PERSENTASE OIL LOSSES YANG TERDAPAT PADA JANJANGAN KOSONG
DI PT SASANA YUDHA BHAKTI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Oleh :
ABU WAQID ALLAITSIY NIM. 130 500 112
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA
PERSENTASE OIL LOSSES YANG TERDAPAT PADA JANJANGAN KOSONG
DI PT SASANA YUDHA BHAKTI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Oleh :
ABU WAQID ALLAITSIY NIM. 130 500 112
Karya Ilmiah Ini Sebagai Syarat
untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA
PERSENTASE OIL LOSSES YANG TERDAPAT PADA JANJANGAN KOSONG
DI PT SASANA YUDHA BHAKTI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Oleh :
ABU WAQID ALLAITSIY NIM. 130 500 112
Karya Ilmiah Ini Sebagai Syarat
untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA
HALAMAN PENGASAHAN
Judul Penelitian : PERSENTASE OIL LOSES YANG TERDAPAT
PADA JANJANGAN KOSONG DI PT SASANA YUDHA BHAKTI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Nama : ABU WAQID ALLAITSIY
NIM : 130 500 112
Program studi : TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL
PERKEBUNAN
Jurusan : TEKNOLOGI PERTANIAN
Lulus ujian pada tanggal : September 2016 Pembimbing,
Elisa Ginsel Popang, S.TP., M.Sc. NIP. 19701229 2003212 001
Penguji I,
Andi Lisnawati, SP., M.Si NIP. 197502102003122002
Penguji II,
Dr. Andi Early Febrinda, S.TP., MP NIP. 197102262002122001
Menyetujui,
Ketua Program Studi
Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politaknik Pertanian Negeri Samarinda
Muh. Yamin, S.TP., M.Si. NIP. 197408132002121001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Hamka, S.TP., MP., M.Sc NIP. 197604082008121002
ABSTRAK
ABU WAQID ALLAITSIY. Persentase oil losses yang terdapat pada janjangan
kosong di PT Sasana Yudha Bhakti Kecamatan Tabang Kabupaten Kutai Kartanegara (dibawah bimbingan bapak ELISA GINSEL POPANG).
Salah satu sistem manajemen yang diterapkan untuk mendapatkan jumlah rendemen yang optimal adalah menekan terjadinya kehilangan minyak (oil losses) pada CPO dan kehilangan Kernel (losses PKO) selama proses produksi. Losses minyak ini sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan dari perebusan sampai klarifikasi. Dalam proses pengolahan minyak kelapa sawit pasti tidak terlepas dari yang namanya oil losses. Pemisahan antara brondolan dengan janjangan kosong sering terjadi tingginya kehilangan minyak pada janjangan kosong kelapa sawit. Pada Stasiun Penebah (pembanting) ini, tandan buah segar di proses sedemikian rupa hingga mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adapun perlakuan yang terdapat pada stasiun ini yaitu berupa proses pemisahan antara brondolan buah sawit dengan janjangan kosong untuk pengepresan minyak sawit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung persentase oil losses yang terdapat pada janjangan kosong.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium PT Sasana Yudha Bhakti Desa Gunung Sari, Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara. Adapun teknik dalam pengerjaan karya ilmiah ini adalah dengan menganalisa kehilangan minyak pada janjangan kosong dengan sistem pengambilan sampel pada janjangan kosong yang masih baru.
Dari hasil penelitian diketahui 12 hari pengambilan data diperoleh persentase oil losses yang cukup bagus pada hari ke-5 sampai hari ke-12 dan data yang kami lakukan memenuhi standar pabrik (1%) bahkan terdapat angka kehilangan minyak yang cukup baik yaitu 0.76%. Baik buruknya persentase kehilangan minyak pada janjangan kosong dipengaruhi oleh perebusan, penebahan, kualitas TBS yang masuk dan lain-lain. Dengan demikian perlu diperhatikan hal-hal yang dapat menyebabkan oil losses pada janjangan kosong naik.
RIWAYAT HIDUP
Abu Waqid Allaitsiy lahir pada tanggal 07 Mei 1994 di
Banyumas, Jawa Tengah. Merupakan anak pertama dari 2
bersaudara dari pasangan Saludin dan khotijah. Tahun 2000
memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 03 Bangsa,
Banyumas, Jawa Tengah lalu pada kelas 4 pindah sekolah ke Sekolah Dasar 16
Singkawang Selatan, Kalimantan Barat. Lulus pada tahun 2006 dan melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 10 Singkawang. Menempuh pendidikan selama 3
tahun dan lulus pada tahun 2009 kemudian melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 08 Singkawang. Pada bulan Januari 2013-Juni 2013 bekerja di PT. Bintang
Jaya Proteina Feedmill sebelum melanjutkan ke Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda pada tahun 2013, Jurusan teknologi Pertanian, Program Studi
Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.
Pada bulan Maret-Mei 2016 mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT.
Sasana Yudha Bhakti Satria Oil Mill Desa Gunung Sari Kecamatan Tabang,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Sasana Yudha Bhakti Satria Oil Mill Kecamatan Tabang Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.
Adapun maksud dari penyusunan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (A. Md). Keberhasilan dan kelancaran dalam penulisan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Orang tua tercinta serta saudara-saudara yang telah banyak memberikan dukungan baik dari segi moril berupa doa maupun dari segi materil.
2. Bapak Elisa Ginsel Popang, S. TP., M.Sc. selaku doseen pembimbing. 3. Ibu Andi Lisnawati, SP., M.Si. selaku dosen penguji I.
