KAJIAN AKADEMIK
“PENYUSUNAN PEDOMAN
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
DESA DI JAWA BARAT
”
Biodata Narasumber
• Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si • Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
• NIP : 19770304 1995 11 1 001
• Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala) • Pangkat : Pembina TK. I (IV/b)
• Instansi : Kampus IPDN Jatinangor • Alamat : Komp. Singgasana Pradana
PENDAHULUAN
Masalah mendasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa sebenarnya lebih disebabkan oleh hal-hal yang bersifat struktural antara lain kurang kuatnya keberpihakan secara praktik dari Pemerintah Pusat terhadap status dan kedudukan pemerintah desa, sehingga sampai saat ini
terdapat ambivalensi. Pemerintah desa pada
kenyataannya bukanlah pemerintah yang
sebenarnya, melainkan cenderung merupakan lembaga kemasyarakatan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan.
Ketika kolonial menginjakkan kakinya ke
Ketika Indonesia mencapai kemerdekaannya,
Gejala intervensi terhadap kehidupan organisasi dan
kelembagaan pedesaan semakin menjadi-jadi, setelah pasca kemerdekaan. Baik orde lama, maupun orde baru. Desa telah menjadi korban sasaran kebijaksanaan pembangunan yang deterministik sentralistik, bahkan dalam banyak hal
ditujukan untuk kepentingan politik. Dinamika
Filosifi Pemerintahan Desa
Janganlah kita terjebak dalam romantisme masa lalu, dengan
pengertian berusaha agar tatanan, dan kelembagaan masyarakat desa dikembalikan kedalam formatnya sesuai dengan masa lalu. Setiap periode pasti memiliki spirit zaman bersama dengan perangkat kelembagaan dan pranata menurut jamannya. Apa yang dinilai baik mungkin hanya berlaku pada jamannya, dan belum tentu seperti itu ke depan atau pada tempat yang lain. Kini, struktur dan komposisi masyarakat pedesaan jauh berbeda, dimana generasi muda penerus adalah komponen yang dominan, yang justru akan bingung dengan upaya pengembalian nilai-nilai lama tersebut. Yang perlu disadari adalah menerima kenyataan tersebut sebagai suatu realitas yang tidak dapat dihindari sehingga upaya yang perlu dilakukan adalah menyesuaikan perkembangannya ke arah yang lebih kondusif. Apa yang dimaksud dengan kondisi yang lebih kondusif tentu saja masih perlu dirumuskan lebih lanjut dengan melibatkan semua stakeholder secara konsetual (Radi A Gany, 1999)
Kondisi Desa pada saat ini tidak terlepas dari kebijakan
Pemerintah dalam pengaturan masyarakat Desa yang kurangintensif dan kurang menyentuh kebutuhan dan permasalah dasar yang dihadapi masyarakat di Desa. Salah satu fakta dari keadaan tersebut adalah ketidakmampuan Pemerintah Desa dalam mengakomodasikan dan memfasilitasi dinamika masyarakat pedesaan yang sudah relatif cepat berkembang.
Pengaturan terhadap Pemerintah Desa dimaksudkan
bukan untuk membatasi atau menghambat dinamika dan kreativitas masyarakat desa dalam menjalankan pemerintahannya. Namun pengaturan terhadap pemerintahan desa diharapkan mampu menjembatani dan memfasilitasi segenap potensi dan kreativitas masyarakat, agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien bagi jalannya roda pemerintahan desa.
Pengalaman menunjukkan bahwa pengaturan
terhadap pemerintahan desa yang kurang mendasarkan pada karakteristik masyarakatnya, hanya akan menimbulkan ketidakberdayaan masyarakat desa dalam mengembangkan dirinya.
Penyeragaman dalam pengaturan masyarakat
desa justru menghambat tumbuhnya kreativitas dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, sehingga relatif lebih tertinggal dari masyarakat yang tertinggal di wilayah perkotaan.
