• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PROYEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANAJEMEN PROYEK"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PROYEK

PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN

(

CONSTRUCTION ENGINEER OF ROAD

)

4/18/18 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM 1

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

MANAJEMEN PROYEK

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

(2)

Jl. Gubernur Budiono 9 Semarang Telp. 8506365 Fax 024-8506364 E-mail : jateng@lpjk.org

Pelatihan & Sertifikasi

(3)

Bab 1 :

PENDAHULUAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL :

UMUM  peserta mampu memahami prinsip2 MP (jalan & jembatan) serta mampu menerapkan sebagai Construction Engineer

KHUSUS  pada akhir pelatihan peserta :

MP mekanisme pelaks pekj jalan & jembatan

• cakupan pekj berkaitan dgn penyiapan sumber daya

• filosofi kerja bhw pelaks pekj harus mengindahkan aspek legal

(dokumen kontrak)

• Kewajiban menerapkan prosedur pengend mutu produk proy 

tepat waktu, mutu & biaya

(4)

Bab 2 :

PRINSIP UMUM MANAJEMEN

Penyelenggaraan proyek tergantung pada

2 faktor utama yaitu

sumber daya

dan

fungsi-fungsi manajemen

.

Fungsi-fungsi

manajemen

dimaksudkan

sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat

mengarahkan atau mengendalikan

(5)

MANAJEMEN

Pelaksanaan sesuatu dengan menggunakan

orang ‘

getting things done through people

tujuan/goal

Mekanisme manajemen

siapa terlibat,

kualifikasi, tanggung jawab & proses utamanya

Para pihak : kontraktor/penyedia jasa

(pelaksana), konsultan supervisi (pengawas),

pimpro/pimbagpro/PPK (pengguna

jasa/pemberi pekj)

(6)

PRINSIP UMUM

M P

SUMBER DAYA

MANUSIA UANG PERALATAN

MATERIAL

(7)

SUMBER DAYA

a. Manusia

 Diartikan sebagai tenaga kerja baik yang terlibat

langsung dengan proyek maupun yang tidak terlibat langsung dengan proyek.

 Yang terlibat langsung dengan proyek adalah

tenaga kerja yang berada di kelompok pemberi

pekerjaan (pengguna jasa), di kelompok kontraktor (penyedia jasa) dan di kelompok konsultan

(penyedia jasa).

 Tenaga kerja dikelompokkan sebagai “tenaga ahli”

dan “tenaga terampil”.

(8)

Kegiatan yang dilakukan oleh sumber

daya manusia dalam penyelenggaraan

proyek:

Perlu ditunjang dengan uang, material dan

peralatan,

Harus ditata melalui fungsi-fungsi manajemen

dalam keterbatasan waktu yang disediakan

agar tidak terjadi pemborosan.

Sumber Daya: manusia, uang, material,

peralatan.

Fungsi-fungsi manajemen:

planning,

(9)

9

Tenaga Kerja berdasarkan Kelompok

(10)

b. Uang

 uang merupakan salah satu sumber daya yang

diperlukan untuk rekruitmen manusia (tenaga kerja), penggunaan jasa tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga terampil, tenaga non skill), penggunaan peralatan (alat-alat berat maupun alat-alat laboratorium),

pembelian bahan dan material, pengolahan bahan dan material, dan lain sebagainya, baik yang

berada pada kelompok pengguna jasa maupun penyedia jasa.

 pengertian “uang” di dalam penyelenggaraan

proyek (civil works) adalah untuk:

 pembiayaan pelaksanaan konstruksi oleh kontraktor

 pembiayaan pengawasan konstruksi oleh konsultan

 Pengendalian konstruksi oleh pengguna jasa

(11)

Penyediaan alat-alat berat:

 harus sesuai dengan kebutuhan ditinjau dari jenis,

jumlah, kapasitas maupun waktu yang tersedia.

 Cara penggunaannya harus mengikuti prosedur

pengoperasian, sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan

Penyediaan peralatan laboratorium:

 merupakan komponen dari sumber daya yang

difungsikan dalam rangka pengendalian mutu.

 Jenis, jumlah dan waktu diperlukannya

peralatan-peralatan laboratorium tersebut tergantung pada ruang lingkup kegiatan pengawasan atas pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan.

(12)
(13)

Jenis Pengujian

dan Alat yang digunakan

(14)

d. Bahan

 Pengertian bahan: adalah bahan baku yang

kemudian diolah menjadi bahan olahan dan setelah diproses bahan olahan tersebut digunakan menjadi item pekerjaan sebagaimana dituangkan di dalam dokumen kontrak.

 Bahan baku (tanah, batu, pasir dll.) dan bahan

olahan (agregat, besi beton, pofil baja, semen, aspal dll.) adalah merupakan sumber daya yang harus diperhitungkan secara cermat di dalam

manajemen proyek karena pengaruhnya di dalam perhitungan biaya proyek sangat besar.

 Mencari lokasi bahan baku yang tidak terlalu jauh

(15)

Fungsi-fungsi Manajemen

Untuk melaksanakan manajemen, setiap

orang yang berada pada posisi pimpinan

di level manapun, harus melakukan

fungsi-fungsi manajemen.

Ada fungsi organik yang mutlak harus

dilaksanakan dan ada fungsi penunjang

yang bersifat sebagai pelengkap.

(16)

Jika fungsi organik tersebut tidak

dilakukan dengan baik maka terbuka

kemungkinan pencapaian sasaran

menjadi gagal.

George R. Terry telah merumuskan

fungsi-fungsi tersebut sebagai

POAC

:

P

lanning

O

rganizing

A

ctuating

(17)

a. Planning

 Planning adalah suatu proses yang secara

sistematis mempersiapkan kegiatan-kegiatan guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu.

 Yang dimaksud dengan “kegiatan” di sini adalah

kegiatan yang dilakukan dalam rangka pekerjaan konstruksi, baik yang menjadi tanggung jawab pelaksana (kontraktor) maupun pengawas

(konsultan)

 Baik kontraktor maupun konsultan, harus

mempunyai konsep “planning” yang tepat untuk mencapai tujuan sesuai dengan tugas dan

tanggung jawab masing-masing.

(18)

Hal-hal yang perlu diketahui dalam proses

planning:

 Permasalahan yang mungkin merupakan keterkaitan

antara tujuan dengan sumber daya yang tersedia.

 Cara untuk mencapai tujuan dan sasaran dengan

memperhatikan sumber daya yang tersedia.

 Penerjemahan rencana kedalam program-program

kegiatan yang kongkrit.

 Penetapan jangka waktu yang dapat disediakan

(19)

b. Organizing

Organizing adalah pengaturan atas sesuatu

kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok

orang yang dipimpin oleh pimpinan

kelompok dalam suatu wadah yang disebut

organisasi.

Dalam proses manajemen, organisasi

mempunyai arti sebagai berikut :

 Sebagai alat untuk menjamin terpeliharanya

koordinasi dengan baik

 Sebagai alat untuk membantu pimpinan dalam

menggerakkan fungsi-fungsi manajemen.

 Sebagai alat untuk mempersatukan

sumbangan-sumbangan pemikiran dari satuan-satuan

(20)

Dalam fungsi organizing, koordinasi merupakan

mekanisme hubungan struktural maupun

fungsional yang secara konsisten harus

dijalankan.

Jenis koordinasi:

 Koordinasi vertikal (yang menggambarkan fungsi

komando),

 koordinasi horizontal (yang menggambarkan interaksi

satu level),

 koordinasi diagonal (yang menggambarkan interaksi

berbeda level tapi di luar fungsi komando);

yang apabila dapat diintegrasikan dengan baik akan

(21)

 Di dalam struktur organisasi pelaksanaan konstruksi,

koordinasi antara General Superintendant dengan Material Superintendant atau dengan Construction Engineer atau dengan Equipment Superintendant merupakan koordinasi vertikal dan bersifat hirarkis.

