• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Sesuai amanat Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa kepala daerah mempunyai kewajiban menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 merupakan ringkasan laporan tahun-tahun sebelumnya ditambah dengan LKPJ sisa masa jabatan yang belum dilaporkan. Dengan demikian data yang disajikan dalam LKPJ Akhir Masa Jabatan 2005-2010 ini adalah merupakan ringkasan laporan mulai tahun anggaran 2005 sampai dengan tahun 2009, sedangkan laporan sisa masa jabatan sampai dengan bulan Agustus 2010 akan dimuat dalam Memori Serah Terima Jabatan. Disamping LKPJ Akhir Masa Jabatan akan disampaikan pula LKPJ Akhir Tahun Anggaran 2009 yang disajikan dalam dokumen tersendiri. Adapun waktu penyampaian LKPJ Akhir Masa Jabatan dan LKPJ Akhir Tahun Anggaran 2009 dilaksanakan secara bersamaan, sesuai ketentuan pasal 17 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007.

Penyampaian LKPJ Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah dimaksudkan untuk memberikan informasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah yang memuat keterangan mengenai realisasi program dan kegiatan sebagaimana telah ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan 2006-2010, sebagai bahan evaluasi dan atau koreksi serta bahan masukan dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan pada periode lima tahun berikutnya.

A. DASAR HUKUM

1. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 1956 Jo Undang–Undang Nomor 21 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang–Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957 antara lain mengenai Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Selatan.

2. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangakatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat.

5. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 15 Tahun 2006 tentang RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2006-2010.

(2)

6. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.

7. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.

B. GAMBARAN UMUM DAERAH

1. Kondisi Geografis Daerah

Secara geografis Provinsi Kalimantan Selatan terletak antara 114º 19’ 13” – 116º 33’ 28” Bujur Timur dan 1º 21’ 49” - 4º 10’ 14” Lintang Selatan, secara administratif terletak di bagian Selatan Pulau Kalimantan, dengan batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa.

Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah.

Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makasar.

Provinsi Kalimantan Selatan mencakup 11 kabupaten dan 2 kota, yaitu Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan (pemekaran dari Kabupaten Hulu Sungai Utara), Tabalong, Tanah Laut, Kotabaru, Tanah Bumbu (pemekaran dari Kabupaten Kotabaru), Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin. Kota Banjarmasin sekaligus berfungsi sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

Luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan 37.530,52 km2 atau hanya 6,98 % dari luas Pulau Kalimantan secara keseluruhan, Prosentase luas tertinggi kabupaten/kota di Kalimantan Selatan adalah Kabupaten Kotabaru (25,11%), Kabupaten Tanah Bumbu (13,50%) dan terendah adalah Kota Banjarmasin (0,19%).

Kondisi alam Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan/pegunungan. Kemiringan tanah dengan 4 klasifikasi menunjukkan bahwa sebagian besar meliputi lahan datar (0-2%) seluas 1.625.384 Ha atau 43,31%, lahan bergelombang (>2-15%) seluas 1.182.346 Ha atau 31,50%, lahan curam (>15-40%) seluas 714.127 Ha atau 19,02 % dan lahan sangat curam seluas 231.195 Ha atau 6,16%.

Menurut jenis tanahnya, meliputi Podsolik Merah Kuning (PMK), Latosol, Litosol, PMK Litosol, Komplek PMK Organosol Gley Humus, PMK Dataran Tinggi, PMK Pegunungan dan Alluvial.

Wilayah Kalimantan Selatan juga banyak memiliki sungai sekitar 68 buah sungai, antara lain Sungai Barito, Sungai Riam Kanan, Sungai Riam Kiwa, Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai Amandit, Sungai Tapin, Sungai Kintap, Sungai Batulicin, Sungai Sampanahan. Sungai-sungai ini berpangkal pada pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makasar.

(3)

Penggunaan tanah berdasarkan data BPS tahun 2008 sebagian besar berupa hutan (43%) atau mencapai 1.613.431 Ha dari luas wilayah Provinsi 3.753.052 Ha, masih berupa padang (semak,alang-alang,rumput) seluas 830.684 Ha, perkebunan 436.448 Ha, persawahan seluas 426.067 Ha, pertanian semusim 60.680 Ha dan pemukiman seluas 59.563 Ha.

