2 PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran atau latihan. Untuk itu gerak langkah harus dilakukan secara berkesinambungan. Perbaikan mutu pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dimana pelaksanaannya tidak terlepas dari perbaikan pembelajaran di sekolah termasuk dalam hal ini proses pembelajaran matematika (Slameto, 2008).
Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar untuk pembelajaran sains dan teknologi. Lebih dari itu dalam kehidupan sehari-hari tidak ada orang yang terbebas hubungannya dengan matematika. Hampir setiap hari kita berjumpa dengan situasi yang memerlukan penggunaan angka dan bilangan. Namun demikian matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah dimengerti. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar yang kurang memuaskan (Johnson dan Myklebust, 1967). Berdasarkan pengalaman riil di lapangan, proses pembelajaran matematika kurang meningkatkan kreativitas siswa karena selama ini banyak tenaga pendidikan yang hanya menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh guru (Hudoyo, 2005:12).
SMP Kristen 2 Salatiga merupakan salah satu satuan pendidikan di Kota Salatiga. Dalam pembelajaran matematika guru di SMP Kristen 2 Salatiga ini masih menggunakan model pembelajaran konvensional (ekspositori). Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap guru matematika kelas VIII Ibu Endang Budiastuti S.Pd. pada tanggal 7 Januari 2014 di SMP Kristen 2 Salatiga, diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran siswa hanya bersifat pasif yaitu hanya mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, siswa kurang fokus ketika guru sedang menjelaskan dan asyik dengan kegiatannya sendiri, siswa sangat jarang diberikan kesempatan untuk memunculkan rasa ingin tahu dalam ketertarikan terhadap materi yang disampaikan oleh guru, terlihat kurangnya kerjasama siswa di dalam kelompok saat guru menggunakan diskusi kelompok, siswa kurang aktif bertanya dan hanya menjawab jika ditanya oleh guru sehingga jika ada materi yang belum jelas siswa diam saja, hal tersebut menjadikan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Pembelajaran seperti ini berdampak pada ketidaktercapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan, sehingga hasil belajar masih rendah pada mata pelajaran matematika. Hal ini terbukti dari hasil belajar matematika siswa pada Ulangan Akhir Semester 1 Tahun Ajaran 2013/2014 kelas VII diperoleh nilai rata-rata 52. Hasil belajar ini belum memenuhi standar keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 70. Guru perlu memiliki model pembelajaran yang
3
cocok dengan karakter siswa dan keadaan di kelas yang mampu membangkitkan siswa dalam proses belajar, sehingga proses belajar dapat berjalan menyenangkan.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa rata-rata hasil belajar matematika peserta didik SMP Kristen 2 Salatiga masih rendah dan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan di sekolah. Keadaan demikian menunjukkan bahwa pembelajaran di SMP Kristen 2 Salatiga khususnya pada perangkat pembelajaran menjadi belum efektif. Yamasari (2010:3) mengatakan bahwa perangkat efektif jika memenuhi indikator (1) rata-rata skor pengerjaan tes hasil belajar peserta didik yang diperoleh subyek uji coba tuntas dan (2) adanya respon positif peserta didik yang ditunjukkan.
Untuk dapat mencapai tujuan hasil yang optimal, pada dasarnya strategi tersebut bertumpu pada optimalisasi interaksi antara semua elemen pembelajaran (guru, siswa dan media). Sebagai seorang profesional, guru harus mempunyai pengetahuan dan menerapkan strategi-strategi pembelajaran dan tidak hanya terpaku pada satu saja. Guru yang ingin maju dan berkembang perlu mempunyai strategi dan teknik-teknik pembelajaran yang bermanfaat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kemampuan guru dalam memilih metode yang tepat sesuai dengan pokok bahasan atau masalah yang dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa untuk berperan aktif di dalamnya (Tu’u, 2009:45).
Metode mengajar yang bisa dipilih guru salah satunya dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif akan menuntut siswa terlibat dalam kegiatan belajar dengan keaktifan dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok (Lie, 2002:28), namun dalam pembelajaran kooperatif para peserta didik dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, ataupun tanggung jawab sehingga tercipta sikap bekerjasama dan saling membantu.
