• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOTOBUANG Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TOTOBUANG Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

239

TOTOBUANG

Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman 239—251

KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN KISAH JOKOWI KECIL SEBELUM MENJADI PRESIDEN

(The Politeness of Language of Detik.com in The Story of The Young Jokowi Before Become A President)

Roni Ardian Zulianto Universitas Gadjah Mada Bulak Sumur, Depok, Yogyakarta

Pos-el: [email protected]

Diterima: 24 Maret 2020; Direvisi: 12 Agustus 2020; Disetujui: 20 Oktober 2020 doi: https://doi.org/10.26499/ttbng.v8i2.203

Abstract

The mass media has a structure of language to make the readers know what they mean. Besides, the politeness of language, in mass media, is very important to avoid a conflict between readers and the others society. Mass media did this because it did not want to cause a conflict from their discourse. The purpose of this research is to find out the use of politeness strategies in the discourse to reach an object. Therefore, in this study, the politeness of language in the mass media will be explained based on the meaning of the text through the Leech theory 2014 which concludes the types of politeness with 6 categories as policy maxim, generosity maxim, the maxim of appreciation, humility maxim, agreement maxim, and attention maxim or what is called a maxim of sympathy. To use the theory, this research needs a method to analyzed, the method is ‘simak’ with ‘bebas libat cakap’ technique. Then to get the results, the data analyzed by using Padan pragmatic method with direct classification techniques. The results of this study found 18 politeness from all categories of politeness described by Leech (2014).

Keywords: Mass media, Politeness, News, Speech acts. Abstrak

Media massa mempunyai sebuah tatanan bahasa dan juga struktur agar pembaca bisa memahami apa yang mereka maksud. Selain itu, kesopanan dalam bahasa juga sangat dijaga agar tidak menimbulkan konflik dari kalangan pembaca dan masyarakat secara luas. Hal itu dilakukan oleh media massa karena media massa tidak mau menimbulkan konflik dari wacana yang mereka tayangkan. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kesopanan dalam wacana yang digunakan oleh media massa untuk memberitakan suatu objek. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, kesopanan bahasa dalam media massa akan dijelaskan sesuai dengan makna yang terkandung di dalam teks melalui teori Leech 2014 yang menyimpulkan jenis kesopanan dengan 6 kategori, meliputi maksim kebijakan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kerendahan hati, maksim persepakatan, dan maksim perhatian atau disebut dengan maksim kesimpatikan. Selain mengggunakan teori tersebut, penelitian ini juga membutuhkan adanya metode untuk menganalisis daya, metode tersebut, yaitu metode simak dengan teknik bebas libat cakap. Kemudian untuk memperoleh hasil yang maksimal, analisis data juga menggunakan metode Padan Pragmatik dengan teknik klasifikasi data secara langsung. Hal itu dilakukan agar hasil yang diperoleh dari subjek penelitian terkait berita detik.com lebih akurat. Hasil dari penelitian ini ditemukan ada 18 kesopanan dari seluruh kategori kesopanan yang dipaparkan oleh Leech (2014).

Kata-kata kunci: Kesopanan, Berita, Tindak tutur, Media massa PENDAHULUAN

Perkembangan bahasa terjadi dikarenakan adanya faktor perubahan kehidupan sosial budaya yang terus berkembang. Selain itu, ada juga yang disebabkan oleh faktor pengaruh status

sosial dari pengguna bahasa dalam kehidupan sosial budaya. Kedua faktor tersebut menjadi faktor penting yang mempengaruhi bahasa karena mereka berada di dalam kehidupan sosial yang membutuhkan bahasa agar dapat

(2)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251

240

berkembang seiring dengan perkembangan budaya dari pengguna bahasa. Hubungan bahasa dan budaya dalam kehidupan sosial memang tidak dapat dijelaskan secara pasti karena bahasa adalah alat bagi orang yang hidup di suatu budaya untuk berkembang sehingga dari hal itu hubungan bahasa dan budaya akan terus saling mempengaruhi. Salah satu contoh hubungan tersebut, yaitu bahasa yang digunakan oleh anak muda saat ini banyak yang mengesampingkan kesopanan dan lebih mengutamakan keakrapan, seperti kalimat ‘jek (nama asli Zaki) ! Gimana kabar lo..’. Pada contoh itu terlihat bahwa bahasa yang digunakan oleh pengguna hanya memperlihatkan kenyamanan atau keakraban saja. Sementara itu, jika memperhatikan kesantunan makna dalam bahasa maka seharusnya bahasa tersebut menjadi ‘Zaki bagaimana kabarnya?’ yang telihat lebih sopan. Penggunaan bahasa seperti contoh di atas memang terasa biasa saja karena bahasa tersebut sudah menjadi bahasa gaul anak muda saat ini. Akan tetapi, bahasa tersebut akan terasa kasar dan kurang sopan jika yang mengetahui atau yang membaca memiliki latar belakang status sosial yang berbeda. Oleh sebab itu, media massa sangat berhati-hati dalam menggunakan bahasa agar tidak terjadi konflik atau kesalah pahaman.

Hubungan bahasa dan budaya seperti yang dicontohkan di atas juga pernah dijelaskan oleh Wardhaugh dan Janet (2014, hlm. 11) yang menyatakan bahwa hubungan bahasa dan budaya secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh kehidupan sosial atau status sosial dari pengguna bahasa dan budaya. Namun, Wardhaugh dan Janet juga menjelaskan bahwa bahasa juga dapat mempengaruhi kehidupan status sosial dan masyarakat, contohnya bahasa iklan yang menarik dapat merubah minat seseorang tentang suatu produk tertentu yang dipasarkan oleh seseorang. Selain itu, bahasa juga bisa sebagai media yang mendeskripsikan keadaan budaya saat ini.

Salah satu contohnya, yaitu karya budaya yang saat ini sedang berkembang dan digemari oleh banyak orang di belahan dunia, yaitu media sosial daring yang semakin banyak dimanfaat masyarakat modern, seperti facebook, instagram, dan sebagainya.

