• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: HIMAWAN CATUR YOGA NIM : K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: HIMAWAN CATUR YOGA NIM : K"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KONSELING KETERAMPILAN HIDUP

(LIFESKILLS COUNSELLING) UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIER

(Penelitian dilakukan pada siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Sidoarjo

Tahun Ajaran 2014/2015)

JURNAL

Oleh:

HIMAWAN CATUR YOGA

NIM : K3109040

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

(2)

PENERAPAN KONSELING KETERAMPILAN HIDUP (LIFESKILLS

COUNSELLING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIER

(Penelitian dilakukan pada siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Sidoarjo

Tahun Ajaran 2014/2015)

Himawan Catur Yoga

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil keterampilan

pengambilan keputusan karier dan menguji keefektifan penerapan konseling

keterampilan hidup untuk meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan

karier siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Sidoarjo Tahun Ajaran 2014/2015

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain pre-test dan

post test. Penelitian dilakukan dalam 5 tahap konseling keterampilan hidup yaitu

Develop, Assess, State, Intervene, dan Emphasize. Subyek pada penelitian ini

adalah 5 orang siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Sidoarjo. Teknik

pengumpulan data dengan menggunakan instrumen angket dan wawancara

konseling. Analisis data menggunakan teknik analisis statisitik deskriptif dan non

parametrik dengan uji Wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan pengambilan keputusan

karier meningkat sebesar atau 48,20 atau 28,506 %, skor keterampilan

pengambilan keputusan karier meningkat dari skor rata-rata 170,2 sebelum

diberikan perlakuan menjadi 218,4 setelah diberikan perlakuan konseling

keterampilan hidup. Hasil uji hipotesis antara skor pre-test dan skor post-test

menunjukkan nilai Z skor -2,023

dengan asymp sig (2-tailed) = 0,043 <

= 0,05,

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya bahwa ada perbedaan keterampilan

pengambilan keputusan karier pada siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Sidoarjo

sebelum dan sesudah diberi perlakuan konseling keterampilan hidup

Simpulan hasil penelitian ini adalah penerapan konseling keterampilan

hidup meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan karier siswa kelas XII

IPA 3 SMA Negeri 4 Sidoarjo Tahun Ajaran 2014-2015.

Kata

Kunci: karier,

keterampilan pengambilan keputusan, konseling

keterampilan hidup

(3)

THE IMPLEMENTATION OF LIFESKILLS COUNSELLING TO IMPROVE

THE CAREER DECISION MAKING SKILLS

(A Research on the XII-3

rd

Grade Science Students of SMAN 4 Sidoarjo in The

2014/2015 Academic Year).

Himawan Catur Yoga

Guidance and Counselling Study Program

Faculty of Teacher Training and Education

Sebelas Maret University

ABSTRACT

The purpose of this research is to describe the profile of career

decision-making skills and to examine the effectiveness of the implementation of life skills

counselling to improve the career decision-making skills of XII-3

rd

grade science

students of SMAN 4 Sidoarjo.

This research is an experimental study with pre-test and post-test. The

research is conducted in five stages of the lifeskills counselling, namely Develop,

Assess, State, Intervene, and Emphasize. Subjects in this research are 5 students of

XII-3

rd

Grade Science Students of SMAN 4 Sidoarjo. Technique of collecting the

data using questionnaires instrument and interviews counselling. Analysis of the data

using descriptive statistics technique and non parametric-Wilcoxon test.

The results shows that the career decision-making skills increased by 48,20

points or 28,506 %, career decision-making skills scores increased from mean score

of 170.2 before being given treatment to mean score of 218.4 after being given life

skills counseling treatment. The results of efectivenees test between the scores of

pre-test and post-pre-test scores showed by a Z score of -2.023 with asymp sig (2-tailed) =

0,043 < = 0,05, so that Ho is rejected and Ha accepted. This means that there are

differences in the career decision-making skills of the students of class XII IPA 3

SMA 4 Sidoarjo before and after life skills counseling treatment were given.

The Conclusion of this research is the implementation of lifeskills counselling

improve career decision making skills XII-3

rd

Grade Science Students of SMAN 4

Sidoarjo in The 2014/2015 Academic Year.

(4)

A.

