• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 1 Deskripsi Benda Cagar Budaya Berikut merupakan deskripsi dari Benda Cagar Budaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah: a.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lampiran 1 Deskripsi Benda Cagar Budaya Berikut merupakan deskripsi dari Benda Cagar Budaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah: a."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 1 Deskripsi Benda Cagar Budaya

Berikut merupakan deskripsi dari Benda Cagar Budaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah:

a. Balaikota Bogor

Bangunan pemerintahan periode kolonial ini terletak di Jalan H. Juanda no.10, Kelurahan Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah. Bangunan ini memiliki gaya arsitektur kolonial Belanda yang telah mengalami renovasi dan penggabungan gaya arsitektur Sunda dan Eropa. Balaikota Bogor memiliki luas bangunan ±2.639,70 m2 dan luas lahan ±9.060 m2. Status kepemilikan dari gedung ini adalah milik Pemerintah Kota Bogor (Disparbud, 2008).

b. Gedung Karesidenan Bogor

Gedung yang memiliki jenis bangunan pemerintahan periode kolonial tahun 1908 terletak di Jalan H. Juanda no.4, Kelurahan Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah. Bangunan ini berdenah persegi empat, berlantai dua dengan jendela bermotif setengah lingkaran, disebelah kiri dan kanan bangunan terdapat tangga masuk, danpada risplang terdapat motif awan, lantai papan, dan atap genteng. Gedung ini memiliki luas bangunan 808 m2 dan luas lahan 25.120 m2.

Gedung Karesidenan Bogor berdiri tahun 1908. Pada tahun 1928 hingga 1976 berubah menjadi kantor Pembantu Gubernur. Tahun 2000 diambil oleh Pemerintah Daerah Kota Bogor sebagai Kantor Koordinasi Wilayah Bogor. Status kepemilikan dari gedung ini adalah milik Negara (Disparbud, 2008).

c. Markas Kodim 0606 Bogor

Gedung ini merupakan bangunan militer periode kolonial. Letak dari gedung ini berada di Jalan Ir.H. Jendral Sudirman no. 33, Kelurahan Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah. Luas bangunan dari gedung ini adalah 108,18 m2 dan luas lahan 3.182,55 m2 dengan status kepemilikan oleh Negara.

Dahulu gedung ini digunakan sebagai kantin Batalyon 10 Tentara Belanda. Lalu pada tahun 1950 diambil alih oleh Pemerintah RI dan digunakan sebagai Balai Prajurit dan kemudian pada tahun1981, Ajudan Jendral Korem Surya Kencana menjadikannya sebagai KODIM 0606 (Disparbud, 2008).

(3)

d. Markas Korem 061/Suryakencana

Bangunan militer periode kolonial ini terletak di Jalan merdeka no.6, Kelurahan Ciwaringin, Kecamatan Bogor Tengah. Bangunan ini mengalami banyak perubahan fungsi, diantaranya, pada tahun 1940-1942 digunakan sebagai Sekolah Teknik.Tahun 1942-1945 digunakan sebagai tempat residen. Pada tahun 1950 digunakan sebagai Kantor Kotamadya Bogor, kemudian terjadi ruislag dengan kantor KOREM yang berada di Jalan Ir.H. Juanda pada tahun 1971. Status kepsemilikan gedung oleh Negara. Luas bangunan adalah 1.490,75 m2 dan luas bangunan 3.870 m2 (Disparbud, 2008).

e. Gedung Blenong

Bangunan periode kolonial ini berada di Jalan Harupat, Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Tengah. Gedung Blenong ini merupakan salah satu bangunan kolonial yang digunakan untuk pemukiman orang Belanda, mengingat Kota Bogor pada masa Pemerintahan Belanda sekitar abad 17 dinamakan kota Buitenzorg yang dapat diartikan sebagai kota istirahat.

Bangunan ini pada bagian atap terdapat kubah, dengan atap beton coran bagian depan terdapat ruangan menyeruapi bunker. Luas bangunannya adalah 807,50 m2 dan luas lahan 1.744,20 m2 dengan status kepemilikan oleh Negara (Disparbud, 2008).

f. RRI Regional II Bogor

Bangunan periode Kolonial yang terletak di Jalan pangrango no 34, Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Tengah. Luas bangunan 984 m2 dan luas lahan 3.240 m2 dengan status kepemilikan oleh Bank Indonesia (Disparbud, 2008).

g. Balai Penelitian Bio Teknologi Perkebunan

Gedung ini merupakan bangunan periode kolonial tahun 1926 yang terletak di Taman Kencana Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Tengah. Denah bangunan ini berbentuk huruf U dan terdiri dari beberapa ruang dengan di bagian tengah terdapat taman. Tampak depan bangunan terdapat hiasan dengan motif sulur-sulur, geometrik, dan lubang angin (roster) serta beratap genting.