Pada kehidupan masyarakat modern saat ini, peran media sosial banyak digunakan untuk mengekspos sebuah berita melalui internet dan juga berbagi informasi mulai dari ekonomi, budaya, sosial, peristiwa, sampai dengan peristiwa politik. Salah satu contoh website media massa yang selama ini sudah banyak diakses oleh publik, yaitu detik.com. Server detik.com tersebut merupakan salah satu website terbesar tanah air yang juga menyampaikan berbagai beritanya melalui jejaringan sosial. Berbagai macam topik berita bisa ditemukan dalam website tersebut, mulai dari ekonomi, sosial, bisnis, olahraga, dan politik. Detik.com didirikan oleh Budiono Darsono pada tahun 1998 dan mulai daring pada bulan Juli dengan nama detikcom. Namun pada tahun 2011 tepatnya pada bulan agustus, detik.com diakuisisi oleh PT. Agranet Multicitra Siberkom/Agrakom dan berada di bawah naungan perusahaan Trans Corpora. selain detik.com, berbagai website berita lain juga bisa diakses dengan muda untuk memperoleh berita terbaru setiap harinya, seperti Msn, Yahoo News, Metro News, Tvone news, Jawa pos, dan sebagaianya. Namun di balik semua berita yang dipublikasikan oleh media massa ke dalam website mereka, ada banyak sekali pertimbangan dalam penyampaiakan berita mereka kepada publik, salah satunya adalah bahasa dalam segi pengemasan yang harus dipakai.

Pengemasan bahasa pada media massa memang sering menjadi perbincangan para ahli khususnya para ahli bahasa. Hal itu disebabkan karena pemakaian bahasa yang berkembang pesat di media massa seperti detik.com, mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi orang banyak, terutama

(3)

Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)

241 bagi orang-orang yang memiliki kepentingan

besar seperti pengusaha, politik, dan sebagaianya. Faktor lain yang menjadikan bahasa mendapat perhatian lebih dari para ahli, yaitu bahasa juga mempunyai kekuatan untuk mengubah segalanya terutama dalam bidang ekonomi dan politik. Selain itu, bahasa juga merupakan praktik diskursif yang terjadi dalam kehidupan sosial (Fairclough, 2013, hlm. 92-93). Oleh karena itu, bahasa yang digunakan harus sopan agar tidak menimbulkan persoalan dalam kehidupan sosial. Kesopanan bahasa yang dimaksud di atas, yaitu bahasa dalam media massa harus bisa meberikan nilai-nilai yang bagus bagi aspek-aspek sosial dan budaya dalam perkembangan kehidupan sosial dan tidak memecah belah suatu budaya dalam kehidupan sosial budaya. Oleh sebab itu, permasalahan kesopanan dalam berbahasa perlu di terapkan oleh media massa daring dan luring dalam menyiarkan beritanya ke publik agar dapat memberikan infromasi tanpa menimbulkan perselisihan.

Salah satu contohnya, beberapa tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2017, media massa detik.com yang merupakan media massa terbesar di Indonesia meliput dan mempublikasikan sebuah berita tentang orang nomor satu di negara Indonesia, yaitu Presiden Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan nama Jokowi. Pada wacananya, detik.com menceritakan tentang kisah ketika Jokowi masih belum menjadi tokoh masyarakat. Dari wacana yang telah dipublikasikan dalam laman detik.com. Bahasa untuk memberitakan Jokowi ditata dengan sangat baik dengan menampilkan beberapa kutipan dari nara sumber yang sudah disusun dengan baik, salah satu contoh data yang sudah ditemukan, yaitu:

‘Menurut Bandi, Jokowi kecil senang membuat terowongan dari tanah dan naik sepeda. Namun ada satu kesukaan anak-anak yang tak pernah bisa dilakukan Jokowi.

Coba saja suruh naikin layangan, pasti enggak bisa. Taruhan sama saya," ujar Bandi sambil tertawa.

Bandi menambahkan, Jokowi kecil merupakan pribadi pendiam, tidak suka membaur bila ada kerumunan orang. Ia memilih pulang ke rumah dan istirahat.’ (diambil dari detik.com)

Contoh penggunaan struktur bahasa di atas terlihat tidak informal dan terkesan santun. Namun dengan adanya bahasa seperti di atas, makna yang terasa lebih bisa diterima dan terlihat sopan karena bisa menggambarkan kisah tersebut kepada publik.

Kesantunan bahasa seperti contoh di atas dapat memberikan penjelasan kepada publik tentang subjek yang ingin diceritakan. Akan tetapi, dalam bahasa media massa, kesantunan atau kesopanan dalam wacana memiliki bermacam-macam bentuk. Oleh karena itu, untuk mengetahui hal tersebut, penelitian ini dibuat agar dapat mengetahui struktur kesantunan bahasa yang digunakan oleh media massa kususnya pada detik.com. Oleh karena itu, objek penelitian ini di ambil dari wacana media massa detik.com tentang Jokowi di masa kecil sampai dengan menjadi tokoh masyarakat. Melalui wacana tersebut, kesantunan dalam berbahasa dari media massa detik.com dapat dijelaskan secara sistematis sesuai dengan hasil analisis. Selain alasan tersebut, terpilihnya wacana media massa detik.com sebagai subjek dari penelitian ini, yaitu karena berita yang dipublikasikan oleh detik.com selalu menjadi berita terhangat dan terbaru, seperti isu-isu tentang artis, pengusaha yang sukses, dan bahkan kebangkrutan seorang bintang dalam usahanya. Di samping itu, semua berita yang ditayangkan tersebut juga tidak pernah mendapatkan protes keras dari pihak terkait. Hal itulah yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui dan meneliti kesantunan bahasa yang digunakan oleh media massa detik.com dalam menyampaikan wacana dan beritanya kepada publik.

Penelitian tentang kesantunan berbahasa memang sudah sering dilakukan oleh beberapa peneliti. Berikut ini adalah

(4)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251

242

beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, pertama, yaitu Ahmad Maulidi (2015) yang membahas kesantunan berbahasa dalam media sosial Facebook. Maulidi juga menggunakan teori dari Leech untuk mengetahui kesantunan berbahasa di dalam media sosial facebook dan membahas maksim secara keseluruhan seperti yang disebutkan oleh Leech. Akan tetapi, penelitian ini masih mengkaji objek berdasarkan tuturan dari facebook secara langsung sehingga kajian kesantunan berbahasa di dalam sebuah teks masih belum bisa dipenehu karena teks yang dianalisis merupakan bentuk tuturan dari informal dari seseorang. Penelitian selanjutnya, yaitu Hanum Sari (2017). Dalam penelitianya, Sari membahas bagaimana kesantunan berbahasa pada sebuah iklan. Sari juga menggunakan teori kesantunan berbahasa dari Leech untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa dalam iklan televisi. Penelitian tersebut telah menemukan beberapa maksim yang berada di dalam iklan televisi. Selain itu, Sari juga menemukan beberapa pelanggaran kesantunan dari keenam maksim tersebut. Selanjutnya, penelitian tentang kesantunan berbahasa juga pernah dilakukan oleh Diani Febriasari dan Wenny Wijayanti (2018). Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan menggunakan teori dari Leech. Hasil penelitian tersebut telah menemukan semua maksim yang telah di sebutkan oleh Leech dan juga pelanggaran maksim yang telah ditemukan pada data penelitianya.

