• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Potensi Air Tanah di Pesisir Surabaya Timur Untuk Budidaya Perikanan Air Payau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Potensi Air Tanah di Pesisir Surabaya Timur Untuk Budidaya Perikanan Air Payau"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Pesisir Indonesia memiliki potensi perikanan air payau yang tinggi. Tetapi, belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu indikatornya adalah pemanfaatan lahan wilayah pesisir untuk perikanan masih kurang. Faktor yang sangat penting dalam budiaya perikanan adalah kualitas air yang meliputi salinitas, kandungan oksigen, derajat keasaman (pH), temperatur, nitrat, nitrit, hidrogen sulfida, amoniak dan pospat. Penelitian kualitas air di Pesisir Surabaya Timur ini merupakan salah satu sarana untuk mengetahui potensinya sebagai daerah budidaya perikanan air payau. Sampel air adalah air tanah yang diambil dengan cara dibor menggunakan auger hand bor, kemudian dilakukan pengukuran kualitas air dengan cara insitu (langsung di lokasi pengambilan sampel) dan laboratorium. Penentuan besarnya potensi budidaya perikanan air payau di Surabaya Timur dilakukan berdasarkan sebaran kualitas air yang didapatkan. Sebaran kualitas air tanah yang memenuhi parameter budidaya perikanan air payau diinterpolasikan untuk mendapatkan daerah yang potensial untuk budidaya perikanan air payau. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pesisir Surabaya Timur memiliki daerah yang berpotensi tinggi, sedang, dan tidak berpotensi untuk budidaya perikanan air payau yang ditunjukkan pada peta potensi budidaya perikanan air payau di Surabaya Timur.

Kata Kunci—budidaya perikanan air payau, kualitas air tanah, peta potensi

I. PENDAHULUAN

ndonesia sudah lama dikenal sebagai negara kepualauan terbesar di dunia. Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia, yakni 81.000 km (DKP, 2003). Namun, pada kenyataannya Indonesia masih belum memaksimalkan hasil potensi kelautan atau perairan yang dimilikinya dengan baik. Salah satunya di bidang perikanan. Dibandingkan dengan peringkat pertama yang diduduki oleh China, Indonesia masih menghasilkan kurang dari sepertiga dari jumlah yang dihasilkan oleh China. Padahal China memiliki panjang garis pantai hanya 32.000 km, jauh lebih kecil dibanding panjang garis pantai Indonesia.

Potensi lain terkait perikanan Indonesia yang belum dimaksimalkan adalah potensi lahan budidaya tambak. Menurut data pada buku statistik perikanan budidaya Indonesia tahun 2009 dan 2010, jumlah potensi lahan untuk tambak di Indonesia adalah 2.963.717 Ha, namun yang dimanfaatkan baru 682.857 Ha.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengoptimalan dari pemanfaatan lahan budidaya tambak di Indonesia, khususnya di wilayah pesisir, dimana pesisir dimungkinkan memiliki

potensi untuk 3 jenis tambak, yaitu tambak air tawar, air asin, atau air payau. Salah satu wilayah pesisir yang dapat dilakukan penelitian adalah di wilayah Surabaya Timur.

Pesisir Surabaya Timur dimungkinkan dapat dijadikan sebagai daerah untuk budidaya ikan air payau, oleh karena itu perlu diadakah penelitian terkait kualitas air tanah yang ada di wilayah Surabaya Timur. Kualitas air tanah di wilayah pesisir tentu tidak akan pernah lepas dari pengaruh air laut. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian air tanah di wilayah Surabaya Timur untuk budidaya ikan air payau.

II. URAIAN PENELITIAN A. Studi Literatur

Melakukan studi literatur mengenai pengaruh air laut terhadap air tanah berupa sifat-sifat air yang ada di dalamnya, serta kualitas air yang dibutuhkan untuk melakukan budidaya perikanan air payau.

B. Pengambilan Data

Melakukan pengambilan sampel air tanah di beberapa titik yang telah ditentukan di wilayah Surabaya Timur:

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel air tanah

Studi Potensi Air Tanah di Pesisir Surabaya

Timur Untuk Budidaya Perikanan Air Payau

Arif Setiyono, Wahyudi, Suntoyo

Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail

: wahyudictr@oe.its.ac.id

(2)

C. Pengujian Sampel Air Tanah

Sampel yang telah diambil diuji secara dengan 2 metode, yaitu metode insitu (langsung di lapangan) dan eksitu (di laboratorium).