Temperatur udara disuatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur rata-rata di Kalimantan Selatan pada tahun 2008 berkisar antara 21,6ºC sampai 34,3ºC, kelembaban udara rata - rata berkisar antara 51,2% - 99,1% tiap bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November yaitu 1641,9mm, sedangkan terendah pada bulan September yaitu 30,1mm.

2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Kalimantan Selatan dalam periode 2005-2009 terus mengalami peningkatan walaupun laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan. Berdasarkan data BPS, penduduk Kalimantan Selatan tahun 2005 berjumlah 3.271.413 jiwa, hingga tahun 2009 meningkat menjadi 3.838.265 jiwa berdasarkan Data Agregat Kependudukan (DAK) yang dihimpun oleh Bagian Kependudukan Biro Pemerintahan per 30 Desember 2009, terdiri atas laki-laki 1.950.714 jiwa dan perempuan 1.887.551 jiwa.

Jumlah penduduk ini jika dilihat menurut daerah Kabupaten/Kota, maka yang terbanyak penduduknya adalah Kota Banjarmasin yaitu 720.743 jiwa, disusul Kabupaten Banjar 489.984 jiwa dan Kotabaru 375.409 jiwa. Sedangkan penduduk terendah berada di Kabupaten Balangan 111.705 jiwa. Jika dikaitkan dengan luas wilayah (tingkat kepadatan penduduk), maka kepadatan tertinggi di Kota Banjarmasin yaitu 9.918 orang per km² dan terendah di Kabupaten Kotabaru yaitu 39 orang per km² karena Kabupaten Kotabaru memiliki wilayah terluas di Provinsi Kalimantan Selatan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km²) Banjarmasin 364.834 355.909 720.743 72,67 Banjarbaru 78.417 80.919 159.336 328,83 Barito Kuala 146.528 144.612 291.140 2.376,22 Banjar 248.604 241.380 489.984 4.710,97 Tapin 78.122 79.453 157.575 2.174,95

Hulu Sungai Selatan 106.079 106.193 212.272 1.804,94

Hulu Sungai Tengah 124.443 123.163 247.606 1.472,00

Hulu Sungai Utara 128.678 131.219 259.897 951,25

Balangan 56.380 55.325 111.705 1.819,75 Tabalong 104.016 102.888 206.904 3.599,95 Tabah Laut 157.541 145.640 303.181 3.729,30 Tanah Bumbu 159.655 142.858 302.513 5.066,96 Kotabaru 197.417 177.992 375.409 9.422,73 Kalimantan Selatan 1.950.714 1.887.551 3.838.265 37.530,52

(4)

Ditinjau dari jumlah rumah tangga, berdasarkan data BPS pada tahun 2008 tercatat sebanyak 900.603 rumah tangga.

Laju pertumbuhan penduduk secara alami dipengaruhi oleh banyaknya penduduk lahir, mati dan migrasi. Berdasarkan data BPS hasil Sensus, laju pertumbuhan penduduk Kalimantan Selatan mengalami penurunan. Tercatat laju pertumbuhan penduduk 2003-2005 sebesar 1,91 persen dan turun menjadi 1,51 persen pada periode 2005-2007, sedangkan untuk periode 2005-2008 yaitu 1,49 persen.

Hasil SAKERNAS 2008 mencatat bahwa penduduk Kalimantan Selatan yang berusia 15 tahun keatas sebanyak 2.495.221. Dari Jumlah tersebut sebanyak 1.670.139 jiwa (66,93%) sudah bekerja sedangkan yang mencari kerja sebanyak 110.081 jiwa (4,41%), sedangkan penduduk yang bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang masih sekolah, mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya berjumlah 592.782 jiwa (23,76%) dari total penduduk yang berusia 15 tahun keatas.