4. Ibu Dr. Andi Early Febrinda, S.TP., MP. Selaku dosen penguji II.
5. Para staf dosen pengajar, administrasi dan PLP program studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.
6. Teman–teman seperjuangan angkatan 2013 Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, khususnya program studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun penulis-penulis selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Abu Waqid Allaitsiy Kampus Sei. Keledang, September 2016
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGASAHAN ... iv RIWAYAT HIDUP ... v KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
ABSTRAK ... x I.PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. TujuanPenelitian ... 2 C. Rumusan Masalah ... 2 D. Manfaat Penelitnia ... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
A. Tinjauan Umum Kelapa Sawit (Elais guinensiss Jacq) ... 3
B. Tinjauan Umum Pabrik kelapa Sawit ... 5
C. Tinjauan Umum Tentang Stasiun Thresher ... 7
D. Tinjauan Umum Oil Losis ... 10
E.Tandan Kosong Kelapa Sawit ... 17
III. METODE PENELITIAN ... 18
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
B. Alat dan Bahan ... 18
C. Prosedur Penelitian ... 18
a. Pengambilan Sampel ... 18
b. Penimbangan dan Ekstraksi Sampel ... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
A. Hasil ... 21
KESIMPULAN DAN SARAN ... 26
A. kesimpulan ... 27
B. Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 28
DAFTAR TABEL
Nomor Tubuh Utama Halaman
1. Standar kehilangan minyak sawit (%) terhadap TBS ... 17
DAFTAR GAMBAR
Nomor Tubuh Utama Halaman
1. Drum thresher ... 10
2. Diagram Alir Pengujian Oil Losses Pada Empty Bunch ... 21
3. Grafik persentase oil losses pada janjangan kosong ... 23
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Tubuh Utama Halaman
1. Tabel hasil perhitungan oil losses pada janjangan kosong ... 30
2. Perhitungan oil losses ... 31
3. Diagram alir pengolahan CPO ... 33
4. Alur Proses Pemisahan Janjangan Kosong Dengan Brondolan
Buah Sawit di Stasiun Penebah ... 35
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan pabrik yang mengolah kelapa
sawit dengan metode dan aturan tertentu hingga menghasilkan Crude Palm
Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Dalam proses pengolahan tersebut,
perusahaan selalu berupaya untuk mengoptimalkan jumlah rendemen CPO
dan PKO. Salah satu sistem manajemen yang diterapkan untuk mendapatkan
jumlah rendemen yang optimal adalah menekan terjadinya kehilangan
minyak (oil losses) pada CPO dan kehilangan Kernel (losses PKO) selama
proses produksi.
Losses minyak ini sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan dari
perebusan sampai klarifikasi. Dalam proses pengolahan minyak kelapa sawit
pasti tidak terlepas dari yang namanya oil losses. Oil losses yang terjadi
diantaranya oil losses di kondensat sterilizer, oil losses di tandan kosong, oil
losses di unstripped bunches (USB), oil losses di fibre press, oil losses di
stasiun klarifikasi. Kelapa sawit yang diolah disuatu industri menghasilkan
minyak sawit, inti sawit, cangkang, serat, dan tandan kosong. Dalam proses
pengolahan pemisahan antara brondolan dengan tandan kosong sering terjadi
tingginya kehilangan minyak pada tandan kosong kelapa sawit (Naibaho,
P.1996). Pemisahan antara brondolan dengan janjangan kosong sering terjadi
tingginya kehilangan minyak pada janjangan kosong kelapa sawit. Pada
Stasiun Penebah (pembanting) ini, tandan buah segar di proses sedemikian
perlakuan yang terdapat pada stasiun ini yaitu berupa proses pemisahan
antara brondolan buah sawit dengan janjangan kosong untuk pengepresan
minyak sawit.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil
judul: Persentase Oil Losses Yang Terdapat Pada Janjangan Kosong di PT Sasana Yudha Bhakti Desa Gunung Sari Kecamatan Tabang Kabupaten Kutai Kartanegara
B. TujuanPenelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung persentase oil losses
yang terdapat pada janjangan kosong.
C. Rumusan Masalah
1. Berapa persentase oil losses yang terjadi?
2. Faktor apa yang menyebabkan terjadinya losses?
3. Bagaimana mengetahui oil losses pada janjangan kosong tinggi?
D. Manfaat Penelitnia
Manfaat dari penelitian ini adalah: Menambah pengetahuan mengenai
losses minyak pada janjangan kosong, mengetahui apa penyebab terjadinya oil losses pada janjangan kosong, mengetahui cara-cara perhitungannya dan
cara-cara penanganannya yang tepat supaya oil losses dapat diminimalisir.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Kelapa Sawit (Elais guinensiss Jacq)
1. Klasifikasi Penyebaran
Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk
memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama
ilmiah (latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linaeus. Tanaman kelapa
sawit diklasifikasikan sebagai:
Divisi : Embryophyta siphonagama
Kelas : Angiospeermae
Ordo : Monocotyledoneae
Family : Aracaceae (dulu disebut Palmae)
Subfamily : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : 1. E. guineensis Jacq
2. E. olifera Cortes
3. E. odora
2. Penyebaran Kelapa Sawit
Kelapa sawit (E. guineensis) diusahakan secara komersial di Afrika,
Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan, serta beberapa daerah
lain dengan skala yang lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari
Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Di Brasilia, tanaman ini
dapat ditemukan secara liar atau setengah liar di sepanjang aliran sungai
3. Varietas Kelapa Sawit
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal.
Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan
daging buah atau berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-variets
tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai
beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang
lebih baik dibandingkan dengan varietas lain. Pembagian berdasarkan
ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal tiga varietas kelapa sawit,
yaitu:
a. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran
sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan
persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-5%. Kernel
(daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. Dari
empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, varietas ini
kemudian menyebar ke tempat lain, antara lain ke Negara Timur Jauh.
Dalam persilangan, varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.
b. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapai
daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi,
sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis pisifera tidak dapat diperbanyak
tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai
sebab itu, dalam persilangan pisifera dipakai sebagai pohon induk jantan.
Penyerbukan silang antara jantan Pisifera dengan induk Dura akan
menghasilkan varietas Tenera.
c. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya,
yaitu Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di
perkebunan-perkebunan saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya
berkisar antara 0.5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya.
