• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

35

A. Materi Penelitian

Materi penelitian diambil dari hasil pengujian eksperimental oleh Tjahjono dan Purnomo (2004). Benda uji sambungan balok-kolom pracetak bagian sisi luar

(exterior) dari bangunan gedung lima lantai. Benda uji yang akan dilakukan penelitian diambil dari sambungan tipe A, yaitu penyambungan dilakukan pada pertemuan elemen balok dan kolom pracetak dengan adanya penonjolan daerah balok pada sisi luar (Gambar 4.1). Penelitian dilakukan secara numerik yaitu dengan analisis dari permodelan komputer dan pemeriksaan mengenai sambungan balok kolom pracetak dengan beban statik. Penelitian terdiri dari dua benda uji yaitu Benda Uji 1 (BU-1) yang meliputi sambungan balok persegi dan kolom persegi, dan Benda Uji 2 (BU-2) yang meliputi sambungan balok T dan kolom persegi.

Material propertis pada BU-1 dan benda BU-2 dapat dilihat data-data sebagai berikut:

Mutu Beton (fc) : Kolom = 32 MPa Balok = 28 MPa Modulus Elastisitas Baja Tulangan (Ec) = 200.000 MPa Tegangan tarik baja tulangan pada saat leleh (fy) = 420 MPa

(2)

B. Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laptop dan Komputer yang memiliki software ABAQUS 6.11-2.

C. Set-Up Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap dua benda uji yaitu benda uji 1 (BU-1) sambungan balok persegi-kolom dan benda uji 2 (BU-2) sambungan balok T-kolom, data dari benda uji dapat dilihat pada Tabel 1. Detail benda uji dapat dilihat pada Gambar 4.2 sampai Gambar 4.6. Benda uji akan diberi beban yang berbeda antara BU-1 dan BU-2, untuk BU-1 akan diberi beban sebesar 40 kN dan BU-2 sebesar 100 kN. Beban yang diberikan merupakan beban titik yang masing-masing benda uji terdapat dua titik. Pembebanan diletakkan pada pada ujung-ujung balok. Penyambungan pada daerah pertemuan balok dan kolom digunakan

grouting pada beton, sedangkan tulangannya dibengkokkan pada ujung tonjolan balok dan diikat menggunakan tulangan sengkang. Mutu yang digunakan untuk

grouting sama dengan mutu balok.

Tabel 4.1 Data Benda Uji 1(BU-1) dan Benda Uji 2 (BU-2)

Benda Uji 1 (BU-1) Benda Uji 2 (BU-2)

Balok Kolom Balok Kolom

Mutu Beton (fc’) 28 MPa 32 MPa 28 MPa 32 MPa Mutu Baja (fy) 420 MPa 420 MPa 420 MPa 420 MPa

Dimensi b be 200 mm 300 mm 300 mm 300 mm bw 200 mm h hf 225 mm 300 mm 150 mm 300 mm h-hf 175 mm Tulangan Utama 6D12 8D12 8D12 8D12 Tulangan Sengkang ø6-80 ø6-50 2ø6-80 ø6-50 Bentang 1500 mm 895 mm 1500 mm 1125 mm Selimut Beton 40 mm 40 mm 40 mm 40 mm

(3)

Gambar 4.2 Detail benda uji 1

Gambar 4.3 Detail potongan benda uji 1

Gambar 4.4 Detail benda uji 2

(4)

D. Alur Penelitian

Proses pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut ini:

Gambar 4.6 Bagan Alir Penelitian Kesimpulan

Tidak = Error

Permodelan Sambungan Balok-Kolom dengan Variasi Balok

Persegi dan Balok T

Memasukkan data-data untuk simulasi pada setiap modul

ABAQUS CAE Studi Literatur

Mulai

Subbmit Job

ABAQUS CAE

Hasil dan Analisis Ya = Complete

(5)

E. Langkah Permodelan Elemen Hingga

Permodelan elemen hingga pada ABAQUS CAE 6.11-2 ini mempunya lima modul yang setiap modulnya mempunyai fungsi dan pengaturan masing-masing, modul tersebut juga mewakili langkah-langkah dalam permodelan elemen hingga pada BU-1 dan BU-2. Langkah-langkah permodelan dapat dilihat seperti berikut:

1. Membuka menu ABAQUS CAE 6.11-2

Langkah pertama adalah masuk program ABAQUS CAE dengan cara pilih dari desktop atau panel start, kemudian klik icon ABAQUS CAE setelah itu akan muncul viewport kemudian pilih creating model database.

