• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDATIULUAN. Kerjasama dan koordinasi antara aparat penegak hukum bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dan koordinasi keduanya PETUNJUK TEKNIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDATIULUAN. Kerjasama dan koordinasi antara aparat penegak hukum bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dan koordinasi keduanya PETUNJUK TEKNIS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PETUNJUK TEKNIS

DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAI(ATAN JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA KHUSUS

NOMOR : PAS-O8.HM.O5.O2 TAHUN 2OL4 NOMOR : KEP-0O? I ElE,ip I os I 2o14

NoMoR : KEP-04

l?

lrip

I Og I 2O!4

TENTANG

PENEMPATAN, PEMBANTARAN,

DAN PEMINJAMAN TAHANAN DAN

/

ATAU NARAPIDAI{A

I.

PENDATIULUAN

Kerjasama

dan

koordinasi

antara aparat

penegak hukum bertujuan

untuk

meningkatkan kerja sama dan koordinasi keduanya dalam upaya penanganan tindak pidana secara efektif dan efisien sesuai kewenangan masing-masing sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan

Kejaksaan

Agung Republik Indonesia

sebagai

salah

satu lembaga penegak

hukum

dituntut

untuk

lebih

berperan dalam menegakkan supremasi

hukum,

perlindungan kepentingan tlmum, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Kejaksaan Agung Republik Indonesia sebagai

lembaga negara yang meiaksanakan kekuasaan negara

di

bidang

penyelidikan,

penyidikan, penuntutan

dan eksekusi

harus melaksanakan

fungsi, tugas,

dan

wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya.

(2)

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia adalah institusi Pemerintah yang berwenang dan bertanggung jawab

dalam

bidang

Perawatan Tahanan, Pembinaan Narapidana serta Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara.

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen Pemasyarakatan) secara

fungsional bertanggung

jawab atas

keamanan

dan

ketertiban di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara.

Sebagai

tindak

lanjut dari

Nota Kesepakatan Bersama antara Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor

:

M.HH.O1.HM.05.O2 Tahun 2OL4; KEP-A441 Al JAI O3l2O14 Tentang Peningkatan Koordinasi dalam rangka Optimalisasi Penanganan Tindak Pidana, disusunlah Petunjuk Teknis

ini untuk

menjadi

pedoman

dalam

pelaksanaan penempatan, pembantararr tahanan

,

danf

atau peminjaman tahanan danf atau narapidana guna mengoptimalkan penanganan

tindak

pidana.

U.

DASAR HUKUM

1.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981);

2.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun

1995 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3614);

3.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2OO4 Tentang Kejaksaan Republik

Indonesia (Lembaran Negara Tahun 2OO4 Nomor

67,

Tambahan Lembaran Negara Nomor aaOll;

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan

Kitab

Undang-Undang

Hukum

Acara Pidana (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258)

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun L999 Tentang Pembinaan

dan

Pembimbingan Warga

Binaan

Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun

1999 Nomor l4O, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 387a);

6.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

38

Tahun

2OlO

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia;

7.

Peraturan

Menteri

Kehakiman

Republik

Indonesia

Nomor

:

M.O4-UM.O

1.06 Tahun 1983

tentang

Tata

Cara

Penempatan,

(3)

B.

9.

Peraturan

Menteri

Hukum

dan

Hak

Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 Tahun 201O

tanggal

30 Desember 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

Peraturan

Jaksa Agung

Republik

Indonesia

Nomor

:

OOglAlJAlOll2}ll

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Agung Republik Indonesia;

1O. Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor

:

PER-0o5/A/JAl03l2O13 Tentang Standar operasional Prosedur (soP) Pengawalan dan Pengamanan Tahanan;

1 1. Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

1989 tentang Pembantaran (Stuiting) Tenggang Penahanan bagi Terdakwa yang dirawat

di

Rumah Sakit

di

luar

Rutan atas Izin

Instansi yang berwenang menahan;

12. Nota Kesepakatan Bersama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor :

M.HH.O1.HM.05.02 Tahun 20 14; KEP-O44 I Al JAIOS l20 14 Tentang Peningkatan Koordinasi dalam rangka Optimalisasi Penanganan Tindak Pidana.

III. PELAKSANAAN

A.

KETENTUAN UMUM

2.

3.

1.

Tahanan yang dimaksud dalam

petunjuk teknis

ini

adalah Tahanan Kejaksaan.

Narapidana yang dimaksud dalam petunjuk teknis

ini

adalah sebagaimana yang diatur pada Pasal 1 butir

7

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 yaitu terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas /Rutan.