 Di dalam struktur organisasi pelaksanaan konstruksi,

koordinasi antara Material Superintendant dengan Construction Engineer atau dengan Equipment

Superintendant merupakan koordinasi horizontal dan bersifat satu level.

 Di dalam struktur penyelenggaraan proyek secara

keseluruhan:

 koordinasi antara General Superintendant dengan Site Engineer

merupakan koordinasi horizontal dan bersifat satu level,

 koordinasi antara Pinbagpro Fisik (PPK) dengan General

Superintendant atau dengan Site Engineer merupakan koordinasi vertikal.

 koordinasi antara Pinbagpro Fisik (PPK) dengan Chief

(22)

c. Actuating

 Actuating diartikan sebagai fungsi manajemen

dalam menggerakkan orang-orang yang tergabung dalam organisasi agar melakukan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan di dalam planning.

 Di dalam “actuating” diperlukan kemampuan

pimpinan kelompok untuk:

 menggerakkan anggota-anggota kelompoknya,

 mengarahkan anggota-anggota kelompoknya serta  memberikan motivasi kepada anggota-anggota

kelompoknya

(23)

Mensukseskan “actuating” menurut George R.

Terry:

1. Hargailah seseorang apapun tugasnya sehingga ia merasa keberadaannya di dalam kelompok atau organisasi menjadi penting.

2. Instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh seorang pimpinan haruslah dibuat dengan

mempertimbangkan adanya perbedaan-perbedaan individual yang ada pada pegawai-pegawainya

3. Perlu menerbitkan pedoman kerja yang jelas tapi singkat

4. Agar dilakukan praktek partisipasi dalam

manajemen untuk menjalin kebersamaan di dalam penyelenggaraan manajemen

(24)

5. Agar diupayakan untuk memahami hak-hak

pegawai termasuk hak di urusan kesejahteraan, sehingga dengan demikian ada sense of belonging dari pegawai tersebut terhadap tempat bekerja

yang diikutinya.

6. Pimpinan perlu menjadi pendengar yang baik

7. Pimpinan perlu mencegah untuk memberikan

argumentasi sebagai pembenaran atas keputusan yang diambilnya

8. Janganlah berbuat sesuatu yang menimbulkan sentimen dari orang lain.

9. Pimpinan dapat melakukan teknik persuasi dengan cara bertanya sehingga tidak dirasakan sebagai tekanan oleh pegawainya.

(25)

d. Controlling

 Controlling  sebagai setiap kegiatan yang

dipersiapkan untuk dapat menjamin bahwa

pekerjaan-pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

 controlling terhadap pekerjaan kontraktor dilakukan

oleh konsultan melalui kontrak supervisi.

 di dalam pekerjaan pelaksanaan konstruksi yang

dilakukan oleh kontraktor, General Superintendant juga berkewajiban melakukan controlling (secara berjenjang) terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh staf di bawahnya.

 Hal yang semacam juga akan berlaku di dalam

kegiatan internal konsultan supervisi.

(26)

Lingkup Controlling

 Produk pekerjaan, baik secara kualitatif maupun

kuantitatif

 Seluruh sumber-sumber daya yang digunakan

(manusia, uang , peralatan, bahan)

 Prosedur dan cara kerja

 Kebijaksanaan-kebijaksanaan teknis yang diambil

selama proses pencapaian sasaran.

Controlling harus bersifat obyektif dan harus

dapat menemukan fakta-fakta tentang

pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan

berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Rujukan untuk menilainya adalah

memperbandingkan apa yang terjadi di

lapangan dengan rencana yang telah

ditentukan, apakah terjadi penyimpangan atau

tidak.

26

(27)

Bab 3 : STRUKTUR PENYELENGGARAAN

PROYEK

Employer : pemilik proyek/pemberi kerja menunjuk

Engineer (Konsultan) sebagai wakil di lapangan dalam ruang lingkup penugasan tertentu

Engineer (Konsultan Supervisi) mewakil i Employer

yang dibantu oleh Advisory Team/Engineer`s

Representative/Field Supervision Team , Site Engineer, Quantity/Quality Engineer, Inspector, Quantity Surveyor, Laboratory Technicians & Draftman

Kontraktor diwakili General Superintendant yang

dibantu oleh staf-2 dibawahnya (Site Administration, Quantity Surveyor, Construction Enginer, Equipment Engineer, Technicians, Surveyor, Foreman, Mechanics, Labours, Operators)

(28)

HUBUNGAN ANTARA EMPLOYER - ENGINEER/ ENGINEER’S REPRESENTATIVE - KONTRAKTOR

28

1. HUBUNGAN GARIS LURUS

PjPembKom (PPK)/ Wakil Employer

Kontraktor Tim

Supervisi

2. HUBUNGAN SEGITIGA VERSI 1

Engineer

Engineer’s Representative

3. HUBUNGAN SEGITIGA VERSI 2

Employer

Kontraktor Engineer =

PPK

Aspek Non Teknis

Aspek Teknis

4/18/18

Employer

Engineer

(29)

29

A. Bagan Organisasi Penyelenggaraan Proyek

 Pemeliharaan Jalan/ Jembatan (Har)

 Pembangunan Jalan/ Jembatan EMPLOYER / ENGINEER BISA BERUBAH TGT PADA KEBIJAKAN DEPARTEMEN

(30)

B. Struktur

tunduk pada UUJK No. 18/1999 :

Memiliki : sertifikat, kla-sifikasi dan kualifikasi perusahaan jasa konstr.

Personelnya memiliki sertifikat keterampilan

dan sertifikat keahlian.

Pelaksana Jalan Pelaksana Jbt.

(31)

31

C. Struktur Organisasi Pengawasan Konstruksi

(Engineer’s Representative)

Konsultan sebagai pengawas konstruksi

tunduk pada UUJK No. 18/1999 :

Memiliki sertifikat, kla-sifikasi dan kualifikasi perusahaan jasa konstr.

Personelnya memiliki sertifikat keterampilan

dan sertifikat keahlian.

Pengawas Jalan Pengawas Jembatan

(Kualifikasi : Tingkat I, Tingkat II dan

(32)

D. Struktur Organisasi Pengawasan

Konstruksi (Field Supervision Team)

I n s p e c t o r

Ahli Pengawas Jalan

Ahli Pengawas Jembatan

Contoh, tergantung lingkup kegiatan

Pengawas Jalan

(33)

Bab 4 :

DOKUMEN YANG MENGIKAT

PENYELENGGARAAN PROYEK

33

Dokumen Ikatan Kontrak antara Pinbagpro/PPK

(Fisik) dengan Kontraktor

Dokumen Ikatan Kontrak antara Pinbagpro

Pengawasan di tingkat provinsi dengan

Konsultan (Field Supervision Team)

Ikatan Kontrak keduanya harus ‘selaras’

sehingga kegiatan/prestasi kerja Kontraktor

dapat diawasi/dihitung oleh Konsultan (Field

Supervision Team)

(34)

Pengawasan

Internal

pengawasan yang berasal dar

dalam (Employer dan Teamnya, Konsultan

Supervisi dan Teamnya)

Eksternal

Inspektorat Jenderal, Itwilkab/

Itwilkot, BPK, BPKP (dana

APBN/APBD/Loan)

Untuk mengawasi adanya penyimpangan

(35)

Kontrak Pelaksanaan Konstruksi

35

 Sebagai acuan yang mengikat para pihak :

 Surat Perjanjian Kontrak;

 Lampiran Surat Perjanjian Kontrak :  Dokumen Kontrak

 Jaminan Pelaksanaan  Jaminan Uang Muka  Jaminan Pemeliharaan  Pelelangan :

 BA Penjelasan Pelelangan  BA Pembukaan Penawaran  BA Evaluasi Penawaran

 SPPBJ & Penetapan Pemenang  Pemilihan Langsung :

 BA Evaluasi Pemilihan Langsung  SPPBJ

(36)

