• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBAHASAN. tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadiah atau investasi dana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PEMBAHASAN. tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadiah atau investasi dana"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

14 A. Pengertian Tabungan

Menurut Undang-undang Perbankan Syariah nomor 21 tahun 2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadiah atau investasi dana berdasarkan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.1

Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional NO 02/DSN-MUI/IV/2000, tabungan ada dua jenis, yaitu: pertama, tabungan yang tidak dibenarkan secara prinsip syariah yang berupa tabungan dengan berdasarkan perhitungan bunga. Kedua, tabungan yang dibenarkan secara prinsip syariah yakni tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah.2

Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat liquid, hal ini memberikan arti produk ini dapat diambil sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkan, namun bagi hasil yang ditawarkan kepada nasabah penabung kecil. Akan tetapi jenis penghimpunan dana tabungan merupakan produk penghimpunan yang lebih minimal biaya bagi pihak bank karena bagi hasil yang ditawarkannya pun kecil namun biasanya jumlah nasabah yang

1 M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasan Bank Syariah, (Bandung: Alfabeta,

2012) Cet. Ke-2, h. 34

2

(2)

menggunakan tabungan lebih banyak daripada produk penghimpunan yang lain.3

Ada beberapa alat penarikan tabungan, hal ini tergantung bank masing-masing atau menggunakan sarana yang mereka inginkan. Alat ini dapat digunakan sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Alat-alat yang dimaksud adalah sebagai berikut:4

a. Buku tabungan

Merupakan buku dipegang oleh nasabah, di mana berisi catatan saldo tabungan, penarikan penyetoran dan pembebanan-pembebanan yang mungkin terjadi. Buku ini digunakan saat penarikan sehingga dapat langsung mengurangi saldo yang ada di buku tabungan tersebut.

b. Slip penarikan

Merupakan formulir penarikan di mana nasabah cukup menulis nama, nomor rekening, jumlah uang serta tanda tangan nasabah untuk menarik sejumlah uang. Slip penarikan ini biasanya digunakan bersamaan dengan buku tabungan.

c. Kwitansi

Merupakan bukti penarikan yang dikeluarkan oleh bank yang fungsinya sama dengan slip penarikan, di mana tertulis nama penarik, nomor penarik, jumlah uang, dan tanda tangan penarik. Alat ini juga dapat digunakan secara bersamaan dengan buku tabungan.

3Ibid.

4 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet

(3)

d. Kartu yang terbuat dari plastik

Yaitu sejenis kartu kredit yang terbuat dari plastik yang dapat digunakan untuk menarik sejumlah uang dari tabungannya, baik bank maupun di mesin Automated Teller Machine (ATM). Mesin ATM ini biasanya tersebar di tempat-tempat yang strategis.

Berikut ini tujuan/manfaat tabungan, identifikasi risiko tabungan dan pengelolaan dana bank syariah:

a. Tujuan/Manfaat Tabungan 1) Bagi bank

a) Sumber pendanaan bank baik dalam Rupiah maupun valuta asing.

b) Salah satu sumber pendapatan dalam bentuk jasa dari aktivitas lanjutan pemanfaatan rekening tabungan oleh nasabah.

2) Bagi nasabah

a) Kemudahan dalam pengelolaan likuiditas baik dalam hal penyetoran, penarikan, transfer, dan pembayaran transaksi yang fleksibel.

b) Dapat memperoleh bonus atau bagi hasil.5 b. Identifikasi Risiko

1) Risiko likuiditas yang disebabkan oleh fluktuasi dana yang ada di rekening tabungan relatif tinggi dibandingkan deposito.

5 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Ed. 1, Cet

(4)

2) Risiko (commersial displacement risk) yang disebabkan oleh adanaya potensi nasabah memindahkan dananya yang didorong oleh tingkat bonus atau bagi hasil rill yang lebih rendah dari tingkat suku bunga.

3) Risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar untuk tabungan dalam valuta asing.6

c. Pengelolaan dana bank syariah

Pengelolaan dana bank syariah ialah usaha yang dilakukan lembaga bank syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang di terima dari aktivitas funding untuk disalurkan kepada aktivitas

finacing, dengan harapan bank mampu memenuhi kewajibannya. Sebagaimana bank konvensional bank syariah juga mempunyai peranan sebagai lembaga perantara (intermediary) antara satuan-satuan kumpulan masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana. Melalui bank, kelebihan dana-dana tersebut bisa disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.7

B. Pengertian Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata adhdharbu fi ardhi, yang artinya bepergian untuk urusan dagang. Firman Allah dalam surat 73 ayat 20, “Dan

6Ibid., h. 37

7 Syukri Iska, Sistem Perbankan Syariah di Indonesia dalam Perspektif Fikih Ekonomi,

(5)

sebagian dari mereka orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah”. Disebut juga qiradh yang bersal dari kata al-qardhu

yang berarti al-qath’u (potongan), karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan.8

Secara teknis mudharabah adalah kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak , sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional dari jumlah modal, yaitu oleh pemilik modal. Kerugian yang timbul disebabkan oleh kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.9

Berbagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah nisbah bagi hasil, yaitu proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank syariah. Misalnya, jika bank syariah menawarkan nisbah bagi hasil tabungan sebesar 70:30, itu artinya nasabah bank syariah akan memperoleh bagi hasil tabungan sebesar 70% dari return investasi yang dihasilkan oleh bank syariah melalui pengelolaan dana-dana masyarakat di sektor rill. Sementara itu bank syariah akan mendapatkan porsi bagi hasil sebesar 30%.10

8 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangn Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia, 2008),

Cet. Ke-1, h. 76

9 Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 173

10 Sri Indah Niken Sari, Perbankan Syariah Prinsip, Sejarah & Aplikasinya, (Semarang:

(6)

Nisbah (ratio) adalah besaran yang menjadi hak nasabah dibandingkan dengan bank pada proses distribusi bagi hasil11. Menghitung nisbah bagi hasil untuk produk pendanaan/simpanan bank syariah, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis prosuk simpanan, perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank. Hanya produk simpanan dengan skema investasi (mudharabah) yang mendapatkan return bagi hasil, sementara itu untuk produk simpanan dengan skema titipan (wadiah), return yang diberikan berupa bonus.12

Sedangkan menurut pengertian istilah fiqh mudharabah adalah sebagai berikut:13

a. Mazhab Hanafi

Mudharabah adalah akad atas suatu syarikat dalam keuntungan dengan mata uang tunai yang diserahkan kepada pengelola dengan mendapat sebagian dari keuntungannya jika diketahui dari jumlah keuntungannya.

b. Mazhab Syafi’i

Mudharabah adalah suatu akad yang memuat penyerahan modal kepada orang lain untuk mengusahakannya dan keuntungannya dibagi antara mereka berdua.

c. Mazhab Hambali

11Ibid., h. 150 12Ibid., h. 147-148

13 Muhamad, Teknik Bagi Hasil dan Margin Keuntungan pada Bank Syariah,

(7)

Mudharabah adalah penyerahan suatu modal tertentu dan jelas jumlahnya atau semaknanya kepada orang yang yang mengusahakannya dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya.

Inti mekanisme investasi bagi hasil pada dasarnya adalah terletak pada kerjasama yang baik antara shahibul maal dengan mudharib. Kerjasama merupakan karakter dalam masyarakat ekonomi Islam. Melalui mudharabah

kedua belah pihak yang bermitra tidak akan mendapatkan bunga tetapi mendapatkan bagi hasil .14

Mengapa dalam sistem ekonomi Islam menggunakan bagi hasil dan tidak menggunakan sistem bunga?. Pertanyaan ini cukup filosofi dan mendalam. Jawaban atas pertanyaan ini harus dikembalikan kepada ayat-ayat Al-Qur’an yang mendasarinya. Dasar pijakannya adalah:15

a. Doktrin kerja sama dalam ekonomi Islam dapat menciptakan kerja produktif sehari-hari dari masyarakat (lihat QS. 2: 190).

b. Meningkatkan kesejahteraan dan mencegah kesengsaraan sosial (QS. 3: 103;5: 3;9: 71,105).

c. Mencegah penindasan ekonomi dan distribusi kekayaan yang tidak merata (QS. 177: 16;69: 25-37;89: 17-20;107: 1-7).

d. Melindungi kepentingan ekonomi lemah (QS. 4: 5-10;74-76; 89: 17-26) e. Membangun organisasi yang berprinsip syarikat, sehingga terjadi proses

yang kuat membantu yang lemah (QS. 43: 32).

