• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PERENCANAAN GEOMETRIK, PENINGKATAN JALAN, DRAINASE PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN DOLOK SANGGUL SIBORONG BORONG STA s.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PERENCANAAN GEOMETRIK, PENINGKATAN JALAN, DRAINASE PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN DOLOK SANGGUL SIBORONG BORONG STA s."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PERENCANAAN GEOMETRIK, PENINGKATAN

JALAN, DRAINASE PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN

DOLOK SANGGUL – SIBORONG – BORONG STA 0+000 s.d

STA 2+200

TUGAS AKHIR

Ditulis sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

oleh

ROY PARDEDE NIM. 1005131024

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI MEDAN MEDAN

(2)

ABSTRAK

EVALUASI PERENCANAAN GEOMETRIK, PENINGKATAN JALAN DAN DRAINASE PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN DOLOK SANGGUL –

SIBORONG-BORONG STA 0+000 s.d STA 2+200 oleh

ROY PARDEDE (1005131024)

Tugas akhir ini dilakukan pada ruas jalan Dolok Sanggul – Siborong-borong. Teori yang digunakan untuk mendisain pavement adalah analisis komponen, desain lapis tambahan dengan metode Bina Marga berdasarkan Benklement Beam Test. Ruas jalan Dolok Sanggul – Siborong-borong STA 0+000 s.d STA 2+200 perlu dilebarkan menjadi 7 meter dengan DS 0,789 < 0,8 pada akhir tahum rencana dengan lebar bahu jalan pada sisi kiri dan kanan = 1,5 meter. Pada perencanaan geometrik jalan Dolok Sanggul – Siborong borong ini diperoleh alinyemen horizontal dengan jumlah tikungan 18. Diantaranya tikungan Full Circle (FC) terdapat 17 tikungan, tikungan Spiral Circle Spiral (SCS) terdapat 1 tikungan. Dari hasil perhitungan analisis kebutuhan pelebaran jalan, didapatkan konstruksi tebal perkerasan pelebaran jalan yaitu lapis permukaan menggunakan Laston MS 340 setebal 10 cm. Lapis Pondasi Atas dengan Batu Pecah Kelas A setebal 20 cm. Lapis Pondasi Bawah dengan Sirtu Kelas B setebal 33 cm. Prime coat (Lapis Pengikat) diletakkan di atas lapisan pondasi atas, Tack Coat (Lapis Perekat) diletakkan di atas perkerasan lama dan AC-BC Laston. Perencanaan Tebal Lapis Tambahan dengan menggunakan bahan Lapis permukaan AC-WC setebal 6 cm.

Kata kunci: DS (Derajat Kejenuhan), geometrik jalan, pelebaran perkerasan jalan, benklement beam, overlay

(3)

ABSTRACT

EVALUASI PERENCANAAN GEOMETRIK, PENINGKATAN JALAN DAN DRAINASE PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN DOLOK SANGGUL –

SIBORONG-BORONG STA 0+000 s.d STA 2+200 by

ROY PARDEDE (1005131024)

This final project is done on roads Dolok Sanggul – Siborong-borong. The theory is used to design pavement component analysis, an additional layer design method based Benklement Highways Beam Test. Dolok Sanggul – Siborong-borong roads STA 0+000 up to STA 2+200 needs to be widened to 7 meters with DS 0.789 <0.8 at the end of the plan with a tender shoulder width on the left and right = 1.5 meters. In geometric path planning Dolok Sanggul - Siborong borong horizontal alignment is obtained by the number of 18 twists Among bendFull Circle (FC) there are 17 twists, bend Spiral Spiral Circle (SCS) there is 1 corner. From the calculation of road widening needs analysis, construction obtained thick layer of pavement widening the road surface using Varley MS 340 as thick as 10 cm. Lapis Foundation Stone Broke Up with Class A 20 cm thick. Lapis Foundation Down with Class B Sirtu 33 cm thick. Prime coat (binder layer) is placed on top of the base layer, Tack Coat is placed on top of the old pavement and the AC-BC Varley. Supplementary Planning Layer Thickness using material AC-WC surface layer thickness of 6 cm.

