INOVASI PRODUK PENGHIMPUNAN DANA PERBANKAN SYARIAH
(STUDI KASUS TABUNGAN ARISAN BPRS MADINA)
Satria Utama1), Putri Ega Handini2)
1Prodi Muamalat, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
email: satria.utama@fai.umy.ac.id
2Alumni Prodi Muamalat, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Abstrak
Industri perbankan syariah berkembang cukup baik di Indonesia. kemampuan menghimpun dana pihak ketiga merupakan salah satu tolak ukur utama efektifnya fungsi intermediari perbankan. proses penghimpunan dana perbankan dihadapkan pada tarik ulur antara likuiditas dan biaya yang harus dikeluarkan untuk menghimpun dana seefisien mungkin sehingga perbankan syariah dituntut untuk mampu melakukan inovasi produk penghimpunan dana yang berbiaya murah namun memiliki tingkat likuiditas cenderung rendah. penelitian ini bertujuan untuk menganalisa praktek inovasi produk tabungan Arisan di BPRS Madina Mandiri Sejahtera. inovasi produk dikaji dari sudut pandang manajemen dana dan rasio-rasio kinerja keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sudut pandang manajemen dana, tabungan arisan sudah cukup inovatif dimana memiliki potensi penghimpunan dana sebesar Rp. 590.400.000 per kelompok tabungan dengan tingkat likuiditas yang rendah yaitu tiga tahun sehingga bank akan lebih fleksibel dalam mengelola dana tersebut untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi Dilain sisi tingkat biaya tabungan arisan yaitu setara 6,4% per tahun. Biaya ini relative murah jika dibandingkan dengan produk-produk lainnya. Produk tabungan arisa memiliki keunggulan murahnya tingkat biaya (6,4%) dengan tingkat likuiditas yang sangat rendah yaitu 3 tahun. Namun dari sudut pandang kinerja keuangan belum ditemukan peningkatan yang berarti.
Keywords: Inovasi, Tabungan, Arisan, Bank Syariah
1. PENDAHULUAN
Inovasi produk penghimpunan dana sangat perlu dilakukan perbankan syariah ditengah ketatnya persaingan dalam meraih pangsa pasar khususnya pasar dana pihak ketiga yang merupakan sumber dana utama perbankan. Data otoritas jasa keuangan menyatakan bahwa pada tahun 2016 perbankan syariah baru mampu mencapai pangsa pasar sebesar 5% dari pangsa pasar perbankan nasional. Persaingan merebut pangsa pasar sumber dana perbankan tidak hanya terjadi antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional, namun persaingan juga terjadi dalam lingkup perbankan syariah sendiri baik bank umum syariah maupun bank pembiayaan rakyat syariah.
Komposisi dana pihak ketiga juga mempengaruhi kinerja penyaluran dana perbankan syariah. Tersedianya sumber dana yang variatif dan biaya dana yang murah serta kemampuan menghimpun dana yang baik merupakan kriteria komposisi dana pihak ketiga yang ideal. Komposisi dana pihak ketiga perbankan syariah didominasi oleh produk deposito mudarabah sebesar 61,75%, diikuti oleh tabungan mudarabah sebesar 28,73% dan giro wadiah sebesar 9,52%.1 Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa komposisi dana pihak ketiga didominasi oleh produk pendanaan berbasis bagi hasil dengan akad mudhrabah yaitu sebesar 90,48%. Namun, dominasi produk
1
Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Profil Industri Perbankan Triwulan I 2015
deposito mudharabah yang terlalu besar berdampak pada tingginya biaya dana perbankan syariah serta mengindikasikan kurangnya kemampuan menghimpun dana yang murah.
Perbankan syariah dituntut untuk bisa melakukan deferensiasi dan juga inovasi produk sebagai solusi ketatnya persaingan yang terjadi. Produk yang dirancang harus merupakan produk yang memiliki keunggulan baik dari sudut pandang masyarakat (nasabah dan calon nasabah) serta dari sudut pandang internal perbankan.
Inovasi produk penghimpunan dana yang baik dalam pandangan masyarakat diantaranya mempertimbangkan apakah produk tersebut merupakan solusi dari kebutuhan masyarakat, serta memberikan fasilitas yang baik dan juga menguntungkan. Di lain sisi, dari sudut pandang perbankan, inovasi dilakukan untuk meningkatkan potensi penghimpunan dana, dan mampu memperkecil gap antara tingkat likuiditas dan biaya produk penghimpunan dana.