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah tipe Numbered Heads Together dan Think Pairs Share. NHT merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan dimana model pembelajaran ini memberikan kesempatan peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat (Lie, 2002:58). Numbered Heads Together dapat digunakan untuk mengecek pemahaman anak terhadap mata pelajaran dengan cara melibatkan lebih banyak peserta didik menelaah materi yang tercakup sehingga dapat meningkatkan penguasaan akademik dan kemampuan berfikir kritis.
4
Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain (Ibrahim dalam Estiti, 2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara koperatif. Model pembelajaran TPS merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran koperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together dan Think Pair Share ini diharapkan dapat lebih menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan bahkan objek belajar, sehingga hasil belajar khususnya hasil belajar matematika peserta didik dapat optimal.
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dikenakan model pembelajaran Numbered Heads Together, model pembelajaran Think Pair Share dan model pembelajaran konvensional?” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dikenakan model pembelajaran Numbered Heads Together, model pembelajaran Think Pair Share dan model pembelajaran konvensional.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Quasi Experimental Design atau eksperimen semu karena tidak dapat sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi hasil belajar. Quasi Experimental Design melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen dikenai perlakuan dengan pembelajaran model pembelajaran kooperatif model pembelajaran Numbered Heads Together dan model pembelajaran Think Pair Share sedangkan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional.
Penelitian dilakukan di SMP Kristen 2 Salatiga pada semester II Tahun Ajaran 2013/2014. Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2014. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga pada Tahun Ajaran 2013/2014, yang berjumlah 94 siswa yang terbagi atas 4 kelas.
Teknik Pengambilan sempel Cluster Random Sampling dan diperoleh tiga kelas sampel, yaitu siswa VIII A sebagai kelas ekperimen 1 yang dikenai model pembelajaran Numbered Head Together, siswa kelas VIII B sebagai kelas ekperimen 2 dikenai model pembelajaran Think Pair Share dan siswa kelas VIII D sebagai kelas kontrol yang tetap mengunakan model pembelajaran konvensional.
5
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, observasi, dan tes. Penelitian ini menggunakan dua data tes yaitu data pretest dan data posttest. Pretest digunakan untuk mengukur kemampuan anak siswa sebelum pemberian pembelajaran (kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Numbered Heads Together, model pembelajaran Think Pair Share dan model pembelajaran konvensional). Data Pretest diambil nilai murni mid semester siswa, sedangkan data posttest digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah pemberian pembelajaran (kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Numbered Heads Together, model pembelajaran Think Pair Share dan model pembelajaran konvensional.
HASIL PENELITIAN Kemampuan Awal
Data sebelum perlakuan untuk kategori kelas eksperimen 1 Numbered Heads Together sebanyak 8 siswa memiliki hasil belajar matematika tinggi, 9 siswa memiliki hasil belajar matematika sedang dan 7 siswa hasil belajar matematika rendah, sedangkan untuk kelas eksperimen 2 Think Pair Share sebanyak 9 siswa memiliki hasil belajar matematika tinggi, 11 siswa memiliki hasil belajar matematika sedang dan 4 siswa hasil belajar matematika rendah, untuk kelas kontrol sebanyak 8 siswa memiliki hasil belajar matematika tinggi, 5 siswa memiliki hasil belajar matematika sedang dan 10 siswa hasil belajar matematika rendah.
Tabel 1.
Normalitas Data Awal (Pretest)
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Kelompok NHT .146 24 .200* .928 24 .088
Kelompok TPS .159 24 .117 .929 24 .093
Kelompok Kontrol .159 23 .138 .940 23 .179
Tabel 1 menunjukkan hasil uji normalitas data pretest. Hasil uji ini menghasilkan signifikan kelas Numbered Heads Together sebesar 0,088, kelas Think Pair Share sebesar 0,093 dan untuk kelas kontrol sebesar 0,179 maka dapat disimpulkan data tersebut berdistribusi normal karena lebih besar dari taraf signifikasi yaitu sebesar 0,05.
6 Tabel 2.
Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Hasil
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.602 2 68 .550
Tabel 1 menunjukkan hasil uji homogenitas data pretest. Hasil uji ini menghasilkan sig sebesar 0,550 yang artinya ketiga kelas sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama.