3. Kondisi Ekonomi

a. Potensi Unggulan Daerah

Kalimantan Selatan memiliki posisi strategis, yang secara Geografis terletak di tengah-tengah kepulauan Nusantara dan diapit dua Alur Laut Kepulauan Indonesia serta memiliki potensi Sumber Daya Alam yang besar untuk dipromosikan dan dijual ke pasar berskala Regional maupun Internasional khususnya pada sektor pertanian, pertambangan, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan laut dan darat serta eco-cultural tourism yang didasarkan atas keunikan aneka ragam budaya-budaya lokal dan

keanekaragaman hayati. a.1 Potensi Pertanian

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kalimantan Selatan tahun 2005-2009 menunjukkan angka yang cukup stabil, pada tahun 2005 sektor ini menyumbang 22,57%, khusus tanaman bahan makanan (tabama) menyumbang 9,89%, pada tahun 2009 kontribusi sektor pertanian meningkat menjadi 22,77% sedangkan khusus tabama 10,85%.

Sektor pertanian khususnyan tanaman pangan, subsektor tanaman pangan yang menjadi unggulan Kalimantan Selatan adalah padi dan jagung yang dapat dikembangkan di seluruh kabupaten/kota se Kalimantan Selatan kecuali Kota Banjarmasin.

Produksi padi secara kuantitatif telah terjadi peningkatan yang dapat dilihat dari peningkatan luasan panen yang pada tahun 2005 seluas 459.541 ha dan berkembang menjadi 490.069 ha pada tahun 2009 berdasarkan angka sementara 2009. Total produksi padi pada tahun 2005 sebanyak 1.598.835 ton yang kemudian pada tahun 2009 menjadi 1.956.993 ton (angka ramalan III 2009), peningkatan

(5)

produksi tahun 2005 sampai 2009 rata-rata sebanyak 71.632 ton per tahun. Peningkatan produksi tersebut sebagian karena bertambahnya luasan lahan, sebagian lagi karena meningkatnya produktivitas. Sebagai gambaran pada tahun 2005 setiap hektar hanya mampu menghasilkan 34,79 kuintal yang mengalami peningkatan produktivitas sehingga pada akhir 2009 (berdasarkan angka sementara 2009) setiap hektar menghasilkan 39,93 kuintal.

Produksi jagung secara kuantitatif juga terjadi peningkatan yang dapat dilihat dari peningkatan luasan panen yang pada tahun 2005 seluas 15.595 ha dan berkembang menjadi 22.982 ha pada tahun 2009 (angka sementara 2009) naik sebanyak 7.387 ha. Total produksi jagung pada tahun 2005 sebanyak 48.082 ton yang kemudian pada tahun 2009 menjadi 113.897 ton (angka sementara 2009), peningkatan produksi tahun 2005 sampai 2009 sebanyak 69.633 ton dengan rata-rata kenaikan sebanyak 13.927 ton atau 28,96 % pertahun. Peningkatan produksi tersebut sebagian karena bertambahnya luasan lahan, sebagian lagi karena meningkatnya produktivitas. Sebagai gambaran pada tahun 2005 setiap hektar hanya mampu menghasilkan 30,83 kuintal yang mengalami peningkatan produktivitas sehingga pada akhir 2009 (berdasarkan angka sementara 2009) setiap hektar menghasilkan 49,54 kuintal dengan rata-rata kenaikan 13.927 ton per tahun atau 28,96%.

Kontribusi produksi padi Kalsel terhadap produksi padi Nasional, dimana pada tahun 2005 dari total produksi padi Nasional yang berjumlah 54.152.959 ton, kontribusi produksi padi Kalsel 1.598.835 ton (2,95%) atau menempati peringkat 10, sedangkan pada tahun 2009 dari total produksi Nasional 63.840.066 ton, produksi padi Kalsel mencapai 2.002.435 ton (3,14%) atau menempati peringkat 9.