Perbankan syariah memiliki peluang inovasi yang cukup baik dimana memiliki banyak pilihan akad yang bisa diterapkan sehingga bisa dirancang produk-produk yang lebih inovatif. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan keunggulan-keungulan sistem keuangan syariah juga menjadi peluang yang harus ditangkap disamping potensi Indonesia sebagai Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.
Perkembangan perbankan syariah di Yogyakarta cukup baik dibanding perkembangan nasional. Tahun 2016 pangsa pasar perbankan syariah di Yogyakarta mencapai 7% atau lebih tinggi dari pangsa pasar perbankan syariah nasional. BPRS Madina merupakan salah satu BPRS terbaik di Indonesia dengan total asset terbesar di Yogyakarta. Dalam rangka meningkatkan penghimpunan dananya, BPRS Madina melakukan inovasi produk tabungan arisan yang menggabungkan Antara prinsip tabungan dengan deposito. Inovasi produk serupa masih sangat jarang dilakukan oleh perbankan syariah lainnya sehingga produk ini menarik untuk dikaji lebih dalam terkait
keunggulan dan pola manajemen dana yang diterapkan dalam inovasi produk tersebut.
Penelitian ini bertujuan menjawab rumusan masalah diantaranya:
1) Bagaimanakah proses inovasi produk tabungan arisan di BPRS Madina? 2) apakah terjadi peningkatan kinerja
keuangan setelah diterapkannya produk tabungan arisan?
2. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Literatur
1) Manajemen Dana Perbankan Syariah Perbankan merupakan lembaga intermediary keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Sumber dana pihak ketiga (masyarakat) merupakan sumber dana terbesar perbankan sehingga semakin mampu perbankan menghimpun dana masyarakat maka akan semakin tersedia sumberdaya yang bisa dikelola dalam kegiatan bisnis perbankan.
Dalam proses penghimpunan dan pengelolaan dana tersebut, terdapat beberapa permasalahan utama yang harus diperhatikan. Secara singkat Pokok permasalahan manajemen dana bank pada umumnya dan bank syariah pada khususnya adalah:2
a) Berapa memperoleh dana dan dalam bentuk apa dengan biaya yang relative murah
b) Berapa jumlah dana yang dapat ditanamkan dan dalam bentuk apa untuk memperoleh pendapatan yang optimal.
c) Berapa besarnya dividen yang dibayarkan yang dapatvmemuaskan pemilik/pendiri dan laba ditahan yang memadai untuk pertumbuhan Bank Syariah.
2
Muhammad. Manajeman Dana Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Press, 2015), hlm. 47.
Memperoleh dana yang relative murah merupakan tantangan besar bagi perbankan syariah. Pada produk-produk funding pada umumnya terjadi Tarik ulur Antara biaya yang murah dengan tingkat likuiditas dana tersebut yang tinggi. Semaikin murah imbalan yang ditawarkan maka akan semakin tinggi tingkat likuiditas yang dituntuk nasabah. Motivasi utama nasabah dalam mengorbankan likuiditas dananya sejalan dengan tingginya imbalan yang ditawarkan.
Dalam rangka memaksimalkan kinerja penghimpunan dana, maka perbankan syariah harus melakukan inovasi produk yang bisa mempersempit gap antara likuiditas dan biaya yang harus dikeluarkan.
2) Sumber Dana Perbankan Syariah
Sumber dana perbankan syariah diantaranya modal sendiri, dana pihak ketiga dan dana pihak lain.3 Sumber dana perbankan didominasi dana pihak ketiga dimana deposito berjangka merupakan komponen utama pembentuk dana pihak ketiga sebagaimana data yang disampaikan OJK.4 3) Bagi Hasil
Bagi hasil adalah suatu sistem pengolahan dana dalam perbankan syariah dimana terjadi pembagian hasil usaha antara pemilik modal dan pengelola.5 Bagi hasil adalah bentuk return (perolehan aktiva usaha) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap didalam islam. Besar-kecilnya perolehan kembali tergantung pada perolehan hasil usaha yang diperoleh bank syariah.6
Kontrak berdasarkan prinsip bagi hasil diterapkan dalam kontrak-kontrak
3 Gita danupranata, Manajemen Perbankan
Syariah (Jakarta: salemba empat, 2013), hlm. 90.