Persentase terhadap buah tinggi, antara 60-96%. Tandan buah yang
dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari pada Dura, tetapi ukuran
tandannya relative lebih kecil (Risza, 1994).
B. Tinjauan Umum Pabrik kelapa Sawit
Pabrik pengolahan kelapa sawit (PPKS) adalah kumpulan
peralatan/mesin instalasi sebagai alat pengolahan tandan buah segar yang
cukup besar dan mahal harganya yang menghasilkan minyak sawit dan inti
sawit + limbah cangkang, solid dan limbah cair. Pabrik yang berkapasitas
20-30 ton TBS/jam terdiri dari 1 phase, selanjutnya untuk pabrik berkapasitas
40-60 ton TBS/jam terdiri dari 2 phase dan biasanya jumlah pengolahannya 2
kali jumlah mesin/instalasi yang berkapasitas 20-40 ton TBS/jam.
Tujuan perusahaan untuk memperoleh hasil optimal dan dengan biaya
operasi yang wajar, hanya akan tercapai apabila semua fungsi-fungsi
biaya operasi yang wajar, salah satu usaha adalah perawatan mesin-mesin
instalasi pengolahan/maintenance yang baik.
Pabrik kelapa sawit secara umum dibagi menjadi 11 stasiun:
1. Stasiun penerimaan buah (fruit reception station)
2. Stasiun rebusan (sterelizier station)
3. Stasiun penebah (thresing station)
4. Stasiun kempa (pressing station)
5. Stasiun pemurnian minyak (clarification station)
6. Stasiun pabrik biji (kernel station)
7. Stasiun pengolahan air (water treatment station)
8. Stasiun ketel uap (boiler station)
9. Stasiun pembangkit tenaga (power plant station)
10. Stasiun pengolah limbah (effluebt/waste treatment station)
11. Stasiun penimbunan dan penerimaan CPO (storage and handling station)
Masing-masing stasiun mempunyai tugas dan fungsi sendiri, serta
merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan sehingga harus dimengerti
dan dipahami berbagai aspek operasional PMS termasuk pengendalian dan
pengawasan prosesnya. Pengedalian dan proses yang baik akan
menghasilkan:
Kontinuitas beroperasinya instalasi.
Hasil produk yang optimal dengan mutu yang memenuhi standar.
C. Tinjauan Umum Tentang Stasiun Thresher
Setelah melalui proses perebusan, lori berisi buah setelah direbus dalam
Sterilizer ditarik keluar dengan menggunakan capstand menuju Transfer.
Selanjutnya Lori yang berisi janjangan dipindahkan ke rail track yang lain
dengan transfer cariage untuk kemudian masuk ke Tippler. Tippler berfungsi
menumpahkan hasil rebusan dari lori ke auto feeder/bunch hopper. Untuk
menumpahkan isi dalam satu lori membutuhkan waktu 20 menit. Dalam
mengoperasikan Tippler, jangka waktu penuangan janjang buah dari Lori
menentukan tercapai tidaknya kapasitas pengolahan. Kecepatan penuangan
harus disesuaikan dengan kapasitas pengolahan. Auto feeder dan bunch
hopper berfungsi sebagai wadah sementara penampungan janjangan buah
sebelum dibawa ke thresher. Dari tippler janjangan buah dituang ke bunch
hopper untuk selanjutnya janjangan buah jatuh perlahan ke bucket/scrapper
bunch elevator untuk selanjutnya dibawa ke thresher.
Setelah isi lori ditumpahkan, kelapa sawit menuju ke thresher melalui
Bunch conveyor/elevator yang berfungsi membawa/mengangkat janjangan ke
thresher yang dilengkapi dengan scrapper/bucket sebagai tempat janjangan
hasil tuangan dari tippler.
Thresher berfungsi untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan
cara mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong ke
empty bunch conveyor. Alat ini berupa mesin berbentuk drum berkisi-kisi
yang berputar dengan kecepatan 23 rpm. Pada Thresher ini dilengkapi dengan
threser pertama untuk proses pemipilan pertama. Sedangkan threser kedua
(second Threser) berfungsi untuk memaksimalkan pemipilan agar kelapa
sawit yang masih ada pada tandan dapat terlepas semuanya sehingga
kehilangan berondolan (losses) dalam janjangan dapat dikurangi.
Dibawah ini akan dijelaskan sedikit tentang proses yang terjadi
distasiun pemipilan:
a. Tippler
Tippler merupakan alat yang digunakan untuk menuang TBS dari lori
yang telah direbus dimana jika kapasitas lori 4.5 atau 7,5 ton
menggunakan tippler dan untuk lori kapasitas 2.5 ton menggunakan
hosting crane. TBS yang telah direbus kemudian dipindahkan dengan
transfer carrige menuju tippler dan kemudian TBS tersebut dituang.
b. Bunch Hopper
Bunch hopper berfungsi untuk menampung sementara TBS yang dituang
dari lori, untuk pabrik dengan kapasitas lori 2.5 ton menggunakan
pelengkap pada bunch hopper yaitu auto feeder.
c. Bunch Conveyor/Elevator
Alat ini berfungsi untuk membawa TBS dari bunch hopper menuju
thresher drum.
d. Thresher DrumThresherdrum adalah drum berputar dengan kecepatan
21-24 rpm yang dilengkapi dengan kisi-kisi berfungsi untuk memisahkan
e. Bunch Crusher
Bunch crusher merupaka alat yang digunakan untuk melumat janjangan
yang berasal dari thresher drum dengan tujuan agar janjangan tersebut
hancur.
f. Rethreser Drum
Rethreser drum sama dengan thresher drum hanya saja alat ini digunakan
setelah janjangan melewati bunch crusher, diharapkan brondolan yang
belum terlepas dari thresher drum dapat terlepas pada rethreser ini.