Desa
Secara Umum dicirikan :- Dengan bahasa ibu yang kental - Tingkat Pendidikan yang relatif
rendah
- Mata pencaharian yang umumnya di sektor pertanian
Pengertian Desa
Secara Ekonomi dicirikan :
- Dengan komunitas masyarakat yang memiliki model produksi yang khas
Secara Sosilogis dicirikan :
- Dengan dua makna positif dan negatif
- Makna positif yang melekat dari desa antara lain kebersamaan dan kejujuran.
- Makna negatif seperti kebodohan dan keterbelakangan.
Secara Hukum dan Politik dicirikan: - Dengan adanya otonomi yang
Desa
UU No.5 /1979
“Suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat termasuk didadalamnya kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan republik Indonesia”
UU No.22 /1999
“Kesatuan wilayah masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah Kabupaten”
Susunan Desa-desa membentuk persekutuan
masyarakat hukum di kategorikan atas tiga tipe :
1. Tipe kesatuan masyarakat hukum berdasarkan kepada teritorial/wilayah tempat bersama sebagai dasar utama
2. Tipe kesatuan masyarakat umum berdasarkan
persamaan keturunan/ genetik (suku, warga atau calon) sebagai dasar utama untuk dapat bertempat tinggal dalam suatu wilayah tersebut.
3. Tipe kesatuan hukum
berdasarkan atas campuran (teritorial dan keturunan (F. Tonies dalam Unang Sunaryo, 1984)
Desa sebagai persekutuan masyarakat hukum berdasarkan adat, hukum dan kebiasaan, memiliki unsur-unsur: a. terdapat wilayah sendiri yang telah ditentukan batas-batas,
Perubahan Paradigma Penyelenggaraan
- IGO (daerah Jawa) - IGOB (luar Jawa)
Th. 1948
- UU No. 22/1948 - UU No. 22/1948
beberapa tahun kemudian diganti oleh UU No. 1/1957
IGO dan IGOB tidak berlaku lagi
Th. 1965
- UU No. 1/1957
diganti oleh UU No. 19/1965
Setelah Orde Baru
UU No. 5/1979
Masalah yang timbul dalam mengatur penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan UU No. 5/1979 :
1. Apa yang dianggap oleh pemerintah Pusat, secara otomatis dianggap baik bagi desa, padahal dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Karena pada dasarnya desalah yang lebih mengetahui tentang apa kebutuhannya, permasalahan apa yang dihadapi, serta bagaimana mengatasi masalah tersebut.
2. Dengan kebijakan tersebut, segala unsur di luar struktur kekuasaan pemerintahan, yang merupakan institusi lokal tidak mempunyai kesempatan untuk tumbuh, kecuali yang sejalan dengan kepentingan pemerintah.
Desa pada hakekatnya tetap merupakan kesatuan masyarakat hukum asli yang mampu bertahan hidup dan berkembang mengikuti dinamika kehidupan bangsa seiring dengan perkembangan jaman semenjak jaman Hindia Belanda, jaman pendudukan Jepang, jaman kemerdekaan sampai era reformasi, dengan berlandaskan pada aturan Hukum Adat. Oleh karenanya pemerintahan desa yang lahir dari sistem hukum yang berlaku bersifat demokratis sesuai dengan filosofi terbentuknya desa dan diharapkan pemerintah desa dapat menjalankan tiga peran utamanya yaitu sebagai Struktur Perantara, sebagai pelayan masyarakat dan sebagai agen pembaharuan.
(Sadu Wasistiono, 1996:5) Masa
Reformasi
- UU No. 5/1979
diganti oleh UU No. 22/1999
Berpijak pada nilai : 1. Demokratisasi
Kelembagaan Pemerintahan Desa
Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat Desa terdiri dari :
1. Unsur Staf, yaitu unsur pelayanan seperti Sekretaris Desa dan perangkat tata usaha;
2. Unsur Pelaksana, yaitu pelaksana teknis lapanganseperti urusan Pamong Tani Desa, urusan keamanan desa, dan urusan kesejahteraan masyarakat dan sebagainya;
3. Unsur Wilayah, yaitu pembantu Kepala Desa di wilayah yaitu kepala-kepala dusun. Jumlah dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat (Pasal 8 Kepmendagri Nomor 64 Tahun 1999).
