108 BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa komitmen Pemerintah Kabupaten Sleman
untuk meningkatkan akses publik terhadap informasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah masih cukup rendah. Komitmen Pemkab Sleman baru hanya
sampai pada pembentukan peraturan bupati tentang pedoman pengelolaan
informasi dan dokumentasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman dan
penetapan Pejabat Pengelola Informasi Dan Dokumentasi (PPID). Dan dalam
pelaksanaannya pun PPID tidak berfungsi secara optimal dalam
mengimplementasikan kebijakan keterbukaan informasi publik, terutama pada
PPID Pembantu yang ada di setiap SKPD/organisasi dan perangkat pemerintahan
di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman. Rendahnya komitmen tersebut
terlihat dari beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Upaya peningkatan akses publik terhadap informasi penyelenggaraan
pemerintahan melalui pelayanan informasi publik sebagaimana yang
diamanahkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik belum begitu optimal dilakukan. Pada PPID Pembantu,
pelayanan informasi publik belum dianggap atau dijadikan sebagai bagian
dari pelayanan publik. Hal ini terlihat dari tidak adanya standar operasional
prosedur (SOP) pelayanan informasi publik dihampir semua PPID Pembantu
yang dapat mengakibatkan mekanisme pelayanan informasi publik menjadi
109
pemerintahan (informasi publik) masih sangat terbatas. Informasi publik
belum ditetapkan mana informasi publik yang bersifat terbuka (dapat diakses)
oleh publik dan informasi yang bersifat dikecualikan. Informasi publik yang
bersifat terbuka pun belum diklasifikasikan berdasarkan kategorinya yakni
terkait informasi yang wajib disediakan/diumumkan secara berkala, informasi
yang wajib diumumkan secara serta-merta, dan informasi yang wajib tersedia
setiap saat. Terbatasnya informasi publik tersebut, selain belum menjadi
prioritas PPID Utama dalam menyusun daftar informasi publik, juga
disebabkan belum kooperatifnya PPID Pembantu dalam mengusulkan daftar
kualifikasi informasi publik di instansinya masing-masing.
2. Website Pemerintah Kabupaten Sleman dan seluruh subdomain website
SKPD/Organisasi dan perangkat daerah di lingkungan Pemerintahan Daerah
Kabuapaten Sleman belum digunakan secara maksimal sebagai sarana untuk
mendukung implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik. Fakta
tersebut menunjukkan bahwa website sebagai media strategis dalam proses
penyelenggaraaan pemerintahan, khususnya dalam memberikan informasi
publik kepada masyarakat masih belum menjadi perhatian dari pemerintah
daerah. Hal tersebut terlihat dari beberapa fakta sebagai berikut.
Pertama, meskipun hampir seluruh SKPD/organisasi dan perangkat
pemerintahan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman telah memiliki
website, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua website instansi tersebut
dapat diakses. Dari 45 subdomain website SKPD, hanya 32 webiste instansi
110
lainya atau sekitar 29 persen tidak dapat diakses. Selain beberapa website
yang tidak dapat diakses tersebut, terdapat beberapa instansi yang sama sekali
tidak memiliki website. Menariknya, website instansi yang sangat erat
kaitannya dengan transparansi di sektor anggaran atau pengelolaan keuangan
daerah yakni Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) dan
Dinas Pendapatan Daerah Pemkab Sleman, sama sekali tidak memiliki
website untuk dapat diakses oleh publik.
Kedua, karakteristik informasi website belum mengakomodir jenis-jenis
informasi publik sebagaimana yang diamanahkan UU KIP. Meskipun
demikian, sebagian informasi publik di website Pemkab Sleman
(http://www.slemankab.go.id) pada umumnya sebagian telah tersedia. Hal ini
disebabkan karena pada waktu Pemkab Sleman membangun website,
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik dan Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2008 Tentang
Standar Layanan Informasi Publik belum berlaku secara efektif.