g. EFB Conveyor
Alat ini berfungsi untuk membawa janjangan kosong menuju
incenerator/EFB hopper.
h. Incenerator
Berfungsi untuk membakar janjangan kosong dimana abu hasil
pembakaran janjangan kosong ini nantinya akan digunakan sebagai pupuk
pada kebun kelapa sawit.
i. Under Threser Conveyor
Berfungsi untuk membawa brondolan yang sudah terlepas dari janjangan
menuju bottom cross conveyor
j. Bottom Cross Conveyor
Berfungsi untuk membawa brondolan (fruits) menuju fruit elevator.
k. Fruit Elevator
D. Tinjauan Umum Oil Losis
Losses minyak adalah kehilangan minyak kelapa sawit pada saat proses
produksi. Losses minyak dimulai dari proses perebusan, hal ini disebabkan
karena pada saat kelapa sawit yang masih berupa brondolan, setelah
perebusan dipisahkan janjangannya sehingga pada janjangan masih terdapat
minyak kelapa sawit yang masih tertinggal. Pada biji masih terdapat serabut
yang masih memisahkan kandungan minyak, begitu juga pada ampas masih
terdapat minyak yang tinggal (Sari, 2013). Pabrik minyak kelapa sawit
dioperasikan dalam suatu rangkaian proses yang kontinyu, dimana hasil
proses dari satu instalasi akan dilanjutkan oleh instalasi berikutnya dengan
mempertahankan mutu.
Kehilangan minyak selama proses pengolahsn TBS untuk menghasilkan
CPO tidak dapat dihindari dalam setiap PKS. Hal ini disebabakan oleh alat
yang tidak bekerja pada kondisi optimum karena kesalahan dalam
pengoperasian unit-unit industri. Misalnya pada stasiun perebusan, apabila
tekanan dan waktu perebusan yang tinggi akan mengakibatkan kehilangan
minyak pada air rebusan bertambah, tetapi apabila tekanan dan waktu
perebusan terlalu rendah akan mengakibatkan pelumatan dalam digester
kurang sempurna, sebagian daging buah tidak lepas dari biji sehingga losses
minyak pada ampas dan biji bertambah. Pada stasiun penebahan, kerusakan
pada mesin penebah akan mengakibatkan kerja bantingan tidak sempurna
sehingga losses minyak pada janjangan tinggi karena masih banyak brondolan
Efisiensi teknik teknologis didefenisikan sebagai efektivitas dan
produktivitas dalam pengoperasian suatu pabrik. Suatu pabrik dikatakan
kurang efisien jika angka losses, kualitas, ekstraksi minyak dan inti sawit,
serta kapasitas produksi tidak sesuai dengan norma standar. Hal ini dapat
diketahui dari kapasitas olah yang tidak sesuai dengan kapasitas desain, losses
yang tinggi, dan kualitas yang rendah. Selain standar pabrik, perlu juga dibuat
standar untuk kematangan buah karena kematangan buah mempunyai
kontribusi terhadap efektivitas pengolahan di pabrik. Ekstraksi atau
pengutipan minyak dari buah kelapa sawit tidak akan pernah mencapai 100%.
Kehilangan minyak pasti terjadi, tetapi harus diusahakan sekecil mungkin
atau pada batas-batas yang telah ditolerir. Salah satu parameter untuk
menentukan apakah suatu PKS dapat dikatakan bekerja efektif dan efisien
yaitu angka-angka kehilangan minyak dan inti yang sudah distandarkan. Jika
pada suatu proses pengolahan pabrik ternyata angka-angka kehilangan
minyak yang terjadi melebihi dari angka-angka yang telah distandarkan maka
dapat dikatakan pabrik tersebut kurang efisien dan efektif.
Kehilangan minyak sawit diperiksa pada contoh janjangan kosong, ampas
kempa, biji dan air drab. Contoh TBK diambil dari conveyor di ujung
keluaran penebah, ampas kempa langsung dari celah konus kempa, biji dari
ampas kempa yang sama dan air drab dari keluaran buangan sentrifus drab.
Berikut adalah penjelasan pengambilan sampel losses pada pengolahan
Janjangan kosong, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan % NOS. Tujuan pengujian adalah menetapkan kehilangan minyak
dalam TBK, sekaligus memberi petunjuk mengenai siklus rebusan
dan kematangan panen, karena keduanya mempengaruhi fluktuasi
khilangan minyak dalam TBS.
Ampas kempa, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan % NOS dalam serabut. Jika ada peningkatan menyolok harus dicari
penyebabnya dan segera diperbaiki, atau segera berpindah ke kempa
yang baik, atau mengurangi putarannya.
Biji dalam ampas kempa, dikumpulkan data mengenai komposisi atau perbandingan serabut, biji, biji utuh, biji pecah, inti utuh, biji pecah
dan cangkang dalam ampas kempa. Informasi ini diperlukan untuk
mengetahui perbandingan serabut terhadap ampas kempa untuk
perhitungan jumlah minyak dalam ampas kempa terhadap TBS.
Air drab, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan % NOS. tujuan pengujian untuk menentukan kadar minyak terhadap NOS
dalam air buangan untuk memeriksa efisiensi sentrifus drab dan
perhitungan pengutipan minyak. Kehilangan minyak dalam air drab
ditentukan oleh suhu dalam tangki pengendap dan kadar ZPBL dalam
minyak mentah.
Yang terakhir ini ditentukan oleh jumlah tirisan minyak mentah yang keluar dari dasar bejana peremas semakin banyak tirisan semakin
pengenceran minyak mentah bersama-sama akan menentukan
viskositas yang akhirnya mempengaruhi kehilangan minyak dalam air
drab. Yang paling menentukan, yang harus dikendalikan adalah besar
gelembung minyak (cegah pendidihan dan pengadukan cepat yang
terlalu lama) dan viskositas. Suhu harus setinggi mungkin, mendekati
1000 C.
Suatu campuran minyak, air dan lumpur masuk pipa sentral CCT,
dikarenakan gerakan menurun, elemen-elemen yang lebih berat cenderung
turun ke bawah dan minyak akan naik dikarenakan perbedaan berat jenis.
