• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI SURVIVAL ANAK TERLANTAR DI KOTA SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI SURVIVAL ANAK TERLANTAR DI KOTA SURABAYA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 1

STRATEGI SURVIVAL ANAK TERLANTAR

DI KOTA SURABAYA

Disusun oleh :

Nindyana Rikha Awalia

071411431009

PROGRAM STUDI S1

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(2)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2

STRATEGI SURVIVAL ANAK TERLANTAR

DI KOTA SURABAYA

Nindyana Rikha Awalia NIM. 071411431009

Email : nindyanarikha@gmail.com

Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya Semester Genap Tahun 2017/2018

ABSTRAK

Studi ini dilatarbelakangi oleh banyaknya anak-anak terlantar yang terlihat dari naiknya angka anak terlantar di Kota Surabaya mulai tahun 2013 hingga tahun 2015 dan kerentanan akan pemanfaatan atau eksploitasi yang akan menimpa anak-anak baik anak laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, studi ini mengambil fokus masalah kondisi sosial ekonomi dan strategi survival yang dikembangkan anak terlantar di Kota Surabaya yang diinterpretasi menggunakan teori penelantaran anak oleh Polansky dan Cynthia Crosson Tower serta teori strategi survival rumah tangga miskin dari Moser.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Penentuan informan menggunakan teknik snowball dengan kriteria usia anak yang terlantar 12 – 18 tahun. Proses pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara mendalam. Informan yang diperoleh sebanyak delapan informan, yang terdiri dari anak-anak terlantar, pendamping forum anak yang sekaligus tetangganya, dan satgas PPA setempat.

Hasil penelitian ini adalah anak terlantar di Kota Surabaya memiliki kondisi sosial ekonomi direpresentasi kondisi perekonomian yang miskin, pendidikan rendah, hubungan orang tua dan anak kurang baik, dan kegiatan sehari-hari yang kurang bermanfaat. Dalam pemenuhan kebutuhan tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan keperluan sehari-hari, anak terlantar melakukan strategi yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi sosial ekonomi mereka. Anak terlantar melakukan strategi dengan mengelola dan memanfaatkan aset keluarga, aset modal sosial dan aset tenaga kerja.

(3)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 3 ABSTRACT

The study was motivated by the many neglected children were seen from the increasing number of neglected children in Surabaya from 2013 and 2015 and will be exploiting vulnerabilities or exploits that will befall children of both boys and girls. Therefore, this study took the focus problems of socio-economic conditions and survival strategies developed by neglected children in Surabaya were interpreted using the theory of child neglect by Polansky and Cynthia Crosson Tower and the theory of poor household survival strategies from Moser.

This study is a descriptive study using a qualitative approach. Determination of informants using snowball technique with age criteria of children who are displaced 12-18 years. The process of collecting data through in-depth interviews. The informant who obtained eight informants, consisting of neglected children, ompanion of neighboring children's forum and neighbors, and local PPA taskforce.

The result of this research is neglected children in Surabaya has represented by socioeconomic conditions, poor economic conditions, low education, parent and child relationship is not good, and daily activities are less useful. In fulfillment of the needs of shelter, education, health and daily necessities, neglected children perform different strategies according to their socio-economic conditions. Neglected children strategize to manage and take advantage of the family's assets, the assets of social capital and labor inputs.

Keywords: neglected child, survival strategy.

A.Pendahuluan

Anak-anak merupakan kelompok

yang memiliki banyak sisi

kerentanan jika mereka tidak

mendapatkan perlindungan dari

orang dewasa, masyarakat maupun

lingkungannya. Kurangnya

pengalaman sosial yang dimiliki

anak, maka otomatis anak-anak tidak

mampu mengetahui pihak-pihak

mana yang terindikasi akan mampu

memperlakukan salah terhadap

mereka dan mana yang mampu

menolong mereka dalam

berkehidupan di masyarakat. Namun,

seringkali terjadi bahwa isu-isu anak

sering kali terabaikan dan tidak

diprioritaskan oleh publik. Isu anak

sering kali tidak diperhatikan dan

(4)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 4 lainnya. Isu anak khususnya

penelantaran anak baru akan menjadi

perhatian publik karena dua faktor

yaitu1 :

a. Tatkala korban yang

ditelantarkan mengalami

perlakuan yang buruk,

menderita luka serius, kondisi

memprihatinkan, atau pada

saat korban meninggal dunia.

b. Tindakan penelantaran yang

dilakukan mulai masuk ke

wilayah tindak kriminal,

sehingga tidak lagi pantas

dibiarkan terus berlangsung.

