• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya (State of the Art)

Penelitian sebelumnya menjadi landasan bagi penelitian yang dilakukan, untuk mengangkat masalah yang berkaitan dengan pengelolaan Hubungan AntarPribadi melalui konteks Komunikasi AntarPribadi. Berikut beberapa penelitiannya :

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti & Judul Penelitian Lokasi Penelitian Tahun Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Alessandra

Mazzei & Silvia Ravazzani

(Manager-employee communication during a crisis : the missing link)

Italy 2011 Kualitatif Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas komunikasi internal selama krisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi ketidakselarasan antara apa yang disampaikan oleh pihak perusahaan dengan apa yang karyawan

(3)

Perusahaan telah merencanakan komunikasi yang baik, menggunakan instrumen resmi, namun karyawan mengeluh karena kurang dalam mendengarkan dan pesan yang kurang jelas, serta tidak menyukai

komunikasi yang hirarkis.

2. Saodah Wok & Junaidah Hashim (Communicating and sharing working relationship with older employees)

Malaysia 2013 Kuantitatif Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

persepsi

karyawan muda pada kepuasan kerja sama tim dan pengambilan keputusan dengan karyawan tua. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan kerjasama yang positif dengan

(4)

karyawan yang lebih tua. Pembelajaran dengan karyawan yang lebih tua membantu dalam pengambilan keputusan dan membantu dalam memberi umpan balik positif. 3. Tuti Bahfiarti (Pengembang an Hubungan dalam Komunikasi AntarPribadi Mantan Narapidana Perempuan Bugis-Makassar)

Makassar 2014 Kualitatif Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mengkategorisas ikan pengembangan Hubungan AntarPribadi serta tahapannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hubungan AntarPribadi yakni terbuka, semi terbuka, dan tertutup dikembangkan dengan cara komunikasi yang

(5)

berbeda dan adanya faktor internal dan faktor eksternal dari narapidana. 4. Felicia Setyono (Pengaruh Kualitas Komunikasi Interpersonal Pemimpin Kelompok Sel Terhadap Komitmen Organisasi Anggota Kelompok Sel di Satelit Holy Gereja Mawar Sharon Surabaya)

Surabaya 2013 Kuantitatif Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara kualitas komunikasi interpersonal pemimpin kelompok sel kepada anggota kelompok sel terhadap komitmen organisasi anggota kelompok. Dengan melihat kualitas komunikasi interpersonal melalui empati, keterbukaan diri, sikap positif, maka hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh

(6)

Berdasarkan penelitian sebelum dan yang sedang dilakukan, maka terdapat persamaan dan perbedaan di dalamnya. Persamaan penelitian terdapat pada bagaimana hubungan dalam Komunikasi AntarPribadi. Dan untuk perbedaan penelitian, difokuskan pada tujuan dan hasil penelitian.

antara keterampilan komunikasi interpersonal tersebut dengan keterikatan anggota untuk berkomitmen terhadap organisasi. 5. Vivin Ayu Dwi

L (Hasil Belajar Mahasiswa Terhadap Hubungan Interpersonal)

Surabaya 2013 Kuantitatif Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hasil belajar dari para mahasiswa terhadap hubungan interpersonalnya . Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara hasil belajar dengan

hubungan interpersonal.

(7)

Penelitian yang dilakukan oleh Alessandra Mazzei & Silvia Ravazzani (2011), penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas komunikasi internal selama krisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi ketidakselarasan antara apa yang disampaikan oleh pihak perusahaan dengan apa yang karyawan rasakan. Perusahaan telah merencanakan komunikasi yang baik, menggunakan instrumen resmi, namun karyawan mengeluh karena kurang dalam mendengarkan dan pesan yang kurang jelas, serta tidak menyukai komunikasi yang hirarkis. Fokus penelitian ini mengarah pada bagaimana Komunikasi AntarPribadi yang terjadi pada saat krisis.

Penelitian yang dilakukan oleh Saodah Wok & Junaidah Hashim (2013), penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan yang terjadi pada karyawan muda dan karyawan tua dalam bekerja di sebuah tim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif, dimana karyawan muda merasa mendapatkan pengalaman dan pengetahuan selama berkomunikasi dengan karyawan tua di dalam sebuah kelompok.

Penelitian yang dilakukan oleh Tuti Bahfiarti (2014), penelitian bertujuan untuk menemukan dan mengkategorikan Hubungan AntarPribadi dan tahapannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antar mantan narapidana wanita terkait faktor internal dan eksternal, dimana proses tahapan dalam menciptakan hubungan pun berbeda. Fokus dalam penelitian in adalah untuk mengetahui tahapan dan kategori pada pengembangan Hubungan AntarPribadi.

Penelitian yang dilakukan oleh Felicia Setyono (2013), penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas dari komunikasi interpersonal mempengaruhi komitmen para anggota organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas dari komunikasi interpersonal melalui keterbukaan diri, sikap positif, empati, kerjasama telah mempengaruhi komitmen anggota dalam sebuah organisasi. Ketika kualitas komunikasi interpersonal menjadli lebih baik, maka anggota organisasi akan merasa lebih terikat dan lebih berkomitmen terhadap organisasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Vivin Ayu Dwi L (2013), penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara hasil belajar mahasiswa dengan hubungan interpersonal. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tidak ada pengaruh antara keduanya. Mahasiswa dalam berpartisipasi di

(8)

kegiatan, saling mendukung, bekerja sama merupakan cara untuk menunjukkan bahwa seseorang berusaha mencapai kepuasan agar disukai orang lain, dan tidak berkaitan dengan hasil belajar yang dicapai guna membina hubungan interpersonal.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat terlihat bahwa perbedaan penelitian berfokus pada konten masalah dan obyek yang diteliti. Peneliti pertama mengkaji tentang bagaimana mengelola komunikasi antar manajer dan karyawan pada saat krisis, dan apakah terjadi keselarasan komunikasi selama terdapat pertentangan atau masalah. Kemudian peneliti kedua lebih melihat bagaimana hubungan karyawan tua dan muda dalam melakukan proses komunikasi di sebuah tim sehingga dapat membantu dalam penyelesaian masalah atau pengambilan keputusan. Peneliti ketiga, mengkaji mengenai pendekatan hubungan yang dilakukan melalui kemampuan Komunikasi AntarPribadi yang berbeda. Peneliti keempat, mengkaji mengenai pengaruh yang terjadi antara kualitas komunikasi terhadap keterikatan orang-orang dalam organisasi dan peneliti kelima, mengkaji mengenai apakah hasil belajar menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam membina Hubungan AntarPribadi.