Minyak akan diambil dari bagian atas sedangkan endapan lumpur terkumpul
dan dialirkan dari bawah. Partikel-partikel berat yang terkumpul di bawah
harus dikeringkan setiap hari, lebih baik saat pabrik berhenti dan sebelum
dihidupkan lagi. Karena BD minyak lebih rendah daripada BD air/ endapan
kolom minyak harus lebih besar untuk mengimbangi kolom endapan,
sehingga jumlah aliran keluar akan seimbang. Bila lapisan minyak terlalu
dangkal, maka skimmer harus diturunkan, sehingga kedua lapisan tersebut
mendekati seimbang. Ini dapat berakibat ketidakseimbangan dan endapan
dapat terbawa oleh minyak, akan menambah beban pada kemurnian, atau
minyak bila terbawa oleh lumpur endapan, sehingga mempertinggi
kehilangan minyak (Pusdiklat, 2004).
Sasaran yang menjadi tujuan pabrik minyak sawit adalah pengutipan
sebanyak-banyaknya minyak dariinti sawit yang terkandung dalam panen
dalam pengolahan harus serendah mungkin sesuai dengan kemampuan mesin
dan alat yang ada, dan sesuai dengan kemampuan tenaga kerja yang ada
(mulai tenaga pimpinan pabrik samapai pembantu operator dan tukang).
Kemampuan tenaga kerja mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan
kepatuhan kepada tata operasi yang benar,dan semakin meningkat
kemampuannya dengan melakukan secara benar dan berulang-ulang demi
terciptanya efektifitas dan efisiensi yang tinggi (Mangonsoekardjodan
semangun, 2005)
Cairan yang keluar dari alat kempa terdiri dari campuran minyak, air
dan padatan bukan minyak. Untuk memisahkan minyak dari fase lainnya
perlu dilakukan dengan proses pemurnian. Minyak dimurnikan dengan tujuan
agar tidak terjadi penurunan mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan okidasi.
Hidrolisis dapat terjadi karena cairan bersuhu panas dan cukup banyak air,
demikian juga oksidasi akan terjadi dengan adanya NOS yang berupa bahan
organik seperti Fe dan Cu berperan sebagai katalisator yang mempercepat
terjadinya reaksi yang cepat. Dalam daging buah yang direbus terdapat
komposisi minyak 54 %, air 28 % dan NOS 18 % dan jika diperas dengan
screw press maka komposisi ini akan berubah menjadi cairan dengan
kandungan minyak 66 %, air 24 % dan NOS 10 %. Padatan bukan minyak
yang keluar dari kempa diberikan istilah non fatty pressing quotient (NFPQ),
yaitu jumlah padatan yang terikut dalam minyak setelah melalui ayakan yang
berasal dari lumpur lapangan yang memilki arti semakin tinggi NFPQ maka
lumpur (blow down) merupakan kegiatan yang rutin dikerjakan yaitu lumpur
yang berada di bawah Oil Settling Tank dapat mengganggu proses
pengendapan. Jika cone ditutupi oleh lumpur maka dasar tanki seolah-olah
bidang datar, berarti akan mengurangi volume tangki dan cairan yang keluar
dari alat kempa terdiri dari campuran minyak, air dan padatan bukan minyak.
Untuk memisahkan minyak dari fase lainnya perlu dilakukan dengan proses
pemurnian. Minyak dimurnikan dengan tujuan agar tidak terjadi penurunan
mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan okidasi. Hidrolisis dapat terjadi
karena cairan bersuhu panas dan cukup banyak air, demikian juga oksidasi
akan terjadi dengan adanya NOS yang berupa bahan organik seperti Fe dan
Cu berperan sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya reaksi yang
cepat. Dalam daging buah yang direbus terdapat komposisi minyak 54 %, air
28 % dan NOS 18 % dan jika diperas dengan screw press maka komposisi ini
akan berubah menjadi cairan dengan kandungan minyak 66 %, air 24 % dan
NOS 10 %. Padatan bukan minyak yang keluar dari kempa diberikan istilah
non fatty pressing quotient (NFPQ), yaitu jumlah padatan yang terikut dalam
minyak setelah melalui ayakan yang berasal dari lumpur lapangan yang
memilki arti semakin tinggi NFPQ maka kehilangan minyak dalam proses
klarifikasi semakin tinggi. Pembuangan lumpur (blow down) merupakan
kegiatan yang rutin dikerjakan yaitu lumpur yang berada di bawah Oil
Settling Tank dapat mengganggu proses pengendapan. Jika cone ditutupi oleh
lumpur maka dasar tanki seolah-olah bidang datar, berarti akan mengurangi
hasil yang lebih baik maka pembuangan lumpur perlu dilakukan secara
kontinu dengan selang waktu tertentu. Pembuangan lumpur yang terlalu cepat
dapat mempertinggi oil losses, karena dalam lumpur tersebut masih terdapat
minyak yang menempel. Banyak tidaknya minyak dalam lumpur juga
dipengaruhi oleh suhu pemanasan (Naibaho, 1998). Kehilangan minyak
sawit dan inti sawit dapat terjadi pada tiga tahap dalam proses produksi,
yaitu:
1. Penyerbukan tidak sempurna, terlihat dari banyaknya buah partenokarpi
(janjangan yang jarang buahnya). Hasilnya adalah berat janjangan
berkurang dari seharusnya.
2. Panen tidak sempurna, dimana janjangan terlalu mentah atau terlalu
matang dan brondolan hilang di antara tanaman kacangan. Hasilnya
adalah rendemen hasil yang rendah dan kadar ALB minyak yang tinggi.
