• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINTESIS DAN KARAKTERISASI PARTIKEL NANO Fe 3 O 4 DENGAN TEMPLATE PEG- 1000

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SINTESIS DAN KARAKTERISASI PARTIKEL NANO Fe 3 O 4 DENGAN TEMPLATE PEG- 1000"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI PARTIKEL NANO Fe3O4 DENGAN

TEMPLATE PEG- 1000

Febie Angelia Perdana

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111

E-mail : febie@physics.its.ac.id

Abstrak

Partikel Nano Fe3O4 telah berhasil disintesis menggunakan metode kopresipitasi dengan

penambahan Polietilen Glikol (PEG-1000) sebagai template. Ukuran partikel, distribusi dan sifat magnetik dari partikel nano ini diteliti berdasarkan perbandingan volume larutan dan PEG, yaitu 1:1; 1:2 dan 1:4. Ukuran dan distribusi serta sifat magnetiknya dapat dikarakterisasi menggunakan X-Ray

Diffractometer (XRD) and Vibrating Sample Magnetometer (VSM). Ukuran partikel dari nanopartikel

ini menurun dengan bertambahanya perbandingan volume larutan dan PEG-100 dari 10,9 nm sampai 6 nm. Medan koersivitas dan magnetisasi remanen partikel nano Fe3O4 menurun dengan menurunya

ukuran kristal.

Kata kunci : Partikel Nano Fe3O4, Polietilen Glikol (PEG-1000), Template

Pendahuluan

Nano partikel magnetik telah menjadi material menarik yang dikembangkan karena sifatnya yang terkenal dan sangat potensial dalam aplikasinya dalam berbagai bidang, seperti ferrofluids, katalis, pigmen warna, dan diagnosa medik. Bagaimanapun, beberapa sifat partikel nano magnetik ini bergantung pada ukurannya. Sebagai contoh, ketika ukuran suatu partikel nano magnetik di bawah 10 nm, akan bersifat superparamagnetik pada temperatur ruang, artinya bahwa energi termal dapat menghalangi anisotropi energi penghalang dari sebuah partikel nano tunggal. Karena itu, bagaimana mensintesis partikel nano seragam dengan mengatur ukurannya menjadi salah satu kunci masalah dalam ruang lingkup sintesis nanopartikel (Aiguo et al. 2008).

Salah satu zat yang dapat dipakai untuk membentuk dan mengontrol ukuran dan struktur pori adalah polyethylene glycol (PEG). Dalam hal ini PEG dapat berfungsi sebagai

template, dan juga pembungkus partikel besi

sehingga tidak terbentuk agregat, hal ini dikarenakan PEG terjebak pada permukaan partikel dan menutupi ion positif besi, dan pada akhirnya akan diperoleh hasil partikel dengan bentuk bulatan yang seragam. Akan

tetapi, PEG yang ditambahkan berjumlah cukup besar agar bekerja sesuai dengan fungsinya; misalnya untuk PEG 2000 sekitar 200 % dari jumlah bahan yang akan ditambahkan (Ratna balkis. 2009).

Pada penelitian ini dilakukan sintesis dan karakteisasi partikel nano Fe3O4 dengan

template PEG – 1000 dengan X-Ray Diffraction (XRD) dan Vibrating Sample Magnetometer (VSM). Penelitian dilakukan

untuk mengetahui pengaruh penambahan PEG – 1000 sebagai template terhadap distribusi ukuran partikel nano Fe3O4.

Tinjauan Pustaka

1. Pasir Besi di Indonesia

Secara umum pasir besi mempunyai komposisi utama besi oksida, silikon oksida, serta senyawa-senyawa lain dengan kadar yang lebih rendah. Komposisi kandungan pasir dapat diketahui setelah dilakukan pengujian, misalnya dengan menggunakan XRD (X-Ray Difraction) atau XRF (X-Ray Flouresence). Karakter pasir besi di kabupaten Lumajang, yang akan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan partikel nano Fe3O4 mempunyai

kadar Ferum (Fe) yang sangat rendah, yaitu sekitar 40-50 persen. Mengandung berbagai

(2)

bahan pengotor seperti Titanium (Ti), Vanadium (V), Nikel (Ni), dan Cobalt (Co).

