• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Kontrasepsi 1. Pengertian

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. (Wiknjosastro,2005,p.905)

2. Metode Kontrasepsi

a. Metode kontrasepsi sederhana

Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 macam yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain : Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interuptus, metode kalender, metode lender serviks (MOB), metode suhu basal badan, dan simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lender serviks, sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida.

b. Metode kontrasepsi hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesterone dan estrogen sintetik) dan hanya berisi progesteron saja.

(2)

Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/ injeksi, sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant.

c. Metode kontrasepsi dengan alat kontrasepsi dalam rahim

Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung hormone ( sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon.

d. Metode kontrasepsi mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/ tuba fallopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma, sedangkan MOP sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan. e. Metode kontrasepsi darurat

Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu pil (pil kombinasi: neogynon, eugynon 50, ovral, microgynon 30, nordette dan pil hanya progestin: postinor-2, microlut) dan AKDR (copper-T). (Handayani, 2010,p.35-36)

(3)

B. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim 1. Pengertian

AKDR atau IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral (lippes loop) atau berbentuk lain-lain (CuT 380 A) yang terpasang didalam rahim dengan memakai alat khusus yang dilakukan oleh dokter atau bidan. (Saifudin, 2006,pMK 63)

2. Jenis-jenis AKDR a. Lippes Loop

Lippes loop, terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara biologik) ditambah barium sulfat. Ada 4 macam lippes loop yaitu:

1) Lippes loop A: panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru, satu titik pada pangkal IUD dekat benang ekor.

2) Lippes loop B: panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm, 2 benang hitam, bertitik-4.

3) Lippes loop C: panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang kuning, bertitik-3.

4) Lippes loop D: panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang putih, bertitik-2.

Lippes loop ini dapat bertahan sampai menopause. (Hartanto, 2004, p.212-213)

b. CuT 380A

CuT 380A panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm2 kawat CU pada batang vertical, 2 selubung CU seluas masing-masing 33 mm2 pada

(4)

masing-masing lengan horizontal. Daya kerja 8 tahun atau sampai 10 tahun. (Hartanto, 2004, p.213)

c. Nova T

Nova T panjang 32 mm, lebar 32 mm, 200 mm2, luas permukaan CU dengan inti Ag di dalam kawat CU-nya. Daya tahan 5 tahun. (Hartanto, 2004, p. 214)

d. AKDR dengan progestin

Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah Prigestase yang mengandung Progesteron dari Mirena yang mengandung Lenovorgestrel. (Saifudin, 2006, p.MK-63)

2. Cara kerja

a. Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi.

b. Mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum dengan sperma.

c. Menginaktifkan sperma. (Saifudin, 2004, p.MK-63) 3. Efektivitas

AKDR mempunyai efektivitas yang tinggi, sangat efektif mencegah kehamilan 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). (Saifuddin, 2003, p.MK-73)

(5)

4. Keuntungan

a. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

b. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).

c. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat. d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

e. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.

f. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A). g. Tidak mempengaruhi kualitas ASI.

h. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

i. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).

j. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan. 5. Kerugian

a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).

b. Haid lebih lama dan banyak.

c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi. d. Saat haid lebih sakit.

(6)

f. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.

g. Penyakit radang panggul terjadi.

h. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam waktu 1-2 hari.

i. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas yang terlatih yang harus melakukannya.

j. Mungkin AKDR keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang sesudah melahirkan).

k. Tidak mecegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.

6. Indikasi

a. Usia reproduksi. b. Keadaan nullipara.

c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang. d. Perempuan menyusui yang ingin menggunakan kontrasepsi. e. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.

f. Tidak menghendaki metode hormonal.

g. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari. h. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama. 7. Kontraindikasi

a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil). b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui.

(7)

c. Sedang menderita infeksi alat genital.

d. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.

e. Penyakit trofoblas yang ganas. f. Diketahui menderita TBC pelvic. g. Kanker alat genital.

h. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm. (Handayani, 2010, p.144-146)

8. Efek samping

a. Nyeri pada saat pemasangan

b. Kejang- rahim, terutama pada bulan-bulan pertama c. Nyeri pelvic

d. Perdarahan di luar haid (spotting) e. Darah haid lebih banyak (menoragia) f. Sekret vagina lebih banyak

g. Perforasi uterus h. Infeksi pelvic

i. Endometritis (Wiknjosastro, 2007, p. 914) 9. Pemasangan

Langkah-langkah pemasangan AKDR adalah sebagai berikut: a. Pencegahan infeksi pada pemasangan

(8)

1) Tidak melakukan pemasangan pada klien dengan riwayat kesehatan maupun hasil pemeriksaan fisiknya menunjukkan adanya IMS.

2) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan. Minta klien untuk membersihkan daerah genitalianya sebelum melakukan pemeriksaan.