Dari penelitian terdahulu yang telah disebutkan di atas, penelitian-penelitian tersebut ternyata masih banyak yang membahas tentang kesantunan dalam berbahasa yang mengacu pada tindak tutur seseorang secara langsung dan masih belum merambat ke dunia wacana seperti berita. Hal inilah yang kemudian membuat peneliti tertarik untuk mengetahui kesantunan bahasa yang digunakan oleh media masa dalam memberitakan sebuah peristiwa atau kisah

seseorang kepada publik. Dari kekosongan ruang dalam kajian tersebut, Penelitian ini dimaksudkan untuk mengisi kajian tentang kesantunan berbahasa terkait bahasa yang dipakai oleh media massa daring dalam bentuk teks berita yang ditayangkan oleh detik.com.

Penelitian ini mengambil objek pemberitaan tentang kisah sejarah orang nomor satu di Indonesia untuk dianalisis dengan melihat segi makna yang terdapat dalam unsur kebahasaan, seperti kata, kalimat, dan juga klausa serta hubungan antar kalimat sehingga dari hal itu bisa diketahui dengan jelas kesantunan bahasa yang dipakai oleh detik.com. Namun, untuk mengetahui dan mengkaji teks dari media massa detik.com. Penelitian ini menggunakan teori kesantunan berbahasa yang diutarakan oleh Leech (2014, hlm. 91). Penggunaan teori tersebut dimaksudkan agar bentuk bahasa yang sudah direkontruksi oleh media massa dapat diklasifikasikan dan dipahami maknanya. Hal itu dilakukan karena media massa memperhalus bahasa mereka sehingga ketika dipublikasikan tidak menimbulkan masalah dalam kesantunan berbahasa.

Kesantunan dalam berbahasa memang sangat berpengaruh dalam berinteraksi satu sama lain agar terjalin hubungan antar sesama mahluk sosial. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Usman ( 2015, hlm. 9) yang menjelaskan bahwa kesantunan dalam berbahasa itu diperlukan untuk menjalin hubungan yang baik antar penutur dan lawan tutur agar bisa saling berdampingan dalam berbicara. Selain hal tersebut, melalui bahasa, seseorang juga bisa dinilai baik dan buruk moralnya dan tingkah lakunya. Namun, cerminan seseorang tidak hanya bisa dilihat melalui sebuah tuturan saja tapi dari tulisan dan teks juga bisa diketahui tingkat kesopanan seorang. Dari penjelasan tersebut, kesopanan dalam berbahasa sangat diperlukan. Oleh karena itu, prisnsip atau jenis-jenis kesopanan dalam berbahasa dikatakan oleh Leech

(5)

Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)

243 (2014, hlm. 91) yang mengatakan bahwa

strategi kesantunan itu ada 10 jenis. Kesepuluh jenis tersebut sering dilakukan dan juga dilanggar oleh manusia dalam berkomunikasi sehari-hari. Hal itu disebakan karena status sosial dalam hubungan pertemanan, seperti hubungan teman dekat, status sosial, dan sebagaianya. Salah satu contohnya, yaitu ketika seseorang sudah kenal akrab maka ketika menyapa akan menggunakan kata lain dan bukan namanya lagi seperti cok….. bagaimana kabarmu?.” Dalam kasus ini, hubungan keakraban sering melanggar batasan-batasan moral dan kesopanan dalam berbahasa. Namun apa pun alasannya, sebuah kesantunan tetap diperlukan terlebih pada media massa daring yang memberitakan berbagai pihak, seperti kelompok politis, pengusaha atau individu.

LANDASAN TEORI

Kesopanan dalam mengggunakan bahasa sangat dipengaruhi oleh kehidupan sosial budaya, seperti status sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagaianya. Dari pengaruh kehidupan sosial tersebut maka kesopanan dalam berbahasa juga mengalami perbedaan. Oleh karena itu Leech (2014, hlm. 91) menjelaskan bahwa strategi kesantunan dalam berbahasa itu ada beberapa tipe, yaitu pertama maksim kebijakkan (tact Maxim). pada strategi ini, Bahasa dipakai untuk mengatakan sebuah tuturan dan tuturan tersebut memperhatikan sebuah keuntungan yang maksimal pada pihak lain. Hal tersebut seperti apa yang dikatakan oleh Atibrata (2014, hlm. 14) yang menjelaskan bahwa maksim kebijaksanaan, yaitu maksim yang menguraikan bahwa setiap orang yang menuturkan tuturan melalui bahasa untuk meminimalkan kerugian orang lain atau bisa dikatakan memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Orang yang bisa melakukan hal tersebut biasanya orang yang memiliki pribadi yang sangat santun. Akan tetapi, Hal itu akan terjadi jika maksim kebijakan ini terlaksana

dan mampu dilakukan oleh seseorang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam contoh berikut ini,

‘...coba saja suruh naikin layangan, pasti enggak bisa...’

Contoh di atas menggambarkan tentang adanya keuntungan yang diberikan oleh seorang penutur pada mitra tutur dan menggambarkan adanya sedikit kerugian. Hal tersebut adalah salah satu contoh kecil terkait maksim kebijakan.