DOKUMEN LELANG

L.C.B

I.C.B

- Pengumuman/Undangan Lelang

- Instruksi Umum kpd Peserta Lelang

- Instruksi Khusus

- Syarat-2 Umum Kontrak

- Syarat-2 Khusus Kontrak

- Daftar Kuantitas dan Harga

- Spesifikasi dan Gambar-2

- Bentuk-2 Jaminan Penawaran / Pelaksanaan / Uang Muka

-Instruction to Bidder

- Bidding Data

- Invitation to B id

- Part I : General Conditions od Contract

- Part II : Conditions of Particular Applications

-- Technical Specifikactions

- Form of Bid, Appendix to Bid and Bid Security

- Bill of Quantities

- Form of Agreement Forms of Performance Security, Advance Payment Bank

Guarantee

- Drawings

- Explanatory Notes

- Dispute Resolution Procedure

(37)

 Dokumen kontrak untuk pekerjaan konstruksi jalan dan

jembatan dengan dengan sistem Pelelangan Nasional (National/Local Competitive Bidding/LCB) :

1. Surat Perjanjian termasuk Adendum Kontrak (bila ada);

2. Surat Penunjukan Pemenang Lelang;

3. Surat Penawaran;

4. Adendum Dokumen Lelang;

5. Data Kontrak;

6. Syarat-syarat Kontrak;

7. Spesifikasi;

8. Gambar-gambar;

9. Daftar Kuantitas dan harga yang telah diisi harga penawarannya;

10. Dokumen lain yang tercantum dalam Data Kontrak pembentuk bagian dari kontrak;

(38)

Kontrak dengan sistem Pelelangan

Internasional (

International Competitive

Bidding/ICB

) :

1. the Contract Agreement;

2. the Letter of Acceptance;

3. the Bid and the Appendix to Bid;

4. the Conditions of Contract, Part II;

5. the Conditions of Contract, Part I;

6. the Specifications;

7. the Drawings;

8. the Priced Bill of Quantities; and

(39)

KONTRAK PENGAWASAN KONSTRUKSI

Kontrak antara Pinpro Pengawasan dengan

Konsultan Supervisi

CORE TEAM/PROVINCIAL TEAMS  surat perjanjian kontrak core team/provincial team, lampiran :

 terms of reference /KAK

 BA pelelangan/pemilihan langsung

 SK pemenang pelelangan pengawasan konstruksi  SK pemilihan langsung pengawasaan konstruksi

FIELD SUPERVISION TEAM  surat perjanjian kontrak field supervision team;, lampiran :

 Terms of reference/KAK

 BA Pelelangan atau Pemilihan Langsung

 SK Pemenang Pelelangan Pengawasan Konstruksi

 SK Pemilihan Langsung Pengawasan Konstruksi 39

(40)

Bab 5 :

KEWAJIBAN PENYEDIA JASA

Pada Construction Period

 Penyiapan Rencana Kerja dengan

mendayagunakan seluruh sumber daya yang disiapkan untuk pelaksanaan:

Man-Money-Material dalam batasan waktu yang ditetapkan

 Menyusun time schedule dangan bar chart,

critical path method, program linier, arrow diagram atau time grid diagram

 Menyiapkan cash flow schedule – S curve

 Meminta kesepakatan kepada pemberi pekerjaan

tentang kriteria penilaian yang dipakai untuk

(41)

41

Pembuatan base camp dan kantor proyekMobilisasi personil dan alat-2 berat

Menyediakan bahan dan material konstruksiMelaksanakan pekerjaan civil works sesuai

dengan urutan jadwal pekerjaan dengan prinsip tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya

Menyiapkan administrasi dan bukti-2 penunjang

untuk pengajuan Monthly Certificate (MC) mencakup pengajuan advance payment, pembayaran prestasi pekerjaan, cicilan pembayaran kembali advance payment, retention money, pembayaran eskalasi, dll

Mengikuti Show Caused Meeting (SCM) apabila

diminta oleh pemberi pekerjaan dan

melaksanakan keputusan-2 yang ditetapkan dalam SCM

Menyiapkan berkas pengajuan PHO kepada

pemberi pekerjaan

(42)

Kegiatan selama warranty period

1.

Memelihara seluruh hasil pekerjaan

konstruksi yang telah di-PHO-kan

2.

Menyiapkan berkas pengajuan FHO kepada

pemberi pekerjaan

3.

Menyelesaikan tagihan terakhir pembayaran

(43)

Kewajiban Pengawas Konstruksi

 Kewajiban Field Supervision Team

1. Membantu Pengguna Jasa. melakukan

pengendalian atas pelaksanaan civil works yang dilakukan oleh kontraktor, agar tepat mutu, tepat biaya, dan tepat waktu. Rujukan : dokumen

kontrak

2. Mendorong kontraktor untuk memenuhi

kewajibannya dalam melaksanakan pekerjaan

sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum di dalam dokumen kontrak

(44)

3. Menyikapi Contract Change Order/adenda 4. Melakukan review design

5. Melakukan pengecekan, pengukuran dan

perhitungan volume setiap item pekerjaan yang

dilakukan oleh kontraktor  volume pekerjaan yang akan dibayar oleh pemberi pekerjaan

6. Melakukan pemantauan terus menerus

pelaksanaan pekerjaan di lapangan

7. Memeriksa dan menanda tangani Monthly

Certificate yang diajukan oleh kontraktor

8. Menyiapkan as built drawing

9. Menyiapkan Laporan Bulanan, Laporan Triwulanan

dan Laporan Akhir Proyek

10. Menyiapkan data-2 pelaksanaan konstruksi sesuai

permintaan Core Team/Provincial Team

(45)

Kewajiban Provincial Team

Mengkordinasikan kegiatan-2 yang dilakukan

Field Supervision Team (FST)

Melakukan Evaluasi atas kualitas pekerjaan

kontraktor yang dilaporkan FST

Melakukan evaluasi atas claim kontraktor

Melakukan evaluasi atas keterlambatan

pekerjaan kontraktor & memberikan solusi

Memberikan advis kepada FST ttg prosedur

pemantauan kegiatan kontraktor

(46)

Kewajiban Core Team

Melakukan koordinasi thd seluruh

kegiatan konsultan (prov team & FST)

Melakukan review ‘major change’

design/spesifikasi

Melakukan transfer of knowledge

Menjaga keserasian komunikasi dgn

(47)

Bab 6.

KEGIATAN MANAJEMEN

DALAM UPAYA MENCAPAI TEPAT

MUTU, TEPAT BIAYA DAN TEPAT

WAKTU

(48)

Pengendalian pelaksanaan konstruksi

dimaksudkan sebagai upaya untuk

mengkondisikan keberhasilan pelaksanaan

konstruksi

Ukuran keberhasilan pelaksanaan konstruksi

apabila mutu produk akhir yang dicapai sesuai

dengan:

 persyaratan teknis dalam dokumen kontrak;  dilaksanakan sesuai koridor waktu yang telah

disepakati di dalam surat perjanjian kontrak;

 menyerap biaya secara bertahap sesuai dengan

(49)

6.1.

SPMK (COW)

SPMK diterbitkan Pemberi Kerja

selambat2nya 60 hari tmt tanda tangan

kontrak

Didahului serah terima lapangan

Tanggal SPMK merupakan

tanggal awal

masa pelaksanaan konstruksi

(construction period)

s/d PHO

Contract Period

s/d FHO

(50)

6.2.

CONSTRUCTION SCHEDULE

Memantau kemajuan pekerjaan

Menjadi rujukan pembayaran

eskalasi/de-eskalasi harga

Mendukung pengalokasian anggaran biaya

Mempertimbangkan permintaan tambahan biaya

akibat perubahan pekerjaan

Mendukung permintaan perpanjangan waktu

APA

yg dikerjakan

? KAPAN

hrs dikerjakan

?

BAGAIMANA

cara mengerjakan

? SIAPA

yg mengerjakan

?