Gambar 4.7 Membuka program ABAQUS CAE

(6)

2. Modul Part

Modul yang pertama adalah modul part, modul ini berfungsi untuk memodelkan geometri benda uji yang akan dianalis. Pertama memilih pilih

Create Part untuk memulai memasukkan geometri benda uji. Akan muncul kotak dialog Create Part yang akan diberi nama sesuai part yang akan dimodelkan. Pada kotak dialog create part tersedia approximate size yang berfungsi untuk menentukan skala sketcher yang sesuai dengan dimensi yang akan dibuat. Pada permodelan ini digunakan approximate 1000, dengan asumsi bahwa permodelan ini menggunakan satuan millimeter (mm).

Gambar 4.9 Approximate size pada kotak dialog create part

a. Kolom

Pada permodelan ini dibuat kolom dengan tipe deformeable karena tegangan yang diterima diatas batas proporsional (plastic area), untuk BU-1 dan BU-2 memiliki dimensi yang sama yaitu sebesar 300 × 300. Pilih tipe solid karena kolom merupakan benda padat yang mempunyai bentang untuk BU-1 sebesar 895 mm dan BU-2 sebesar 1125 mm, sehingga dipilih tipe extrusion.

(7)

Gambar 4.11 Sket kolom pada lembar kerja ABAQUS

Gambar 4.12 Hasil dari permodelan kolom pada tampilan 3D

b. Balok

Pada permodelan ini dibuat balok dengan tipe deformeable karena tegangan yang diterima diatas batas proporsional (plastic area), untuk BU-1 dimensi 200 × 225 dan BU-2 dengan ukuran untuk lebar sayap 300 mm, lebar badan 200 mm, dan tinggi balok T 325 mm. Pilih tipe solid karena kolom merupakan benda padat yang mempunyai bentang untuk BU-1 sebesar 1912,5 mm dan BU-2 sebesar 1877,5 mm, sehingga dipilih tipe

extrusion.

(8)

c. Tulangan

Dalam permodelan beton bertulang interaksi dengan beton sebagai

Embedded Interaction yaitu pergerakan dari elemen beton. Sehingga diasumsikan lekatan tulangan dengan beton bersifat Perfect Bond. Diasumsikan tulangan bekerja didalam beton hanya mengalami tarik dan desak saja sehingga elemen yang digunakan adalah tipe Truss Element. Langkahnya adalah klik Create Part. Pada Base Future, pilih Shape = Wire, Type = Planar. Kemudian Create Line dan gambarkan garis sembarang pada arah horisontal. Pengisian pada Base Future dapat dilihat pada Gambar 4.14, dengan hasil akhir pada Gambar 4.15.

Gambar 4.14 Pemilihan Shape Wire dengan Type Planar untuk tulangan

Gambar 4.15 Hasil dari permodelan tulangan

d. Membuat Datum Plane

Datum Plane merupakan fasilitas yang dapat digunakan untuk membagi/ memotong Cell menjadi bagian bagian yang terpisah. Prosedur yang dilakukan adalah pilih Tools, Datum seperti pada Gambar 4.16, pilih Type = Plane, Offset from plane, pilih Surface Cell sebagai referensi seperti pada Gambar 4.17. Kemudian pilih arahnya sesuai dengan posisi datum

(9)

terhadap permukaan yang direferensi seperti pada Gambar 4.18, isikan jaraknya adalah 200 mm, klik OK. Hasilnya seperti pada Gambar 4.19.

Gambar 4.16 Perintah membuat Datum

Gambar 4.17 Cara membuat Datum Plane

(10)

Gambar 4.19 Datum Plane yang sudah terbentuk

e. Melakukan Partition Cell

Partition Cell berfungsi untuk memisahkan elemen, ataupun Surface

dalam 1 Cell agar dapat diberikan ukuran mesh ataupun beban di Surface yang terpisah. Pilih Partition Cell dengan ditahan, pilih tipe Partition Cell Use Datum Plane seperti pada Gambar 4.20, pilih Cell yang akan dipartisi dari Datum Plane yang telah dibuat kemudian pilih Create Partition. Hasilnya Cell yang sudah terpartisi pada Gambar 4.21.