Keywords: DS (Degree of Saturation), geometric road, pavement widening, benklement beam, overlay

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya memberikan pengetahuan, pengalaman, kekuatan, dan kesempatan, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Laporan Tugas Akhir yang berjudul “EVALUASI PERENCANAAN GEOMETRIK, PENINGKATAN JALAN, DRAINASE PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN DOLOK SANGGUL – SIBORONG – BORONG STA 0+000 s.d STA 2+200” ini dimaksudkan sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Tugas Akhir semester VIII, pendidikan program Diploma IV jurusan teknik sipil Politeknik Negeri Medan.

Sesuai dengan judulnya, dalam laporan ini penulis akan membahas mengenai perhitungan tebal lapisan perkerasan lentur pada proyek peningkatan jalan Dolok Sanggul – Siborong - borong.

Dalam proses pembuatan laporan ini, Penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,baik berupa material, spiritual, maupun dari segi administrasi. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada :

1. Bapak M. Syahruddin, ST, M.T., sebagai Direktur Politeknik Negeri Medan;

2. Bapak Ir. Samsudin Silaen, M.T., sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan;

3. Bapak Amrizal, S.T, M.T., sebagai Kepala Prodi D-IV TPJJ

4. Bapak Ir. M Koster Silaen, M.T., sebagai Wali Kelas D-IV TPJJ Semester 8 5. Bapak Ir. Ependi Napitu, M.T., sebagai Dosen Pembimbing 1 Tugas Akhir 6. Bapak Dohar Sinabutar, S.T, M.T., sebagai Dosen Pembimbing 2 Tugas Akhir 7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan;

8. Seluruh staf akademik Politeknik Negeri Medan;

9. Kepala SNVT Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN), yang telah memberi izin untuk pengambilan data sekunder.

10. Kedua Orangtua yang tercinta dan seluruh keluarga yang tak henti-hentinya memberi dukungan dan doa yang tulus;

11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa khususnya TPJJ-8A atas kerjasama, dukungan dan semangatnya yang telah diberikan kepada kami dalam pelaksanaan penyusunan laporan.

(5)

Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis juga menyadari kemungkinan terdapat kekurangan dan kesilapan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran-saran dan kritikan yang dapat memperbaiki laporan ini.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yg telah turut membantu dalam penyusunan laporan ini.

Medan, September 2014 Penyusun

ROY PARDEDE NIM. 1005131024

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR RUMUS ... xiii

DAFTAR ISTILAH ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Topik Bahasan ... 2

C. Batasan Masalah ... 2

D. Manfaat ... 3

E. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 3

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Klasifikasi Jalan ... 5

1. Kelas Jalan ... 5

B. Persyaratan Ruang Jalan ... 6

(7)

1. Volume Lalu lintas ... 8

2. Klasifikasi Kendaraan Rencana ... 9

3. Kecepatan Rencana ...10

4. Jarak Pandang ...11

5. Daerah Bebas Samping Tikungan ...14

6. Ekivalen Mobil Penumpang ...16

7. Hambatan Samping ...17

8. Derajat Kejenuhan ...17

9. Kecepatan (V) ... 18

D. Kapasitas Jalan ...18

1. Kapasitas Jalan Antar Kota ...18

E. Geometrik ...21

1. Alinemen Horizontal ...22

2. Panjang Bagian Lurus ...22

3. Tikungan ...22

4. Diagram Superelevasi ...27

5. Jari-Jari Tikungan ...29

6. Lengkung Peralihan ...29

7. Pelebaran Jalur Lalu lintas di Tikungan ...32

F. Konstruksi Perkerasan Lentur...35

1. Lalu Lintas ...35

2. Syarat-syarat Kekuatan/Struktural ...35

(8)

4. Metode Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur ...43

5. Parameter Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur ...44

6. Metode Analisis Komponen SNI 1732-1989-F ...49

G. Perencanaan Tebal Lapis Tambah Metode Lendutan ...63

1. Umum ...63 2. Ketentuan Perhitungan ...65 a. Lalu Lintas ...65 b. Lendutan ...68 c. Keseragaman Lendutan ...72 d. Lendutan Wakil ...73

e. Repetisi Beban Lalu Lintas ...73

f. Faktor Koreksi Tebal Lapis Tambah ...74

g. Jenis Lapis Tambah...75

3. Prosedur Perhitungan ...76

H. Disain Drainase ...79

1. Perhitungan Debit Rencana ...79

2. Perhitungan Dimensi Saluran ...80

BAB III METODOLOGI A. Persiapan ...82

B. Tahapan Penyusunan Tugas Akhir ...82

C. Identifikasi Masalah ...84

D. Pengamatan Pendahuluan ...84

(9)