Menurut UU No.23 tahun

2002, pengertian anak terlantar

adalah anak yang berusia 5-18 tahun

yang bukan sekedar karena ia sudah

1

Sinung D. Kristanto Penelantaran Anak :

Embrio Terjadinya Child Abuse - dalam Sri

Sanituti dan Bagong Suyanto. 2001.

Anak-anak yang dilanggar haknya. Surabaya:

Lutfansah Mediatama.

tidak lagi memiliki salah satu atau

kedua orang tua, tetapi juga karena

beberapa kemungkinan seperti orang

tua yang miskin atau tidak mampu,

salah satu dari kedua orang tuanya

sakit, orang tua atau wali yang

mengasuh meninggal, keluarga tidak

harmonis sehingga tidak dapat

terpenuhi kebutuhan dasarnya

dengan wajar baik secara jasmani,

rohani maupun sosialnya.

Anak terlantar sesungguhnya

adalah anak-anak yang termasuk

kategori anak rawan atau anak-anak

yang membutuhkan perlindungan

khusus (children in need of

protection). Seorang anak dikatakan

terlantar, bukan sekedar karena ia

tidak lagi memiliki salah satu orang

tua atau kedua orang tuanya. Tetapi,

terlantar disini juga dalam pengertian

ketika hak-hak anak untuk tumbuh

(5)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 5 memperoleh pendidikan yang layak,

dan untuk memperoleh pelayanan

kesehatan yang memadai, tidak

terpenuhi karena kelalaian

ketidakmengertian orang tua,

ketidakmampuan atau

ketidaksengajaan. Seorang anak yang

kelahirannya tidak dikehandaki,

misalnya, mereka umumnya sangat

rawan untuk ditelantarkan dan

bahkan diperlakukan salah (child

abuse)2.

Perilaku penelantaran anak

tidak hanya melanggar hak anak

karena kelalaian, ketidakmampuan,

ketidakmengertian ataupun

ketidaksengajaan orang tua, tetapi

juga menjadi lebih ekstrem yaitu

membuang anak di tempat-tempat

yang tidak terduga seperti hutan,

selokan, tempat sampah, pinggir

2

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial

Anak Edisi Revisi. Jakarta : Kencana

jalan, dan tempat-tempat yang

lainnya. Seolah dengan membuang

anak adalah sebuah tindakan yang

mampu menghapus aib orang tua dan

menyelesaikan masalah secara

praktis.

Jalan pintas inilah yang

sering kali dipakai oleh para orang

tua dan calon orang tua yang kurang

mempunyai kesiapan ekonomi,

sosial, dan psikologis. Hal inilah

yang menjadi salah satu faktor dari

kesekian faktor penyebab angka anak

terlantar di Kota Surabaya cukup

tinggi dan tidak stabil. Angka anak

terlantar di Kota Surabaya menurut

data BPS Kota Surabaya mengalami

fluktuasi. Angka anak terlantar

mengalami penurunan mulai tahun

2005 hingga tahun 2012. Namun,

berita baik ini tidak berlangsung

lama karena pada tahun 2013 hingga

(6)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 6 Surabaya kontinu mengalami

kenaikan. Tren data yang demikian,

maka ada kemungkinan beberapa

faktor yang bervariasi sebagai

penyebab terjadinya penelantaran

pada anak khususnya di wilayah

Surabaya.

Menurut Bagong Suyanto,

kondisi anak terlantar di Surabaya

saat ini bermacam-macam yang

disebabkan oleh faktor latar belakang

anak terlantar tersebut yang

bervairasi. Kebanyakan anak

terlantar yang disebabkan oleh tidak

memiliki orang tua, maka akan

tinggal dengan kerabat dekat mereka.