Tugas dan Kewajiban Kepala Desa adalah :
a) Memimpin Penyelenggaran Pemerintahan Desa; b) Membina kehidupan masyarakat desa;
c) Perekonomian desa;
d) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa;
e) Mendamaikan Perselisihan masyarakat di desa;
f) Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menujuk kuasa hukumnya;
g) Mengajukan Rancangan Peraturan desa dan bersama BPD menetapkan sebagai peraturan desa;
h) menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan;
i) Pelaksanaan pendataan penduduk untuk kepentingan nasional dan melaporkan kepada pemerintah melalui Bupati dengan tembusan kepada Camat;
Kewenangan Desa mencakup :
1. Kewenangan yang sudah berdasarkan hak asal-usul;
2. Kewenangan yang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, belum dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Pemerintah;
3. Tugas Pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten.
Hubungan Kerja Pemerintah Desa yang secara umum dapat digolongkan :
1. Hubungan dengan Pemerintahan yang lebih tinggi tingkatannya, yaitu Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kecamatan;
2. Hubungan kerja dengan Pemerintah Desa yang lainnya; 3. Hubungan Kerja dengan Kepala Dusun;
4. Hubungan Kerja dengan lembaga-lembaga lain yang ada di desa.
Hubungan kerja antara pemerintah yang lebih tinggi tingkatannya, dengan Pemerintah Desa pada dasarnya bersifat koordinatif dan fasilitatif, tidak lagi hirarkis. Sebagai kesatuan masyarakat yang memiliki kewenangan mengatur dirinya sendiri (self governing society), secara organisatoris desa pemerintah Kabupaten. Akan pula dapat dilihat dari kepentingannya, terdapat hubungan yang bersifat hirarkis. Prinsip umum yang dipakai adalah bahwa kepentingan masyarakat yang lebih kecil tunduk kepada kepentingan masyarakat yang lebih luas. (Sadu Wasistiono, 2000)
Pengukuran Kinerja
Untuk mengukur kinerja pemerintahan Desa dapat dilakukan dengan mengacu pada model pengukuran kinerja Pemerintahan, yang
disesuaikan dengan kewenangan, objek layanan, personil, sumber daya keungan dsb, anatar lain : 1. Model Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
2. The Balance Score Card dan Norton dan Kaplan (1992) yang dimodifikasi menjadi Government Score Card
3. Performance Pyramid Model dari Lynh dan Cross
Hubungan Pemerintah Desa dengan Pihak Luar Desa
I. Pola Hubungan dengan Pemerintah Kabupaten
Sebagai perwujudan dari filosofis
“keaneka-ragaman” dalam Pasal 93 UU No. 22 Tahun 1999, ditegaskan :
1. Desa dapat dibentuk, dihapus, dan atau digabung dengan memperhatikan asal usulnya atau
prakarsa masyarakat dengan persetujuan
Pemerintah Kabupaten dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
2. Pembentukan, penghapusan dan atau
Memperhatikan penegasan di atas, maka setiap kabupaten dimungkinkan adanya perbedaan nama dan struktur organisasi pemerintah desa yang satu dengan yang lainnya.
Hak dari masyarakat desa untuk mengurus dan mengatur urusan rumah tangganya sangat diperhatikan oleh Pemerintah. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam decentralisasi Wet 1903 yang ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, yang meliputi tiga
bentuk desentralisasi, yakni desentralisasi politik, yakni hak untuk memilih kepala desanya sendiri, desentralisasi budaya, merupakan hak untuk memelihara adat istiadat yang ada pada masyarakatnya dan desentralisasi
fungsional, yakni untuk mengatur dan memelihara hal-hal khusus yang ada pada masyarakatnya(Sadu
II. Pola Hubungan dengan Pemerintah Kecamatan
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1979 bahwa Kepala Desa bersifat ambilaven (berperan ganda) baik dalam posisinya sebagai kepala pemerintahan maupun sebagai ketua LMD.
