• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBUTENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK DI POSYANDU DUSUN SADON SAWAHAN NGEMPLAK BOYOLALI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBUTENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK DI POSYANDU DUSUN SADON SAWAHAN NGEMPLAK BOYOLALI SKRIPSI"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

iv

HUBUNGAN TINGKAT

IBUTENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK TERSEDAK DI POSYANDU DUSUN SADON SAWAHAN NGEMPLAK

Untuk Memenuhi

PROGRAM STUDI S

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK TERSEDAK

DI POSYANDU DUSUN SADON SAWAHAN NGEMPLAK BOYOLALI

SKRIPSI

Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna MencapaiGelar Keperawatan

Oleh :

Chlivisia Charnovan Putra NIM S1 1010

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK TERSEDAK

DI POSYANDU DUSUN SADON SAWAHAN NGEMPLAK

Gelar Sarjana

1 KEPERAWATAN

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Skripsi Keperawatan yang berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK TERSEDAK

DI POSYANDU DUSUN SADON SAWAHAN NGEMPLAK BOYOLALI

Oleh :

Chlivisia Charnovan Putra NIM S1 1010

Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 30 Juli 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Pembimbing utama

S. Dwi

Sulisetyawati,S.Kep.,Ns.,M.KepNIK. 200984041

Pembimbing Pendamping,

Ika Subekti Wulandari,S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK. 201189097

Penguji,

Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep. NIK. 201279102

Surakarta, 30 Agustus 2015 Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,

Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep. NIK. 201279102

(3)
(4)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah Nya. Pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang Pertolongan Pertama Pada Anak Tersedak Di Posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali”. Skripsi penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh mata ajar skripsi di Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat membangun dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, sekaligus penguji.

3. S. Dwi Sulisetyawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan skripsi.

4. Ika Subekti Wulandari,S.Kep.,Ns., M.Kepselaku Pembimbing Pendamping yang telah meberikan bimbingan, masukan dan saran dalam proses penyusunan skripsi.

(5)

vi

5. Bapak Poniman, selaku Kepala Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali yang telah bersedia memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

6. Ibu Ririn Yunianti, Amd.keb selaku Kepala Posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali yang telah bersedia memberi izin agar institusinya dijadikan tempat penelitian.

7. Ibu Sumantinah, selaku Kepala Desa Donohudan Kecematan Ngemplak Kabupaten Boyolali yang telah bersedia memberikan ijin Validitas dan Reabilitas.

8. Bapak Waluyo, selaku Kepala Desa Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yang telah bersedia memberikan ijin Validitas dan Reabilitas.

9. Orang tuaku tercinta Bapak Suratno, Alm. Ibu Karsiyemdan kakak tercinta Ichwan Maulana Putra yang selalu memberikan dukungan, doa, materi dan kasih sayangnya sepanjang waktu.

10.Teman – teman seperjuangan S-1 Keperawatan angkatan 2011 yang selalu mendukung dan membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

11.Teman – teman lain atas dukungan dan semangat yang diberikan. 12.Para responden yang bersedia menjadi bahan penelitian.

13.Semua pihak yang telah memberikan dukunganmoral maupun material dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

(6)

vii

Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan mandapat balasan yang lebih baik. Pada akhirnya penulis bersyukur pada Allah SWT semoga proposal ini dapat bermanfaat kepada banyak pihak dan tidak lupa penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Surakarta, 13 Juli 2015

(7)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

ABSTRAK BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1Latar Belakang ... 1 1.2Rumusan Masalah ... 4 1.3TujuanPenelitian ... 5 1.4 ManfaatPenelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tinjauan Teori ... 7

2.1.1 Tersedak ………. 7

2.1.1.1PengertianTersedak ... 7

(8)

ix

2.1.1.3Mekanisme Tersedak ... 9

2.1.1.4Klasifikasi Tersedak ... 10

2.1.1.5Faktor-Faktor Penyebab Tersedak ... 11

2.1.1.6Perilaku Ibu Saat Tersedak ... 12

2.1.1.7Komplikasi Tersedak ... 12 2.1.1.8Penatalaksanaan Tersedak ... 13 2.1.2 Perilaku ... 18 2.1.2.1 Pengertian Perilaku ……… 18 2.1.2.2 Faktor – Faktor ……….. 18 2.1.2.3 Pengukuran Perilaku ……… 19 2.1.3 Pengetahuan ……… 20 2.1.3.1Pengertian Pengetahuan ………... 20 2.1.3.2Manfaat Pengetahuan ... 20 2.1.3.3 Tingkat Pengetahuan ... 21 2.1.3.4 Faktor-Faktor ……….. 23 2.1.3.5 Pengukuran Pengetahuan ……… 26 2.2 Kerangka Teori... 27 2.3 Kerangka Konsep ... 28 2.4 Hipotesis ... 28 2.5 Keaslian Penelitian ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 31

3.1Jenis Dan Rancangan Penelitian ………... 31

(9)

x

3.2.1 Populasi ……… 31

3.2.2 Sampel ……… 32

3.3Tempat Dan Waktu ……….. 32

3.3.1 Tempat Penelitian ……… 32

3.3.2 Waktu Penelitian ………... 33

3.4Variabel Penelitian, Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran………. 33

3.5Alat Penelitian Dan Cara Pengumpulan Data ... 34

3.5.1 Alat Penelitian ………. 34

3.5.2 Cara Pengumpulan Data ……….. 35

3.6Uji Validitas Dan Reabilitas ... 36

3.6.1 Konten Validitas ……….. 36

3.6.2 Reabilitas ………. 37

3.7Teknik Pengolahan Data Dan Analisa Data ... 38

3.7.1 Pengolahan Data ……….. 38

3.7.2 Analisa Data ……….39

3.8Etika Penelitian ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ……….. 43

4.1 Hasil Penelitian ……….43

4.1.1 Uji Univariat ……… 43

4.1.2 Uji Bivariat ………45

BAB V PEMBAHASAN ……….. 48

(10)

xi

5.1.1 Usia ………. 49

5.1.2 Pendidikan ………... 49

5.2 Tingkat Pengetahuan Tentang Tersedak ……… 51

5.3 Perilaku Ibu Dalam Pertolongan Pertama Tersedak ……….51

5.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Dalam Pertolongan Pertama Tersedak ………..53 BAB IV PENUTUP ……… 55 6.1 Kesimpulan ……….. 55 6.2 Saran ……… 56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Keaslian Penelitian 29 3.1 Variabel Penelitian 33 4.1 Distribusi RespondenMenurut Umur 42 4.2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan 43 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan 43 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku 45

4.5 Hasil Uji Korelasi 46 4.6 Distribusi frekuensi

Kolmogorov- Smirnovibu

posyandu sadon

(12)

xiii

DAFTAR GAMBAR

NomorGambar JudulGambar Halaman

2.1 Tepuk Punggung 14 2.2 Tepuk Dada 15 2.3 Teknik Heimlich 17 2.4 Teknik Heimlich 17 2.5 Kerangka Teori 27 2.6 Kerangka Konsep 28