Kemampuan Akhir
Data setelah perlakuan untuk kategori kelas eksperimen 1 Numbered Heads Together sebanyak 10 siswa memiliki hasil belajar matematika tinggi, 8 siswa memiliki hasil belajar matematika sedang dan 6 siswa hasil belajar matematika rendah, sedangkan kelas eksperimen 2 Think Pair Share sebanyak 10 siswa memiliki hasil belajar matematika tinggi, 8 siswa memiliki hasil belajar matematika sedang dan 6 siswa hasil belajar matematika rendah. Untuk kelas kontrol sebanyak 10 siswa memiliki hasil belajar matematika tinggi, 8 siswa memiliki hasil belajar matematika sedang dan 6 siswa hasil belajar matematika rendah.
Tabel 3.
Normalitas Data Akhir (Postest)
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Kelompok NHT .173 24 .060 .922 24 .066
Kelompok TPS .152 24 .161 .949 24 .258
Kelompok Kontrol .165 23 .106 .938 23 .161
Berdasarkan Tabel 3 Test of Normality terlihat nilai signifikan untuk kelas eksperimen Numbered Heads Together sebesar 0,066, kelas eksperimen Think Pair Share sebesar 0,258 dan untuk kelas kontrol sebesar 0,161 > 0,05. maka dapat disimpulkan data tersebut berdistribusi normal
7 Tabel 4
Uji perbedaan hasil belajar matematika ditinjau dari kelompok siswa
ANOVA Hasil
Sum of Squares df Mean Square Sig.
Between
Groups 165.048 2 82.524 .027
Within Groups 13774.762 68 202.570
Total 13939.810 70
Berdasarkan pada Tabel 4 diperoleh hasil dari analisis data bahwa nilai signifikan 0,027 < 0,05, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dikenakan model pembelajaran Numbered Heads Together, model pembelajaran Think Pair Share dan model pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2013/2014.
Untuk melacak label perbedaan rerata pada ketiga kelompok tersebut, maka dilakukan uji lanjut pasca anava dengan metode scheffe. Hasil uji ini dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5
Uji Komparasi Ganda dengan Scheffe Multiple Comparisons
Hasil Scheffe
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Kelompok NHT Kelompok TPS 3.3167 4.1086 .023 -13.599 6.966 Kelompok Konvensional 6.1161 4.1530 .006 -13.510 7.278 Kelompok TPS Kelompok NHT 3.3167 4.1086 .023 -6.966 13.599 Kelompok Konvensional 3.2005 4.1530 .009 -10.193 10.594 Kelompok Konvensional Kelompok NHT 3.1161 4.1530 .006 -7.278 13.510 Kelompok TPS 2.2005 4.1530 .009 -10.594 10.193
8
Berdasarkan hasil penghitungan uji komparasi rataan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Nilai signifikan antara kelompok Numbered Heads Together dan Think Pair Share sebesar 0,023 < 0,05 dan nilai rata-rata Numbered Heads Together (80,58) lebih tinggi daripada rata-rata nilai Think Pair Share (78,83) maka dapat disimpulkan hasil belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran Numbered Heads Together lebih baik dari pada TPS.
2. Nilai signifikan antara kelompok Numbered Heads Together dan Kontrol sebesar 0,006 < 0,05 dan nilai rata-rata Numbered Heads Together (80,58) lebih tinggi daripada rata-rata nilai kontrol (74,61) maka dapat hasil belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran Numbered Heads Together lebih baik. Nilai signifikan antara kelompok Think Pair Share dan Kontrol sebesar 0,009 lebih besar 0,05 dan nilai rata-rata Think Pair Share (78,83) lebih tinggi daripada rata-rata nilai kelompok kontrol (74,61) maka dapat hasil belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran Think Pair Share lebih baik.
PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dikenakan model pembelajaran Numbered Heads Together, model pembelajaran Think Pair Share, dan model pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan Uji Anova diperoleh hasil dari analisis data dengan nilai signifikan 0,027 yang berarti nilai signifikan 0,05, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dikenakan model pembelajaran Numbered Heads Together, model pembelajaran Think Pair Share dan model pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan “Terdapat Perbedaan Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together , Think Pair Share dan konvensional Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Keristen 2 Salatiga” diterima. Hal ini terlihat pada hasil posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, disini didapatkan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol
Setelah dilakukan uji lanjut pasca Anova dengan metode scheffe hasil menunjukkan terdapat perbedaan siswa yang dikenakan model pembelajaran Numbered Heads Together dengan model pembelajaran konvensional, antara siswa yang dienakan model pembelajaran
9
Think Pair Share dengan model pembelajaran konvensional, dan antara siswa yang dikenakan model pembelajaran Numbered Heads Together dengan model pembelajaran Think Pair Share. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikan yang lebih besar 0,05. Berdasarkan hasil uji dengan scheffe antara siswa yang dikenakan model pembelajaran Numbered Heads Together dengan model pembelajaran konvensional menunjukkan nilai perbedaan rata-rata sebesar 6,1161, antara siswa yang dikenakan model pembelajaran Think Pair Share dengan model pembelajaran konvensional menunjukkan nilai perbedaan rata-rata sebesar 3,2005 dan antara siswa yang dikenakan model pembelajaran Numbered Heads Together dengan model pembelajaran Think Pair Share menunjukkan nilai perbedaan rata-rata sebesar 2,2005.