Hubungan kerja Pemerintah Desa dengan Pemerintah Kec. Sudah tidak lagi bersifat
hirarkhis. Karena tidak adanya hubungan
hirarkhis oleh Camat sebagai perangkat daerah, adalah melakukan Koordinasi, pembinaan,
Adapun jenis-jenis kewenangan
pemerintahan yang dapat dilakukan oleh Camat dalam pelaksanaan koordinasi, pembinaan,
fasilitasi dan pengawasan pemerintahan terhadap desa-desa yang ada di wilayahnya sangat
III. Pola Hubungan dengan BPD
Hubungan antara Pemerintah Desa yang dipimpin oleh Kepala Desa dengan BPD
merupakan sesuatu yang relatif baru. Dikatakan demikian, karena dalam UU No. 22 Tahun 1999 Pasal 102 ditegaskan bahwa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Kepala Desa bertanggung jawab kepada rakyat melalui BPD dan
menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati. Hal ini, juga dipertegas dengan
Dengan adanya pertanggungjawaban Kepala Desa kepada rakyat melalui BPD, menunjukkan adanya nuansa demokrasi yang kuat. Dikatakan demikian, karena secara filosofis pemerintahan demokratis adalah pemerintahan dari untuk dan oleh rakyat, maka merupakan hal yang wajar
IV. Pola Hubungan BPD dan Pemerintah Desa dengan Masyarakat
BPD sebagai badan perwakilan yang berasal dari masyarakat desa, di samping menjalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara Kepala Desa dengan masyarakat desa, juga harus dapat menjalankan fungsi utamanya, yakni fungsi representasi. Hal ini sesuai dengan Pasal 104 UU No. 22 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa fungsi BPD adalah mengayomi adat istiadat, membuat
Peranan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melaksanakan
Adapun dalam mencapai tujuan mensejahterakan masyarakat desa, masing-masing unsur pemerintahan desa dapat menjalankan fungsinya dengan mendapat dukungan dari unsur yang lain. Dengan demikian
hubungan yang bersifat kemitraan antara BPD dengan Pemerintah Desa harus didasari pada filosofi sebagai berikut :
1. Adanya kedudukan yang sejajar diantara yang bermitra.
2. Adanya kepentingan bersama yang ingin dicapai.
3. Adanya saling menghoramti.
Pola kemitraan antara legislatif (BPD) dengan eksekutif (Pemerintah Desa) menurut Sadu
Wasistiono (2001:53), dikatakan bahwa :
“Didasarkan pada budaya politik lokal yang berbasis pada filosofi “musyawarah untuk
mufakat”. Musyawarah berbicara tentang proses, sedangkan mufakat berbicara tentang hasil. Hasil yang baik diharapkan diperoleh dari proses yang baik. Melalui musyawarah untuk mufakat,
berbagai konflik antara para elit politik dapat segera diselesaikan secara arif, sehingga tidak
Mekanisme Pertanggungjawaban Kepala Desa
Tidak adanya akuntabilitas kepala desa
kepada masyarakat pemilih menyebabkan kontrol sosial menjadi sangat lemah. Kepala Desa akan
lebih berorientasi ke atas daripada kepada masyarakat pemilih. Keadaan ini akan
memperlemah dukungan masyarakat desa, dan tanpa dukungan masyarakat, pemerintah desa
Akuntabilitas Kepala Desa menurut UU No. 5 Tahun 1979
Pemerintah
Supra Desa
Kepala Desa
Masyarakat
Pemilih
Tanggung Jawab
Keterangan
Model Pertanggungjawaban Kepala Desa Menurut UU No. 22 Tahun 1999
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, secara tegas dinyatakan : Kepala Desa bertanggung jawab kepada rakyat melalui Badan Perwakilan
Desa, dan menyampaikan laporan mengenai
pelaksanaan tugasnya kepada Bupati. (Pasal 102). Pola pertanggunugjawaban kesamping tidak hanya berlaku bagi Pemerintah Desa melainkan
juga bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/kota serta daerah Propinsi. Pola pertanggungjawaban ke atas digantikan dengan pola pertanggung-jawaban
MPR
Tanggung Jawab Tanggung Jawab Tanggung Jawab
Pembinaa
= garis komando = garis penugasan
Orbitasi
4
1. Kepala Desa mengajukan bahan pertanggungjawaban kepada BPD
2. BPD membahas LPJ Kades dengan penduduk desa yang mempunyai hak pilih, menurut masing-masing dusun. Pola yang digunakan satu anggota BPD menggunakan pola satu dusun, kemudian dibuat berita secara rapat yang berisi jumlah penduduk desa pada dusun tersebut yang sekaligus dengan LPJ Kades, sebagian dengan catatan atau menolak LPJ Kades. 3. Hasil pembahasan tersebut dibahas ke rapat lengkap BPD,
sehingga akan diperoleh kesepakatan pendapat penduduk desa yang mempunyai hak pilih (konstituen).