14 Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah,

(Yogyakarta: UII Press, 2004), h. 18

15

(8)

f. Pembagian kerja atau spesialisasi berdasarkan saling ketergantungan serta pertukaran barang dan jasa karena tidak mungkin berdiri sendiri (QS. 92: 8-10; 96: 6)

Dalam hal ini keuntungan secara mudharabah di bagi menurut kesepakatan yang dituang dalam kontrak. Apabila kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola, apabila kerugian itu diakibatkan oleh kecurangan pengelola maka si pengelola harus bertanggung jawab.16

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil :17 a. Faktor langsung

Di antara faktor-faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil (profit Sharing ratio).

1) Investment rate

Merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

2) Jumlah dana yang tersedia

Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk

16Ibid.

17 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema

(9)

diinvestasikan. Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.

3) Nisbah

a) Salah satu ciri-ciri mudharabah adalah nisbah yang ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.

b) Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda. c) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank

tabungan berjangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. d) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account

lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya. b. Faktor tidak langsung

1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah.

a) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang “dibagihasilkan” merupakan

pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya.

b) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenuesharing.

2) Kebijakan accounting

Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

(10)

Tabungan yang menerapkan akad mudharabah mengikuti prinsip-prinsip akad mudharabah. Di antaranya sebagai berikut:

a) Keuntungan dari dana yang digunakan harus harus dibagi antara

shahibulmaal (nasabah) dan mudharib (bank).

b) Adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan memutarkan dana itu diperlukan waktu yang cukup.18

C. Dasar Hukum 1. Al-Qur’an





















Artinya: 198. tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar Termasuk orang-orang yang sesat.(QS. Al-Baqarah:198)





Artinya :10. apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.(QS. Jumu’ah:10)

2. Al-Hadits

18

(11)

ﻦﺍﻜ

ﻴﺴ

ﺲﺎﺑﻌﻠﺍ

ﻦﺑ

ﺩﺑﻋ

ﺐﻠﻃﻣﻠﺍ

ﺍﺫﺇ

ﻊﻓﺩ

ﻞﺍﻣﻠﺍ

ﻂﺮﺘﺸﺍ ﺔﺒﺮﺍﻀﻣ

ﯽﻠﻋ

ﺎﺻ

ﻪﺒﺣ

ﻦﺃ

ﻚﻠﺴﻳﻻ

ﻪﺒ

ﺍﺮﺣﺒ

,

ﻞﺰﻧﻳﻻﻮ

ﻪﺒ

ﺪﺍﻮ

ﺍﻳ

ﻻﻮ

ﺮﺘﺸﻳ

ﻪﺒ

ﺔﺒﺍﺪ

ﺖﺍﺬ

ﺔﺒﻜ

,

ﻦﺍﻓ

ﻞﻌﻓ

ﻚﻠﺬ

ﻦﻣﻀ

,

ﻎﻠﺒﻓ

ﻪﻄﺮﺸ

,

ﻞﻮﺴﺮ

ﻪﻠﻠﺍ

ﻰﻠﺼ

ﻪﻠﻠﺍ

ﻪﻴﻠﻋ

ﻢﻠﺴﻮ

ﻩﺭﺎﺠﺄﻔ

.

)

ﻩﺍﻮﺭ

ﻦﺑﺍ

ﻪﺠﺎﻣ

ﻦﻋ

ﺐﻴﻬﺼ

(

Artinya : “Diriwayatkan dari Abbas bahwa Abbas bin Abdul Mutholib, jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengurungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah pun membolehkannya. (HR. Thabrani)”.

ﻞﺎﻗ

ﻞﻮﺴﺭ

ﻪﻠﻠﺍ

ﻰﺎﺼ

ﻪﻠﻠﺍ

ﻪﻴﻠﻋ

ﻡﻠﺴ

:

ﺚﻼﺜ

ﻦﻬﻴﻓ

ﺔﻜﺮﺑﻠﺍ

:

ﻊﻴﺑﻠﺍ

ﻰﻠﺇ

ﻞﺠﺃ

,

ﺔﺿﺮﺎﻘﻣﻠﺍﻮ

,

ﻄﻠﺨﻭ

ﺮﺑﻠﺍ

ﺮﻴﻌﺷﻠﺎﺑ

ﺖﻴﺑﻠﻠ

ﻊﻴﺑﻠﻠﻻ

)

ﻩﺍﻭﺮ

ﻦﺑﺍ

ﻪﺠﺎﻤ

ﻦﻋ

ﺐﻴﻬﺼ

(

Artinya : “Dan Shahih bin Shuaib ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli tidak secara tangguh, muqraradhah (mudharabah), dan mencampuradukkan dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah).

3. Ijma’

Imam Zailai dalam kitabnya Nasbu ar-Rayah telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadist yang dikutib Abu Ubaid.