(13)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan

Lampiran

1 F 01 Usulan Topik Penelitian

2 F 02 Pengajuan Persetujuan Judul

3 F 04Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

4 Surat Ijin Studi Pendahuluan

5 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

6 Surat Ijin Validitas Dan Reabilitas

7 Surat Balasan Validitas Dan Reabilitas

8 F 05 Lembar Oponen

9 F 06 Lembar Audience

10 F 07 Pengajuan Ijin Penelitian

11 Surat Ijin Penelitian

12 Surat Balasan Ijin Penelitian

13 Surat Penjelasan Informan

14 Surat Persetujuan Menjadi Informan

15 Kuesioner

16 Hasil Pengolahan Data (Spss 15.0)

17 Lembar Konsultasi

(14)
(15)

xvi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK TERSEDAK

DI POSYANDU DUSUN SADON SAWAHAN NGEMPLAK BOYOLALI

ChlivisiaCharnovan Putra 1), S. DwiSulisetyawati 2), IkaSubektiWulandari 3),

1

S-1 KeperawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta

2

Dosen S-1 KeperawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta

3

Dosen S-1 KeperawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta

Abstrak

Tersedakmerupakankondisitersumbatnyasaluranpernafasanolehbendaasingberup

amakanan, mainandan

lain-lain.Padaumumnyamasyarakatbelumpahamakanpertolonganpertamatersedak.

Penelitianinibertujuanuntukmengetahuiadahubunganatautidakantaratingkatpengetahuan denganperilakupertolonganpertamapadaanaktersedak.

Penelitianinimenggunakandesain cross-sectional yang dilakukan di posyanduDusunSadonSawahanNgemplakBoyolalidanteknikpengambilansampelmenggun akan purposive sampling denganjumlahrespondensebanyak 30 responden.

Hasilpenelitianmenunjukanbahwatingkatpengetahuanibu 83,4% dikategorikankurangdanperilakuibu 73,3% dikategorikannegatif, didapatkannilaikorelasi 0,021. Uji statistic inimenggunakanujiKolmogorov-Smirnov yaituujialternatifChi Square denganspss 15.Nila p value = 0,100 (p value <0,05) sehinggadapatdisimpulkanbahwa Ho diterimayaitutidakadahubunganantaratingkatpengetahuandenganperilakuibupadapertolo nganpertamapadaanaktersedak. Tingkat pengetahuanibutentangtersedakpadaanaktidakberhubungandenganperilakuibudalampert olonganpertama.Sehinggaparaibuharusdapatmeningkatkanpengetahuandanpemahamand alamketrampilanatautindakan yang dibutuhkananaksaatterjaditersedak.

(16)

xvii

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015

ChlivisiaCharnovan Putra

Correlation between Mothers’ Knowledge Level and Their Behavior in the Application of the First Aid for Choking Children at Integrated Health Post of SadonSawahan

Village, Ngemplak, Boyolali ABSTRACT

Choking is a condition where respiratory tract clogged by food, toy, etc. In general, people have not been aware of the first aid for choking. The objective of this research is to investigate the correlation between the mothers’ knowledge level and their behavior in the application of the first aid for choking children.

This research used the cross-sectional design. It was conducted at Integrated Health Center of SadonSawahan Village, Ngemplak, Boyolali. The samples of research were 30 respondents and were taken by using the purposive sampling technique.

The result of this research shows that (83.4%) mothers had a poor level of knowledge and (73.3%) mothers had a negative behavior, and the correlation value was 0.021. The result of the Kolmogorov-Smirnov’s Chi Square test aided with the computer program of SPSS 15 shows that the p-value was 0.100 which was less than 0.05, meaning that Ho was verified, and there was not any correlation between the mothers’ knowledge level and their behavior in the application of the first aid for choking children.

The mothers’ knowledge level of choking did not relate to their behavior in the application of the first aid. Thus, mothers are expected to improve their knowledge and understanding of the skills or actions required if the child are choking.

Keywords: Knowledge, behavior, choking

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tersedak merupakan kondisi gawat darurat yang harus cepat ditangani, bila terlalu lama akan mengakibatkan kekurangan oksigen dan mengakibatkan kematian (Knapp J, Mulligan, Smith, 2005). Tersedak merupakan kondisi tersumbatnya saluran pernafasan oleh benda asing berupa makanan, mainan dan lain-lain (Brown K, 2005). Tersedak dapat terjadi bila makanan atau benda asing yang seharusnya menuju kerongkongan, tetapimenuju tenggorokan karena berbagai sebab (Syah, 2010).

Di Amerika Serikat setiap 5 hari terdapat 1 anak dibawah usia 1 tahun yang meninggal dan lebih dari 10.000 anak dirawat di Unit Gawat Darurat (American Academy of Pediatrics (AAP), 2014). Di Indonesia sendiri data yang diperoleh dari RSUD dr. Harjono Ponorogo, kasus adanya benda asing di tenggorokan adalah sebanyak 157 orang pada tahun 2009 dan 112 orang pada tahun 2010 (Rekam Medik RSUD dr. Harjono Ponorogo). Di posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali dari 96 anak terdapat 30 orang anak yang mengalami tersedak akibat kemasukan benda asing.

Sebagian besar usia anak yang sering tersedak adalah umur 0-3 tahun.Umur 0-1 tahun adalah fase infant karena memasuki fase dimana kepuasan dan kenikmatan pada mulutnya untuk mengigit, mengunyah dan menghisap(Suryabrata, 2006). Pada usia 1-3 tahun (toodler) anak-anak

(18)

memasuki masa keingintahuan yang tinggi dan usia 4-5 masa teraktif anak (Shelov,2004).Beberapa jenis benda asing yang paling umum penyebab tersedak adalah makanan, koin, balon, mainan lainnya (Carpenito, 2009).

Pengenalan dini akan tanda-tanda tersedak pada ibu merupakan langkah awal untuk penanganan tersedak dengan bisa membedakan kondisisakit yang lain seperti asma, serangan jantung, stroke atau kondisi sakit lain yang menyebabkan gangguan pernapasan(Smith SA & Norris B, 2003). Menurut World Health Organization (WHO) karakteristik benda yang barbahaya untuk anak tersedak adalah bentuk, ukuran, dan konsistensi mainan tertentu, sehingga harus cepat ditangani secara komprehensif dan terkoordinasi pencegahannya (Committe on injury, 2007). Beberapa tanda sepertisesak nafas, tidak ada suara atau suara serak, mengi, hingga tidak bernafas, sedangkan pada usia balita akan memegang lehernya yang merasa seperti tercekik, sehingga harus cepat dilakukan pertolongan pertama(Edwina,2010).