3) Gunakan instrumen dan sepasang sarung tangan yang telah di-DTT (atau disterilisasi), atau dapat menggunakan sarung tangan periksa sekali pakai(disposable).

4) Setelah memasukkan speculum dan memeriksa serviks, usap larutan antiseptik beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum memulai tindakan.

5) Masukkan AKDR dalam kemasan sterilnya.

6) Gunakan teknik “tanpa sentuh” pada saat pemasangan AKDR untuk mengurangi kontaminasi kavum uteri.

7) Buang bahan-bahan terkontaminasi (kain kasa, kapas, dan sarung tangan sekali pakai (disposable) dengan benar dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan.

8) Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan.

(9)

b. Peralatan pemasangan 1) Bivalve spekulum 2) Tenakulum 3) Sonde uterus 4) Forcep/korentang 5) Gunting

6) Mangkuk untuk larutan antiseptik

7) Sarung tangan (yang telah di-DTT atau disterilisasi atau sarung tangan periksa yang baru)

8) Cairan antiseptik untuk membersihkan seviks 9) Kain kasa atau kapas

10) Lampu penerang

11) Copper T 380A yang belum rusak dan terbuka c. Langkah-langkah pemasangan

1) Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan klien mengajukan pertanyaan. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada waktu pemasangan. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kemihnya.

2) Periksa genetalia eksterna. Lakukan pemeriksaan speculum dengan memakai sarung tangan yang telah didekontaminasi (di-DTT atau disterilisasi)

(10)

3) Lakukan pemeriksaan bila tersedia dan ada indikasi. Bila ada vaginitis diobati dulu sebelum AKDR dipasang.

4) Masukkan lengan AKDR di dalam kemasan sterilnya. Jangan memasukkan AKDR lebih dari 5 menit sebelum pemasangan, karena lengan AKDR tidak kembali seperti bentuk semula (lurus) setelah dipasang.

5) Memasukkan speculum dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik (2 kali atau lebih).

6) Pasang tenakulum secara hati-hati pada posisi vertical (jam 10 atau jam 2) jepit dengan pelan hanya pada satu tempat untuk mengurangi sakit.

7) Masukkan sonde uterus secara perlahan-lahan dan hati-hati dengan teknik “tanpa menyentuh” dinding vagina atau bibir spekulum.

8) Pasang AKDR dengan mengatur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri sampai leher biru menyentuh fundus atau sampai terasa ada tahanan.

9) Lepas lengan AKDR dengan menggunakan teknik menarik (withdrawal technique). Tarik pendorong keluar.

10) Setelah AKDR lepas, dorong secara perlahan-lahan tabung inserter ke dalam kavum uteri sampai leher biru menyentuh serviks.

(11)

11) Tarik keluar sebagian tabung inserter, potong benang AKDR kira-kira 3-4 cm panjangnya.

12) Buang bahan-bahan habis pakai dan bersihkan permukaan yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan.

13) Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan segera setelah selesai dipakai ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

14) Mengajarkan klien bagaimana memeriksa benang AKDR. 15) Minta klien untuk menunggu di klinik selama 15-30 menit

setelah pemasangan AKDR untuk mengamati bila terjadi rasa sakit pada perut, mual atau muntah. (Saifuddin, 2003, 2006, p.PK 4-7)

10. Pencabutan/ pelepasan

a. Pencegahan infeksi pada pencabutan AKDR

1) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah tindakan.

2) Minta klien untuk membersihkan daerah genitalianya sebelum melakukan pemeriksaan.

3) Gunakan instrumen dan pakai sepasang sarung tangan yang telah di-DTT (atau disterilisasi), atau dapat menggunakansarung tangan sekali pakai(disposable).

4) Usapkan larutan antiseptik beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum memulai tindakan.

(12)

5) Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang ke dalam larutan klorin 0,5%.

b. Peralatan pencabutan 1) Bivalve speculum 2) Forsep/korentang

3) Mangkuk untuk larutan antiseptic 4) Sarung tangan DTT atau steril 5) Cairan antiseptik

6) Kain kasa atau kapas

7) Lampu penerang. (Saifuddin, 2003, 2006, p.PK 3-4) c. Langkah-langkah pencabutan

1) Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilakan klien untuk bertanya.

2) Memakai sarung tangan DTT atau steril.

3) Memasukkan speculum untuk melihat serviks dan benang AKDR.

4) Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali usap.

5) Mengatakan kepada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan.