a.2 Potensi Perikanan

Provinsi Kalimantan Selatan memiliki garis pantai ± 1.330.000 km termasuk 134 buah pulau yang sudah memiliki nama, berdasarkan data Dinas Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan, potensi sumber daya perikanan yang dapat dimanfaatkan saat ini yaitu: perairan laut 2.695 Ha, perairan umum 1.000.000 Ha, air payau 53.382 Ha dan kolam 2.400 Ha serta mina padi 3.752 Ha. Total Produksi perikanan tahun 2008 mencapai 182.573,6 ton, sedangkan angka sementara produksi tahun 2009 mencapai 185.190 ton.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Realisasi ekspor produk perikanan tahun 2005 mencapai US$ 6.483.701,13 meningkat pada tahun 2009 menjadi US$.9.500.142,24. Peningkatan tertinggi pada tahun 2007 yang mencapai US$.17.067.562,56

(6)

a.3 Potensi Peternakan

Meningkatnya Populasi ternak di masyarakat merupakan salah satu sasaran yang dikembangkan dalam pembangunan peternakan. Perkembangan populasi selama lima tahun terakhir (2005-2009) mengalami pertumbuhan rata-rata 4,62%. Pertumbuhan yang paling tinggi terjadi pada ternak ayam ras pedaging yaitu 60,19%. Hal ini akibat mulai bergairahnya usaha peternakan swasta yang rata-rata bergerak di perunggasan dan meningkatnya permintaan konsumsi masyarakat. Sedangkan rata-rata pertumbuhan terkecil adalah ternak kuda -5,75%, hal ini karena fungsi kuda telah digantikan oleh mesin sebagai alat pengangkut. Untuk ternak sapi perah yang populasinya masih kecil akan dikembangkan pada lima tahun mendatang dalam rangka pemenuhan permintaan susu oleh masyarakat. Selain daging, komoditas produk sektor peternakan yang dihasilkan adalah produk susu dan telur.

a.4 Potensi Perkebunan

Berdasarkan RTRWP Kalimantan Selatan tahun 2000 kawasan yang dialokasikan untuk pengembangan perkebunan seluas ± 1.086.123 Ha, dari luasan yang dicadangkan tersebut sampai akhir Tahun 2009 baru termanfaatkan seluas ± 581.623 Ha (53,55%), secara kumulatif luas perkebunan mencapai 581.623 Ha, meliputi Perkebunan Rakyat (PR) 308.731 Ha (53,08%), Perkebunan Besar Negara (PBN) 19.410 Ha (3,34%), dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) 253.482 Ha (43,58%). Komoditas unggulan di Kalimantan Selatan yaitu Karet dan Kelapa Sawit.

Pertumbuhan luas perkebunan selama 5 tahun terakhir rata-rata 8,63%, dari luas 432.402 Ha di tahun 2005, menjadi 581.623 Ha pada tahun 2009, pertumbuhan ini didominasi oleh komoditas karet 5,60% dari luas 171.799 Ha menjadi 210.240 Ha, kelapa sawit 15,88% dari 178.990 Ha menjadi 292.663 Ha, sedangkan luas tanaman perkebunan lainnya rata-rata mengalami penurunan 0,89% dari 81.613 Ha menjadi 78.720 Ha.

Pertumbuhan produksi perkebunan selama 5 tahun terakhir rata-rata pertahun 20,32%, dari produksi 417.540 ton/thn di tahun 2005, menjadi 756.950 ton/thn pada tahun 2009, Pertumbuhan ini didominasi oleh pertumbuhan produksi kelapa sawit sebesar 30,58% dari produksi 262.466 ton/CPO/thn menjadi 583.497 ton/CPO/thn. Karet 2,93% dari produksi 101.720 ton/sheet/thn menjadi 126.913 ton/sheet/thn, sedangkan produksi tanaman perkebunan lainnya mengalami penurun hingga rata-rata 3,19% dari produksi 53.353 ton/thn menjadi 46.540 ton/thn.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Realisasi ekspor komoditas karet alam tahun 2005 mencapai US$.13.916.993,35 sampai tahun 2008 ekspor karet semakin meningkat namun pada tahun 2009 terjadi penurunan

(7)

sedangkan nilai ekspor Minyak Sawit (CPO) mencapai US$.12.608.750,00 tahun 2005 dan terus meningkat hingga tahun 2009 tercatat senilai US$.328.250.543,07. a.5 Potensi Kehutanan

