• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR - Multipoint data logger of radioactive counter - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TUGAS AKHIR - Multipoint data logger of radioactive counter - USD Repository"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

Program Studi Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma

disusun oleh

ANTONIUS WAHYU PRIYONO

00 5114 041

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

to Obtain the SARJANA TEKNIK Degree

in Electrical Engineering

By

ANTONIUS WAHYU PRIYONO

00 5114 041

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

DEPARTMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING

FACULTY OF ENGINEERING

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)

iv

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Juli 2007

Penulis

(6)

v

G loire à D ieu seul! S on n om rayon ne en ses ou vrages

Il porte dan s sa m ain l’un ivers réu n i

Il m it l’étern ité par-d elà tou s les âges

P ar-delà tou s les cieu x il jeta l’in fini

Il a dit au chaos sa parole fécon de

E t d’u n m ot de sa voix laissé tom ber le m onde!

L ’archange au près de lu i com pte les n ation s;

Q uan d, des jou rs et des lieu x fran chissant les espa ces,

Il dispense au x siècles leu rs races

(7)

vi

LCD, buzzer, keypad dan modul tranceiver RS-485. dengan menggunakan AVR AT90S2313 dan penampil LCD menggunakan HD44780U Hitachi sehingga alat ini cukup kecil dan mudah untuk mengoperasikannya. Alat ini akan menampilkan hasilnya pada LCD setiap menitnya dam satuan counts/minute (CPM).

(8)

vii

buzzer, a keypad and RS-485 transceiver module. Based upon the AVR AT90S2313 and the LCD display used HD44780U (LCD-II) from Hitachi make it small enough and easier to operate it. It will show the result on LCD display every minute in counts/minute (CPM) unit.

(9)

viii

karena atas limpahan kasih dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dan terlibat dalam

penyelesaian laporan tugas akhir dan selama masa kuliah. Terima kasih kepada

Ibu Ir. Th. Prima Ari Setiyani, M.T. selaku dosen pembimbing 1 yang telah

memberikan bimbingan, saran dan solusi, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini.

Terima kasih juga kepada Bapak Bayu Primawan, S.T., M.Eng. selaku

Ketua Jurusan Teknik Elektro dan seluruh dosen Jurusan Teknik Elektro USD

yang telah memberikan banyak pelajaran berharga selama masa kuliah. Terima

kasih kepada Pak Djito yang dengan sabar telah banyak membantu penulis dalam

hal administrasi. Mas Sur, Mas Broto, Mas Mardi dan segenap staf serta karyawan

Fakultas Teknik USD, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih.

Penulis juga ingin menyampaikan “my deep gratitude goes to my beloved

mother for offering her love, support, and guidance throughout the years. My

deeply gratitude also goes to my late father, I am sure that he always prays for me

and watches over me from heaven. You are always in my heart. My gratitude also

goes to my late uncle, K.R.T Mandoyonegoro for his incredible love and support.

You have taught me to see the life with dignity. For my sibling, I love you.”

Seluruh teman-teman Jurusan Teknik Elektro USD, khususnya angkatan

2000, “pour vos bienveillances et aides, ensemble et souvenirs, merci beaucoup.

Surtout Titus, Bambang et Leo, vous êtes mes cher amis.”

Kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan laporan

tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu penulis ingin

(10)

ix

(11)

x

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTO HIDUP ... v

INTISARI... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Tujuan dan Manfaat ... 3

1.5 Metodologi Penelitian ... 3

1.6 Sistematika Penulisan... 4

BAB II DASAR TEORI 2.1 Radioaktivitas dan Pengukuran Radiasi Radioaktif... 6

2.1.1 Pendahuluan ... 6

2.1.2 Hukum Statistik Peluruhan Radioaktif ... 6

2.1.3 Peluruhan Gamma ... 8

2.1.4 Peluruhan Alfa... 9

2.1.5 Peluruhan Beta dan Netrino ... 10

(12)

xi

2.1.8.3 Mengukur Besaran Radioaktif dari Hasil Cacahan... 22

2.1.8.4 Inverse Square Law... 22

2.2 Mikrokontroler AVR AT90S2313 ... 24

2.2.1 Arsitektur Mikrokontroler AVR AT90S2313... 24

2.2.2 Instruksi pada Mikrokontroler AVR AT90S2313... 26

2.2.3 Mode Pengalamatan Memori dan program AT90S2313... 26

2.2.4 Periperal-periperal Mikrokontroler AVR AT90S2313... 27

2.2.4.1 2 Kilos Bytes In-System Programmable Flash... 27

2.2.4.2 128 Bytes SRAM ... 27

2.2.4.3 128 Bytes In-System Programmable EEPROM... 28

2.2.4.4 Timer/Counter ... 28

2.2.4.5 128 Bytes In-System Programmable EEPROM... 29

2.2.4.6 SPI Serial Interface untuk In-System Programming... 29

2.2.4.7 On-chip Osilator ... 30

2.2.4.8 Periperal dan Kemampuan Lain AT90S2313 ... 30

2.3 Port Serial ... 30

2.3.1 Karakteristik Port Serial... 30

2.3.2 Modem Null ... 32

2.4 SN75176 RS-485 Driver ... 33

2.4.1 Deskripsi Umum... 33

2.4.2 Karakteristik SN75176 ... 34

2.5 Modul LCD (Liquid Crystal Display) M1632... 35

2.6 Operational Amplifier LM358 Sebagai Inveerting ... 36

2.7 Visual Basic 6 ... 37

2.7.1 Sekilas Visual Basic 6 ... 37

2.7.2 Keistimewaan Visual Basic 6... 38

(13)

xii

3.2.1 Perancangan Pencacah... 44

3.2.2 Perancangan Line Driver PC... 48

3.3 Perancangan Perangkat Lunak... 49

3.3.1 Perancangan Program Untuk Mikrokontroler... 49

3.3.1.1 Perancangan Program Utama Pada Mikrokontroler ... 49

3.3.1.2 Subroutine Delay untuk Inisialisasi LCD ... 53

3.3.1.3 Rutin Interupsi Penerimaan Data UART ... 55

3.3.1.4 Rutin Interupsi Timer0 Overflow ... 57

3.3.1.5 Rutin Interupsi Timer 1 Overflow ... 58

3.3.2 Perancangan Program Visual Basic 6 dan Basis Data... 59

3.3.2.1 Pemodelan Use Case (Use Case Modelling) ... 59

3.3.2.2 Context Diagram... 61

3.3.2.3 Diagram Berjenjang ... 61

3.3.2.4 Diagram Arus Data (DAD) ... 62

3.3.2.5 Kamus Data ... 63

3.3.2.6 Diagram Entity Relationship (E-R Diagram) ... 69

3.3.3 Perancangan Anter Muka... 70

3.3.3.1 Layout ... 70

3.3.3.2 Menu dan Fungsi ... 73

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan Perangkat Lunak... 76

4.2 Hasil dan Pembahasan Perangkat Keras ... 82

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 85

(14)

xiii

Lampiran 2 Firmware... 90

Lampiran 3 Software... 99

Lampiran 4 Table’s Printout... 131

Lampiran 5 Data Sheet AT90S2313 Summary ... 132

Lampiran 6 Data Sheet HD44780U (LCD-II)... 142

(15)

xiv

Tabel 2.2 Sensitivitas dari Beberapa Tabung Geiger-Müller ... 23

Tabel 2.3 Fungsi Alternatif Port B ... 28

Tabel 2.4 Fungsi Alternatif Port D ... 28

Tabel 2.5 Pin Konektor D25 dan D9 ... 31

Tabel 2.6 Fungsi Pin-Pin... 32

Tabel 2.7 Fungsi Pin Modul LCD M1632 ... 36

Tabel 3.1 Fungsi Keypad Matriks 4x4... 45

Tabel 3.2 Fungsi Register TCCR0 ... 51

Tabel 3.3 Menu Bar pada Perangkat Lunak... 71

(16)