(13)

7) Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau lengkung yang sudah di-DTT atau steril. Tarik benang dengan pelan-pelan. (Saifudin, 2003,2006, p. PK 12-13)

11. Kunjungan ulang

a. Satu (1) bulan pasca pemasangan b. Tiga (3) bulan kemudian

c. Setiap 6 bulan berikutnya d. Satu (1) tahun sekali

e. Bila terlambat haid 1 minggu

f. Bila terjadi perdarahan banyak dan tidak teratur 12. Informasi umum

a. AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan

b. AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama.

c. Kemungkinan terjadi perdarahan (spotting) beberapa hari setelah pemasangan.

d. Perdarahan menstruasi biasanya lebih lama dan lebih banyak e. AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien 13. Efek samping dan penanganan AKDR

a. Amenorea

Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenoreaapabila diketahui.Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas

(14)

AKDR bila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu.Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepas. Apabila dan klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR jelaskan ada resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan.

b. Kejang

Apabila klien mengalami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi lain.

c. Perdarahan pervaginam yang hebat dan tidak teratur

Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan.

d. Benang yang hilang pastikan adanya kehamilan atau tidak.

Apabila tidak hamil dan AKDR tidak lepas, beriakn kondom, periksa talinya di dalam saluran endoserviks dan kavum uteri setelah masa haid berikutnya.Apabila tidak ditemukan maka rujuk ke dokter, lakukan x-ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menetukan meode lain.

(15)

e. Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya Penyakit Radang Panggul. Pastikan pemeriksaan untuk Infeksi Menular Seksual. Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe, lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 24 jam. Apabila AKDR dikeluarkan beri metode lain sampai masalahnya teratasi. (Handayani, 2010, p. 161-162)

C. Pengetahuan (Knowledge) 1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). (Notoatmodjo, 2003, p. 121)

2. Cara memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo, 2003: 11 adalah sebagai berikut:

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan: 1) Cara coba salah (trial and error)

(16)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

b. Cara modern memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan

(17)

penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah. (Wawan dan Dewi, 2010, p. 14-15)

3. Proses adopsi perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness(kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya).

d. Trial,orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

4. Tingkat pengetahuan a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

(18)

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, menyatakan dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan yang bergizi.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan tumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

(19)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis adalah kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang formulasi-formulasi yang ada. Misal: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Ini bekerja dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan criteria yang telah ditentukan. (Notoatmodjo, 2007, p. 140-142)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang adalah sebagai berikut: a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

(20)

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmojo (2003), pendidikan dapat memepengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. (Nur Salam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Pada seseorang yang bekerja waktu untuk memperoleh informasi baru sangat terbatas karena telah dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Berbeda dengan seorang yang tidak bekerja, waktu untuk memperoleh informasi baru masih banyak sehingga mereka mempunyai kesempatan memperoleh informasi lebih banyak. (Mamik, dkk, 2008)

(21)

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari pada orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini merupakan sebagian dari pengalaman dan kematangan jiwa.

Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin baik pengetahuannya. Namun semakin baik pengetahuan seseorang tidak selamanya seiring dengan bertambahnya umur, akan tetapi terdapat batasan umur dimana daya ingat mulai menurun, yaitu pada saat seseorang tersebut menginjak usia lanjut. (Mamik, dkk, 2008)

b. Faktor Eksternal 1) Faktor lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam, lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat memepengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

(22)

2) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. (Wawan dan Dewi, 2010, p. 16-18)

6. Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

a. Baik: hasil presentase 76%-100% b. Cukup: hasil presentase 56%-75%

(23)

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka teori

Sumber : Menurut modifikasi A. Wawan dan Dewi. L (2010) Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Umur Lingkungan Sosial Budaya Faktor internal Faktor eksternal Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka teori

Referensi

Dokumen terkait

18 Fischer menyebutkan bahwa “rasa takut merupakan emosi yang timbul pada situasi stress dan tidak menentu (uncertainty) sehingga orang merasa dirinya terancam atau tidak berdaya

Gambar 3.1 Jumlah Hubah On-going Lembaga-lembaga PBB yang Tercatat dalam DRKH menurut Instansi Penanggung Jawab .... Pada Tahun Anggaran 2014 untuk memberikan gambaran yang

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) mata diklat program produktif di SMK Negeri 1 Petang adalah (1) Keterlambatan dana pelaksanaan

Perlakuan stek 3 buku dapat meningkatkan bobot bunga terubuk dan jumlah tunas, namun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.. Pemupukan dengan pupuk gabungan (pupuk

menggunakan video kamera selama berlangsungnya unjuk rasa. 4) Mengedepankan peran negosiasi yang mengambil posisi di depan pasukan Dalmas awal untuk melakukan

Bila diatas jalur penggalian terdapat tiang-tiang listrik, telepon, atau sarana lainnya, maka Instalatur agar mengamankannya dengan mengadakan dan memasang

Jadi, persepsi terhadap kepemimpinan transformasional adalah cara pandang karyawan pramuniaga terhadap kemampuan pemimpin toko buku Gramedia Padang dalam mengubah

Menurut model ini, bahwa konflik yang terjadi dalam organisasi karena adanya deferensi secara vertikal dan horizontal, yang mengarah kepada pembentukan subunit