Bila dilihat dari berbagai konten penelitian yang dilakukan sebelumnya, maka perbedaan pada penelitian yang dilakukan saat ini, mengacu pada bagaimana mengelola hubungan yang harmonis pada karyawan antar divisi suatu Departemen Komunikasi sebagai Humas. Cara-cara yang dilakukan untuk mengelola hubungan ini dilihat dari konteks Komunikasi AntarPribadi seperti dialog dalam pertentangan, pola hubungan, komunikasi efektif dan aktivitas bersama yang dilakukan. Penelitian ini bukan merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, namun merupakan suatu penelitian baru yang tidak terlepas dari konteks Komunikasi AntarPribadi, hanya saja penelitian ini mengkaji lebih dalam bagaimana cara yang digunakan profesi Humas dalam mengelola Hubungan AntarPribadinya guna mencapai suatu harmonisasi.

(9)

2.2.1 Komunikasi AntarPribadi

Pemahaman mengenai Komunikasi AntarPribadi dapat dilihat dari berbagai pandangan, mulai dari pandangan komponen yakni Komunikasi AntarPribadi merupakan proses mengirim dan menerima informasi yang terjadi antara dua orang atau lebih dengan adanya umpan balik dan efek yang diberikan. Selain itu, pandangan pengembangan yang memaknai Komunikasi AntarPribadi merupakan suatu proses yang berkembang baik dari komunikasi yang dapat menciptakan hubungan impersonal hingga menjadi hubungan antarpribadi. Dan Pandangan ketiga mengenai Komunikasi AntarPribadi yakni komunikasi berlangsung di antara dua orang. (Riswandi, 2009: 86)

Pandangan di atas juga didukung dengan pemahaman Komunikasi AntarPribadi yang diutarakan oleh DeVito(2013: 5) yang menyatakan bahwa “Interpersonal Communication is the verbal dan nonverbal interaction between two(or sometimes more than two) interdependent people.” Komunikasi AntarPribadi merupakan interaksi verbal dan non-verbal antara dua atau lebih orang-orang yang saling bergantung. Komunikasi AntarPribadi dapat terjadi mulai dari orang tua dan anak, teman sebaya dan rekan kerja bergantung pada bagaimana pola komunikasi yang diciptakan dan jenis hubungan yang dibentuk.

Pada saat Komunikasi AntarPribadi dilakukan, maka pihak-pihak yang terlibat saling terhubung dan bergantung satu sama lain. Hal ini terlihat adanya dampak dan umpan balik yang diberikan atau diharapkan pada saat komunikasi dilakukan. Sehingga Komunikasi AntarPribadi menjadi dasar dalam membentuk dan mengelola Hubungan AntarPribadi. Komunikasi AntarPribadi yang baik dapat menciptakan Hubungan AntarPribadi yang baik, begitu pula sebaliknya. (DeVito, 2013: 17)

(10)

Hubungan AntarPribadi merupakan hubungan yang terjadi antara dua atau lebih orang dengan adanya jangka waktu tertentu. Hubungan AntarPribadi menjadi amat penting mengingat manusia adalah makhluk sosial dan bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara untuk memulai suatu Hubungan AntarPribadi adalah dengan menanyakan pada diri sendiri, mengapa membina hubungan dan keuntungan apa yang didapat dengan membina hubungan tersebut. Hal ini dapat dipertanyakan secara umum ketika seseorang membina hubungannya baik dengan teman, kekasih, keluarga dan rekan kerja. (DeVito, 2013: 229)

Menurut DeVito(2013: 230) Terdapat beberapa keuntungan dan kerugian dalam membina dan mengelola Hubungan AntarPribadi yaitu :

a. Keuntungan Hubungan AntarPribadi

1. Membantu mengurangi rasa kesepian, dimana seseorang dapat merasa diperhatikan, dilindungi dan dicintai oleh orang lain 2. Dengan berkomunikasi bersama orang lain, maka seseorang

dapat mengetahui bagaimana dirinya dari berbagai perspektif yang ada, sehingga seseorang dapat merasa hubungannya mengarah pada ranah yang sehat dan adanya kesadaran diri 3. Hubungan AntarPribadi berkontribusi dalam kesehatan emosi

dan menciptakan kesenangan secara personal. Tanpa adanya kedekatan Hubungan AntarPribadi, seseorang dapat merasa depresi dan terisolasi.

4. Membantu memaksimalkan kebahagiaan dan meminimalisir kesedihan

5. Adanya Hubungan AntarPribadi menciptakan suatu rangsangan positif dalam diri seseorang dan orang lain sehingga seseorang merasa memiliki hubungan yang baik dalam kehidupannya.

(11)

1. Kedekatan hubungan dapat menciptakan adanya tekanan dalam diri seseorang untuk mengungkapkan dan rentan dalam bercerita. Walaupun terkadang orang lain dapat mendukung dan mempererat hubungan, namun hal ini dapat dijadikan kelemahan yang menyerang diri seseorang

2. Kedekatan hubungan membuat kewajiban seseorang meningkat terhadap orang lain. Hal ini seperti meluangkan waktu lebih banyak untuk orang yang memiliki hubungan dekat dan terkadang hal ini dapat membuat seseoran menjadi tidak senang

3. Kedekatan hubungan dapat mengarahkan seseorang untuk meninggalkan hubungan lainnya. Terkadang seseorang dapat mengurangi kedekatan hubungan bersama orang lain, pada saat pihak lain tidak menyukai hubungannya bersama orang tersebut

4. Kedekatan hubungan membawa dampak emosional. Pada saat seseorang sedang mengalami kerusakan hubungan, maka seseorang dapat merasa depresi dan tertekan

5. Kerusakan hubungan dapat membuat seseorang menyakiti orang lain dan begitu pula sebaliknya. Sehingga seseorang harus mampu memberikan diskusi atau komunikasi yang baik sehingga tidak ada pengalaman yang menyakitkan.