Hasil temuan pada saat pembelajaran mengindikasikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran matematika pokok bahasan kubus dan balok siswa cenderung senang dan aktif pada saat pembelajaran apalagi pada waktu pengundian nomor kepala yang akan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa tersebut susdah berdiskusi dengan kelompoknya yang jumlah anggota banyak, Selama proses pembelajaran berlangsung saat siswa terbiasa kerja sama siswa lebih memahami materi yang berdampak terhadap hasil belajar siswa yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata siswa yaitu 80,58
Hasil temuan pada saat pembelajaran mengindikasikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran matematika pokok bahasan kubus dan balok siswa cenderung malu karena berpasangan dan menghindari pertanyaan yang diberikan oleh guru, yang sering menjawab pertanyaan guru yaitu siswa yang berpasangan dengan teman yang pandai maka mereka siswa yang sering mendapatkan kesempatan menjawab soal yang diberikan oleh guru sedangkan siswa yang jarang dan bahkan tidak mendapatkan kesempatan, siswa cenderung kurang menguasai materi dikarenakan siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk berlatih atau mencoba menjawab pertanyaan dari guru yang berdampak terhadap hasil belajar siswa tersebut kurang maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata siswa yaitu 74,61 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data disimpulkan bahwa terdapat perbedaan diantara siswa yang dikenakan model pembelajaran Numbered Heads Together dengan model pembelajaran konvensional, antara siswa yang dikenakan model pembelajaran Think Pair
10
Share dengan model pembelajaran konvensional, dan antara siswa yang dikenakan model pembelajaran Numbered Heads Together dengan model pembelajaran Think Pair Share. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikan yang < 0,05. Berdasarkan hasil uji dengan scheffe antara siswa yang dikenakan model pembelajaran Numbered Heads Together dengan model pembelajaran konvensional menunjukkan nilai perbedaan rata-rata antara siswa yang dikenakan model pembelajaran Think Pair Share dengan model pembelajaran konvensional menunjukkan nilai perbedaan rata-rata dan antara siswa yang dikenakan model pembelajaran NNumbered Heads Together dengan model pembelajaran Think Pair Share.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arends, R. I. (2008). Learning to Teach. Terj. Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Azizah, Nur. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Aktivitas Siswa Dan Hasil Belajar Matematika Kelas VII SMP Negeri I
Surabaya. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Jurnal:
ejournal.unesa.ac.id/article/1836/44/article.pdf. Diunduh hari Senin 3 Februarii 2014.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi.
Hamruni. 2012. Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif – Menyenangkan. Yogyakarta: Investidaya.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ibrahim, H.M., dkk. 2008. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA – University Press. Isjoni. (2007). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antarpeserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kawati, Desti Nurlaila. 2012. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Persamaan Linier Dua Peubah Pada Peserta didik Kelas II Semester II
11
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/article/view/250. Diunduh 13 Februari 2014.
Lie, A. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Millaturrahmah. 2012. Keefektidan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) dan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Materi Pokok Pythagoras Di Mts Mifathul Huda Raguk
Lampitan Jepara. Jurnal:
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/article/view/250. Diunduh 13 Februari 2014.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurhadi dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) Dan Penerapannya Dalam KBK.Edisi Revisi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Rusman, 2012. Model Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Saputra, dkk. 2013. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Insan Madani.
Silfina. 2009. Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Dengan Model Pembelajaran Numbered Head Together Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VII SMPN 34 Kerinci. Jurnal Pendidikan Indonesia Vol.2 No.2, Diunduh Kamis 13 Februari 2014.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperatif Learning, Theory, Research and Practice, Second Edition: Boston Allyn dan Bacon.
Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumantri. 2001. Pemilihan Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya di Sekolah. Semarang: UNNES.
12
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.