• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN AKADEMIK “PENYUSUNAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI JAWA BARAT” - Repository IPDN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KAJIAN AKADEMIK “PENYUSUNAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI JAWA BARAT” - Repository IPDN"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN AKADEMIK

“PENYUSUNAN PEDOMAN

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

DESA DI JAWA BARAT

(2)

Biodata Narasumber

Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.SiLahir : Jambi, 4 Maret 1977

NIP : 19770304 1995 11 1 001

Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)Pangkat : Pembina TK. I (IV/b)

Instansi : Kampus IPDN JatinangorAlamat : Komp. Singgasana Pradana

(3)

PENDAHULUAN

Masalah mendasar dalam penyelenggaraan

pemerintahan desa sebenarnya lebih disebabkan oleh hal-hal yang bersifat struktural antara lain kurang kuatnya keberpihakan secara praktik dari Pemerintah Pusat terhadap status dan kedudukan pemerintah desa, sehingga sampai saat ini

terdapat ambivalensi. Pemerintah desa pada

kenyataannya bukanlah pemerintah yang

sebenarnya, melainkan cenderung merupakan lembaga kemasyarakatan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan.

(4)
(5)

Ketika kolonial menginjakkan kakinya ke

(6)

Ketika Indonesia mencapai kemerdekaannya,

(7)

Gejala intervensi terhadap kehidupan organisasi dan

kelembagaan pedesaan semakin menjadi-jadi, setelah pasca kemerdekaan. Baik orde lama, maupun orde baru. Desa telah menjadi korban sasaran kebijaksanaan pembangunan yang deterministik sentralistik, bahkan dalam banyak hal

ditujukan untuk kepentingan politik. Dinamika

(8)

Filosifi Pemerintahan Desa

Janganlah kita terjebak dalam romantisme masa lalu, dengan

pengertian berusaha agar tatanan, dan kelembagaan masyarakat desa dikembalikan kedalam formatnya sesuai dengan masa lalu. Setiap periode pasti memiliki spirit zaman bersama dengan perangkat kelembagaan dan pranata menurut jamannya. Apa yang dinilai baik mungkin hanya berlaku pada jamannya, dan belum tentu seperti itu ke depan atau pada tempat yang lain. Kini, struktur dan komposisi masyarakat pedesaan jauh berbeda, dimana generasi muda penerus adalah komponen yang dominan, yang justru akan bingung dengan upaya pengembalian nilai-nilai lama tersebut. Yang perlu disadari adalah menerima kenyataan tersebut sebagai suatu realitas yang tidak dapat dihindari sehingga upaya yang perlu dilakukan adalah menyesuaikan perkembangannya ke arah yang lebih kondusif. Apa yang dimaksud dengan kondisi yang lebih kondusif tentu saja masih perlu dirumuskan lebih lanjut dengan melibatkan semua stakeholder secara konsetual (Radi A Gany, 1999)

(9)

Kondisi Desa pada saat ini tidak terlepas dari kebijakan

Pemerintah dalam pengaturan masyarakat Desa yang kurangintensif dan kurang menyentuh kebutuhan dan permasalah dasar yang dihadapi masyarakat di Desa. Salah satu fakta dari keadaan tersebut adalah ketidakmampuan Pemerintah Desa dalam mengakomodasikan dan memfasilitasi dinamika masyarakat pedesaan yang sudah relatif cepat berkembang.

Pengaturan terhadap Pemerintah Desa dimaksudkan

bukan untuk membatasi atau menghambat dinamika dan kreativitas masyarakat desa dalam menjalankan pemerintahannya. Namun pengaturan terhadap pemerintahan desa diharapkan mampu menjembatani dan memfasilitasi segenap potensi dan kreativitas masyarakat, agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien bagi jalannya roda pemerintahan desa.

(10)

Pengalaman menunjukkan bahwa pengaturan

terhadap pemerintahan desa yang kurang mendasarkan pada karakteristik masyarakatnya, hanya akan menimbulkan ketidakberdayaan masyarakat desa dalam mengembangkan dirinya.

Penyeragaman dalam pengaturan masyarakat

desa justru menghambat tumbuhnya kreativitas dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, sehingga relatif lebih tertinggal dari masyarakat yang tertinggal di wilayah perkotaan.