2.2.3 Relational Dialetics Theory (Teori Dialektika Relasional)

Teori Dialektika Relasional menyatakan bahwa kehidupan berhubungan dengan adanya ketegangan-ketegangan yang berkelanjutan antara impuls-impuls yang kontradiktif. Leslie Baxter dan Barbara Montgomery (dalam West & Turner, 2010: 202) membentuk adanya pemikiran visi dialektis. Terdapat 2 pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan tujuan perilaku manusia yaitu,monologis dan dualistik.

Pendekatan monologis menggambarkan bahwa kontradiksi hanya terjadi pada satu kondisi sedangkan pendekatan dualistik menggambarkan adanya dua bagian dari kontradiksi secara terpisah dan tidak berhubungan

(12)

satu sama lainnya. Menurut ahli lain, terdapat pendekatan dialektik yakni pandangan bahwa terdapat banyak sudut pandang yang saling menandingi satu sama lainnya dalam setiap kontradiksi. (West & Turner, 2010: 203)

2.2.3.1 Asumsi Teori Dialektika Relasional

Dalam Teori Dialektika Relasional terdapat empat asumsi pokok mengenai hidup berhubungan yaitu pertama, hubungan tidak bersifat linear. Maksud dari asumsi pertama ini adalah hubungan tidak terdiri atas bagian-bagian yang bersifat linear melainkan terdiri atas fluktuasi yang terjadi antara keinginan-keinginan yang kontradiktif.

Asumsi kedua adalah hidup berhubungan ditandai dengan adanya perubahan. Maksud dari asumsi kedua ini adalah bahwa hubungan ditandai dengan adanya proses atau perubahan. Menurut Baxter dan Montgomery (dalam West & Turner, 2010: 204) menyatakan bahwa proses atau perubahan suatu hubungan merujuk pada pergerakan kuantitatif dan kualitatif sejalan dengan waktu dan kontraksi-kontraksi yang terjadi, pada bagian mana suatu hubungan dikelola.

Asumsi ketiga adalah kontradiksi merupakan fakta fundamental dalam hidup berhubungan. Maksud dari asumsi ini adalah kontradiksi atau ketegangan merupakan suatu hal yang berlawanan dan tidak akan pernah hilang dan berhenti dalam sebuah hubungan. Dan setiap orang berbeda dalam mengelola ketegangan yang ada.

Asumsi keempat adalah komunikasi sangat penting dalam mengelola dan menegosiasikan kontradiksi-kontradiksi dalam hubungan. Secara khusus, teori ini memberikan posisi utama pada komunikasi. Pada dasarnya manusia dianggap sebagai seorang aktor yang bertindak dalam menciptakan kontradiksi-kontradiksi yang ada serta bagaimana mengelola kontradiksi yang ada juga terdapat pada praktik-praktik manusia itu sendiri.

(13)

Menurut Baxter (dalam West & Turner, 2010: 206) , terdapat tiga hal yang paling relevan dalam dialektika interaksi, dimana orang-orang saling berhubungan atau berkomunikasi yakni:

1. Dialektika Otonomi dan Keterikatan

Dialektika antara otonomi dan keterikatan merujuk pada keinginan-keinginan seseorang yang selalu muncul untuk menjadi tidak tergantung pada orang-orang yang penting bagi kita, dan juga menemukan keintiman dengan mereka. Atau dapat dikatakan merupakan ketegangan hubungan yang penting dengan menunjukkan keinginan-keinginan seseorang yang saling berkonflik untuk menjadi dekat maupun menjadi jauh.

2. Dialektika Keterbukaan dan Perlindungan

Dialektika Keterbukaan dan Perlindungan berfokus pada kebutuhan-kebutuhan seseorang untuk terbuka dan menjadi rentan, membuka semua informasi personal pada orang lain, serta bertindak strategis dan melindungi diri sendiri dalam komunikasi dengan orang lain. Menurut Katherin Dindia (dalam West & Turner, 2010: 208) menyatakan “dialektika interpersonal” dari pembukaan diri. Ia menyatakan bahwa pembukaan diri terjadi secara bertahap mulai dari sedikit demi sedikit hingga terbuka secara keseluruhan. Kemudian untuk perlindungan sendiri terdiri berdasarkan pemilihan topik, pengubahan waktu, penarikan diri, penyelidikan, strategi antisosial dan kebohongan.

3. Dialektika Hal yang baru dan hal yang dapat diprediksi

Dialektika ini merujuk pada konflik-konflik antara kenyamanan stabilitas perubahan. Posisi dialektika ini melihat interaksi antara kepastian dan ketidakpastian dalam hubungan.

(14)

Dalam menghadapi ketegangan atau pertentangan yang ada pada hubungan dengan orang lain baik dalam konteks persahabatan maupun tempat kerja, terdapat beberapa cara untuk mengelola dialektika yang terjadi. Baxter (Dalam West &Turner, 2010: 212) mengidentifikasi adanya empat strategi untuk mengelola hubungan atau pertentangan yaitu :

1. Cyclic alternation (Pergantian bersiklus)

Strategi pergantian bersiklus merupakan respon untuk menghadapi sebuah ketegangan yang terjadi bergantung pada perubahan waktu yang berjalan. Seiring berjalannya waktu, maka ketegangan dapat berkurang dikarenakan masing-masing pihak telah memiliki identitas yang lebih baik dan dapat memahami makna dialektika dengan baik.