xv

Gambar 2.2 Skema Tabung G-M ... 16

Gambar 2.3 Rangkaian Pencacah G-M Secara Umum... 16

Gambar 2.4 Dead time dari tabung G-M (waktu dalam Sec) ... 17

Gambar 2.5 Proses Ionisasi ... 18

Gambar 2.6 Polarisasi Ion-Ion ... 18

Gambar 2.7 Aliran Elektron ke Pencacah... 19

Gambar 2.8 Pembentukan Kembali Atom ... 19

Gambar 2.9 Diagram Blok AT90S2313 ... 25

Gambar 2.10 Konfigurasi Pin AT90S2313... 29

Gambar 2.11 Koneksi Osilator... 30

Gambar 2.12 Diagram Penyambungan Modem Null ... 33

Gambar 2.13 Konfigurasi Pin SN75176 ... 34

Gambar 2.14 Koneksi SN75176 Untuk Komunikasi Half-Duplex ... 35

Gambar 2.15 Modul LCD M1632 ... 35

Gambar 2.16 Inverting Circuit ... 37

Gambar 2.17 LM 358 ... 37

Gambar 3.1 Diagram Kotak Sistem Basis Data Pengukuran Radioaktif... 42

Gambar 3.2 Diagram Kotak Pencacah... 43

Gambar 3.3 Layout Jendela Utama Program PC ... 43

Gambar 3.4 Rangkaian Penggerak Modul LCD ... 44

Gambar 3.5 Rangkaian Key Pad Matrik 4x4 ... 46

Gambar 3.6 Line Driver Pada Pencacah... 46

Gambar 3.7 Rangkaian Driver Speaker... 47

Gambar 3.8 IC MAX 232 ... 48

Gambar 3.9 Rangkaian Line Driver PC... 49

Gambar 3.10 Diagram Alir Program Utama Mikrokontroler ... 50

(17)

xvi

Gambar 3.16 Diagram Use Case ... 60

Gambar 3.17 Context Diagram Sistem... 61

Gambar 3.18 Diagram Berjenjang... 62

Gambar 3.19 Overview Diagram ... 62

Gambar 3.20 Level 0 Cetak Laporan Data... 63

Gambar 3.21 Diagram Level 1 Dari Proses 2... 63

Gambar 3.22 Diagram Entity Relationship dari Sistem... 69

Gambar 3.23 Logical Design Setelah Proses Normalisasi ... 70

Gambar 3.24 Layout Jendela Tabel ... 72

Gambar 3.25 Layout Jendela Grafik... 73

Gambar 3.26 Layout Jendela Options... 75

Gambar 4.1 Jendela Utama ... 76

Gambar 4.2 Menu Connection ... 77

Gambar 4.3 Kotak Dialog Koneksi Gagal ... 77

Gambar 4.4 Menu Tools ... 78

Gambar 4.5 Jendela Device Option ... 79

Gambar 4.6 Data Yang Disimpan Selama 10 Menit ... 79

Gambar 4.7 Jendela Tabel... 80

Gambar 4.8 Jendela Grafik ... 80

Gambar 4.9 Jendela Print Preview... 81

Gambar 4.10 Jendela Tabel Kosong... 82

(18)

1 1.1. Latar Belakang

Di dalam kehidupan sehari-hari informasi sangat penting bagi

kehidupan manusia, terlebih informasi dalam dunia industri dan penelitian.

Informasi atau data yang tersusun dan tersimpan dalam sebuah basis data

yang baik sangat menentukan kemajuan, keberhasilan dan keamanan

kegiatan industri dan penelitian tersebut. Sebab dari data tersebut dapat

diketahui apakah suatu proses dalam industri atau penelitian sudah sesuai

dengan apa yang diharapkan, dapat diketahui juga kemajuan atau

ketidakberesan dalam proses tersebut.

Salah satu data yang penting untuk diperhatikan adalah data

mengenai tingkat radiasi radioaktif karena hal ini menyangkut keamanan

dan keselamatan makhluk hidup termasuk manusia di dalamnya. Memang

sekarang telah banyak alat ukur dan alat deteksi radioaktif tetapi

kebanyakan dari alat tersebut hanya mampu memberikan data yang

bersifat real time (terjadi saat itu), tidak dapat menyimpan data dan

kemudian menampilkannya lagi. Meskipun saat ini telah ada alat-alat yang

mampu mengukur dan menyimpan data radiasi radioaktif tetapi harganya

relatif masih mahal.

Seiring dengan perkembangan teknologi PC (personal computer)

dan mikrokontroler dapat dibuat sebuah alat yang mampu menyimpan data

dari pencacah dan detektor radioaktif dangan harga relatif lebih murah.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah

membangun sebuah sistem yang mampu mengolah sinyal-sinyal electrik

(19)

akhir ini maksimal 4 detektor, kemudian menampilkan hasil cacahan dan

menyimpannya dalam basis data pada sebuah PC

1.3. Batasan Masalah

Membangun alat pengukur radioaktifitas yang dikendalikan oleh

mikrokontroler AVR AT90S2313 yang akan tersambung dengan pencacah

geiger-müller. Alat terdiri dari unit penampil berupa matriks LCD (Liquid

Crystal Display) 2x16 karakter, keypad kontrol yang berfungsi untuk

memilih mode berdiri sendiri atau terintegrasi dengan PC, line driver yang

menggunakan standar RS-485 dan mikrokontroler AT90S2313. Dengan

menggunakan standar RS-485 memungkinkan pengamat dan detektor

berada pada jarak yang cukup jauh sekitar 1 km, hal ini cukup memberikan

jarak yang aman untuk pengamatan suatu aktivitas radioaktif yang

berbahaya bagi keselamatn pengamat. Selain itu dengan menggunakan

RS-485 memnungkinkan seorang pengamat dapat mengawasi banyak titik.

Dalam penelitian ini memungkinkan pengamat mengamati sebanyak 4

buah titik.

Program pada PC menggunakan Visual Basic 6, program ini akan

menyimpan hasil cacahan dari pencacah dalam basis data berbentuk table

dan dapat juga ditampilkan dalam bentuk grafik. Program ini akan

menyimpan hasil cacahan sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh user,

mulai dari awal cacahan sampai cacahan terakhir. Program dapat

mengubah besaran CPM menjadi besaran exposure sesuai dengan

persamaan yang diberikan oleh pengguna dengan mengacu pada

spesifikasi tabung geiger müller.

Alat pencacah apabila tidak disambungkan dengan

komputer bisa digunakan sebagai pencacah radioaktif yang berdiri sendiri.

Saat sebagai alat yang berdiri sendiri pencacah tersebut hanya dapat

menampilkan cacahan saat itu. Cacahan akan ditampilkan setiap menit,

pada saat ada cacahan/data baru pencacah akan memberikan sinyal

(20)

1.4. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini adalah membangun suatu sistem basis

data yang dapat menyimpan data dari detektor radioaktif dan

menampilkannya kembali dalam bentuk hard copy ataupun soft copy

sehingga dapat berguna untuk penelitian dan pengawasan.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah pengembangan sebuah sistem

dengan pendekatan terstruktur sesuai dengan paradigma classic life

(waterfall) yang meliputi:

1. Rekayasa Sistem:

Pada tahap ini yang dilakukuan adalah mengumpulkan

data-data yang mendukung dan merencanakan sistem yang

akan dibuat dan menginventaris kebutuhan-kebutuhan pada

level sistem.

2. Analisis:

Menentukan secara pasti kebutuhan akan hardware maupun

software. Dalam hal ini mempersiapkan microkontroler dan

perangkat keras lainnya, menentukan perangkat lunak yaitu

AVR Studio 4 dan Visual Basic 6. Menentukan tujuan dan

batasan sistem.

3. Perancangan

Pada tahap ini hardware mulai dirancang dan kerangka

software mulai dirancang sesuai dengan hardware.

4. Implementasi

Pada tahap implementasi ini program dirancang secara

detaildan diimplementasikan ke hardware. Program terdiri

dari firmware, interface dan database. Software yang

digunakan untuk membuat firmware adalah AVR Studio 4

(21)

5. Pengujian:

Dalam fase pengujian ini akan dilakukan pemeriksaan

hardware dan software apakah sudah sesuai dengan yang

diinginkan.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan skripsi terdiri dari bab I sampai bab V, yaitu

dengan sususnan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan mengenai permasalahan yang akan dijadikan topik

untuk tugas akhir. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, metode

penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II DASAR TEORI

Bab ini secara khusus menjelaskan brbagai teori yang

berhubungan dengan analisis dan perancangan pembuatan tugas

akhir. Penjelasan teori antara lain meliputi: teori radioaktif,

tabung giger-müller, mikrokontroler AT90S2313, RS 232, RS

485, Visual Basic 6 dan SQL Server 2000.

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS DAN

IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK

Bab ini berisi analisis, perancangan dan penjelasan secara rinci

mengenai proses perancangan perangkat keras dan implementasi

perangkat lunak sesuai dengan analisis dan perancangan yang

dikembangkan.

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI

Bab ini memuat tentang analisis hasil pengujian alat dan

(22)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memberi kesimpulan yang diperoleh dari keseluruhan

proses pembuatan skripsi ini, serta beberapa saran pengembangan

(23)

6

2.1 Radioaktivitas dan Pengukuran Radiasi Radioaktif

2.1.1 Pendahuluan

Radioaktivitas didefinisikan sebagai pemancaran sinar radioaktif

secara spontan oleh inti-inti tidak stabil menjadi inti yang lebih stabil.