(11)

Desa

Secara Umum dicirikan :

- Dengan bahasa ibu yang kental - Tingkat Pendidikan yang relatif

rendah

- Mata pencaharian yang umumnya di sektor pertanian

Pengertian Desa

Secara Ekonomi dicirikan :

- Dengan komunitas masyarakat yang memiliki model produksi yang khas

Secara Sosilogis dicirikan :

- Dengan dua makna positif dan negatif

- Makna positif yang melekat dari desa antara lain kebersamaan dan kejujuran.

- Makna negatif seperti kebodohan dan keterbelakangan.

Secara Hukum dan Politik dicirikan: - Dengan adanya otonomi yang

(12)

Desa

UU No.5 /1979

“Suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai

kesatuan masyarakat termasuk didadalamnya kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan republik Indonesia”

UU No.22 /1999

“Kesatuan wilayah masyarakat hukum yang memiliki

kewenangan untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah Kabupaten”

Susunan Desa-desa membentuk persekutuan

masyarakat hukum di kategorikan atas tiga tipe :

1. Tipe kesatuan masyarakat hukum berdasarkan kepada teritorial/wilayah tempat bersama sebagai dasar utama

2. Tipe kesatuan masyarakat umum berdasarkan

persamaan keturunan/ genetik (suku, warga atau calon) sebagai dasar utama untuk dapat bertempat tinggal dalam suatu wilayah tersebut.

3. Tipe kesatuan hukum

berdasarkan atas campuran (teritorial dan keturunan (F. Tonies dalam Unang Sunaryo, 1984)

Desa sebagai persekutuan masyarakat hukum berdasarkan adat, hukum dan kebiasaan, memiliki unsur-unsur: a. terdapat wilayah sendiri yang telah ditentukan batas-batas,

(13)

Perubahan Paradigma Penyelenggaraan

- IGO (daerah Jawa) - IGOB (luar Jawa)

Th. 1948

- UU No. 22/1948 - UU No. 22/1948

beberapa tahun kemudian diganti oleh UU No. 1/1957

IGO dan IGOB tidak berlaku lagi

Th. 1965

- UU No. 1/1957

diganti oleh UU No. 19/1965

(14)

Setelah Orde Baru

UU No. 5/1979

Masalah yang timbul dalam mengatur penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan UU No. 5/1979 :

1. Apa yang dianggap oleh pemerintah Pusat, secara otomatis dianggap baik bagi desa, padahal dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Karena pada dasarnya desalah yang lebih mengetahui tentang apa kebutuhannya, permasalahan apa yang dihadapi, serta bagaimana mengatasi masalah tersebut.

2. Dengan kebijakan tersebut, segala unsur di luar struktur kekuasaan pemerintahan, yang merupakan institusi lokal tidak mempunyai kesempatan untuk tumbuh, kecuali yang sejalan dengan kepentingan pemerintah.

(15)

Desa pada hakekatnya tetap merupakan kesatuan masyarakat hukum asli yang mampu bertahan hidup dan berkembang mengikuti dinamika kehidupan bangsa seiring dengan perkembangan jaman semenjak jaman Hindia Belanda, jaman pendudukan Jepang, jaman kemerdekaan sampai era reformasi, dengan berlandaskan pada aturan Hukum Adat. Oleh karenanya pemerintahan desa yang lahir dari sistem hukum yang berlaku bersifat demokratis sesuai dengan filosofi terbentuknya desa dan diharapkan pemerintah desa dapat menjalankan tiga peran utamanya yaitu sebagai Struktur Perantara, sebagai pelayan masyarakat dan sebagai agen pembaharuan.

(Sadu Wasistiono, 1996:5) Masa

Reformasi

- UU No. 5/1979

diganti oleh UU No. 22/1999

Berpijak pada nilai : 1. Demokratisasi

(16)

Kelembagaan Pemerintahan Desa

Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat Desa terdiri dari :

1. Unsur Staf, yaitu unsur pelayanan seperti Sekretaris Desa dan perangkat tata usaha;

2. Unsur Pelaksana, yaitu pelaksana teknis lapanganseperti urusan Pamong Tani Desa, urusan keamanan desa, dan urusan kesejahteraan masyarakat dan sebagainya;

3. Unsur Wilayah, yaitu pembantu Kepala Desa di wilayah yaitu kepala-kepala dusun. Jumlah dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat (Pasal 8 Kepmendagri Nomor 64 Tahun 1999).