2. Segmentation (Segmentasi)

Strategi segmentasi merupakan respon untuk menghadapi sebuah ketegangan yang terjadi dengan memisahkan beberapa wilayah untuk menekankan dua hal yang berbeda. Strategi ini dapat dikatakan bahwa respon dialektika dapat dikelola dengan melihat situasi dan konteks dari ketegangan yang ada.

3. Selection (Seleksi)

Strategi seleksi merupakan respon untuk menghadapi sebuah ketegangan yang terjadi dengan membuat keputusan yang menjadi prioritas atau memilih salah satu ketegangan yang perlu diselesaikan terlebih dahulu dan mengesampingkan ketegangan yang lainnya.

(15)

Strategi integrasi merupakan respon untuk menghadapi sebuah ketegangan yang terjadi dengan menggabungkan ketegangan atau dialektika yang terjadi. Terdapat tiga buah strategi dalam integrasi ini yaitu :

a. Neutralizing (Menetralisasi)

Strategi integrasi yaitu dengan diadakannya sebuah kompromi dari pihak-pihak yang berdialek dengan tujuan untuk menemukan titik tengah dalam kompromi yang dilakukan.

b. Reframing (Membingkai ulang)

Strategi integrasi yaitu dengan mengulang ketegangan-ketegangan yang ada dan mencoba untuk berpikir bahwa tidak terjadi ketegangan, namun dibutuhkan informasi yang mendukung dan menciptakan tidak adanya dialektika dalam hubungan.

c. Disqualifying (Mendiskualifikasi)

Strategi integrasi yaitu dengan melakukan kesepakatan mengenai beberapa masalah atau dialektika yang dianggap umum terkecuali beberapa hal yang memang tidak dapat dikelola atau diungkapkan.

2.2.4 Coordinated Management of Meaning Theory (Teori Manajemen Makna Terkoordinasi)

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi merupakan teori yang membahas bahwa manusia sebagai seorang aktor yang berusaha untuk bagaimana mencapai koordinasi dan memaknai atau menginterpretasi sebuah pesan yang ada pada orang lain. Teori ini juga menyebutkan adanya sebuah aturan yang disepakati bersama untuk nantinya diinterpretasikan dan aturan tersebut dijalani dalam sebuah bentuk komunikasi, dimana makna dan koordinasi dilakukan didalamnya. Seseorang mungkin saja dapat bertentangan terkait makna yang berbeda dalam

(16)

penafsirannya dan oleh karenanya komunikasi untuk membuat suatu kesepakatan menjadi bagian penting untuk memiliki persamaan makna.(West & Turner, 2010: 93)

Teori ini dianggap sebagai sebuah pendekatan komprehensif terhadap interaksi sosial yang memaknai tata cara kompleks dari tindakan dan makna yang selaras dalam komunikasi. Teori ini termasuk salah satu teori yang berorientasi pada hubungan, perputaran dan bagaimana seseorang berusaha memaknai perilaku dan pesan dari orang lain. Teori ini sangat membantu penelitian dalam melihat sebuah proses pemaknaan dan tindakan. (Littlejhon & Foss, 2009: 255)

2.2.4.1 Asumsi Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi berfokus pada diri sendiri dan hubungannya bersama orang lain. Dan Teori ini memiliki tiga asumsi yakni asumsi pertama, manusia hidup dalam berkomunikasi. Asumsi pertama ini menekankan bahwa sebuah komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Ketika seseorang bertemu dengan orang lain, maka proses komunikasi selalu berbeda dan menciptakan suatu realitas atau pemahaman akan sikap yang berbeda juga. Situai sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia dianggap terjadi karena adanya proses komunikasi didalamnya.

Asumsi kedua adalah manusia saling menciptakan realitas sosial. Pearce (dalam West & Turner, 2010: 95) menyebutkan bahwa lebih penting untuk menanyakan mengenai “apa yang kita ciptakan” dibandingkan dengan “apa yang kamu maksud”. Hal yang dimaksud ini adalah manusia memiliki sebuah kepercayaan untuk menciptakan realitas sosial dalam sebuah proses komunikasi. Realitas sosial merupakan pandangan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai dengan interaksi antar pribadinya. Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain, maka ada pengalaman yang dibawanya dan pada akhirnya hubungan komunikasi membentuk suatu realitas yang baru. Kemudian asumsi ketiga adalah transaksi informasi bergantung kepada makna pribadi dan antar pribadi. Makna pribadi merupakan makna yang dicapai oleh seseorang pada saat mereka melakukan komunikasi dengan orang lain sambil membawa pengalamannya ke dalam proses interaksi. Makna pribadi ini membantu seseorang untuk tidak hanya menemukan informasi mengenai diri

(17)

sendiri melainkan juga membantu untuk menemukan informasi terkait orang lain. Adapun makna antar pribadi merupakan kesepakatan antar kedua pihak untuk memaknai sebuah pesan atau informasi satu sama lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang dan orang lain harus berusaha untuk sering berkomunikasi memaknai pesan atau informasi untuk menciptakan interpretasi yang sama. Hal ini menjadi sedikit sulit karena adanya simbol pesan yang terkadang tidak dikomunikasikan, namun dengan dapat diberlakukannya komunikasi yang intens dan makna yang sama, maka sebuah aturan pribadi dapat berubah menjadi aturan standar dalam membina hubungan. (West & Turner, 2010: 97)

2.2.4.2 Hierarki dari Makna yang Terorganisir

Dalam Teori Manajemen Makna Terkoordinasi, manusia dianggap melakukan organisasi sebuah makna secara bertingkat dengan berusaha saling memahami satu sama lain pesan apa yang sesungguhnya disampaikan. Pearce dan Cronen (dalam West & Turner, 2010: 98-101) menjelaskan adanya 6 tingkat atau hierarki sebuah makna yakni :

1. Isi

Isi merupakan cara seseorang dalam menafsirkan sebuah makna dan mencoba mengartikan simbol-simbol kedalam bagian yang terpisah atau menyatu. Secara sederhana, isi merupakan bahan materi untuk nantinya dimaknai oleh seseorang dalam berkomunikasi.