3. Pengolahan tidak sempurna, dimana kondisi proses tidak terpenuhi,
keausan dan kerusakan mesin olah. Hasilnya adalah pengutipan minyak
menjadi rendah dan kenaikan kadar ALB yang besar dalam pengolahan
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Tabel 1. Standar kehilangan minyak sawit (%) terhadap TBS
Sumber losses Standar (%)
Empty bunch 0,45
USB 0,01
Fruit Losses EB 0,01
Press Cake Fibre 0,52
Nuts 0,04
Solid Decanter 0,15
Heavy Phase 0,25
Final Effluent 0,45
E. Tandan Kosong Kelapa Sawit
Tandan Kosong Kelapa Sawit adalah salah satu produk samping pabrik
kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Dalam satu hari pengolahan
bisa dihasilkan ratusan ton TKKS. Diperkirakan saat ini limbah TKKS di
Indonesia mencapai 20 juta ton. TKKS tersebut memiliki potensi untuk diolah
menjadi berbagai macam produk. Sebagian besar tandan kosong yang
dihasilkan dari stasiun penebah (threshing), masih mengandung minyak.
Untuk itu, kerugian yang terjadi pada proses penebahan ada dua macam, yaitu
kerugian minyak yang terserap oleh tandan kosong dan kerugian minyak
dalam buah yang masih tertinggal di tandan (tidak membrondol). Tingkat
kematangan buah dan metode perebusan buah sangat menentukan dalam
keberhasilan proses pengolahan buah kelapa sawit. Semakin tinggi tingkat
kematangan dan semakin lama waktu perebusan, semakin besar pula
kemungkinan bahwa minyak akan meleleh keluar dari daging buah selama
perebusan karena daging buah menjadi sangat lunak. Dan pada saat proses
penebahan, minyak tersebut terserap oleh janjangan (Robiana, 2010).
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pabrik PT. Sasana Yudha Bhakti Satria Oil
Mill Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara selama 6 bulan yang
meliputi persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan dan
pengolahan serta penulisan karya ilmiah atau tugas akhir. Dimulai dengan
penulisan proposal bulan Februari dan pengambilan data akhir bulan
Maret-awal bulan April dan penyusunan hasil selama 4 bulan.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah parang,
plastik, kertas timbel, neraca digital, oven, sokhlet, labu, kapas, janjangan
kosong setelah perebusan, heksan
C. Prosedur Penelitian a. Pengambilan Sampel
1. Sampel janjangan kosong diambil 2 jam setelah proses di sampel point.
2. Sampel janjangan kosong diambil secara acak.
3. Janjangan kosong kemudian dibelah menjadi 4 bagian dengan metode
quarter.
4. Kemudian ambil sampel yang bertanda x kemudian sampel dicincang.
5. Sampel dihomogenkan, kemudian sampel dibagi berdasarkan metode
b. Penimbangan dan Ekstraksi Sampel
1. Timbang wadah (kertas timbel)
2. Masukkan sampel kedalam wadah sebanyak 30 gr kemudian
dikeringkan di oven selama 8 jam dengen suhu 1050 C
3. Dinginkan sampel yang telah dioven
4. Kemudian timbang kembali sampel yang telah didinginkan
5. Timbang labu ekstraksi
6. Tambahkan heksan sebanyak 200 ml ke dalam labu ekstraksi
7. Kemudian ekstraksi selama 4 jam (terlihat warna heksan sudah jernih)
8. Keringkan pelarut heksan, lalu oven selama 30 menit
9. Kemudian dinginkan dan timbang beratnya.
Persentase oil losses pada janjangan kosong dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut: (bw + sampel) - (bw + s.k) Moisture = x 100% Berat sampel dm/wm = 100 – moisture berat minyak Owm = x 100%
berat sampel oil losses
owm
Odm = x 100%
dm/wm
keterangan: bw = berat wadah s.k = sampel kering dm/wm = dry mater/wet mater owm = oil wet mater
Janjangan Kosong
Gambar 2. Diagram Alir Pengujian Oil Loses Pada Empty
Bunch/Janjangan Kosong
Pemotongan sampel menjadi 4 bagian
Pencincangan
Penimbangan
Pengeringan selama 8 jam
Penimbangan
Ekstraksi selama 4 jam
Pengeringan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan pengambilan data selama 12 hari penelitian didapatkan 2
kelompok data. Kelompok 1 yaitu pengolahan data terhadap janjangan
kosong yang mengalami penghentian proses perebusan, sedangkan kelompok
data 2 yaitu pengolahan data pada janjangan kosong yang tidak mengalami
proses penghentian. Pada pengolahan yang mengalami penghentian proses
perebusan didapatkan data yang terdapat pada tabel, 2. Sedangkan pada
pengolahan yang tidak mengalami penghentian proses perebusan didapatkan
data yang terdapat pada tabel, 3.
Tabel 2. Hasil pengujian kehilangan minyak pada janjangan kosong yang mengalami penghentian proses
Tanggal Berat sampel (gr) Berat oil (gr) Owm (%) Odm (%)
29 Maret 2016 30,2132 1,0487 3,47 9,86
30 Maret 2016 30,3054 1,1823 3,93 10,13
31 Maret 2016 30,0839 0,8515 2,82 8,28
1 April 2016 30,6814 1,3093 4,27 11,96
Tabel 3. Hasil pengujian oil losses yang tidak mengalami penghentian proses
Tanggal Berat sampel (gr) Berat oil (gr) Owm (%) Odm (%)
4 April 2016 30,1687 0,3689 1,22 5,64 5 April 2016 30,5305 0,3126 1,02 4,98 6 April 2016 30,1469 0,3760 1,25 5,57 7 April 2016 30,5201 0,2333 0,76 3,99 8 April 2016 30,6354 0,5118 1,67 8,18 9 April 2016 30,1854 0,2739 0,89 3,99 11 April 2016 30,0506 0,2323 0,77 4,94 12 April 2016 30,5615 0,4255 1,39 7,19
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016.