Sebagian anak yang terlantar,

terutama anak yatim atau yatim

piatu, umumnya mereka tinggal di

panti dan hidup di bawah asuhan

pengelola panti. Tetapi, di Surabaya

sebagian anak yang terlantar diduga

juga banyak yang masih tinggal

diluar panti : hidup di bawah

pengasuhan orang tua atau

kerabatnya, tetapi bukan jaminan

bahwa kelangsungan dan upaya

pemenuhan hakanya sebagai anak

benar-benar terjamin. Bagi

anak-anak yang terlantar, apa yang

menjadi kebutuhan mereka

sebenarnya bukan sekedar

memperoleh perlindungan dan

terpenuhi kebutuhan dasarnya, tetapi

yang tak kalah penting adalah

bagaimana mereka dapat

memperoleh jaminan untuk tumbuh

kembang secara wajar3.

Kondisi yang demikian

menjadikan anak terlantar memiliki

kerentanan untuk diperlakukan salah

oleh berbagai pihak. Kerentanan

tersebutlah yang mampu

menghantarkan anak terlantar

3

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial

(7)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 7 menjadi anak jalanan, pekerja anak,

dieksploitasi tenaga maupun

seksualnya, dan pemanfaatan lainya

oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab. Sedangkan, anak

terlantar pada dasarnya sama dengan

anak-anak lainnya yang juga

mempunyai hak-hak yang harusnya

dipenuhi oleh orang tua/keluarga,

lingkungan masyarakat, dan negara

karena dengan diperolehnya

hak-haknya, maka anak mampu

memperoleh bekal untuk dirinya baik

secara kesehatan, pengalaman sosial,

psikis, ilmu pengetahuan dan

ekonomi dalam rangka

mempersiapkan hidupnya di masa

depan.

Oleh karena itu, peneliti

ingin melihat strategi survival anak

terlantar dengan terlebih dahulu

mengetahui latar belakang mereka

sebagai informasi kondisi awal anak

terlantar tersebut.

B.Fokus Penelitian

1. Bagaimanakah gambaran kondisi

sosial ekonomi anak-anak

terlantar di Kota Surabaya?

2. Bagaimana strategi yang

dikembangkan oleh anak terlantar

untuk mempertahankan hidup di

Kota Surabaya?

C.Kerangka Teori

Dalam rangka menganalisis

penelantaran melalui kondisi sosial

ekonomi anak, peneliti menggunakan

teori penelantaran anak oleh

Polansky. Polansky. Polansky, Hally,

dan Polansky menyebutkan bahwa

pengabaian anak (anak terlantar)

dapat didefinisikan sebagai kondisi

dimana juru kunci yakni orang tua

(8)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 8 jawab atas anak baik secara sengaja

atau dengan kehebatan yang luar

biasa mengizinkan anak tersebut

untuk mengalami penderitaan saat ini

yang ada dan / atau gagal untuk

menyediakan satu atau lebih bahan

yang secara umum dianggap

bermanfaat untuk mengembangkan

fisik, intelektual, dan kapasitas

emosional anak. 4

Dalam isu penelantaran anak

dikenal dengan berbagai penyebab.

Polansky mengelompokkan

penyebab penelantaran menjadi 4

sub besar yaitu penyebab ekonomi,

penyebab ekologi, penyebab

sosial/masyarakat dan penyebab

individual.5

Kemudian dalam

menganalisis strategi survival yang

4

Dalam-Crosson-Tower, Cynthia. 2008.

Understanding Child Abuse and Neglect.

Boston : Allyn and Bacon.

5 ibid

dikembangkan oleh anak terlantar,

peneliti menggunakan teori strategi

bertahan hidup rumah tangga miskin

oleh Moser. Moser membuat

kerangka analisis yang disebut The

Asset Vulenrability Framework.

Dalam kerangka ini dijelaskan,

bahwa strategi bertahan hidup rumah

tangga keluarga miskin dalam usaha

untuk merubah kondisi

perekonomian meliputi berbagai

pengelolaan aset, antara lain (1) aset

tenaga kerja (labour assets) (2) aset

modal manusia (human capital

assets) (3) aset produktif (productive

assets) (4) aset relasi rumah tangga

atau keluarga (household relation

assets) (5) aset modal sosial (social

capital assets)6.