D. Analisa dan Pembahasan

Melakukan analisa dan pembahasan dari hasil data yang diperoleh. Analisa yang dilakukan meliputi beberapa hal, yaitu:

- pengaruh air laut terhadap kualitas air tanah

- memetakan sebaran kualitas air tanah dari data yang telah didapatkan

- melakukan klasifikasi parameter yang akan digunakan untuk melihat daerah yang berpotensi sebagai budidaya perikanan air payau sesuai dengan referensi yang telah didapatkan - membuat peta daerah yang berpotensi untuk budidaya

perikanan air payau

Pemetaan data sebaran dilakukan dengan bantuan software yang diperlukan, misalnya surfer 10 atau arcGIS 10. Surfer 10 biasa digunakan untuk memetakan kontur, namun juga dapat digunakan untuk melihat sebaran parameter yang lain. Namun kelemahannya, surfer 10 tidak memiliki fasilitas untuk melakukan overlay berbagai parameter sehingga didapat sebuah formula parameter secara umum yang dapat menunjukkan tingkat potensi daerah untuk budidaya perikanan air payau. Oleh karena itu, proses overlay dilakukan dengan bantuan software arcGIS 10. Sebelum melakukan overlay, parameter-parameter yang ada perlu diklasifikasikan terlebih dahulu, kemudian dibobotkan pada masing-masing parameternya untuk melihat tingkat kepentingan atau parameter yang dominan untuk budidaya perikanan air payau. Dalam hal ini parameter yang dominan adalah salinitas, temperatur, kandingan oksigen (DO), dan pH.

E. Hasil dan Kesimpulan

Menarik hasil dan kesimpulan dari semua data yang sudah disesuaikan dengan parameter kualitas air untuk budidaya perikanan air payau. Dari hasil tersebut dapat dilihat apakah kualitas air di Surabaya Timur cocok untuk budidaya perikanan air payau atau tidak.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sebaran Kualitas Air Tanah di Surabaya Timur

Penelitian dilakukan di Surabaya Timur, dimana daerah yang akan diambil sampel airnya sudah direncanakan sebelumnya. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mencari titik sesuai dengan koordinat yang ditunjukkan oleh peta menggunakan GPS. Rencana Daerah pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar 1.

Namun, setelah melakukan survey pendahuluan untuk mencari lokasi pengambilan sampel air, daerah yang memungkinkan untuk dapat dijangkau dan dilakukan pengambiln sampel air sedikit berubah. Perubahan yang ada tidak terlalu signifikan, tetap pada daerah di sekitar yang direncanakan dengan kisaran jarak antar titik adalah 1 km. Peta lokasi pengambilan sampel air dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Air Tanah

Sampel air yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel air tanah yang diambil dengan cara dibor. Namun, untuk beberapa titik tertentu sampel air yang dapat diambil adalah air sumur karena lokasi yang sudah penuh dengan perumahan, sehingga tidak ada lahan yang bisa dibor. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab perubahan daerah pengambilan sampel dari rencana awal titik-titik pengambilan sampel. Selain itu, pada daerah yang sangat dekat dengan bibir pantai, sampel air juga tidak dapat diambil karena tidak ada akses untuk menuju kesana. Daerah yang berada di pinggir bibir pantai adalah daerah hutan rawa, sehingga tidak dapat dijangkau untuk pengambilan sampel. Total sampel air tanah yang diambil berjumlah 70 sampel pada 70 titik yang berbeda. Tiap titik memiliki jarak rata-rata 1 km. Sebaran kualitas air diolah dengan metode interpolasi kriging, sehingga sampel yang teambil pada tiap titik akan berpengaruh relatif pada kualitas air di daerah yang berada di sekitarnya. Berikut ini adalah beberapa persebaran parameter dominan untuk budidaya perikanan air payau yang telah diambil dari hasil survey penelitian:

a. derajat keasaman pH

(3)

b. oksigen terlarut (DO)

Gambar 4. Sebaran DO air tanah Surabaya Timur c. temperatur

Gambar 5. Sebaran temperatur air tanah Surabaya Timur d. salinitas

Gambar 6. Sebaran salinitas air tanah Surabaya Timur

Salah satu kualitas air yang dapat dilihat dan dijadikan parameter untuk melihat pengaruh air laut terhadap air tanah adalah salinitas. Sebaran salinitas pada peta di atas dapat menunjukkan bahwa daerah yang mendekati bibir pantai relatif memiliki salinitas yang lebih tinggi dibanding daerah yang lebih jauh dari bibir pantai. Hal ini menunjukkan bahwa

ada pengaruh air laut yang cukup dominan sehingga menyebabkan salinitas air di daerah pantai relatif lebih tinggi.