Untuk contoh dan hasil perhitungan pengujian kehilangan oil losses dapat
Gambar 3. Grafik pengurangan Kehilangan Minyak Pada Janjangan Kosong Yang Mengalami Penghentian Proses
Gambar 4. Grafik persentase kehilangan minyak yang tidak mengalami penghentian proses
B. Pembahasan
Dari hasil pengambilan data selama 8 hari dan dilampirkan pada Tabel
3 dan data 4 hari pada Tabel 2 dijelaskan bahwa semakin tinggi berat oil pada
sampel setelah ekstraksi maka hasil dari owm/oil wet mater akan semakin
tinggi. Tingginya oil losses terjadi karena beberapa faktor, diantaranya
0 1 2 3 4 5
29 Maret 2016 30 Maret 2016 31 Maret 2016 1-Apr-16 3,47 3,93
2,82
4,27
Owm (%) tanggal 29 Maret-1 April
0 0,5 1 1,5 2 1,22 1,02 1,25 0,76 1,67 0,89 0,77 1,39 % L O SS E S
perebusan yang kurang maksimal, buah restan, buah busuk. Untuk mengatasi
masalah yang menyebabkan tingginya losses pada janjangan kosong maka
TBS yang dapat menyebabkan oil losses tinggi harus diperlakukan sesuai
dengan prosedur, yaitu sortasi dan grading yang baik. Namun terkadang ada
juga buah restan setelah direbus tidak langsung diolah melainkan diinapkan
semalam dikarenakan poses pengolahan sudah waktunya selesai. Dalam
pengambilan data yang kami lakukan terhadap buah normal selama 8 hari
didapatkan rata-rata oil loses yaitu 1.12125%, sedangkan yang 4 hari buah
restan didapatkan persentae oil losses yaitu 3.6225%. Untuk persentase
kehilangan minyak atau standar owm pada janjangan kosong yang sudah
ditetapkan oleh perusahaan yaitu 1%.
Perebusan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
keberhasilan dalam proses produksi minyak sawit. Dalam perebusan dapat
mempengaruhi terjadinya oil losses yang tinggi, yaitu ketika perebusan tidak
maksimal yang seharusnya TBS yang terlalu matang direbus dengan waktu
yang lebih singkat tetapi masih direbus dengan waktu standar maka potensi
terjadinya oil losses pada janjangan kosong akan semakin besar, namun
ketika buah kurang matang direbus dengan waktu yang singkat maka yang
terjadi adalah kurang efektifnya stasiun thresher dalam merontokkan buah
sawit dari janjangannya bahkan ketika buah yang mentah terikut dalam
perebusan thresher tidak mampu merontokkan. Prinsip kerja thresher adalah
dengan cara membanting Tandan Buah Segar ke dalam drum thresher yang
8 kali untuk merontokkan dengan maksimal buah dari janjangannya. Proses
pemipilan harus dilakukan semaksimal mungkin untuk menghindari
terjadinya kehilangan minyak yang lebih tinggi. Tidak sempurnanya thresher
akan mempengaruhi efisiensi pabrik, batas pabrik yang dilihat untuk brondol
yang tidak terlepas adalah <3%. Jika berondol banyak yang tidak terlepas
pada stasiun thresher maka lossesakan naik. Untuk pengambilan sampel di
sampel point dilakukan 2 jam setelah proses untuk menghindari terjadinya
pengambilan janjangan restan sisa rebusan yang belum diolah.
Oleh karena itu dalam mengolah TBS membutuhkan penanganan yang
serius dan mengikuti aturan-aturan sehingga tujuan akhir untuk mendapatkan
rendemen yang tinggi dapat dipenuhi. Prinsip utama dari pabrik kelapa sawit adalah “Mengutip minyak setinggi-tingginya dan menekan losses yang
serendah-rendahnya”. Pengutipan minyak pertama kali dilakukan di areal
tanaman kelapa sawit, dengan tidak meninggalkan sebuah pun berondolan
yang jatuh, pengangkutan yang baik dan penanganan TBS di loading ramp.
Jika dari hasil penelitian diambil suatu kesimpulan potensi sebesar 1.25%
sehingga rendemen yang didapat sebesar 23.75% (Pahan, 2008).
Tekanan uap dan lama perebusan sangat menentukan hasil perebusan
juga mempengaruhi efisiensi pabrik. Tekanan uap dan lama perebusan yang
tidak cukup akan berpengaruh terhadap buah kurang masak, sebagian
brondolan tidak lepas dari tandan (unstripped bunch) yang mengakibatkan
kerugian minyak dalam janjangan kosong bertambah, pelumatan dalam
mengakibatkan proses pengempaan tidak sempurna dan mengakibatkan
kerugian minyak pada ampas. Minyak di janjangan kososng tinggi dapat
diindikasikan dengan janjangan kosong basah/berminyak dan mempunyai
norma 2.5%-3.0% terhadap contoh, hal ini dapat disebabkan oleh TBS yang
lewat matang, waktu rebus yang terlalu lama dan muatan autofeeder yang
melampaui kapasitas. Hal ini dapat ditanggulangi dengan cara lama
perebusan disesuaikan dengan SOP, perhatikan mutu TBS di loading ramp
dengan cara melihat mutu TBS yang mengarah ke mentah maka lama
perebusan diperpanjang, mutu TBS kelewat matang atau buah menginap lama
diperebusan.
Adapun cara penanggulangan atau pencegahan yang dilakukan untuk
mengurangi kehilangan minyak, yaitu:
Pada janjangan kosong:
Untuk mengurangi kehilangan minyak selama penebahan, dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengisian buah ke penebah secara
teratur dan tidak overload agar benturan antara tandan dengan brondolan
yang rusak dagingnya tersebut dapat menjadi lebih singkat waktunya.