Pertolongan pertama yang bisa dilakukan pada anak tersedak adalah Sandwich Manuver dan Heimlich. Heimlichadalah meminta anak untuk

membatukkan dengan keras agar benda asing tersebut keluar, apabila anak belum bisa bicara meminta membatukkannya lagi (Iskandar J, 2012). Pertolongan denganSandwich Manuver yaitu dengan membaringkan badannya di lengan atau paha dengan posisi wajahnya menghadap ke bawah dan kepala lebih rendah dari tubuh. Topang bagian kepala, di rahang dan tulang pipi dengan jari. Lalu tepuk pelan punggung bayi dengan tangan sebanyak kurang lebih lima kali(Lansky, 2007).

(19)

3

Berdasarkan dari studi pendahuluan 5 Desember 2014 di Dusun Sadon pertolongan pertama pada anak tersedak hanya dengan menepuk-nepuk leher dan diberi minum. Tingkat pengetahuan ibu dalam pertolongan pertama tentang tersedak masih rendah, itu terbukti dengan angka kejadian yang tinggi dan salahnya perilaku ibu dalam penangganan tersedak belum tepat. Ibu hanya memberi minum dan memijit leher anak dalam memberikan pertolongan pertama anak saat tersedak.

Di Amerika Serikat pemerintah ikut berkolaborasi dalam pencegahan tersedaknya makanan pada anak-anak, dengan cara membentuk lembaga yang bertugas memeriksa dan mengatasi bahaya tersedak. Pemerintah juga melakukan kegiatan pendidikan publik terkait pencegahan tersedak pada anak, selain itu merancang makanan bentuk, ukuran, tekstur dan lainya untuk meminimalkan kejadian tersedak pada anak(Pediatrics, 2010). Di Indonesia pemerintah belum ikut berkontribusi dalam pencegahan anak tersedak dan belum banyak dilakukan pengenalan dini akibat tersedak pada ibu-ibu melalui pendidikan kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 7 ibu di posyandu dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali yang anaknya mengalami tersedak mengatakan tidak pernah mengantarkan anaknya ke puskesmas karena ibu beranggapan bahwa tersedak merupakan masalah tidak serius bagi kesehatan anaknya. Tersedak merupakan hal yang wajar terjadi pada anak-anak, ibu mempersepsikan tersedak berdampak buruk bagi kesehatan terutama pernafasan, ibu tidak mengerti bagaimana pertolongan pertama tersedak, ibu

(20)

tidak melakukan pencegahan tersedak seperti mengawasi anak saat makan dan bermain. Pertolongan pertama yang dilakukan ibu saat itu adalah dengan menepuk-nepuk leher dan memberi minum kepada anak selanjutnya diantar ke puskesmas dan ada juga yang tidak diantar ke puskesmas.

Berdasarkan fenomena yang ada di masyarakat Dusun Sadon diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang tersedak pada anak masih kurang terhadap anak tersedak dan perilaku ibu belum tepat dalam melakukan pertolongan pertama pada anak tersedak. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa hal tersebut dikarenakan masyarakat jarang mendapatkan penyuluhan tentang tersedak. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang Pertolongan Pertama Pada Anak Tersedak Di Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.

1.2Rumusan Masalah

Dari data kesehatan di posyandu Dusun Sadon pada tahun 2013 didapatkan 30 anak pernah mengalami tersedak dan ibu belum mengetahui tentang bahaya tersedak, bagaimana perilaku ibu yang tepat pada saat anak tersedak, sehingga peneliti ingin mengidentifikasikan tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang Pertolongan Pertama Pada Anak Tersedak Di Posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.

(21)

5

1.3Tujuan Penelitian 1) Tujuan umum

Penelitian inidilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pertolongan pertama pada anak saat tersedak.

2) Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama pada anak tersedak.

b. Mengidentifikasi perilaku ibu dalam menerapkan pertolongan pertama pada anak tersedak.

c. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pertolongan pertama pada anak tersedak.

1.4Manfaat Penelitian 1. Bagi ibu

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan bagi ibu tentang pertolongan pertama tersedak.

2. Bagi tenaga kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi Posyandu untuk meningkatkan status kesehatan dan cara mengatasi anak disaat tersedak.

3. Bagi institusi pendidikan

Tersedianya informasi bagi institusi pendidikan tentang pertolongan pertama tersedakuntuk pencegahan dini, sehingga institusi pendidikan dapat

(22)

merencanakan program-progam misalnya pendidikkan kesehatan tentang pertolongan pertama tersedak dan cara mengatasinya.

4. Bagi peneliti lain

Digunakan sebagai informasi dan acuan untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya terkait pertolongan pertama pada tersedak, misalnya faktor yang dapat meningkatkan motivasi ibu menjaga anak agar tidak tersedak.

5. Bagi peneliti

Penelitianini bermanfaat sebagai proses belajar untukmengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari program Studi Ilmu Keperawatanterkait kesehatan anak saat tersedak.

(23)

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan teori 2.1.1 Tersedak 2.1.1.1 Pengertian Tersedak

Tersedak merupakan suatu kegawatdaruratan yang sangat berbahaya, karena dalam beberapa menit akan terjadi kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh sehingga hanya dalam hitung menit klien akan kehilangan reflek nafas, denyut jantung dan kematian secara permanent dari batang otak, dalam bahasa lain kematian dari individu tersebut (Arora, 2011).

Tersedak adalah sumbatan atau hambatan respirasi olehbenda asingobstruksi pada saluran napas internal, termasuk faring, hipofaringdan trakea. Obstruksi jalan napas bisa berakibat fatal jika mengarah ke saluran oksigenasi dan ventilasi (Knapp J, Mulligan, Smith, 2005).Tersedak adalah kondisi tersumbatnya saluran pernapasan baik oleh benda asing, muntah, darah atau cairan lain. Anak-anak dengan refleks menelan yang belum sempurna lebih mudah tersedak oleh benda-benda kecil. Tersedak adalah kondisi gawat darurat yang harus cepat ditangani. Bila dibiarkan terlalu lama tubuh

(24)

bisa mengalami kekurangan oksigen (hipoksia) dan dapat mengakibatkan kematian(Brown K, 2005).