2. Material Nanomagnetik Fe3O4

Rumus kimia magnetit sering ditulis dalam bentuk FeO..Fe2O3 dimana satu bagian

adalah wustite (FeO) dan bagian lainnya adalah hematit (Fe2O3). Selain itu magnetit

mempunyai struktur kristal spinel dengan sel unit kubik yang terdiri dari 32 ion oksigen, dimana celah-celahnya ditempati oleh ion Fe2+ dan ion Fe3+. Delapan ion Fe3+ dalam tiap sel berada pada bagian tetrahedral, karena berlokasi di tengah sebuah tetrahedron yang keempat sudutnya ditempati ion oksigen. Sisanya delapan ion Fe3+ dan delapan ion Fe2+ berada pada bagian oktahedral, karena ion-ion oksigen sekitarnya menempati sudut-sudut sebuah oktahedron yang sudut-sudutnya ditempati oleh enam atom oksigen. Tiap-tiap unit sel berisi sejumlah ion, satu unit sel terbagi menjadi delapan oktan (kubus spinel), masing-masing berukuran a/2, empat oktan yang berasir memiliki ukuran isi yang sama, begitu pula yang tidak diarsir(Gambar 2.1). Ion-ion oksigen disusun dengan cara yang sama, tetraherdal di oktan terarsir dan oktaherdral di oktan tidak terarsir.

Gambar 2.1 Struktur kristal dari Ferrit

Gambar 2.2 Unit sel Fe3O4

3. Poliethilen Glikol (PEG)

Poli (ethilen glikol) (PEG), juga dikenal sebagai poli (etilena oksida) (PEO),

polyoxyethylene (POE) dan di bawah

tradename Carbowax adalah yang paling penting secara komersial jenis polieter. PEG, PEO atau POE merujuk pada sebuah Oligomer atau polimer etilen oksida. Tiga nama yang identik secara kimiawi, tetapi secara historis PEG cenderung untuk merujuk pada oligomers dan polimer dengan massa molekul di bawah 20.000 g / mol, PEO untuk polimer dengan massa molekul di atas 20.000 g / mol, dan POE untuk polimer dengan beberapa molekul massa. PEG dan PEO adalah cairan atau padat mencair rendah, tergantung pada berat molekul.

HO-CH2 – (CH2-O-CH2-)n-CH2-OH

Gambar 2.3 Struktur Polietilen Glikol (PEG)

Angka-angka yang sering termasuk dalam nama-nama PEG menunjukkan berat molekul rata-rata mereka, misalnya, seorang PEG dengan n = 9 akan memiliki berat molekul rata-rata sekitar 400 daltons dan akan diberi label PEG 400.

Metodologi

Pasir besi yang telah diekstrak dilarutkan dalam HCl sebanyak ± 35 ml pada suhu ~ 70° C dan diaduk sekitar 15 menit dalam magnetic stirrer. Setelah larutan terbentuk, dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring. PEG – 1000 yang berbentuk padatan, dipanaskan dan dilelehkan pada suhu 40ºC. PEG-1000 yang sudah mencair ditambahkan dalam larutan dengan

(3)

variasi perbandingan volume 1:1, 1:2 dan 1:4, kemudian diaduk menggunakan magnetic

stirrer. NH4OH ditambahkan sebanyak ± 30

ml dalam larutan sambil di aduk dan dipanaskan menggunakan magnetic stirrer pada suhu ~ 70°C. Endapan Fe3O4 yang

terbentuk (berwarna hitam pekat) dipisahkan dari larutannya yang kemudian dicuci menggunakan aquades. Untuk mendapatkan serbuk partikel nano Fe3O4, endapan

dikeringkan dalam oven pada suhu sekitar 70ºC selama 5 jam yang kemudian dikarakterisasi dengan X-Ray Diffractometer (XRD) dan Vibrating Sample Magnetometer (VSM).

Hasil dan Pembahasan

Gambar 4.3 Pola difraksi Sinar –ܺ dengan variasi perbandingan penambahan PEG-1000. (a) Tanpa PEG-1000, (b) Perbandingan PEG-1000 1:1, (c) Perbandingan PEG-1000 1:2, (d) Perbandingan PEG-1000 1:4.

Gambar 4.3 menunjukkan pola difraksi sinar-ܺ dari sampel dengan variasi perbandingan penambahan PEG-1000 dan tanpa penambahan PEG-1000. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa terbentuk puncak yang semakin lebar dengan bertambahnya variasi perbandingan penambahan volume PEG-1000 yang mengindikasikan ukuran kristalnya semakin kecil. Berdasarkan hasil analisis menggunakan program search match dan analisis kualitatif menggunakan metode

Hanawalt, bahwa sampel mengandung 100%

fasa Fe3O4. Tidak ditemukan juga adanya fasa

PEG dalam sampel. Hal ini berarti PEG-1000 tidak ikut bereaksi dan hanya bertindak sebagai template saja.