(51)

JENIS JADWAL

Critical Path Method (Metode Lintasan

Kritis)

Bar Charta – basic and linked (diagram

balok – asli dan terkait)

Financial Progres Schedule – S curve

(jadwal kemajuan keuangan – kurva S)

(52)

LANGKAH-LANGKAH

Penelaahan awal dokumen kontrak

Penelitian lapangan & tingkat kesulitan

Kajian Daftar Kuantitas & Harga

Kajian Gambar Rencana

Spesifikasi

Syarat-2 kontrak

Analisa pekerjaan yang diperlukan

Urutan pekerjaan

(53)

TINDAK LANJUT

Waktu yang diperlukan setiap kegiatan

Waktu yang diperlukan seluruh kegiatan

Urutan setiap kegiatan

Metode kerja yang diperlukan

Sumber daya yang diperlukan

Resiko

Biaya sebenarnya utk menyelesaikan setiap

kegiatan

Nilai pekerjaan yang diselesaikan

(54)

Kegiatan Penyiapan Program dan

Jadwal Kerja

Penyiapan Program Kerja dan Jadual Kerja

adalah suatu proses dimana kontraktor

harus menguraikan schedule kerja menjadi

bagian-bagian, antara lain dari Network

Planning menjadi:

 Man Power Schedule  Equipment Schedule  Material Schedule

 Cost Flow atau pengalokasian dana

Tujuan:

mempermudah pengelolaan

pekerjaan konstruksi dengan suatu sistem

yang teratur dan dapat memberikan

informasi secara jelas dan tepat.

54

(55)

Hal-hal yang perlu diperhatikan

 Lintasan Kritis (CPM).

 Memberikan prioritas utama pada pekerjaan di

lintasan kritis.

 Dibutuhkan seorang ahli pengendalian konstruksi

secara menyeluruh dan menguasai berbagai

software terkait dengan aspek-aspek ”controlling” pekerjaan konstruksi.

 Pembaharuan data / Up date dan Program setiap

minggu.

 Menguasai penggunaan Network Planning (NWP).  Mendokumentasikan file secara tertib dan teratur.

(56)

Prosedur :

 Membuat urutan kerja sesuai dengan tata cara

Network Planning

 Menguraikan bar-chart yang didapat dari Network

Planning menjadi:

 Kebutuhan sumber daya manusia  Kebutuhan sumberdaya material  Kebutuhan sumberdaya peralatan

 Kebutuhan sumber daya keuangan / dana

 Mendistribusikan kebutuhan tersebut diatas untuk

setiap minggu

 Setiap penyimpangan dicatat untuk dijadikan bahan

(57)

6.3.

Pre Construction Meeting (PCM)

 Pre Construction Meeting adalah Rapat / pertemuan

awal yang diadakan atas prakarsa/ undangan dari Pemberi Tugas yang dihadiri oleh Konsultan

Pengawas, Kontraktor dan Sub Kontraktor (kalau ada).

 Tujuan : untuk menyamakan pengertian/bahasa

yang sama mengenai Dokumen Kontrak

(Spesifikasi) yang dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan.

 Pembahasan pada Pre Construction Meeting

meliputi hal-hal jadwal pelaksanaan, mobilisasi, rencana kerja dan metoda kerja, tata cara

pengukuran volume pekerjaan (opname).

(58)

Rencana pelaksanaan kontrak disepakati pengguna jasa, penyedia jasa, perencana dan pengawas.

Rapat persiapan pelaksanaan kontrak (PCM) dalam 7 hari sejak SPMKMateri yang dibahas dan disepakati antara lain

Organisasi kerja

Tata cara pengaturan pekerjaanJadual pelaksanaan pekerjaan

Jadual pengadaan bahan, mobilisasi alat dan personilPenyusunan rencana pemeriksaan lapangan

Sosialisasi kepada masyarakat dan Pemda tentang rencana kerjaPenyusunan program mutu

Menyepakati aturan hubungan kerja antara para pihak Alamat para pihak

Yang berhak tanda tangan surat menyuratJam kerja/hari kerja Employer/Engineer

Lama waktu bagi Engineer untuk memberi keputusan terhadap usul kontraktor

(59)
(60)
(61)
(62)

6.4.

PROJECT QUALITY PLANS

Informasi proyek

Organisasi proyek

konsultan & kontraktor

Jadwal Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan tiap jenis kegiatan

Instruksi kerja

urutan kegiatan pelaksanaan;

prosedur kerja utk mengawali kegiatan;

pemantauan proses kegiatan; perawatan/pemel

produk pekerjaan; jaminan bhw output suatu

proses akan sesuai dgn spesifikasi

Alat kontrol konsultan/kontraktor dlm melakukan

(63)

6.5.

MOBILISASI

Proses kegiatan Mobilisasi dalam suatu

pekerjaan konstruksi terbagi 2 bagian yaitu

mobilisasi pelayanan pengendalian mutu ( 45

hari ) dan mobilisasi keseluruhan (Personel,

Equipment, Material-60 hari)

Mobilisasi Awal adalah mobilisasi personel inti

untuk mempersiapkan Review Design,

Pengukuran Awal, program detail yang akan

dilaksanakan pada masa Konstruksi, dan

mempersiapkan peralatan

(64)

Kegiatan Mobilisasi Personel, Peralatan dan

Material

 Pada periode mobilisasi ini semua pekerjaan yang

berhubungan dengan cakupan pekerjaan mobilisasi telah selesai semuanya ( 60 hari ), yaitu mobilisasi Personel Kontraktor, Personel Konsultan, Alat-alat berat dan Peralatan laboratorium

 Tujuan : untuk mendukung terlaksananya

(65)

Prosedur,

merupakan kelanjutan dari

mobilisasi awal yaitu:

Kontraktor dan Konsultan Pengawas

melengkapi personel secara bertahap

sesuai kebutuhan lapangan

Kontraktor melengkapi keperluan

pengendalian mutu, misalnya Base Camp,

Quarry, Hasil Testing awal dan hasil

pengukuran dan lain-lain

Job mix sudah disetujui

(66)

Kegiatan Penentuan Lokasi Quarry dan

Test Awal

Quarry adalah bahan baku di lapangan

yang dipergunakan untuk pembangunan

suatu pekerjaan konstruksi jalan/jembatan.

Bahan baku tersebut dapat berupa batu,

batu kali atau batu gunung, tanah, air.

Test Awal, adalah suatu kegiatan pengujian

awal bahan mentah hasil alam sebelum

dipergunakan sebagai material untuk

(67)

Tujuan penentuan lokasi quarry dan test

awal

Mendapatkan bahan baku untuk pekerjaan

konstruksi yang lokasinya masih relatif dekat

dengan lokasi pekerjaan konstruksi

Supaya material yang akan dipergunakan

nanti dapat dipertanggung jawabkan,

mengenai : kekerasan, keawetan,

kebersihan dan lain-lain sesuai syarat-syarat

dan spesifikasi yang berlaku.

Volume atau jumlah material memenuhi

kebutuhan.

(68)

Hal-hal yang harus diperhatikan

 Quarry

 Bahan baku cukup banyak.

 Jauh dari pemukiman, untuk menghindari polusi udara dan

suara.

 Jarak angkut dekat dengan Base Camp.

 Ada jalan atau jalan sementara yang cukup baik.

 Test awal

 Pengetesan atau pengujian awal yang dilakukan pada

lokasi Quarry, antara lain :

 Batuan atau Aggregat ; pengetesan atau kekuatan/

keausan dengan mesin Los Angeles (AASHTO T-96-740), (ASTM. C131-550).

 Tanah, pengetesan untuk mengetahui klasifikasi tanah

sehingga diketahui sifat-sifat tanah dimaksud.

 Air, yaitu air yang bersih dari kotoran organik/kandungan

(69)

Prosedur:

 Kontraktor mengajukan Construction Plan secara

keseluruhan kegiatan kepada Pemberi Tugas

 Pemberi Tugas menetapkan alternatif terbaik untuk

memilih lokasi quarry, dengan mempertimbangkan:

 Hasil pengetesan awal.

 Volume bahan (cukup banyak).