Ketika peluruhan inti pertama kali diselidiki, hasil-hasil peluruhannya

diberi nama sinar-γ, partikel-α, partikel-β- dan partikel-β+. Kemudian barulah disadari bahwa hasil-hasil peluruhan ini bukanlah wujud-wujud

baru, tetapi bahwa sinar-γ adalah foton berenergi tinggi, partikel-α adalah

inti helium, partikel-β- adalah elektron, dan partikel-β+ adalah positron.

2.1.2 Hukum Statistik Peluruhan Radioaktif

Dalam sebuah peluruhan radioaktif yang khas, sebuah inti pada

mulanya tidak stabil, yang disebut induk (parent), P, memancarkan sebuah

partikel dan meluruh menjadi sebuah inti yang disebut anak (daugther), D.

Inti anak ini dapat berupa inti yang sama pada keadaan energi yang lebih

rendah, seperti halnya dalam peluruhan-γ, atau sebuah inti yang baru, yang

muncul dari peluruhan-α dan β. Semua peluruhan inti mengikuti aturan

peluruhan radioaktif yang sama. Jika pada awalnya terdapat N0 inti induk

tidak stabil, maka jumlah inti induk N yang tersisa setelah selang waktu (t)

adalah

N = N0e-λt (2.1)

Tetapan λ disebut tetapan peluruhan (decay constant) atau tetapan

disintegrasi (disintegration constant) yang bergantung pada jenis proses

(24)

Persamaan (2.1) adalah suatu hukum statistik, bukan deterministik

(tertentu pasti), yang memberikan jumlah harap N (expected number N)

dari inti-inti induk yang masih ada setelah selang waktu t. Tetapi, jika N0

sangat besar (sebagaimana biasanya berlaku dalam praktek), maka beda

antara jumlah inti induk yang masih ada dan jumlah yang diharapkan

berbeda tidak lebih dari beberapa kelipatan pecahan dari N0.

Laju peluruhan suatu cuplikan (sample) radioatif terteentu biasanya

diukur oleh waktu paronya (half-life), T1/2, yang didefinisikan sebagai

selang waktu dalam jumlah inti induk pada saat awal menjadi tinggal

separohnya. Waktu paro ini dapat dinyatakan langsung dalam λ sebagai

T1/2 = λ λ

693 . 0 2 ln

= (2.2)

Besaran lain yang mengukur kelajuan peluruhan sebuah cuplikan

inti adalah waktu hidup rata-rata (average or mean lifetime) sebuah inti,

Tm, yang diberikan oleh

Tm =

2 ln 1 T1/2

=

λ (2.3)

Hukum yang melukiskan pertambahan intik anak, dengan

anggapan bahwa mereka stabil, diperoleh dari persamaan 2.1 sebagai

berikut

NA = N0 N = N0 (1 – e-λt) (2.4)

Aktivitas (activity) sebuah cuplikan radioaktif didefinisikan

sebagai besar laju disintegrasi

Aktifitas =

dt dN

(25)

Satuan laju disintegrasi ini, atau aktifitas, adalah curie, yang didefinisikan

sebagai 1 Ci = 3.7 x 1010 disintegrasi per detik. Dalam satuan standar internasional (SI) besaran yang digunakan adalah becquerel (Bq), dimana

1 Bq adalah peluruhan satu atom setiap detik.

2.1.3 Peluruhan Gamma

Dalam peluruhan gamma, sebuah inti yang mula-mula berada

dalam dalam keadaan eksitasi melakukan transisi ke suatu keadaan energi

yang lebih rendah, dan dalam proses ini sebuah foton dipancarkan, yang

disebut sinar-γ. Diketahui bahwa energi sinar-γ ini tidak kontinu tetapi

diskret. Energi foton sinar-γ ini diberikan oleh persamaan yang lazim

hv =Eu – El (2.6)

Tetapi berbeda dengan foton-foton yang dipancarkan dalam

transisi-transisi atom, yang energinya berada dalam orde eV, jangkauan energi

sinar-γ adalah dari puluhan keV hingga MeV.

Karena foton sinar-γ tidak bermuatan dan bermassa, maka muatan

dan bilangan atom ini tidak berubah dalam proses peluruhan gamma. Jika

inti yang tereksitasi ini diberi notasi (ZA)*, maka suatu peluruhan gamma menuju ke keadaan dasar dapat ditulis secara simbolik sebagai

(ZA)* → (ZA + γ)

Pada umumnya inti tereksitasi yang mengalami peluruhan gamma

memiliki waktu-paro singkat yang tak terukur dalam orde 10-14 det, yang mana lebih kecil daripada waktu paro keadaan eksitasi elektronik. Tetapi,

terdapat pula keadaan eksitasi beberapa inti yang waktu-paronya sangat

lama sehingga dapat diukur. Inti-inti yang tereksitasi ini disebut isomer

(26)

2.1.4 Peluruhan Alfa

Dalam peluruhan alfa, sebuah partikel-α dipancarkandari sebuah

inti. Oleh karena sebuah partikel-α adalah sebuah inti helium, maka inti

induknya kehilangan dua proton dan dua netron. Oleh karena itu, nomor

atom Z-nya berkurang sebanyak dua satuan sedangkan nomor masanya

berkurang sebanyak empat satuan, sehingga inti anak, D, dan inti induk, P,

merupakan unsur-unsur kimia yang berbeda. Dengan menerapkan hukum

kekekalan muatan dan nukleon, maka peluruhan alfa ini dapat dituliskan

secara simbolik sebagai

He D P ZA

A Z

4 2 4

2 +

→ −

− (2.7)

Dalam sebuah sistem yang inti induknya diam, maka dari

kekekalan energi kita dapati bahwa

Mpc2 = MDc2 + Mα c2 + KD + Kα (2.8)

Dengan c adalah kelajuan cahaya, KD dan Kα berturut-turut adalah energi

kinetik inti anak dan partikel-α, sedangkan MP, MD, dan Mα adalah

berturut-turut massa diam inti induk, anak dan partikel-α. Karena energi

kinetik tidak pernah negatif, maka peluruhan alfa hanya dapat terjadi jika

Mp ≥ MD+ Mα (2.9)

Di samping energi, momentum juga harus kekal. Karena hanya

terdapat dua partikel yang dihasilkan dalam proses peluruhan alfa, maka

kedua hukum kekekalan ini menentukan secara unik energi kinetik (dan

momentum) partikel-α dan inti anak. Jika inti induk yang bernomor massa

A meluruh dalam keadaan diam, maka energi partikel-α ditunjukan pada

(27)

Kα = Q

A A

     4

(2.10)

Dengan energi disintegrasi Q adalah energi total yang dilepaskan dalam reaksi:

Q = (Mp + MD + Mα) c2 (2.11)

Besaran Q ini nilainya tetap untuk semua peluruhan alfa dan sama nilainya bagi semua pengamat. Dalam kerangka diam inti induk.

Q = KD + Kα (2.12)

2.1.5 Peluruhan Beta dan Netrino

Adalah mungkin pula bagi suatu proses inti untuk berlangsung

yang muatan intinya, ZE, berubah tatapi jumlah nukleonnya, A, tetap tak

berubah. Ini dapat terjadi dalam proses pada waktu inti memancarkan

sebuah elektron (peluruhan β-), positron (peluruhan β+), atau menangkap elektron (e) atom terdalam. Dalam proses ini, sebuah proton (p) berubah menjadi netron (n) atau sebaliknya.

Juga diperoleh bahwa dalam tiap proses ini sebuah partikel ekstra,

yang disebut netrino (v), muncul sebagai salah satu hasil peluruhan. Sifat-sifat netrino adalah: muatan listrik, 0 ; massa diam, 0 ; spin intrinsik,1/2;

dan, seperti halnya dengan semua partikel tak bermassa, ia memiliki

kelajuan c.

Keberadaan netrino ini pertama kali dipostulatkan oleh W. Pauli

pada tahun 1930 untuk mempertahankan berlakunya hukum kekekalan

energi dan momentum dalam peluruhan beta. Sebagai contoh, peluruhan

beta netron adalah

(28)

Gambar 2.1 Kurva Energi Disintegrasi Peluruhan-β

Jika netrino bukanlah bagian hasil peluruhan, maka hukum

kekekalan energi dan momentum akan diperoleh bahwa untuk peluruhan

dua benda, elektron akan dipancarakan dengan satu energi tunggal, seperti

diuraikan dalam peluruhan alfa diatas. Tetapi dari eksperimen diperoleh

bahwa elektron-elektron yang terpancar memiliki distribusi energi yang

terjangkau dari nol hingga suatu energi maksimum, seperti ditunjukan

pada gambar 2.1. Dan lagi pula, karena pada awalnya terdapat satu partikel

tunggal dengan spin 1/2, maka penciptaan dua partikel saja, yang

masing-masing memiliki spin ½, akan melanggar hukum kekelaan momentum

sudut.