Ketiga, informasi mengenai adanya pelayanan informasi publik masih sangat
minim. Informasi tentang adanya pelayanan informasi publik hanya ditemui
pada website PPID Utama. Sedangkan pada semua website PPID Pembantu
hampir sama sekali tidak ditemukan adanya informasi mengenai pelayanan
informasi tersebut. Hal ini akan mengakibatkan publik tidak mengetahui bahwa mereka memiliki “hak untuk tahu” atas informasi dan
dokumen-dokumen terkait penyelenggaraan pemerintahan yang telah dijamin oleh
111
3. Tantangan utama dalam upaya meningkatkan akses publik terhadap informasi
penyelenggaraan pemerintahan daerah di Kabupaten Sleman adalah pada
aspek kesiapan aparat pemerintah. Meskipun seluruh SKPD/Organisasi di
lingkungan Pemkab Sleman telah memiliki PPID, namun persoalan
terbatasnya SDM dan rendahnya pemahaman aparat terhadap substansi dari
kebijakan menjadi penyebab ketidaksiapan aparat dalam
mengimplementasikan kebijakan keterbukaan informasi publik. Baik PPID
Utama dan seluruh PPID Pembantu Pemkab Sleman dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya dibidang layanan informasi publik belum didukung oleh
aparat secara khusus. Sehingga sampai saat ini untuk menjalankan tugas dan
fungsi ke-PPID-an menggunakan aparat yang sebelumnya juga telah memiliki
tugas pokok pada aspek lain.
Kurang siapnya aparat juga terlihat dari rendahnya pemahaman aparat
terhadap substansi kebijakan keterbukaan informasi publik. Hanya aparat di
Bagian Humas (PPID Utama) saja yang begitu memahami substansi
kebijakan karena posisinya sebagai leading sector implementasi kebijakan
keterbukaan informasi publik di Kabupaten Sleman. Sedangkan pada SKPD
(PPID Pembantu) secara umum belum begitu memahami substansi kebijakan
keterbukaan informasi publik. Puncak kurang siapnya aparat pemerintah
terbukti dari adanya pemahaman bahwa isu keterbukaan informasi publik
belum menjadi salah satu agenda prioritas dan anggapan bahwa kebijakan ini
menciptakan pekerjaan tambahan, membuat implementasi kebijakan
112
4. Minimnya dukungan anggaran menjadi tantangan berikutnya dalam upaya
meningkatkan akses publik terhadap informasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah di Kabupaten Sleman. Besarnya tugas dan kewajiban
setiap badan publik dalam kebijakan keterbukaan informasi publik menuntut
dukungan anggaran yang maksimal. Namun, Pemerintah Kabupaten Sleman
hingga saat ini belum menganggarkan secara khusus kegiatan pelayanan
informasi publik sebagai bagian dari implementasi kebijakan keterbukaan
informasi publik di dalam APBD Kabupaten Sleman. Anggaran yang tersedia
hanya diperuntukkan untuk kegiatan-kegiatan yang lebih bersifat operasional
seperti koordinasi antara PPID dan PPID-P, sosialisasi dan kegiatan
perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan kebijakan keterbukaan informasi
publik. Sedangkan dukungan anggaran untuk pengembangan sistem
pelayanan informasi publik, penyediaan sarana dan prasarana, serta SDM
dibidang layanan informasi publik sama sekali tidak ada. Minimnya
dukungan anggaran yang dialokasikan untuk kebijakan keterbukaan informasi
publik semakin membuktikan bahwa isu keterbukaan informasi publik belum
begitu menjadi perhatian dan agenda prioritas Pemerintah Kabupaten Sleman.
5. Tantangan yang terakhir dalam upaya meningkatkan akses publik terhadap
informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah di Kabupaten Sleman adalah
sosialisasi kebijakan keterbukaan informasi publik yang masih terbatas.
Hingga saat ini sosialisasi hanya dilakukan pada internal lingkungan Pemkab
Kabupaten Sleman, sedangkan sosialisasi kepada masyarakat sebagai salah
113
langsung maupun secara tidak langsung oleh Pemkab Sleman. Masih bersifat
terbatasnya sosialisasi kepada masyarakat tersebut akan menutup peluang
bagi publik untuk turut berpartisipasi aktif guna mendukung keberhasilan
implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik di Kabupaten Sleman.