(4)

pertama dilakukan pada 17 Juni 1926 dan diresmikan oleh Jean Bernard. Status kepemilikan gedung ini adalah milik Negara (Disparbud, 2008).

h. Kantor Pos Bogor

Bangunan yang terletak di Jalan Ir.H. Juanda no.5, Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah ini merupakan bangunan periode kolonial. Dahulu, gedung ini merupakan bangunan gereja pertama di Buitenzorg (Bogor) yang pemberkatannya dilakukan pada tanggal 13 April 1845. Gereja tersebut semula dimaksudkan sebagai tempat beribadat umat Protestan dan umat Katolik secara bergiliran. Pada tahun 1896 umat Katolik tidak lagi beribadat di gereja tersebut karena mereka telah memiliki gereja baru. Umat protestan sendiri kemudian melaksanakan ibadahnya di gereja yang mereka dirikan pada tahun 1920. Lalu gedung gereja tersebut oleh Pemerintah Belanda dijadikan kantor pos karena letaknya di pinggir jalan pos (postweg), yang sekarang Jl. Ir. H. Juanda. Luas bangunan dari gedung ini adalah 1.161 m2 dan luas lahan 2.087 m2. Status kepemilikan gedung ini adalah milik Negara (Disparbud, 2008).

i. Lembaga Pemasyarakatan Bogor

Bangunan kolonial tahun 1906 ini terletak di Jalan paledang no.2, Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah. Gedung ini merupakan Lembaga Pemasyarakatan yang didirikan pada masa kolonial Belanda tahun 1906. Pada tahun 1964 gedung ini bernama rumah penjara, namun dengan berlakunya system pemasyarakatan yang diprakarsai Dr. Saharjo selaku Menteri Kehakiman (KEPMEN Nomor: M.01.PR.07.03 tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja) menjadi Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA di Bogor. Bangunan ini memiliki luasbangunan 459,95 m2 dan luas lahan 8.185 m2 dengan status kepemilikan oleh Negara.

j. Museum Zoologi Bogor

Bangunan periode kolonial ini terletak di Jl. Ir. H. Juanda no. 9 Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah. Bangunan ini pertama didirikan pada tahun 1984 oleh Dr. J. C. Konigsberger. Ketika itu hanya berupa sebuah ruangan kecil dan sederhana. Fungsi utama dari bangunan ini semula adalah sebagai laboratorium untuk penelitian hewan pengganggu tanaman pertanian dannamanya waktu itu adalah Landbouw Zoologisch Laboratorium

(5)

yang termasuk dalam ‘s-landsPlantuin (Kebun Raya Bogor).

Pada tahun 1901 didirikan gedung baru yang digunakan sebagai ruang koleksi, ruang kerja, ruang pameran, dan laboratorium. Pada tahun 1926 di lantai atas dibuat sebuah ruangan beratap seng untuk menyimpan koleksi serangga agar tetap kering. Luas bangunan ini adalah 756,90 m2 dan luas lahannya 1500 m2. Status kepemilikan oleh Negara.

k. Monumen dan Museum PETA

Bangunan periode kolonial terletak di Jl. Jendral Sudirman no 35, Kelurahan Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah. Bangunan ini didirikan pada tahun 1745 dan merupakan bekas tangsi Tentara KNIL. Pada jaman Jepang digunakan untuk mendidik perwira Tentara Sukarela PETA.

Bangunan yang merupakan peninggalan Belanda ini, berdenah persegi panjang, membujur dari utara ke selatan. Monument Sudirman berbentuk melingkar dengan diameter kurang lebih 50 m, di sekeliling monument dihiasi dengan relief perjuangan. Luas bangunannya adalah 1.733,59 m2 dan luas lahannya 2.150 m2, dengan status kepemilikan oleh yayasan PETA.

l. Makam Raden Saleh

Merupakan bangunan periode kolonial dan berada di Jl. Pahlawan Gg. Raden Saleh, Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan. Bangunan makam beserta bangunan lainnya didirikan padatahun 1955 atas prakarsa Presiden Soekarno. Arsitek yang merencanakan bangunan makam ini adalah Ir. Silaban, sedangkan ukiran-ukiran pada makam yang dibuat oleh Rd. Galuh. Luas lahandi makam ini adalah 920 m2 dan status kepemilikan oleh masyarakat.