Rumah Tahanan Negara selanjutnya disebut RUTAN adalah

tempat

tersangka

atau

terdakwa

ditahan

selama

proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Lembaga Pemasyarakatan selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat melaksanakan pembinaan bagi Narapidana dan Anak' Hari Kerja adalah hari Senin sampai dengan hari Jumat kecuali hari libur.

4.

(4)

6.

Jam Kerja adalah

jam

o7.30 sampai dengan

jam

16.00 waktu setempat

untuk

hari

Senin sampai dengan Kamis

dan

hari Jumat jam 07.30 sampai dengan jam 16.30 waktu setempat.

B.

PENEMPATAN TAHANAN

1.

Kejaksaan selaku Penyidik maupun Penuntut Umum dapat menempatkan tahanan pada RUTAN melalui koordinasi dengan

sarana tercepat dan segera menyampaikan surat permohonan secara tertulis kepada Kepala RUTAN.

2.

Penempatan tahanan disertai

surat

perintah penahanan dan berita acar a penahanan.

3.

Penempatan tahanan dapat dilakukan di luar jam kerja, setelah berkoordinasi dengan pihak RUTAN.

4.

Penempatan tahanan di luar jam kerja dituangkan dalam Berita

Acara

Penempatan

dan

dilaporkan kepada atasan instansi masing-masing dengan melampirkan surat penahanan.

5.

Dalam

hal

pengeluaran tahanan

yang

ditempatkan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan,

dan

persidangan, pihak Kejaksaan mengirimkan surat panggilan kepada tahanan dengan

tembusan kepada Kepala RUTAN sekurang-kurangnya

3

(tiga)

hari sebelum hari pemeriksaan atau hari sidang.

6.

Pihak RUTAN

wajib

memberitahukan secara

tertulis

kepada Kejaksaan yang melakukan penahanan mengenai tahanan yang

ditempatkan

akan

berakhir masa

penahanan

atau

masa perpanj angan penahanan.

7.

Pemberitahuan sebagaimana

dimaksud

pada

angka

6

disampaikan

dan

diterima oleh Kejaksaan paling

lambat

10

(sepuluh)

hari

sebelum

masa

penahanan

atau

masa perpanj angan penahanan berakhir.

8.

Pihak RUTAN/LAPAS segera memberitahukan secara tertulis dan

atau lisan

yang ditindaklanjuti secara

tertulis

kepada Pihak Kejaksaan terkait hal-hal yang berhubungan dengan tahanan yang ditempatkan.

C.

PEMBAIITARAN PENAHANAN

1.

Pembantaran penahanan

atas

tahanan

yang

ditempatkan dilakukan Kejaksaan setelah berkoordinasi dan menyampaikan

(5)

surat tertulis kepada RUTAN/ LAPAS;

Pembantaran penahanan sebagaimana dimaksud pada angka 1

dilakukan terhadap tahanan yang sakit sehingga harus dirawat

di

rumah

sakit atas

rekomendasi

dokter

RUTAN/LAPAS

dan/atau dokter pemerintah yang ditunjuk oleh Kejaksaan.

Pengawalan dan penjagaan tahanan selama dirawat

di

rumah

sakit

di luar

RUTAN/LAPAS

dilakukan

oleh

POLRI atas

permintaan Pihak Kejaksaan.

Keselamatan

dan

keamanan

tahanan

selama pembantaran penahanan merupakan tanggung jawab Pihak Kejaksaan dan tanggung jawab dimaksud berakhir pada saat tahanan diserah terimakan kembali ke pihak RUTAN/LAPAS dengan Berita Acara Penyerahan Tahanan.

Segala biaya yang dikeluarkan selama perawatan Rumah Sakit

akibat

pembant

aran menjadi

tanggungiawab

pihak

Tersangka/Terdakwa

dan atau

Keluarganya,

kecuali pembantaran bukan atas permohonan dari yang bersangkutan

menj adi tanggungj awab Kej aksaan.

Dalam

hal

masa

penahanannya habis karena pembantaratl, Pihak Kejaksaan wajib mengeluarkan surat perintah penahanan yang baru sesuai ketentuan yang berlaku.

D.

PEMINJAMAN TAIIANAN DAN/ATAU I{ARAPIDANA

1.

Peminjaman

tahanan untuk

kepentingan

penyidikan, penuntutan, dan persidangan oleh pihak Kejaksaan dilakukan dengan mengirimkan

surat

panggilan kepada tahiananf

Narapidana

dengan

tembusan

kepada

Kepala RUTAN/LAPAS sekurang-kurangnya

3

(tiga)

hari

sebelum hari pemeriksaan

atau

hari

sidang,

kecuali

untuk

kepentingan pemeriksaan

lanjutan

atau

sidang

lanjutan yang

waktunya kurang dari

3

(tiga)

hari

setelah peminjaman, dapat dilakukan melalui koordinasi dengan Pihak RUTAN/LAPAS.