Tersedak menyebabkan tersumbatnya saluran pernapasan di sekitar tenggorokan (laring) atau saluran pernapasan (trakea). Aliran udara menuju paru-paru pun terhambat sehingga aliran darah yang menuju otak dan organ tubuh lain terputus. Karena itu perlu dilakukan tindakan pertama yang efektif untuk menyelamatkan nyawa dengan tindakanSandwich Manuver dan Heilmich(Jaelani, 2012). 2.1.1.2GejalaTersedak

Gejala tersedak biasanya batuk, muntah, tangan memberikan sinyal ke tenggorokan, sulit bicara, sesak napas, dan kadang saat bernapas mengeluarkan bunyi. Hal ini disebabkan karena seseorang yang sedang makan atau minum terlalu terburu-buru yang biasanya dibarengi dengan tertawa, menangis, sampai keracunan alkohol akut (Emedicinehealth, 2009). Gejala yang paling sering muncul saat tersedak adalah batuk-batuk, hal ini normal karena batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari tenggorokan, akan tetapi semakin besar benda yang masuk maka gejala yang muncul lebih mirip orang yang tercekik (choking) seperti : sesak nafas, tidak ada suara atau suara serak, mengi, hingga tidak nafas dan ini perlu tindakan medis yang

(25)

9

segera untuk menghindari gawat nafas.Pada usia balita, maka balita tersebut akan memegang lehernya yang merasa seperti tercekik. Tersedak dalam kategori ringan maka ditandai dengan batuk-batuk hingga muntah. Tersedak dengan kategori berat maka ditandai dengan batuk-batuk yang semakin lama semakin jarang dan akhirnya tidak dapat batuk sama sekali. Wajah membiru dan kemudian pingsan (Edwina, 2010).

2.1.1.3Mekanisme Tersedak

Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan minuman secara anatomis terletak di belakang tenggorokan (jalan nafas). Kedua saluran ini sama-sama berhubungan dengan lubang hidung maupun mulut. Agar tidak terjadi salah masuk, maka diantara kerongkongan dan tenggorokan terdapat sebuah katup (epiglottis) yang bergerak secara bergantian menutup tenggorokan dan kerongkongan seperti layaknya daun pintu. Saat bernafas, katup menutup kerongkongan agar udara menuju tenggorokan, sedangkan saat menelan makanan, katup menutup tenggorokan agar makanan lewat kerongkongan. Tersedak dapat terjadi bila makanan yang seharusnya menuju kerongkongan, malah menuju tenggorokan karena berbagai sebab ( Syah, 2010).

Tenggorokan mempunyai 2 saluran yaitu kerongkongan dan trachea. Kerongkongan (jalan makan) berfungsi

(26)

memasukkan makanan ke dalam perut, pada awal trachea ada pita suara. Saat kita makan atau minum, pita suara ini tertutup yang mencegah makanan masuk ke saluran pernapasan. Tersedak adalah suatu proses dimana makanan salah masuk jalur, masuk ke trachea (jalan nafas).Dapat disebabkan oleh keadaan tidak sadar atau banyak alihan saat makan, seperti tertawa, ngobrol, dan lain-lain.Saat makanan atau minuman masuk ke paru-paru dapat menyebabkan aspirasi dan merupakan hal yang bahaya. Namun apabila tersedak pasti akan ada reflex batuk, dimana batuk ini akan mengeluarkan makanan dari jalur yang salah ke jalur yang benar. Saat Anda tersedak usahakan minum air putih secara sedikit-sedikit (Dyah, 2012)

2.1.1.4Klasifikasi Tersedak

Berdasarkan Klasifikasinya tersedak dibagi menjadi dua yaitu (Edwina, 2010) :

1. Obstruksi totalyaitu pembuntuan saluran pernafasan secara total sehingga klien tidak dapat bernafas sama sekali, dan harus segera ditolong karena dalam beberapa menit klien akan mengalami kematian yang permanen. Bila terjadi obstruksi total maka akan terjadi atelektasis.

2. Check valve/Parsial yaitu pembuntuan saluran napas secara parsial atau tidak secara total, sehingga klien masih dapat

(27)

11

bernapas tetapi kurang adekuat, dan benda asing harus segera dikeluarkan karena akan mempengaruhi pasokan O2 kejaringan. Tetapi pengeluaran benda asing tersebut harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih, karena ditakutkan akan terjadi sumbatan total bila dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman. Bila terjadi obstruksi parsial maka dapat terjadi emphisema paru.

2.1.1.5Faktor-faktor penyebab tersedak

Faktor-faktor yang mempengaruhi tersedak meliputi saat makan sambil tertawa, makan sambil ngobrol,makan sambil jalan dan lain-lain. Faktor dari riwayat meliputi usia, factor kejiwaan, factor fisik, factor personal, proses menelan belum sempurna dan lain-lain (Adyatmaka, 2008).

Faktor lainnya yang sangat penting yaitu pengetahuan orang tua mengenai perannya terhadap kesehatan anak, karena peran orang tua sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan anak terutama dalam menjaga kebersihan mulut dan makanan yang dimakan oleh anak. Orang tua yang dominan dalam hal ini yaitu ibu, pada masa ini ibu berperan sebagai guru pertama anaknya, ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai kesehatan anaknya dan mengabaikan hal tersebut sehingga mengakibatkan tingginya resiko anak mengalami tersedak (Maharani, 2012).

(28)

2.1.1.6Perilaku ibu saat tersedak

Dengan kesibukan setiap para anggota keluarga tidak menutup kemungkinan mereka akan lalaiserta tidak memperhatikan saat mengasuh buah hatinya dan semakin bertambah pula yang mengalami tersedak. Sebagian besar yang mengasuh anaknya ialah seorang ibu, maka dari itu sebagai ibu lebih baik mengawasi dan memperhatikan tingkah laku dari anaknya (Arora, 2011).

Hal ini bisa mengurangi resiko kematian pada anak.Itu terjadi akibat kurangnya pengetahuan yang berdampak pada perilaku ibu dalam menangani tersedak pada anak. Bila perilaku ibu dalam penanganan tersedak pada anak betul maka anak akan terhindar dari ancaman kematian dan tidak ada luka dalam setalah dilakukan tindakan, sebaliknya bila perilaku ibu dalam penanganan tersedak pada anak salah maka akan terjadi luka dalam yang ibu tidak tahu sehingga bisa menyebabkan kematian pada anak tersebut (Hull, 2010).

2.1.1.7Komplikasi Tersedak

Tersedak merupakan suatu kegawatdaruratan yang sangat berbahaya, karena dalam beberapa menit akan terjadi kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh sehingga hanya dalam hitung menit klien akan kehilangan reflek nafas, denyut jantung dan kematian secara permanent dari batang

(29)

13

otak, dalam bahasa lain kematian dari individu tersebut (Arora, 2011).

2.1.1.8Penatalaksanaan Tersedak 1. Pencegahan Tersedak

Untuk mencegah makanan dari terjebak di kerongkongan adalah untuk mengambil gigitan kecil, mengunyah makanan secara perlahan, banyak minum air ketika menelan, dan menghindari makan keras, makanan kering. Selain itu, juga bisa dengan mengawasi semua makanan dan memiliki anak makan di meja atau di kursi tinggi.Makanan kecil, seperti anggur, rambutan dan lain-lain harus dipotong menjadi potongan-potongan sangat kecil.Hindari mainan kecil, seperti bola atau kelereng.Pertimbangkan untuk menggunakan tester kecil bagian, atau gulungan kertas toilet kosong, untuk menguji ukuran mainan. Anak di bawah usia 3 tahun tidak boleh diberikan mainan yang sesuai sepenuhnya ke dalam silinder (Shah, 2012).