m.Gereja Katedral

Gereja ini merupakan bangunan periode kolonial yang berlokasi di Jalan Kapten Muslihat no. 22, Paledang, Bogor Tengah. Pada tahun 1886 di atas lahan yang dibeli MGR.A.C Claessens, dibuka sebuah panti yang diberi nama Vincentius. Lalu dilahan tersebut pula, pada tahun 1896, keponakan A.C.Claessens, yaitu pendeta MYD Claessens mendirikan sebuah gereja untuk umat Katolik. Pada tahun 1905 didirikan sebuah katedral seperti yang terlihat sekarang, sedangkan gereja yang lama digunakan untuk pertemuan. Di lahan ini pula, pada tahun 1926 Ny. Schmutzer Hendriks mendirikan sebuah yayasan

(6)

yang bernama Katholieke Jeugde Organitatie (KJO) untuk menampung kegiatan kepemudaan. Yayasan ini kemudian diubah namanya menjadi Budi Mulia.

Gereja ini memiliki luas bangunan 1.248 m2 dan luas lahan 2.937 m2. Bangunannya berdenah persegi panjang dengan bagian depan terdapat menara. Gereja ini memiliki pintu berbentuk setengah lingkaran (motif geometrik). Status kepemilikan bangunan ini oleh yayasan.

n. Gereja Zebaoth

Bangunan periode kolonial ini terletak di Jalan Ir. H. Juanda no.3, Paledang, Bogor Tengah. Gereja Protestan ini dibangun pada masa Gubernur Jenderal J. P. Graff vanlimburg Stirum dan peletakan batu pertamanya dilakukan pada tanggal 30 Januari 1920. Luas bangunannya 867,64 m2 dan luas lahannya 5.154,24 m2. Status kepemilikan oleh yayasan.

o. SMA YZA 2

Sekolah yang merupakan bangunan periode kolonial ini terletak di Jalan Semeru no.41, Kebon Kelapa, Bogor Tengah. Awalnya bangunan lama yang berada dikompleks sekolah berfungsi sebagai rumah tinggal yang dikelilingi kompleks asrama/ tangsi tentara dan dahulu diperkirakan digunakan sebagai tempat pemantauan daerah kompleks tersebut. Bangunan ini memiliki luas 607 m2 dan luas lahan 3.310 m2, dengan status kepemilikan yayasan.

p. SMP Negeri 2 Bogor

Bangunan periode kolonial ini terletak di Jalan Gedong Sawah IV no. 9, Pabaton, Bogor Tengah.Bangunan ini didirikan pada tahun 1918 oleh pemerintah Belanda sebagai sekolah HIS. Setelah Indonesia merdeka sekolah HIS pada tahun 1950 oleh Pemerintah Republik Indonesia digunakan sebagai SMP Negeri 2 Bogor. Status kepemilikan oleh Negara dengan luas bangunan 2.216 m2 dan luas lahan 4.390 m2.

q. SMP Negeri 1 Bogor

Bangunan periode kolonial ini terletak di Jalan Ir. H. Juanda no.16, Paledang, Bogor Tengah. Bangunan ini didirikan sejak jaman Belanda, digunakan untuk sekolah MULO. Kini dalam kompleks sekolah terdapat SMP negeri 1 dan SMA Negeri 1. Luas bangunan 168 m2 dan luaslahan 3.135 m2.

(7)

Status kepepemilikan oleh Negara.

r. Stasiun Kereta Api

Merupakan bangunan periode kolonial tahun 1881 yang terletak di Jalan Nyi RajaPermas no. 1, Cibogor, Bogor Tengah. Pada awalnya stasiun kereta api di Buitenzorg dibangun oleh perusahaan kereta api milik Pemerintah Belanda (Staatspoor Wegen) pada tahun 1872 sebagai stasiun terakhir pada jalur Batavia-Buitenzorg yang mulai dibuka pada tahun 1873. Lalu pada tahun 1881 dibangun stasiun baru yang besar dan kini bernama Stasiun Bogor. Luas bangunan dari stasiun ini adalah 5.955 m2 dan luas lahan 43.267 m2. Status kepemilikan oleh PT. Kereta Api Indonesia.

