BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Konsep Bilangan 2.1.1.1 Pengertian Bilangan
Menurut Sudaryanti (2006) bilangan adalah suatu konsep matematika yang
bersifat abstrak yang sangat penting untuk anak sebagai landasan dasar
penguasaan konsep matematika di jenjang pendidikan selanjutnya. Menurut Sutan
(2003) bilangan yaitu sesuatu yang bersifat abstrak dan menyatakan banyaknya
anggota dari suatu kelompok. Menurut Suyono (2008) bilangan merupakan suatu
angka kumpulan yang diukur satuan.
2.1.1.2 Bilangan Asli
Menurut Sutan (2003) bilangan asli, yaitu bilangan yang digunakan untuk
menghitung (membilang) anggota suatu himpunan benda. Bilangan asli
digolongkan menjadi 4, yaitu:
a. Bilangan genap, yaitu bilangan yang jika dibagi 2 tidak menghasilkan sisa.
Barisan bilangan genap terdiri dari 2, 4, 6, 8, dan seterusnya.
b. Bilangan ganjil, yaitu bilangan yang jika dibagi 2 akan menghasilkan sisa
satu. Barisan bilangan prima terdiri dari 1, 3, 5, 7, dan seterusnya.
c. Bilangan prima merupakan bilangan yang hanya mempunyai 2 faktor, yaitu 1
dan bilangan itu sendiri. Barisan bilangan prima terdiri dari 2, 3, 5, 7, 11, dan
d. Bilangan komposit merupakan bilangan yang bukan bilangan prima, artinya
bilangan tersebut mempunyai lebih dari 2 faktor. Misalnya 4, 6, 8, 10, dan
seterusnya.
2.1.1.3 Perkembangan Konsep Bilangan
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan (permendikbud) Nomor
no 137 tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, perkembangan
konsep bilangan anak usia dini mencakup indikator-indikator sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tingkat Pencapaian Perkembangan Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Usia 4 - 5 tahun Usia 5 - 6 tahun
Berfikir Simbolik
1. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh
2. Mengenal konsep bilangan 3. Mengenal lambang bilangan. 4. Mengenal lambang huruf.
1. Menyebutkan lambang bilangan 1-10
2. Menggunakan lambang bilangan untuk menghitung
3. Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan.
4. mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan konsonan
5. mempresentasikan berbagai macam benda dalam bentuk gambar atau tulisan (ada benda pensil yang diikuti tulisan dan gambar pensil
2.1.2 Permainan
2.1.2.1 Pengertian Permainan
Menurut Vygotsky (dalam Mutiah 2010) permainan adalah suatu setting
yang sangat bagus bagi perkembangan kognitif khususnya pada aspek-aspek
simbolis dan khayalan suatu permainan. Menurut Piaget (dalam Mutiah, 2010)
permainan sebagai suatu media yang meningkatkan perkembangan kognitif
anak-anak. Menurut Freud dan Erikson (dalam Mutiah, 2010) permainan adalah suatu
bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna dan menolong anak untuk
menguasai kecemasan dan konflik..
2.1.2.2 Jenis-jenis Permainan
Menurut Sumaroka dan Bornstein (2008) jenis-jenis permainan yang
sering dilakukan anak usia dini, antara lain (dalam Santrock, John W 2012):
1) Permainan sensorimotor (sensorimotor play)
Sensorimotor play yaitu perilaku yang dilakukan bayi untuk memperoleh kesenangan melalui skema-skema sensorimotornya.
2) Permainan praktis (practice play)
Practice play yaitu kegiatan bermain yang melibatkan pengulangan perilaku yang terjadi ketika sejumlah ketrampilan baru sedang dipelajari, atau ketika
anak dituntut untuk memiliki penguasan fisik ataupun mental dan
3) Permainan pura-pura/simbolik (pretense/symbolic play)
Terjadi ketika seorang anak mulai mengubah lingkungan fisik menjadi
sebuah simbol. Mereka belajar mengubah objek ─ menganggap objek itu sebagai pengganti objek lain, serta memperlakukan objek itu seolah-olah
objek lainnya itu.
4) Permainan sosial (social play)
Social play yaitu kegiatan bermain yang melibatkan interaksi sosial dengan kawan-kawan sebaya. Bagi sebagian besar anak-anak permainan sosial
adalah konteks utama bagi interaksi sosial anak-anak dengan kawan
sebayanya
5) Permainan kontruktif (constructive play)
Constructive play yaitu kegiatan bermain yang mengkombinasikan aktivitas sensorimotor dengan aktivitas repetitive yang disertai dengan representasi
ide-ide simbolik.
6) Games (games)
Games adalah aktivitas yang digunakan untuk memperoleh kesenangan dan
memiliki aturan-aturan. Games sering kali bersifat kompetitif. Anak-anak
prasekolah mungkin mulai berpatisipasi di dalam permainan sosial yang
mencakup aturan-aturan sederhana yang bersifat timbal-balik.
Berdasarkan hasil uraian diatas, permainan pohon angka termasuk jenis
permainan simbolik, karena dalam permainan pohon angka ini mereka
mengubah objek (kartu angka) dan menganggap objek itu sebagai penganti
2.1.2.3 Fungsi Permainan
Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan anak pada
hampir semua bidang perkembangan, bidang perkembangan anak antara lain
(Suryanto, 2005):
1) Kemampuan Motorik
Melalui permainan anak belajar mengontrol gerakannya menjadi gerakan
terkoordinasi. Pada saat bermain anak berlatih menyesuaikan antara pikiran
dan gerakan menjadi suatu keseimbangan.