(17)

Tugas dan Kewajiban Kepala Desa adalah :

a) Memimpin Penyelenggaran Pemerintahan Desa; b) Membina kehidupan masyarakat desa;

c) Perekonomian desa;

d) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa;

e) Mendamaikan Perselisihan masyarakat di desa;

f) Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menujuk kuasa hukumnya;

g) Mengajukan Rancangan Peraturan desa dan bersama BPD menetapkan sebagai peraturan desa;

h) menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan;

i) Pelaksanaan pendataan penduduk untuk kepentingan nasional dan melaporkan kepada pemerintah melalui Bupati dengan tembusan kepada Camat;

(18)

Kewenangan Desa mencakup :

1. Kewenangan yang sudah berdasarkan hak asal-usul;

2. Kewenangan yang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, belum dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Pemerintah;

3. Tugas Pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten.

Hubungan Kerja Pemerintah Desa yang secara umum dapat digolongkan :

1. Hubungan dengan Pemerintahan yang lebih tinggi tingkatannya, yaitu Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kecamatan;

2. Hubungan kerja dengan Pemerintah Desa yang lainnya; 3. Hubungan Kerja dengan Kepala Dusun;

4. Hubungan Kerja dengan lembaga-lembaga lain yang ada di desa.

(19)

Hubungan kerja antara pemerintah yang lebih tinggi tingkatannya, dengan Pemerintah Desa pada dasarnya bersifat koordinatif dan fasilitatif, tidak lagi hirarkis. Sebagai kesatuan masyarakat yang memiliki kewenangan mengatur dirinya sendiri (self governing society), secara organisatoris desa pemerintah Kabupaten. Akan pula dapat dilihat dari kepentingannya, terdapat hubungan yang bersifat hirarkis. Prinsip umum yang dipakai adalah bahwa kepentingan masyarakat yang lebih kecil tunduk kepada kepentingan masyarakat yang lebih luas. (Sadu Wasistiono, 2000)

(20)

Pengukuran Kinerja

Untuk mengukur kinerja pemerintahan Desa dapat dilakukan dengan mengacu pada model pengukuran kinerja Pemerintahan, yang

disesuaikan dengan kewenangan, objek layanan, personil, sumber daya keungan dsb, anatar lain : 1. Model Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

2. The Balance Score Card dan Norton dan Kaplan (1992) yang dimodifikasi menjadi Government Score Card

3. Performance Pyramid Model dari Lynh dan Cross

(21)

Hubungan Pemerintah Desa dengan Pihak Luar Desa

I. Pola Hubungan dengan Pemerintah Kabupaten

Sebagai perwujudan dari filosofis

“keaneka-ragaman” dalam Pasal 93 UU No. 22 Tahun 1999, ditegaskan :

1. Desa dapat dibentuk, dihapus, dan atau digabung dengan memperhatikan asal usulnya atau

prakarsa masyarakat dengan persetujuan

Pemerintah Kabupaten dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

2. Pembentukan, penghapusan dan atau

(22)

Memperhatikan penegasan di atas, maka setiap kabupaten dimungkinkan adanya perbedaan nama dan struktur organisasi pemerintah desa yang satu dengan yang lainnya.

Hak dari masyarakat desa untuk mengurus dan mengatur urusan rumah tangganya sangat diperhatikan oleh Pemerintah. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam decentralisasi Wet 1903 yang ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, yang meliputi tiga

bentuk desentralisasi, yakni desentralisasi politik, yakni hak untuk memilih kepala desanya sendiri, desentralisasi budaya, merupakan hak untuk memelihara adat istiadat yang ada pada masyarakatnya dan desentralisasi

fungsional, yakni untuk mengatur dan memelihara hal-hal khusus yang ada pada masyarakatnya(Sadu

(23)

II. Pola Hubungan dengan Pemerintah Kecamatan

Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1979 bahwa Kepala Desa bersifat ambilaven (berperan ganda) baik dalam posisinya sebagai kepala pemerintahan maupun sebagai ketua LMD.