4 OJK, Laporan Industri Perbankan Triwulan I
2015, menunjukkan bahwa komposisi DPK perbankan syariah didominasi produk deposito mudarabah sebesar 61,75%
5 Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke
Praktik (Gema insani, Jakarta: 2008), hlm. 90.
6 Rivai, Arifin, Islamic Bank..., hlm. 800.
mudharabah dan musyarakah. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bagi hasil adalah suatu kontrak dalam produk penghimpunan dana maupun penyaluran dana dimana nasabah berperan sebagai pemilik dana dan bank sebagai pengelola dana dengan disepakati porsi pembagian atas keuntungan dan resiko yang didapat dari pengelolaan dana tersebut. besarnya keuntungan yang diberikan kepada nasabah tidak bisa ditentukan dimuka karena bergantung pada pendapatan yang dihasilkan bank yang juga merupakan cerminan kinerja pengelolaan dana.
Tingggi rendahnya tingkat likuiditas dana pihak ketiga akan berpengaruh terhadap fleksibelitas perbankan dalam mengelola dana. Semakin rendah tingkat likuiditas dana pihak ketiga maka akan semakin tinggi potensi pengelolaan dana, dan perbankan akan lebih fleksibele dan maksimal mengalokasikan dana tersebut dalam produk-produk pembiayaan yang mampu menghasilkan pendapatan maksimal.
3. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian
penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu kualitatif dan kuantitatif. penelitian kualitatif dilakukan untuk mengetahui proses inovasi produk yang dilakukan. pendekatan kuantitatif dilakukan dengan analisa deskriptif terhadap beberapa rasio keuangan guna melihat ada atau tidaknya peningkatan kinerja keuangan setelah diterapkannya produk tabungan arisan.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT BPRS Madina Mandiri Sejahtera, Jl Parangtritis Bantul, Yogyakarta.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data kualitatif didapatkan dengan metode wawancara kepada direksi, marketing dan staff pembiayaan BPRS Madina. Data kuantitatif dalam penelitian ini bersumber
dari laporan keuangan BPRS Madina periode 2015-2016 dalam bentuk data bulanan. D. Penilaian Manajemen Dana
Penilaian manajemen dana dilakukan dengan menilai hal-hal berikut:
1) Produk 2) Marketing 3) Potensi funding 4) Biaya
5) Likuiditas
6) Perbandingan dengan produk lain E. Penilaian Kinerja Keuangan
kinerja keuangan perbankan dalam penelitian ini dianalisa melalui tiga sudut pandang, yaitu kinerja penghimpunan dana, profitabilitas, dan efisiensi:
1) Kinerja penghimpunan dana dilihat dari pertumbuhan dana pihak ketiga dan pertumbuhan aset.
2) Kinerja profitabilitas dilihat dari: return on asset (ROA), return on equity (ROE), return on investmen (ROI), dan net operating margin (NOM)
3) Kinerja efisiensi dilihat melalui BOPO
4. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Produk Tabungan Arisan
Produk tabungan arisan syariah ini
resmi berlaku pada bulan April 2015.
Adapun ilustrasi produk tabungan arisan, sebagai berikut:
1) Arisan dibagi dalam beberapa grup, dimana setiap grup memiliki anggota 200 orang.
2) Setoran bulanan sebesar Rp 100.000 untuk satu nomor arisan.
3) Jangka waktu arisan selama 36 bulan 4) Bagi peserta arisan akan diberikan
hadiah langsung berupa souvenir. 5) Tabungan arisan tetap mendapatkan
bagi hasil dengan ER 2-3 persen dibayarkan pada saat penutupan arisan (bln ke 36).
6) Pemutaran arisan dilakukan setiap tanggal 10 setiap bulannya dan dikeluarkan satu nomor dalam satu grupnya. Jadi dalam satu nomor yang keluar hanya 36 nomor, sisanya 164 nomor dapat mencairkan dananya pada saat penutupan arisan yaitu bulan ke 36.
7) Bagi nomor yang keluar mendapatkan bonus dari bank sebesar Rp 500.0000 plus dana yang sudah disetorkan nasabah yang dikembalikan dengan utuh.
B. Analisa Manajemen Dana
1) Kebutuhan Masyarakat Akan Produk.
Arisan merupakan bentuk sistem keuangan yang sudah banyak dikenal dan diterpakan masyarakat. Praktek arisan tradisional memiliki beberapa risiko seperti ketidakprofesionalan dalam pengelolaan dana, anggota yang tidak konsisten dalam membayar arisan, bahkan sampai pada aspek keamanan dari dana arisan tersebut.