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa

yang rentan dengan pengambilan

keputusan. Pada masa remaja, klien

dihadapkan pada permasalahan hidup

yang

menyangkut

dengan

masa

depannya. Permasalahan yang pada

umumnya dialami remaja diantaranya

adalah

kesulitan-kesulitan

dalam

memilih teman, menentukan studi

lanjut, dan pemilihan arah karier

setelah lulus.

Kegagalan

remaja

dalam

menghadapi

masalah

dengan

mengambil suatu keputusan yang

terbaik bagi masa depannya berpotensi

membawa

remaja

pada

kondisi

ketergantungan emosional terhadap

orang lain. Ketergantungan ini terlihat

ketika remaja bergantung pada orang

tua

atau

teman

sebaya

dalam

mengambil suatu keputusan yang

sebenarnya penting untuk dirinya

sendiri. Scott, Reppucci, & Woolard

mengemukakan

bahwa

dalam

pengambilan

keputusan

remaja

cenderung mudah menyerah pada

tekanan teman sebaya, lebih berfokus

mengambil tindakan langsung daripada

memikirkan

konsekuensi

jangka

panjangnya, dan tidak mau mengambil

risiko (1995).

Kondisi tidak dapat mengambil

keputusan secara tepat atau kegagalan

remaja dalam mengambil keputusan

dapat membawa remaja pada kondisi

stress.

Salah

satu

faktor

yang

mempengaruhi stress tersebut ialah

adanya

berbagai

tekanan

dalam

pengambilan keputusan terutama dari

eksternal (lingkungan). Lingkungan

seperti pengaruh orang tua atau teman

sebaya mempunyai peranan dalam

pengambilan

keputusan

sehingga

remaja kurang mampu mengambil

keputusan yang sesuai dengan bakat

dan minatnya sendiri. Bahkan tidak

jarang remaja terpaksa mengambil

keputusan-keputusan yang salah karena

dipengaruhi oleh orientasi masyarakat

terhadap remaja dan kegagalannya

untuk memberi remaja pilihan-pilhan

yang

memadai

(Desmita,

2008).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan

bahwa

remaja

pada

umumnya

(5)

karier yaitu remaja cenderung

ikut-ikutan dalam pengambilan keputusan;

mengambil keputusan yang bersifat

emosional/tanpa didasari alasan yang

cukup

realistik;

dan

kurang

mandiri/bergantung dalam mengambil

keputusan.

Masalah

karier

yang

dialami oleh remaja SMA menurut

Khofifah, yaitu masalah jurusan yang

akan dipilih, persiapan karier, belum

mengetahui bakat yang cocok untuk

jabatan/pekerjaan (2013).

Remaja perlu dibekali dengan

keterampilan pengambilan keputusan

agar dapat memiliki kemandirian dalam

memecahkan masalah dan memutuskan

suatu pilihan-pilihan yang dilematis

dan rumit. Remaja memanfaatkan

keterampilan pengambilan keputusan

dalam kehidupan sehari-hari, salah

satunya dalam mengambil keputusan

karier setelah lulus SMA. Remaja SMA

rentan untuk mengalami permasalahan

jika

tidak

mampu

menentukan

peminatan yang akan menghambat

proses

belajar.

Untuk

mencegah

terjadinya hal tersebut diperlukan

pelayanan

BK

yang

membantu

memandirikan peserta didik melalui

pengambilan

keputusan

untuk

mewujudkan kehidupan yang produktif

dan sejahtera (Kemendiknas, 2013: 7).

Yusuf berpendapat bahwa remaja

masih kurang memiliki pemahaman

atau

wawasan

tentang

diri

dan

lingkungannya serta pengalaman dalam

menentukan arah kehidupannya (2009).

Santrock

mengungkapkan

bahwa

perlunya

remaja

memiliki

peluang untuk terlibat dalam praktek

dan

diskusi-diskusi

pengambilan

keputusan

yang

realistik

(dalam

Desmita, 2008). Keterampilan ini

membekali remaja meskipun remaja

berada dalam kondisi eksternal yang

kurang

baik

(seperti

ke-tidak

harmonisan

keluarga

atau

sosial

ekonomi yang terbatas). Kegiatan

pengajaran keterampilan pengambilan

keputusan merupakan kegiatan yang

secara efektif menyampaikan

langkah-langkah dalam proses pengambilan

keputusan untuk menjamin bahwa anak

memahami

dan

mempraktekkan

(6)

membuat keputusan (Mincemoyer and

Perkins, 2003).