6

(9)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 9

D.Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan tipe

penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif, dimana

bermaksud memahami fenomena

tentang apa yang dialami dan yang

telah dilakukan oleh subjek

penelitian secara holistik (utuh) dan

memberikan gambaran umum

tentang suatu realitas sosial yang ada

di masyarakat secara lengkap dan

terinci.

Teknik Penentuan Informan

pada penelitian ini menggunakan

teknik snowball. Teknik ini

digunakan untuk menggali informasi

dalam penelitian ini dari informan

secara bertahap akan diperoleh

informan subjek, informan kunci,

dan informan non subjek. Selain itu

teknik snowball, peneliti juga

menentukan informan dengan

beberapa kriteria yakni anak berusia

12 – 18 tahun dengan latar belakang

salah satu atau lebih dari bentuk

penelantaran anak yang dialami baik

penelantaran secara ekonomi,

pendidikan, maupun pengawasan

atau kasih sayang orang tua. Kriteria

usia ini dipilih karena dalam usia ini,

anak sudah mampu untuk

berkomunikasi dan mengerti dengan

pertanyaan-pertanyaan yang akan

ditanyakan kepadanya serta, dengan

batasan usia tersebut anak sudah

mampu dengan jelas bercerita

tentang penelantaran anak dan kisah

hidupnya. Sedangkan untuk

pengumpulan data dalam

penelitian ini yakni wawancara

mendalam (indepth interview)

yang dilakukan dengan

menggunakan pedoman wawancara

(interview guide) agar dapat

(10)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 10 yang berkaitan dengan topik

penelitian.

E.Hasil Penelitian

Kondisi Sosial Ekonomi Anak

Terlantar di Kota Surabaya

Kondisi sosial ekonomi anak

terlantar di Kota Surabaya dapat

direpresentasikan dalam empat poin.

Pertama, Kondisi ekonomi keluarga

anak terlantar tergolong dalam

perekonomian menengah kebawah

cenderung miskin yang terlihat dari

pekerjaan orang tua maupun anggota

keluarga yang menjadi tulang

punggung keluarga seperti bekerja

menjadi penjual sate, kurir ekspedisi,

penjahit konveksi, SPG, TKW,

bahkan hingga pengangguran.

Kedua, orang tua dan anak terlantar

kurang memiliki hubungan yang

dekat dan tidak memiliki komunikasi

yang lancar antara orang tua dengan

anak. Hal ini disebabkan perceraian

kedua orang tua dan pernikahan

kedua yang dilakukan oleh kedua

atau salah satu orang tua mereka

yang tidak disetujui dan tidak disukai

oleh anak. Bahkan anak terlantar ada

yang tidak mengetahui keberadaan

orang tuanya saat ini. Ketiga, tingkat

pendidikan anak terlantar di Kota

Surabaya termasuk berpendidikan

rendah. Terlihat dari anak terlantar

yang mengalami putus sekolah dan

belum mencapai tingkat pendidikan

wajib sembilan tahun. Adapun anak

terlantar yang tetap bisa melanjutkan

sekolah hingga jenjang SMK dengan

berbagai strategi yang dilakukan.

Keempat, kegiatan sehari-hari anak

terlantar ini yang mengalami putus

sekolah diisi dengan bekerja jika ada

panggilan dan hanya tidur dirumah

tanpa kegiatan. Sedangkan bagi anak

(11)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 11 melanjutkan sekolah, kesehariannya

diisi dengan bersekolah, mengaji,

mengurus rumah layaknya ibu rumah

tangga.