Dengan adanya peran serta perbankan syariah dalam mengembangkan serta mengelola sistem arisan menjadi produk keuangan yang lebih menguntungkan secara otomatis akan direspon baik oleh masyarakat.
2) Potensi Pemasaran Produk
Tabungan arisan memiliki potensi untuk dipasarkan kepada elemen masyarakat yang saling terkait dalam suatu kelompok maupun golongan seperti para anggota suatu organisasi masyarakat, sekelompok pegawai pada institusi negeri maupun swasta, komunitas terkait hobi dan lain lain. Tabungan arisan akan sangat potensial dipasarkan kepada komunitas-komunitas masyarakat yang pernah maupun memiliki minat dengan arisan tradisional.
berdasarkan ilustrasi manajemen dana tabungan arisan (terlampir) dapat dilihat dari satu kelompok tabungan arisan dengan jumlah anggota 200 orang dan setoran Rp.100.000,- perbulan selama kurun waktu 36 bulan maka dana yang akan terkumpul adalah sebesar Rp 590.400.000 dengan rata-rata dana yang mengendap sebesar Rp 324.983.333 setiap bulannya
4) Biaya
Total biaya yang dikeluarkan bank adalah:
Tabel 1. Analisa Biaya Tabungan Arisan
Berdasarkan table diatas maka dapat dihitung bahwa untuk potensi penghimpunan dana sebesar Rp.540.000.000,- dengan rata-rata dana mengendap sebesar Rp 324.983.333 setiap bulannya BPRS Madina harus mengeluarkan biaya dan bagi hasil setara dengan 6,42% pertahun.
5) Tingkat Likuiditas
Tingkat likuiditas tabungan arisan adalah selama tiga tahun atau 36 bulan. Tingkat likuiditas ini jauh lebih tinggi dari tingkat likuiditas produk perbankan pada umumnya dimana hanya maksimal 12 bulan. 6) Potensi Pengelolaan Dana
Rendahnya likuiditas dana memungkinkan bank untuk mengalokasikannya kedalam produk-produk pembiayaan yang bersifat jangka panjang yang bisa
memaksimalkan profitabilitas bank tersebut.
Berdasarkan simulasi perhitungan yang dilakukan peneliti, dengan mengalokasikan dana kedalam produk pembiayaan yang memiliki
rate of return minimal setara 15%
per tahun, maka bank bisa mendapatkan spread sebesar 9,3%. 7) Perbandingan Dengan Produk
Lain.
Tabel 2. Perbandingan Produk. E q u i v a l e n r a t e t
abungan arisan ini lebih murah dibandingkan dengan equivalen rate deposito yang ada di bank tersebut. Likuiditasnya juga lebih rendah disbanding produk deposito yang hanya 12 bulan.
C. Analisa Kinerja Keuangan
1) pertumbuhan dana pihak ketiga dan Aset
berdasarkan data pada lampiran grafik.1 terlihat peningaktan dari setiap porsi dana masyarakat yang dihimpun. Baik dari porsi tabungan wadiah, tabungan mudharabah ataupun deposito. Terlihat terdapat peningkatan dalam tabungan wadiah namun tidak dapat dipungkiri pengikat pertama dan penyumbang utama dalam menaikan grafik DPK adalah besarnya dana masyarakat Komponen Biaya Bonus Rp.500.000 X 36 Bulan 18,000,000 Bagi Hasil 19,596,495 Hadiah Langsung 10,000,000 Hadian Granprice 15,000,000 TOTAL BIAYA 62,596,495 RATA-RATA BIAYA 1,738,792 ER TABUNGAN ARISAN 6.42% Jenis Nisbah untuk nasabah Ekuivalen Rate
Tabungan
Arisan
-
6,42%
Deposito madina sejahtera 58,0% 10,03% Deposito 12 bulan 58,0% 10,3% Deposito 6 bulan 52,0% 9,00% Deposito 3 bulan 47,0% 8,13%yang dihimpun oleh bank dalam bentuk deposito. Itu karena bank menjanjikan bagi hasil yang sangat menarik dalam deposito.
Aset BPRS Madina juga mengalami peningkatan selama periode penelitian sebagimana tercantum dalam lampiran grafik. 2 2) Kinerja Profitabilitas.