Gambar 4.20 Fasilitas Partition Cell

(11)

3. Modul Property

Modul property berfungsi untuk memasukkan properti material yang digunakan permodelan benda uji meliputi beton pracetak dan tulangan.

a. Material properties beton

Model material beton yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Concrete Damaged Plasticity. Masukan yang diperlukan meliputi modulus elastisitas, konstitusif material beton pada kondisi desak dan tarik, dan parameter Plasticity.

Langkah untuk memulai pengisian material adalah pilih property seperti Gambar 4.22, kemudian pilih Create Material, beri nama material, pilih

Elasticity untuk memasukkan modulus elastisitas beton (E) beton = 24870,06232 MPa, dan kolom E = 26587,21497 MPa, sedangkan untuk

Poisson Ratio = 0,3 (Gambar4.23). Kemudian pilih plasticity, pilih

Concrete Damaged Plasticity seperti pada Gambar 4.24. Isikan parameter

Plasticity dari data Tabel. 4.2 seperti Gambar 4.25, memasukkan data konstitutif desak beton sesuai Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 seperti Gambar 4.26 dan kemudian memasukkan data konstitutif tarik sesuai dengan Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 seperti Gambar 4.27. Data yang digunakan untuk pengisian material ini menggunakan satuan MPa.

(12)

Gambar 4.23 Memasukkan data elastisitas

Gambar 4.24 Tampilan form input model material Concrete Damaged Plasticity

Tabel 4.2 Parameter plasticity beton (Panduan Permodelan Struktur Beton Bertulang dengan ABAQUS)

Dilatation angle (Ψ) Eccentricity Fb0/fc0 K Viscocity

(13)

Gambar 4.25 Tampilan form input parameter Plasticity pada model material

Concrete Damaged Plasticity

Tabel 4.3 Compressive Behavior (Panduan Permodelan Struktur Beton Bertulang dengan ABAQUS)

Yield Stress Inelastic Strain

11,47417 0 17,67084 0,00039 21,01294 0,00061 26,05119 0,00109 28,47684 0,00159 28,68542 0,00179 28,22981 0,00209 25,53734 0,00259 14,34271 0,00354 6,05362 0,00459 3,49047 0,00559 0,93815 0,00959

(14)

Tabel 4.4 Concrete compression damage (Panduan Permodelan Struktur Beton Bertulang dengan ABAQUS)

Damage Parameter Inelastic Strain

0 0 0 0,00039 0 0,00061 0 0,00109 0 0,00159 0 0,00179 0,02 0,00209 0,11 0,00259 0,5 0,00354 0,79 0,00459 0,88 0,00559 0,97 0,00959

Gambar 4.26 Tampilan form input Compression Behavior model material

(15)

Tabel 4.5 Tensile Behavior (Panduan Permodelan Struktur Beton Bertulang dengan ABAQUS)

Yield Stress Cracking Strain

1,89742 0 2,10825 8,00E-05 1,99877 0,00013 1,94403 0,00015 1,82213 0,0002 1,34192 0,00039 1,01349 0,00052 0,79454 0,00061 0 0,00093

Tabel 4.6 Concrete tension damage (Panduan Permodelan Struktur Beton Bertulang dengan ABAQUS)

Damaged

Parameter Cracking Strain

0 0 0 8,00E-05 0,05 0,00013 0,08 0,00015 0,14 0,0002 0,36 0,00039 0,52 0,00052 0,62 0,00061 0,99 0,00093

(16)

Gambar 4.27 Tampilan form input Tension Behavior model material Concrete Damaged Plasticity

b. Material properties baja

Model material baja yang digunakan dalam penelitian ini adalah Classic Plasticity. Masukan yang diperlukan meliputi modulus elastisitas dan konstitutif material baja yang tersaji dalam Tabel 4.6. Material properties baja dengan modulus elastisitas baja (E) = 2000000, dengan Poisson Ratio = 0,3. Prosedur yang dilakukan adalah pilih Create Material, beri nama material, pilih Elasticity untuk input modulus elastisitas dan rasio poison dan Plasticity pilih Plasticity seperti pada Gambar 4.28. Isikan konstitutif material pada Tabel 4.7 seperti pada Gambar 4.29 kemudian pilih OK.