 Lokasi quarry (jauh dari pemukiman).  Jarak angkut dari base camp (dekat)  Sarana jalan (tersedia).

 Kontraktor, berdasarkan Rekomendasi pemberi

tugas mengajukan surat permohonan untuk

mendapat konsesi penggalian atau pengambilan atas lahan/lokasi quarry yang sudah dipilih pada pengusaha setempat (Camat, Lurah atau

penduduk).

 Setelah keluar izin, kontraktor mulai dengan

(70)

Kegiatan Penyiapan Base Camp dan Fasilitas

Base Camp

 Base Camp, adalah suatu lokasi tertentu di

lapangan yang merupakan tempat semua kegiatan penunjang pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

 Fasilitas Base Camp, adalah semua fasilitas yang

menunjang pelaksanaan pekerjaan fisik dan

administrasi sesuai dengan syarat-syarat kontrak dan spesifikasi yang berlaku.

 Tujuan penyiapan base camp dan fasilitasnya

adalah:

 Untuk memudahkan koordinasi antara semua instansi

terkait di lapangan.

 Untuk mempermudah monitoring kemajuan pelaksanaan

pekerjaan konstruksi.

 Sebagai tempat tinggal, kantor, laboratorium lapangan dan

(71)

Prosedur:

Kontraktor menyampaikan construction

plan, berupa lay out rencana Base Camp,

rencana penentuan Quarry dan lokasi

pekerjaan konstruksi itu sendiri.

Pemberi tugas memilih alternatif yang

terbaik untuk Base Camp tersebut:

 Dekat dengan quarry dan lokasi pekerjaan.  Jauh dari pemukiman penduduk

 Dan lain-lain.

Kontraktor melaksanakan pembuatan Base

Camp sesuai rekomendasi pemberi tugas.

(72)

6.6.

REVIEW DESIGN

 Review Design adalah perobahan yang dilakukan

karena desain awal sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi lapangan pada saat akan dikerjakan.

 Penyebab: desain pekerjaan konstruksi dibuat lebih

awal, sehingga kondisi jalan berbeda pada waktu penyerahan dilapangan

 Hal-hal yang harus diperhatikan:

 Review Design tidak mengurangi maksud dan tujuan

pelaksanaan konstruksi.

 Review Design diajukan dan disetujui semasa kontrak

berlangsung.

 Peta lokasi dan perubahan gambar desain awal dan baru.  Pencatatan dan perekaman data-data Review Design

(73)

6.7.

ADVANCE PAYMENT

Uang muka yang dapat dibayarkan kpd

kontraktor : 30% x nilai kontrak (kecil /

< 2,5 M) dan 20% x nilai kontrak (non kecil

/ > 2,5 M)

Menyerahkan jaminan uang muka,

rencana peruntukannya

Pembayaran kembali uang muka secara

bertahap dan harus lunas pada fisik 100%

(74)

6.8.

BUKU HARIAN DAN LAPORAN

Buku Harian

jenis & kuantitas bahan; tenaga kerja; jumlah,

jenis & kondisi peralatan; taksiran kuantitas yg dilaksanakan; jenis & ukuran pekerjaan; cuaca; catatan

Laporan Mingguan

rekapitulasi laporan harian selama

satu minggu (jenis & kemajuan fisik kumulatif

Laporan Bulanan 

analog laporan mingguan selama 1

bulan (jenis & kemajuan fisik selama 1 bulan)

Laporan Triwulanan 

dibuat oleh konsultan pengawas

atas pelaksanaan proyek (evaluasi aspek teknis maupun administrasi

(75)

LAPORAN AKHIR : resume rangkaian pelaks

Kronologi pelaks proy  peta lokasi, data proyek, review

design, change order, monitoring bulanan, rekaman curva-S, struktur org kontraktor/konsultan, monitoring penggunaan peralatan & monitoring quality

Program Masa Pemeliharaan  jenis kegiatan, bahan,

peralatan, personil

Pekerjaan yang belum tertangani  jembatan < 20 m’,

galian tanah, tembok penahan (lokasi rawan longsor/banjir/ kecelakaan, dsb)

Dokumen PHO

Dokumen FHO

2 cara penyiapan laporan akhir (sendiri2 atau bersama2

kontraktor & konsultan)

(76)

6.9.

SHOW CAUSED MEETING

 Show Cause Meeting (SCM) adalah pertemuan

antara kontraktor selaku penyedia jasa dengan Pemberi Tugas selaku pengguna jasa dan

konsultan (selaku penyedia jasa yang membantu Pemberi Tugas di dalam melakukan pengawasan teknis atas pekerjaan kontraktor), dimana kontraktor diminta membuktikan prospek kemampuannya

untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi sesuai dengan dokumen kontrak, dilihat dari segi

manajemen, peralatan dan keuangan.

 Show Cause Meeting sering disebut dengan Rapat

(77)

77

WAJAR TERLAMBAT KRITIS

I 0 - 70 0 - 10 10 - 25 > 25

Jika s/d SCM tingkat pusat Kontraktor gagal,

diusulkan 3 parties agreement atau pemutusan kontrak

II > 70 - 100 0 - 10 > 10 - 15 > 15 %

PROY PROV PUSATESL I

KRITERIA PENILAIAN

KETERLAMBATAN PROYEK

(78)

 Batasan Kontrak Kritis menurut Kepmen Kimpraswil

257/KPTS/M/2004 (direvisi Permen PU 07/2011)

Tingkatan SCM:

Tingkat Direksi Pekerjaan Tingkat Atasan Langsung

(79)

Ruang Lingkup tugas Tim SCM

 Menetapkan items, jadual dan volume yang harus

dikerjakan oleh kontraktor dalam Uji Coba

Kemampuan, guna menilai layak atau tidaknya kontraktor melanjutkan pekerjaan.

 Mengevaluasi hasil test case yang dilakukan oleh

kontraktor untuk dinilai kemungkinan

/kesanggupannya apakah kontraktor tersebut masih dapat diberi kesempatan guna mengatasi

keterlambatan dan atau permasalahan pelaksanaan kontrak.

Tujuan SCM

 melakukan pengendalian pekerjaan konstruksi

sehubungan dengan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor.

 Yang ditugasi untuk melakukan pengendalian

konstruksi adalah Tim SCM.

(80)

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

 Selama Uji Coba Kemampuan (Test Case) Pejabat

Pembuat Komitmen melakukan pemantauan terhadap kegiatan kontraktor.

 Apabila hasil uji coba kemampuan menunjukkan

tendensi yang tidak sesuai kesepakatan, maka Pejabat Pembuat Komitmen mengeluarkan surat peringatan dengan tembusan dikirimkan kepada Direksi Pekerjaan.

 Pada akhir Uji Coba Kemampuan dilakukan

evaluasi terhadap semua pencapaian selama Uji Coba Kemampuan, dan bila diperlukan dapat

(81)

 Prosedur SCM:

 Pejabat Pembuat Komitmen bersama konsultan pengawas

meneliti permasalahan yang menyebabkan pekerjaan konstruksi terlambat;

 Pejabat Pembuat Komitmen bersama konsultan pengawas

membahas dengan kontraktor upaya-upaya dan membuat kesepakatan untuk mengejar keterlambatan, kemudian kontraktor harus membuat pernyataan kesanggupan untuk memenuhi kesepakatan-kesepakatan tersebut.

 Tim SCM membuat Target Uji Coba Kemampuan (Test Case)

dalam waktu 1 (satu) bulan, dengan menyebutkan uraian pekerjaan yang harus dikerjakan dan prosentase prestasi kerja yang harus dicapai oleh kontraktor.

 Kontraktor membuat jadual pelaksanaan Target Uji Coba

Kemampuan (Test Case) dan Program Schedule secara detail dan lengkap dengan data-data pendukungnya.

 Hasil dari SCM harus dituangkan dalam suatu Berita Acara

dan dikirimkan ke berbagai pihak-pihak terkait sebagai laporan.

 Penetapan hasil SCM oleh Pejabat terkait.