Return On Asset (ROA)
Berdasarkan lampiran grafik 4. laba sebelum pajak memiliki nilai terendah untuk bulan Desember 2013 dengan nominal -3.995.381 (dalam ribuan rupiah) ini karena pada tahun 2013 BPRS Madina mengalami kerugian dan menjadi perhatian khusus oleh pihak BI waktu itu. Dengan total aktiva terendah sebesar 25.577.656 (dalam ribuan rupiah) dan laba sebelum pajak tertinggi sebelum pemberlakuan produk terjadi pada bulan Maret 2015 dengan nominal 91.000 (dalam ribuan rupiah) dan nominal tertinggi di aktiva terjadi pada bulan Maret 2015 sebesar 32.273.333 (dalam ribuan rupiah ) itu terjadi sebelum produk tabungan arisan diberlakukan. Sehingga terlihat dalam grafik jika fluktuasi rasio ROA memiliki peringkat terendah pada data pertama yaitu bulan Desember 2013 diantara yang lainnya.
Sedangkan pada saat setelah produk tabungan arisan laba sebelum pajak terendah terjadi pada bulan September 2015 dengan nominal 42.505 (dalam ribuan rupiah) dan tertinggi pada bulan Desember 2015 sejumlah 1.090.892 (dalam ribuan rupiah). Dan untuk aktiva terendah terjadi pada bulan Juni 2015 senilai 36.901.407 (dalam ribuan rupiah) dan tertinggi pada bulan September 2016 sebesar 44.316.375 (dalam ribuan rupiah)
fluktuasi ROA terendah terjadi pada bulan Desember 2013
sebelum diberlakukannya produk tabungan arisan yang dipengaruhi oleh kualitas laba sebelum pajak dan aktiva pada bulan Desember 2013 dan terus mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu.
3) Return On Equity (ROE)
Perbandingan antara laba bersih dan modal sendiri pada rasio ROE. Disini terlihat laba bersih memiliki nilai terendah untuk bulan Desember 2013 dengan nominal -3.995.381 (dalam ribuan rupiah). Dengan nilai modal terendah pada bulan Maret 2013 sebesar 1.665.000 (dalam ribuan rupiah) dan laba bersih tertinggi sebelum pemberlakuan produk terjadi pada bulan Maret 2015 dengan nominal 77.815 (dalam ribuan rupiah) dan nominal tertinggi untuk modal sebesar 6.370.000 (dalam ribuan rupiah) terjadi pada bulan Desember 2014 dan Maret 2015 sebesar 32.273.333 (dalam ribuan rupiah ) itu terjadi sebelum produk tabungan arisan diberlakukan. Sehingga terlihat dalam grafik jika fluktuasi rasio ROE memiliki peringkat terendah pada data pertama yaitu bulan Desember 2013 diatara yang lainnya.
Sedangkan pada saat setelah produk tabungan arisan laba bersih terendah terjadi pada bulan September 2015 sebesar 5.529 (dalam ribuan rupiah) dan tertinggi pada bulan Desember 2015 sejumlah 1.028.068 (dalam ribuan rupiah). Dan untuk modal nilainya sama dari awal bulan Juni 2016 sampai dengan September 2016 sebesar 6.370.000 (dalam ribuan rupiah).
Sehingga fluktuasi ROE terendah terjadi pada bulan
Desember 2013 sebelum
diberlakukannya produk tabungan arisan yang dipengaruhi oleh kualitas laba bersih dan modal pada bulan Desember 2013 dan terus mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu. 4) Return On Investmen (ROI)
Berdasarkan lampiran grafik.5 dapat dilihat fluktuasi dan perbandingan antara laba bersih dan total aktiva pada rasio ROI. Disini terlihat laba bersih memiliki nilai terendah untuk bulan Desember 2013 dengan nominal -3.995.381 (dalam ribuan rupiah). Dengan nilai total aktiva terendah pada bulan Desember 2013 sebesar -25.577.656 (dalam ribuan rupiah) dan laba bersih tertinggi sebelum pemberlakuan produk terjadi pada bulan Maret 2015 dengan nominal 77.815 (dalam ribuan rupiah) dan nominal tertinggi untuk aktiva sebesar 32.273.333 (dalam ribuan rupiah) terjadi pada bulan Maret 2015 dan itu terjadi sebelum produk tabungan arisan diberlakukan. Sehingga terlihat dalam grafik jika fluktuasi rasio ROI memiliki peringkat terendah pada data pertama yaitu bulan Desember 2013 diantara yang lainnya.