Rasulullah SAW telah berhkotbah didepan kaumnya seraya berkata “wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta amanah yang ada di tangan kalian, jangan didiamkan sehingga termakan oleh zakat.19

19 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Islam, (Yogyakarta: UUI Press,

(12)

Indikasi dari hadist ini adalah apabila menginvestasikan harta anak yatim secara mudharabah sudah di anjurkan, apalagi mudharabah dalam harta sendiri. Adapun pengertian zakat di sini adalah seandainya harta tersebut di investasikan maka zakatnya akan diambil dari return on investment (keuntungan) bukan dari modal. Dengan demikian harta amanat tersebut akan senantiasa berkembang bukan berkurang.20

D. Rukun dan Syarat Mudharabah

Rukun dari akad mudharabah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu:21

1. Pelaku akad

Yaitu shahibul maal (pemodal) adalah pihak yang memiliki modal tetapi tidak bisa berbisnis, dan mudharib (pengelola) adalah pihak yang pandai berbisnis, tetapi tidak memiliki modal.

2. Objek akad

Yaitu modal (maal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh).

3. Sighat, yaitu Ijab dan Qabul

Syarat-syarat mudharabah adalah sebagai berikut:22 1. Pemodal dan pengelola

a. Pemodal dan pengelola harus mampu melakukan transaksi dan sah secara hukum.

20Ibid.

21 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2007), h.

62

22

(13)

b. Keduanya harus mampu bertindak sebagai wakil dan kafil dari masing-masing pihak.

c. Shigat yang dilakukan bisa secara eksplisit dan implisit yang menunjukkan tujuan akad.

d. Sah sesuai dengan syarat-syarat yang diajukan dalam penawaran, dan akad bisa dilakukan secara lisan atau verbal, secara tertulis maupun ditandatangani.

2. Modal

Modal adalah sejumlah uang yang diberikan oleh penyedia dana kepada pengelola untuk tujuan menginvestasikannya dalam aktivitas

mudharabah. Untuk itu, modal disyaratkan harus:

a. Dinyatakan dengan jelas jumlah dan jenisnya (yaitu mata uang). Apabila modal berbentuk barang, maka barang tersebut harus dihargakan dengan dengan harga semasa dalam uang yang beredar (atau jenisnya)

b. Harus berbentuk tunai bukan piutang (namun sebagian ulama membolehkan modal mudharabah berbentuk aset peradangan, misalnya inventory).

c. Harus diserahkan kepada mudharib untuk memungkinkannya melakukan usaha.

3. Keuntungan23

23

(14)

Yaitu keuntungan harus jelas ukurannya dan keuntungan harus dengan pembagian yang disepakati kedua belah pihak.

E. Jenis-Jenis Akad Mudharabah

Secara garis besar , mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut:

1. MudharabahMuthlaqah

Merupakan akad perjanijian antara dua pihak yaitu shahibulmaal

dan mudharib, yang yang mana shahibulmaal menyerahkan sepenuhnya atas dana yang diinvestasikan kepada mudharib untuk mengelola usahnya sesuai dengan prinsip syariah.24 Shahibul maal tidak memberikan batasan atas dana yang diinvestasikannya. Mudharib diberi wewenang penuh mengelola dana tersebut tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha, dan jenis pelayanannya.25

Mudharabah muthlaqah adalah akad mudharabah di mana

shahibulmaal memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mudharib) dalam mengelola investasinya (PAPSI, 2003). Jenis investasi

mudharabah muthlaqah dalam aplikasi perbankan syariah dapat ditawarkan dalam produk tabungan dan deposito.26

Ketentuan umum dari produk ini adalah:27

24

Ismail, Perbankan Syariah, (Kencana: Prenada Media Group, 2011), h. 86

25 Muhammad Syafi’i Antonio, op.cit., h. 150 26 Ismail, loc.cit.

27 Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

(15)

a. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah

dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan/atau pembagian keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut dicantumkan dalam akad.

b. Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan serta kartu ATM dan atau alat penarikan lainnya kepada penabung. Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau bilyet deposito kepada

doposan.

c. Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati.

d. Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif.

e. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

2. Mudharabah Muqayyadah

Merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan pihak kedua sebagai pengelola dana (mudharib). Shahibul maal menginvestasikan dananya

(16)

kepada mudharib dan memberi batasan atas penggunaan dana yang diinvestasikannya. Batasannya antara lain tentang:

a. Tempat dan cara bertransaksi b. Jenis investasi

c. Objek investasi d. Jangka waktu28

Mudharabah muqayyadah terbagi atas 2 yaitu:29

a. Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet

Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus di mana pemilik modal dapat dapat menerapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank.