Dalam persamaan 2.13 netrino yang dipancarkan diberikan

lambang v dan bukannya v. Ini dilakukan karena pada hakekatnya terdapat dua nutino yang berbeda, yaitu ”netrino” (v) dan ”antinetrino ”

( v ). Antinetrino muncul dalam peluruhan β- sedangkan netrino dalam proses dalam proses beta yang lainnya.

Pada umumnya suatu peluruhan β- dapat dinyatakan sebagaiberikut

v e D

P Z A

A

Z → + +

+1 (2.14)

(29)

v e C

B→12 + − +

6 12

5

Jadi, dalam peluruhan β- sebuah netron diubah menjadi proton. Untuk peluruhan β+, dengan sebuah positron dipancarkan, berlaku

v e D

P Z A

A

Z → + +

−1 (2.15)

Sehingga di sini, sebuah proton diubah menjadi sebuah netron. Dari

hukum kekekalan energi, dalam sistem yang inti induknya diam, maka

bauk untuk peluruhan β- dan β+ diperoleh (massa elektron (me) dan

positron yang sama)

Mpc2 = MDc2 + me c2 + Ktotal (2.16)

yang memberikan energi disintegrasi Q sebesar

Q = Ktotal = (Mp- MD – me) c2 (2.17)

Dalam proses penangkapan elektron, yang elektron atom

terdalamnya (biasanya elektro K) ditangkap oleh sebuah inti, maka tak ada

partikel bermuatan yang dipancarkan. Sebagai gantinya, tangkapan

elektron ini diikuti dengan pemancaran sebuah netrino, yang diikuti

dengan pemancaran foton-foton sinar-X karakteristik begitu

elektron-elektron terluar melakukan transisi ke tingkat energi terdalam yang

kosong. Dalam penangkapan elektron, sebuah proton diubah menjadi

neutron, dan lagi sinar-X yang terpancarkan merupakan karakteristik dari

atom anak dan bukannya atom induk, karena mereka dihasilkan setelah

proses penangkapan elektron berlangsung. Proses penangkapan elektron

(30)

e- + ZAPZA1D+v (2.18)

Perlu ditekankan bahwa dalam peluruhan beta atau tangkapan

elektron, elektron atau positron yang dipancarkan tidak berada di dalam

inti. Inti hanya tersusun dari proton dan netron. Penciptaan atau

penyerapan elektron maupun positron merupakan hasil penyusunan

kembali inti ke suatu keadan dengan energi yang lebih rendah melalui

pengubahan atau transformasi dari sebuah proton menjadi netron atau

sebaliknya.

2.1.6 Besaran-Besaran Radioaktif

Komisi Internasional Pengukuran dan Besaran Radioaktif

memperkenalkan tiga besaran pokok radiasi dan menganjurkan

penggunaan satuan khusus untuk besaran tersebut. Besaran tersebut adalah

rad (radiation absorbed dose) untuk dosis penyerapan, roentgen untuk

penyinaran (exposure) dan curie untuk aktifitas.

Rad didefinisikan sebesar 100 erg/g. Besaran ini tidak tergantung

pada jenis radiasi ataupun materi dimana energi diserap. Dosis dalam rad

ini dapat diukur dengan menggunakan kamar ionisasi. Persaman dari rad

adalah sebagai berikut :

wJ S dm dE

m

= (2.19)

dengan : Sm = Daya menghentikan massa relatif dari media gas

w = Energi hilang rata-rata dalam gas untuk tiap ion yang

dibentuk

J = Jumlah ion yang terbentuk tiap satuan massa dari gas

Selain rad, besaran lain yang digunakan adalah gray (Gy) , dimana 1 Gy

(31)

Penyinaran radioaktif diukur dalam roentgen (simbol R), yang

berbeda dari dosis penyerapan. Roentgen didesinisikan oleh Komite

Internasional sebagai berikut: 1 R adalah 1,61 x 1015 ion yang terbentuk setiap kg udara atau 2.08 x 109 ion per cm3 (diukur pada suhu 0o C dan tekanan 1 atm). Penyinaran memerlukan sekitar 34eV untuk membentuk

sebuah ion di udara, dan penyinaran 1R menghasilkan penyerapan energi

oleh udara 1.08 x 1010 eV/cm3 atau 0.113 erg/cm3 atau 88 erg/g, dalam satuan SI nilai 1R adalah 2.84x10-4 coulomb per kilogram (C/Kg) udara.

Roentgen ini adalah satuan dari penyinaran radioaktif berdasarkan

efek dari radiasi sinar-γ atau sinar-X di udara yang dilewatinya. Yang

perlu diingat adalah besaran ini hanya untuk radiasi sinar-γ dan sinar-X di

udara. Usaha untuk menggunakan besaran ini untuk radiasi lain atau untuk

media selain udara menunjukan perluasan definisi ini. Perluasan ini

mungkin digunakan tetapi biasanya membingungkan.

Untuk menyatakan besaran dosis/penyinaran terhadap media selain

gas digunakan besaran yang dinamai dosis serapan ekivalen. Dosis serapan

ekivalen didefinisikan sebagai hasil kali dosis serapan dengan suatu

bilangan tak berdimensi, yang disebut faktor kualitas (dilambangkan

dengan Q). Faktor kualitas, Q, ditetapkan berdasarkan hasil percobaan dan

pengalaman nyata. Hasil suatu dosis serapan ekivalen (H) diukur dalam

satuan yang dinamakan sievert (Sv):

H (dalam Sv) = D (dalam Gy) x Q (2.20)

Dosis serapan ekivalen juga diukur dalam satuan rem (röntgen equivalent

man) yang merupan besaran dosis penyerapan radiasasi pada manusia,

dengan

1 rem = 0.01 Sv (2.21)

Besaran aktifitas dari bahan radioaktif adalah jumlah perubahan

(32)

disintegrasi per detik. Besaran 3.7 x 1010 disintegrasi per detik mendekati laju peluruhan 1.01g Ra226, yaitu jumlah inti Ra226 seberat 1.01g yang meluruh tiap detiknya menjadi unsur anak yang tercipta sesaat setelah

Ra226 berada pada rantai peluruhan.

2.1.7 Pencacah Geiger-Müller

Pencacah Geiger-Müller (G-M) telah digunakan secara luas

sebagai detektor radiasi nuklir selama bertahun-tahun. Kegunaan yang

besar dari pencacah G-M adalah karena beberapa karakteristiknya antara

lain: sensitifitasnya yang tinggi, kemampuan untuk digunakan pada

beberapa jenis radiasi, memiliki beberapa bentuk dan bentuk jendala,

sinyal keluaran yang cukup besar dan harga yang cukup murah.

Tabung pencacah G-M terdiri atas wadah/tabung yang diberi dua

elektroda dan diisi denga gas tertentu. Elektroda bagian dalam atau

collector merupakan kabel tipis yang biasanya dibuat dari tungsten.

Elektroda yang lain yang sering disebut anoda, biasanya merupakan

bagian dari tabung. Bila tabung terbuat dari logam, maka tabung tersebut

berfungsi sebagai anoda. Bila tabung terbuat dari kaca, bagian dalam dari

tabung ditutupi dengan lapisan penghantar untuk membentuk anoda

Gambar 2.2.

Gas yang digunakan pada umumnya gas mulia, seperti helium,

argon dan neon, yang lain yang biasa juga digunakan adalah higrogen dan

nitrogen. Rentang tekanan gas yang digunakan cukup besar, beberapa

tabung memiliki tekanan antara 7 sampai 20 cm Hg, meskipun begitu

(33)

Gambar 2.2 Skema Tabung G-M

R2 (1M)

R1 (1M) C1(0.5 nF)

C2

1

2

High Voltage Power Supply

Counter Collector

Cathoda

G-M Tube

Gambar 2.3 Rangkaian Pencacah G-M Secara Umum

Rangkaian dari pencacah G-M pada umumnya, ditunjukan gambar

2.3. Sumber tegangan tinggi memberikan tegangan di antara elektroda

collector dan katoda. Bagian dari rangkaian masukan memiliki kelebihan

untuk menjaga katoda berada tegangan ground, sebuah kondisi yang

diinginkan secara khusus bila tabung dari metal adalah katoda. Tegangan

dc ditahan dari masukan pencacah (counter) oleh kapasitor C1. Resistor

(34)

sumber tegangan dari collector, yang memungkinkan tegangan di titik ini

jatuh (drop) saat terjadi pelepasan muatan pada tabung G-M.