Sedangkan pada saat setelah produk tabungan arisan laba bersih terendah terjadi pada bulan September 2015 sebesar 5.529 (dalam ribuan rupiah) dan tertinggi pada bulan Desember 2015 sejumlah 1.028.068 (dalam ribuan rupiah). Dan untuk aktiva nilainya terendahnya adalah pada bulan Juni 2015 sebesar 36.901.407 (dalam ribuan rupiah) dan tertinggi pada bulan September 2016 sebesar 44.316.375 (dalam ribuan rupiah).
Sehingga fluktuasi ROI terendah terjadi pada bulan
Desember 2013 sebelum
diberlakukannya produk tabungan arisan yang dipengaruhi oleh kualitas laba bersih dan aktiva pada bulan Desember 2013 dan terus mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu. 5) Net Operating Margin (NOM)
Berdasarkan lampiran grafik 6 dapat dilihat bahwa data terendah untuk pendapatan operasional sebelum pemberlakuan produk terjadi pada bulan Maret 2014 sebesar 1.256.228
(dalam ribuan rupiah ) dan tertinggi pada bulan Desember 2013 sebesar 15.838.349 (dalam ribuan rupiah). Sedangkan setelah pemberlakuan produk tabungan arisan pendapatan operasional terjadi pada bulan Maret 2016 dan tertinggi pada bulan Desember 2015 sebesar 5.779.994 (dalam ribuan rupiah).
Kemudian untuk data distribusi bagi hasil terendah sebelum pemberlakuan produk terjadi pada bulan Maret 2014 sebesar 346.468 (dalam ribuan rupiah) dan tertinggi pada bulan Desember 2013 sebesar 2.563.285 (dalam ribuan rupiah). Sedangkan distribusi bagi hasil setelah pemberlakuan produk nominal terendah terjadi pada bulan Maret 2014 sebesar 948.663 (dalam ribuan rupiah ) dan tertinggi pada bulan Desember 2015 sebesar 3.227.261 (dalam ribuan rupiah).
Selanjutnya untuk data beban operasional sebelum pemberlakuan produk tabungan arisan terendah terjadi pada bulan maret 2015 sebesar 511.015 (dalam ribuan rupiah) dan tertinggi pada bulan Desember 2013 sebesar 17.237.124 (dalam ribuan rupiah). Sedangkan setelah pemberlakuan produk tabungan arisan beban operasional terendah terjadi pada bulan Maret 2016 sebesar 528.303 (dalam ribuan rupiah) dan tertinggi sebesar 2.501.304 pada bulan Desember 2015.
Dan yang terakhir rata-rata aktiva produktif terendah sebelum diberlakukannya produk tabungan arisan terjadi pada bulan Desember 2013 sebesar 1.312.097 (dalam ribuan rupiah) dan tertinggi pad bulan Desember 2014 sebesar 31.841.271 (dalam ribuan rupiah). Sedangkan saat setelah pemberlakuan produk tabungan arisan jumlah rata-rata aktiva produktif terendah terjadi pada bulan
September 2015 sebesar 35.827.479 (dalam ribuan rupiah) dan tertinggi pada bulan September 2016 sebesar 43.111.931 (dalam ribuan rupiah). 6) Kinerja efisiensi dilihat melalui
BOPO
Berdasarkan grafik 6. dapat dilihat perubahan yang sangat drastis pada saat produk tabungan arisan diberlakukan. Meskipun begitu ada peningkatan yang terjadi pada rasio BOPO disaat pemberlakuan produk tabungan arisan.
Tabungan arisan
diberlakukan pada bulan April 2015. Dan presentase rasio BOPO memiliki perubahan meskipun tidak berubah terlalu jauh dari presentase sebelum produk tabris di berlakukan. Beban operasional terendah sebelum pemberlakuan produk tabungan arisan terjadi pada bulan Maret 2015 sebesar 511.015 (dalam ribuan rupiah) dan yang tertinggi pada bulan Desember 2013 sebesar 17.237.124 (dalam ribuan rupiah). Sedangkan setelah pemberlakuan produk tabungan arisan beban operasional terendah terjadi pada bulan Maret 2016 sebesar 528.303 (dalam ribuan rupiah ) dan tertinggi untuk beban operasional setelah pemberlakuan produk terjadi pada bulan Desember 2015 sebesar 2.501.304 (dalam ribuan rupiah).