F. Pengumpulan Data ...84

G. Analisis Data ...86

H. Perancangan Teknis ...87

BAB IV HASIL PERANCANGAN A. Perancangan Geometrik ...88

1. Perhitungan Sudut Tikungan di PI1, PI2, PI3 ...88

2. Perhitungan Panjang Trase ...90

3. Perhitungan Tikungan ...92

B. Perencanan Kapasitas Jalan ...100

1. Volume Lalu Lintas Awal. ...100

2. Prediksi Pertumbuhan Lalu Lintas ...100

3. Kebutuhan Ruang Jalan ...101

4. Analisis Kapasitas Jalan Dolok Sanggul-Siborong-borong ...102

5. Analisis Volume Jam Perencanaan (VJP) ...102

6. Derajat Kejenuhan ...105

7. Dimensi Ruang Jalan Dolok Sanggul-Siborong-borong ...106

C. Perhitungan Tebal Lapis Perkerasan ...108

1. Perhitungan Tebal Perkerasan dengan Analisis Komponen SNI-1732-1989-F. ...108

2. Perhitungaan Tebal Lapis Tambah Metode Lendutan. ...114

D. Perancangan Saluran Drainase ...121

1. Kondisi Permukaan Jalan STA 0 + 000 s.d STA 2 + 200. ...121

(10)

3. Perhitungan Luas Daerah Pengairan.. ...121

4. Perhitungan Waktu Konsentrasi ...121

5. Data Curah Hujan Harian Maksimum ...122

6. Menentukan Intensitas Curah Hujan ...123

7. Perhitungan Debit Air ...124

8. Perhitungan Dimensi Saluran ...124

BAB V PEMBAHASAN PERANCANGAN JALAN A. Aspek Lalu Lintas ...126

B. Aspek Geometrik ...126

C. Aspek Perkerasan ...127

D. Perhitungan Drainase ...128

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...129

B. Saran ...131 DAFTAR KEPUSTAKAAN

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1. Klasifikasi Jalan ... 6

Tabel II.2. Kriteria dan Dimensi Ruang-ruang Jalan ... 7

Tabel II.3. Ukuran Bagian-bagian Ruang Milik Jalan ... 7

Tabel II.4. Lebar Minimum Badan Jalan ... 8

Tabel II.5. Lebar Jalur dan Bahu Jalan Antar Kota ... 8

Tabel II.6. Faktor Volume (K) dan Variasi (F) Untuk Volume Lalu Lintas Jam Perencanaan ... 9

Tabel II.7. Kecepatan Rencana (VR) untuk Jalan Antar Kota ... 11

Tabel II.8. Jarak Pandang Henti (JH) Minimum Untuk Jalan Antar Kota ... 12

Tabel II.9. Panjang Jarak Pandang Mendahului (JD) ... 13

Tabel II.10. Nilai emp Jalan Dua Lajur Dua Arah Tak Terbagi Jalan Antar Kota .... 16

Tabel II. 11. Kelas Hambatan Samping Untuk Jalan Perkotaan/semi Perkotaan ... 17

Tabel II.12. Kapasitas Dasar Suatu Ruas Jalan ... 19

Tabel II.13. Faktor Penyesuaian Lebar Jalan ... 20

Tabel II.14. Faktor Penyesuaian Pemisah Arah (untuk jalan tak terbagi) ... 20

Tabel II.15. Faktor penyesuaian Hambatan Samping dan Lebar Bahu FCSF ... 21

Tabel II.16. Panjang Bagian Lurus Maksimum (jalan antar kota) ... 22

Tabel II.17. Jari-jari Tikungan Minimum Rmin (m) Untuk Jalan Antar Kota (emaks = 10%) ... 29

Tabel II.18. Panjang Lengkung Peralihan (Ls) dan Panjang Pencapaian Superelevasi (Le) Untuk Jalan 1 Lajur-2 Lajur-2 Arah ... 30