Luas kawasan hutan di Kalimantan Selatan berdasarkan Perda No.9 Tahun 2000 tentang RTRWP seluas 1.659.003 Ha yang terdiri dari kawasan lindung 751.252 Ha, kawasan hutan produksi terbatas 212.177 Ha, kawasan hutan produksi tetap 627.672 Ha dan kawasan hutan produksi konversi 67.902 Ha. Penggunaan kawasan hutan di tahun 2008 terdiri dari empat jenis penggunaan, yakni untuk

pertambangan seluas 658.742,88 Ha disusul penggunaan HTI seluas 383.683,46 Ha, HPH seluas 281.966,67 Ha dan HGU seluas 84.779,61 Ha.

Produksi hasil hutan berupa rotan dan kayu olahan rata-rata mengalami penurunan produksi terkait dengan ketersediaan bahan baku yang semakin terbatas. Produk kayu olahan ini dipasarkan di dalam negeri dan luar negeri antara lain ke China, Australia, Timur Tengah, Eropa dan Kanada.

Hasil ekspor kedua produk ini berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalsel, ekspor produk kayu pada tahun 2005 adalah US$.329.616.878,16 hingga tahun 2007 meningkat menjadi US$.452.900.392,87 selanjutnya menurun hingga pada tahun 2009 hanya mencapai US$.155.070.577,02. Sedangkan produk rotan, pada tahun 2005 tercatat ekspor produk rotan senilai US$.9.871.482,94 sedangkan pada tahun 2009 senilai US$.7.277.958,93.

a.6 Potensi Sektor Pertambangan

Potensi sumber daya mineral Kalimantan Selatan memiliki cukup banyak ragam komoditas, namun hanya sebagian kecil yang telah dieksploitasi sedangkan sisanya masih merupakan bahan tambang potensial.

Berdasarkan catatan pada Biro Perekonomian, cadangan batubara ± 5,6 milyar ton, dengan kalori antara 4.000 – 7000 cal/gr, biji besi ± 19.481.000

metrik ton dengan kadar 2,2 -2,3 gr/ton, emas ± 2.100.000 metrik ton dengan kadar 1,72 gr/ton, serta bahan galian lainnya seperti nikel, granit, gamping dan lain-lain. Produksi batubara pada tahun 2008 berjumlah ± 92.388.855,98 metrik ton yang berasal dari PKP2B sebesar 70.178.307,24 metrik ton dan KP sebanyak 22.210.548,74 metrik ton.

Realisasi nilai ekspor produk tambang tahun 2005 mencapai US$.1.624.041.695,12 sedangkan tahun 2008 tercatat mencapai US$.3.389.191.797,26 sedangkan tahun 2009 sampai bulan Desember tercatat nilai ekspor produk tambang mencapai US$.3.999.809.366,76 sebagian besar berasal dari tambang batubara dan batu besi/biji besi.

(8)

a.7 Potensi Pariwisata

Provinsi Kalimantan Selatan memiliki obyek dan daya tarik kepariwisataan yang cukup potensial terutama wisata alam (96 buah) dan wisata religius (60 buah) serta obyek wisata lainnya seperti wisata sejarah, wisata budaya, wisata agro dan perlu terus dikembangkan. Kebanyakan wisatawan baik domestik/ nusantara maupun mancanegara berasal dari negara-negara di benua Asia dan Eropa.

Berdasarkan data Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan tercatat jumlah kunjungan wisatawan nusantara tahun 2005 sebanyak 287.921 kunjungan dengan perolehan devisa Rp.57.237.500.000, terus meningkat hingga tahun 2009 tercatat sebanyak 507.095 kunjungan dengan perolehan devisa Rp.92.324.961.000. Kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2005 sebanyak 17.978 kunjungan dengan perolehan devisa US$.5.787.055 hingga tahun 2009 meningkat menjadi 22.562 kunjungan dengan perolehan devisa mencapai US$.8.224.392

Kondisi ini didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana penunjang wisata yang cukup memadai antara lain bidang transportasi darat, laut dan udara serta peningkatan jumlah fasilitas lainnya yang tercatat hingga tahun 2009 berupa hotel bintang 20 buah, hotel melati 178 buah, restoran/rumah makan 316 buah, toko cindera mata 198 buan dan biro perjalanan wisata 162 buah.

b. Pertumbuhan Ekonomi / PDRB

Kondisi perekonomian Kalimantan Selatan secara makro dapat dilihat antara lain dari perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), PDRB per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi yang pada 5 tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan, meskipun kinerja perekonomian daerah ini juga sangat tergantung dengan dinamika perkembangan ekonomi regional, nasional maupun internasional.