Maksim berikutnya, yaitu Maksim Kedermawanan. Bahasa yang masuk kategori maksim tersebut biasanya digunakan untuk menghindari dari rasa sombong seseorang karena sesuatu yang ada di dalam dirinya, seperti dermawan, rendah hati, dan sebagaianya. Bahasa seperti itu akan masuk ke dalam kriteria dari maksim kedermawanan, yaitu sebuah bahasa yang mencerminkan sifat kemurahan hati dari seseorang dalam Bahasa Jawa disebut dengan LOmAn yaitu baik hati. Slamet dan Suwarno (2013, hlm. 47) mengatakan bahwa maksim kemurahan hati merupakan maksim yang menyatakan bahwa seseorang harus mengurangi keuntungan diri sendiri, tetapi memaksimalkan keuntungan untuk orang lain. Hal itu sejalan dengan penjelasan dari Alfi dan Farida (2019, hlm. 76) yang mengatakan jika maksim kedermawanan yaitu memberikan sebagaian besar keuntungan untuk orang lain dan hanya mengambil sekecil mungkin keuntungan untuk diri sendiri. Dengan menggunakan dan mengetahui penjelasan maksim ini, penggunaan bahasa untuk menghargai orang lain dapat tercipta dan hal ini akan terwujud jika seseorang bisa mengurangi keuntungan dalam dirinya dan memaksimalkan pihak lain. Untuk lebih jelasnya terkait maksim tersebut dapat dilihat pada contoh berikut ini.

‘...dulu ia juga sering mengantarkan Jokowi ke rumah pamannya di Gondangrejo, Karanganyar...’

Maksim kedermawanan dalam contoh di

(6)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251

244

mengantarkan.kata tersebut menjelaskan adanya kebaikan yang memaksimalkan keuntungan untuk orang lain.

Selanjutnya, yaitu maksim penghargaan. Dalam maksim ini, pemakaian Bahasa bisa dipakai untuk melihat kehidupan sosial seseorang yang selalu santun pada sesama atau selalu berusaha untuk menguntungkan atau menghargai pihak lain. Menurut Febriasari dan Wenny (2018, hlm. 142) maksim penghargaan yaitu sebuah bahasa dalam tindak tutur yang banyak menghargai orang lain. Semua itu bisa terjadi jika orang yang menggunakan Bahasa dalam berkomunikasi selalu mencoba untuk menghargai orang lain. Hal itu seperti yang dikatakan oleh Hanum Sari (2017, hlm. 431) yang mejelaskan bahwa saling menghargai akan muncul diantara pembicara dan yang diajak bicara jika keduanya sama-sama saling menghargai dan paham dengan cara komunikasi yang baik. Melalui adanya maksim ini, setiap penutur bahasa akan terlihat bagaiman rasa hormatnya pada orang lain. Berikut ini adalah contoh dari maksim tersebut.

‘...Jokowi gemar menapak tilas ke semua kampung yang pernah menjadi bagian dari hidupnya itu. Ia juga rajin menyapa teman-teman sepermainannya waktu kecil...’

Dari kata-kata yang bercetak tebal tersebut dapat dipahami tentang adanya makna yang menyanjung atau menghargai seseorang karena susuatu yang dimilikinya.

Kemudian, maksim selanjutnya, yaitu Maksim Kerendahan Hati. Dalam maksim kerendahan hati, sebuah tindak tutur atau ucapan manusia dapat mencerminan kerendahan hati seseorang dalam menghormati seseorang. Dalam maksim ini, tuturan seseorang ditandai dengan banyaknya kecaman pada diri sendiri entah itu pujian atau cacian (Kusno, 2015 hlm. 67). Pendapat serupa juga dijelaskan oleh Alfi dan Farida (2019, hlm. 76) yang menjelaskan bahwa maksim ini banyak menunjukan adanya tentang sikap yang

sedikit dalam memuji diri sendiri dan memperbanyak kecaman pada diri sendiri. Contoh dalam kejadian seperti penjelasa tersebut, yaitu adanya tuturan permohonan maaf atas kesalahan diri sendiri kepada seseorang atau sesuatu yang lebih menguntungkan pada seseorang. Dari penjelasan tersebut, penutur yang berkomunikasi atau berinteraksi bisa terlihat apakah bahasa yang digunakan tersebut menghargai orang lain atau tidak karena dalam tuturan seseorang jarang terlihat menggunakan tuturan atau bahasa yang merendahkan hati ketika berbicara atau komunikasi kecuali ketika meminta maaf atas terjadinya kesalahan.berikut ini adalah contoh maksim kerendahan hati.

‘...Jokowi sering menghabiskan waktu di sungai kalau berkunjung ke Kragan...’

Makna kerendahan hati dalam contoh tersebut dapat dipahami pada kata yang bercetak tebal di atas yang memiliki arti bahwa subjek telah merendahkan dirinya untuk orang lain.

Maksim selanjutnya, yaitu Maksim Persepakatan. Maksim tersebut merupakan sebuah bahasa yang menjelaskan tindak tutur yang membina atau mengarahkan pengguna bahasa pada satu pemahaman yang saling mengerti antara pendapat mitra tutur dengan penutur. Pendapat serupa juga dikatakan oleh Febriasar dan Wenny (2014, hlm. 143) yang menjelaskan jika pada maksim ini tindak tutur harus dijaga agar bisa tercipta kemufakatan antara penutur dan mitra tutur atau penulis dan pembaca. Pendapat serupa juga diutarakan oleh Slamet dan Suwarno (2013, hlm. 47) yang mengatakan bahwa maksim persepakatan menunjukan adanya tindak tutur yang saling menghargai sehingga tercipta adanya kesepakatan, contohnya ketika seseorang sedang berbicara tentang suatu ususlan terhadap masalah tertentu pasti ada yang tidak setuju. Namun, untuk mencapai persetujuan itu seseorang harus diskusi dengan saling menghargai agar tercapainya

(7)

Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)

245 sebuah persetujuan. Contoh berikut ini akan

membantu untuk memahami maksim persepakatan

‘...kali Pepe menjelang sore. Bandi,... langsung menuju sungai untuk bermain. Tak ketinggalan di belakangnya Joko Widodo...’

Rangkaian kata yang bercetak tebal di atas merupakan rakaian kata yang menjelaskan adanya makna kesepakatan yang dimaksud dalam maksim persepakatan.

Maksim seanjutnya, yaitu maksim Kesimpatihan. Maksim kesimpatihan merupakan suatu tindak tutur yang menunjukan adanya sifat kasih sayang dalam diri manusia. Dalam maksim keperhatian atau kesimpatihan ini, sebuah keperhatian atau kesimpatihan seseorang kepada orang lain dapat dilihat melalui tuturan kata dan ekspresi wajah penutur. Dalam hal ini yang dimaksud yaitu, penutur tidak bersikap dingin tapi ramah dan interaktif dengan orang yang diajak bicara atau bisa dikatakan maksim ini adalah sebuah perhatian dari penutur pada mitra tutur. Alfi dan Farida (2019, hlm. 76) menjelaskan bahwa maksim simpati atau kesimpatihan adalah maksim yang mengurangi antipati antara diri sendiri pada orang lain dan memperbesar simpati pada orang lain. Selain itu Sari (2017, hlm. 432) juga mengatakan jika pada maksim kesimpatihan ini bahasa yang digunakan untuk bertutur harus dijaga dan lebih menjunjung simpati terhadap orang lain melalui bahasa yang digunakan untuk bertutur dengan baik. Berikut ini adalah contoh yang mengandung kata yang memberikan makna simpati dan perhatian pada orang lain.

