• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG MANFAAT PEMBERIAN KOLOSTRUM SERTA RENCANA MENYUSUI EKSKLUSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG MANFAAT PEMBERIAN KOLOSTRUM SERTA RENCANA MENYUSUI EKSKLUSIF"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG MANFAAT

PEMBERIAN KOLOSTRUM SERTA RENCANA MENYUSUI EKSKLUSIF

Ririn Septiani1, Tri Budiati2

1. Ririn Septiani: Program Studi Sarjana Reguler Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jalan Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat-16424

E-mail: ririn.septiani@ui.ac.id

2. Ns Tri Budiati, S.Kep.,M.Kep.Sp.Kep.Mat: Keilmuan Maternitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jalan Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat-16424

Abstrak

Pemberian ASI eksklusif erat kaitannya dengan pemberian kolostrum. Bayi yang diberikan kolostrum akan lebih mudah untuk disusui secara eksklusif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang manfaat pemberian kolostrum serta rencana menyusui eksklusif. Penelitian ini mengunakan desain penelitian deskriptif, 90 ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Beji Depok berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan tinggi (76,7%) dan sikap positif (53,3%) tentang manfaat pemberian kolostrum. Mayoritas responden menyatakan bersedia (90%) untuk menyusui secara eksklusif. Penelitian ini merekomendaksikan untuk melakukan promosi lebih lanjut mengenai pentingnya manfaat pemberian kolostrum.

Kata kunci: ibu hamil, kolostrum, pengetahuan, rencana menyusui eksklusif, sikap

Abstract

Exclusive breastfeeding is closely related to the provision of colostrums. Infant who will be given colostrum will be easier to breast fed exclusively. This study aimed to describe the level of knowledge and attitude of pregnant women about the benefits of colostrum and exclusive breastfeeding plan. This study used a descriptive research design. Ninety pregnant women at the Clinic of Beji Depok was participated in this study. These results indicated that the majority of respondents had high knowledge (76.7%) and positive attitude (53.3%) of the benefits of colostrum. The majority of respondents stated that they were willing (90%) to breastfeeding exclusively. This research is recommended to promote the importance of the colostrum benefits

Keywords: attitude, colostrum, exclusive breastfeeding plan, knowledge , pregnant women

Pendahuluan

P

enerapan ASI eksklusif belum banyak diterapkan di masyarakat. Menurut laporan Riskesdas (2010) hanya 15,3% bayi yang mendapat ASI ekslusif dari ibunya. Angka tersebut merupakan angka yang masih jauh di bawah angka ASI eksklusif global yang juga rendah yaitu 32,6% (Riskesdas, 2010).

Penerapan ASI eksklusif yang belum banyak diterapkan di masyarakat sejalan dengan

angka kematian pada bayi. Angka kematian pada bayi di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan laporan SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) pada tahun 2007 angka kematian neonatal masih cukup tinggi yaitu 26.6/1000 kelahiran hidup (BPS, 2008).

Penerapan ASI eksklusif yang baik dapat mencegah terjadinya angka kematian pada bayi. Menurut Unicef (2008) memperkirakan

(2)

bahwa pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat mencegah terjadinya kematian 1,3 juta anak berusia dibawah 5 tahun (Riskesdas 2007).

Pada saat pertama kali menyusui, seorang ibu akan menghasilkan kolostrum yang kemudian menjadi ASI matur. Manfaat kolostrum sangat penting bagi bayi baru lahir. The World Alliance for Breastfeeding Action

(WABA) juga memperkirakan satu juta bayi

dapat diselamatkan jika diberikan ASI pada satu jam pertama kelahiran, kemudian di lanjutkan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan pertama. Dalam standar Internasional World Health Organitation (WHO) juga merekomendasikan bahwa semua bayi perlu mendapat kolostrum) yang bertujuan untuk melawan penyakit infeksi yang diperkirakan dapat menyelamatkan satu juta nyawa bayi.