2) Kemampuan Kognitif
Permainan sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir logis,
imajiantif, dan kreatif. Saat bermain pikiran anak terbebas dari situasi
kehidupan nyata yang menghambat anak berpikir abstrak.
3) Kemampuan Afektif
Permainan akan melatih anak menyadari adanya aturan dan pentingnya
mematuhi aturan. Hal itu merupakan tahap awal dari perkembangan moral.
4) Kemampuan Bahasa
Ketika anak melakukan permainan dengan temannya mereka juga saling
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa anak, dan itu berarti secara tidak
5) Kemampuan Sosial
Permaianan sedikit demi sedikit akan mengurangi rasa egosentris anak dan
mengembangkan kemampuan sosialnya. Pada saat bermain anak berinteraksi
dengan anak yang lain, dan interaksi tersebut mengajarkan anak cara
merespon, memberi, menerima, menolak atau setuju dengan ide dan perilaku
anak lain.
2.1.2.4 Permainan Pohon Angka
Menurut Desak (2014) permainan pohon angka merupakan permainan
yang menarik, menyenangkan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan
anak dalam konsep bilangan.
Permainan pohon angka terbuat dari bahan yang terdiri dari kain flanel,
kardus, lem bakar, solatip, perekat dan angka.
Ada pun cara permainan pohon angka menurut Desak (2014):
1. Tunjukan konsep jumlah bilangan mana lebih banyak dan mana lebih sedikit.
2. Berikan jumlah sesuai bilangan yang ada. Dari 1, 2 ,3 dan seterusnya.
3. Setelah bermain letak kembali di tempat yang baik, sehingga mainannya awet
ya.
Prosedur permainan pohon angka dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Peneliti memposisikan semua anak dengan posisi sejajar.
2. Peneliti menerangkan cara bermain pohon angka.
3. Peneliti menerangkan aturan-aturan dalam permainan pohon angka.
a. Jika indikatornya adalah menyebutkan lambang bilangan 1-10, maka anak
didik mengambil sebuah kartu angka (posisi kartu dibalik sehingga anak
tidak mengetahui angka yang diambil) di pohon tersebut, dan setelah
melihat angka tersebut anak mulai mengatakan angka berapakah itu.
b. Jika indikator yang akan diteliti adalah membilang benda dengan lambang
bilangan 1-10, maka anak didik mengambil buah yang ada di pohon angka
dan menaruhnya di keranjang kecil sesuai jumlah dan perintah peneliti..
c. Jika indikator yang akan diteliti adalah mencocokan bilangan dengan
lambang bilangan 1-10, maka anak didik menempelkan kartu angka yang
dipegangnya dengan angka yang berada di pohon angka, sesuai bentuk
angkanya.
5. Setiap anak yang berhasil melakukan perintah dengan benar, maka akan diberi
reward sebagai penguatan atau motivasi 2.2 Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan penelitian terdahulu yang telah
dilakukan sebelum penelitian ini. Penelitian terdahulu berfungsi sebagai
pendukunguntuk melakukan penelitian. Ada pun penelitian terdahulu yang telah
dilakukan adalah:
1) Kustini (2011) dengan penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan
Pemahaman Konsep Bilangan Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain
Dengan Media Kartu Angka Di TK Pertiwi Rejosari”, hasilnya menunjukan bahwa pada pra siklus anak yang telah mampu melakukan sesuai dengan
pada pasca siklus. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang relevan
adalah pada sasarannya dan pada metodenya, yaitu pemahaman konsep
bilangan untuk anak TK.
2) Edy Lailiningsih (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan
Kemampuan Konsep Bilangan Melalui Pemanfaatan Media Balok Cuisenaire
Di RA Muslimat Nahdlatus Shibyan”, hasil dari penelitian tersebut
menunjukan bahwa terjadi peningkatan kemampuan mengenal konsep
bilangan. Hasil peningkatan tersebut terlihat pada setelah diberikan
pembelajaran dengan menggunakan balok pada tindakan ini tidak ada anak
yang belum mampu melaksanakan secara mandiri atau pada kategori kurang
yaitu 0 %, 12,05 % pada kategori cukup dan selebihnya, kemampuan anak
berada pada kategori baik atau anak telah mampu melakukannya sesuai
dengan Indikator yaitu sebesar 87,95 %. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang relevan adalah pada sasaran, yaitu tentang konsep bilangan.
3) Desak Putu Budiartini (2014) dengan penelitiannya yang berjudul “Penerapan
Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Pohon Angka Untuk
Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Anak”, hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan pada siklus I, dapat
diketahui pencapaian kemampuan mengenal lambang bilangan sebesar 57%
yang berada pada kategori rendah. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II,
dapat diketahui pencapaian kemampuan mengenal lambang bilangan sebesar
penelitian yang relevan adalah pada medianya yaitu menggunakan pohon
angka.
2.3 Kerangka Berpikir
Ada pun skema alur kerangka pemikiran dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka berpikir
2.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian pada landasan teori dan kerangka berpikir, maka disusun
hipotesis yaitu penerapan permainan pohon angka meningkatkan kemampuan
anak dalam pemahaman konsep bilangan di TK B Amala 2 Purwodadi Semester II
Tahun Ajaran 2014/2015. Kondisi Awal
1. Kemampuan anak terhadap pemahaman konsep bilangan rendah
2. Hasil belajar rendah
1. Kemampuan anak terhadap pemahaman konsep bilangan sudah meningkat, namun belum optimal
2. Hasil belajar meningkat namun belum optimal
1. Kemampuan anak terhadap pemahaman konsep bilangan sudah optimal
2. Hasil belajar optimal Dilakukan perbaikan
dengan PTK