Pada periode tahun 2005-2009 Total PDRB Provinsi Kalimantan Selatan menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000 terus menunjukkan peningkatan, hal tersebut disajikan sebagaimana tabel berikut :

Tahun

Nilai PDRB (Jutaan Rupiah)

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas

2005 31.794.068,90 31.282.872,29 23.292.544,50 22.841.024,15

2006 34.670.494,29 34.142.299,38 24.452.264,79 23.995.326,19

2007 39.438.767,06 38.852.763,34 25.922.287,52 25.453.963,22

2008 45.515.623,09 44.889.824,68 27.538.451,49 27.074.537,90

2009*) 54.939.304,14 54.229.357,55 28.885.403,28 28.424.891,28

Sumber : BPS Prov. Kalsel *) Angka Sementara

(9)

Struktur perekonomian Kalimantan Selatan masih bertumpu pada sektor pertanian disamping sektor lainnya, dimana kontribusi sektor pertanian masih memberikan andil terbesar dalam pembentukan total PDRB Kalimantan Selatan, disusul sektor pertambangan dan penggalian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran, hal ini dapat disajikan pada tabel berikut :

Sektor/Lapangan Usaha Tahun

2005 2006 2007 2008 2009*)

1. Pertanian 22,57 22,43 22,46 22,56 22,77

2. Pertambangan dan Penggalian 21,19 21,86 21,70 21,84 20,70

3. Industri pengolahan 12,83 11,68 11,07 10,36 10,13

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,57 0,56 0,56 0,57 0,54

5. Konstruksi 6,36 6,56 6,48 6,29 6,45

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 14,94 14,86 15,04 15,03 15,14

7. Angkutan dan Komunikasi 8,09 8,45 8,99 9,22 9,04

8. Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 4,09 4,10 4,46 4,82 4,84

9. Jasa-jasa 9,40 9,53 9,26 9,30 10,38

PDRB Dengan MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PDRB Tanpa Migas 98,39 98,48 98,51 98,63 98,71

Sumber : BPS Prov. Kalsel *) Angka Sementara

Sedangkan PDRB per kapita Kalimantan Selatan periode 2005-2009 juga menunjukkan peningkatan, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000. Atas dasar harga berlaku pada tahun 2005 sebesar 9.644.377 rupiah, naik menjadi 15.583.783 rupiah pada tahun 2009. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2000, pada tahun 2005 sebesar 7.065.534 rupiah meningkat menjadi 8.202.885 rupiah pada tahun 2009. Hal tersebut dapat kita lihat perkembangan data pada tabel berikut :

Tahun PDRB Per Kapita

ADH Berlaku (Rupiah) ADH Konstan (Rupiah)

2005 9.644.377 7.065.534

2006 10.359.826 7.306.536

2007 11.610.975 7.631.654

2008 13.205.830 7.989.962

2009*) 15.583.783 8.202.885

Sumber : BPS Prov. Kalsel *) Angka Sementara

Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan menurut lapangan usaha selama tahun 2005-2009 tercatat pada tahun 2005 dengan migas sebesar 5,06% dan 5,29% tanpa migas, tahun 2008 tercatat laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,23% dengan migas dan 6,37% tanpa migas, sedangkan angka sementara pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi 5,01% dengan migas dan 5,11% tanpa migas.