Penelantaran anak yang

dialami anak-anak terlantar di Kota

Surabaya disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu pertama, faktor ekonomi

yang rendah sehingga gagal dalam

menyediakan kebutuhan dasar

anak-anak. Kedua adalah faktor hubungan

anak-anak dengan orang tua mereka

yang tidak cukup harmonis dan

kurang memiliki komunikasi yang

intens sehingga anak tidak

mendapatkan kasih sayang yang

penuh untuk menunjang

perkembangan anak-anak. Faktor ini

dipicu oleh perceraian orang tua,

orang tua dan anak yang tidak

tinggal satu atap di mana kebanyakan

anak dititipkan kepada kakaknya

atau kakek neneknya ketika kedua

atau salah satu orang tuanya menikah

lagi. Ketiga adalah faktor lingkungan

masyarakat yang tidak bisa

mendorong orang tua untuk

bertanggung jawab atas pengasuhan

anak, selain itu lingkungan kurang

memperhatikan anak yang sudah

terlantar sehingga anak tersebut

semakin tidak terurus dan rawan

terjerumus pada perilaku yang

menyimpang.

Strategi Survival Anak Terlantar

di Kota Surabaya

Anak terlantar

mengembangkan beberapa strategi

survival untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Kebutuhan yang pertama

yakni tempat tinggal. Anak terlantar

yang orang tuanya bercerai dengan

kondisi ekonomi yang lemah dan

keluarganya masih memperhatikan

cenderung mengandalkan bantuan

(12)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 12 kakek, nenek atau kakak mereka.

Sedangkan anak terlantar yang

berasal dari keluarga yang menengah

yang telah memiliki rumah

peninggalan orang tua maka mereka

tinggal dirumah orang tuanya

tersebut. Namun anak terlantar yang

tidak lagi diperhatikan oleh orang tua

maupun keluarga maka mereka

tinggal berpindah-pindah, dengan

cara meminta bantuan dari relasi

sosial mereka seperti teman-teman

dan rekan kerja untuk menumpang

tempat tinggal.

Kebutuhan yang kedua yaitu

kebutuhan sehari-hari. Pemenuhan

kebutuhan makan anak terlantar

bergantung pada keluarga yang

tinggal bersama mereka atau

berdekatan dengan rumah mereka

seperti kakak, kakek atau nenek

mereka. Strategi ini dilakukan oleh

anak-anak terlantar yang masih

berhubungan baik dengan keluarga

dan dilakukan oleh anak terlantar

yang baik masih bersekolah maupun

tidak bersekolah. Berbeda dengan

anak terlantar yang tidak tinggal

bersama orang tua maupun keluarga

mereka melakukan strategi dengan

bekerja dan bergantung pada bantuan

teman untuk pemenuhan kebutuhan

makan. Selain kebutuhan makan,

anak terlantar juga melakukan

strategi untuk pemenuhan kebutuhan

pakaian, uang jajan, dan pulsa. Bagi

anak terlantar yang sudah putus

sekolah cenderung melakukan

strategi dengan melakukan dua tipe

pekerjaan yakni pekerjaan kasar dan

pekerjaan dengan keterampilan.

Pekerjaan kasar yang dilakukan

seperti mengamen dan menjadi kuli

di pelabuhan. Pekerjaan ini biasa

dilakukan anak terlantar yang

(13)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 13 Sedangkan pekerjaan yang dilakukan

dengan keterampilan yakni menjadi

pemain hadrah dan pelayan di

acara-acara tertentu seperti penikahan.

Anak terlantar yang masih

melanjutkan pendidikannya

melakukan strategi yang lebih berani

yakni bergantung dari pacar hingga

berhutang pada teman-temannya. Hal

ini khususnya dilakukan oleh anak

terlantar perempuan.

Kebutuhan yang keempat

adalah kebutuhan pendidikan. Anak

terlantar yang masih memiliki

kedekatan dengan keluarga

melakukan strategi dengan

menabung dari sedikit pemberian

keluarga untuk memebuhi kebutuhan

pendidikan mereka. Sedangkan

anak-anak terlantar yang sudah tidak

mendapat support materil dari

keluarga maka mereka bekerja paruh

waktu seperti mengamen setelah

pulang sekolah, menjadi pemain

hadrah dimalam atau sore hari.

Namun, adapun anak telantar yang

masih memiliki kedekatan dengan

keluarga sehingga masih mendapat

support materil untuk pendidikannya

tetapi mereka juga tetap melakukan

strategi bekerja paruh waktu untuk

membantu memenuhi kebutuhan

pendidikannya. Bagi anak terlantar

perempuan muncul tren

mengantungkan kebutuhan hidupnya

termasuk pendidikan kepada

pacarnya mulai dari transportasi ke

sekolah, SPP, hingga biaya tugas

sekolah.