Ukuran kristal masing-masing sampel dapat ditentukan salah satunya menggunakan program Material Analysis Using Diffraction (MAUD) dengan data ICSD No. 82237 (a = 8,3873 Å). Tabel 4.1 menunjukkan ukuran kristal dari masing-masing sampel. Sampel Fe3O4 tanpa penambahan PEG-1000

mempunyai ukuran kristal yang lebih besar dibandingkan sampel dengan penambahan PEG-1000. Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi penambahan PEG-1000, semakin kecil ukuran kristal yang didapatkan. Hasil ini jauh berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Pada penambahan PEG-400 menyebabkan ukuran kristal Fe3O4 semakin besar

(Anwar,2007). Perbedaan hasil ini kemungkinan diakibatkan oleh berat molekul dari masing-masing PEG. PEG-1000 mempunyai berat molekul yang lebih besar dibandingkan dengan berat molekul PEG-400, sehingga jumlah rantai PEG yang melapisi permukaan partikel Fe3O4 juga semakin

banyak. Semakin banyak permukaan partikel Fe3O4 semakin menghambat pertumbuhan

partikel ini. Sehingga ukuran kristanlnya semakin kecil karena pertumbuhannya dibatasi atau dihalangi oleh banyaknya rantai PEG.

Tabel 4.1 Ukuran kristal masing-masing sampel

Sampel Ukuran Partikel (nm) Fe3O4 10,91±3,474 Fe3O4 dengan PEG 1:1 7,28±1,277 Fe3O4 dengan PEG 1:2 6,53±1,282 Fe3O4 dengan PEG 1:4 7,51±1,451

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat, dengan penambahan PEG-1000 dengan perbandingan 1:2 sangat efektif karena menghasilkan ukuran yang paling kecil.

Tabel 4.2 Nilai rata-rata ukuran kristal Fe3O4

dengan penambahan PEG-400

Mol PEG Ukuran Rata-rata Kristal (nm)

0,023 9,41 ± 3,52 0,050 11,49 ± 2,42 0,075 16,29 ± 5,10

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat, dengan penambahan PEG-1000 dengan perbandingan 1:2 sangat efektif karena menghasilkan ukuran kristal yang paling kecil. Pada penelitian sebelumnya, pembuatan nano partikel Fe3O4 juga dilakukan dengan

perbandingan volume PEG-1000 dengan H2O.

Agar diperoleh ukuran yang efektif atau pembentukannya tidak menurun, konsentrasi pembentukan maksimumnya diperoleh dengan (b)

(c) (d)

(4)

perbandingan 1:3. Hal ini diakibatkan viskositas yang tinggi dengan kandungan PEG yang tinggi. Penambahan PEG-1000 menghasilkan nano partikel Fe3O4 yang

berbentuk nanorod dengan diameter 200 nm dengan panjang 2-3 µm (He,2007). Hasil ini berbeda dengan tugas akhir yang telah dilakukan. Ukuran kristal yang dihasilkan menjadi lebih kecil setelah penambahan PEG-1000. Kemungkinan hal ini disebabkan konsentrasi PEG-1000 pada tugas akhir ini lebih besar dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Sehingga, sisi-sisi partikel Fe3O4

lebih banyak terlapisi PEG-1000 yang menyebabkan pertumbuhannya semakin terhambat. Jadi, meskipun mekanisme yang dilakukan hampir sama namun jumlah konsentrasi berbeda menyebabkan ukuran kristal yang dihasilkan juga berbeda.

Gambar 4.4 Distribusi Ukuran Partikel Nano Fe3O4 (a) Tanpa

PEG-1000, (b) Perbandingan PEG-1000 1:1, (c) Perbandingan PEG-1000 1:2, (d) Perbandingan PEG-1000 1:4.