Ionisasi pertama di dalam tabung G-M memulai serangkaian

kejadian di dalam tabung yang menghasilkan selubung dari

pasangan-pasangan ion yang meliputi kabel collector. Hal ini meninggalkan

selubung ion positif di sekitar kabel yang mengakiri pelepasan muatan

karena berkurangnya kekuatan medan listrik di dekat kabel.

Selama periode yang singkat proses pelepasan muatan, medan

listrik di dalam tabung G-M berada di bawah normal karena adanya

selubung ion positif. Pulsa yang terbentuk oleh penambahan ionisasi

selama periode ini berkurang sesuai dengan ionisasi. Hal ini ditunjukan

oleh gambar 2.4. Partikel tambahan yang masuk ke dalam tabung selama

tahap-tahap awal dari pulsa pertama tidak akan memicu pelepasan muatan.

Interval ini disebut dead time (td) dari tabung.waktu yang dibutuhkan

untuk pemulihan total pulsa setelah akhir dari interval dead time disebut

recovery time (tr).

Gambar 2.4 Dead time dari tabung G-M (waktu dalam Sec)

Dead time ini bagi tabung, mengatur rentang waktu yang lebih

sempit antara waktu kedatangan partikel-partikel nuklir, bila dead time ini

dipisah-pisahkan. Untuk sistem yang menggunakan penguat tegangan

yang peka, pemisahan waktu (τ) untuk sistem mendekati td. Untuk penguat

(35)

Secara garis besar prinsip kerja pencacah G-M adalah sebagai

berikut:

1. Sinar radioaktif (sinar-γ dan sinar-X) masuk ke dalam

tabung G-M dan mengionisasi atom gas yang berada di

dalam tabung gambar 2.5. sedangakan Partikel-α dan

partikel-β akan ditahan oleh jendela (window) dari tabung

G-M.

Gambar 2.5 Proses Ionisasi

2. Ion positif akan mengumpul di anoda dan ion negatif

mengumpul di katoda, gambar 2.6.

(36)

3. Ion negatif yang berupa elektron akan mengalir ke

pencacah (counter), sehingga pencacah akan mendapat nilai

tegangan yang tinggi sehingga dicatat sebagai satu cacahan,

gambar 2.7.

Gambar 2.7 Aliran Elektron ke Pencacah

4. Elektron yang berasal dari sumber tegangan akan mengalir

ke anoda dimana ion positif berkumpul dan kembali

membentuk atom, sehingga hambatan antara anoda dan

katoda menjadi sangat besar sehingga tidak ada elektron

yang mengalir maka pencacah mencatat sebagai nilai

rendah, gambar 2.8.

(37)

5. Jika ada radiasi yang masuk ke pencacah G-M, maka proses

akan berulang dari proses pertama.

2.1.8 Penggunaan Pencacah Geiger-Müller

2.1.8.1Menentukan Waktu Paro

Dengan menaruh sebuah isotop di depan pencacah G-M dan

mencatat dari waktu ke waktu cacahannya, dapat ditentukan waktu paro

dari suatu isotop yang belum diketahui waktu paronya, terutama untuk

isotop yang memiliki waktu paro relatif singkat antara beberapa menit

hingga beberapa jam. Dengan melihat langsung cacahan awal dan cacahan

yang menunjukkan nilai setengah dari nilai cacahan awal, maka waktu

paro dapat ditentukan.

Untuk menentukan waktu paro suatu isotop yang memiliki waktu

paro beberapa hari hingga beberapa tahun, dapat dihitung dari sampel data

yang diambil. Dengan asumsi cacahan akan menurun sebanding dengan

penurunan jumlah inti induk (N) yang berarti sebanding dengan penurunan

aktivitas (A) seperti ditunjukkan oleh persamaan 2.1.

N=N0e-λt

Asumsikan jumlah inti induk awal (N) sebanding dengan cacahan

awal (n CPM) dan jumlah inti induk setelah t waktu (N0) sebanding

dengan cacahan setelah t waktu (n0 CPM) maka constanta peluruhan dapat

dihitung sebagai berikut

ln (n/n0) = -λt

t n

n/ )

ln( 0

− =

λ (2.22)

Dengan diketahuinya konstanta peluruhan maka waktu paro dapat

diketahui dengan memasukkan hasil tersebut ke persamaan 2.2.

Untuk menentukan waktu paro dengan pencacah G-M ada hal yan

gyang perlu diperhatikan, yang pertama tidak semua peluruhan isotop

memancarkan sinar-γ, beberapa isotop hanya memancarkan radiasi α atau

(38)

untuk mencegah agar partikel α dan β tidak masuk ke dalam tabung

sehingga untuk menentukan waktu paro suatu isotop yang hanya

memancarkan partikel α atau β saat meluruh akan memberikan hasil yang

tidak akurat.

Kedua tidak semua isotop yang meluruh akan menghasilkan inti

anak yang stabil tetapi inti anak ini masih akan meluruh ke keadaan yang

lebih stabil, sehingga radiasi γ yang dideteksi pencacah G-M tidak hanya

berasal dari inti induk tetapi juga berasal dari inti anak. Beberapa inti anak

memiliki waktu paro yang lebih kecil dari pada inti induk. Sebagai contoh

isotop protactinium yang meluruh ke uranium dalam tabel 2.1. Jadi

penggunaan pencacah G-M dalam menentukan waktu paro sebaikmya

hanya sebagai estimasi.

Tabel 2.1 Empat Isotop Pertama Deret Peluruhan Uranium Unsur Nuklida Waktu Paro Radiasi

Uranium 238U

92 4.51 milyar Tahun α dan γ

Thorium 234Th

90 24.1 hari β dan γ

Protactinium 234Pa

91 6.75 hari β dan γ

Uranium 234U

92 247 ribu tahun α dan γ

2.1.8.2Mencari Koefisien Penyerapan Linier

Saat radiasi sinar-γ melewati sebuah materi, radiasi itu mengalami

penyerapan menurut efek compton dan fotolistrik. Intensitas radiasi

berkurang sebanding dengan ketebalan media yang dilaluinya. Persamaan

matematika untuk intensitas (I) adalah sebagai berikut:

I = I0e- (2.23)

Dengan

I0= intensitas awal radiasi

I = intensitas radiasi setelah melalui sebuah materi dengan

ketebalan/jarak (x).

(39)

Jika persamaan (2.23) disusun ulang dan memberikan fungsi logaritma

natural, maka persamaan akan menjadi:

Ln(I/ I0) = - x (2.24)

Lapisan/ketebalan yang memberikan nilai setengah (the half-value

layer, THL) dari sebuah media penyerapan, ketebalannya didefinisikan

sebagai, x1/2, yang akan mengurangi intensitas radiasi hingga setengahnya.

Sehingga I/ I0=0.5, jika nilai ini dimasukkan ke dalam persamaan (2.24)

Ln(0,5) = - x Dengan menyusun ulang

2 / 1

693 , 0

x

=

µ (2.25)

Pada pencacah G-M, jika intensitas sinar-γ berkurang maka jumlah

cacahan per menitnya juga berkurang, dengan asumsi intensitas awal (I0)

sama dengan cacahan awal (n0), dan intensitas yang melalui sebvuah

materi setebal x sehingga intensitas tinggal setengahn (I) yang sebanding

dengan cacahan (n), maka I/ I0 = n/ n0 = 0,5. Dengan memasukkan nilai

ketebalan persamaan (2.25) maka koefisien penyerapan suatu materi dapat

diketahui.

3.1.8.3 Mengukur Besaran Radioaktif dari Hasil Cacahan

Secara umum keluaran dari pencacah Geiger-Müller berupa

perubahan tegangan. Perubahan tegangan ini biasanya berlangsung cepat

antara ratusan hingga ribuan perubahan per menit. Pada umumnya besar

perubahan tergantung dari besarnya energi radiasi yang diterima tabung,

jenis dan tekanan gas di dalam tabung.

Untuk mengubah besaran cacahan menjadi suatu besaran radioaktif

(pada umumnya besaran exposure dalam mR/h), jenis tabung terutama

jenis gas dan tekanannya harus diketahui lebih dahulu. Selain itu perlu

(40)

bahan radioaktif yang digunakan untuk mengkalibrasi tabung

geiger-müller. Jenis bahan radioaktif yang digunakan biasanya 137Cs dan 60Co. Pada umumnya produsen dari tabung geiger-müller telah memberikan

specifikasi tabung yang mereka buat. Sebagai contoh beberapa seri tabung

geiger-müller memiliki sensitifitas seperti yang ditunjukkan tabel 2.2.