Kebutuhan yang keempat

adalah kebutuhan kesehatan.

Kebutuhan kesehatan memang

kurang diperhatikan oleh anak

terlantar sendiri terlihat dari tidak

adanya strategi yang dilakukan

(14)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 14 Mereka hanya tidur dan istirahat

hingga pulih kembali. Berbeda

dengan anak terlantar yang

mendapatkan bantuan KIS dari

pemerintah setempat melalui

pendataan yang dilakukan oleh RW

setempat. Hal ini menjadi salah satu

bentuk kepedulian masyarakat

sekitar kepada anak terlantar,

walaupun tidak semua anak terlantar

bisa mendapatkan bantuan tersebut.

F. KESIMPULAN

Kondisi sosial ekonomi anak

terlantar bervariasi mulai dari

ekonomi sedang hingga ekonomi

lemah, berpendidikan tinggi tingkat

SMK sampai yang mengalami putus

sekolah bahkan lulusan SD saja.

Kemudia hubungan anak terlantar

denga orang tuanya pun bervariasi

mulai dari yang masih memiliki

komunikasi yang intens dengan

orang tua sampai yang tidak tau

keberadaan orang tuanya. Kegiatan

sehari-hari anak terlantar pun

bervariasi mulai dari yang tidak terah

seperti mbonek, bermain di warkop,

sampai tidak ada kegiatan hanya

dirumah saja. Namun masih ada anak

terlantar yang masih bersekolah

maka kegiatan sehari-hari diisi

dengan sekolah, mengaji, hingga

membersihkan rumah. Berbeda

dengan anak terlantar yang sudah

putus sekolah namun mereka

bekerja, maka kegiatan sehari-hari

mereka diisi dengan bekerja untuk

memenuhi kebutuhan hidup.

Strategi yang dikembangkan

oleh anak terlantar

bermacam-macam sesuai dengan aset yang

mereka miliki yang tercermin dari

kondisi sosial ekonomi mereka.

Dalam pemenuhan kebutuhan tempat

(15)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 15 memiliki kedekatan dengan keluarga

maka mereka tinggal dengan

keluarga mereka. Berbeda dengan

anak terlantar yang memiliki rumah

peninggalan orang tua, mereka

menempati rumah tersebut.

Sedangkan bagi anak yang tidak

memiliki kedekatan dengan keluarga

maupun tidak diperhatikan lagi,

maka mereka tinggal dengan

berpindah-pindah.

Dalam pemenuhan kebutuhan

sehari-hari. Bagi mereka yang

tinggal dan dekat dengan kelurga

maka kebutuhan sehari-hari mereka

pun masih disupport oleh keluarga

mereka. Sedangkan bagi mereka

yang tidak memiliki kedekatan

dengan keluarga maka mereka

meminta bantuan dari teman bahkan

pacar dan bekerja. Selain itu, ada

pula anak terlantar yang disuppor

oleh keluarga namun juga tetap

bekerja untuk memenuhi kebutuhan

yang tidak dipenuhi oleh keluarga.

Pemenuhan kebutuhan

pendidikan anak terlantar yang masih

diperhatikan oleh keluarga maka

masih mendapatkan bantuan materil

walaupun tidak banyak, mereka haru

tetap menabung uang tersebut untuk

memenuhi kebutuhan pendidikan.

Namun bagi yang sudah disupport

oleh keluarga dan masih tidak

terpenuhi, mereka akan berkerja

untuk memenuhi kebutuhan

pendidikan. Berbeda dengan anak

terlantar yang sudah tidak disupport

lagi oleh keluarga makan mereka

memiliki strategi dengan bekerja,

meminta bantuan teman dengan

berhutan sampai bergantung hidup

pada pacar.

Pemenuhan kebutuhan

(16)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 16 diperhatikan oleh anak terlantar

sehingga ketika sakit anak terlantar

hanya istirahat dirumah. Namun

masih ada anak terlantar yang

mendapatkan bantuan KIS.