2. Tindak Tutur

Tindak tutur merupakan cara seseorang dalam berkomunikasi misalnya bertanya, memberikan sebuah pujian dan mengancam,. Sehingga dapat dikatakan tindak tutur seperti sebuah respons terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain. Dan oleh karenanya, dalam berkomunikasi untuk menciptakan sebuah hubungan yang baik, maka tindak tutur perlu menjadi perhatian karena pemaknaan dalam setiap orang berbeda dan hal ini bertujuan untuk menghindari adanya kesalahan interpretasi.

(18)

Episode merupakan rutinitas atau kegiatan komunikasi yang dilakukan dari awal, pertengahan hingga akhir dan dapat membantu seseorang untuk menjelaskan bagaimana tindakan, sikap orang lain melalui kegiatan komunikasi yang dilakukan. Pearce (dalam West & Turner, 2010: 100) menyatakan bahwa sebuah episode menjadi hal yang tidak pasti karena setiap episode yang dimiliki seseorang memiliki perbedaan makna dan episode-episode yang terjadi begitu beragam ketika bertemu dengan orang yang sama ataupun berbeda.

4. Hubungan

Hubungan merupakan kesepakatan dan pengertian antara dua orang yang menyadari batasan dalam mencari makna dimana sebuah hubungan itu berada. Hubungan dapat dilihat pula seperti sebuah kontrak yang di masa depan, hubungan tersebut dapat bersifat baik ataupun tidak. Hubungan menciptakan adanya perbedaan baik antara atasan dan bawahan, rekan kerja, pasangan, sehingga memiliki makna berbeda ketika seseorang melakukan komunikasi.

5. Naskah Kehidupan

Naskah kehidupan merupakan kelompok-kelompok episode baik masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa cara berkomunikasi seseorang dan membina hubungan bersama orang lain, bergantung pada bagaimana cara seseorang memaknai episode yang telah terjadi dan akan menentukan bagaimana sikap dan komunikasinya bersama orang lain untuk episode berikutnya.

6. Pola Budaya

Pola budaya merupakan gambaran mengenai sebuah dunia dan bagaimana hubungan seseorang dengan hal tersebut. Hal ini berarti hubungan seseorang bersama orang lain bergantung pada bagaimana cara mereka memaknai dunia dan hal tersebut terkait dengan budaya apa yang terbentuk

(19)

sehingga hal tersebut menjadi pengalaman pada saat seseorang berkomunikasi dan berhubungan.

Melalui keenam hierarki diatas, maka seseorang dapat memahami bagaimana sebuah makna dapat dikoordinasikan dan dikelola. Pada saat melakukan komunikasi dan memaknai suatu hal, tidak dipungkiri muncul ketidakselarasan yang dapat memicu adanya pertentangan. Sehingga komunikasi tersebut hanya dapat diperbaiki ketika seseorang mampu untuk menelusuri semua perbedaan dan pertentangan yang ada dengan menggali naskah kehidupan yang telah terjadi.

2.2.4.3 Koordinasi Makna

Koordinasi makna merupakan usaha dari dua orang atau lebih untuk mengartikan sebuah pesan yang berurutan dalam percakapan mereka. Pada saat melakukan percakapan, koordinasi dapat saja tercapai, tidak tercapai atau tercapai namun dalam tingkatan tertentu. Hal ini berarti bahwa dalam memaknai sebuah pesan atau informasi dari orang lain, maka seseorang perlu menjadi pembicara atu komunikator yang baik, membuat suatu kisah yang berkaitan sehingga ketika tujuan tercapai dan kebutuhan dirasa sama, maka koordinasi sudah dikatakan baik.

Pearce (dalam West & Turner, 2010: 104) membahas mengenai bagaimana koordinasi dapat mudah dilakukan. Koordinasi akan lebih mudah untuk dipahami, pada saat seseorang tidak terlalu banyak menjelaskan, melainkan mengamati sikap dari orang lain yang berinteraksi dengan sesamanya. Pengamatan dianggap menjadi lebih baik, karena mencapai koordinasi merupakan hal yang sulit ketika setiap orang memiliki perbedaan dalam memaknai suatu hal.

2.2.4.4 Aturan dan Pola Berulang yang Tidak Diinginkan

Aturan merupakan salah satu cara untuk mengelola dan mengkoordinasikan makna yang ada. Aturan disini bukan merupakan aturan yang baku dan harus ditaati, melainkan aturan disini lebih kepada bagaimana

(20)

setiap orang mampu untuk fleksibel, memahami realitas sosial dan mengintegrasikan aturan ketika mereka memutuskan bagaimana harus bertindak dalam situasi tertentu. (West & Turner, 2010: 106)

Menurut Pearce dan Cronen (dalam West & Turner, 2010: 107) terdapat

dua jenis aturan yakni aturan konstitutif dan aturan regulatif. Aturan konstitutif merupakan bagaimana seseorang memahami sebuah peristiwa atau pesan dalam konteks yang ada. Seseorang dapat memiliki pemahaman yang berbeda terkait peristiwa yang sama karena perbedaan konteks yang menjadikan seseorang harus menciptakan makna yang berbeda dan tidak memaksa seseorang untuk berperilaku. Sedangkan aturan regulatif merupakan tindakan yang dilakukan dan penyampaian pesan yang diberikan dalam sebuah percakapan. Sehingga dapat dikatakan bahwa aturan ini merujuk pada bagaimana cara seseorang dalam menanggapi dan berperilaku.

Kemudian perbedaan dalam memaknai suatu hal dan tindakan dalam

merespons sebuah makna akan menciptakan sebuah pola komunikasi, dimana dalam hubungan terjadi permasalahan yang tidak diinginkan dan hal tersebut terjadi secara berulang. Sehingga dalam melakukan makna koordinasi sebuah pesan, perdebatan dan permasalahan dapat saja muncul dan oleh karenanya hal ini berkaitan dengan teori selanjutnya terkait pertentangan dalam hubungan.