Pentingnya

konseling

keterampilan pengambilan keputusan

agar remaja tidak diarahkan secara

terus-menerus

dalam

pengambilan

keputusan, melainkan juga remaja

memiliki kebebasan yang bertanggung

jawab

untuk

menentukan

jalan

hidupnya

sendiri.

Pengambilan

keputusan adalah suatu keterampilan,

yang dapat dipelajari, dimodifikasi,

dan proses konseling menyajikan

suatu situasi yang ideal bagi

konselor

untuk

membantu

klien

mengambil

keputusan

(Nursalim,

2005). Oleh karena itu, perlunya

remaja dikembangkan dalam suatu

keterampilan pengambilan keputusan

yang efektif, sehingga tanpa bantuan

siapapun remaja dapat menentukan

arah

hidupnya

sendiri

melalui

keputusan-keputusan yang realistik dan

bertanggung jawab.

Supriatna

dan

Budiman

menyatakan

bahwa

“Kemampuan

individu untuk membuat pilihan secara

tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi

kemampuan

yang

harus

dikembangkan” (2014: 16). Layanan

bimbingan

karier

melalui

teknik

bimbingan/konseling

kelompok

diperlukan

klien

untuk

mengembangkan

keterampilan

pengambilan keputusan karier yang

dimilikinya.

Pengambilan keputusan dapat

ditingkatkan melalui layanan konseling

yang

diberikan

oleh

guru

BK.

Bimbingan dan konseling bertujuan

membantu individu untuk menjadi

insan yang mandiri yang memiliki

kemampuan

dalam

mengambil

keputusan secara tepat dan bijaksana

yang berguna dalam kehidupannya

(Prayitno dan Amti, 2004: 114). Jones

dan Myer menyatakan bahwa klien

memerlukan konseling ketika klien

membutuhkan bantuan dalam membuat

pilihan-pilihan (dalam Yusuf dan

Nurihsan 2008). Atas dasar tersebut

konseling

diperlukan

untuk

meningkatkan

keterampilan

pengambilan keputusan karier.

Sesuai dengan tujuan untuk

(7)

pengambilan keputusan karier dipilih

model konseling yang menggunakan

jenis intervensi berpusat pada klien dan

perubahan pada kognitif perilakunya.

Pemilihan

model

konseling

ini

didasarkan atas prinsip bahwa klien

memiliki kebebasan dalam melakukan

pilihan-pilihan yang terbaik atas masa

depan

kariernya

dan

bahwa

pengembangan

keterampilan

pengambilan keputusan harus didasari

dengan perubahan cara berpikir dan

bertindak. Intervensi berpusat pada

klien memungkinkan klien dapat secara

aktif dan penuh dalam membentuk

keterampilannya sebab klien diberikan

kebebasan

dalam

memilih

dan

menentukan arah hidup kariernya

sendiri.

Perubahan

pada

kognitif

diperlukan agar klien benar secara

sadar melakukan perubahan dengan

alasan-alasan yang logis dan rasional,

perubahan kognitif akan diikuti oleh

perubahan tindakan. Sesuai dengan

tuntutan

penelitian

ini,

maka

pendekatan konseling yang cocok

digunakan

untuk

meningkatkan

keterampilan pengambilan keputusan

karier adalah “konseling keterampilan

hidup (lifeskills counselling)”.

Konseling keterampilan hidup

(lifeskills

counselling)

yang

dikembangkan oleh Richard

Nelson-Jones mengemukakan bahwa semua

masalah

klien

pada

hakekatnya

merupakan

masalah

keterampilan

(2005). Konseling keterampilan hidup

bertujuan

untuk

mengembangkan

konseli yang terampil (skilled person)

dalam rangka membantu dirinya sendiri

(self-helping). Konseling keterampilan

hidup

(lifeskills

counselling)

menekankan keterampilan berpikir dan

bertindak

yang

efektif

dengan

mengubah defisit-defisit keterampilan

menjadi kekuatan-kekuatan atau tujuan

dari pelaksanaan perlakuan konseling.

Konseling

keterampilan

hidup

(lifeskills

counselling)

berupaya

mengubah keterampilan berpikir yang

tidak efektif yang mempengaruhi

tindakan

seseorang.

Keterampilan

berpikir

yang

tidak

efektif

menyebabkan

klien

mengambil

(8)

akhirnya mengambil tindakan yang

juga tidak tepat.