Tabel 4.7 Tabel Stress dan Strain (Panduan Permodelan Struktur Beton Bertulang dengan ABAQUS) Stress Strain 420 0 420 0,018 500 0,028 500 0,198

(17)

Gambar 4.28 Tampilan form input Elasticity material baja

Gambar 4.29 Tampilan form input Plasticity material baja

c. Create section dan Assign untuk Solid Element

Klik Create Section dan isikan nama Section yang dibuat pilih Category = Solid, dan Type = Homogeneous seperti pada Gambar 4.30, selanjutnya akan muncul form Edit Section seperti pada Gambar 4.31, pilih nama material, klik OK. Klik Assign Section seperti pada Gambar 4.32, pilih

Cell yang akan dipasangkan ke Section pada kanvas seperti pada Gambar 4.33, klik Done.

(18)

Gambar 4.30 Perintah Create Section

Gambar 4.31 Perintah Edit Section

Gambar 4.32 Perintah Assign Section

(19)

d. Create Section dan Assign untuk Truss Element

Pilih Create Section dan isikan nama Section yang dibuat pilih Category = Beam, dan Type = Truss seperti pada Gambar 4.34, selanjutnya akan muncul form Edit Section seperti Gambar 4.35, pilih nama material, klik

OK. Klik Assign Section seperti pada Gambar 4.36, pilih Cell yang akan dipasangkan ke Section pada kanvas seperti pada Gambar 4.37.

Gambar 4.34 Create Section Truss Element

Gambar 4.35 Masukan material baja dan luas penampang tulangan dengan Truss Element

(20)

Gambar 4.37 Masukan material baja dan luas penampang tulangan dengan Truss Element

4. Modul Mesh

Mesh merupakan fasilitas untuk melakukan pembagian dan penentuan tipe dari Element dari Part ataupun Assembly. Konvergensi dari analisis tergantung dari tingkat keteraturan dan kesesuaian elemen yang digunakan dengan geometrik struktur. Data kovergensi dalam penelitian ini tersaji dalam Tabel 4.8 untuk BU-1 dan Tabel 4.9 untuk BU-2, dari hasil konvergensi dipilih selisih yang kurang dari 5% untuk keakuratan data yang dipakai. Grafik hasil dari konvergensi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.38 pada BU-1 dan pada Gambar 4.39 pada BU-2. Dari data tersebut untuk BU-1 digunakan Mesh 70 dan untuk BU-2 digunakan Mesh 50. Langkah untuk menampilkan fasilitas Mesh pilih Mesh.

a. Mesh pada Solid Element

Mesh pada pada Solid Element dibuat dengan cara pilih module:mesh

kemudian pilih seed part, kemudian pada global seeds isi Approximate global size sesuai dengan ukuran mesh yang diinginkan kemudian pilih

OK seperti pada gambar 4.40. pilih mesh part untuk menampilkan mesh

yang dibuat kemudian pilih yes, selanjutnya pilih Assign Element Type

kemudian pilih part lalu done, akan muncul menu element type, pada bagian element library pilih explicit, dan pada bagian family pilih 3D Stress kemudian OK seperti pada gambar 4.41.

(21)

b. Mesh pada Truss Element

Mesh pada pada Truss Element dibuat dengan cara pilih module:mesh

kemudian pilih seed part, kemudian pada global seeds isi Approximate global size sesuai dengan ukuran mesh yang diinginkan kemudian pilih

OK seperti pada gambar 4.40. Pilih mesh part untuk menampilkan mesh

yang dibuat kemudian pilih yes, selanjutnya pilih Assign Element Type

kemudian pilih part lalu done, akan muncul menu element type, pada bagian element library pilih explicit, dan pada bagian family pilih truss

kemudian OK seperti pada gambar 4.42. Hasil akhir dari proses mesh ini dapat dilihat pada Gambar 4.43.