Kolostrum sangat erat kaitannya dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi. Bayi yang diberikan kolostrum mempunyai kesempatan lebih besar untuk disusui secara eksklusif. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Duang (2004) mengenai pemberian ASI eksklusif di daerah pedesaan di Vietnam yang menunjukan bahwa bayi yang mendapatkan kolostrum atau ASI yang pertama kali keluar, mempunyai kemungkinan 2,7 kali lebih besar untuk disusui secara eksklusif. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Chandrashekhar (2007)

yang menunjukan bahwa ada hubungan pemberian kolostrum sebagai makanan pertama pada bayi dengan pemberian ASI eksklusif. Bayi yang tidak diberikan kolostrum sebagai makanan pertamanya mempunyai kemungkinan kecil untuk menyusui secara eksklusif.

Pentingnya manfaat kolostrum belum sejalan dengan pengetahuan masyarakat mengenai kolostrum itu sendiri. Istilah kolostrum masih sangat tabu di masyarakat. Masyarakat belum mengetahui tentang kolostrum itu sendiri. Menurut penelitian yang di lakukan Aisyah, Salawati dan Prasida (2009) di Wilayah Puskesmas Gribig Gebog, Kabupate kudus, melalui wawancara dengan 10 ibu hamil trimester tiga, diperoleh informasi ternyata banyak ibu yang belum mengerti tentang manfaat kolostrum, karena menurut kepercayaan yang berkembang air susu yang keluar pertama kali kotor dan bisa menyebabkan suatu penyakit jika diberikan kepada bayi baru lahir.

Gambaran pemberian kolostrum di Indonesia belum banyak di terapkan oleh masyarakat. Menurut laporan BPS (2003), menyatakan dari sejumlah 14.474 anak yang mendapat ASI, hanya 38,7% anak yang mendapat ASI satu jam pertama setelah lahir. Minimnya pemberian kolostrum di Indonesia terjadi juga di kota Depok. Studi penelitian di Depok yang dilakukan terhadap 421 responden, 87,9

(3)

% bayi mendapatkan asupan prelaktal, 76% asupan prelaktal diantaranya susu formula (Wibowo, 2008).

Asupan prelaktal adalah asupan yang diberikan setelah bayi lahir. Tingginya angka asupan prelaktal yang diberikan sesaat setelah bayi lahir menunjukan bahwa ketika bayi lahir bukan diberikan kolostrum. Akan tetapi asupan prelaktal seperti pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Hal tersebut tentunya dapat mengindakasikan bahwa pemberian kolostrum di kota Depok masih minim. Minimnya pemberian kolostrum di kota Depok terjadi di salah satu puskesmas Beji. Berdasarkan laporan bulanan gizi Puskesmas Beji pada bulan maret 2013 didapatkan bahwa persentase angka pemberian asi eksklusif untuk bayi laki-laki 31,58% sedangkan untuk bayi perempuan hanya 27,78% (Profil Puskesmas Beji, 2013)

Salah satu faktor minimnya pemberian kolostrum dapat terjadi dikarenakan adanya faktor tingkat pengetahuan dan sikap. Sehingga peneliti akan lebih lanjut akan mempelajari lebih rinci tentang tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang manfaat pemberian kolostrum serta rencana menyusui eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Beji Depok.

Metode

Penelitian menggunakan desain deskriptif. Teknik pengambilan sampel pada penlitian ini adalah non random sampling, dengan metode

Convinience Sampling . Jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 90 ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Beji Depok. Kode etik penelitian merupakan suatu pedoman etika dalam setiap penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti, dan masyarakat yang akan memperoleh dampak dari hasil penelitian tersebut. Etika penelitian merupakan masalah yang penting dalam penelitian

Pengumpulan data pada penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan alat ukur penelitian berupa kuesioner. Penelitian ini menggunakan kuisoner tertutup dimana sudah terdapat jawaban yang dimaksud. Pengolahan data pada penelitian menggunakan program komputer yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap editing, coding, processing, dan

cleaning. Analisis yang digunakan adalah

analisis univariat yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti yaitu variable data demografi (umur, suku, pekerjaan, penghasilan dan tingkat pendidikan) dan variabel penelitian berupa tingkat pengetahuan, sikap dan rencana menyusui eksklusif.