2.

peminjaman narapidana sebagaimana dimaksud angka 1, dapat

dilakukan

setelah mendapat

ijin tertulis dari

Kepala RUTAN/LAPAS.

3.

Dalam hal terdapat keperluan lain diluar sebagaimana dimaksud

pada

angka

l,

tahanan danlatau

narapidana hanya dapat d.ibawa keluar RUTAN/LAPAS setelah mendapat

ijin

tertulis dari

2.

3.

4.

5.

(6)

Dirjen Pemasyarakatan (antar wilayah)/Kakanwil (da1am satu wilayah).

Keperluan

lain

terhadap tahanan sebagaimana dimaksud pada angka 3 guna kepentingan penyidik lainnya untuk kasus-kasus

tertentu

dan

menarik perhatian dilakukan

atas

persetujuan pihak Kejaksaan.

Keperluan

kemanusiaan

terhadap

tahanan

sebagaimana dimaksud pada angka 3 dalam hal keluarga inti sakit/ meninggal dunia atau menikah atau menikahkan anak atau lainnya atas persetujuan kej aksaan.

Jangka waktu peminjaman

tahanan

sebagaimana dimaksud pada angka

1

paling lama

3

(tiga)

hari,

dengan pengawalan

poLRI,

sedangkan

untuk

Narapidana selama

1

(satu) hari dengan pengawalan POLRI,

dan

apabila

masih

diperlukan Kejaksaan

dapat

mengajukan perpanjangan kepada Diqjen Pemasyarakatan dengan tembusan kepada Kalapas/Karutan. Bilamana peminjaman narapidana membutuhkan waktu lebih

dari

satu hari,

maka

narapidana tersebut

dapat

dititipkan dan/atau dipindahkan sementara pada Lapas/Rutan terdekat.

Keselamatan, keamanan,

dan

kesehatan tahanan dan/atau narapidana

yang

dipinjam menjadi

tanggung

jawab

Pihak Kejaksaan.

Tanggung jawab Pihak Kejaksaan berakhir pada saat tahanan

dan/atau

narapidana

diserahterimakan

di

RUTAN/LAPAS dengan Berita Acara Pengembalian Tahanan/ Narapidana.

tV. BIAYA

Biaya yang

timbul

dalam pelaksanaan Petunjuk Teknis

ini

menjadi beban dan tanggung jawab dari instansi masing-masing.

V.

PENUTUP

Apabila dikemudian hari timbul perselisihan dalam pelaksanaan petunjuk teknis ini, akan diselesaikan dengan cara musyawarah untuk mufakat.

4. 5. 6. 7. 8. 9.

(7)

Petunjuk teknis pelaksanaan

ini

merupakan pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik-baikr:ya dan penuh tanggung jawab.

Jakarta,

11

Maret

2Ol4

ffiTII}A JA.KSA AGI'IIG TUUDA DIAEKTUR JEHDERAL

rrffit

[t

KIIUSUS, .fi. ./; : ?rr\ \.r4), f$r q!:ti -"i" ',...\$, PEffiA$YARAI(ATAN,

A'ir".

,".{ } '{.

Referensi

Dokumen terkait

Model pengembangan pariwisata dengan menggunakan pendekatan pengembangan masyarakat merupakan salah satu alternatif yang dapat dilaksanakan di Kabupaten Bangka berdasarkan

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Desa atau yang disebut

Tanin larut dalam air dan mengalami disosiasi yang mengakibatkan terjadi modifikasi struktur kimianya berdasarkan waktu, perubahan struk- tur ini menyebabkan menurunnya kapasitas

Menetapkan : KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA TENTANG URAIAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERALATAN DAN PERBENGKELAN PADA DINAS LINGKUNGAN HIDUP

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyusun hasil penelitian dengan judul, EVALUASI

Bagi Kepala Sekolah, sebaiknya Kepala Sekolah mengadakan suatu pelatihan-pelatihan tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Search Solve

Semen Tonasa saat ini telah menggunakan batubara mutu tinggi dan campuran batubara mutu tinggi dan rendah, namun karena cadangan batu bara kualitas tinggi semakin berkurang maka

Sehingga dapat disimpulkan bahwa lansia yang asupan gizinya (energi, protein, lemak, dan karbohidrat) kurang mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami status gizi kurang