Pada sebuah kasus, ada beberapa titik yang memiliki salinitas sangat tinggi, padahal titik-titik tersebut berada relatif lebih dari bibir pantai. Contohnya adalah pada titik 60, 59, dan 67. Pada titik-titik tersebut salinitas dapat mencapai nilai 47 ppt. Padahal salinitas air laut di laut lepas saja hanya berkisar 35 ppt. Hal ini dimungkinkan karena daerah tersebut menjadi endapan laut. Kandungan air berkurang dengan cara menguap atau meresap ke tempat lain sehingga konsentrasi garam yang ada disana menjadi lebih tinggi. Hal ini yang menyebabkan salinitas di beberapa titik tersebut menjadi sangat tinggi.

Gambar 7. Sebaran salinitas tertinggi

Namun, sebaran salinitas secara umum untuk melihat pengaruh air laut terhadap air tanah yang ada di Surabaya Timur, maka metode yang bisa digunakan adalah metode interpolasi local polynonial, metode ini kurang lebih menggambarkan kondisi secara umum dengan pendekatan linear dari satu titik menuju titik yang lain. Hasil sebaran dari metode tersebut dapat dilihat pada gambar 7.

(4)

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa semakin mendekati laut, maka salinitas dari air tanah tersebut akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh pengaruh air laut terhadap air tanah yang berada lebih dekat dengan bibir pantai relatif lebih besar dibandingkan dengan air tanah yang berada lebih jauh dari biir pantai.

B. Parameter Budidaya Perikanan Air Payau

Setiap jenis budidaya, baik perikanan air tawar, air payau, ataupun air asin selalu memiliki parameter yang berbeda. Penulis mengambil beberapa referensi untuk parameter budidaya perikanan air payau. Paramaeter yang digunakan adalah parameter air payau secara umum dan parameter air yang sesuai dengan kebutuhan jenis hewan yang dibudidayakan di perairan payau, contohnya adalah ikan bandeng dan udang vaname.

Setelah mengaji beberapa referensi, maka parameter budidaya perikanan air payau yang digunakan dalam penelitian ini akan diklasifiaksi menjadi 3 kelompok, yaitu:

a. kelompok daerah berpotensi tinggi b. kelompok daerah berpotensi rendah, dan c. kelompok daerah tidak berpotensi

Pengelompokan di atas berdasaran parameter kualitas air yang dapat dihuni oleh lebih banyak jenis ikan. Daerah berpotensi tinggi artinya daerah yang dapat dihuni oleh udang windu, ikan bandeng dan udang vaname. Sedangkan daerah yang berpotensi sedang adalah daerah yang hanya dapat dihuni ikan jenis bandeng.

Tabel 1. Parameter Budidaya Perikanan Air Payau Surabaya Timur

No Parameter Potensi Tinggi Potensi Sedang

1 Temperature 31 - 32 27 - 31

2 pH 7,8 - 9 6,5 - 7,8

3 kandungan oksigen (DO) 5,0 - 8,5 3 - 5

4 Salinitas 29 - 34 10 - 29 5 Nitrit ≤ 1 ppm ≤ 1 ppm 6 Nitrat ≤ 60 ppm ≤ 60 ppm 7 Sulfide ≤ 0,002 mg/l ≤ 2 mg/l 8 Pospat < 0,3 mg/l < 0,3 mg/l 9 Amoniak < 0,2 mg < 0,2 mg

Salah satu hal yang menjadi perhatian pada penelitian ini adalah kandungan oksigen yang relatif rendah dari seluruh hasil pengamatan sampel air tanah. Sebagian besar masuk pada parameter klasifikasi daerah berpotensi sedang dan tidak berpotensi. Hal ini disebabkan oleh kondisi letak dari air yang berada di bawah tanah, sehingga kandungan udara termasuk oksigen di dalamnya relatif rendah. Oleh karena itu, perlu diadakan perlakuan khusus untuk menambah kadar kandungan oksigen. Pada umumnya, kadar oksigen dapat ditingkatkan dengan cara aerasi. Aerasi adalah upaya penambahan oksigen ke dalam air dengan menggunakan udara bebas atau oksigen murni, baik dengan cara difusi atau membuat agitasi pada permukaan air.