4. Berdasarkan hasil tersebut, kemudian BPD mengambil sikap terhadap LPJ Kades dengan tiga opsi:
- menerima
- menerima dengan catatan - menolak
5. Apabila mayoritas konstituen menolak LPJ Kades, maka Kades diberi kesempatan untuk memperbaiki selama 30 hari. Apabila perbaikan dianggap tidak memuaskan anggota BPD, maka BPD dapat mengajukan pemberhentian Kades kepada Bupati.
5. Selain menyampaikan LPJ kepada rakyat melalui BPD, Kades juga mengajukan laporan pertanggungjawaban Pemerintahan Desa kepada Bupati. Laporan-laporan yang sifatnya administratif – informatif.
BAGAN MODEL MEKANISME
Pembentukan Badan Perwakilan Desa
Adapun proses pembentukan BPD, lazimnya ditempuh melalui 3 (tiga) tahap, yaitu :
a. Tahap sosialisasi b. Tahap persiapan c. Tahap pelaksanaan
Jumlah anggota BPD ditentukan oleh jumlah penduduk desa yang bersangkutan dengan ketentuan :
1. Jml penduduk s.d. 1.500 jiwa diwakilkan 5 angg. 2. Jml penduduk 1.501-2.000 jiwa diwakilkan 7 angg. 3. Jml penduduk 2.001-2.500 jiwa diwakilkan 9 angg.
Manajemen Keuangan Desa
Anggaran Desa adalah gambaran dari kebijaksanaan Pemerintahan Desa yang
dinyatakan dalam ukuran uang, yang meliputi baik kebijaksanaan pengeluaran Pemerintah untuk satu periode di masa depan maupun
kebijaksanaan penerimaan Pemerintah untuk menutup pengeluaran tersebut.
Anggaran Desa berfungsi sebagai pedoman kerja bagi Pemerintahan Desa dalam mengelola Desa untuk suatu periode di masa yang akan
Karena sebelum Anggaran Desa dijalankan, ia harus dapat pengesahan terlebih dahulu dari
BPD, berarti Anggaran Desa juga berfungsi sebagai alat/instrumen pengawas bagi
masyarakat terhadap kebijaksanaan yang dipilih Pemerintah Desa.
Karena pada akhirnya setiap Anggaran Desa harus dipertanggungjawabkan pelaksanaannya oleh Pemerintah Desa (Kepala Desa) kepada
Badan Perwakilan Desa (BPD), berarti Anggaran Desa juga berfungsi sebagai alat/instrumen
Teknik Pembuatan Peraturan Desa (PERDES)
dan Keputusan Kepala Desa (KEPDES)
Dalam membuat Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa harus diperhatikan :
1. Peraturan tersebut tidak berlaku surut.
2. Peraturan yang dibuat mempunyai penguasa lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. 3. Peraturan terakhir membatalkan peraturan yang
terdahulu
4. Peraturan yang dibuat mempunyai kekuatan hukum yang kuat (tidak dapat diganggu gugat) 5. Peraturan itu merupakan sarana yang maksimal
Pola Pemberian Bantuan dari Pemerintah
Propinsi Kepada Desa / Kelurahan
Bantuan desa yang diberikan Pemerintah Propinsi kepada Desa/Kelurahan dimaksudkan untuk
mendukung empat strateg, yaitu :
1. Memberdayakan atau meningkatkan perekonomian desa
2. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di pedesaan.