B.

METODE PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah

untuk menguji keefektifan penerapan

penerapan

konseling

keterampilan

hidup (lifeskills counselling) untuk

meningkatkan

keterampilan

pengambilan keputusan karier Oleh

karena itu, metode penelitian yang

sesuai dengan tujuan penelitian adalah

metode eksperimen dengan desain

penelitian Pre Test-Post Test.

Konseling keterampilan hidup

(lifeskills

counselling)

dilakukan

melalui lima tahap konseling yaitu

DASIE

(Develop,

Asess,

State,

Intervene,

Emphasize).

Adapun

penjelasan kelima tahap tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut: (Jones,

2010)

1.

Develop. Pada tahap ini konselor

mengembangkan

hubungan

konseling

yang

suportif.;

Bekerjasama dengan klien agar

klien dapat menceritakan masalah

yang dialami dengan lebih terbuka;

Mengidentifikasi

permasalahan

pokok yang akan dipecahkan dalam

sesi konseling atau fokus pada satu

masalah;

dan

Mengklarifikasi

masalah yang dihadapi oleh klien.

2.

Assess.

Pada

tahap

ini

klien

didorong untuk dapat mengenali

perasaan-perasaan dan reaksi fisik,

mengenali pikiran-pikiran, menilai

komunikasi dan tindakan. Konselor

dapat

menemukan

defisit-defisit

keterampilan yang dimiliki oleh

klien, lalu merumuskannya dalam

bahasa keterampilan pada tabel

sehingga mudah dipahami oleh

klien. Hasil ases ini adalah klien

dapat

memahami

defisit

keterampilan yang dimilikinya.

3.

State.

Pada

tahap

ini

klien

merumuskan tujuan yaitu harapan

yang ingin dicapai atau yang ingin

dihindari

setelah

mengikuti

konseling.; Konselor dan klien

bersama-sama memilih perlakuan

yang sesuai dengan tujuan yang

dirumuskan.

(9)

4.

Intervene. Pada tahap ini konselor

memberikan

keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan klien

melalui tiga kegiatan yaitu: latihan

berulang (rehearsal), menunjukkan

keterampilan

yang

dimiliki

(demonstrasi),

dan

latihan

keterampilan

berbicara

atau

mengemukakan keterampilan yang

dimiliki. Pada tahap ini, konselor

juga memperbaiki dan mengubah

pikiran-pikiran klien yang tidak

realistik

atau

negatif

menjadi

pikiran-pikiran yang realistik atau

positif.

Latihan-latihan

yang

diberikan juga dapat diberikan

melalui tugas rumah.

5.

Emphasize. Pada tahap ini klien

didorong untuk merumuskan sendiri

tentang hasil yang diperoleh yaitu

manfaat-manfaat yang didapatkan

setelah mengikuti sesi konseling

keterampilan hidup dan

perubahan-perubahan perasaan, reaksi fisik,

pikiran,

dan

menilai

kembali

komunikasi dan tindakannya;

Untuk menganalisis data hasil

penelitian keterampilan pengambilan

keputusan karier sebelum dan sesudah

diberikan

perlakuan

konseling

keterampilan

hidup

yang

telah

diperoleh

pada

penelitian

ini

digunakan teknik statistik deskriptif.

Penggunaan

statistik

deskriptif

dimaksudkan untuk mendeskripsikan

data apa adanya dan tidak untuk

membuat kesimpulan yang berlaku

untuk populasi dimana sampel diambil.

Pengujian

terhadap

perbedaan

keterampilan pengambilan keputusan

karier sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan

konseling

keterampilan

hidup digunakan uji Wilcoxon dengan

menggunakan perangkat lunak PASW

Statistics 18.

C.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan

konseling

dilaksanakan dalam bentuk konseling

kelompok selama lima kali pertemuan

dengan menggunakan teknik konseling

keterampilan

hidup

(lifeskills

counselling) tahap Develop, Assess,

State,

Intervene

dan

Emphasize.

Layanan

konseling

kelompok

ini

(10)

memiliki masalah dalam pengambilan

keputusan karier.

Hasil

pre-test

menunjukkan

bahwa 2 orang subyek memiliki skor

pengambilan kepurusan karier pada

kategori baik, sementara 3 orang

subyek memiliki skor pengambilan

keputusan karier pada kategori cukup.