Hubungan kerja Pemerintah Desa dengan Pemerintah Kec. Sudah tidak lagi bersifat

hirarkhis. Karena tidak adanya hubungan

hirarkhis oleh Camat sebagai perangkat daerah, adalah melakukan Koordinasi, pembinaan,

(24)

Adapun jenis-jenis kewenangan

pemerintahan yang dapat dilakukan oleh Camat dalam pelaksanaan koordinasi, pembinaan,

fasilitasi dan pengawasan pemerintahan terhadap desa-desa yang ada di wilayahnya sangat

(25)

III. Pola Hubungan dengan BPD

Hubungan antara Pemerintah Desa yang dipimpin oleh Kepala Desa dengan BPD

merupakan sesuatu yang relatif baru. Dikatakan demikian, karena dalam UU No. 22 Tahun 1999 Pasal 102 ditegaskan bahwa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Kepala Desa bertanggung jawab kepada rakyat melalui BPD dan

menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati. Hal ini, juga dipertegas dengan

(26)

Dengan adanya pertanggungjawaban Kepala Desa kepada rakyat melalui BPD, menunjukkan adanya nuansa demokrasi yang kuat. Dikatakan demikian, karena secara filosofis pemerintahan demokratis adalah pemerintahan dari untuk dan oleh rakyat, maka merupakan hal yang wajar

(27)

IV. Pola Hubungan BPD dan Pemerintah Desa dengan Masyarakat

BPD sebagai badan perwakilan yang berasal dari masyarakat desa, di samping menjalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara Kepala Desa dengan masyarakat desa, juga harus dapat menjalankan fungsi utamanya, yakni fungsi representasi. Hal ini sesuai dengan Pasal 104 UU No. 22 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa fungsi BPD adalah mengayomi adat istiadat, membuat

Peranan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melaksanakan

(28)

Adapun dalam mencapai tujuan mensejahterakan masyarakat desa, masing-masing unsur pemerintahan desa dapat menjalankan fungsinya dengan mendapat dukungan dari unsur yang lain. Dengan demikian

hubungan yang bersifat kemitraan antara BPD dengan Pemerintah Desa harus didasari pada filosofi sebagai berikut :

1. Adanya kedudukan yang sejajar diantara yang bermitra.

2. Adanya kepentingan bersama yang ingin dicapai.

3. Adanya saling menghoramti.

(29)

Pola kemitraan antara legislatif (BPD) dengan eksekutif (Pemerintah Desa) menurut Sadu

Wasistiono (2001:53), dikatakan bahwa :

“Didasarkan pada budaya politik lokal yang berbasis pada filosofi “musyawarah untuk

mufakat”. Musyawarah berbicara tentang proses, sedangkan mufakat berbicara tentang hasil. Hasil yang baik diharapkan diperoleh dari proses yang baik. Melalui musyawarah untuk mufakat,

berbagai konflik antara para elit politik dapat segera diselesaikan secara arif, sehingga tidak

(30)

Mekanisme Pertanggungjawaban Kepala Desa

Tidak adanya akuntabilitas kepala desa

kepada masyarakat pemilih menyebabkan kontrol sosial menjadi sangat lemah. Kepala Desa akan

lebih berorientasi ke atas daripada kepada masyarakat pemilih. Keadaan ini akan

memperlemah dukungan masyarakat desa, dan tanpa dukungan masyarakat, pemerintah desa

(31)

Akuntabilitas Kepala Desa menurut UU No. 5 Tahun 1979

Pemerintah

Supra Desa

Kepala Desa

Masyarakat

Pemilih

Tanggung Jawab

Keterangan

(32)

Model Pertanggungjawaban Kepala Desa Menurut UU No. 22 Tahun 1999

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, secara tegas dinyatakan : Kepala Desa bertanggung jawab kepada rakyat melalui Badan Perwakilan

Desa, dan menyampaikan laporan mengenai

pelaksanaan tugasnya kepada Bupati. (Pasal 102). Pola pertanggunugjawaban kesamping tidak hanya berlaku bagi Pemerintah Desa melainkan

juga bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/kota serta daerah Propinsi. Pola pertanggungjawaban ke atas digantikan dengan pola pertanggung-jawaban

(33)

MPR

Tanggung Jawab Tanggung Jawab Tanggung Jawab

Pembinaa

= garis komando = garis penugasan

Orbitasi

(34)

4

1. Kepala Desa mengajukan bahan pertanggungjawaban kepada BPD

2. BPD membahas LPJ Kades dengan penduduk desa yang mempunyai hak pilih, menurut masing-masing dusun. Pola yang digunakan satu anggota BPD menggunakan pola satu dusun, kemudian dibuat berita secara rapat yang berisi jumlah penduduk desa pada dusun tersebut yang sekaligus dengan LPJ Kades, sebagian dengan catatan atau menolak LPJ Kades. 3. Hasil pembahasan tersebut dibahas ke rapat lengkap BPD,

sehingga akan diperoleh kesepakatan pendapat penduduk desa yang mempunyai hak pilih (konstituen).