Tabel II.19. Jari-jari Tikungan Yang Tidak Memerlukan Lengkung Peralihan ... 31

Tabel II.20. Jari-jari Yang Diijinkan Tanpa Superelevasi ... 31

Tabel II.21. Pelebaran di Tikungan ... 32

Tabel II.22. Persyaratan Ayakan ... 41

Tabel II.23. Distribusi Beban Sumbu Dari Berbagai Jenis Kendaraan ... 47

Tabel II.24. Jumlah Lajur Rencana Berdasarkan Lebar Perkerasan ... 49

Tabel II.25. Koefisien Distribusi Kendaraan (C) ... 50

Tabel II.26. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan ... 51

Tabel II.27. Nilai Faktor Regional (FR) ... 56

Tabel II.28. Indeks Permukaan Akhir Umur Rencana (IP) ... 57

(12)

Tabel II.30. Koefisien Kekuatan Relatif ... 60

Tabel II.31. Batas-batas Minimum Tebal Lapisan Permukaan ... 61

Tabel II.32. Batas Minimum Tebal Pondasi Atas ... 62

Tabel II.33. Ekivalen Beban Sumbu Kendaraan (E) ... 66

Tabel II.34. Faktor Hubungan Antara Umur Rencana Dengan Perkembangan Lalu Lintas (N) ... 67

Tabel II.35. Faktor Koreksi Lendutan Terhadap Temperatur Standar (Ft) ... 70

Tabel II.36. Temperatur Tengah (Tt) dan Bawah (Tb) Lapis Beraspal Berdasarkan Data Temperatur Udara (Tu) dan Temperatur Permukaan (Tp) ... 71

Tabel II.37. VDF dan RDM ... 74

Tabel II.38. Koefisien Distribusi Lalu Lintas Untuk Lajur Rencana ... 74

Tabel II.39. Faktor Koreksi Tebal Lapis Tambah Penyesuaian (FKTBL) ... 76

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1. Jarak Pandang Mendahului ... 14

Gambar II.2. Daerah Bebas Samping di Tikungan Untuk Jh < Lt ... 15

Gambar II.3. Daerah Bebas Samping di Tikungan Untuk Jh > Lt ... 15

Gambar II.4. Bentuk Tikungan Full Circle (FC) ... 23

Gambar II.5. Bentuk Tikungan Spiral Circle Spiral (SCS) ... 24

Gambar II.6. Bentuk Tikungan Spiral Spiral (SS) ... 26

Gambar II.7. Pencapaian Superelevasi Pada Tikungan Tipe SCS ... 27

Gambar II.8. Pencapaian Superelevasi Pada Tikungan Tipe FC ... 28

Gambar II.9. Pencapaian Superelevasi Pada Tikungan Tipe SS ... 28

Gambar II.10. Pelebaran Pada Tikungan ... 34

Gambar II.11. Susunan Lapisan Konstruksi Perkerasan Lentur ... 37

Gambar II.12. Korelasi DDT dan CBR ... 55

Gambar II.13. Contoh Nomogram untuk Menentukan ITP ... 59

Gambar II.14. Alat Benkelman Beam... 65

Gambar II.15. Faktor Koreksi Lendutan Terhadap Temperatur Standar (Ft) ... 70

Gambar II.16. Faktor Koreksi Tebal Lapis Tambah/Overlay (Fo) ... 75

Gambar II.17. Faktor Koreksi Tebal Lapis Tambah Penyesuaian (FKTBL) ... 76

Gambar II.18. Hubungan Antara Lendutan Rencana dan Lalu Lintas ... 78

Gambar II.19. Tebal Lapis Tambah/Overlay (Ho) ... 79

Gambar II.20. Model Penampang Saluran Drainase Persegi ... 80

(14)