Rata-rata

subyek

memiliki

keterampilan pengambilan keputusan

karier pada kategori cukup. Setelah

diberi

perlakuan

konseling

keterampilan

hidup

(lifeskills

counseling), 3 orang subyek memiliki

skor pengambilan keputusan karier

pada kategori “sangat baik”, sementara

2

orang

subyek

memiliki

skor

pengambilan keputusan karier pada

kategori “baik”. Rata-rata subyek

memiliki keterampilan pengambilan

keputusan karier pada kategori “baik”.

Hasil perhitungan skor angket

pre-test dan post-test keterampilan

pengambilan

keputusan

karier

menunjukkan

adanya

perubahan

presentase yang meningkat. Perubahan

presentase ini menunjukkan bahwa

adanya

perubahan

pada

tingkat

keterampilan pengambilan keputusan

karier sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan presentase perubahan

rata-rata subyek penelitian setelah diberikan

perlakuan sebesar 48,20 atau 28,506 %,

Skor

keterampilan

pengambilan

keputusan karier meningkat dari skor

rata-rata 170,2 menjadi 218,4.

Analisis perbedaan terhadap

hasil penelitian sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan dilakukan dengan

menggunakan Uji Wilcoxon. Hasil

analisis Uji Wilcoxon menunjukkan

bahwa nilai asymp sig = 0,043 <

 =

0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima,

yang berarti bahwa ada perbedaan

keterampilan pengambilan keputusan

karier pada siswa kelas XII IPA 3 SMA

Negeri 4 Sidoarjo sebelum dan sesudah

diberi

perlakuan

konseling

keterampilan

hidup

(lifeskills

counselling).

D.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan, dapat dapat

disimpulkan

bahwa

penerapan

konseling keterampilan hidup (lifeskills

counselling)

efektif

untuk

(11)

meningkatkan

keterampilan

pengambilan keputusan karier siswa

kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4

Sidoarjo tahun ajaran 2014/2015.

Hipotesis yang berbunyi: “Konseling

Keterampilan

Hidup

(Lifeskills

Counselling)

efektif

untuk

meningkatkan

keterampilan

pengambilan keputusan karier”, secara

empirik dapat diterima kebenarannya”.

Berdasarkan hasil dan proses

penelitian

konseling

keterampilan

hidup, maka peneliti memberikan

beberapa saran baik bagi pelaksanaan

konseling keterampilan hidup maupun

penelitian berkenaan tentang konseling

keterampilan hidup selanjutnya, yaitu:

1.

Bagi Konselor:

a.

Konseling keterampilan hidup

(lifeskills counselling) sebaiknya

dilakukan oleh konselor yang

terlatih

dalam

memberikan

konseling keterampilan hidup,

sehingga

latihan-latihan

keterampilan konseling secara

intensif diperlukan agar konselor

dapat meningkatkan keterampilan

konselingnya

dan

memiliki

pengalaman dalam menghadapi

situasi

permasalahan

yang

berbeda-beda.

b.

Konselor

keterampilan

hidup

sebaiknya memiliki pengetahuan

dan keterampilan yang baik

terutama berkaitan dengan defisit

keterampilan

yang

akan

dilatihkan kepada klien. Pada

konseling keterampilan hidup

(lifeskills

counselling)

untuk

meningkatkan

keterampilan

pengambilan keputusan karier

konselor hendaknya memiliki

informasi

karier

yang

luas,

memiliki

pengalaman

dalam

berkarier, dan dapat mengambil

keputusan karier yang baik.

c.

Penggunaan instrumen konseling

keterampilan

hidup

(lifeskills

counselling) dan alat perekam

diperlukan

dalam

proses

Konseling keterampilan hidup

(lifeskills counselling) terutama

pada tahap Develop dan Assess.

d.

Konselor perlu memberikan tugas

(12)

dalam konseling keterampilan

hidup pada tahap Intervene.

e.

Penerapan

konseling

keterampilan

hidup

(lifeskills

counselling)

hidup

secara

individual

lebih

disarankan,

sebab

konselor

dapat

lebih

berfokus untuk mengidentifikasi

masalah secara lebih mendalam

serta mengases perasaan, pikiran

dan tindakan dengan lebih tepat.

2.

Bagi Siswa:

a.