Dalam penelitian ini, Teori Manajemen Makna Terkoordinasi tidak secara

spesifik dibahas dan digali lebih dalam karena teori ini sebagai teori pendukung yang ditemukan dalam hasil penelitian. Sehingga teori ini digunakan sebagai pengantar makna dari sebuah hubungan dan cara mengelola hubungan yang dilakukan oleh karyawan antar divisi dalam Departemen Komunikasi Bank Indonesia. Kemudian untuk Teori Dialektika Relasi sendiri akan dibahas lebih dalam untuk pengelolaan pertentangan yang terjadi dalam sebuah hubungan. Dengan adanya sebuah pertentangan dalam hubungan, juga respons yang dihadapi maka terdapat beberapa konsep yang terkait dengan pengelolaan dan penyelesaian pertentangan, salah satunya melalui sebuah dialog. Pola hubungan yang diciptakan dan komunikasi efektif untuk mengembangkan hubungan juga menjadi konsep yang mendukung untuk pengelolaan hubungan.

(21)

2.2.5 Exploring Interpersonal Communication (Mengembangkan Komunikasi AntarPribadi)

Dalam membentuk suatu hubungan komunikasi, diperlukan membuat suatu keputusan dalam menentukan kata yang akan digunakan dan tindakan dalam dunia kerja. Salah satu pembahasan dalam Exploring Interpersonal Communication ini berkaitan dengan adanya prinsip dari dialog yang juga berkaitan dengan dialektika pada bagian sebelumnya. Menurut Anderson, Cissna dan Arnett (dalam Goodall, Goodall & Schiefelbein, 2010: 109) Dialog lebih menekankan pada penemuan atau cara dibandingkan dengan menyebarkan informasi. Peter Kellet (dalam Goodall, Goodall & Schiefelbeik, 2010: 109) menerapkan gagasan dialektika relasional untuk menciptakan dialog dalam organisasi yang terdiri atas tiga hal yakni :

1. Fokus satu sama lain

Kedua pasangan dalam dialog harus menggunakan pengalamannya untuk belajar dan bertumbuh. Masing-masing komunikator secara sadar harus mencoba untuk membantu orang lain.

2. Menemukan daripada mengungkapkan

Komunikator harus mengajukan pertanyaan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang posisi, sudut pandang, dan perspektif orang lain. Hindari untuk melakukan pengungkapan diri yang dapat mengurangi penemuan akan makna.

3. Lebih tertarik pada akses daripada di dominasi

Komunikator harus menghindari strategi yang dirancang untuk merendahkan perspektif yang ditawarkan oleh orang lain. Setiap orang harus tetap terbuka untuk perbedaan pendapat, nilai-nilai, dan keyakinan. Pertukaran pembicaraan harus bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan agar tercipta saling pengertian.

(22)

Baxter (Dalam Littlejhon & Foss, 2009: 302) menyatakan “Dialog merupakan percakapan yang mendefinisikan ulang hubungan ketika hubungan muncul dalam situasi sebenarnya”. Baxter menulis bahwa hubungan adalah dialektis dan dialogis yang berarti bahwa tekanan hubungan ditangani melalui pembicaraan yang selaras. Baxter menilai adanya beberapa proses dialog sebuah hubungan yakni :

1. Hubungan dihasilkan melalui dialog

Dalam pandangan ini, melalui dialog seseorang dapat mendefinisikan hubungannya dengan orang lain. Gagasan mengenai diri sendiri, orang lain dan hubungan terbentuk dalam pembicaraan yang terjadi dalam beberapa cara. Baxter menyebut bahwa pada saat yang sama, seseorang dapat mengenali perbedaan antara dirinya dan orang lain dalam hubungan.

2. Dialog menghasilkan sebuah kesempatan untuk mencapai sebuah persatuan dalam perbedaan.

Melalui dialog, seseorang dapat mengatur dinamika pertentangan yang ada pada dirinya dan bersama-sama mengatur pertentangan yang ada melalui pemahaman secara bersama.

3. Dialog adalah wacana.

Sebuah gagasan bahwa praktik dan estetika bukanlah sesuatu yang langsung ada, tetapi perlu adanya komunikasi. Baxter mengingatkan bahwa dialog adalah percakapan, dimana hubungan itu tidak pernah tunggal, tetapi merupakan proses maju mundur yang berjalan seiring dengan waktu.

2.2.6 Pola Hubungan

Pola hubungan merupakan aturan bersama yang telah dikembangkan oleh orang-orang yang terlibat dalam sebuah hubungan. Pada saat hubungan berkembang, maka pola komunikasi atau karakter sebuah komunikasi juga berkembang. Dalam Ruben(2006:261-263)

(23)

terdapat beberapa pola komunikasi guna mengembangkan atau mengurangi sebuah hubungan yakni :

1. Supportive and Defensive Climates

Pola komunikasi dapat menciptakan sebuah iklim, dimana iklim dan perilaku dapat dicirikan secara berkala mulai dari yang sifatnya mendukung hingga defensif. Iklim mendukung cenderung dicirikan dengan pola komunikasi yang lebih banyak menjelaskan atau mengevaluasi dibandingkan dengan menghakimi seseorang, fokus dalam menyelesaikan masalah, bersikap empati dan cepat dalam merespons suatu masalah. Sedangkan iklim yang bersifat defensif terlihat dari pola komunikasi yang dibentuk dengan selalu menghakimi orang lain, mengontrol perilaku orang lain, menegaskan apa yang ada dalam benak seseorang.

2. Dependencies and Counterdependencies

Dalam sebuah hubungan yang terjadi, terdapat dinamika antara ketergantungan dan kontra ketergantungan. Hubungan ketergantungan ada ketika satu individu dalam hubungan yang sangat tergantung pada yang lain untuk memenuhi kebutuhan dan individu cenderung akan mengandalkan orang lain dalam berbagai keadaan yang tak berhubungan. Sedangkan kontra ketergantungan merupakan suatu pola hubungan yang tidak bergantung pada orang lain, dengan menunjukkan bentuk komunikasi yang percaya diri, yakin namun pada dasarnya di dalam diri individu tersebut tetap merasa adanya keraguan. Kontra ketergantungan juga dapat diartikan sebagai kondisi individu yang berhubungan dengan orang lain namun bukan karena bergantung, melainkan adanya topik atau pesan yang sesuai.