Tabel 2.2 Sensitivitas dari Beberapa Tabung Geiger-Müller

GM-10 GM-45 GM-50 GM-90

2.1.8.4 Inverse Square Law

Ada kesamaan antara cahaya biasa dengan sinar-γ, kedua-duanya

adalah radiasi elektromagnetik, karena itu keduanya memenuhi persamaan

klasik

E= hv (2.26)

Dengan:

E = Energi poton dalam ergs

v = frekuensai radiasi dalam cycle/second

h = konstanta Plank (6.624x10-27 ergs second)

oleh karena itu, dalam menerangkan hukum invers square law tepat sekali

jika membuat analogi antara sumber cahaya dan sumber sinar-γ.

Diasumsikan sebuah sumber yang memancarkan foton-foton dalam

kecepatan, N0 photons/second. Suatu hal yang masuk akal untuk

diasumsikan bahwa foton-foton ini akan memancar ke segala arah dengan

intensitas yang sama. Bila sumber cahaya diletakkan di pusaat sebuah

selubung bola yang transparan, cukup mudah untuk mengukur jumlah dari

(41)

0

Jika N0 dan 4π adalah konstan maka besarnya intensitas tergantung pada

1/ R . Besarnya intensitas yang diterima oleh tabung geiger-müller akan 02

mempengaruhi besarnya cacahan.

2.2 Mikrokontroler AVR AT90S2313

2.2.1 Arsitektur Mikrokontroler AVR AT90S2313

AVR adalah mikrokontroler 8-bit yang dibangun pada arsitektur

komputer RISC (Reduce Instruction Set Compute). CPU (Central

Processing Unit) mampu melakukan sebuah instruksi dalam satu putaran

clock, sehingga AT90S2313 dapat mencapai 1 MIPS (Million of

Instruction Per Second) per MHz, dan memungkinkan perancangan yang

optimal untuk komsumsi daya dan kecepatan proses.

AVR menggabungkan antara kecanggihan instruksi dengan

32x8-bit register multi fungsi (General Purpose Register) yang terhubung

langsung dengan ALU (Arithmetic Logic Unit) dan memungkinkan dalam

satu putaran clock 2 operan diumpankan dari register file, kemudian ALU

(Arithmetic Logic Unit) menjalankan satu operasi dan akhirnya hasil

langsung disimpan kembali dalam register file. Hal ini menghasilkan

mikrokontroler yang sepuluh kali lebih cepat dibandingkan dengan

mikrokontroler konvensional berarsitektur CISC (Complex Instruktion Set

(42)

Enam dari 32 register dapat digunakan sebagai 3 buah pasangan

register untuk pengalamatan tak langsung (Indirect Addressing). Ketiga

pasangan register ini kemudian disebut sebagai 16-bit register X, register

Y, dan register Z digunakan juga sebagai penunjuk alamat (addressing

pointer) untuk mengakses tabel konstanta yang tersimpan dalam program

memory.

Gambar 2.9 Diagram Blok AT90S2313

CPU mempunyai 64 alamat untuk mengontrol fungsi-fungsi dari

(43)

EEPROM, dan fungsi-fungsi lainnya. Memory I/O dapat diakses secara

langsung atau sebagai bagian dari lokasi Data Space dengan alamat

$20-$5F (20-5F Hexadesimal). Diagram blok AVR AT90S2313 ditunjukan

pada gambar 2.9.

AVR memiliki arsitektur Havard dengan memory terpisah antara

program dan data. Saat sebuah instruksi sedang dijalankan instruksi

berikutnya diambil dari program memory. Konsep ini memungkinkan

sebuah instruksi dapat dijalankan dalam satu putaran clock.

AT90S2313 menggunakan (SRAM) untuk stack pointer. Saat

terjadi interupsi atau sebuah instruksi call dijalankan, alamat asal program

yang ditinggalkan disimpan dalam stack pointer, kemudian CPU

menjalankan program yang dipanggil atau program yang melayani

interupsi seperti yang ditunjukkan dalam vektor interupsi. Program akan

kembali ke alamat yang ditinggalkan instruksi RET (Return) untuk

subroutine atau RETI (Return from Interrupt) dijalankan.

2.2.2 Instruksi pada Mikrokontroler AVR AT90S2313

AT90S2313 memiliki 118 instruksi yang dapat dikelompokan

dalam 4 bagian yaitu: 22 instruksi aritmatik dan logika, 34 instruksi

percabangan, 31 instruksi transfer data dan 31 buah instruksi operasi bit

dan tes bit. Terdapat beberapa operasi “skip” yang dapat melewati (skip)

sebuah atau dua instruksi setelah suatu instruksi tes dilakukan.

Seluruh register dalam AT90S2313 dapat digunakan sebagai

akumulator, setengah bagian atas register file digunakan untuk nilai segera

(immediate value). Hampir semua op-code AT90S2313 mempunya

panjang 16-bit, hanya 2 instruksi mempunyai panjang 32-bit yaitu, LDS

(Load Direct from Data Space) dan STS (Store Direct to Direct Space).

2.2.3 Mode Pengalamatan Memori dan program AT90S2313

Terdapat lima duah pengalamatan data memory yang dapat

(44)

1. Pengalamatan Langsung (Direct Addressing)

2. Pengalamatan tak Langsung (Indirect Addressing)

3. Pengalamatan tak Langsung dengan Displacement (Indirect

Addressing with Displacement)

4. Pengalamatan tak Langsung dengan Post-Increment (Indirect

Addressing with Post-increment)

5. Pengalamatan tak Langsung dengan Pre-decrement (Indirect

Addressing with Pre-decrement)

Sedang untuk pengaksesan konstanta pada program memory

digunakan sebuah instruksi khusus yaitu LPM (Load Program Memory)

yang mengambil data pada alamat program memory yang ditunjuk register

Z dan hasilnya disimpan pada register R0.

Untuk pengalamatan relative dari program yang dijalankan

(Relative Program Addressing) digunakan RJMP (Relative Jump) dan

RCALL (Relative Call). Sedang pengalamatan tak langsung program

(Indirect Program Addressing) digunakan perintah IJMP (Indirect Call).

2.2.4 Periperal-periperal Mikrokontroler AVR AT90S2313

Mikrokontroler AVR dilengkapi dengan periperal-periperal

pendukung yang built-in dalam satu keping chip. Bagian ini akan

mendeskripsikan mengenai periperal-periperal tersebut secara umum.

2.2.4.1 2K Bytes In-System Programmable Flash

AT90S2313 dilengkapi dengan 2K bytes In-System Programmable

Flash untuk menimpan program yang dapat dihapus-tulis sampai 1000

kali.

2.2.4.2 128 Bytes SRAM

Terdapat 128 bytes SRAM untuk menyimpan data sementara

selama proses ataupun untuk stack pointer program yang dijalankan.

(45)

2.2.4.3 128 Bytes In-System Programmable EEPROM

128 bytes EEPROM diorganisasi terpisah dengan data space,

dengan satu byte dapat dibaca-tulis sendiri. EEPROM dapat menyimpan

data ketika program sedang berjalan dan data tidak akan hilang saat catu

daya dmatikan. EEPROM dapat dihapus-tulis sampai 100.000 kali.

2.2.4.4 Periperal Input/Output

AT90S2313 memiliki 2 buah Port multi-fungsi yang terdiri dari 8

buah pin Port B dan 7 buah pin Port D seperti tampak pada gambar 2.10.

Tiap-tiap bit dari port dapat diprogram sebagai input/output secara terpisah

ataupun sebagai fungsi alternatif lain seperti terlihat pada tabel 2.3 dan

tabel 2.4.

Tabel 2.3 Fungsi Alternatif Port B

Port Pin Fungsi Alternatif

PB0 AIN0 (Analog comparator positive Input)

PB1 AIN1 (Analog comparator negative Input )

PB3 OC1 (Timer/Counter1Output compartor Match output )

PB5 MOSI (Data input line for memory downloading )

PB6 MISO (Data output line for memory uploading )

PB7 SCK (Serial clock input for memory programming )

Tabel 2.4 Fungsi Alternatif Port D

Port Pin Fungsi Alternatif

PD0 RXD (Receive data input for the UART )

PD1 TXD (Transmit data output for the UART )

PD2 INT0 (External interrupt 0 input )

PD3 INT0 (External interrupt 1 input )

PD4 T0 (Timer/Counter0 external input )

PD5 T1 (Timer/Counter1 external input )

(46)

Gambar 2.10 Konfigurasi Pin AT90S2313

2.2.4.5 Timer/Counter

AT90S2312 memiliki 2 buah Timer/Counter yang masing-masing

mempunyai seleksi prescale terpisah dari sebuah prescale yang sama.