(82)
(83)

6.10. PEMBAYARAN PRESTASI PEKERJAAN

Monthly Certificate (Sertifikat Bulanan)

setiap

tgl 25 Kontraktor membuat MC, diperiksa Konsultan dan disetujui Pemberi Kerja; mencakup % prestasi

pekerjaan, Gross MC, dikurangi : Retention Money, Repayment of Advance, MC bulan lalu

Termijn

mencapai progres tertentu sesuai kontrak

Kontraktor dapat mengajukan dengan lampiran rincian volume pekerjaan yang telah diselesaikan, diperiksa Konsultan dan disetuji Pemberi Kerja

(84)

Penyiapan Monthly Certificate (MC)

Monthly Certificate (M.C) adalah sertifikat

pembayaran bulanan yang diajukan oleh

Kontraktor dan dicek secara rinci oleh

Konsultan Pengawas kemudian diserahkan

kepada Pemberi Tugas untuk disetujui dan

dibayar.

Tujuan penyiapan MC adalah :

 Kontraktor dapat dibayar sesuai kemajuan

pekerjaan yang telah diverifikasi.

 Pemberi Tugas dapat memonitor hasil pekerjaan

fisik atau cash flow setiap bulannya.

 Merupakan tambahan modal bagi kontraktor

(85)

Prosedur :

Kontraktor

 Setiap akhir bulan (tgl. 25) Kontraktor

menyampaikan MC dan back up data kepada konsultan pengawas.

Konsultan Pengawas

 Setelah 7(tujuh) hari diterima, Konsultan

Pengawas menyimpulkan hasil pemeriksaan Monthly Certificate.

 Jika Monthly Certificate kurang betul/ lengkap

Konsultan Pengawas mengadakan perubahan, memberitahukan Kontraktor secara tertulis dan detail alasan atau mengembalikan untuk

perbaikan dan untuk dikembalikan lagi.

(86)

Hasil pemeriksaan yang telah disetujui,

diserahkan kepada Pemberi Tugas untuk

persetujuan.

Konsultan mengevaluasi/memeriksa

kuantitas dan data pendukung secara

keseluruhan.

Dan bersama staf Pemberi Tugas mencek

kelengkapan administrasi untuk persetujuan

Monthly Certificate.

Pemberi Tugas menerbitkan / mengajukan

Surat Perintah Membayar (SPM).

Bendaharawan memproses Administrasi

(87)

6.11.

PEKERJAAN TAMBAH KURANG

Kenaikan/penurunan volume pekerjaan

yang sudah ditetapkan harga satuannya

dlm kontrak

Variation of work atau change order yang

belum ada kesepakat harga dlm kontrak

Menambah/mengurangi volume pekerjaan

; menghapus/mengubah

spesifikasi/dimensi/ukuran

Dituangkan dalam Adendum

(88)

Kegiatan Penyiapan Contract Change Order

 Contract Change Order (CCO) adalah Perubahan

Volume/ Quantity untuk setiap item pekerjaan yang memerlukan penyesuaian selama kontrak

berlangsung atau perubahan atas Dokumen Kontrak.

 CCO menyatakan perubahan bunyi Kontrak tanpa

merubah nilai kontrak secara keseluruhan.

 Hal-hal yang perlu diperhatikan:

 Perubahan Volume atau perubahan item pekerjaan tidak

merubah nilai Kontrak.

 Perubahan item pekerjaan tidak mengurangi tujuan/

maksud dari pekerjaan konstruksi tersebut.

 Pengajuan permohonan CCO masih dalam Schedule

Pelaksanaan.

 Dengan terbitnya Berita Acara CCO maka Kontrak Awal

atau Contract Change Order lama tidak berlaku lagi. 88

(89)

Prosedur:

 Pemberi Tugas dapat memprakarsai CCO dengan

jalan mengirim surat tertulis kepada Kontraktor yang berisi : uraian detil, perubahan yang diusulkan dan lokasi pekerjaan di lapangan; gambar yang telah direvisi dan spesifikasi mengenai perubahan;

perkiraan waktu untuk penyelesaian pekerjaan

 Permintaan Kontraktor untuk mengadakan

permintaan perubahan kepada Pemberi Tugas, dengan mengirim surat Permohonan Perubahan yang berisi :

 Uraian usulan perubahan.

 Keterangan alasan perubahan.

 Pengaruh terhadap jadwal pelaksanaan, kalau ada.  Rekomendasi Konsultan Pengawas

(90)

6.12.

PERPANJANGAN WAKTU

PELAKSANAAN

Alasan : pek. tambah, perubahan design,

bencana alam, keterlambatan pekerjaan yang

disebabkan pemberi kerja (pembebasan tanah,

pengiriman material bangunan atas jembatan,

dll), diluar kewenangan Kontraktor, force majeur

(huru hara, perang)

Cuaca/hujan tidak bisa digunakan ‘alasan’

Prosedur

permohonan, evaluasi, persetujuan,

adendum

(91)

4/18/18 91

6.13.

DENDA KETERLAMBATAN

(liquidated damage)

1. Besaran denda disebutkan dalam Data Kontrak

- Besar denda : 1 per seribu x Nilai Kontrak pertiap hari keterlambatan. - Maksimum denda :

Ada dua alternatif

a. 1/4 x construction period x 0.03 % x Nilai Kontrak , atau b. 5 % dari Nilai Kontrak

2. Apabila dilakukan Taking Over per Section ( Partial Hand Over ) maka denda dihitung berdasarkan nilai sisa pekerjaan, akan tetapi denda maksimum tetap berdasarkan Nilai Kontrak

3. Denda bukan penalty ( liquidated damages not as a penalty ) artinya :

- Denda  Sanksi yang dikaitkan dengan keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang dihitung berdasarkan jumlah hari keterlambatan

(92)
(93)
(94)

Eskalasi – De Eskalasi

 Eskalasi – De Eskalasi adalah penyesuaian

fluktuasi harga untuk pay-item / komponen pekerjaan mayor dalam suatu proyek pada

schedule pelaksanaan yang masih berlangsung.

 Hal-hal yang perlu diperhatikan :

 Ketentuan-ketentuan (misalnya Keputusan Menteri terkait)

yang berhubungan dengan eskalasi

 Eskalasi disetujui sebelum berakhirnya schedule waktu

pelaksanaan sesuai kontrak.

 Eskalasi, hanya pada pay-item / komponen proyek dan

pembayaran dalam mata uang rupiah.

 Pada kondisi fluktuasi harga tertentu, dapat terjadi

(95)

Prosedur Eskalasi :

 Kontraktor mengajukan klaim untuk penyesuaian

fluktuasi harga kepada Konsultan Pengawas

 Sebelum tanggal akhir bulan dan  Dokumen pendukung :

 Zero Indeks dan Indeks pada actual progres yang sudah

disetujui Pemberi Tugas.

 Sertifikat dibuat setelah indikator terbit.

 Kontraktor menyiapkan dan menghimpun data-data yang

berhubungan dengan eskalasi.

 Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor

mengajukan claim eskalasi, Konsultan Pengawas harus memberi jawaban merekomendasikan atau menolak, klaim tersebut, yaitu :

 Jika klaim kurang benar, memberitahukan secara tertulis

dengan detail dan alasan-alasan atau dikembalikan pada Kontraktor untuk perbaikan

 Pemberi Tugas menyetujui klaim untuk penyesuaian

fluktuasi harga setelah direkomendasikan oleh Konsultan Pengawas.