G.Saran

Bagi penelitian selanjutnya :

1. Dapat menjadi acuan untuk

penelitian-penelitian

selanjutnya yang berkaitan

tentang kehidupan anak

terlantar.

2. Sebagai salah satu acuan

penelitian tentang strategi

survival kelompok

masyarakat miskin khususnya

anak-anak sebagai salah satu

anggota masyarakat.

Bagi lembaga berbasis masyarakat

Kota Surabaya :

1. Tidak hanya membantu

pemerintah untuk

mendata angka anak

terlantar, melainkan ikut

memberikan bantuan

secara pengawasan,

ekonomi dan mendorong

pemerintah agar lebih

memperhatikan anak

terlantar tersebut.

2. Membantu masyarakat

Kota Surabaya agar lebih

memperhatikan kondisi

anak-anak yang terlantar

dan membantu anak-anak

tersebut untuk bisa

bertahan hidup layaknya

anak-anak lainnya

sehingga mereka tidak

dianggap menjadi sampah

masyarakat yang

dikucilkan dan tidak

terurus.

Bagi Pemerintah :

1. Pemerintah lebih tanggap dan

(17)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 17 yang membutuhkan bantuan

seperti permakanan,

kesehatan hingga pendidikan

sehingga bantuan tersebut

dapat jatuh ditangan yang

tepat dan merata.

2. Pemerintah juga harus

melakukan edukasi pada

masyarakat mengenai

hak-hak anak, pola asuh yang

baik hingga menyadarkan

masyarakat bahwa tanggung

jawab menjaga anak-anak

bukan hanya dari orang tua

dan keluarga anak tersebut

tetapi juga lingkungan

masyarakat memiliki andil

yang cukup besar.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Crosson-Tower, Cynthia. 2008. Understanding Child Abuse and Neglect. Boston : Allyn Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Anggota Ikapi.

Irwan dan Indraddin. 2016. Strategi

dan Perubahan Sosial. Yogyakarta : Deepublish. Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT. Remaja

Rosda Karya.

Sanituti, Sri dan Bagong Suyanto. 2001. Anak-anak yang dilanggar haknya. Surabaya: Lutfansah Mediatama.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Meode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Kencana. Suyanto, Bagong. 2010. Masalah

Sosial Anak Edisi Revisi. Jakarta : Kencana.

Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi

(18)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 18

Jurnal :

Daniel Maughan dan Simon C.

Moore. 2010. “Dimensions of Child Neglect: An Exploration of Parental Neglect and Its

Relationship with

Delinquency”. Child Welfare Vol. 89, No. 4.

Gianawati, Nur Dyah. 2017.

“Strategi Dan Makna Bertahan Hidup Perempuan Pedesaan

Etnis Madura Dan Jawa”.

Jurnal Gender & Kemiskinan di Indonesia: 159-183.

Irwan. 2015. “Strategi bertahan hidup perempuan penjual buah-buahan (Studi Perempuan di Pasar Raya Padang Kecamatan Padang Barat Kota

Padang Propinsi Sumatera

Barat)”. Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan Vol. 8 No. 2.

Moser, Caroline O.N. 1998. “The

Asset Vulnerability Framework: Reassessing Urban Poverty Reduction

Strategies”. World

Development Vol. 26 No.1 : 1-19.

Suhartini, Tina. 2009. “Strategi bertahan hidup anak jalanan”.

Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia : 215 – 230.

Sulaiman, Aimie. 2014. “Strategi

Bertahan (Survival Strategy);

Studi Tentang “Agama Adat”

Orang Lom”. Jurnal Society

Vol. II No. 1.

Widiastuti, Reski Yulina. 2015.

“Dampak Perceraian Pada

Perkembangan Sosial Dan Emosional Anak Usia 5-6

Tahun”. Jurnal PG-PAUD Trunojoyo Vol 2, No 2: 76-86.

Wijana, I Nyoman. 2014. Studi Fenomenologi Tentang Anak-Anak Terlantar Berkaitan Dengan Hak Sosialnya Dalam Bidang Pendidikan Di Nusa

Tenggara Barat”. Jurnal Manajemen Pendidikan Vol. 24, No. 3 : 228-234.