Tabel 4.8 Hasil konvergensi Benda Uji 1

No Mesh Jumlah Elemen Displacement Terbesar % 1 100 1200 264,919 21,15 2 90 1489 208,879 18,77 3 80 2204 169,674 3,40 4 70 2368 175,441 4,88 5 60 3072 166,881 48,06 6 50 4382 247,088

Tabel 4.9 Hasil konvergensi Benda Uji 2

No Mesh Jumlah Elemen Displacement Terbesar % 1 80 4479 5,8292 6,38 2 70 4908 5,4797 6,91 3 60 6404 5,12564 4,37 4 50 8580 4,91114 4,24 5 40 14628 4,71117 18,98 6 30 29279 3,95979

(22)

Gambar 4.38 Hasil konvergensi BU-1

Gambar 4.39 Hasil konvergensi BU-2

Gambar 4.40 Memasukkan ukuran Mesh

0 20 40 60 80 100 120 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 Dis p la cem ent T erbes a r Jumlah Elemen 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 Dis p la ce m ent T er bes a r Jumlah Elemen

(23)

Gambar 4.41 Menu element type pada Solid Element

Gambar 4.42 Menu element type pada Truss Element

Gambar 4.43 Mesh pada semua elemen benda uji

5. Modul assembly

Modul Assembly merupakan fasilitas yang memberikan tempat model untuk bisa dilakukan eksekusi analisis. Modul ini digunakan untuk menyatukan

(24)

semua benda uji dari beberapa Part menjadi satu kesatuan. Pada model ini pengerjaan yang pertama adalah tulangannya. Model ini terdapat beberapa menu untuk menghubungkan antara part yang satu dengan part yang lain. Menu yang dipakai antara lain adalah menu Linear Pattern untuk menggandakan misalnya pada tulangan utama dan tulangan sengkang, menu

Translate Instance untuk memindahkan part, menu Rotate Instance yang digunakan untuk merotasi part. Gambar 4.44 menunjukkan tulangan yang telah di assembly dan Gambar 4.45 adalah model keseluruhan dari part yang sudah di Assembly

Gambar 4.44 Model penulangan

Gambar 4.45 Model keseluruhan yang telah di Assembly

6. Modul step

Step merupakan fasilitas yang digunakan untuk menentukan algoritma iterasi numerik. Langkah untuk memulai pilih perintah Step klik Create, beri nama

(25)

Step, pilih General, “Static, General” seperti Gambar 4.45. Output analisis yang diiginkan dapat ditentukan dengan perintah Field Output Request Manager seperti Gambar 4.46.

Gambar 4.46 Menu Create Step

Gambar 4.47 Menu Edit Output Request

7. Modul interaction

Interaction merupakan fasilitas yang memberikan hubungan antar Part dalam suatu Assembly. Penelitian ini menggunakan interaksi Embedded Region

(26)

dengan Tie adjusted surface untuk menghubungkan grouting dengan balok dan kolom. Proses interaction dilakukan dengan memilih Create Constraint

pilih Embeded Region untuk menghubungkan antara beton dan tulangan sehingga bisa bersifat perfect bond seperti pada Gambar 4.48 dan Gambar 4.49. Tampilkan Part tulangan saja dengan cara klik View, Assembly Display Options, pilih Instance. Kemudian beri tanda ceklist pada daerah tulangan saja (Gambar 4.50). Pilih semua tulangan, klik Done, selanjutnya klik Select Region dari Part beton saja klik Done. Tampilan setelah dilakukan

Interaction pada beton dan tulangan dapat dilihat pada Gambar 4.51. Kemudian pada bagian grouting dengan balok kolom pilih CreateInteraction

pilih Surface-to-surface contact (Gambar 4.52) , lalu pilih master pada bagian semua sisi balok grouting dan bagian slave atau yang menempel pilih bagian permukaan yang akan menempel pada bagian master tadi. Ceklist pada Tie adjusted surface (Gambar 4.53). Tampilan setelah antar grouting dengan balok dan kolom dilakukan interaction dapat dilihat pada Gambar 4.54.