(96)

6.15. PENYELESAIAN PERSELISIHAN

KONTRAK

Penghentian kontrak (determination)

Pemutusan kontrak (termination)

Three Parties Agreement (kesepakatan 3 pihak)

Penundaan pekerjaan (suspension)

Arbitrase

Re-scheduling

Force Majeur

(97)

Penghentian Kontrak (Determination)

Pengakhiran kontrak lebih awal karena

terjadi hal-hal diluar kemampuan ke dua

belah pihak

Perang, pemberontakan atau perang

saudara, keributan, kekacauan, huru-hara

yang menimpa proyek dan bencana alam

(98)

Pemutusan Kontrak (Termination)

Pengakhiran kontrak lebih awal karena

kelalaian/kegagalan Kontraktor

Sanksi :

 Jaminan pelaksanaan dicairkan

 Tidak dikenakan denda, kontrak diputus sblm

construction period

 Setelah constr period (blm mencapai waktu denda

maksimum)  denda hanya sampai waktu pemutusan kontrak

(99)

Kesepakatan pihak ketiga (Three Parties

Agreement

 Dengan melibatkan pihak lain sebagai penerus proyek  Kontraktor pertama ‘tetap’ bertanggung jawab atas

seluruh pekerjaan

 Kontraktor ‘pengganti’ meneruskan sisa pekerjaan yang

belum terselesaikan

 Permasalahan  perbedaan harga satuan & menjadi

tanggungan Kontraktor pertama

 Pelaksanaan pembayaran ‘langsung’ diberikan kepada

Kontraktor pengganti

(100)

Penundaan Pekerjaan (Suspension)

 Berdasarkan pertimbangan ‘khusus’ berwenang

memerintahkan menunda pelaksanaan proyek

 Eng’s Representative membantu memberikan pedoman

dan perintah kepada Kontraktor dalam menjaga pekerjaan selama masa penundaan

 Biaya2 selama penundaan menjadi tanggung jawab

Engineer, kecuali: dinyatakan lain dalam kontrak,

penundaan ‘terpaksa’ karena cuaca buruk yang dapat mengakibatkan keselamatan/kualitas pekerjaan,

kesalahan kontraktor

 Pengembalian biaya selama penundaan, kontraktor

(101)

Arbitrase

 Jika terjadi perselisihan atau perbedaan pendapat yang

tidak bisa diselesaikan oleh Engineer (mewakili Employer) dengan Kontraktor

 Arbitrase dilakukan di Pengadilan Negeri (domisili)  Bahasa Indonesia/Inggris

 Bila 2 Arbitrator (penengah) gagal maka seorang wasit

yang ditunjuk dr Badan Arbitrase Indonesia atau Pengadilan Negeri

 Keputusan Arbitrator mengikat ke dua belah pihak

 Selama proses arbitrase, kontraktor tetap melanjutkan

pekerjaan

(102)

6.16.

PROVISIONAL HAND OVER (PHO)

1. Serah terima hasil pekerjaan dilaksanakan dalam dua tahap yaitu Penyerahan Pertama (PHO) pada saat Pekerjaan selesai 100 % dan Penyerahan Kedua (End of Defect Liability Period = FHO) pada saat masa jaminan selesai.

2. Prosedur

a. Kontraktor mengusulkan PHO pada saat progres mencapai min 97 % untuk pekerjaan jalan (pavement & shoulder sudah selesai 100 % ) atau 100 % untuk pekerjaan jembatan.

b. Engineer memeriksa usulan Kontraktor dan memberikan pendapatnya kepada Employer dalam waktu 5 hari sejak tanggal pengusulan. Engineer memberitahu Employer tanggal pekerjaan selesai 100 % dan pendapat tentang mutu

pekerjaan.

(103)

4/18/18 103

c. Employer membentuk Panitia PHO.

d. Kunjungan pertama ( First Visit ) Panitia PHO ke lapangan dalam waktu 21 hari setelah pengajuan usulan PHO

e. Panitia PHO menerbitkan Daftar Cacat dan Kekurangan ( List of Defect and Deficiencies ).

f. Kontraktor memperbaiki dalam jangka waktu grace period 14 hari.

h. Kunjungan Kedua ( Second Visit ) Panitia PHO dalam waktu 21 hari sejak terbit Daftar Cacat dan Kekurangan.

i. Apabila hasil perbaikan memuaskan, Panitia PHO merekomendasikan (dengan Berita Acara) kepada Employer untuk menerbitkan BA Serah Terima Pekerjaan 100% (PHO)

3. Ada dua tanggal yang harus dicantumkan pada BA-PHO, yaitu : 1. Tanggal pekerjaan selesai 100 %

(104)

Kegiatan Provisional Hand Over (PHO)

 Yang dimaksud dengan PHO adalah serah terima

awal dari seluruh pekerjaan fisik yang dilaksanakan oleh Kontraktor dengan baik dan benar.

 Pada umumnya dipersyaratkan bahwa PHO dapat

diusulkan oleh kontraktor jika pekerjaan major sudah mencapai prestasi 100%.

 Tujuan : Memastikan bahwa seluruh pekerjaan yang

telah dikerjakan oleh Kontraktor, secara prinsip

telah dapat diterima, namun secara total Kontraktor masih harus menyelesaikan sisa pekerjaan yang masih belum terselesaikan dan harus terus

(105)

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

 Rekomendasi Konsultan Pengawas bahwa

Kontraktor telah menyelesaikan pekerjaan major item 100 % dan minimal telah menyelesaikan 97 % dari seluruh nilai kontraknya.

 Perkiraan tanggal selesai seluruh pekerjaan sesuai

dengan bunyi kontraknya.

 Pembentukan Panitia Penilai PHO yang

anggautanya ditunjuk oleh Pemilik.

 Jaminan Bank (Bank Guarantee) dari pihak

Kontraktor.

 Seluruh data yang ada (misalnya, seluruh hasil

testing, surat-menyurat/ administrasi, formulir-formulir, data diskette, photo pelaksanaan

pekerjaan, dll.) sudah harus terdokumentasikan dengan baik.

 Yang perlu diperhatikan adalah unsur-unsur :

Kelengkapan admnistrasi, Kondisi fisik pekerjaan yang baik dan benar sesuai spesifikasi teknik,

Kesesuaian dengan perencanaan. 105

(106)

 Prosedur PHO :

 Paling sedikit pekerjaan telah mencapai 100 % pekerjaan major

item dan 97 % dari seluruh nilai kontrak dan modifikasinya, Kontraktor mengajukan tertulis (request PHO) kepada

Konsultan Pengawas untuk PHO.

 Konsultan Pengawas meneliti dan mengajukan permohonan

tersebut kepada Pemberi Tugas dalam tempo paling lama 10 hari sejak hari permohonan Kontraktor.

 Konsultan membuat rekomendasi kepada Pemberi Tugas

tentang usulan PHO yang diajukan oleh kontraktor.

 Pemberi Tugas memproses pembentukan Panitia Penilai PHO  Panitia Penilai PHO membuat daftar kerusakan dan

kekurangan dari pekerjaan dan hasil pengujian yang relevan harus dilampirkan pada proses verbal PHO.

 Untuk perbaikan penyimpangan-penyimpangan dan

kerusakan-kerusakan, Panitia Penilai hanya memberi ijin satu periode penundaan tidak lebih dari 30 hari sejak terakhir penyelesaian pelaksanaan pekerjaan (atau perpanjangannya).

 Dibuat Berita Acara PHO jika seluruh persyaratan telah

(107)
(108)

6.17. FINAL HAND OVER (FHO)

 FHO adalah serah terima akhir dari seluruh

pekerjaan fisik yang dilaksanakan oleh Kontraktor dengan baik dan benar, setelah Kontraktor

menyelesaikan seluruh perbaikan yang tertera pada daftar perbaikan yang disusun oleh Panitia Penilai PHO dan telah melewati masa pemeliharaan sesuai bunyi kontrak.

 Tujuan : untuk memastikan bahwa seluruh

pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor telah selesai dan dapat diterima dengan baik.

 Yang perlu diperhatikan adalah unsur-unsur :

 Kelengkapan admnistrasi

 Kondisi fisik pekerjaan yang baik dan benar sesuai

spesifikasi teknik

(109)

Prosedur

 Pemberi Tugas mengundang kembali Panitia Penilai

PHO/ FHO untuk melaksanakan proses FHO.

