaya; kawasan rawan bencana alam; dan ruang terbuka hijau (RTH) kota.
Rencana pola ruang kawasan budi daya di Kota Bulukumba terdiri atas : kawasan peruntukan perumahan; kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; kawasan
peruntukan perkantoran; kawasan peruntukan industri; kawasan peruntukan pariwisata; kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau; kawasan peruntukan
ruang evakuasi bencana; kawasan peruntukan pertanian; kawasan peruntukan pertambangan; kawasan peruntukan ruang sektor informal; kawasan peruntukan
pertahanan dan keamanan; kawasan peruntukan pelayanan umum; dan kawasan peruntukan peruntukan perikanan.
Kawasan peruntukan permukiman, meliputi: kawasan peruntukan permukiman perkotaan; dan kawasan peruntukan permukiman perdesaan. Kawasan permukiman
perkotaan terdiri atas:
kawasan Perkotaan Bulukumba di Kecamatan Ujungbulu dan sebahagian di
Kecamatan Gantarang;
kawasan Perkotaan Tanete di Kecamatan Bulukumpa;
kawasan Perkotaan Tanah Beru di Kecamatan Bontobahari;
kawasan Perkotaan Kassi di Kecamatan Kajang;
Kawasan Perkotaan Dannuang di Kecamatan Ujung Loe dan;
64
Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Bulukumba meliputi:
kawasan Tanuntung di Kecamatan Herlang;
kawasan Palampang di Kecamatan Rilau Ale;
kawasan Hila-hila di Kecamatan Bontotiro;
kawasan Borong Rappoa di Kecamatan Kindang;
Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa tersebar di seluruh wilayah Kota
Bulukumba, dengan pusat perdagangan dan jasa meliputi: pengembangan Pasar Sentral di Kota Bulukumba Kecamatan Ujungbulu, Pasar Tanete di Kecamatan
Bulukumpa; kawasan perdagangan skala kecamatan yang terdistribusi di seluruh PPK di perkotaan seluruh Ibukota kecamatan; Kawasan perdagangan skala lokal
yang terdistribusi di seluruh PPL
Kawasan peruntukan industri besar Kabupaten Bulukumba terdapat di
Kecamatan Gantarang dan dapat dikembangkan di Kecamatan lainnya sesuai dengan potensi unggulan dan karakteristik wilayah masing-masing; Kawasan peruntukan
industri sedang terdapat di Kecamatan Bontobahari; peruntukan Industri rumah tangga yang meliputi industri makanan, industri batu bata, industri tekstil dan
industri lainnya terdapat di seluruh kecamatan.
Kawasan peruntukan pariwisata budaya di Kabupaten Bulukumba yaitu
Kawasan Adat Amma Toa Kajang, Makam Samparaja Daeng Malaja (Karaeng Sapo Batu), Situs Pua Janggo, Situs Karampuang, Makam Al Maulana Khatib Bungsu (Dato
Tiro), Makam Launru Daeng Biasa (Karaeng Ambibia), pertenunan tradisional Kajang dan Pasar Cekkeng
Kawasan peruntukan pariwisata alam di Kabupaten Bulukumba yaitu Pantai Pasir Putih Bira (Tanjung Bira), Pantai Pasir Putih Lemo-Lemo, Pantai Panrang Luhu, Pantai Mandala Ria, Pantai Maru’masa, Pantai Kasuso, Pantai Samboang, Pantai Merpati, Pantai Lolisang, Pulau Liukang Loe, Pulau Betang, Gua Passohara, Gua Liang Pa’nikia, Gua Malukua, Gua Passea, Permandian Alam Limbua, Permandian Sumur Panjang Hila-Hila, Air Terjun Bravo 45, Danau Buhung Tujuh Kahayya, Tahura
Bontobahari, dan kawasan pantai hutan bakau;
65 Bulukumpa, Rilau Ale dan Ujungloe. Kawasan peruntukan pariwisata buatan di Kab.
Bulukumba yaitu pada pusat pelayanan Pariwisata (Kota Bulukumba).
Kawasan Strategis Provinsi Sulsel (KSP) yang ada di Kabupaten Bulukumba
meliputi:
a. kawasan Perkebunan komoditas diantaranya karet, cengkeh, kelapa sawit,
kakao, kopi, mente, dan jarak,
b. Permukiman Adat Amma Toa, Kecamatan Kajang
c. Kawasan penambangan minyak dan gas terdiri atas:
1.Blok Bone di Teluk Bone
2.Blok Kambuno di laut Kabupaten Bulukumba;
3.Blok Selayar di laut Kabupaten Bulukumba; 4.Blok Karaengta di laut
Kawasan Strategis Kota (KSK Bulukumba), meliputi:
1. Kawasan strategis ekonomi meliputi: a. Kawasan Strategis Pesisir terdiri dari:
1) pengembangan perkotaan water front city di Kecamatan Ujungbulu
dan Gantarang (PKW).
2) pengembangan minapolitan/marine politan center di kecamatan
wilayah pesisir pantai untuk perikanan laut dan di seluruh wilayah
kecamatan untuk perikanan tangkap yang berpusat di Kecamatan Kajang;
b. Kawasan Agropolitan/Agroindustri/Agribisnis di seluruh wilayah
kecamatan yang berpusat di Kecamatan Gantarang;
c. Kawasan agrowisata di desa Bululohe Kecamatan Rilau Ale;
d. Kawasan Pariwisata di Kecamatan Ujungbulu, Ujung Loe, Bontotiro,
Kindang, Bulukumpa, Kajang berpusat di Kecamatan Bontobahari;
e. Kawasan perdagangan di Kecamatan Ujungbulu dan Gantarang (PKW);
f. Kawasan Bandar Udara Pengumpan di Kecamatan Bontobahari,
Kecamatan Ujung Loe, dan Kecamatan Gantarang.
66 2. Kawasan strategis sosial budaya yaitu kawasan pembuatan Perahu Pinisi di
Kecamatan Bontobahari.
3. Kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu
67 Gambar 3.7 : Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bulukumba 2012-2032
GAm
68 Gambar 3.7 : Rencana Pola Ruang Kabupaten Bulukumba 2012-2032
69