5.2 Saran
Dari kesimpulan-kesimpulan di atas, maka dalam penelitian ini penulis
mengajukan beberapa saran dalam upaya meningkatkan akses publik terhadap
informasi penyelenggaraan pemerintahan. Saran – saran yang dapat penulis
sampaikan dalam hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diperlukan komitmen yang tinggi oleh pemerintahan yang baru Jokowi – JK
untuk melanjutkan kebijakan-kebijakan upaya peningkatan akses terhadap
informasi publik dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang terbuka
(open government). Mengingat kebijakan keterbukaan informasi publik ini
lahir di era pemerintahan sebelumnya dan Indonesia adalah salah satu perintis
atau inisiator dari 8 negara gerakan global Open Government Partnership
(OGP). Keberhasilan Indonesia menjadi pemerintahan yang terbuka (open
government) ditentukan oleh bagaimana seluruh badan publik dalam hal ini
pemerintahan daerah untuk turut memiliki komitmen yang besar terhadap isu
ini. Oleh karena itu, pemerintah pusat perlu lebih mendorong pemerintah
daerah untuk berusaha meningkatkan akses publik terhadap informasi
114
2. Diperlukan upaya yang lebih serius dan strategis untuk meningkatkan
pengetahuan serta pemahaman pemerintah daerah melalui penguatan
kapasitas terhadap substansi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik.
Upaya pemberian pemahaman diarahkan terhadap urgensi dari kebijakan itu
sendiri sehingga pemerintah daerah dapat lebih memahami apa yang menjadi
tujuan, ide atau gagasan substansial dari kebijakan Keterbukaan Informasi
Publik. Bahwa kebijakan keterbukaan informasi publik pada hakikatnya
adalah sebuah upaya pemenuhan hak asasi warga untuk tahu (the right to
know) terhadap informasi penyelenggaraan pemerintahan yang telah dijamin
oleh konstitusi.
3. Dalam proses implementasinya di Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman,
terdapat beberapa saran sebagai berikut. Pertama, di perlukan standar
operasional prosedur (SOP) Pelayanan Informasi Publik di seluruh SKPD.
Hal ini akan membuat mekanisme atau cara memperoleh informasi publik
menjadi jelas sehingga proses pelayanan informasi publik berjalan dengan
efektif dan efisien. Kedua, PPID Pembantu yang ada disetiap SKPD harus
lebih kooperatif kepada PPID Utama terutama dalam hal penyampaian
laporan layanan informasi publik dan pengusulan daftar informasi publik
yang dikecualikan di instansinya. Ketiga, pemerintah daerah perlu
meningkatkan komitmennya untuk dapat mengembangkan website dan
seluruh subdomain website SKPD agar menjadi media akses yang lebih
memadai dalam mendukung implementasi kebijakan keterbukaan informasi
115
bersifat formalitas, akan tetapi yang paling utama adalah informasi yang
bersifat substantif menyangkut penyelenggaraan pemerintahan. Disamping itu
untuk efektiftas implementasi kebijakan KIP, Bidang Kominfo dan Bagian
Humas Setda Pemkab Sleman harus terintegrasi dalam proses pengembangan
sistem pelayanan informasi publik. Keempat, diperlukan dukungan anggaran
yang proporsional sesuai dengan besarnya tugas dan kewajiban pemerintah
daerah dalam implementasi kebijakan KIP. Selain anggaran untuk operasioanl
implementasi kebijakan KIP, dukungan anggaran untuk pengembangan
sistem pelayanan informasi publik, SDM dan infrastruktur juga diperlukan.
Kelima, diperlukan jangkauan sosialisasi kebijakan keterbukaan informasi
publik secara meluas kepada masyarakat dan bukan hanya pada lingkungan
internal pemerintahan daerah saja. Sosialisasi dilakukan baik secara langsung
maupun melalui berbagai media yang ada seperti media cetak, siaran radio