Gambar 4.48 Menu Create Constraint

Gambar 4.49 Pemilihan Embedded region untuk hubungan beton dan tulangan

(27)

Gambar 4.50 Menu untuk menampilkan tulangan

Gambar 4.51Tampilan setelah beton dan tulangan diberi hubungan Embedded region

Gambar 4.52 Menu Create Interaction untuk memilih Surface-to-surface contact

(28)

Gambar 4.53 Tampilan menu Edit Interaction

Gambar 4.54 Tampilan pada balok grouting setelah dilakukan Interaction

8. Modul load

Load merupakan fasilitas untuk memasukkan beban (Load) dan Boundary Condition. Pembebanan pada pengujian ini digunakan beban titik pada setiap ujung balok dan untuk tumpuan digunakan jepit-jepit. Beban yang diberikan untuk pengujian ini sebesar 40 kN untuk BU-1 dan 100 kN untuk BU-2. Langkah dalam memberi pembebanan adalah pilih Create Load untuk memberi nama beban, pada menu Create Load (Gambar 4.55) pilih

Concentrated force (Gambar 4.56) karena yang digunakan adalah beban titik. Isi pada kolom CF2 dengan beban yang akan dianalisis, CF2 dipilih karena beban menunjukkan arah vertikal dari titik yang dipilih (Gambar 4.57).

(29)

Kemudian untuk mengatur tumpuan pilih Create Boundary Condition

(Gambar 4.58), kemudian pilih Symmetry/Antisymmetry/Encastre (Gambar 4.59), pilih Encastre karena tumpuan yang diinginkan bernilai nol atau jenis tumpuan jepit (Gambar 4.60). Tampilan yang telah selesai diinput data beban dapat dilihat pada Gambar 4.61.

Gambar 4.55 Pemilihan menu Create Load

Gambar 4.56 Menu Create Load

(30)

Gambar 4.58 Pemilihan menu Create Boundary Condition

Gambar 4.59 Menu untuk memilih jenis tumpuan

Gambar 4.60 Menu Edit Boundary Condition untuk memilih tumpuan jepit

(31)

9. Modul Job

Job merupakan fasilitas untuk mengkonversi model menjadi file input yang selanjutnya akan dieksekusi secara numerik oleh ABAQUS. Prosedur yang dilakukan adalah pilih perintah Job, isikan nama Job dan klik Continue

(Gambar 4.62). Selanjutnya isikan masukan Job pada bagian Submission, dan

Memory seperti pada Gambar 4.63 dan Gambar 4.64 pilih OK. Untuk menjalankan analaisis numerik pilih Submit dari Job yang dipilih (Gambar 4.65). Untuk melakukan monitor progress analisis numerik pilih Monitor

(Gambar 4.66).

Gambar 4.62 Perintah Create Job

Gambar 4.63 Tampilan Submission pada Edit Job

(32)

Gambar 4.65 Tampilan Job yang selesai dibuat

Gambar 4.66 Tampilan Monitoring Job yang telah selesai running (Completed)

10.Modul Visualization

Visualization merupakan fasilitas untuk menampilkan keluaran analisis numerik secara grafis meliputi kontur tegangan, regangan, displacement, damage parameter, dan parameter output lainnya. Cara menampilakan perintah ini adalah klik Result pada form Job Manager seperti pada Gambar 4.67.

Gambar

Gambar 4.8 Viewport awal ABAQUS CAE 6.11-2
Gambar 4.17 Cara membuat Datum Plane
Gambar 4.21 Hasil Cell yang sudah terpartisi
Gambar 4.22 Mulai memasukkan data material
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan desain sirip komposit yang optimum dari segi biaya produksi, kekuatan struktur statik dan keta- hanan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengaruh keluarga, pengaruh teman dan pengaruh iklan dengan perilaku merokok pada remaja di SMP N

Penelitian Widyarini (2015) menyebutkan bahwa kualitas reviu dinilai berdasarkan pemenuhan komponen yang terdapat dalam Standar Reviu atas LKPD (Peraturan Menteri

Pada Gambar 3.1 dimisalkan membuat dua buah konstanta atau variabel dengan nama identifier nilai nilai dan X X yang masing-masing dapat digunakan untuk menyimpan

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien yang didiagnosis sebagai tuli mendadak oleh dokter spesialis THT-KL, sedangkan kriteria eksklusi adalah pasien yang

Para seniman tradisional mempunyai kedudukan sosial-ekonomis yang mantap, karena adat menjamin kebutuhan semua warga adat, sementara kegiatan seni hanya merupakan

Agar semuanya itu dapat terealisasikan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, maka metode pembelajaran yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan metode

Situ bekas galian pasir merupakan ekosistem perairan yang kurang mendapatkan perhatian, namun jika diamati memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai lahan budidaya, baik