IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO
KONSTRUKSI DENGAN METODE FAILURE
MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN
FAULT TREE ANALYSIS (FTA) PADA PROYEK
PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR
NAGREG V BANDUNG
NAGREG V BANDUNG
Rahmi Dewi Octavia
3109 106 001
Dosen Pembimbing :
Trijoko Wahyu Adi, ST, MT, Ph.D.
Farida Rahmawati, ST, MT
Latar Belakang
Disetiap proses pekerjaan konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dapat menimbulkan berbagai macam risiko baik dari metode pelaksanaan, alat, material dan sumber daya manusia yang dapat memepengaruhi kelancaran proyek, baik dari segi pelaksanaan, biaya dan waktu.
Oleh karena itu, perlu adanya analisa terhadap risiko apa saja yang Oleh karena itu, perlu adanya analisa terhadap risiko apa saja yang akan terjadi dan seberapa besar severity, dan probability kejadian risiko tersebut terjadi agar dapat menentukan strategi mitigasi yang tepat untuk menangani risiko tersebut.
Akan tetapi, selama ini penelitian yang dilakukan hanya pada identifikasi atau analisa risiko saja, dimana analisa risiko yang digunakan bersifat kualitatif dengan menggunakan metode analisa
Pada penelitian ini dilakukan penggabungan identifikasi dan analisa risiko, dimana analisa ini bersifat kuantitatif. Penelitian ini juga menggunakan dua metode, yaitu metode Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) untuk mengidentifikasi failure mode dari tiap
proses pekerjaan dan severity/efek dari failure mode tersebut. Sedangkan untuk mencari sumber penyebab dari failure mode Sedangkan untuk mencari sumber penyebab dari failure mode yang terjadi digunakan metode Fault Tree Analysis (FTA).
Rumusan Masalah
1. Risiko (failure mode) apa saja
yang terjadi pada setiap
proses pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung
2. Apa saja yang menjadi
sumber penyebab dan efek
1. Mengidentifikasi risiko apa
saja yang terjadi pada
pelaksanaan Proyek
Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung
2. Mengidentifikasi sumber
penyebab dan efek dari
Tujuan
sumber penyebab dan efek
dari risiko yang terjadi?
3. Apa saja risiko yang paling
dominan pada proses
pelaksanaan pekerjaan?
4. Bagaimana strategi mitigasi
yang tepat untuk mengatasi risiko yang paling dominan
pada proses pelaksanaan
pekerjaan?
penyebab dan efek dari
risiko yang terjadi.
3. Mengetahui risiko yang apa
saja yang paling dominan
pada proses pelaksanaan
pekerjaan.
4. Menentukan strategi mitigasi
yang tepat untuk mengatasi risiko paling dominan pada
proses pelaksanaan
Batasan Masalah
1. Risiko yang diteliti adalah risiko pelaksanaan Proyek
Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dari sudut pandang kontraktor.
2. Variabel risiko merupakan risiko teknis pada proses pelaksanaan
pekerjaan konstruksi. pekerjaan konstruksi.
3. Mengidentifikasi risiko-risiko yang berpotensi terjadi di proyek
Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dengan responden para engineer di PT. Hutama Karya (Persero) sebagai kontraktor.
Deskripsi Proyek
Paket Pekerjaan : PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR NAGREG V
Lokasi Pekerjaan : Nagreg - Jawa Barat
Panjang Penanganan : STA. 0+000 ~ STA. 4+750
Pemberi Karya : SNVT Pembangunan Jalan & Jembatan Jawa Barat
Sumber Dana : APBN DIPA 2011
Konsep
dalam
Metode
Penelitian
Identifikasi Sumber Penyebabdengan FTA
Identifikasi Severity/Effect dari Failure Mode Identifikasi Failure Mode
dengan FMEA a b c Pekerjaan Persiapan Pekerjaan Timbunan Pekerjaan Perkerasan Berbutir ... Dapat mempengaruhi pekerjaan selanjutnya A
Perhitungan Nilai Probability :
Risk Value = Prob A x Severity
Melakukan tindak mitigasi pada domian risk
A A N D 1 B 3 2 Prob 1 Prob 2 Prob 3 Prob A Prob B
Prob B = 1 - [(1-Prob 2) x (1-Prob 3)] ... OR Gate Prob A = Prob 1 x Prob B ... AND Gate
Data dan Analisa
1. Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V ini memiliki tujuh item pekerjaan utama yaitu :
a. Pekerjaan Persiapan b. Pekerjaan Saluran c. Pekerjaan Tanah
d. Pekerjaan Perkerasan Berbutir d. Pekerjaan Perkerasan Berbutir e. Pekerjaan Perkerasan Aspal
f. Pekerjaan Struktur (Perkuatan Lereng)
2. Identifikasi failure mode/risiko tiap proses pekerjaan dengan menggunakan metode FMEA.
Hasil penyebaran kuisioner survey pendahuluan didapatkan beberapa variabel risiko, yaitu :
Timb. Pekerjaan Timbunan Longsor
Terlambat
Gal. Pekerjaan Galian Longsor
Aspl. Pekerjaan Perkerasan Aspal Retak
Terlambat IDENT.