Karakteristik jenis simpanan ini:

1) Pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank.

2) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai

nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan.

3) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lain.

b. Mudharabah Muqayyadah off Balance sheet

Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana

mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana

28 Ismail, op.cit., h. 87

29 Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Pricing di Bank Syariah, (Yogyakarta:

(17)

dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksana usahanya.

Karakteristiknya:

1) Sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti simpanan khusus.

2) Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya.

3) Rekening khusus dicatat pada pos tersendiri dalam rekening administratif.

4) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak diamanatkan oleh pemilik dana.

5) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak 6) Antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi

hasil.

F. Metode Perhitungan Bagi Hasil

Metode perhitungan bagi hasil menggunakan dua metode yaitu metode

revenue sharing dan metode profit/loss sharing:30 1. Bagi hasil dengan menggunakan Revenue Sharing

Dasar perhitungan bagi hasil yang menggunakan revenue sharing

adalah perhitungan bagi hasil yang di dasarkan atas penjualan dan/atau pendapatan kotor atas usaha sebelum dikurangi dengan biaya. Bagi hasil

30

(18)

dalam revenue sharing dihitung dengan mengalikan nisbah yang telah disetujui dengan pendapatan bruto.

Contoh berikut untuk mempermudah penjelasan:

Nisbah yang telah ditetapkan adalah 10% untuk bank dan 90% untuk nasabah. Dalam hal bank sebagai mudharib dan nasabah sebagai shahibul maal, bila bank syriah memperoleh pendapatan Rp. 10.000.000,- maka bagi hasil yang diterima oleh bank adalah:

= Nisbah x Pendapatan Bank = 10% x Rp. 10.000.0000,- = Rp. 1.000.000,-

Dan bagi hasil yang diterima oleh nasabah adalah: = Nisbah x Pendapatan Bank

= 90% x Rp. 10.000.0000,- = Rp. 9.000.000,-

Pada umumnya bagi hasil terhadap investasi dana pihak ketiga menggunakan revenue sharing.

2. Bagi hasil dengan menggunakan Profit /Loss Sharing

Dasar perhitungan bagi hasil dengan menggunakan profit/loss sharing merupakan bagi hasil yang dihitung dari laba/rugi usaha. Kedua pihak, bank syariah maupun nasabah akan memperoleh keuntungan atas hasil usaha mudharib dan nasabah ikut menanggung kerugian bila usahanya mengalami kerugian.

(19)

Dalam contoh tersebut, misalnya total biaya Rp. 9.000.000,- maka:

a. Bagi hasil yang diterima oleh nasabah adalah Rp. 900.000,- (90% x (Rp. 10.000.000,- – Rp. 9.000.000,-)).

b. Bagi hasil untuk bank syariah sebesar Rp. 100.000,- (10% x (Rp. 10.000.000,- – Rp. 9.000.000,-)).

Referensi

Dokumen terkait

Ketika link yang dibuat dengan menggunakan nama- nama dari Route yang ada, secara otomatis Laravel akan membuat URI yang sesuai.. • Restful Controllers , memberikan sebuah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan LRB yang dapat diterapkan di UINSA dan besar prosentase LRB dalam mereduksi beban drainase dengan

Oleh karena itu perlu dilakukan isolasi vanilin dari buah vanili untuk digunakan sebagai bahan dasar sintesis dan modifikasi struktur vanilin menjadi vanililaseton, divanililaseton

Taman & Hyun (2003, dalam Marziana et al., 2009), menyatakan bahwa pendidikan pajak adalah salah satu alat yang efektif untuk mendorong wajib pajak untuk lebih patuh.

Setelah penelitian dilakukan berdasarkan data-data yang didapatkan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Sebelum terjadi perlawanan Keratuan Islam

- Memberikan informasi kepada apotek mengenai interaksi obat pada peresepan penyakit kulit dan kelamin yang diberikan kepada pasien di Apotek Kimia Farma “X”

Puji dan syukur penuis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah meimpahkan karunia-Nya berupa imu pengetahuan, kesehatan dan petunjuk, sehingga skripsi dengan

Venancio et al pada tahun 2012 dalam penelitiannya mengemukakan bahwa kurang tidur akan memicu kelainan hormonal, karena menyebabkan sindrom metabolik, yang dapat