‘...Bagaimana kabarnya? Sehat apa enggak anak-anak?’ Ya, biasa… orang Jawa...’

Contoh seperti yang telah ditunjukan di atas merupakan kata-kata yang mengandung makna untuk memperdulikan atau bersimpati pada orang lain. Hal itu terlihat

dengan jelas pada rangkaian kata yang bercetak tebal di atas.

Selanjutnya maksim keharusan atau kewajiban. Pada maksim ini, bahasa yang digunakan unutk bertutur kata menunjukan adanya suatu keharusan yang harus terpenuhi. Hal itu seperti yang di jelaskan oleh Leech (2014, hlm. 95-96), yaitu bahasa yang menjelaskan suatu keharusan yang dilakukan untuk memberikan penghormatan yang tinggi. Contohnya, yaitu ketika seseorang meminta maaf atas kesalahanya maka harus dimaafkan atau sesuatu yang mengharuskan sesuatu untuk dilakukan. Kemudian, maksim selanjutnya, yaitu maksim opini. Leech (2014, hlm. 97) menjelaskan bahwa maksim opini merupakan sebuah maksim yang menggambarkan adanya bahasa yang dipakai untuk menyambaikan pendapat dan opini, seperti menurut saya, dia berfikir, dan sebagaianya. Berikut ini adalah contoh yang telah detumukan dalam data.

‘...Menurut Bandi, selain bermain di tepi sungai, Jokowi kecil senang membuat terowongan dari tanah dan naik sepeda...’

Dari tipe maksim yang telah disebutkan dan dijelaskan di atas maka teori dari Leech yang mengkaji tentang strategi kesantunan berbahasa dipilih oleh peneliti untuk mengkaji kesantunan berbahasa wacana Jokowi dalam media massa daring detik.com. Alasan tersebut didasarkan karena pada saat ini media masa daring lebih sering dibaca oleh banyak orang daripada media masa manual, seperti koran dan majalah sehingga berawal dari permasalahan yang sudah dipaparkan di atas maka penelitian ini mencoba untuk mencari tahu beberapa jenis strategi kesantunan berbahasa dari detik.com dan apa sajakah bentuk maksim kesantunan yang dipakai dalam media massa daring detik.com? Melalui rumusan permasalah tersebut peneliti dapat memberikan penjelasan terkait hasil analisis yang sesuai dengan teori yang sudah dipaparkan di atas. Selain rumusan

(8)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251

246

masalah tersebut, penelitian ini juga menggunakan metode, yaitu metode simak, metode tersebut digunakan oleh peneliti karena dalam proses pengumpulan data tersebut membutuhkan kejelian dalam menganalisis data. Untuk lebih jelasnya terkait metode dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode simak dengan menggunakan teknik lanjutan berupa teknik bebas libat cakap dengan praktik unduh dan catat karena sifat data yang berupa element kebahasaan, seperti kata, kalimat, dan klausa. Selain itu, metode dan teknik tersebut merupakan salah satu metode yang dipandang sangat sesuai oleh peneliti karena proses dan langkah-langkah pengumpulan data yang telah dilakukan oleh peneliti.

Adanya teknik dan metode tersebut sangat membantu keakuratan dari data yang terkumpul dari laman detik.com. Metode simak tersebut merupakan metode membutuhkan kejelian dalam pengamatan dan penyimakan terhadap data tanpa harus terjun lapangan. Penjelasan tersebut sesuai dengan penjelasan dari Mahsun (2012, hlm. 92) yang mengatakan bahwa metode simak adalah sebuah metode yang dilakukan demi tercapainya sebuah data yang dibutuhkan oleh peneliti dengan cara menyimak penggunaan bentuk dari unsur bahasa baik secara lisan maupun secara tulisan. Sementara itu, dalam metode simak tersebut, adanya teknik untuk melaksakan metode sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, teknik juga digunakam dalam penelitian ini. Merujuk pada sifat data dan metode yang digunakan untuk menganalisis data maka tekniok yang digunakan, yaitu teknik bebas libat cakap. Hal tersebut dilakukan karena peneliti tidak terlibat secara langsung di dalam lapangan untuk mengumpulkan data tetapi hanya melakukan penyimakan tanpa terlibat secara langsung. Untuk penjelasan terkait dengan teknik tersebut, Sudaryanto

(2015, hlm. 204) menjelaskan jika teknik bebas libat cakap dilakukan oleh peneliti karena peneliti tidak terlibat dalam dialog dan juga fisik dalam data. Artinya, dalam menganalisis data, peneliti tidak melakukan sesuatu yang mendukung adanya keterlibatan peneliti secara lagnsung di dalam data dan hanya melakukan penyimakan terhadap data.

Kemudian, dari data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dari berita yang publikasikan oleh detik.com. Peneliti juga menggunakan metode Padan-Pragmatis untuk memahami makna di dalam data. Selain itu, penggunaan metode Padan-Pragmatis juga dikarenakan sifat dari data tersebut yang berupa teks berita dan terbentuk dari unsur-unsur kebahasaan, seperti kata, klausa, dan kalimat, yang sudah diolah oleh media masa sehingga kata-kata dan kalimat yang membentuk suatu bahasa bisa memiliki kekuatan untuk mengarahkan sudut pandang pembaca. Akibatnya, dari berita tersebut, Munculah perbedaan pemikiran atau pendapat di pemikiran masyarakat luas yang membaca berita dari media massa. Metode padan- pragmatis yang telah dipakai oleh peneliti di atas sebenarnya juga telah dijelaskan oleh Sudaryanto (2015, hlm. 17) yang menjelaskan bahwa sebuah kata atau kalimat yang menjadi objek dari penelitian dan alat penentunya adalah anggota dari tubuh orang yang mendengar atau membaca hingga menimbulkan reaksi atau emosi dari orang tersebut maka metode tersebut termasuk metode Padan-Pragmatis.