Pemuatan alat penebah yang berlebihan akan mengakibatkan penebahan
kurang sempurna dan mengakibatkan banyak brondolan yang tidak
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengambilan data Oil losses selama 12 hari dihasilkan 2 data. Pada
proses yang mengalami penghentian proses selama 4 hari didapatkan rata-rata
3,62% yang tidak sesuai dengan standar pabrik. Sedangkan pada proses yang
tidak mengalami penghentian proses didapatkan data 1,25% yang sesuai
dengan standar pabrik.
B. Saran
Pada proses pengolahan sebaiknya jangan sampai adanya penghentian
proses pengolahan. Supaya tidak terjadi danya oil losses yang tinggi,
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Proses Pengolahan Kelapa Sawit http: //kabarsawit.wordpress.com/ Diakses pada tanggal 20 Desember 2015. Anonim, 2012. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit
http://sawitku.wordpress.com/2009/10/31/berbagi-hasil-olahan-dari-kelapa-sawit/. Diakses pada tanggal 03 januari 2016.
Mangoenseokardjo S dan H. Semangun, 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Nainggolan, N.P., 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendemen CPO (Crude Palm Oil) Di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Adolina PTPN IV
Perbaungan. Universitas Sumatra Utara, Medan.
(http//:NellaNainggolanParhusip. pdf, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendemen CPO (Crude Palm Oil) di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Adolina PTPN IV Perbaungan.htm) diakses pada tanggal 2 september 2016 pukul 14.20 wita.
Naibaho, P., 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, Medan.
Pahan, I., 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta. Risza, S., 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius,
Jakarta.
Robiana, A., 2010. Analisis Kehilangan Minyak Pada Fat Pit Dan Tandan Kosong di PTPN III Kebun Rambutan. Universitas Sumatra Utara, Medan. Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sari, I.D., 2013. Penetapan Kadar Losis Minyak Pada Crude Palm Oil (CPO).
Lampiran 1. Table hasil perhitungan oil losis pada janjangan kosong Tanggal A B C D E F G H I J Berat sampel (gr) Berat wadah (gr) Bwadah + Sampel (gr) Wadah + sampel kering (gr) Moisture (%) Dm/wm (gr) Berat labu (gr) Berat labu + oil (gr) Berat oil (gr) Owm (%) 29 Maret 2016 30.21 3.78 34.00 14.61 64.17 35.83 117.20 118.28 1.0487 3.47 30 Maret 2016 30.30 3.57 33.87 13.88 65.97 34.02 107.66 108.84 1.1823 3.93 31 Maret 2016 30.08 3.90 33.98 15,56 61.22 38.78 107.66 108.51 0.8515 2.82 1 April 2016 30.68 4.10 34.78 14.05 64.30 35.69 107.66 108.97 1.3093 4.27 4 April 2016 30.16 3.83 34.00 10.33 78.46 21.54 107.66 108.07 0.3689 1.22 5 April 2016 30.53 3.86 34.39 10.13 79.46 20.54 107.67 107.98 0.3126 1.02 6 April 2016 30.14 4.40 34.54 11.14 77.61 22.39 107.67 108.05 0.3760 1.25 7 April 2016 30.52 4.38 34.90 10.19 80.96 19.04 107.70 107.95 0.2333 0.76 8 April 2016 30.63 4.22 34.86 10.48 78,59 20.41 107.69 108.20 0.5118 1.67 9 April 2016 30.18 4.18 34.48 10.79 77.74 22.26 107.67 107.94 0.2739 0.89 11 April 2016 30.05 4,62 34.67 9.34 84.31 15.59 107.66 107.89 0.2323 0.77 12 April 2016 30.56 4.35 34.91 10.25 80.68 19.32 107.67 108.09 0.4255 1.39
Lampiran 2. Perhitungan oil losis
Persentase oil losis (owm) pada empty bunch dihitung dengan :
(bw + sampel) - ( bw + s.k)
Moisture = x 100%
Berat sampel
Contoh perhitungan sampel tanggal 29 maret 2016 adalah sebagai berikut: Diketahui: berat wadah (bw) = 3,7897 gr
Berat sampel (bs) = 30,2132 gr
Wadah + sampel = 34,0029 gr
Wadah + sampel kering (bw+sk) = 14,6142 gr
Moisture: ………..? ( bw + sampel ) - ( bw + s.k) Moisture = x 100% Berat sampel 34,0029 – 14,6142 = x 100% 30,2132 19,3887 = x 100% 30,2132 = 64,1729% Dm/wm = 100 – moisture = 100 – 64,1729% = 35,83% berat minyak
owm = x 100% Berat sampel
1,0487
= x 100% = 3,47 %
30,2132
Berat oil didapatkan setelah ekstraksi sampel, dan owm merupakan berat oil terhadap sampel basah serta untuk persentase oil losses yang diambil.
Keterangan: bw = berat wadah
s.k = sampel kering
owm = oil wet mater
Lampiran 3. Diagram alir pengolahan CPO Sortasi VEBEWE Penimbangan Loading Ramp PENIMBANGAN Sterilizer PENIMBANGAN Thresher Digester Screw Press
Sand Trap Tank
Vibrating screen
Minyak
minyak
Crude Oil Tank
CST
Sludge Oil Tank
Sand Cyclone Oil Tank Vacuum drier Storage tank Buffer Tank Sand Tank Centrifuge Reclaimed oil tank Fat Pit sludge sludge
Lampiran 4. Alur Proses Pemisahan Tandan Kosong Dengan Brondolan Buah Sawit di Stasiun Penebah
Buah Dari Sterillizer
TIPPLER
THRESHER
Tandan Kosong
Empty Bunch Conveyor
kompos
Brondolan Buah Sawit
Fruit Elevator
lampiran 5. Gambar dokumentasi analisis oil losis pada empty bunch
Pengambilan sampel Pemotongan Sampel
Pembagian sampel
Sampel dihomogenkan Sampel dibagi menjadi 4 bagian
wadah sampel (kertas timbel) Penimbangan sampel
Ekstraksi sampel Minyak setelah ekstraksi