4. Berdasarkan hasil tersebut, kemudian BPD mengambil sikap terhadap LPJ Kades dengan tiga opsi:

- menerima

- menerima dengan catatan - menolak

5. Apabila mayoritas konstituen menolak LPJ Kades, maka Kades diberi kesempatan untuk memperbaiki selama 30 hari. Apabila perbaikan dianggap tidak memuaskan anggota BPD, maka BPD dapat mengajukan pemberhentian Kades kepada Bupati.

5. Selain menyampaikan LPJ kepada rakyat melalui BPD, Kades juga mengajukan laporan pertanggungjawaban Pemerintahan Desa kepada Bupati. Laporan-laporan yang sifatnya administratif – informatif.

BAGAN MODEL MEKANISME

(35)

Pembentukan Badan Perwakilan Desa

Adapun proses pembentukan BPD, lazimnya ditempuh melalui 3 (tiga) tahap, yaitu :

a. Tahap sosialisasi b. Tahap persiapan c. Tahap pelaksanaan

Jumlah anggota BPD ditentukan oleh jumlah penduduk desa yang bersangkutan dengan ketentuan :

1. Jml penduduk s.d. 1.500 jiwa diwakilkan 5 angg. 2. Jml penduduk 1.501-2.000 jiwa diwakilkan 7 angg. 3. Jml penduduk 2.001-2.500 jiwa diwakilkan 9 angg.

(36)

Manajemen Keuangan Desa

Anggaran Desa adalah gambaran dari kebijaksanaan Pemerintahan Desa yang

dinyatakan dalam ukuran uang, yang meliputi baik kebijaksanaan pengeluaran Pemerintah untuk satu periode di masa depan maupun

kebijaksanaan penerimaan Pemerintah untuk menutup pengeluaran tersebut.

Anggaran Desa berfungsi sebagai pedoman kerja bagi Pemerintahan Desa dalam mengelola Desa untuk suatu periode di masa yang akan

(37)

Karena sebelum Anggaran Desa dijalankan, ia harus dapat pengesahan terlebih dahulu dari

BPD, berarti Anggaran Desa juga berfungsi sebagai alat/instrumen pengawas bagi

masyarakat terhadap kebijaksanaan yang dipilih Pemerintah Desa.

Karena pada akhirnya setiap Anggaran Desa harus dipertanggungjawabkan pelaksanaannya oleh Pemerintah Desa (Kepala Desa) kepada

Badan Perwakilan Desa (BPD), berarti Anggaran Desa juga berfungsi sebagai alat/instrumen

(38)

Teknik Pembuatan Peraturan Desa (PERDES)

dan Keputusan Kepala Desa (KEPDES)

Dalam membuat Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa harus diperhatikan :

1. Peraturan tersebut tidak berlaku surut.

2. Peraturan yang dibuat mempunyai penguasa lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. 3. Peraturan terakhir membatalkan peraturan yang

terdahulu

4. Peraturan yang dibuat mempunyai kekuatan hukum yang kuat (tidak dapat diganggu gugat) 5. Peraturan itu merupakan sarana yang maksimal

(39)

Pola Pemberian Bantuan dari Pemerintah

Propinsi Kepada Desa / Kelurahan

Bantuan desa yang diberikan Pemerintah Propinsi kepada Desa/Kelurahan dimaksudkan untuk

mendukung empat strateg, yaitu :

1. Memberdayakan atau meningkatkan perekonomian desa

2. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di pedesaan.

3. Untuk pengadaan atau peningkatan prasarana di pedesaan.

(40)
(41)

Tipe Desa

Desa Nelayan Ds. Persawahan

Ds. Perladangan Ds. Jasa/

Perdagangan

Ds. Perkebunan

Ds. Pertam-bangan/gal. C

Ds. Peternakan Ds. Indus.

Kecil & kerajinan Ds. Indust.