DAFTAR RUMUS

Halaman

Rumus II.1 Volume Jam Perencanaan (VJP) ... 9

Rumus II.2. Jarak Pandang Henti (Jh) ... 12

Rumus II.3. Daerah Bebas Samping Tikungan (E) ... 14

Rumus II.4. Derajat Kejenuhan (DS) ... 18

Rumus II.5. Kecepatan (V) ... 18

Rumus II.6. Kapasitas (C) ... 19

Rumus II.7. Tangent Circle (TC) ... 23

Rumus II.8. Jarak PI ke Busur Lingkaran (Ec) ... 23

Rumus II.9. Panjang busur lingkaran (Lc) ... 23

Rumus II.10. Jarak dari TS ke titik proyeksi pusat lingkaran pada tangent (Xc) ... 24

Rumus II.11. Yc ... 24

Rumus II.12. Sudut spiral (θs) ... 25

Rumus II.13. p ... 25

Rumus II.14. k... 25

Rumus II.15. Jarak antara PI dan ST atau TS (Ts) ... 25

Rumus II.16. Jarak PI ke lengkung spiral (Es) ... 25

Rumus II.17. Panjang lengkung lingkaran (Lc) ... 25

Rumus II.18. Ltot ... 25

Rumus II.19. Panjang lengkung spiral, jarak antara TS ke SC (Ls) ... 26

Rumus II.20. p... 26

Rumus II.21. k... 26

Rumus II.22. Jarak antara PI dan ST atau TS (Ts) ... 26

Rumus II.23. Jarak PI ke lengkung spiral (Es) ... 27

Rumus II.24. Jari-jari Tikungan Minimum (Rmin) ... 29

Rumus II.25. Panjang Lengkung Peralihan (Ls) Berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan ... 30

Rumus II.26. Panjang Lengkung Peralihan (Ls) Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal ... 30

Rumus II.27. Panjang Lengkung Peralihan (Ls) Berdasarkan Tingkat Pencapaian Perubahan Kelandaian ... 30

Rumus II.28. ... 31

(15)

Rumus II.30. U ... 33

Rumus II.31. Z ... 34

Rumus II.32. Bt ... 34

Rumus II.33. ∆b ... 34

Rumus II.34. Angka Ekivalen Sumbu tunggal ... 50

Rumus II.35. Angka Ekivalen Sumbu ganda ... 51

Rumus II.36. LHR... 52

Rumus II.37. Lintas Ekivalen Permulaan ( LEP) ... 52

Rumus II.38. Lintas Ekivalen Akhir (LEA)... 53

Rumus II.39. Lintas Ekivalen Tengah (LET), ... 53

Rumus II.40. Lintas Ekivalen Rencana (LER) ... 53

Rumus II.41. Faktor Penyesuaian (FR)... 54

Rumus II.42. ITP... 63

Rumus II.43. dB ... 63

Rumus II.44. ... 63

Rumus II.45. Angka Ekivalen STRT ... 65

Rumus II.46. Angka Ekivalen STRG ... 65

Rumus II.47. Angka Ekivalen SDRG ... 65

Rumus II.48. Angka Ekivalen STrRG... 66

Rumus II.49. N ... 67

Rumus II.50. Akumulasi Ekivalen Beban Sumbu Standar (CESA) ... 68

Rumus II.51. Lendutan baik maksimum dari Benkelmen Beam ( ) ... 68

Rumus II.52. Faktor Keseragaman (FK)... 72

Rumus II.53. Lendutan Rata-rata Pada Suatu Seksi Jalan (dR)... 73

Rumus II.54. Deviasi Standar (S) ... 73

Rumus II.55. Faktor Koreksi Tebal Lapis Tambah (Fo) ... 74

Rumus II.56. Faktor Koreksi Tebal Lapis Tambah Penyesuaian FKTBL ... 75

Rumus II.57. Lendutan Rencana DRencana ... 77

Rumus II.58. Tebal Lapis Tambah Sebelum Dikoreksi Temperatur Rata-rata Tahunan Daerah Tertentu (Ho) ... 77

Rumus II.59. Tebal Lapis Tambahan Laston Setelah Dikoreksi Temperatur Rata-rata Tahunan Daerah Tertentu (Ht) ... 78

(16)

DAFTAR ISTILAH

1. Jalur Rencana adalah salah satu jalur lalu lintas dari satu sistem jalan raya, yang menampung lalu lintas terbesar. Umumnya jalur rencana adalah salah satu jalur dari jalan raya dua jalur tepi luar dari jalan raya berjalur banyak.