s. Rumah Sakit Salak

Merupakan bangunan periode kolonial yang terletak di Jalan Jend. Sudirman no. 8, Sempur, Bogor Tengah. Rumah sakit yang didirikan pada abad 18 ini pada awalnya merupakan sebagian dari asrama tentara Belanda yang bertugas mengawal Paleis (Istana Bogor). Setelah kemerdekaan,bangunan ini dijadikan unit kesehatan dengan nama Dinas kesehatan Tentara (DKT). Lalu dibawah pengelolaan sebuah yayasan, bangunan ini dijadikan rumah sakit dengan nama Rumah Sakit Salak. Luas bangunan RS. Salak adalah 272,70 m2 dan luas bangunan II R Komandan 114,45 m2 sedangkan luas lahannya ±9000 m2. Status kepemilikan oleh Angkatan Darat.

t. Rumah Panti Asuhan Bina Harapan

Bangunan periode kolonial ini terletak di Jalan Jend. Sudirman no. 7, Pabaton, Bogor Tengah. Dahulu rumah ini digunakan sebagai asrama /Mess orang Belanda. Lalu sejak tahun 1934, rumahini digunakan sebagai panti asuhan sampai saat ini. Pada lahan seluas ±2.849,75 m2 terdapat dua bangunan di dalamnya. Bangunan I seluas 66,90 m2 dipergunakan untuk asrama panti asuhan danbangunan II seluas 382,50 m2 dipergunakan untuk kantor panti asuhan. Status kepemilikan bangunan ini oleh yayasan.

u. Hotel Salak

Bangunan periode kolonial yang berada di Jalan Ir. H. Juanda, Kel. Pabaton, Kec. Bogor Tengah ini merupakan hotel yang didirikan tahun 1856 dan diberi nama Dibbets mengikuti nama pemiliknya J. Dibbets. Pada masa

(8)

pendudukan Jepang tahun 1942 sampai dengan Agustus 1945 dijadikan markas Kenpetai (Polisi Milite Jepang). Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1948 dinamakan Hotel Salak. Bangunan ini memiliki luas bangunan 1.205 m2 dan luas lahan 8227 m2. Status kepemilikan dari bangunan ini adalah PT. Anugrah Jaya Agung.

v. Klenteng Dhanagun/ Hok Tek Bio

Merupakan bangunan keagamaan periode kolonial yang terdapat di Jl. Surya Kencana no. 1, Babakan Pasar, Bogor Tengah. Kelnteng ini merupakan klenteng pertama di Kota Bogor fungsinya sebagai tempat peribadatan pemeluk agama konghucu. Status dari gedung ini milik Yayasan Dhanagun.

w.Prasasti Batutulis

Merupakan situs periode klasik yang terdapat di Jl. Batutulis, Bogor Selatan. Situsini merupakan benda peninggalan dari kerajaan Pajajaran. Luas situs tersebut 17x15 m2 dengan status milik negara.

x. Masjid Empang

Merupakan bangunan peribadatan periode kolonial yang terletak di Jl. Empang. Masjid ini didirikan oleh RAA. Wiranata pada tahun 1755. Luas bangunannya adalah 2.549 m2 dan luas lahannya 5000 m2 (Disparbud, 2008).

Referensi

Dokumen terkait

Organisasi proyek adalah sistem hubungan kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat pada suatu proyek pembangunan dalam mengatur pelaksanaan berbagai pekerjaan

Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam

Berdasarkan hasil dari penelitian Skripsi ini, diharapkan dengan adanya Sistem Informasi Penjualan yang diranncang dapat membantu Lung Ma Motor dalam melakukan

335 Ni Wayan Rati, S.Pd., M.Pd 197612142009122002 Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2013 Penerapan Iptek Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) Siaga Bencana Berbasiskan

Oleh karena itu siswa-siswi TK Dharmawanita Persatuan Terung Kulon Krian, dan anak-anak remaja tersebut adalah anggota Karang Taruna Perumahan MCA, RW 5 desa Boro

Dari tabel di atas maka dapat diketahui jenis benda-benda cagar budaya yang tersimpan di masing-masing museum yang ada di kota Surakarta. Benda-benda cagar budaya

(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, setiap orang, kelompok masyarakat atau badan yang belum mendaftarkan benda Cagar Budaya, bangunan Cagar Budaya,

1. Metode Studi Pustaka dengan pencatatan secara cermat terhadap obyek yang diamati yaitu mengenai game 2D. Data diperoleh yakni dari buku, jurnal, artikel