Skripsi :

Baiq Dian Hurriyati. 2014. “Proses

(19)

JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 19

Lingkungan Sekitarnya”.

Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Haris, Muhhamad. 2016.

“Eksploitasi dan strategi bertahan hidup anak yang

menjadi pengamen jalanan”.

Skripsi. Universitas Airlangga.

Manik, NN. 2013. “Pelaksanaan

pembinaan anak terlantar di

balai rehabilitasi sosial “wiloso

muda-mudi” Purworejo”.

Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Web :

http://www.kbknews.id/2017/03/13/ update-terbaru-kabar-bocah- kelas-5-sd-yang-rawat-3-adiknya-di-sumedang/ diakses tanggal 30 Maret 2017

http://surabayakota.bps.go.id diakses tanggal 3 April 2017

https://www.jawapos.com/radarsurab aya/read/2017/07/24/3101/sura baya-raih-penghargaan-utama-kota-layak-anak-2017 diakses tanggal 20 Desember 2017 pukul 10.57 WIB.

http://possore.com/2017/01/05/kota- layak-anak-mari-belajar-pada-surabaya/ diakses tanggal 20 Desember 2017 pukul 10.57 pukul 11.12 WIB.

https://dp5a.surabaya.go.id/puspaga- pusat-pengaduan-seputar- masalah-keluarga-diresmikan-walikota/ diakses tanggal 9 Januari 2018 pukul 07.25 WIB https://jatim.antaranews.com/lihat/be

rita/190760/puspaga-solusi-masalah-keluarga diakses tanggal 9 Januari 2018 pukul 07.25 WIB

http://beritapendidikan.net/2016/09/ri

buan-siswa-surabaya- dibimbing-menjadi-teman-curhat-sebaya/ diakses tanggal 9 Januari 2018 pukul 07.33 WIB

(20)

kampunge-arek-surabaya-JURNAL S1 SOSIOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 20 2015/ diakses 9 januari 2018

pukul 08.05 WIB

http://kabargress.com/2017/05/02/wa likota-surabaya-launching-acara-kampung-pendidikan/ diakses tanggal 9 januari 2018 pukul 08.04 WIB

http://setia1heri.com/2012/03/18/cap acity-building-pkbm-kota-surabaya/ diakses tanggal 9 Januari 2018 pukul 08.15 WIB

https://dp5a.surabaya.go.id/capacity- building-kader-pkbm-dan-satgas-ppa/ diakses tanggal 9 januari 2018 pukul 08.17 WIB http://apifa.or.id/assets/c4ra/journal/i ndex.php diakses 26 Januari 2018 pukul 13.37 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Jadi merek adalah tanda yang dapat digunakan untuk membedakan antara barang atau jasa yang satu dengan yang lain. Sehingga konsumen akan dapat membedakan

Pemeriksaan bayi baru lahir 23 hari pada 16 April 2019 dilakukan pemeriksaan bayi dalam batas normal tidak ada tanda-tanda infeksi penulis memberikan konseling

Pemilihan variabel Current Ratio (CR) yang merupakan, merupakan rasio lancar yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban utang jangka

Sedangkan dari segi efisiensi, implemetasi kebijakan program PNPM Mandiri di desa Sumberejo kota Batu dinilai cukup efisien, dimana rata- rata waktu pengembalian

Suharta dan Luthan, P.L.A., 2013, Pengembangan Model Pembelajaran dan Penyusuan Bahan Ajar dengan pendekatan PAKEM PLUS untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan

Berikut adalah penjabaran batasan- batasan dalam penelitian, yaitu bahan baku yang diuji dalam proses penelitian ini yaitu bahan baku sampah plastik jenis LDPE

Manfaat dari penelitian ini adalah dihasilkan sebuah aplikasi game yang digunakan sebagai media pembelajaran ilmu sharaf, sehingga memudahkan dalam memahami perubahan

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan model LCM (Learning Cycle Model) dengan Inkuiri Terbimbing (IT) dan Inkuiri Bebas Termodifikasi (IBT),