Setelah proses analisis dari data tersebut dilakukan oleh peneliti maka peneliti kemudian ketahap berikutnya, yaitu mengklasifikasikan atau memilah kata, kalimat, dan klausa. Pengklasifikasian data tersebut dilakukan agar dapat memperoleh dan mengetahui makna yang dapat menyampaikan pesan dengan sopan melalui bahasa. Selain itu, analisis terhadap unsur-unsur dari bahasa tersebut sangat diperlukan agar pemahaman baik dari segi makna dan arti dalam bahasa yang digunakan dalam

(9)

Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)

247 kehidupan sosial saat ini bisa diungkapkan

secara akademis.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian terkait kesantunan berbahasa berdasarkan teori dari Leech 2014 akan dijelaskan melalui uraian singkat yang disertai dengan data atau kalimat yang sudah diklasifikasikan untuk menjadi bukti dari penerapan prinsip kesopanan berbahasa pada media masa Online detik.com. Penjelasan hasil tersebut akan dijelaskan berdasarkan dengan urutan tipe pada landasan teori di atas. Namun sebelum itu, penulis ingin menegaskan bahwa data tersebut diambil dari hasil cuplikan berita asli dari detik.com dan tidak ada yang diubah sama sekali baik itu tulisan ataupun bahasa yang dipakai oleh detik.com. Oleh karena itu, data tersebut sengaja dibiarkan asli dari sumber datanya agar terlihat dengan jelas kesopan berbahasa dari detik.com. Berikut ini adalah hasil analisis dari kesopanan berbadaha dari detik.com

1. Maksim kebijakan

Seperti yang telah disebutkan di atas dan diterangkan apa yang dimaksud dengan maksim kebijakan. Ada beberapa data yang masuk dan teridentifikasi sebagai kategori maksim kebijakan, dari data yang dianalisis dan diambil dari detik.com tentang pemberitaan kisah Jokowi. Berikut adalah hasil dari data yang telah ditemukan

1) “Jokowi dan Bandi kebetulan gandeng, sehingga hubungan di antara

kedua keluarga itu seperti

saudara.”(Gunawan, Deden dan Durohman, 2017).

Dari kalimat di atas yang menandakan kalau itu maksim kebijakan, yaitu terlihat pada rangkaian kata Jokowi dan bandi, yang kemudian disambung dengan kalimat hubungan di antara keluarga itu seperti saudara. Dari rangkaian kata-kata tersebut terlihat bahwa ada pengurangan keuntungan dari segi diri sendiri yaitu penutur untuk memaksimalkan orang lain. Strategi

kesantunan tersebut sesuai dengan strategi kesantunan berbahasa dari Leech 2014

2. Maksim kedermawanan

Pada maksim ini, sebuah rasa kebaikan pada diri seseorang tergambarkan dengan jelas melalui tuturan kata yang diucapkan oleh seseorang. Hal itu disebabkan karena prinsip pada maksim ini untuk mengurangi keuntungan pada dirinya dan memaksimalkan keuntungan pada pihak lain. Maka, Pelaksanaan maksim kedermawanan ini bisa dilihat pada data yang telah ditemukan oleh peneliti seperti berikut;

2) “Pada 2014 bibi Bandi ini bercerita, dulu ia juga sering mengantarkan Jokowi ke rumah pamannya di Gondangrejo, Karanganyar.”(Nugroho, 2017).

Pada data di atas, tuturan yang berupa kata mengantarkan ditandai sebagai kata yang menjelaskan sebuah prinsip dari maksim kedermawanan. Kata tersebut mengandung makna yang menggambarkan tentang adanya keuntungan berlebih untuk pihak lain dari pada dirinya sendiri. Selain prinsip tersebut, dalam kata itu juga terlukiskan adanya sebuah ketulusan hati dari seorang penutur untuk melakukan kebaikan. Begitu juga dengan kalimat yang ada di bawah ini, kalimat ini juga merupakan contoh data yang sudah ditemukan sebagai maksim kedermawanan.

3) “Saat Mas Jokowi menangis, saya yang

memboncengkannya ke rumah

pakdenya di Gondang,” kata Tarti.”(Nugroho, 2017).

Dari kalimat yang menjadi contoh temuan data tersebut, ada kata yang ditandai sebagai maksim kedermanan, yaitu kata memboncengkanya. Dalam konteks data di atas, kata tersebut memiliki makna yang menggambarkan adanya kebaikan seseorang tehadapa orang lain. Hal inilah yang dimaksud dengan memaksimalkan keuntungan terhadapa orang lain dan mengurangi keuntungan pada diri sendiri.

(10)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251

248

3. Maksim penghargaan

Selanjutnya pada maksim penghargaan juga ditemukan adanya sebuah data dan hasil yang memiliki prinsip kesopanan dan dipakai detik.com untuk memberitakan berita orang nomer satu di Indonesia tersebut. Sesuai dengan nama maksim penghargaan, maka disini prinsip maksim tersebut tergambarkan dengan sangat jelas yaitu selalu berusaha unutk memberikan keuntungan pada mitra tutur atau yang dituturkanya.

4) “Jokowi, ujarnya, merupakan pribadi pendiam saat masih kecil. Jokowi tidak suka membaur bila ada kerumunan orang. Ia memilih pulang ke rumah dan istirahat.”(Nugroho, 2017).

Gambaran kesantunan berbahasa pada data di atas dapat dilihat pada kata pendiam. Makna dari kata pendiam dalam data di atas lebih kemakna positif yaitu tidak nakal, tidak ikut-ikutan. Hal itu bisa digambarkan dengan jelas pada rangkaian kata yang mengikutinya, yaitu Jokowi tidak suka membaur bila ada kerumunan orang. Dari rangkaian kata tersebut, Makna dari kata pendiam bisa dilihat kalau kata tersebut memiliki arti yang positif. Bukti terkait adanya hal itu dapat dilihat dari kalimat berikut.

5) “Manut banget. Enggak pernah nakal dan enggak rewel sama sekali,” katanya ketika ditemui detikX rumahnya, Dukuh Demen, Desa Jeron, Kecamatan Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah.” (Nugroho, 2017).