(30)

TindakanSandwich back slap and chest thrust maneuver usia 0-1 tahun pada bayi atau pada anak dibawah

usia lima tahun dilakukan dengan cara segera(Lansky, 2007) :

Gambar 2.1 : Tepuk punggung 1. Menelentangkan penderita dipangkuan penolong.

2. Berikan pukulan ringan namun cepat pada punggung penderita diantara kedua tulang belikat sebanyak 4 atau 5 kali.

3. Lakukan upaya ini beberapa kali hingga penolong yakin benda asing penyebab tersedak telah keluar yang ditandai dengan membaiknya kesadaran penderita, tak tersumbatnya pernafasan yang mengakibatkan rasa lega pada bernafas , hilangnya bunyi mengi pada waktu bernafas.

(31)

15

Bila klien anak – anakmaka dilakukan tindakan chest trush(Lansky, 2007) :

Gambar 2.2 : Tekan dada 1. Tidurkan klien di pangkuan dengan terlentang. 2. Pegang leher klien dengan tangan kiri.

3. Tekan dada dengan jari tangan kanan, tekan dengan 3 jari sebanyak 4 kali.

4. Tekan dada, ulangi hentakan sampai berhasil atau penderita sampaisadar.

(32)

1. Bila korban masih bisa berdiri, penolong berada di belakang korban

2. Lingkarkan tangan ke dada pasien sedangkan kepalan tangan berada di perut bagian atas

3. Kemudian hentakan tangan sebanyak empat kali ke arah belakang atas secara tiba-tiba dengan harapan benda asing akan terdorong keluar karena tekanan yang dihasilkan.

4. Berikan istirahat sekitar setengah menit kemudian ulangi tindakan tersebut beberapa kali

5. Berikan istirahat sekitar setengah menit kemudian ulangi tindakan tersebut beberapa kali

6. Bila penderita tetap merasa sesak nafas, atau muka masih membiru hingga penderita merasa lega bernafas. Rujukkan ke rumah sakit untuk tindakan selanjutnya.

7. Pada posisi penderita tengkurap, penolong berlutut diatas penderita dengan kedua lutut disamping tubuh penderita

8. Miringkan kepala penderita kesamping kiri/kanan. 9. Letakan kedua telapak tangan dibawah tulang belikat.

10.Lakukan penekanan tangan dengan kuat dan cepat kearah dada atas sekitar empat kali.

11.Lakukan berulang kali dengan interval istirahat sekitar setengah menit hingga penderita sadar.

(33)

17

13.Tapi bila kesemua tindakan darurat tersebut tidak berhasil, maka Segera rujukkan kerumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Gambar 2.3 : Teknik Heimlichpasien sadar

Gambar 2.4 : Teknik Heimlichpasien tidak sadar

(34)

2.1.2.1Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh (Notoatmodjo 2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-OR” atau Stimulus – Organisme – Respon.

2.1.2.2Fakor – faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green (2007) dalam (Notoatmodjo 2007), faktor-faktor Yang mempengaruhi perilaku, antara lain;

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya

(35)

fasilitas-19

fasilitas atau saranasarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 2.1.2.3Pengukuran Perilaku

Pengukuran perilaku berisi pernyataan-pernyataan terpilih yang sesuai dengan perilaku pencegahan dan telah diuji reabilitas serta validitasnya maka dapat digunakan untuk mengungkapkan perilaku responden. Kriteria pengukuran perilaku yakni :

a). Perilaku Baik jika nilai ≥ 7

b). Perilaku Kurang baik jika nilai ≤ 6

Subyek memberi respon dengan skala gutman jawaban ya diberi skor 1 dan jawaban tidak diberi skor 0 .Perilaku ibu yang salah dalam penangangan atau pertolongan pertama saat anak tersedak, diukur dengan kuesioner atau angaket berupa anket yang berisi data valid tentang perilaku ibu saat mengangani anak tersedak (Notoatmojo, 2007).

2.1.3 Pengetahuan

(36)

Pengetahuan merupakan hasil dari “ TAHU”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003)

2.1.3.2Manfaat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni:

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam diri mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.

(37)

21

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai denga pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau diadopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.

2.1.3.3Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat, yaitu (Notoatmojo, 2003) :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

(38)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar, dengan cara menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu

(39)

23

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3.4Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008), ada beberapa factor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

1. Umur

Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 2008). Daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur (Abu Ahmad, 2007). Dari uraian ini, maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umurumur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

2. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.

(40)

Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu model untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Khayan, 2007). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

3. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang (Nasution, 2009).

4. Sosial Budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seeorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

(41)

25

5. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. 6. Informasi

Menurut Wied Hary A (2006), informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. 7. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo, 2007).

(42)

2.1.3.5Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas (Notoatmodjo, 2005). Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, kemudahan dilakukan penilaian nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah. Kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang dan kurang. Dikatakan baik (> 75%), cukup (60-75%), dan kurang (<60%) (Nursalam, 2008).

(43)

27

2.2 Kerangka Teori

Gambar 2.5 Kerangka Teori

Sumber : Jaelani, 2012. Syah, 2010. Edwina, 2010. Maharani, 2012. Penyebab :

- Makan sambil jalan - Makan sambil tertawa - Faktor riwayat Gejala : - Sulit bicara - Sesak nafas Perilaku : - Kurangnya pengawasan - Kurangnya penjagaan Klasifikasi: - Obstruksi total - Check Valve Pengetahuan : - kurangnya pengetahuan ibu Komplikasi : - Kehilangan nafas - Kematian Tersedak

(44)

2.3 Kerangka Konsep

Gambar 2.6 Kerangka Konsep

Sumber : Arora, 2011. Hull, 2010. Lansky, 2007.

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan (Hidayat AAA, 2007). Hipotesis didalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo S, 2005).

Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu terhadap tentang pertolongan pertama pada anak tersedak. Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu

pertolongan pertama pada anak tersedak. Variable Independen

Tingkat Pengetahuan

Variable Dependen Perilaku Ibu Pertolongan Pertama

(45)

29

2.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan peneliti melalui penelusuan jurnal, didapatkan penelitian yang mendukung penelitian yang akan dilkukan peneliti, sebagai berikut :

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian Nama

Peneliti

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian American Academy of Pediatrics (AAP) Policy Statement— Prevention of Choking Among Children Kualitatif denganstudy cohort

Ditemukan banyak anak yang mengalami tersedak akibat makanan mainan dan lain lain. Akibat dari kelalaian pengawasan dari orang tua. Sehingga pemerintah ikut peran serta dalam penanggulangan untuk mencegah anak tersedak dalam beberapa dekade kedepan.