NO. ITEM/FUNGTIONAL IDENT FAILURE MODE
Terlambat
Pas. Batu Pekerjaan Pasangan Batu Runtuh
Terlambat
Bronj. Pekerjaan Bronjong Terlambat Runtuh
Terlambat
Lereng. PekerjaanPengecoran Lereng Longsor
Terlambat
Mob. Pekerjaan Mobilisasi Terlambat
Gorong. Pekerjaan Gorong-gorong Retak
Terlambat
Kesalahan Pemasangan
U-Ditch Pekerjaan U-Ditch Retak
Terlambat
Kesalahan Pemasangan
Btr. Pekerjaan Perkerasan Berbutir Material hilang
Terlambat
Lamp. Pemasangan Lampu Penerangan Tidak nyala
Mati
Ukur. Pekerjaan Pengukuran Data tidak sesuai
3. Identifikasi sumber penyebab failure mode dari tiap proses pekerjaan dengan menggunakan metode FTA.
4. Menghitung nilai probability dari failure mode
Failure yang digunakan sebagai contoh adalah keterlambatan pada pekerjaan Timbunan Tanah
GATE A 1 B GATE B 1 C D GATE C 1 2 3 D GATE D 1 2 3 1 2 3 4 E GATE E 1 2 3 4 5 6
Nilai probability dari keterlambatan pada pekerjaan timbunan adalah 30.9%
Prob B = 1 - [(1-Prob 2) x (1-Prob 3)] ... OR Gate Prob A = Prob 1 x Prob B ... AND Gate
Berdasarkan langkah minimal cut set diatas, diketahui bahwa failure terlambat pada pekerjaan timbunan terjadi apabila :
a. Tejadinya hujan (cuaca), atau
b. Gambar tidak jelas dan human eror, atau c. Terjadi kemacetan, atau
d. Elevasi jalan >10% dan kelebihan muatan d. Elevasi jalan >10% dan kelebihan muatan
5. Identifikasi severity/efek dari failure mode tiap proses pekerjaan dengan metode FMEA.
Pada saat dilakukan survey kuisioner severity risiko kepada responden, peneliti menggunakan metode skala untuk mengukur tingkat severity kejadian variabel risiko yang relevan. Kriteria biaya ini dibuat berdasarkan biaya kontinjensi atau biaya yang khusus yang telah disiapkan oleh kontraktor jika terjadi khusus yang telah disiapkan oleh kontraktor jika terjadi risiko/failure mode. Biaya ini diambul dari biaya langsung proyek (± 10%). Dimana skala tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Inte rval
5 Rp. > Rp. 10,323,744,030.93
4 Rp. 8,258,995,224.74 - Rp. 10,323,744,030.93 3 Rp. 6,194,246,418.56 - Rp. 8,258,995,224.74 2 Rp. 4,129,497,612.37 - Rp. 6,194,246,418.56 1 Rp. 2,064,748,806.19 - Rp. 4,129,497,612.37
Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa terlambatnya pekerjaan timbunan dapat mengakibatkan pekerjaan setelahnya (pekerjaan lapisan berbutir dan aspal) terlambat dilaksanakan. Akan tetapi, penilaian yang diberikan masing-masing responden berbeda, untuk itu perlu adanya penyesuaian nilai dengan menggunakan angka random. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Membuat tabel antara skala dengan jawaban responden, seperti a. Membuat tabel antara skala dengan jawaban responden, seperti
pada tabel dibawah ini
b. Memberikan nilai persentase dari jawaban responden. Oleh karena reponden ada 5 orang, maka setiap
orang memiliki nilai
20%, seperti pada tabel dibawah ini
Skala 1 2 3 4 5
Jml Responden (org) 3 2 0 0 0
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kemungkinan nilai severity terjadi pada skala 1 s/d 2 dengan rentang 60% + 40% = 100%, seperti pada gambar dibawah ini
Skala 1 Skala 2 Skala 3 Skala 4 Skala 5
60% 40%
Rp. 2,064,748,806 Rp. 6,194,246,419
c. Membuat simulasi angka random sebanyak 100x menggunakan
uniform distribusi U[Rp. 2,064,748,806, Rp. 6,194,246,419],
d. Membuat grafik dari hasil simulasi angka random seperti pada gambar 4.3
e. Berdasarkan gambar diatas, didapatkan nilai rata-rata sebesar Rp. 4,261,600,115
6. Perhitungan nilai probability x severty
Berdasarkan nilai hasil perhitungan probability dan severity masing-masing risiko yang telah didapatkan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan nilai probability x severity untuk dapat menentukan risiko yang paling dominan. Untuk failure terlambat pada pekerjaan Timbunan adalah sebagai berikut :
Risk Value = Probability x Saverity Risk Value = Probability x Saverity
= 30.9% x Rp. 4,261,600,115
= Rp 1,316,834,435
Nilai ini adalah E(Risk) atau perkiraan biaya (rugi) yang harus ditanggung oleh kontraktor jika failure keterlambatan pada pekerjaan timbunan terjadi.