(4)

Hasil

Hasil penyajian penelitian deskriptif ini menampilkan variabel penelitian dan karateristik demografi responden

Tabel. 1 Pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang manfaat pemberian kolostrum serta rencana menyusui eksklusif

Variabel Jumlah Persentase 1.Pengetahuan 2.Tinggi Rendah 69 21 76,7 23,3 2. Sikap Positif Negatif 48 42 53,3 46,7 3. 3.Rencana Menyusui Eksklusif 4. Ya 5. Tidak 81 9 90 10

Hasil penelitian menunjukan mayoritas ibu hamil memiliki pengetahuan tinggi tentang manfaat pemberian kolostrum sekitar 69 responden (76,7%). Responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang manfaat pemberian kolostrum yaitu 21 responden (23,3%). Mayoritas responden memiliki sikap positif terhadap pemberian kolostrum yaitu 48 responden ( 53,3%). Sebaliknya responden yang memiliki sikap negatif terhadap pemberian kolostrum yaitu 42 responden (46,7%). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hampir keseluruhan responden bersedia untuk menyusui eksklusif yaitu sebanyak 81 responden (90%). Sebaliknya responden yang tidak bersedia mengenai rencana menyusui eksklusif sebanyak 9 responden (10%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia ibu hamil yang menjadi responden rata-rata berusia 28,97 tahun dan usia kehamilan 5,67 bulan. Suku responden yang paling banyak adalah suku Betawi sebanyak 37 responden (41,1%). Sebagian besar responden memiliki jenjang pendidikan SMA yaitu sebanyak 54 responden (60%). Mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tanggayaitu sebanyak 81 responden (90%). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden paling banyak memiliki penghasilan satu sampai lima juta yaitu sebanyak 79 responden (87,8%).

Pembahasan

Tingkat Pengetahuan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki pengetatahuan tinggi yaitu 69 responden (76,7%). Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil. Faktor – faktor yang terkait yang dimiliki responden yang dapat mempengaruhi pengetahuan dalam penelitian ini adalah usia, pendidikan, lingkungan sosial budaya, ekonomi dan pekerjaan.

Faktor usia, mayoritas responden memiliki usia 28,97 tahun dimana usia tersebut termasuk dalam masa usia dini (early

(5)

dini merupakan masa penyesuaian diri terhadap kehidupan dan harapan sosial baru. Masa dini dimana seorang individu mulai memainkan peran baru dalam kehidupan seperti sebagai orang tua, suami dan istri (Lubis dan Pieter, 2010). Hal tersebut dapat erat kaitannya dengan pengetahuan yang didapatkan. Pada masa dini, individu masih perlu beradaptasi dengan kehidupan barunya termasuk mencari informasi yang diperlukan

Secara keseluruhan pada penelitian ini umur dapat berpengaruh terhadap pengetahuan seorang ibu. Umur yang semakin bertambah membuat seseorang semakin banyak pengalaman. Hal tersebut dikarenakan pengalaman merupakan salah satu aspek penting dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Notoadmodjo (2007) bahwa usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin bertambah usia seseorang semakin baik pengalaman, keterampilan dan pola pikir serta pengetahuan tentang objek, materi dan informasi.

Faktor tingkat pendidikan, Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden adalah tingkat pendidikan jenjang SMA. Tingkat pendidikan tersebut merupakan tingkat pendidikan yang cukup baik yang dimiliki oleh responden sesuai dengan wajib belajar yang diprogramkan oleh pemerintah.