Dan untuk pembandingnya yaitu pendapatan operasional sebelum pemberlakuan produk tabungan arisan nominal terendah terjadi pada bulan Maret 2014 sebesar 1.256.228 dan tertinggi pada bulan Desember 15.838.349 (dalam ribuan rupiah). Sedangkan setelah pemberlakuan produk pendapatan operasional terendah terjadi pada bulan Maret 2016 sebesar 1.719.105 dan tertinggi pada bulan Desember 2015 sebesar 5.779.994 (dalam ribuan rupiah).
5. SIMPULAN A. Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan, maka didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sudut pandang manajemen dana, tabungan arisan sudah cukup inovatif dimana memiliki potensi penghimpunan dana sebesar Rp. 590.400.000 per kelompok tabungan dengan tingkat likuiditas yang rendah yaitu tiga tahun sehingga bank akan lebih fleksibel dalam mengelola dana tersebut untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi 2) Dilain sisi tingkat biaya tabungan arisan
yaitu setara 6,4% per tahun. Biaya ini relative murah jika dibandingkan dengan produk-produk lainnya.
3) Produk tabungan arisa memiliki keunggulan murahnya tingkat biaya (6,4%) dengan tingkat likuiditas yang sangat rendah yaitu 3 tahun.
4) Namun dari sudut pandang kinerja keuangan belum ditemukan peningkatan yang berarti
B. Saran
Dari kesimpulan dan keterbatasan yang telah diuraikan oleh peneliti, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1) Bank disarankan untuk memperbanyak
kelompok tabungan arisanmengingat potensi dana yang mampu dihimpun cukup besar.
2) Bank diharpkan menyiapkan strategi likuiditas yang baik khususnya ketika program tabungan arisan yang dilaksanakan kana jatuh tempo mengingat besarnya dana yang harus dicairkan pada waktu yang cenderung bersamaan.
REFERENSI
P Antonio, Syafii. 2008. Bank Syariah dari
Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Booklet Perbankan indonesia Tahun 2008, 2009, 2010,dan 2011. Bank Indonesia.
Dahlian, Salahuddin. 2010. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi tingkat suku Bunga Deposito Satu bulan Pada Bank Persero di Indonesia”. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Hanafi, Mamduh M. 2004. Manajemen
Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Isna, Andriyani dan Kunti Sunaryo. 2012. Analisa Pengaruh Return On Asset, BOPO dan Suku Bunga Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 11. Nomor 01. September 2012. 29-42. Fakultas Ekonomi UPN “Veteran”. Yogyakarta
Karim, Adiwarman A. 2010. Bank Islam :
Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi
Keempat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Meythi., En., dan Rusli. 2011. Pengaruh
Likuiditas dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis
Manajemen dan Ekonomi, Vol. 10,
No.2, Hal. 2671-2684. Margono, Slamet. 2008. “Pelaksanaan
Sistem Bagi Hasil Pada Bank
Syariah : Tinjauan Umum Pada BTN Syariah Cabang Semarang”. Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro. Muhammad. 2005. Manajemen Bank
Syari’ah (edisi revisi). Yogyakarta:
UPP AMP YKPN.
Muhammad. 2008. Sistem dan Prosedur
Operasional Bank Syariah. Edisi
Revisi. Yogyakarta: UII Press. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/ 25
/Pbi/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/Pbi/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum
Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin. 2010.
Islamic Banking : Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi Dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan & Ekonomi Global.
Jakarta: PT Bumi Aksara. Sam, M. Ichwan (et. al) (pengh.). 2006.