(42)

BAGAN ARUS INFORMASI KEBUTUHAN BANTUAN DARI MASYARAKAT DESA

SAMPAI PADA INSTANSI PEMBAGI BANTUAN

Pemerintah Pusat

Gubernur Propinsi

Pemerintah Kabupaten/ Kota

Pemerintah Kecamatan

Pemerintah Desa Pemerintah Desa

(43)

BAGAN ARUS PEMBERIAN BANTUAN KEPADA

PEMERINTAH DESA DAN ATAU MASYARAKAT DESA

Gubernur

Pemerintah Pusat Donor

Pemerintah Propinsi

Pemerintah Kab/Kota

Pemerintah Desa

Masyarakat Desa

Camat

Keterangan :

(44)

BAGAN POLA PEMBERIAN BANTUAN DESA DARI PROPINSI KEPADA DESA

Identifikasi

Pemeliharaan & Pengembangan

Pengem-bangan

Pemberian Modal Awal

Bantuan

-manajemen

-teknik

-perencanaan

Bantuan

- sumber

keuangan desa

- manajemen

Bantuan dalam semua aspek sesuai dengan

karakteristik desa

Desa Ung-gulan

(45)

Pola Pemberian Tugas Pembantuan

No Uraian Menurut UU 5/1974

Menurut UU 22/1999 1 Hakekat pengertian Tugas turut serta dalam

melaksanakan urusan pemerintahan

Penugasan pemerintahan

2 Institusi yang menugaskan

1. Pemerintah Pusat 1. Pusat

2. Pemerintah Daerah Tingkat atasnya (Propinsi DT. I)

2. Daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota) 3 Institusi yang menerima DT. I 1. Daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota) DT. II 2. Desa

4 Fasilitas yang menyertai Pembiayaan 1. Pembiayaan

2. Sarana dan Prasarana 3. Sumberdaya Manusia 5 Kewajiban penerima

Tugas Mempertanggungjawab-kanpenugasannya 1. Melaporkan pelaksanaanpenugasan 2. Mempertanggungjawabkan

penugasan 6 Hak penerima tugas Tidak ada hak untuk menolak

(46)

Urusan Pemerintah yang dapat

ditugasperbantukan pada seluruh desa

Urusan Pemerintah yang dapat

ditugasperbantukan pada desa secara selektif berdasarkan -Karakteristik Desa -Kebutuhan

-Kemampuan

Daftar Urusan Pemerintah yang dapat

ditugasperbantu-kan kepada Desa

Inventarisasi kebutuhan -pembiayaan -sarana & prasarana

Pemerintah yang dapat

ditugasperban-tukan kep. Desa -Setda

(47)

TATA CARA PEMBERIAN TUGAS PEMBANTUAN DARI PEMERINTAH KABUPATEN KEPADA DESA

BUPATI

= JALUR INFORMASI PENUGASAN

= JALUR INFORMASI PENUGASAN

= JALUR KOORDINASI

= JALUR KOORDINASI

= JALUR PELAPORAN

(48)

TATA CARA PEMBERIAN TUGAS PEMBANTUAN DARI PEMERINTAH PROPINSI KEPADA DESA

GUBERNUR

= JALUR INFORMASI PENUGASAN

= JALUR INFORMASI PENUGASAN

= JALUR KOORDINASI

= JALUR KOORDINASI

= JALUR PELAPORAN

(49)

Bagimu Negeri

Jiwa Raga Kami

Amiin.

(50)

TERIMAKASIH

TERIMAKASIH

Atas Perhatiannya

Atas Perhatiannya

Mohon Maaf Kalau

Mohon Maaf Kalau

Kurang

Kurang

Memuaskan!!!!

Referensi

Dokumen terkait

Ada rasa kecewa cukup besar di antara serikat buruh yang terlibat karena Merek menolak untuk merundingkan aturan protokol lebih lanjut terkait biaya hidup dan jaminan kerja

Peta untuk mengetahui peringkat tertinggi dari segi atribut untuk ke empat merek tersebut adalah menggunakan program SPSS 20.0 Multidimensional Scaling (Alscal ), dari gambar

Hasil percobaan menunjukan bahwa kedua teknik analisis, ELISA dan Zlektroforesis bisa digunakan untuk menentukan respon kekebalan terhadap infeksi yang terjadi dalam tubuh

Skripsi adalah studi akhir yang merupakan salah satu tugas akhir yang diwajibkan pada mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri

Penelitian ini menjelaskan tentang kemudahan dalam menerima dan menyebarkan informasi adalah dua hal yang tidak didapat oleh generasi sebelumnya, karena kemajuan

Berdasarkan sampel dari perusahaan manufaktur dengan sub sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 sampai 2015 maka hasil regresinya menunjukkan bahwa

13 Tahun 2003, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/ buruh yang ditetapkan

Secara umum pengertian hak ulayat ditegaskan dalam Permen Agraria Nomor 5 Tahun 1999 sebagai berikut: hak ulayat dan yang serupa dari masyarakat hukum adat