Siswa diharapkan untuk dapat

lebih intensif dalam mencari

informasi karier yang lebih luas

misalnya

melalui

pencarian

informasi di internet, bertanya

pada

senior,

meminta

pertimbangan orang tua dan

bertanya pada profesional di

bidang pekerjaan tersebut.

b.

Siswa disarankan mengikuti sesi

konseling keterampilan hidup

(lifeskills

counselling)

secara

individual untuk lebih mendalami

masalah-masalah

lain

yang

mengiringi

kesulitan

dalam

dalam

mengambil

keputusan

karier.

3.

Bagi Peneliti Lain:

a.

Bagi peneliti lain diharapkan

dapat

memperbaiki

proses

konseling keterampilan hidup

(lifeskills counselling) .

b.

Bagi peneliti lain diharapkan

dapat mengembangkan instrumen

konseling keterampilan hidup

(lifeskills counselling).

c.

Bagi peneliti lain disarankan

dapat

melakukan

penelitian

konseling keterampilan hidup

(lifeskills

counselling)

dalam

meningkatkan kepercayaan diri,

keterbukaan diri, kemantapan

pengambilan keputusan karier,

keterampilan

komunikasi,

keterampilan

belajar,

dan

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan

Penjaminan Mutu Pendidikan, Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan,

Kementerian Pendidikan Nasional. (2013). Peminatan Peserta Didik. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Desmita.(2008). Psikologi Perkembangan.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Khofifah, Aulia, dkk. (2013). Permasalahan yang Disampaikan Oleh Siswa Kepada

Guru BK/Konselor. Jurnal Ilmiah Konseling. Volume 2 Nomor 2 Juni 2013. :

26 – 33

Jones, Richard Nelson. (2010). Konseling Keterampilan Hidup. Dalam Stephen

Palmer (Ed.), Konseling dan Psikoterapi. (hlm. 221-245). Terj. Haris H.

Setiadjid.Yogyakarta: PustakaPelajar. (buku asli diterbitkan 2010)

Jones, Richard Nelson. (2005). Practical Counselling and Helping Skills. London:

Sage Publications.

Mincemoyer, Claudia C. and Perkins, Daniel F. (2003). Assessing Decision making

Skills of Youth.The Forum for Family and Consumers Issues.January 2003,

Vol. 8, No. 1 ISSN 1540 5273.

Nursalim, Mochammad, dkk. (2005). Strategi Konseling. Surabaya: Unesa

University Press.

Prayitno dan Amti, Erman.(2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:

Rineka Cipta.

Scott, E., Reppucci, N., &Woolard, J. (1995).Evaluating Adolescent Decision Making

in Legal Contexts. Law and Human Behavior 19, 221-244.

Supriatna, Mamat dan Nandang, Budiman. (2014). Bimbingan Karier di SMK.

Diperoleh dari

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBING

AN/197102191998021-NANDANG_BUDIMAN/BIMBINGAN_KARIER_DI_SMK.pdf

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

1) Pajak Progresif mulai berlaku di Jawa Timur khususnya Kota Malang pada bulan Januari 2011. 2) Petugas dari Kantor Bersama Samsat Malang Kota melakukan pendataan

pemilihan kata sebaiknya memiliki arti khusus terutama frase yang dapat menimbulkan munculnya kondisi transen-densi, sehingga diharapkan dengan frase sebagai fokus yang digunakan

Teori Psikoseksual menggunakan landasam pemikiran yaitu perkembangan individu dari energi psikis, berupa libido yang bersifat seksual, sedangkan landasan pemikiran

Peta kendali T 2 Hotelling digunakan untuk mengendalikan proses yang mempunyai lebih dari satu karakteristik kualitas (multivariat), dimana karakteristik kualitas

Bahwa perbedaan agama dalam sebuah keluarga di Indonesia adalah merupakan suatu yang lumrah, apakah hal itu karena perkawinan beda agama atau karena salah satu dari

Program pembangunan yang didasarkan pada asumsi bahwa petani perlu dididik untuk menerapkan teknologi baru dan lebih baik, hampir dapat dipastikan selalu gagal, jika tidak

Perawatan burung Cucak Rowo pada masa mabung adalah menjadi hal yang sangat penting, karena apabila perawatan yang salah pada masa ini akan membuat burung cucak

Sekiranya ruang jawapan tidak cukup, sila dapatkan helaian tambahan daripada pengawas