Hal tersebut didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Notoadmodjo (2007) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, akhlak serta kemampuan yang diperlukan oleh diri sendiri dan masyarakat melalui proses pembelajaran dan berlangsung seumur hidup. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan, sehingga pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kesempatan untuk menerima informasi dari orang lain maupun media massa

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Rumiyati (2011) dalam penelitiannya bahwa semakin tinggi pendidikan ibu semakin tinggi pula tingkat pengetahuan terhadap manfaat dan keunggulan kolostrum.

Faktor lingkungan budaya, terkait dengan pemberian kolostrum, suku dapat mempengaruhi keputusan seorang ibu untuk memberikan kolostrum kepada bayinya. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nazara (2008) pada suku Nias mengenai faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan kolostrum. Temuan penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat larangan dalam budaya masyarakat suku Nias yang menjadi

(6)

salah satu faktor seorang ibu tidak memberikan kolostrum pada bayinya

Mayoritas responden mempunyai suku Betawi. Salah satu kebudayaan dari suku Betawi tepatnya di Desa Ragunan yaitu setelah bayi lahir dan dibersihkan, bayi akan diberi makan daging buah kelapa yang masih sangat muda sehingga berbentuk lender. Masyarakat suku Betawi sudah mulai memperkenalkan nasi kepada bayinya sejak usia satu hari setelah diberi makan daging buah kelapa terlebih dahulu (Swasono, 1998). Adat-istiadat tersebut dapat mengindaksikan bahwa ketika bayi baru lahir, bayi diberikan daging buah kelapa bukan kolostrum. Pendapat ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Littler (1997) dalam Rogers (2011). Littler (1997) dalam Rogers (2011) menyatakan bahwa kebanyakan ibu yang tidak memberikan kolostrum pada bayi dikarenakan tradisi atau kepercayaan yang mengaggap bahwa kolostrum tidak ada nutrisinya dan tidak baik diberikan kepada bayi lahir karena dapat menyebabkan bayi sakit bahkan terjadinya kematian. Hal tersebut didukung oleh pendapat yang dikemukakan Perinasia (2003) yang menyatakan bahwa tatanan budaya sangat berperan dalam pengambilan keputusan seorang ibu untuk menyusui atau tidak menyusui bayinya.

Adat istiadat yang berkembang dan diwarisi turun temurun membentuk perilaku

seseorang. Hal tersebut tentunya dapat menambah pengalaman seseorang mengenai adat istiadat atau kebiasaan yang sering dilakukan. Menurut Notoadmodjo (2007) pengalaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Koentjaraningrat (1996) dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan merupakan salah satu unsur yang pasti didapatkan dalam suatu kebudayaan. Sehingga kebudayaan masyarakat Betawi tersebut dapat membentuk pengetahuan yang dimiliki responden yang berasal dari suku Betawi

Faktor penghasilan, mayoritas responden memiliki penghasilan satu sampai lima juta. Penghasilan yang dimiliki dalam suatu keluarga berpengaruh terhadap sumber informasi yang didapat. Semakin tinggi penghasilan dan semakin mudah pula akses untuk mendapatkan informasi. Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa sumber informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Pendapatan keluarga sangat erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan. Pendapatan erat kaitanya dengan taraf hidup seseorang. Semakin meningkatnya taraf hidup seseorang semakin mudahnya mendapatkan akses informasi. Pendapat tersebut juga didukung oleh penelitian Anggrita (2009) faktor

(7)

penghasilan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan. Semakin tinggi penghasilan yang diterima maka semakin banyak akses untuk mendapatkan informasi. Sehingga penghasilan yang minim yang dimiliki oleh responden dalam penelitian ini berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan rendah yang dimiliki.