PEG-1000 berpengaruh terhadap persebaran distribusi ukuran partikel nano Fe3O4. Hal ini disebabkan PEG-1000 yang

berfungsi sebagai templateberperilaku sebagai surfaktan. Dimana surfaktan merupakan senyawa yang mengandung sebuah hidrofilik atau kelompok pencari air (kepala) pada salah satu ujungnya dan sebuah hidrofobik atau kelompok penolak air (ekor) pada ujung yang lain. PEG yang merupakan sebuah oligomer yang mempunyai rantai seragam pendek, dapat dengan mudah diserap pada permukaan koloid metal oksida. Salah satu ujung rantai PEG yang bersifat hidrofilik akan menempel pada permukaan koloid magnetit dan ujung yang bersifat hidrofobik bebas. Pelapisan oleh PEG pada permukaan koloid menyebabkan pertumbuhan terhambat karena ruang gerak

partikel terhalang adanya PEG. Penambahan PEG-1000 juga menyebabkan persebaran ukuran partikelnya lebih monodisperse atau seragam/merata dibandingkan tanpa penambahan PEG-1000 yang mempunyai persebaran partikel polidisperse atau tidak seragam. Distribusi ukuran kristal Fe3O4 tanpa

PEG yang tidak seragam disebabkan adanya partikel Fe3O4 merupakan partikel

feromagnetik memiliki sifat magnet yang kuat, maka tiap-tiap partikel Fe3O4 akan cenderung

mendekat dan beraglomerasi satu dengan lainnya sehingga membentuk sekumpulan partikel Fe3O4. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Grafik (a) partikel nano Fe3O4 yang

mempunyai ukuran yang sangat bervariasi, dengan jangkauan ukuran yang sangat lebar. Yang artinya bersifat polidisperse. Grafik dengan penambahan PEG-1000 yaitu grafik (b), (c) dan (d) memiliki ukuran pada bersifat

monodisperse. Partikel monodisperse tidak

berarti ukuran partikelnya semuanya sama, tetapi variasi ukuran partikel sangat sempit. Grafik (b), (c) dan (d) memiliki bentuk grafik yang hampir sama, hal ini disebabkan karena ukuran partikel antara ketiganya tidak jauh berbeda.

Analisis Sifat Magnet

Analisis sifat magnet dilakukan menggunakan alat VSM (Vibrating Sample

Magnetometer) di laboratorium

Magnetik-Bidang Zat Mampat-PTBIN-BATAN. Tipe VSM yang digunakan adalah VSM tipe Oxford VSM1.2H. Informasi yang didapatkan berupa besaran-besaran sifat magnetik sebagai akibat perubahan medan magnet luar yang digambarkan dengan kurva histeresis. Kurva histeresis dapat menunjukkan hubungan antara magnetisasi (M) dengan medan magnet luar (H).

Besaran-besaran penting dalam menentukan sifat magnetik berdasarkan kurva hysteresis adalah magnetik saturasi (Ms), medan koersivitas (Mc) dan magnetisasi remanen (Mr). Nilai magnetisasi saturasi atau dikenal dengan magnetisasi jenuh menunjukkan kemampuan partikel nano untuk mempertahankan kesearahan domain-domain magnetiknya ketika masih dikenai medan magnet luar. Medan koersivitas merupakan besarnya medan yang dibutuhkan untuk membuat magnetisasinya bernilai nol. Semakin besar nilainya semakin kuat pula sifat kemagnetannya. Sedangkan magnetik

(5)

remanen menunjukkan kemampuan bahan ketika diberikan medan luar.

Sifat magnetik dari Fe3O4 dapat

ditunjukkan dari Gambar 4.5. Dari gambar dapat dilihat bahwa partikel nano Fe3O4

dengan dan tanpa penambahan PEG-1000 tergolong magnet lunak, karena dari kurva histeresis mempunyai urut balik yang hampir simetris ketika dikenai medan magnet maupun ketika medan magnet ditiadakan. Atau dapat dilihat dari luasan kurva histeresis yang sempit. Luasan kurva histeresis menunjukkan energi yang diperlukan untuk megnetisasi. Pada magnet lunak, untuk magnetisasi memerlukan energi yang sangat kecil. Dari gambar 4.5 dapat dilihat juga bahwa dengan atau tanpa penambahan PEG-1000, sifat dari partikel nano Fe3O4 sendiri tetap bersifat

ferimagnetik. Meskipun ukuran kristalnya dibawah 10 nm yang dimungkinkan sifatnya berubah menjadi superparamagnetik. Suatu bahan dapat dikatakan bersifat superparamagnetik jika memiliki nilai Hc = 0. Hal ini dapat diketahui dari nilai Hc dari masing-masing sampel yang nilainya lebih dari nol.