Lapangan usaha sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang cukup stabil, yaitu 5,11% tahun 2005 menjadi 6,90% pada tahun 2009. Hal ini ditopang pertumbuhan pada sub sektor pertanian yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan

(10)

mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu 7,37% pada tahun 2008 namun pada tahun 2009 pertumbuhan hanya mencapai 2,13%. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Sektor/Lapangan Usaha Tahun

2005 2006 2007 2008 2009*)

1 Pertanian 5,11 4,70 5,72 6,48 6,90

2 Pertambangan dan Penggalian 8,09 7,47 5,05 7,37 2,13

3 Industri pengolahan -1,98 -1,70 2,94 2,59 2,89

4 Listrik, Gas dan Air Minum 3,30 3,83 4,14 4,23 5,33

5 Konstruksi 8,26 7,02 6,90 5,60 6,06

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 4,68 5,56 6,18 7,07 5,85

7 Angkutan dan Komunikasi 7,62 6,06 8,23 6,43 5,83

8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 1,49 3,24 15,36 5,73 5,86

9 Jasa-jasa 6,69 6,89 6,65 6,63 5,10

PDRB DENGAN MIGAS KALSEL 5,06 4,98 6,01 6,23 5,01

PDRB TANPA MIGAS KALSEL 5,29 5,05 6,08 6,37 5,11 NASIONAL 5,69 5,50 6,28 6,06 4,30 Sumber : BPS Prov. Kalsel

*) Angka Sementara

Akibat terpaan badai krisis global, tahun 2009 telah menjadi tahun yang berat bagi perekonomian nasional maupun daerah. Sungguhpun demikian, pencapaian kinerja ekonomi nasional maupun Kalimantan Selatan masih terbilang bagus. Dampak krisis global dirasakan di awal tahun 2009, antara lain ditandai oleh turunnya kinerja ekspor, melambatnya konsumsi masyarakat dan tersendatnya ekspansi kredit perbankan.

Memasuki paruh kedua tahun 2009, kondisi ekonomi global mulai membaik sejalan dengan berlangsungnya proses pemulihan ekonomi di negara maju. Dengan perkembangan tersebut, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan berada pada kisaran 4,00% - 4,5% (analisis Bank Indonesia). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan perkiraan semula sebesar 3%-4%. Sementara pertumbuhan Kalimantan Selatan pada tahun 2009 mencapai angka 5,01%. Pencapaian pertumbuhan tahun 2009 tersebut patut disyukuri, mengingat kondisi global maupun nasional yang pada umumnya masih dalam proses pemulihan. Namun demikian selama kurun waktu 5 tahun terakhir, perekonomian Kalimantan Selatan menunjukkan perkembangan yang cukup baik dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5%.

Referensi

Dokumen terkait

Percepatan oksidasi lemak pindang dengan asap cair pada hari ke-2 yakni 0,20 lebih rendah dibandingkan dengan pindang tanpa asap cair yakni 1.62 Produksi angka peroksida pada

Berdasarkan hasil Gambar 4.6 diketahui bahwa pada grafik secara visual terdapat 5 eigen value atau 5 faktor yang terbentuk dari variabel nilai rapor mata

Laporan Pelaksanaan Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan Hidup PLTU Nii Tanassa 2xlO MW Sulawesi Tenggara (Tahap Konstruksi) Periode Januari 2008 - Juni

Hal tidak dapatnya penuntut umum untuk menuntut kemudian juga hakim kemudian tidak dapat mengadili, itu disebabkan karena terdapatnya keadaan-keadaan yang telah membuat

Gambar 1 menunjukkan jumlah peserta didik kelas X TKJ/MM sebanyak 27 orang. Hasil pada gambar tersebut menunjukkan, rata-rata nilai keterampilan menulis teks

pembelajaran berbasis prezi dilakukan oleh 2 orang ahli materi, 2 orang ahli media, guru mata pelajaran geografi serta siswa SMA Negeri 1 Kubung kelas X IPS

Selain dampak dari penerapan Tax Amnesty serta turunnya proyeksi inflasi masih terdapat beberapa faktor fundamental yang melandasi keyakinan kami akan penurunan

MODEL PENINGKATAN DAYA SAING BERKELANJUTAN INDUSTRI BATIK MELALUI PERBAIKAN KOMPETENSI INTI DAN RANTAI NILAI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF LOKAL DI KABUPATEN