Faktor pekerjaan, mayoritas responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga. Ketika seorang ibu tidak bekerja, aktifitas kebanyakan dilakukan dirumah . Hal tersebut dapat menyebabkan seorang ibu tersebut kurang terpaparnya dengan berbagai media informasi. Menurut Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa media sebagai sarana sumber informasi yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dengan memberikan suatu landasan kognitif baru

Ibu yang tidak bekerja memiliki kesempatan yang lebih sedikit untuk terpaparnya komunikasi dengan teman kerja. Padahal komunikasi merupakan salah satu aspek yang penting dalam memperoleh informasi. Pendapat tersebut juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Clevenger 1995 dalam Notoatmdjo (2010) yang menyatakan bahwa komunikasi merupakan suatu terminologi yang merujuk pada suatu proses pertukaran informasi yang dinamis. Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa media atau sumber informasi merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Sikap

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki sifat positif. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus satu objek (Notoatmodjo, 2010). Sikap positif yang dimiliki oleh responden dapat terjadi dikarenakan pengetahuan responden yang baik. Mengingat dalam menentukan sikap yang utuh dipengaruhi oleh beberapa komponen yaitu pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi (Notoadmodjo, 2010). Hal tersebut didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Newcomb dalam Notoadmodjo (2010) yang menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan dan kesediaan untuk bertindak.

Rencana Menyusui Eksklusif

Hasil penelitian ini menunjukan mayoritas responden memiliki rencana menyusui eksklusif pada bayi. Rencana hampir sama halnya dengan sikap yang merupakan suatu respon dan belum dilakukan dalam suatu tindakan. Sikap dapat diartikan suatu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atu objek (Notoatmodjo, 2007). Hampir sebagian besar responden memiliki sikap positif terhadap manfaat pemberian kolostrum sehingga dapat

(8)

berdampak pada rencana menyusui eksklusif responden.

Pernyataan tersebut juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Allport 1954 Notoatmodjo (2010) bahwa kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek merupakan keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Rencana menyusui eksklusif responden juga dapat dipengaruhi oleh ciri-ciri masa dewasa dini yang dimiliki oleh responden yaitu periode produktif. Periode produktif dimana mulai menjadi calon orang tua sehingga telah menyiapkan hal yang terbaik untuk bayinya termasuk rencana untuk menyusui eksklusif yang sudah dimulai dari periode kehamilan (Pieter dan Lubis, 2010).

Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Beji berusia 28,97 tahun dan usia kehamilan 5,64 bulan. Sebagian besar responden memiliki suku Betawi. Jenjang pendidikan formal yang paling banyak dimiliki oleh responden adalah jenjang pendidikan SMA. Penelitian ini juga menunjukkan hampir keseluruhan responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Mayoritas responden memiliki pengahasilan satu sampai lima juta perbulan. Sebagian besar responden memiliki tingkat

pengetahuan tinggi dan sikap positif tentang manfaat pemberian kolostrum dan mayoritas responden menyatakan bersedia untuk menyusui eksklusif pada bayi mereka.

Hasil penelitian ini dapat menyajikan data dasar yang berguna bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini memberikan gambaran tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang manfaat pemberian kolostrum terhadap rencana menyusui eksklusif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan tinggi. Hal tersebut masih perlu mendapat perhatian dari pelayanan keperawatan. Mengingat pentingnya pemberian kolostum pada bayi baru lahir. Oleh karena itu, perlu adanya promosi kesehatan sejak dini kepada ibu-ibu baik yang sudah menikah ataupun yang sedang hamil tentang pentingnya manfaat pemberian kolostrum kepada bayi baru lahir. Promosi tersebut dapat dilakukan dengan cara terjun langsung ke masyarakat melalui sehingga proses informasi bisa langsung diterima oleh masyarakat.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih ini saya ucapkan kepada Ibu Ns. Tri Budiati, S.Kep., M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing dalam menyelasaikan penelitian ini

(9)

Referensi

Aisyah, D., Salawati, T, Prasida,W. A. (2009)

. Studi Diskriptif Tingkat Pengetahuan

dan Sikap Ibu Hamil Trimester 3 Dalam Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Puskesmas Gribig

Kudus Tahun 2009. Tugas Akhir

Kebidanan Universitas Muhammadiya Semarang

Anggrita, K. (2009). Hubungan karateristik ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Medan Amplas Tahun 2009. Skripsi.