American Academy of Pediatrics (AAP)

Death of a Child in the Emergency Department

Kualitatif denganstudy cohort

Dari hasil ditemukann bahwa kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak karna orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaaannya sendiri. Oleh karena itu orang tua diharus mengawasi dan menjaga pengawasan ektra untuk anaknya saat makan bermain dan lain-lain.

(46)

Nama Peneliti

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Darrell A. Worthy, Arthur B. Markman, and W. Todd Maddox

Choking and Excelling at the Free Throw Line

kuantitatif Untuk margin titik -2, p <.05, -1 , p <.05, dan 1, p <.01 (yang sedikit penurunan pada 3 juga signifikan tapi ini mungkin karena ukuran sampel yang sangat besar) meskipun perbedaannya tidak signifikan (p> .05).

(47)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antarvariabel (Nursalam, 2011). Penelitian korelasional biasanya dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti dapat diukur secara serentak dari suatu kelompok subjek (Nursalam, 2011). Pada penelitian ini membahas ada atau tidak hubungan antara variabel pengetahuan dangan variabel perilaku.

Desain pada penelitian ini adalah cross-sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variable independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2011).

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam 2011). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak dibawah usia 5 tahun yang berjumlah 96 orang di Posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.

(48)

3.2.2 Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam 2011). Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang ada di posyandu dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Ibu yang mempunyai anak dibawah usia 5 tahun 2. Ibu yang pernah menangani tersedak pada anak 3. Bersedia menjadi responden

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah 30 ibu yang anaknya sudah mengalami tersedak,dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karekteristik populasi yang telah dikehendaki sebelumnya (Sugiono, 2009).

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat penelitian

Tempat penelitian adalah tempat dimana penelitian tersebut dilakukan. Penelitian ini dilakukan di posyandu dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.

(49)

33

3.3.2Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah berapa lamanya waktu yang digunakan untuk penggambilan data lewat kuesioner. Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret 2015.

(Terlampir)

3.4Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Tabel 3.1

Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Indikator

Penilaian Skala Ukur 1 Pengetahuan Tersedak Hasil dari tahu dimana seorang dapat memahami suatu objek tertentu Kuesioner A (kuesionerpengetahuant entang tersedak)berisi 20 pernyataandenganjawab anbenar, salah 1. Kategoribaikyaitu menjawabbenarde nganrentangnilai 18-20 2. Kategorisedangyai tumenjawabbenard enganrentangnilai 13-17 3. Kategorikurangyai tumenjawabbenard enganrentangnilai < 12 Ordinal

2 Perilaku Ibu Tindakan manusia dalam beraktivitas Kuesioner B (kuesionerperilaku pertolongan pertama tersedak) berisi 20 pernyataandenganjawa bansangatsetuju (4), setuju(3), tidaksetuju(2)dansangat tidaksetuju(1). 1. Kategoripositifden ganrentang nilai 46-80 2.Kategori negatifdenganrent ang nilai 20 – 45 Nominal

(50)

3.5Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1 Alat Penelitian

Alat penelitianiniadalahkuesioner.

Kuesioneradalahteknikpengumpulan data yang

dilakukandengancaramemberiseperangkatpernyataandanpernyataantert uliskepadarespondenuntukdijawab (Wiratna, 2014).Kuesioner yang digunakanadalahkuesionertertutupdimanasudahdisediakanjawabannyas ehinggarespondentinggalmemilih (Arikunto, 2010).

1. Kuesioner A (kuesionerpengetahuantentang tersedak)

Kuesioneriniberisi 20 pernyataandenganjawabanbenar 10soal (nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20) danjawabansalah 10 (nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19),

jikajawabanbenarmendapatnilai 1

danjikajawabansalahtidakmendapatnilaiatau0(Riyanto,

2013).Dikatakanbaikapabilarespondenmenjawabpernyataan18 – 20, cukup 13 – 17, kurang<12.

2. Kuesioner B (kuesioner perilaku tentang tersedak)

Kuesioneriniberisi 20 pernyataandengan pertanyaan favorable 10 (nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20)

danpernyataanunfavorable 10 (nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17,

(51)

35

pernyataanfavorablejawabansangat setuju skor 4, setuju skor 3, tidak setuju skor 2 dan sangat tidak setuju skor 1. Pertanyaanunfavorablejawaban sangat setuju skor 1, setuju skor 2, tidak setuju skor 3 dan sangat tidak setuju skor 4 (Riyanto, 2013).Dikatakanpositifapabilarespondenmenjawabpernyataan 1 – 20 dannegatifjikamenjawabpernyataan 10 – 20.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengajuan pengusulan proposal penelitian ke Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Proposal disetujui oleh pembimbing I dan II.

3. Peneliti mengajukan surat pendahuluan dan surat penelitian ke pihak kelurahan

4. Pihak kelurahan memberikkan ijin untuk lahan penelitian

5. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan wawancara, serta mengumpulkan data awal seperti jumlah anak-anak selama di posyandu.

6. Peneliti melakukan penelitian di posyandu dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.

7. Peneliti mengidentifikasi sampel sesuai kriteria inklusi sampel. 8. Memberikan penjelasan peneliti dan persetujuan responden. 9. Menjelaskan cara pengisian kuesioner.

(52)

10.Menjelaskan berapa lama waktu yang digunakan untuk mengisi kuesioner, kurang lebih 20 menit.

11.Peneliti mengisi lembar observasi. 3.6Uji Validitas dan Reliabilitas

3.6.1 Konten Validasi

Uji validitas menggunakan rumus Pearson product moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan baru dilihat penafsiran dari indeks korelasi. Untuk tα = 0,05 derajat kebebasan. Jika nilai t hitung > t tabel berarti valid dan jika t hitung < t tabel maka tidak valid (Hidayat 2007).Uji validitas dilakukan diposyandu Dusun Plesungan Karanganyar dan Dusun Donohudan Boyolali dengan menggunakan 30 responden.

Rumus Pearson product moment:

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

= 2 2 2 2 -Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara x dan y X : skor butir

Y : skor total N : ukuran data

Uji validitas pada kuesioner tingkat pengetahuan tentang tersedak pada 30 responden, didapatkan hasil dari 25 item pernyataan, 22 item diantaranya dinyatakan valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel dengan taraf signifikasi 5% (0,361). Sedangkan 3 item pernyataan,

(53)

37

yaitu item pernyataan no 6, 20 dan 23 dinyatakan tidak valid karena r hitung lebih kecil dari nilai r tabel. Pada kuesioner perilaku pertolongan pertama tersedak juga dilakukan uji validitas. Dari 25 item pernyataan 4 diantaranya dinyatakan tidak valid, yaitu item pernyataan no 1, 3, 8 dan 9. Item pernyataan dari kedua kuesioner yang telah dinyatakan tidak valid, selanjutnya tidak diikutsertakan dalam item pertanyaan kuesioner penelitian ini.