No Failure Mode (Risk) E(Risk) (Rp.) Sumber Penyebab Mitigasi 1 Kelongsoran pada
pekerjaan Galian Tanah
3,379,460,951 Hujan Mengamati prakiraan
cuaca
Human eror Menggunakan staf
berpengalaman
2 Kelongsoran pada 3,065,276,679 Hujan Mengamati prakiraan
8. Menentukan tindak mitigasi yang tepat untuk risiko yang paling dominan
2 Kelongsoran pada
pekerjaan Timbunan Tanah
3,065,276,679 Hujan Mengamati prakiraan
cuaca
Human eror Menggunakan staf
berpengalaman
3 Kelongsoran pada
pekerjaan Pengecoran Lereng
2,449,277,988 Hujan Mengamati prakiraan
cuaca
Human eror Menggunakan staf
No Failure Mode (Risk) E(Risk) (Rp.) Sumber Penyebab Mitigasi 4 Keruntuhan pada pekerjaan Bronjong 1,573,469,522 Pergeseran tanah Menghitung kemungkinan terjadinya pergeseran tanah Menggunakan staf Menggunakan staf berpengalaman 5 Keterlambatan pada proses pekerjaan Timbunan Tanah
1,316,834,435 Hujan Mengamati prakiraan
cuaca Material kurang di lapangan, Material terlambat datang Memperpendek jarak quarry tanah
Kesimpulan
1. Didapatkan beberapa variabel risiko yang relavan pada proses
pelaksanaan pekerjaan proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V, yaitu : a. Longsor b. Terlambat c. Retak c. Retak d. Runtuh e. Material hilang
f. Lampu tidak menyala atau mati
2. Berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan metode FTA
didapatkan beberapa hal yang menjadi sumber penyebab terjadinya risko, yaitu :
No. Sumber Penyebab
a Hujan
b Human eror
No. Sumber Penyebab
j Material hilang
k Material kurang
c Macet
d Gambar tidak jelas
e Salah perhitungan
f Kesalahan pelaksanaan
g Kelebihan muatan
h Truk tidak mampu mendaki
i Elevasi jalan >10%
l Material terlambat datang
m Segregasi beton
n Material rusak
o Alat belum terkalibrasi
p Titik sampel tidak mewakili
q Kesalahan instalasi
Adapun efek yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya risiko adalah sebagai berikut :
a. Penambahan waktu kerja (Schedule) b. Kecelakaan kerja (Personel)
c. Berkurangnya produktifitas kerja (Productivity) d. Penambahan biaya pekerjaan (Cost)
3. Berdasarkan analisa didapatkan 5 risiko dari proses pekerjaan
yang berbeda yang memiliki peringkat teratas yaitu, risiko-risiko tersebut adalah :
a. Terjadinya kelongsoran pada pekerjaan Galian Tanah b. Kelongsoran pada pekerjaan Timbunan Tanah
c. Kelongsoran pada pekerjaan Pengecoran Lereng c. Kelongsoran pada pekerjaan Pengecoran Lereng
d. Terjadinya keruntuhan akibat pergeseran tanah pada pekerjaan
Bronjong
4. Tindak mitigasi dari masing-masing risiko yang dominan adalah :
a. Pada pekerjaan Galian Tanah adalah dengan selalu mengamati
prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman
b. Pada pekerjaan Timbunan Tanah adalah dengan selalu mengamati
prakiraan cuaca dan menggunakan staf perbengalaman
c. Pada pekerjaan Pengecoran Lereng adalah dengan memberikan
alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman
d. Pada pekerjaan Bronjong adalah menghitung kemungkinan
terjadinya pergeseran tanah, memberikan alat pengaman diri (APD) pada pekerja, selalu mengamati prakiraan cuaca dan menggunakan staf berpengalaman.
e. Tindak mitigasi yang dapat dilakukan akibat keterlambatan pada
proses pekerjaan Timbunan Tanah adalah dengan mengamati
prakiraan cuaca, menggunakan staf berpengalaman dan
Saran
Kelemahan dari penelitian ini adalah penggunaan subjective probability dari expert untuk FTA. Untuk mengantisipasi kelemahan ini pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan pendekatan Bayesian
Updating yang berasal dari expert dengan data observasi/lapangan,