2. Umur Rencana (UR) adalah jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak jalan tersebut mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu untuk diberi lapis permukaan yang baru.

3. Indeks Permukaan (IP) adalah salah satu angka yang dipergunakan untuk menyatakan kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan jalan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.

4. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) adalah jUmlah rata-rata lalu lintas kendaraan bermotor beroda 4 atau lebih yang dicatat selama 24 jam sehari untuk kedua jurusan. 5. Angka Ekivalen (E) dari suatu beban sumbu kendaraan adalah angka yang

menyatakan perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh satu lintasan beban standar sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb).

6. Lintas Ekivalen Permukaan (LEP) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana yang diduga terjadi pada permulaan umur rencana.

7. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana yang diduga terjadi pada akhir umur rencana.

8. Lintas Ekivalen Tengah (LET) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari sumbu tunggal seberat 8.16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana pada pertengahan umur rencana.

9. Lintas Ekivalen Rencana (LER) adalah suatu besaran yang dipakai dalam nomogram penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan jumlah lintas ekivalen sumbu tunggal 8,16 ton (18.000 lb) jalur rencana.

10. Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan tanah timbuanan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya.

11. Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar.

(17)

12. Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan lapis pondasi bawah (dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis pondasi bawah).

13. Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas.

14. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) adalah suatu skala yang dipakai dalam nomogram penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan kekuatan tanah dasar.

15. Faktor Regional (FR) adalah faktor setempat, menyangkut keadaan lapangan dan iklim, yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan, daya dukung tanah dasar dan perkerasan.

16. Indek Tebal Perkerasan (ITP) adalah suatu angka yang berhubngan dengan penentuan tebal perkerasan.

17. Lapis Aspal Beton (LASTON) merupakan suatu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler, dan aspal keras, yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.

18. Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN) merupakan suatu lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dengan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal keras dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis dan apabila akan digunakan sebagai lapis permukaan perlu diberi laburan aspal dengan batu penutup.

19. Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG) adalah campuran yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, asbuton, bahan peremaja dan filler (bila diperlukan) yang dicampur, dihampar dan dipadatkan secara dingin.

20. Hot Rolled Asphalt (HRA) merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadan panas pada suhu tertentu. 21. Laburan Aspal (BURAS) merupakan lapis penutup terdiri dengan ukuran butir

maksimum dari lapisan aspal taburan pasir 9,6 mm atau 3.8 inch.

22. Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam. Tebal maksimum 20 mm.

23. Laburan Batu Dua Lapis (BURDA) merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan. Tebal maksimum 35 mm.

(18)

24. Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (LASTON ATAS) merupakan pondasi perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu, dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas.

25. Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah (LASTON BAWAH) pada umumnya merupakan lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar jalan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan pada temperatur tertentu.

26. Lapis Tipis Apal Beton (LATASTON) merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Tebal padat antara 25 sampai 30 mm.

27. Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.

28. Aspal Makadam merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan/atau agregat pengunci bergradasi terbuka atau seragam yang dicampur dengan aspal cair, diperam dan dipadatkan secara dingin.

29. Ruang Milik Jalan (RUMIJA) 30. Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA) 31. Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA)

32. Volume Jam Perencanaan (VJP) adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun rencana lalu lintas, dinyatakan dalam smp/jam.

33. Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) adalah prakiraan volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalu lintas dinyatakan dalam kendaraan/hari atau smp/hari.

34. Ekivalen Mobil Penumpang (emp) adalah Faktor yang menunjukkan berbagai tipe kendaraan dibandingkan kendaraan ringan sehubungan dengan pengaruhnya terhadap kecepatan kendaraan ringan dalam arus lalu-lintas.

35. Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja impang dan segmen jalan. 36. Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan (km/jam) (FV)

37. Keceparan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan dan alinyemen yang diamati ( )

(19)

39. Faktor penyesuaian akibat hambatan samping dan lebar bahu ( ) 40. Faktor penyesuaian akibat kelas fungsi jalan dan guna jalan ( ) 41. Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk 6 lajur ( , ) 42. Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk 4 lajur ( , )

43. Superelevasi adalah kemiringan melintang jalan pada lengkung horizontal yang bertujuan untuk memperoleh komponen berat kendaraan guna mengimbangi gaya sentrifugal.