Pertama adalah Timer/Counter0 merupakan 8-bit Timer/Counter

yang dapat digunakan sebagai timer dengan sumber clock dari prescale

CK atau sebagai counter dengan sumber clock diambil dari pin T0 (Fungsi

lain dari Port D.4).

Kedua Timer/Counter1 merupakan 16-bit Timer/Counter yang

dapat digunakan sebagai sumber clock dari prescale CK atau sebagai

counter dengan sumber clock dari pin T1 (Fungsi lain dari Port D.5).

Timer/Counter1 dapat juga digunakan sebagai PWM (Pulse Width

Modulator).

2.2.4.6 SPI Serial Interface untuk In-System Programming

Pemrograman AT90S2313 dapat dilakukan secara serial melalui

SPI Serial Interface tanpa memerlukan board programmer. Hal ini dapat

dilakukan melalui 4 buah pin yaitu MOSI (data input line for memory

downloading), MISO (data output line for memory uploading), SCK

(serial clock input) dan RESET ditambah hubungan ke ground. Selama

tidak ada koneksi rangkaian yang membebani pin-pin tersebut, saat

pemrograman pin-pin tersebut dapat dihubungkan secara langsung ke

(47)

2.2.4.7On-chip Osilator

AT90S2313 dilengkapi dengan on-chip osilator yang dapat

berosilasi dengan hanya menghubungkan 3 buah komponen luar

tambahan. Pin XTAL1 dan XTAL2 adalah input dan output inverting

amplifier, sebuah kristal atau keramik resonator dapat digunakan untuk

membangkitkan frekuensi osilasi yang diinginkan.

AT90S2313-10PC dapat dihubungkan dengan kristal sampai

frekuensi osilasi 10 MHz. Selain dihubungkan dengan kristal kedua pin

tersebut harus dihubungkan dengan kapasitor keramik ± 22 pF ke ground

seperti pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Koneksi Osilator

2.2.4.8 Periperal dan Kemampuan Lain AT90S2313

Beberapa periperal dan kemampuan lain adalah:

1. Analog Comparator

2. Programmable Watchdog Timer dengan On-chip Osilator

3. Low Power Idle dan Power-down Modes

4. External interrupt Source

5. UART (Universal Ansynchronous Receiver Transmitter)

2.3. Port Serial

2.3.1 Karakteristik Port Serial

Peralatan yang menggunakan kabel serial untuk komunikasinya

dibagi dalam dua kategori. Kategori tersebut adalah DCE (Data

(48)

Data Communications Equipment contohnya adalah modem, sedangkan

Data Terminal Equipment adalah komputer.

Spesifikasi dari port serial terdapat pada standar EIA (Electronic

Industry Association) RS232C. Standar tersebut terdiri dari beberapa

parameter, antara lain :

1. Logika 0 berada pada rentang +3 volt sampai dengan +25 volt.

2. Logika 1 berada pada rentang -3 volt sampai dengan -25 volt.

3. Daerah antara -3 volt sampai dengan +3 volt tidak terdefinisikan.

4. Tegangan kalang terbuka sebaiknya tidak melebihi 25 volt (ground

sebagai referensi).

5. Arus kalang tertutup sebaiknya tidak melebihi 500mA.

Tabel 2.5 Pin Konektor D25 dan D9

D –Type-25 Pin

No.

D-Type-9

Pin No.

Nama Pin Kepanjangan

Pin 2 Pin 3 TD Transmit Data

Pin 3 Pin 2 RD Receive Data

Pin 4 Pin 7 RTS Request to Send

Pin 5 Pin 8 CTS Clear to Send

Pin 6 Pin 6 DSR Data Set Ready

Pin 7 Pin 5 SG Singal Ground

Pin 8 Pin 1 CD Carrier Detect

Pin 20 Pin 4 DTR Data Terminal Ready

Pin 22 Pin 9 RI Ring Indicator

Port serial ada dua jenis, tipe D 25 pin dan tipe D 9 pin. Kedua

jenis pin tersebut adalah tipe male yang terletak di bagian belakang

komputer. Tabel 2.3 menunjukan koneksi dari pin-pin yang terdapat pada

tipe D 25 pin dan tipe D 9 pin dan tabel 2.4 menunjukan fungsi-fungsi dari

(49)

Tabel 2.6 Fungsi Pin-Pin

Nama Pin Fungsi

TD Output data serial (TDX)

RD Input data serial (RDX)

CTS Jalur ini mengindikasikan bahwa Modem siap untuk

bertukar data

CD Saat Modem mendeteksi adanya sinyal carrier jalur ini

menjadi aktif

DSR Jalur ini memberitahukan kepada UART bahwa Modem

siap untuk membuka hubungan

DTR Jalur ini merupakan kebalikan dari DSR yang

menyatakan penerima siap menerima hubungan

RTS Jalur ini menginformasikan Modem bahwa UART siap

untuk bertukar data

RI Jalur ini aktif saat Modem mendeteksi sinyal dering dari

PSTN

2.3.2 Modem Null

Modem null digunakan untuk menghubungkan dua DTE. Tipe

modem ini biasa digunakan untuk mengirim file antara komputer dengan

Zmodem, Xmodem dan lain sebagainya karena cukup murah. Tipe ini bisa

juga digunakan dengan beberapa sistem pengembangan mikroprosesor

atau mikrokontroler, gambar 2.12 menunjukkan penyambungan Modem

null.

Berikut ini adalah metode penyambungan Modem null.

Penyambungan ini hanya memerlukan 3 kabel (TD, RD dan SG).

Tujuannya adalah membuat komputer mendeteksi sedang berhubungan

dengan sebuah modem, bukan berhubungan dengan komputer lain. Setiap

data yang dikirim oleh komputer pertama pasti diterima oleh komputer

(50)

Gambar 2.12 Diagram Penyambungan Modem Null

Data terminal Ready diumpan balik ke Data Set Ready dan Carrier

Detect pada kedua komputer. Saat Data Terminal Ready aktif, Data Set

Ready dan Carrier Detect segera menjadi aktif. Hal ini membuat komputer

mendeteksi bahwa virtual modem dimana komputer tersebut terhubung

telah siap dan terhubung dengan modem lain.

Untuk penyambungan Request to Send dan Clear to Send dapat

diumpan balikkan dengan syarat kedua komputer memiliki kecepatan

pengiriman data yang sama. Saat komputer hendak mengirim data logika

pada Request to Send menjadi tinggi dan memberi sinyal kepada Clear to

Send. Sedangkan Ring Indicator tidak disambungkan karena komputer

tidak terhubung ke PSTN.

2.4 SN75176 RS-485 Driver

2.4.1 Deskripsi Umum

SN75176 adalah IC transceivers untuk komunikasi RS-485.

Standar RS-485 atau lengkapnya TIA/EIA-485-A adalah standar yang

digunakan pada dua jalur transmisi yang sejajar yang digunakan banyak

terminal (multipoint) pengirim maupun penerima. Standar RS-485 sama

seperti standar RS-422 yang hanya berbeda pada karakteristik elektrik

penggerak (driver) dan penerimanya (receiver), digunakan pada jalur antar

muka (interface), konfogurasi pin-pin dari IC tersebut tampak pada

(51)

1. Pin 1 (R), data masuk (input) dari line dengan level

tegangan TTL.

2. Pin 2 ( RE ), kontrol data masuk (input enable), aktif saat

mendapat logika rendah (0V).

3. Pin 3 (DE), kontrol data keluar (output enable), aktif saat

mendapat logika tinggi (5 V).

4. Pin 4 (D), data keluar (output) ke line dengan tegangan

TTL.

5. Pin 5 (Gnd), ground.

6. Pin 6 (A) dan 7 (B), deferential input output menuju dan

dari line.

7. Pin 8 (Vcc).

Standar RS-485 dapat digunakan pada jalur transmisi satu titik ke

banyak terminal (point to multipoint) yang dapat mencapai 32 atau lebih

terminal pengirim dan pengguna. Efek dari perbedaan tegangan ground

dikurangi dengan menambah rentang tegangan mode bersama (Vca) dari

pengirim dan penerima -7V ≤ Vca ≤ +12V. Pengirim (driver) dibuat

berada pada impedansi yang tinggi, agar dapat mempunyai output yang

berada pada rentang tegangan mode bersama dan tetap berada pada

impedansi tinggi.

Gambar 2.13 Konfigurasi Pin SN75176

2.4.2 Karakteristik SN75176

SN75176 memiliki slew rates penggerak (driver) yang tidak

(52)

Penerimanya mengambil arus antara 120 A dan 500 A saat pengosongan

atau terisi penuh dengan driver yang tidak diaktifkan. Piranti ini

memerlukan suplai tegangan 5V. SN75176 ini digunakan pada jalur

transmisi half-duplex, seperti tampak pada gambar 2.14, tetapi ada jenis IC

lain yang dapat digunakan untuk komunikasi full-duplex. Untuk lebih

jelasnya lihat lampiran 5.