C. Peta Potensi Budidaya Perikanan Air Payau di Surabaya Timur

Hasil interpolasi seluruh parameter menunjukkan bahwa daerah yang berpotensi untuk dijadikan budidaya perikanan air payau. Daerah interpolasi didapat dengan melakukan penilaian kelas kesesuaian lahan untuk budidaya perikanan air payau (kelas daerah berpotensi tinggi, berpotensi rendah, dan tidak

berpotensi). Setelah mendapatkan peta berdasarkan kelas yang telah ditentukan, maka dilakukan overlay hasil dari masing-masing parameter budidaya perikanan air payau. Hasil dari keseluruhan proses adalah peta potensi budidaya perikanan air payau sebagai berikut:

Gambar 9. Peta potensi budidaya perikanan air payau di Surabaya Timur

IV. KESIMPULAN

Kualitas air tanah yang berada di pesisir dipengaruhi oleh kualitas air laut yang ada di sekitarnya. Hal ini dibuktikan dengan kondisi kualitas air tanah yang relatif mendekati kualitas air laut ketika berada lebih dekat dengan bibir pantai. Kualitas air di Surabaya Timur memiliki potensi untuk dijadikan budidaya perikanan air payau. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan kualitas air tanah yang ada dan dapat dilihat pada peta potensi budidaya perikanan air payau di Surabaya Timur di bab sebelumnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis A.S. mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan dana pada penelitian ini melalui program hibah penelitian pendukung unggulan BOPTN ITS 2013.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Alifuddin, M. (2003). Modul Pengelolaan Air Tambak. In M. M. Raswin, Pembesaran Ikan Bandeng. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional.

[2] Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. (2006). Standar Sarana, Fasilitas Fisik dan Operasional Balai Budidaya Udang (BBU), Balai Budidaya Udang Galah (BBUG), Balai Benih Ikan Pantai (BBIP).

Jakarta: Direktorat Perbenihan.

[3] Firmansyah, Z. (2013). Distribusi Sebaran Salinitas dan Nutrisi di Wilayah Pesisir Surabaya Timur. Surabaya: ITS.

[4] John, B. (2008). Aeration 101. Aquaponics Journal .

[5] Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2011). Kelautan dan Perikanan dalam Angka. Jakarta.

[6] Makmur, Asaad, A. I., Utoyo, Mustofa, A., Hendrajat, E. A., & Hasnawi. Karakteristik Kualitas Perairan Tambak di Pontianak.

Pontianak: Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. [7] PERMENKES RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

[8] Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur. (2009). Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. Bandung: ITB.

(5)

[9] Pusat Statistik dan Informasi. (2012). Statistik Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya dan Ekspor-Impor Setiap provinsi Seluruh Indonesia. Jakarta: Sekertaris Jenderal Kementerian Kelautan dan perikanan.

[10] Riyadi, D. M. Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Pesisir Sebagai Alternatif Pembangunan Indonesia Masa Depan.

[11] S, Sosrodarsono, & K, Takeda. (1980). Hidrologi.

[12] (2002). Studi Kualitas Air Pada Petakan Pendederan Benih Udang Windu (Panaeus monodo Fab) di Kabupaten Indramayu. Bandung: Universitas Padjajaran.

[13] Suherman, H., Iskandar, & Astuty, S. (2002). Studi Kualitas Air Pada Petakan Pendederan Benih Udang Windu di Kabupaten Indramayu.

Bandung: Universitas Padjajaran.

[14] Tristian. (2011). Budidaya Ikan Bandeng. Kementerian Kelautan dan Perikanan

Gambar

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel air tanah
Gambar 3. Sebaran pH air tanah Surabaya Timur
Gambar 4. Sebaran DO air tanah Surabaya Timur  c.  temperatur
Tabel 1. Parameter Budidaya Perikanan Air Payau Surabaya Timur

Referensi

Dokumen terkait

setianya, dengan adanya Suplemen Khusus Persebaya ini, Jawa Pos juga masih mempunyai peluang lebih untuk menambah pembaca baru dan terus untuk meningkatkan pembelian

Hasil pengumpulan data tersebut menunjukkan bahwa 37% responden setuju iklan sabun pencuci piring Sunlight dengan model Sahrul Gunawan memberikan informasi yang menarik, serta

Gesang kawula, Gusti, lumados mring Paduka Saben kula makarti, Paduka kang makarya... Rapat Koordinasi Pengurus

Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask, jika menggunakan CIDR

Dengan bekerjanya Triac maka jika terjadi penurunan daya pada konsumen, sisa daya akan mengalir ke beban komplemen (ballast load), sehingga daya generator senantiasa

Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen pada dimensi pengetahuan yaitu P3, W1 dan W3, dimensi cita-cita yaitu ABL2 dan GB5 dan dimensi penilaian yaitu KDB5 tidak valid

Tingkat kesulitan suatu jenis matematika disebabkan oleh sulit dan kompleksnya gejala yang penyelesaiannya diusahakan dicari atau didekati oleh perumusan (model

Tak lupa peneliti haturkan shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, sebaik-baiknya Nabi akhir zaman pembawa kebenaran dan