3.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu instrumen yang cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Metode item varian yang digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah Cronbach alpa. Uji Cronbach’s alpha dapatdigunakan pada tes yang respon terhadap item yang diberi skor dikotomi (skor 0 atau 1) maupun terhadap item skor bukan dikotomi (misal skor 1 sampai 4) (Azwar 2012). Kuesioner dianggap reliabel apabila nilai alpha 0,7 (Priyatno 2012). Rumus uji Cronbach alpha :

r11 =         −     −

2 2 1 1 t b k k

σ

σ

r11 = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

σ = Jumlahvariansiskorbutirsoalke-i

(54)

2

t

σ = Variansi total

Setelah didapat nilai hasil uji reliabilitas, maka nilai tersebut dibandingkan dengan nilai uji reliabilitas tabel. Jika nilai uji reliabilitas tabel lebih besar dari nilai uji reliabilitas tabel maka pernyataan dinyatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan, maka kuesioner tingkat pengetahuan tentang tersedak dengan perilaku pertolongan pertama tersedak dinyatakan reliabel. Hal ini ditunjukkan dari nilai r hitung tingkat pengetahuan = 0,963 dan r hitung perilaku pertolongan tersedak = 0,963 lebih besar dari nilai r tabel = 0,361 yang berarti kedua kuesioner layak digunakan.

3.7Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data 3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data menurut Hidayat (2007) merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian, oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Ada beberapa langkah pengelolahan data sebagai berikut:

1. Memeriksa data (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Penelitian ini disesuaikan dengan sistematika penulisan buku panduan skripsi.

(55)

39

2. Memberi kode (Coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Penelitian ini coding disesuaikan dengan kategori dependen dan independen antara variabel pengetahuan dan perilaku dengan kode 1 2 dan 3.

3. Menyusun data (Entry)

Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master table atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi. Data yang dimasukan dalam penelitian ini sesuai dengan hasil dari penelitian, dengan memakai program Spss 15.

4. Tabulasi (Tabulating)

Tabulasi merupakan proses mengklasifikasikan data menurut

kriteria tertentu sehingga frekuensi dari masing-masing item. Data hasil penelitian yang dimasukan sesuaikan dengan kategori penelitian antara variabel dependen dan independen.

3.7.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan data

(56)

kemudian data dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk disajikan dalam bentuk tabulasi, minimum, maksimum, dan mean dengan cara memasukkan seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi dari masing-masing variable (Notoatmodjo 2005). Penelitian ini responden dikarakteristikan sesuai umur dan pendidikan. untuk karakteristik pengetahuan responden meliputi baik, sedang, kurang sedangkan karakteristik perilaku responden meliputi positif dan negatif.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan dua variabel, untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan perilaku ibu dalam pertolongan pertama anak saat tersedak dengan dilakukan uji Chi-Square (Notoatmodjo, 2005).

Chi square adalah pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara frekuensi observasi atau yang benar-benar terjadi atau aktual dengan frekuensi harapan. Yang dimaksud dengan frekuensi harapan adalah frekuensi yang nilainya dapat di hitung secara teoritis. Sedangkanfrekuensi observasi adalah frekuensi yang nilainya di dapat dari hasil percobaan (Setiadi, 2013).Jika nilaiχ2 (chi square) kecil, berarti kedua frekuensi

(57)

41

tersebut sangat dekat, mengarah pada penerimaan kepada hipotesa nol ( Ho) (Wasis, 2006).

Uji Statistik :

= ∑

Keterangan :

Oi = fo = Frekuensi Observasi

Ei = fe = frekuensi Harapan / Teoretis

V = Derajat kebebasan / Degrees of Freedom = k – 1 3.8Etika Penelitian

Etika penelitian dapat dibedakan menjadi berikut (Hidayat, 2007) : 1. Informed consent (lembar persetujuan)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan informan dengan memberikan lembar persetujuan menjadi informan. Tujuannya agar informan mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika informan setuju, maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Penelitian ini responden setuju untuk mengisi lembar persetujuan mengisi kuesioner penelitian.

2. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan masalah etika dengan tidak memberikan nama informan pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya dimengerti oleh peneliti. Penelitian ini identitas responden disembunyikan dari pihak lain dan hanya peneliti yang mengerti. 3. Confidentially (kerahasiaan)

(58)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan informasi yang diberikanoleh informan. Peneliti hanya melaporkan kelompok data tertentu saja. Peneliti menjaga kerahasiaan seperti nama, jawaban responden, agar terjamin sehingga yang mengetahui hanya peneliti dan reponden. Penelitian ini kerahasian responden dirahasiakan dan dapat dipertanggung jawabkan dari pihak lain, hanya peneliti yang mengerti informasi dari responden.

4. Beneficience

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi. Penelitian ini bisa bermanfaat untuk peneliti lain kedepannya.

5. Non maleficience

Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek. Peneliti tidak menyebar luaskan data yang menurut responden itu penting. Peneliti mengambil data yang diperlukan peneliti dan tidak merugikan responden ataupun pihak yang bersangkutan.

(59)

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab empat ini akan menyajikan hasil pengumpulan data penelitian di Posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali. Penelitian ini berlangsung selama bulan Maret 2015, Pengambilan data menggunakan angket / kuesioner. Berikut adalah hasil dari analisa univariat dan bivariat : 4.1Hasil Penelitian

1. Uji Univariat

a. Karakteristik Responden 1) Umur

Karakteristik umur meliputi umur dan dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan presentase atau proporsi.

Tabel 4.1 Distribusi responden menurut umur Variable Umur (tahun) Frekuensi Presentase % 19-23 15 50 24-27 12 40 28-31 3 10 Total 30 100

Sebagian besar rata-rata umur responden adalah 19 – 23 tahun yaitu sebanyak (50%), umur 24 – 27 tahun (40%) dan umur 28 – 31 tahun (10%).

(60)

Karakteristik pendidikan meliputi pendidikan dan dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan presentase atau proporsi.

Tabel 4.2 Distribusi responden menurut Pendidikan Variable Pendidikkan Frekuensi Presentase %

SD 17 56,6

SMP 8 26,7

SMA 5 16,7

Perguruan Tinggi 0 0

Total 30 100

Sebagian besar rata-rata pendidikan adalah pendidikan SD (56,6%), pendidikan SMP (26,7%), pendidikan SMA (16,7%) dan pendidikan Perguruan Tinggi (0).

b. Karakteristik Pengetahuan

Karakteristik responden pengetahuan meliputi, baik, sedang, kurang. Kategori pada pengetahuan dibagi dalam 3 kategori yaitu baik, sedang, kurang, dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentase atau proporsi.

Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Kategori Frekunsi Presentase (%)

Baik (18 – 20) 1 3,3

Sedang (13 – 17) 4 13,3

Kurang (< 12) 25 83,4

Total 30 100

Hasil analisa didapatkan, dari 30 responden sebagian besar pengetahuan kurang (83,4%), pengetahuan sedang (13,3%) dan pengetahuan baik (3,3%)

(61)

45

Karakteristik responden berdasarkan perilaku meliputi positif dan negatif. Vareiabel perilaku dibagi dalam 2 kategori yaitu positif, negatif, dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentase atau proporsi.

Tabel. 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku

Kategori Frekunsi Presentase (%)

Positif (46 – 80) 8 26,7

Negatif (20 - 45) 22 73,3

Total 30 100

Hasil analisa didapatkan, dari 30 responden sebagian besar perilaku negatif (73,3%) dan perilaku positif (26,7%).

2. Uji Bivariat

Uji bivariat adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan dua variable. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap perilaku ibu pada pertolongan pertama saat tersedak diposyandu Dusun Sadon. Karena data ini merupakan data nominal dengan nominal, maka untuk membuktikan hipotesis yang diujikan peneliti menggunakan teknik uji Chi – Square yang hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi

Perilaku pengetahuan Total P

Baik Sedang kurang

Positif 2 0 6 8 0,021

Negative 0 6 16 22

(62)

Pada tabel 4.5 menunnjukkan bahwa tingkat perilaku ibu yang berkategori positif terdapat 2 ibu dan pengetahuan dikategorikan baik dalam pertolongan pertama tersedak, sedangkan tingkat perilaku negatif terdapat 6 ibu dengan pengetahuan sedang dalam pertolongan pertama tersedak, sedangkan perilaku kategori perilaku positif ada 6 ibu dan kurangnya pengetahuan pertolongan pertama tersedak,dan kategori perilaku negatif 16 ibu dan pengetahuan dalam kategori kurang pertolongan pertama tersedak.

Berdasarkan uji Chi Square didapatkan nilai Expected Countkurang dari 5 di tabel b,c, dan d masing-masing 1,5; 1.5; dan 4.5 jadi

tidak layak di uji dengan Chi Square harus menggunakan uji alternatif yaitu uji Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kolmogorov-Smirnov Ibu Posyandu Sadon

pengetahuan Perilaku Total P

Positif Negatif

Baik 2 0 2 0,100

Sedang 0 6 6

Kurang 6 16 22

Total 8 22 30

Tabel 4.6 pada uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nila p = 0,100 karena nilai p > 0,005 maka Ho di terima, sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu pada pertolongan pertama saat anak tersedak.

(63)

47 BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas hasil penelitian yang telah dilakukan pada ibu-ibu tentang pertolongan pertama pada tersedak di posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan anatara pengetahuan terhadap perilaku ibu pada pertolongan pertama saat anak tersedak di posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.

Penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap perilaku ibu pada pertolongan pertama saat anak tersedak di posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 dengan jumlah responden sebanyak 30 responden yang mempunyai anak dibawah 5 tahun sebagai responden di posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.

(64)

5.1 Karakteristik Responden

5.1.1 Usia

Sebagian besar usia responden di Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali adalah 19 – 23 tahun yaitu sebanyak (50%), umur 24 – 27 tahun (40%) dan umur 28 – 31 tahun (10%). Usia yang terbanyak adalah usia 19 – 23 tahun, pada usia ini pola pikir seseorang masih fase masa remaja akhir menuju kedewasaan. Jadi usia seseorang akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang terhadap informasi yang diberikan. Semakin bertambah usia maka daya tangkap dan pola pikir seseorang semakin meningkat dan berkembang (Notoatmodjo 2003). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi 2011). Bertambahnya usia seseorang akan mempengaruhi perilaku dalam melakukan tindakan.

5.1.2 Pendidikan

Hasil analisa yang didapat sebagian besar responden di Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali yang berpendidikan SD sebanyak 56,6% dengan jumlah sebanyak 17 responden, yang berpendidikkan SMP sebanyak 26,7% dengan jumlah 8 responden dan yang berpendidikan SMA sebanyak 16,7% dengan jumlah 5

(65)

49

responden. Pendidikan terbanyak adalah pendidikan SD karna pada umumnya didaerah – daerah desa lebih mementingkan masalah ekonomi dari pada masalah pendidikan. Rata-rata tingkat pendidikan ibu cukup, tetapi selisih dengan pendidikan SMP 26,7% dan SD 56,6%. Salah satu faktor yang berperan dalam pengetahuan seseorang adalah adalah tingkat pendidikan, seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah mendapatkan informasi dan menerima hal-hal baru yang berpengaruh pada sikap positif (Herijulianti 2003).

Pendidikan seseorang akan mempengaruhi perbedaan pengetahuan dan perilaku. Hal tersebut dikarenakan pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka daya tangkap terhadap informasi semakin tinggi, sehingga akan semakin mudah umtuk menerima informasi. Semakin tingginya pendidikan seseorang akan mempengaruhi perilaku dalam melakukan tindakan. Orang dengan pendidikan rendah cenderung pasif dalam mencari informasi bisa disebabkan karena kemampuannya yang terbatas dalam memahami informasi atau karena kesadaran pentingnya informasi yang masih rendah (Notoatmodjo 2005). Pendidikan yang rendah akan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam melakukan tindakan.

(66)

5.2 Tingkat Pengetahuan Tentang Tersedak

Tersedak adalah kondisi dimana tersumbatnya saluran pernafasan oleh benda asing berupa makanan, mainan dan lain-lain (Brown K, 2005). Dari 30 responden yang telah diujikan didapatkan, sebagian besar pengetahuan kurang (83,4%), pengetahuan sedang (23,3%) dan pengetahuan baik (3,3%). Hal itu sesuai menurutNotoatmodjo (2003) yang dikutip oleh Wawan & Dewi (2011), pengetahuanmerupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaanterhadap suatu obyek. Sedangkan menurut (Wawan & Dewi, 2011). Pengetahuansangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana bahwa dengan pendidikanyang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi, umur, intelegensi, lingkungan, sosial budaya, pendidikan, informasi dan pengalaman (Hendra, 2008).

Fakta menyebutkan bahwa faktor pendidikan merupakan penyebab dari tingkat pengetahuan menjadi rendah, sedangkan ada faktor lainnya yaitu kurangnya informasi sehingga seseorang tidak memahami dalam pertolongan pertama pada anak tersedak. Dalam hal ini seseorang dalam tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah akan menjadi kurang informasi bila tidak mencari informasi yang akurat dan benar (Notoadmojo, 2007).

Gambar

Gambar 2.1 : Tepuk punggung   1.  Menelentangkan penderita dipangkuan penolong.
Gambar 2.2  : Tekan dada  1.  Tidurkan klien di pangkuan dengan terlentang.  2.  Pegang leher klien dengan tangan kiri
Gambar 2.3 : Teknik Heimlichpasien sadar
Gambar  2.5 Kerangka Teori
+5

Referensi

Dokumen terkait