3. Progressive and Regressive Spirals

Pada saat tindakan individu dalam hubungan bersifat konsisten dengan tujuan serta kebutuhan, maka hubungan akan progresif

(24)

dalam peningkatan secara terus menerus menjadi harmonis dan puas. Dalam hubungan yang progresif ini, pengolahan umpan balik dari interaksi makna menyebabkan rasa positif dalam pengalaman mereka. Sedangkan pola hubungan juga dapat berubah karenan berkurangnya kepuasan dan harmoni. Hal ini dikarenakan hubungan regresif yakni meningkatnya ketidaknyamanan, ketidakpuasan, frustasi pada saat berkomunikasi dengan orang lain.

2.2.7 Communicating in Developing Relationships (Komunikasi dalam Mengembangkan hubungan)

Komunikasi AntarPribadi berkembang dan menciptakan hubungan yang baik bergantung pada bagaimana seseorang dapat mengembangkan dan mengelola komunikasi yang dilakukan. DeVito(2013: 247) memberikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola dan mengembangkan komunikasi untuk menciptakan hubungan yang efektif yaitu :

1. Bersikap baik

Komunikasi dapat dilakukan secara sopan, penuh senyum, bersahabat, berbagi pengalaman masa depan bersama-sama.

2. Berkomunikasi

Mulailah dengan komunikasi kecil seperti mengucapkan salam yang pada akhirnya dapat membangun hubungan awal. Ketika berkomunikasi, katakan segala sesuatu secara jujur dan terbuka dalam hubungan dan bagikan perasaan yang ada pada diri anda.

3. Terbuka

Ketika berada dalam situasi diskusi, maka lebih baik banyak mendengarkan orang lain, berikan saran yang membuat orang lain merasa nyaman.

(25)

4. Memberi Kepastian

Ketika membina hubungan, buatlah hubungan yang pasti dan meyakinkan seperti nyatakan pentingnya keberadaan orang lain sehingga orang lain merasa bahwa anda mengakui keberadaannya.

5. Berbagi aktivitas bersama

Dalam mengelola hubungan yang baik, habiskan waktu bersama dengan orang lain seperti berolahraga, mengunjungi beberapa teman, perayaan ulang tahun.

6. Bersikap positif

Buatlah sebuah bentuk interaksi atau komunikasi yang menyenangkan dan tidak bermusuhan kepada orang lain. Anda dapat juga menghindari sesuatu yang dapat memicu perdebatan.

7. Fokus dalam meningkatkan diri sendiri

Ketika membina hubungan dengan orang lain, seseorang tidak hanya memikirkan bagaimana menyenangkan orang lain melainkan juga bagaimana dirinya sendiri dapat menjadi baik, positif dan disenangi.

8. Bersikap empati

Merupakan pemahaman terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain dan menunjukkan adanya kesamaan dalam diri dengan apa yang dirasakan oleh orang lain.

2.2.8 Public Relations

2.2.8.1 Definisi Public Relations

Menurut John E.Marston (dalam Nurjaman & Umam, 2012: 105) definisi Public Relations menjadi lebih spesifik adalah seni untuk membuat perusahaan anda disukai dan dihormati oleh para karyawan, konsumen, dan penyalurnya. Definisi yang berkaitan dengan manajemen dikeluarkan oleh Public Relations News, yaitu “Public Relations adalah fungsi manajemen yang melakukan evaluasi terhadap

(26)

sikap-sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur seseorang/perusahaan terhadap publiknya, menyusun rencana, serta menjalankan program komunikasi untuk memperoleh pemahaman dan penerimaan publik”.

“Public Relations is the management function that establish and maintains mutually beneficial relationships between an organization and the publics on whom its success or failure depends”.(Cutlip, Center & Broom, 2013: 29).

Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi.

Dalam pemahaman ini, Public Relations dikaitkan dengan fungsi manajemen, dan diyakini bahwa setiap organisasi akan berhubungan dengan publik baik internal maupun eksternal, sehingga Public Relations akan melaksanakan fungsi manajemen dalam rangka menciptakan keuntungan namun dapat juga merugikan organisasi, jika tidak dikelola dengan baik.

Sebuah satuan tugas bentukan “PRSA”, Public Relations Society of America, mengemukakan bahasan mengenai Public Relations yakni “Public Relations adalah upaya organisasi untuk meraih kerja sama dengan sekelompok orang. Public Relations membantu organisasi berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dengan publik utama mereka”. (Butterick, 2012: 9)

Public Relations berdasarkan pemahaman teori yang disampaikan beberapa ahli, maka dapat dirumuskan bahwa Public Relations adalah pihak yang mampu bekerja sama dengan pihak lain dalam organisasi guna merencanakan, menyusun strategi maupun membina hubungan. Keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh Public Relations adalah untuk kepentingan organisasi baik publik internal maupun eksternal, untuk memperoleh dampak positif bagi organisasi.

(27)

2.2.8.2 Tujuan Public Relations

Menurut Rosady Ruslan (dalam Nurjaman & Umam, 2012: 113) menyebutkan bahwa tujuan Public Relations adalah sebagai berikut :

1. Menumbuhkembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik eksternal atau masyarakat dan konsumen;

2. Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan perusahaan;

3. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan Public Relations; 4. Efektif dalam membangun pengenalan merk dan pengetahuan merk; 5. Mendukung bauran pemasaran.

2.2.8.3 Fungsi Public Relations

Menurut Nurjaman & Umam (2012: 114-115) dalam bukunya Komunikasi & Public Relations membahas banyak fungsi Public Relations menurut beberapa pandangan salah satunya adalah Maria(2002: 31) yang menyatakan fungsi Public Relations, yaitu sebagai berikut :

1. Kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada umumnya.

2. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak.

3. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan suatu organisasi atau perusahaan. Organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana, yang kondusif dan menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas yang bisa dicapai secara optimal.

4. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.

(28)

Berdasarkan pemaparan teori dan konsep yang ada, maka Komunikasi AntarPribadi merupakan pertukaran informasi atau pesan yang terjadi antara satu orang dengan orang lain dalam berbagai konteks dan menciptakan sebuah Hubungan AntarPribadi yang dapat terus berlanjut atau berhenti bergantung pada bagaimana cara seseorang mengelola hubungannya. Teori Manajemen Makna Terkoordinasi merupakan teori yang membahas mengenai bagaimana seseorang dalam melakukan hubungan komunikasi terdapat suatu proses memahami sebuah pesan yang bertujuan untuk menciptakan persamaan makna, agar hubungan dapat terus berjalan baik tanpa adanya perbedaan makna. Selain itu teori ini juga menjelaskan bagaimana seseorang harus mengatur tindakannya dan memahami perbedaan konteks yang ada.

Dalam memaknai sebuah hubungan, pertentangan ternyata juga menjadi bagian yang tidak dapat dihilangkan dalam mengelola sebuah hubungan. Teori Dialektika Relasional merupakan teori yang memaparkan bahwa dalam Hubungan AntarPribadi terdapat ketegangan yang ada pada diri individu dan dibawa ketika berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi AntarPribadi menjadi penting karena dalam ketegangan yang terjadi, dibutuhkan pengelolaan ketegangan yang dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Kemudian adanya konsep dialog yang merupakan salah satu cara dalam mengelola pertentangan yang ada yakni melalui beberapa cara komunikasi yang baik dengan tidak hanya memikirkan diri sendiri.

Pola hubungan juga tercantum, dimana hubungan terkait dengan cara berkomunikasi. Seiring dengan berjalannya waktu, hubungan dapat berubah bergantung pada bagaimana cara seseorang dalam membentuk pola komunikasi. Kemudian konsep komunikasi dalam mengembangkan hubungan berisi mengenai bagaimana cara komunikasi yang efektif untuk dapat mengembangkan sebuah hubungan yang baik.

Konsep terakhir Public Relations disebutkan bahwa Public Relations merupakan sebuah seni dan bagaimana menjembatani

(29)

antara organisasi dengan publik baik internal maupun eksternal guna menciptakan persamaan makna dan tujuan organisasi.

Bila dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan yakni pengelolaan harmonisasi karyawan antar divisi oleh Departemen Komunikasi Bank Indonesia, maka teori dan konsep yang digunakan memiliki kaitan. Teori Manajemen Makna Terkoordinasi membahas mengenai makna sebuah pesan, dimana penelitian yang dilakukan mencoba mengetahui bagaimana para karyawan dalam memaknai hubungannya dan bertindak untuk mengelola hubungan. Teori Dialektika Relasional membahas mengenai ketegangan dalam Hubungan AntarPribadi. Pada fenomena yang ada di lapangan, ditemukan bahwa Komunikasi AntarPribadi dalam hubungannya baik antar karyawan maupun antar divisi, terkait dengan masalah saling tumpang tindih dalam komunikasi sehingga menimbulkan ketegangan dalam Hubungan AntarPribadi. Kemudian dialog, pola hubungan dan komunikasi dalam mengembangkan hubungan menjadi beberapa cara untuk mengetahui dan mendukung konsep pengelolaan hubungan yang dilakukan dalam Departemen Komunikasi.

Departemen Komunikasi sebagai Humas(Public Relations) tentu terkait dengan bagaimana mengelola hubungan baik internal maupun eksternal. Dengan berfokus pada pengelolaan hubungan karyawan antar divisi, maka konsep Public Relations tidak dapat terlepas dalam penelitian. Berdasarkan penelitian atau masalah yang ingin diteliti, maka teori dan konsep yang digunakan dirasa sesuai untuk mendukung penelitian yang dilakukan.

(30)

2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Pentingnya mengembangkan

Komunikasi AntarPribadi dalam menciptakan Hubungan AntarPribadi yang harmonis dalam organisasi.

Departemen Komunikasi Bank Indonesia sebagai Humas mengelola Hubungan untuk menciptakan harmonisasi, sebagai bagian profesionalisme

Interpretasi hasil penelitian, pembahasan, dan Laporan Penelitian. - Teori Dialektika Relasi

- Teori Manajemen Makna Terkoordinasi - Dialog

- Pola Hubungan

- Komunikasi dalam Mengembangkan Hubungan

- Public Relations

- Pendekatan kualitatif - Jenis penelitian deskriptif

- pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi

(31)

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

(4) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata,

Pada hakikatnya sains adalah ilmu pengetahuan atau kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori yang dibentuk melalui proses kreatif yang sistematis melalui inkuari

  Misi  Pertama  berkaitan  dengan  aktualisasi  peran  Perwakilan  BPKP  Provinsi  Sulawesi  Selatan  sebagai  Auditor  Presiden  dalam  melaksanakan  pengawasan 

Sebaliknya individu yang memiliki tingkat pe- ngetahuan tentang agama yang rendah akan melakukan perilaku seks bebas tanpa berpikir panjang terlebih dahulu sehingga

Dengan adanya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Cipta Karya diharapkan Kabupaten dapat menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk

Uskup mempunyai kepenuhan sakramen tahbisan, maka ia menjadi “pengurus rahmat imamat tertinggi”, terutama dalam Ekaristi… Gereja Kristus sungguh hadir dalam jemaat beriman

Suplemen berenergi termasuk salah satu suplemen makanan atau minuman yang terdiri dari komponen multivitamin, makronutrien (karbohidrat, protein), efedrin, taurin,

Dari hasil pengujian sistem penggunaan teknologi computer vision yang digunakan untuk mengenali sampah dibawah laut bisa dimplementasikan dengan menguji jenis