Nilai magnetisasi saturasi partikel nano Fe3O4 tanpa penambahan PEG-1000

sebesar 46,004 emu/gr, lebih tinggi dibandingkan Fe3O4 dengan penambahan

PEG-1000. Hasil ini juga berbeda dengan nilai magnetisasi saturasi Fe3O4 dengan

penambahan PEG-400 yang besarnya 34,2 emu/gr (Baqiya,2008) yang mempunyai ukuran kristal yang lebih besar dibandingkan dengan penambahan PEG-1000. Hal ini dapat disebabkan karena semakin kecil ukuran kristalnya jumlah domain magnetik dan batas domain magnetiknya juga semakin sedikit, akibatnya jumlah momen magnetiknya juga semakin sedikit sehingga nilai magnetisasi saturasinya juga mengecil.

Gambar 4.5 Kurva Histeresis Partikel Nano Fe3O4 (a)

Tanpa 1000, (b) Perbandingan PEG-1000 1:1, (c) Perbandingan PEG-PEG-1000 1:2, (d) Perbandingan PEG-1000 1:4.

Untuk lebih jelasnya nilai magnetisasi saturasi, medan koersivitas dan magnetisasi remanen dari masing-masing sampel dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Nilai magnetisasi saturasi (Ms),

medan koersivitas (Hc) dan magnetisasi remanen (Mr) untuk masing-masing sampel Sampel Ms (emu/gr) Hc (Tesla) Mr (emu/gr) Fe3O4 46,0 -0,00835 40,1 Fe3O4 dengan PEG 1:1 42,0 -0,01 35,7 Fe3O4 dengan PEG 1:2 38,0 -0,00985 33,3 Fe3O4 dengan PEG 1:4 38,0 -0,0097 33,7

Berdasarkan Gambar 4.6, dapat dilihat bahwa semakin besar ukuran kristalnya, semakin besar pula nilai medan koersivitasnya. Nilai medan koersivitas dari partikel nano Fe3O4 tanpa penambahan PEG-1000 lebih

tinggi, yaitu -0,0085 Tesla dibandingkan dengan penambahan PEG-1000. Sehingga partikel ini memiliki sifat magnetik yang lebih kuat dibanding dengan partikel nano Fe3O4

dengan penambahan PEG-1000. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara ukuran kristal dengan sifat magnetiknya. Semakin kecil ukuran kristal suatu bahan, maka kemungkinan besar bahan tersebut mempunyai domain magnet tunggal. Semakin

(6)

besar ukuran kristalnya, bahan tersebut cenderung mempunyai domain magnet jamak. Pada domain tunggal nilai medan koersivitasnya juga akan semakin mengecil dengan berkurangnya ukuran kristal.

Gambar 4.6 Grafik hubungan medan koersivitas Hc, magnetisasi remanen Mr dengan ukuran kristal

Selain itu Gambar 4.6 menunjukkan bahwa semakin besar ukuran kristal sampel, nilai magnetisasi remanennya juga semakin besar. Semakin besar nilai magnetisasi remanennya, magnetisasi sisa yang masih dimiliki oleh suatu bahan ketika tidak dipengaruhi medan magnet luar juga semakin besar. Besarnya sifat magnetik suatu bahan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain : ukuran dari momen magnetik, jumlah dan ukuran domain magnetiknya serta orientsai dari masing-masing domain.

Kesimpulan

Pembuatan partikel nano Fe3O4

dengan metode kopresipitasi menghasilkan partikel dengan ukuran 10,91 ± 0,3 nm. Penambahan PEG-1000 berpengaruh terhadap ukuran partikel yang dihasilkan. Penambahan PEG-1000 menyebabkan ukuran partikel nano Fe3O4 menjadi lebih kecil sekitar 6,5 ± 0,1 nm.

Medan koersivitas dan magnetisasi remanen partikel nano Fe3O4 menurun dengan

menurunya ukuran kristal dengan kecenderungan yang belum diketahui.

Daftar Pustaka

Ahmad Taufiq, dkk. (2008). Sintesis Partikel Nano Fe

3-xMnxO4 Berbasis Pasir Besi

dan Karakterisasi Struktur serta Kemagnetannya, Jurnal Nanosains &

Nanoteknologi volume 1.

Aiguo, Yan. (2008). Solvothermal synthesis and characterization of size-controlled Fe3O4 nanoparticles , Journal Alloys

and Compound 458 : 487 – 491.