Kalimat-kalimat di atas di tandai sebagai kata yang memiliki hubungan saling terkait dalam membentuk makna yang santun dalam menyampaikan arti. Hal itu bisa dilihat pada kata manut banget. Makna dari kata ini, yaitu memiliki arti yang sama seperti kata mengerti dan tidak tidak merepotkan. Kemudian, ada juga kata yang mengandung strategi kesantunan berbahasa yang menunjukkan arti penghargaan, yaitu kata enggak pernah nakal dan dilanjutkan

dengan kata enggak rewel sama sekali demikian juga dengan data yang ada pada kalimat di bawah ini.

6) “Ketika menjadi pejabat tinggi, Jokowi gemar menapak tilas ke semua kampung yang pernah menjadi bagian dari hidupnya itu. Ia juga rajin

menyapa teman-teman

sepermainannya waktu

kecil.”(Nugroho, 2017).

Pada data no. 6 di atas terdapat rangkaian kata gemar manapak tilas dan menyapa teman-teman sepermainanya. Rangkaian kata tersebut mengandung makna penghargaan yang telah diberikan oleh penutur kepada seseorang. Dalam data yang telah ditemukan di atas, media massa daring detik.com terlihat sangat jelas sekali memperhatikan kesantunan dalam bahasa mereka untuk mengemas berita-berita yang telah dipublikasikan. Hal itu dilakukan karena mereka benar-benar menyadari bahwa kesantunan dalam berbahasa sangat penting. Selain itu, bahasa yang santun juga bisa mempengaruhi semua orang yang membaca tanpa disadari oleh pembaca.

4. Maksim kerendahan hati

Pada maksim kerendahan hati ini, ada beberapa data yang sesuai dengan strategi kesantunan dari maksim kerendahan hati. Dalam maksim ini, bahasa yang digunakan oleh penutur terkesan tidak sombong dengan apa yang telah dikatakan kepada mitra tutur. Pada contoh data berikut ini akan terlihat dengan jelas seperti apa maksim kerendahan hati itu.

7) “Sering dikasih kaleng sendok pasir, anteng. Main saja begitu.”(Nugroho, 2017).

Pada data yang terlihat pada kalimat di atas, kesantunan berbahasa yang dimaksud dalam strategi dari maksim kerendahan hati terlihat pada kata dikasih. Dalam data tersebut, makna yang menggambarkan arti kerendahan hati dari seseorang dapat terlihat melalui makna dari kata tersebut. Kemudian, pada data yang telah ditemukan di bawah ini

(11)

Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)

249 juga bisa dilihat adanya maksim kerendahan

hati.

8) “Bandi mengatakan, suatu hari ia sedang menjemput tamu di Bandara Adi Soemarmo, Solo. Tiba-tiba ia didekati oleh Jokowi, yang saat itu baru tiba dari Jakarta. Jokowi pun menyapanya.” (Nugroho, 2017).

Pada temuan data no. 8 di atas, ada kata menjemput dan menyapa. Kedua kata tersebut digunakan untuk melambangkan suatu kerendahan hati untuk sebuah solidaritas antara teman. Gambaran seperti persaudaraan tersebut dapat dilihat dengan makna yang terkandung dari kedua kata tersebut.

5. Maksim persepakatan

Mendengar kata sepakat, pasti merujuk pada sebuah perbedaan pendapat yang sudah mencapai kesepakatan bersama. Dalam hal ini, persepakatan juga masuk dalam kategori maksim kesopanan. Di mana seorang penutur mencoba untuk mencapai kecocokan dengan mitra tutur. Berikut adalah data yang sudah ditemukan oleh peneliti dalam pemberitaannya.

9) “Jokowi yang pendiam saat masih kecil juga dituturkan Mbok Yem, yang mengasuh mantan Gubernur DKI Jakarta itu dari belajar merangkak hingga sekolah taman kanakkanak”. (Nugroho, 2017).

10) “Sama dengan di Kali Pepe, Jokowi sering menghabiskan waktu di sungai kalau berkunjung ke Kragan. Kragan adalah sebuah desa yang terletak di pinggir sungai terbesar di Pulau Jawa, Bengawan Solo.”(Nugroho, 2017). 11) Waktu itu dia masih Gubernur DKI. “Lo,

Pakde, kok di sini?’ Dia merangkul saya.

Orang-orang pada heran. Dia

ngomong, “Bagaimana kabarnya? Sehat apa enggak anak-anak?’ Ya, biasa… orang Jawa,” kata Bandi.”(Nugroho, 2017).

Pada tuturan-tuturan yang telah ditemukan di atas, ada rangkaian kata yang

ditandai sebagai kata strategi kesantunan dari maksim persepakatan. Rangkaian kata-kata tersebut telah bercetak tebal pada data no 9, 10, dan 11. Ketiga kata-kata dalam data tersebut disisipkan oleh detik.com untuk memberikan gambaran tentang sebuah kecocokan pemahaman atau kesamaan ide yang terjadi antara penutur yang menjadi nara sumber kisah Jokowi. Dari kalimat- kalimat yang menjadi data tersebut, kata-kata itu ditandai sebagai penggambaran yang sesuai untuk maksim persepakatan.

6. Maksim keperhatian/kesimpatihan Berbicara tentang adanya rasa perhatian dalam tuturan atau wacana dapat dilihat melalu strategi kesantunan bahasa yang diutarakan oleh Leech (2014, hlm. 97), yaitu maksim kesimpatihan. Dalam maksim tersebut, bahasa yang dipakai untuk bertutur atau bercerita menggambarkan adanya rasa perhatian. Contohnya, saya bahagia, sedih dan bangga. Untuk lebih jelasnya tentang maksim tersebut dapat dilihat pada data-data berikut ini.

12) “Sayang, ketika terjadi penggusuran Kampung Cinderejo Lor pada 1970, mereka berpisah. Bandi pindah ke seberang kali, yang menjadi tempat relokasi warga gusuran, sedangkan Jokowi ke rumah baru di Manahan.”(Nugroho, 2017).

13) “Jokowi juga sering ke rumah kakek dan neneknya di Desa Kragan, Gondangrejo. Sang kakek, Lamidi Wiryo Miharjo, menjadi kepala desa selama puluhan tahun di desa itu.”(Nugroho, 2017).

14) ‘Dia senang mencari burung sewaktu SMA pakai katapel, sering mandi, dan mencari ikan di sungai,” kata Heru kepada detikX di Kragan.’(Nugroho, 2017).