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International. (2003). Indonesia demographic and health survey

2002-2003. Diperoleh pada 22 Oktober 2012.

Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International. (2008). Indonesia

demographic and health survey 2007.

Badan Penelitian dan Pegembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2010). Riset kesehatan dasar 2007. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2007)

Badan Penelitian dan Pegembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2010). Riset kesehatan dasar 2010. Chandrasekhar, TS et all. Breastfeeding

Initiation And Determinan of Exclusive Breastfeeding. A Quisioner Survey in Urban Population of Western Nepal. Public Health Nutrition. No 2. Vol.10.Feb.p.192-197.2007

Duong, Dat, ett all (2004). Breast Feeding Initiation and Exsclusive Breast Feeding in Rural Viatnem, Public Health

Nutrition, vol 7, no 6, pp 795-

Nazara, P. (2008). Faktor-Faktor yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan Kolostrum Kepada Bayi Baru Lahir di

Desa Sifalaete. Ulu Kecamatan

GunungSitoli Kabupaten Nias Tahun 2007. Tugas Akhir Kebidanan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan

perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan

dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi

penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Perinasia. (2003). Bahan Bacaan Manajemen

Laktasi. Jakarta: Program Manajemen

Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia

Profil Puskesmas Beji Tahun 2013 : Tidak Dipublikasikan

Piete, Z. H dan Lubis, L.N. (2010) . Pengantar Psikologi dalam

Keperawatan. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Priyanto. (2009). Komunikasi dan Konseling Aplikasi Dalam Saran Pelayanan

Kesehatan Untuk Perawat. Jakarta:

Salemba Medika

Rogers, N. L., Abdi, J., Moore, D., Nd'iangui, S., Smith, L. J., Carlson, A. J., & Carlson, D. (2011). Colostrum

avoidance, prelacteal feeding and late breast-feeding initiation in rural northern ethiopia. Public Health

Nutrition,14(11),2029-36.

Rumiyati, S. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Pertama (Kolostrum) di Rumah Bersalin An-Nissa

(10)

Surakarta. KesMaDaSka, 2 (2), 30-34. Diakses dari 15 april 2013.

http//:jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/ index.php/JK/article/download/6/6 Swasono. (1998). Kehamilan, Kelahiran,

Perawatan Ibu dan Bayi dalam

Konteks Budaya. Jakarta: Universitas

Indonesia (UI-Press)

Wibowo (2008). A Formative Research of Exsclusive Breastfeedig Practice Among Working and Non Working Mothers in Urban Setting SEAMEO

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 2, terlihat ketepatan kader dari Kabupaten dalam mengggunakan lenght board baik sebelum pelatihan maupun sesudah pelatihan lebih rendah di bandingkan

Pasal 245: Barang siapa dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau Bank sebagai mata uang atau uang kertas asli dan

Dampak yang nantinya akan terjadi pada saat permasalahan belum bisa ditangani adalah debit air dalam sistem irigasi yang ada saat ini akan berkurang dan mempengaruhi

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa selisih rerata peningkatan perkembangan motorik halus sebelum dan setelah dilakukan intervensi permainan edukatif jenis

Pendukung” Provinsi Kalimantan Selatan dapat mengisi bagian dari target 50.000 rumah khusus yang diarahkan untuk bencana dan MBR dalam arti luas 6 Rencana Strategis

Dalam kasus sengketa dagang antara Indonesia dengan Korea ini Panel telah memberikan kesimpulan dan rekomendasi bahwa dalam hal penentuan nilai normal, KTC telah

Struktur histologi jaringan hati ikan jambal siam ( Pangasius hypopthalmus ) yang diberi pakan mengandung ekstrak kurkumin dan diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila

Proses objektifikasi yang dilakukan oleh Soekarno adalah menampilkan sosok perempuan dalam bentuk stereotipe seperti kaum lemah, kaum bodoh, kaum singkat pikiran,