Gambar 2.14 Koneksi SN75176 Untuk Komunikasi Half-Duplex

2.5 Modul LCD (Liquid Crystal Display) M1632

M1632 adalah modul LCD dengan kontroler HD44780U yang

mampu menampilkan karakter alfanumerik, huruf Jepang Kana dan

beberapa simbol. Interfacing modul LCD M1632 dengan mikrokontroler

lain dapat dilakukan secara 4-bit atau 8-bit. Gambar 2.14 menunjukkan

modul dari LCD M1632. LCD M1632 mempunyai 14 pin yang

masing-masing berfungsi seperti tampak pada tabel 2.7

Gambar 2.15 Modul LCD M1632

Modul LCD M1632 dengan kontroler HD44780U mempunyai

(53)

1. Dapat menampilkan karakter dengan 5x8 dot dan 5x10 dot.

2. Kemampuan komunikasi yang cepat ( 2 MHz pada Vcc = 5 volt ).

3. Komunikasi dengan data 4-bit atau 8-bit.

4. 80 x 8-bit RAM display ( Maksimum 80 karakter )

5. 208 karakter font ( 5x8 dot ) dan 32 karakter font ( 5x10 dot ).

6. 64 x 8-bit RAM generator karakter.

7. Fungsi instuksi: Display clear, cursor home, display on/off, cusor

on/off, display blink, cursor shift, display shift.

8. Internal osilator

Tabel 2.7 Fungsi Pin Modul LCD M1632

No. Pin Nama Pin Keterangan

1 VCC 5 volt

2 GND 0 volt

3 VEE 0 volt (Full Contrast)

4 RS Register Select

5 RW Read/Write

6 E E Clock

7…14 D0….D7 Data

2.6 Operational Amplifier LM358 Sebagai Inveerting

Persamaan gain untuk noninverting amplifier adalah sebagai

berikut:

1 1

R R R

V

V f

i

o = + (2.29)

Sesuai dengan salah satu aturan opamp “setiap tegangan yang

masuk secara langsung ke salah satu input dari opamp akan dikalikan

dengan noninverting gain”. Tanda dari output atau tegangan output

tergantung dari tegangan input (negatif atau positif) dikalikan dengan

(54)

(a) Basic circuit (b)Dengan current compensation resistor

Gambar 2.16 Inverting Circuit

Pada perancangan ini yang digunakan adalah jenis rangkaian

inverting seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.16. maka persamaan

2.29 menjadi seperti berikut:

1

yang terjadi adalah sebagai berikut:

1

berdasarkan persamaan 2.31 tegangan output akan berkebalikan dengan

tegangan input.

Pada perancangan ini IC opamp yang digunakan dari seri LM 358.

Di dalam IC ini terdapat dua opamp, susunan kaki-kaki dari LM 358

ditunjukkan gambar 2.17.

Gambar 2.17 LM 358

2.7 Visual Basic 6

2.7.2 Sekilas Visual Basic 6

Visual BASIC merupakan sebuah pengembangan terakhir dari

bahasa BASIC (Beginner’s All-purpose Symbolic Instruction Code).

(55)

bahasa-bahasa tingkat tinggi lainnya. BASIC dirancang tahun 1950-an dan

ditujukan untuk dapat digunakan oleh para programmer pemula. Biasanya

BASIC diajarkan untuk para pelajar sekolah menengah yang baru

mengenal komputer, serta digunakan untuk mengembangkan

program-program “cepat saji” yang ringan dan menyenangkan. Walaupun begitu,

peran BASIC lebih dari sekedar itu saja. Banyak programer handal saat ini

memulai karirnya dengan mempelajari BASIC.

Visual Basic masih tetap mempertahankan beberapa sintaks atau

format penulisan program yang pernah dipakai oleh BASIC. Microsoft

sengaja tidak melupakan sintaks-sintaks dari BASIC untuk digunakan

pada Visual Basic ini, karena di dalamnya juga sudah mengandung

kaidah-kaidah pemrograman yang cukup handal.

Visual Basic (yang sering juga disebut dengan VB) selain disebut

sebagai sebuah bahasa pemrograman, juga sering disebut sebagai sarana

(tool) untuk menghasilkan program-program aplikasi berbasis Windows.

Beberapa kemampuan atau manfaat dari Visual Basic di antaranya seperti:

1. Untuk membuat program aplikasi berbasis Windows.

2. Untuk membuat ActiveX, file help, aplikasi internet, dan

sebagainya.

3. Menguji program (debugging) dan menghasilkan program akhir

berakhiran EXE yang bersifat executable, atau dapat langsung

dijalankan.

2.7.2 Keistimewaan Visual Basic 6

Beberapa keistimewan dari Visual Basic 6 ini di antaranya:

1. Menggunakan platform pembuatanprogram yang diberi nama

Developer Studio, yang memiliki tampilan dan sarana yang sama

dengan Visual C++ dan Visual J++. Dengan begitu programmer

dapat bermigrasi atau belajar bahasa pemrograman lain dengan

(56)

2. Memiliki compiler handal yang dapat menghasilkan file executable

yang lebih cepat dan lebih efisien dari sebelumnya.

3. Memiliki beberapa tambahan sarana wizard yang baru. Wizard

adalah sarana yang mempermudah di dalam pembuatan aplikasi

dengan mengotomatisasi tugas-tugas tertentu.

4. Tambahan kontrol-kontrol baru yang lebih canggih serta

peningkatan kaidah strukur bahasa Visual Basic.

5. Kemampuan membuat ActiveX dan fasilitas internet yang lebih

banyak.

6. Sarana akses data yang lebih cepat dan handal untuk membuat

aplikasi database yang berkemampuan tinggi.

7. Visual Basic 6 memiliki beberapa versi atau edisi yang disesuaikan

dengan kebutuhan pemakainya.

2.8 SQL Server 2000

SQL Server merupakan salah satu nama program database yang

paling populer saat ini. SQL Server adalah sebuah sistem berarsitektur

terbuka yang memungkinkan para pengembang program memperluas dan

menambahkan fungsi-fungsi ke dalam database tersebut. Microsoft telah

menyediakan Software Development Kit (SDK) bersama dokumentasi

yang lengkap untuk membuka kesempatan kepada para programmer,

administrator database untuk mempelajari dan memanfaatkan komponen

dan obyek di dalam SDK tersebut guna membuat aplikasi-aplikasi secara

elegan. (Feri Djuandi, 2002)

SQL Server dapat memproses structured query language (SQL)

yang merupakan bahasa yang sering digunakan untuk mengakses basis

data. Berikut ini adalah beberapa perintah SQL:

1. DDL (Data Definiton Language)

DDL digunakan untuk melakukan pembuatan struktur database,

Gambar

Gambar 2.2 Skema Tabung G-M
Gambar 2.9 Diagram Blok AT90S2313
Gambar 2.10 Konfigurasi Pin AT90S2313
Gambar 3.2 Diagram Kotak Pencacah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Suhu terendah yang dicatat semasa cerapan pada waktu petang adalah di stesen Malim Prima kerana persekitaran guna tanah di kawasan tersebut diliputi oleh kawasan pertanian dan

Kelebihan yang kedua yaitu student centered yaitu peserta didik dibimbing untuk belajar sesuai dengan kemampuan masing –masing sehingga meningkatkan motivasi dalam

Tambahkan Tombol untuk menghapus data, caranya: Pada toolbox klik Command Button lalu letakkan pada Form, pada Form akan muncul jendela Command Buttom Wizards, Pada Categories

 Selanjutnya Satuan Aluvial Sungai menutupi satuan di bawahnya yang di batasi oleh bidang erosi. 3) Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah lipatan

1) Menentukan Haircut Agunan terhadap setiap jenis Agunan. 2) Menetapkan jenis Agunan yang hanya dapat digunakan sebagai jaminan untuk Penyelesaian Transaksi Bursa

Dana yang dikelola dari peserta pension ini merupakan sumber pembiayaan investasi Jangka panjang yang dapat disalurkan ke pada lembaga keuangan lain seperti

Pusat penelitian dan pengembangan Hortikultura menggunakan metode penentuan dosis pupuk berdasarkan jumlah buah yang dipanen tahun sebelumnya, yaitu 3 % dari total

Hematoxylin yang umum dipakai secara rutin termasuk pewarna basa akan mewarnai komponen telur cacing yang basofilik (mengandung bahan asam : asam nukleat, glikosaminuglikan