44. Jari-jari tikungan minimum (Rmin) 45. Kecepatan Rencana (km/jam) ( ) 46. Superelevasi maksimum (%) ( )

47. Lengkung peralihan adalah lengkung transisi pada alinyemen horisontal dan sebagai pengantar dari kondisi lurus ke lengkung penuh secara berangsur-angsur.

48. Full Circle yaitu tikungan yang berbentuk busur lingkaran penuh

49. Spiral-Spiral (S-S) yaitu Pada tikungan jenis ini dari arah tangen ke arah circle memiliki spiral yang merupakan transisi dari bagian lurus ke bagian circle.

50. Spiral Circle Spiral (S-C-S) Pada tikungan jenis ini dari arah tangen ke arah circle memiliki spiral yang merupakan transisi dari bagian luar ke bagian circle.

51. RW = Radius lengkung terluar dari lintasan kendaraan pada lengkung horisontal untuk lajur sebelah dalam. Besarnya Rw dipengaruhi oleh tonjolan depan (A) kendaraan dan sudut belokan roda depan (α).

52. Ri = Radius lengkung terdalam dari lintasan kendaraan pada lengkung horisontal untuk lajur sebelah dalam. Besarnya Ri dipengaruhi oleh jarak gandar kendaraan. 53. STRT = sumbu tunggal roda tunggal

54. STRG = sumbu tunggal roda ganda 55. SDRG = sumbu dual roda ganda 56. STrRG = sumbu triple roda ganda

57. Akumulasi ekivalen beban sumbu standar (CESA) 58. Manajemen Konstruksi Jalan Indonesia (MKJI) 59. Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT)

(20)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : PETA LOKASI PROYEK

Lampiran 2 : 1. DATA LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA 2. DATA TANAH

3. DATA LENDUTAN Lampiran 3 : DATA CURAH HUJAN

Lampiran 4 : 1. GRAFIK NILAI MELALUI DDT-CBR 2. NOMOGRAM 1

Lampiran 5 : TRASE JALAN

Lampiran 6 : POTONGAN MELINTANG JALAN Lampiran 7 : DOKUMENTASI

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jalan merupakan akses yang menghubungkan satu tempat dengan tempat yang lainnya dalam suatu daratan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Yang selanjutnya ditetapkan pula pengertian jalan umum yaitu jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

Bagian pengelompokan jalan dalam beberapa kelas didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat yang mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan.

Perkerasaan jalan adalah bagian utama dari konstruksi jalan raya, kelancaran lalu lintas tergantung dari kondisi perkerasaan jalan tersebut. Bila perkerasaan bermasalah (rusak, berlubang, licin, retak, dsb) maka kelancaran lalu lintas akan terganggu baik dari segi waktu maupun biaya. Oleh karena itu, perkerasaan jalan harus direncanakan dengan baik dan benar. Perencanaan perkerasaan jalan yang berhasil harus dilakukan dengan pertimbangan sesuai dengan kebutuhan lalu lintas dan perkembangannya. Agar mencapai kebutuhan yang sesuai, tidak lebih dan tidak kurang.

Dalam rangka pemerataan pembangunan disegala bidang khususnya pembangunan jalan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan baik ditinjau dari pembangunan daerah maupun dari segi pertumbuhan nasional. Dengan bertambah meningkatnya pengguna jasa jalan raya, Pemerintah Sumatera Utara melakukan peningkatan jalan tepatnya pada ruas jalan Dolok Sanggul- Siborong-borong. Jalan ini dilalui oleh kendaraan yang cukup banyak dan beban berat. Daerah di sekitarnya adalah termasuk daerah yang sangat menunjang laju pembangunan. Karena kondisinya tidak memadai lagi, jalan tersebut perlu diperbaiki sesuai kapasitas beban kendaraan yang ada.

Suatu perencanaan proyek pembangunan jalan yang tidak mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku akan banyak menimbulkan masalah baik bagi perencana itu sendiri, bagi pelaksana, maupun bagi pemakai jalan. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu perencanaan yang matang yang dapat langsung dioperasikan di lapangan.