Anwar, Muhammad. (2007). Sintesis dan

Karakterisasi Ferofluida Berbahan Dasar Pasir Besi menggunakan PEG-400 sebagai Media Template. Laporan

Tugas Akhir Jurusan Fisika. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Baqiya, Malik Anjleh. (2008). Preparasi

Partikel Nano Fe3O4 dan

Pelapisannya pada Logam Non

Magnetik. Laporan Tesis Jurusan

Fisika. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Callister, Jr, William D. (2007). Materials

Science and Engineering An

Introduction Seven Edition , John Wiley

and Sons, Inc, United States of America. He, Kai, Cheng-Yan Xu, Laing Zhen, en-Zhu Shao. (2007). Hydrothermal Synthesis and Characterization of single-crystalline Fe3O4 Nanowires with High

Aspect Ratio and Uniformity. Materials

Letters, volume 61.

Jin Du, dkk. (2006). Hausmannite Mn3O4

Nanorods, Synthesis, Characterization and Magnetic Properties,

Nanotechnology, volume 17. Institute of

Physics Publishing.

Kittel, C. (1996). Introduction to Solid State

Physics. John Willey & Sons, Inc : New

York.

Kurniawan, Dimos. (2006). Sintesis Nanopartikel Ferrit MFe2O4 (M=Fe, Ni, Zn dan Mn) dari Pasir Besi dan Karakterisasinya sebagai Preparasi Fluida Magnet. Laporan Tugas Akhir

Jurusan Fisika. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Lian, Souyuan. (2003). Convenient synthesis of single crystalline magnetic Fe3O4

nanorods, Solid State Communications 127 605 – 608.

(7)

Mansilla, Vasquez M., Zysler, R.D., Arciprete, C., Dimitrijewits, M. (2001). Annealing Effects on Structural and Magnetic Properties of α-Fe2O3 Nanoparticles.

Journal of Magnetism and Magnetic Material 226-230.

Ulfa, Chairunisa. (2007). Sintesis Serbuk

Ferit MFe2O4 (M=Fe, Ni, Zn dan Mn) Nanokristal Berfasa Tunggal. Laporan

Tugas Akhir Jurusan Fisika. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Zhang, D. E, dkk. 2005. Synthesis and Characterization of NiFe2O4 Magnetic

Nanorods via a PEG – Assisted Route.

Journal of Magnetism and Magnetic Materials 292.

____________,2010. Pasir Besi Lumajang.

http://www.lumajang.go.id dikutip pada

tanggal [17 Februari 2010 jam 05.00 WIB].

____________,2010. Poliethilen Glikol. http://www.wikipedia.org dikutip pada tanggal [17 Februari 2010 jam 05.00 WIB].

Gambar

Gambar 2.2  Unit sel Fe 3 O 4
Gambar  4.3    Pola  difraksi  Sinar  –ܺ  dengan  variasi  perbandingan penambahan PEG-1000
Gambar 4.4   Distribusi Ukuran Partikel Nano Fe 3 O 4  (a) Tanpa
Gambar 4.5  Kurva Histeresis Partikel Nano Fe 3 O 4  (a)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penatausahaan pengelolaan keuangan Desa Toyomarto sudah menggunakan format sesuai dengan lampiran dalam Permendagri nomor 113 tahun 2014 baik format Raperde tentang APBDes,

Tujuan penelitian adalah menentukan dosis terbaik jus pepaya terhadap aktivitas SOD jaringan ginjal dan kadar kreatinin serum tikus wistar yang dipapar Pb asetat..

Bab IV – Analisa Data dan Pembahasan, menjelaskan tentang hal-hal yang didapat selama penelitian, hal ini berkaitan dengan pengaruh penambahan hidrogen (H 2 )

atau hubungan seks yang tidak normal, serta pemaksaan seks untuk tujuan komersial atau objek-obek tertentu.6Sehingga korban dari tindakan kekerasan seksual yaitu wanita yang

Gangguan sistem peredaran darah manusia Kelainan pada jantung Kelainan pada pembuluh darah Beck to menu.. SISTEM PEREDARAN

Keseluruhan harta pusaka dan harta benda si mati, boleh alih dan tak boleh alih, yang berada dalam bidang kuasa tidak termasuk apa yang si mati memiliki atau berhak mendapat

Pada hari keempat belas pada perlakukan 1, 2 dan 3 sudah menunjukan perubahan morfologi yang normal kembali, ditandai dengan luka yang telah puih, kulit cerah, bentuk

Salah satu metode untuk pemasangan pipa yaitu metode S-lay, disebut S-lay karena kurva pipa yang keluar dari kapal pemasang sampai seabed berbentuk