Pada data yang telah ditandai sebagai maksim kesimpatihan di atas, ada beberapa data yang telah menggambarkan maksim keperhatian disisipkan pada berita detik.com. Rangkaian kata Sayang, ke

(12)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251

250

rumah kakek dan neneknya, senang, merupakan sebuah ungkapan kata empati atau gambaran rasa haru seseorang pada apa yang dilakukan oleh orang lain. Hal itu dapat dilihat pada data no. 12. Makna serupa dengan data no. 12 juga dapat dilihat pada rangkaian kata bercetak tebal pada data no. 13 dan 14.

7. Maksim opini

Maksim ini sering dimunculkan dalam tindak tutur ataupun wacana, seperti koran, majala, berita, dan sebagaianya. Menurut Leech (2014, hlm. 97) menjelaskan bahwa maksim ini merupakan sebuah maksim yang menunjukan adannya penggunaan bahasa yang digunakan untuk bertutur dalam mengutarakan suatu pendapat seseorang. Berikut ini adalah salah satu contoh temuan data yang ditemukan dalam wacana detik.com.

15) “...Bandi mengatakan, suatu hari ia sedang menjemput tamu di Bandara Adi Soemarmo, Solo. Tiba-tiba ia didekati oleh Jokowi, yang saat itu baru tiba dari Jakarta. Jokowi pun menyapanya....”

Kata mengatakan dalam data di atas menggambarkan bahwa ada pendapat seseorang yang dimasukkan ke dalam wacana atau tuturan untuk mendukung dan memperjelas adanya informasi yang disampaikan oleh penutur.

PENUTUP

Dalam wacana tentang pemberitaan pak Jokowi yang dilakukan oleh detik.com pada 16 dan 14 Januari 2017, pengemasan kesantunan berbahasa pada media sosial memang benar-benar dilakukan oleh media massa terkait. Dalam penelitian ini, hal itu dilakukan oleh media massa daring detik.com. Alasan yang mendasari akan terjadinya pengemasan bahasa tersebut, yaitu kesantunan dalam berbahasa sangat penting karena bisa mengubah sesuatu yang baik menjadi buruk, dan yang buruk menjadi baik. Akan tetapi, kesantunan yang telah dilakukan oleh media massa daring

detik.com telah membuktikan jika media massa juga menerapkan banyak sekali strategi kesantunan dalam berbahasa untuk menghindari konflik dan kesalahpahaman arti.

Strategi kesantunan bahasa yang dipakai oleh detik.com, yaitu maksim kebijakan, maksim kesederhanaan, maksim kedermawanan, maksim opini, maksim kesimpatihan, maksim kerendahan hati, dan maksim persepakatan. Maksim-maksim tersebut digunakan oleh media massa daring detik.com agar dalam berita tentang orang nomor satu di negara ini tidak mengalami keganjalan dan kesalahan dalam memahami maksud yang ingin disampaikan. Selain itu, dengan terbuktinya penggunaan strategi kesantunan bahasa yang dipakai oleh detik.com, dapat dijadikan bukti bahwa media masa sangat memperhatikan sebuah kesanatunan dalam mengemas bahasa ketika menyampaikan berita mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Atibrata, T. G. (2014). kesantunan Dalam Pidato Kampanye Barack Obama Tahun 2012. (Tesis). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Fairclough, Norman. (2013). Critical Discurse Analysis: The Critical Study Of Language. London and New York: Longman Group Limited

Febriasari, D., & Wijayanti, W. (2018). Kesantunan Berbahasa Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Dasar. 2(1). Gunawan, Deden dan Durohman, I. (2017).

Masa Kecil dan Cerita-cerita Tersembunyi tentang Jokowi. Retrieved December 7, 2018, at 12:25 p.m. from

Detiknews.com website:

https://news.detik.com/berita/d- 3396869/masa-kecil-dan-cerita-cerita-tersembunyi-tentang-jokowi.

Hanum Sari, R. (2017). Maksim Kesantunan Berbahasa Dalam Wacana Iklan Televisi. 5, Nomer3, 13.

Leech, Geoffrey. (2014). The Pragmatics of Politeness . USA: Longman Group Limited.

(13)

Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)

251 Mahsun. (2012). Metode Penelitian Bahasa:

Tahapan, Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Maulidi, A. (2015). Kesantunan Berbahasa pada Media Jejaring Sosial Facebook. E-Journal Bahasantodea, 3(4), 42–49. Nugroho, I. (2017). Jokowi Kecil, Pendiam

dan Susah Makan. Retrieved December 5, 2018, at 11:30 a.m. from detikx.com website:

https://news.detik.com/x/detail/investig asi/20170113/Jokowi-Kecil,-Pendiam-dan-Susah-Makan/

Slamet, S. Y. dan S. W. A. (2013). Bentuk

TIndak Tutur Direktif Kesantunan Berbahasa Mahasiswa di Lingkungan PGSD Jawa Tengah; Tinjauan Sosiopragmatik. Widyaparwa, 41(1), 41–52.

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Darma University Press.

Usman, M. F. (2015). Kesantunan Berbahasa Arsene Wenger Dalam Konferense Pers. (tesis). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Wardhaugh, Ronald dan Janet M., F. (2015). An Introduction to Sociolinguistics. UK: Blackwell Publishing.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Melalui metodei initial assessment ini peserta diajarkan bagaimana menilai kondisi pasien, cara melakukan resusitasi, menjaga kondisi pasien agar berada dalam

Membuat kartu undangan pernikahan menggunakan MS Word 2016 sangatlah mudah karena menyediakan template yang bisa didownload secara cepat dan dengan penampilan

d) Lampiran perjanjian kerjasama berupa penetapan limit akseptasi ditiadakan. Setelah itu dengan mempertimbangkan bahwa BNI telah melakukan perubahan sehingga membuat

Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di

Beberapa usaha untuk menghadapi kenakalan anak-anak yaitu dengan cara pendidikan agama harus berawal dari rumah,orangtua harus mengerti dasar-dasar pendidikan dimana

PR yang sangat besar bagi kita sekarang adalah mendidik, membina mereka terutama dalam bimbingan agama, tanamkan sedini mungkin kecintaan terhadap agama melalui ajaran-ajaran

Kegiatan pada tahap pelaksanaan meliputi: (1) Penyebaran angket pada peserta pelatihan melalui aplikasi Google Form, tujuannya untuk melihat pemahaman peserta pelatihan

Hasil analisis data penelitian menggambarkan bahwa (1) gaya kepemimpinan Islami berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja; (2) budaya kerja Islami