(22)

Dengan latar belakang tersebut dalam Laporan Tugas Akhir ini penyusun mengambil judul “Perhitungan Tebal Lapis Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Analisa Komponen dan Benkelman Beam Pada Proyek Peningkatan Pada Ruas Jalan Dolok Sanggul-Siborong-borong.

Perbaikan struktur kondisi jalan perlu didukung adanya peningkatan maupun pemeliharaan jalan. Dalam memenuhi tujuan tersebut, penentuan tebal perkerasan lentur merupakan bagian dari peningkatan maupun pemeliharaan jalan. Selain itu data yang sesuai dengan topik diatas dapat ditemukan pada lokasi tersebut dan lokasi itu tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal penulis, maka penulis cenderung untuk memilih topik dan lokasi tersebut.

B. Topik Bahasan

Topik bahasan atau permasalahan yang dibahas dalam laporan ini adalah bagaimana mengevaluasi ulang perencanaan geometrik, peningkatan jalan dan perencanaan saluran drainase pada Proyek Peningkatan Ruas Jalan Dolok Sanggul - Siborong-borong dengan total panjang jalan 2,2 km yang dimulai dari STA 0+000 s.d STA 2+200.

C. Batasan Masalah

Dalam penulisan laporan perancangan peningkatan jalan ini penulis tidak membahas tentang manajemen, time schedule, tentang pengujian lab material, box culvert, gorong-gorong, alinemen vertikal, dinding penahan, jembatan, dan pelaksanaan proyek.

D. Manfaat

Laporan tugas akhir ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Mahasiswa yang akan membahas hal yang sama.

2. Pihak pelaksana yang akan melaksanakan proyek yang sama.

3. Bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan pengalaman agar mampu melaksanakan kegiatan yang sama kelak setelah bekerja atau terjun ke lapangan.

Langkah-langkah pengamatan, hasil-hasil perhitungan, teknik-teknik pelaksanaannya, dan data lain yang disajikan dalam laporan Tugas Akhir ini dapat berfungsi sebagai bahan masukan dan bahan bandingan, kelak bila akan melakukan kegiatan yang sama.

(23)

E. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Metode yang digunakan dalam laporan Tugas Akhir ini adalah menyajikan suatu bahan dari data yang sudah ada disertai dengan penguraian dalam bentuk sebuah perhitungan untuk masa yang akan datang.

Agar terwujudnya penulisan laporan tugas akhir ini diperlukan data, oleh sebab itu penulis mengumpulkan data dengan cara:

1. Mengumpulkan data dari instansi yang terkait pada Proyek Peningkatan pada Ruas Jalan Dolok Sanggul – Siborong-borong.

2. Mengumpulkan data dari hasil peninjauan lapangan.

3. Membuat perhitungan data dari permasalahan yang dibahas. 4. Penulisan hasil simpulan dari permasalahan yang dibahas.

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis memperoleh data dari SNVT Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Sumatera Utara. Data yang diperoleh antara lain:

1. Data Topografi 2. Data Geometrik

3. Rekapitulasi Data Lalu Lintas 4. Data Benkelman Beam Test 5. Tipikal Penampang Melintang 6. Potongan Melintang

7. Potongan Memanjang 8. Data DCP

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, maka metode penelitian dengan pendekatan kualitatif deskriptif digunakan dalam penelitian ini, agar dapat memperoleh data

Tidak didapatkan konsentrasi ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli maupun bakteri Staphylococcus aureus,

Penelitian ini dilakukan untuk mendesain suatu sistem yang mampu menghitung spermatozoa dalam data sampel citra mikroskop digital menggunakan metode labelling dan

Kegiatan tersebut berasal dari pajak yang diperoleh dan digunakan untuk belanja barang dan jasa.. Berdasarkan diagram tersebut, ditunjukkan

Dari penegasan istilah tersebut, maka konsep puasa dalam agama Islam dan Protestan dapat diartikan sebagai: suatu rancangan atau pengertian dalam ranah konseptual (pengertian

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa kompetensi diartikan sebagai seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan

Tahap awal pengujian dilakukan dengan mengukur nilai viskositas sampel secara perhitungan pada alat yang sudah ada sebelum kemudian diukur menggunakan alat

Kata Kunci: penghimpunan dana; peningkatan profitabilitas; strategi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi penghimpunan dana, implikasi dari