 Panitia Penilai memeriksa ulang seluruh data yang

terdapat pada daftar pekerjaan yang harus diperbaiki

 Panitia Penilai akan memeriksa pekerjaan-pekerjaan

dan mendokumentasikan semua kerusakan

 Jika telah dilakukan penyelesaian semua perbaikan

pekerjaan, Konsultan Pengawas akan memberikan rekomendasi dan Pemberi Tugas akan memberi keputusan dan mengeluarkan berita acara FHO.

 Setelah proses verbal FHO dilaksanakan seperti

diuraikan dan kerusakan-kerusakan diperbaiki seperti dijelaskan maka pada saat yang sama “Retention

Money“ yang masih tertinggal dikembaikan.

(110)

Pengendalian Pemeliharaan Pekerjaan

pada

”Warranty Period”

Kegiatan Pemeliharaan Pekerjaan yang sudah PHO-kan

 Masa pemeliharaan adalah masa dimulainya pemeliharaan

hasil pekerjaan yang dihitung dari mulai tanggal perkiraan pekerjaan 100 % berdasarkan rekomendasi Konsultan Pengawas sampai dengan berakhirnya kontrak pekerjaan yang sudah disetujui.

 Memberikan waktu kepada kontraktor untuk memperbaiki,

menyempurnakan hasil pekerjaan yang belum dapat diterima atau memuaskan Tim Panitia Penilai Serah Terima pada

waktu Provisional Hand Over, mengenai kualitas atau kuantitas

 Memberikan waktu kepada kontraktor untuk menyelesaikan

pekerjaan minor yang belum selesai dan lain-lain.

(111)

 Prosedur:

 Setelah berakhir waktu perbaikan atau penyempurnaan,

Kontraktor memberitahukan kepada Pemberi Tugas.

 Tim Panitia Penilai serah terima yang sudah ditunjuk

oleh Pemberi Tugas mengadakan pemeriksaan ulang.

 Apabila menurut Tim Panitia Penilai serah terima tidak

ada kekurangan atau cacat lagi, maka Panitia Penilai membuat Berita Acara pemeriksa hasil pekerjaan yang disampaikan pada Pemberi Tugas.

 Selama masa pemeliharaan harus ada kesepakatan

antara pemilik, kontraktor dan konsultan tentang:

 Personel pengawas yang dipertahankan  Personel kontraktor yang dipertahankan

 Daftar peralatan yang masih akan digunakan

(112)
(113)

Bab 7.

PENGENDALIAN MUTU

3 tahap

mutu bahan baku (tanah, pasir,

aspal, semen, dsb); mutu bahan olahan

(sub base, base, campuran aspal,

campuran beton semen, dsb); hasil

pekerjaan (sub grade, sub base, LPA/LPB,

beton struktur, tiang pancang, dsb)

Dimensi (panjang, lebar, tinggi, dsb);

kualitas (kepadatan, kuat tekan, daya

dukung, dsb)

(114)
(115)

115

Multi Step and Method

Specification

,

yaitu jenis Spesifikasi

yang mengatur semua langkah,

(116)

 Spesifikasi untuk prasarana jalan / jembatan lebih

condong kepada jenis Multi Step and Method

Specification, karena jenis spesifikasi ini memberikan

bimbingan cara pelaksanaan langkah demi langkah agar diperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan yang

dipersyaratkan.

 Spesifikasi yang dijadikan rujukan untuk penyusunan

modul pelatihan ini adalah jenis Multi Step and Method Specification.

 Pemilihan jenis Spesifikasi ini juga memberi kemudahan

(117)

SHOP DRAWING

 Shop Drawing adalah Gambar Kerja yang dibuat

oleh Kontraktor dan merupakan rencana

pelaksanaan konstruksi; pembuatannya merujuk kepada Gambar Rencana yang diterima oleh

kontraktor pada waktu kontraktor mengikuti proses pengadaan jasa konstruksi.

 Tujuan : Untuk memudahkan dan menjadi pedoman

pelaksanaan di lapangan serta pemeriksaan yang merupakan rencana keseluruhan dari

pembangunan suatu proyek.

 Shop Drawing harus menampilkan Rencana Kerja

secara detil

 Lokasi dan jenis pekerjaan harus jelas tercantum  Ukuran Konstruksi harus jelas tergambar

 Material, Jenis dan mutu bahan yang dipakai

(118)

Prosedur :

 Setiap pekerjaan belum dapat dilaksanakan oleh

Kontraktor apabila Shop Drawing belum mendapat persetujuan Pemberi Tugas.

 Prosedur penyiapan shop drawing :

Kontraktor membuat Shop Drawing dengan rujukan Gambar

Rencana.

Konsultan Pengawas mengevaluasi Shop Drawing untuk

diterima, atau revisi ulang dan untuk kembali lagi.

Konsultan Pengawas merekomendasikan kepada Pemberi

Tugas untuk persetujuan Shop Drawing tersebut.

Setelah persetujuan Pemberi Tugas, Kontraktor dapat

melaksanakan pekerjaan fisik sesuai Shop Drawing.

Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ada penyimpangan atau

pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan sesuai Shop Drawing dikarenakan kondisi lapangan, maka atas

persetujuan Pemberi Tugas (setelah ada rekomedasi dari Konsultan Pengawas) Kontraktor dapat melaksanakan

(119)

14)

Kegiatan Penyiapan As Built Drawing

 As Built Drawing adalah Gambar Pelaksanaan yang

terjadi dilapangan yang menggambarkan seluruh pekerjaan di lapangan sesuai dengan volume

pekerjaan yang dibayar setiap bulan sesuai dengan penagihan Kontraktor dalam Monthly Certificate

(M.C.).

 Gambar ini memuat juga perubahan-perubahan

yang diakibatkan oleh Contract Change Order

(CCO) dan modifikasi lapangan karena adanya hal-hal yang tidak terdapat pada Gambar Rencana,

misalnya : kabel PLN, kabel Telkom dan utilitas lainnya.

 Tujuan :

 Untuk menggambarkan keadaan sesungguhnya yang ada

dilapangan.

 Kondisi ini diperlukan untuk hal-hal yang terjadi

dikemudian hari, misalya ; untuk keperluan Pemindahan Kabel Tegangan Tinggi PLN, mencari saluran Utilitas, dan

lain-lain. 119

(120)

Prosedur :

 Setiap pekerjaan yang terlaksana di lapangan

sudah direkomendasikan oleh Konsultan Pengawas bahwa pekerjaan tersebut dapat diterima dan

Pemberi Tugas menyetujui, maka Kontraktor

berkewajiban membuat As Built Drawing Pekerjaan tersebut.

 Pembuatan As Built Drawing memuat perubahan

sesuai Kondisi lapangan.

 Konsultan Pengawas berkewajiban mengevaluasi

As Built Drawing.

 Atas rekomendasi Konsultan Pengawas, Pemberi

(121)

121

Sekian dan terima kasih

4/18/18

Gambar

Gambar ini memuat juga perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh Contract Change Order

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa maksud penelitian ini adalah mengenai rancangan atau cara yang tepat untuk berbuat dan melakukan tindakan dalam mengembangkan atau

 perbandingan dengan dengan hasil hasil obser#asi obser#asi adalah adalah sebagai sebagai berikutsebelum berikutsebelum memberikan terapi nebulizer&#34; pera*at

Sehingga, girik yang bukan merupakan suatu sertifkat hak atas tanah dijadikan sebagai agunan atas perjanjian pembiayaan murabahah yang diberikan oleh nasabah kepada

[r]

kembali keterampilan siswa dalam memperoleh dan menyajikan data, dalam keterampilan memperoleh data yaitu dengan cara disajikan beberapa larutan asam kuat/lemah dan

Nilai Srategis Kawasan Kars Di Indonesia Dan Usaha Pengelolaannya Secara Berkelanjutan (Pelatihan Dasar Geologi Untuk Pecinta Alam dan Pendaki Gunung).. Samodra,

[r]

This study aims to find translation procedures from source language (English) to target language (Indonesian) used in translating the Eclipse novel which have