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Cetakan Keempat. Ciputat:
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
Sensus penduduk 2010. Duinduh di
www.sp2010.bps.go.id pada Tanggal 1 November 2012.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbS Tahun 2007 Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah Suwiknyo, Dwi. 2010. Analisis Laporan
Keuangan Perbankan Syariah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Taswan. 2010. Manajemen Perbankan
Konsep, teknik dan Aplikkasi. Edisi
Kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Undang-undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan SyariaH
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 Undang-undang No. 10 Tahun 1998
917
THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7 LAMPIRAN-LAMPIRAN Rp10,000,000 Rp20,000,000 Rp30,000,000 Rp40,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Grafik 1. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
Tabungan Wadiah Tabaungan Mudharabah Deposito Mudharabah Total DPK
-10.0% 0.0% 10.0% 20.0% 0 20000000 40000000 60000000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Grafik.2 Pertumbuhan Aset
Total Aset Growth Asset
-20.00% -10.00% 0.00% 10.00% Rp(20,000,000) Rp20,000,000 Rp40,000,000 Rp60,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
grafik.3 ROA
laba sebelum pajak Total Aktiva ROA
-200.00% -150.00% -100.00% -50.00% 0.00% 50.00% Rp(2,000,000.00) Rp2,000,000.00 Rp4,000,000.00 Rp6,000,000.00 Rp8,000,000.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
grafik 4. ROE
(0.200) (0.150) (0.100) (0.050) 0.050 Rp(10,000,000) Rp10,000,000 Rp20,000,000 Rp30,000,000 Rp40,000,000 Rp50,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Grafik 5. ROI
Total Aktiva Laba bersih ROI
Rp(10,000,000) Rp10,000,000 Rp20,000,000 Rp30,000,000 Rp40,000,000 Rp50,000,000 Rp5,000,000 Rp10,000,000 Rp15,000,000 Rp20,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Grafik.6 NOM
PO DBH BO Rata-Rata Aktiva Produktif NOM
50.000 100.000 150.000 Rp5,000,000 Rp10,000,000 Rp15,000,000 Rp20,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Grafik.6 BOPO
Simulasi Arisan Madina Dalam Satu Grup Setoran 100.000 Dengan Jangka Waktu 36 Bulan 2%
BLN N SETORAN SALDO BONUS
BULANAN
PENCAIRAN
ARISAN SALDO AKHIR BAGI HASIL TOTAL BIAYA TABUNGAN ER BULAN BERJALAN 15% 1 200 20,000,000 20,000,000 500,000 100,000 19,900,000 33,333 533,333 32.2% 15% -17.2% 2 199 19,900,000 39,900,000 500,000 200,000 39,600,000 66,330 566,330 17.2% 15% -2.2% 3 198 19,800,000 59,700,000 500,000 300,000 59,100,000 98,993 598,993 12.2% 15% 2.8% 4 197 19,700,000 79,400,000 500,000 400,000 78,400,000 131,320 631,320 9.7% 15% 5.3% 5 196 19,600,000 99,000,000 500,000 500,000 97,500,000 163,313 663,313 8.2% 15% 6.8% 22 179 17,900,000 416,900,000 500,000 2,200,000 391,600,000 655,930 1,155,930 3.5% 15% 11.5% 23 178 17,800,000 434,700,000 500,000 2,300,000 407,100,000 681,893 1,181,893 3.5% 15% 11.5% 24 177 17,700,000 452,400,000 500,000 2,400,000 422,400,000 707,520 1,207,520 3.4% 15% 11.6% 25 176 17,600,000 470,000,000 500,000 2,500,000 437,500,000 732,813 1,232,813 3.4% 15% 11.6% 26 175 17,500,000 487,500,000 500,000 2,600,000 452,400,000 757,770 1,257,770 3.3% 15% 11.7% 27 174 17,400,000 504,900,000 500,000 2,700,000 467,100,000 782,393 1,282,393 3.3% 15% 11.7% 28 173 17,300,000 522,200,000 500,000 2,800,000 481,600,000 806,680 1,306,680 3.3% 15% 11.7% 29 172 17,200,000 539,400,000 500,000 2,900,000 495,900,000 830,633 1,330,633 3.2% 15% 11.8% 30 171 17,100,000 556,500,000 500,000 3,000,000 510,000,000 854,250 1,354,250 3.2% 15% 11.8% 31 170 17,000,000 573,500,000 500,000 3,100,000 523,900,000 877,533 1,377,533 3.2% 15% 11.8% 32 169 16,900,000 590,400,000 500,000 3,200,000 537,600,000 900,480 1,400,480 3.1% 15% 11.9% 33 168 16,800,000 607,200,000 500,000 3,300,000 551,100,000 923,093 1,423,093 3.1% 15% 11.9% 34 167 16,700,000 623,900,000 500,000 3,400,000 564,400,000 945,370 1,445,370 3.1% 15% 11.9% 35 166 16,600,000 640,500,000 500,000 3,500,000 577,500,000 967,313 1,467,313 3.0% 15% 12.0% 36 165 16,500,000 657,000,000 500,000 3,600,000 590,400,000 988,920 1,488,920 3.0% 15% 12.0% TOTAL 657,000,000 18,000,000 590,400,000 19,596,495 37,596,495 RATA RATA 500,000 324,983,333 544,347 1,044,347 5.7% 9.3% TOTAL FUNDING 590,400,000 RATA-RATA FUNDING 324,983,333 TABEL 3