3. Untuk pengadaan atau peningkatan prasarana di pedesaan.
Tipe Desa
Desa Nelayan Ds. Persawahan
Ds. Perladangan Ds. Jasa/
Perdagangan
Ds. Perkebunan
Ds. Pertam-bangan/gal. C
Ds. Peternakan Ds. Indus.
Kecil & kerajinan Ds. Indust.
BAGAN ARUS INFORMASI KEBUTUHAN BANTUAN DARI MASYARAKAT DESA
SAMPAI PADA INSTANSI PEMBAGI BANTUAN
Pemerintah Pusat
Gubernur Propinsi
Pemerintah Kabupaten/ Kota
Pemerintah Kecamatan
Pemerintah Desa Pemerintah Desa
BAGAN ARUS PEMBERIAN BANTUAN KEPADA
PEMERINTAH DESA DAN ATAU MASYARAKAT DESA
Gubernur
Pemerintah Pusat Donor
Pemerintah Propinsi
Pemerintah Kab/Kota
Pemerintah Desa
Masyarakat Desa
Camat
Keterangan :
BAGAN POLA PEMBERIAN BANTUAN DESA DARI PROPINSI KEPADA DESA
Identifikasi
Pemeliharaan & Pengembangan
Pengem-bangan
Pemberian Modal Awal
Bantuan
-manajemen
-teknik
-perencanaan
Bantuan
- sumber
keuangan desa
- manajemen
Bantuan dalam semua aspek sesuai dengan
karakteristik desa
Desa Ung-gulan
Pola Pemberian Tugas Pembantuan
No Uraian Menurut UU 5/1974
Menurut UU 22/1999 1 Hakekat pengertian Tugas turut serta dalam
melaksanakan urusan pemerintahan
Penugasan pemerintahan
2 Institusi yang menugaskan
1. Pemerintah Pusat 1. Pusat
2. Pemerintah Daerah Tingkat atasnya (Propinsi DT. I)
2. Daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota) 3 Institusi yang menerima DT. I 1. Daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota) DT. II 2. Desa
4 Fasilitas yang menyertai Pembiayaan 1. Pembiayaan
2. Sarana dan Prasarana 3. Sumberdaya Manusia 5 Kewajiban penerima
Tugas Mempertanggungjawab-kanpenugasannya 1. Melaporkan pelaksanaanpenugasan 2. Mempertanggungjawabkan
penugasan 6 Hak penerima tugas Tidak ada hak untuk menolak
Urusan Pemerintah yang dapat
ditugasperbantukan pada seluruh desa
Urusan Pemerintah yang dapat
ditugasperbantukan pada desa secara selektif berdasarkan -Karakteristik Desa -Kebutuhan
-Kemampuan
Daftar Urusan Pemerintah yang dapat
ditugasperbantu-kan kepada Desa
Inventarisasi kebutuhan -pembiayaan -sarana & prasarana
Pemerintah yang dapat
ditugasperban-tukan kep. Desa -Setda
TATA CARA PEMBERIAN TUGAS PEMBANTUAN DARI PEMERINTAH KABUPATEN KEPADA DESA
BUPATI
= JALUR INFORMASI PENUGASAN
= JALUR INFORMASI PENUGASAN
= JALUR KOORDINASI
= JALUR KOORDINASI
= JALUR PELAPORAN
TATA CARA PEMBERIAN TUGAS PEMBANTUAN DARI PEMERINTAH PROPINSI KEPADA DESA
GUBERNUR
= JALUR INFORMASI PENUGASAN
= JALUR INFORMASI PENUGASAN
= JALUR KOORDINASI
= JALUR KOORDINASI
= JALUR PELAPORAN
Bagimu Negeri
Jiwa Raga Kami
Amiin.
TERIMAKASIH
TERIMAKASIH
Atas Perhatiannya
Atas Perhatiannya
Mohon Maaf Kalau
Mohon Maaf Kalau
Kurang
Kurang
Memuaskan!!!!