• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA ASAM LEMAK BEBAS (ALB) KERNEL SELAMA PENYIMPANAN PADA PT. SASANA YUDHA BHAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KECAMATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA ASAM LEMAK BEBAS (ALB) KERNEL SELAMA PENYIMPANAN PADA PT. SASANA YUDHA BHAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KECAMATAN"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh RISKA DEWI NIM. 130500132

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(2)

Oleh RISKA DEWI NIM. 130500132

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(3)

Oleh RISKA DEWI NIM. 130500132

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(4)

Kabupaten Kutai Kartenegara

Nama : Riska Dewi

NIM : 130500132

Program Studi : Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan

Jurusan : Teknologi Pertanian

Pembimbing,

Elisa Ginsel Popang,S.TP.M.Sc NIP. 197012292003121001

Penguji I,

Khusnul Khotimah.S.TP.M. Sc NIP. 197910252006042002

Penguji I,

Netty Maria Naibaho.S.TP.M.P.M.Sc NIP. 198510022008122001

Menyetujui,

Ketua Program Studi

Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Muh. Yamin. S.TP. M.Si NIP. 197408132002121001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Hamka, S.TP.,MP., M.Sc.

NIP. 197604082008121002

(5)

Ginsel Popang ).

Kandungan asam lemak bebas adalah salah satu parameter yang perlu ditetapkan kadarnya untuk dapat digunakan sebagai bahan baku. PT. Sasana Yudha Bhakti Satria Oill Mill merupakan salah satu industri penggilingan kelapa sawit yang menggunakan kelapa sawit sebagai bahan b aku yang bisa menghasilkan minyak kelapa sawit, inti sawit dan minyak inti sawit. Asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak kelapa sawit sangat mempengaruhi mutu minyak sawit, karena asam lemak bebas dengan konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan turunnya mutu minyak sawit.

Tujuan dari penelitin ini adalah untuk mengetahui berapa kadar asam lemak bebas yang terdapat dalam inti dan untuk mengetahui apakah kadar asam lemak bebas Di PT. Sasana Yudha Bhakti Satria Oil Mill telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditentukan. Pada penelitian ini dilakukan penyimpanan kernel dari hari ke 0-15 hari dengan satu perlakuan dua kali ulangan. Pengujian asam Lemak Bebas diukur dengan menggunakan metode titrasi asam basa.

Hasil penelitian ini didapatkan hasil asam lemak bebas (ALB) dari hari ke-0 didapat asam lemak bebas dengan rata-rata 0.30%, hari ke-7 asam lemak bebas dengan rata-rata 0.69%, dan hari ke-15 asam lemak bebas dengan rata rata 1.0106%. Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar asam lemak bebas yang didapatkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan. Adapun saran dari penelitian adalah kurangi kadar inti pecah dan inti berjamur sekecil mungkin, hindari penimbunan terlalu lama dan tempat penyimpanan yang bersih dan tidak lembab.

(6)

dari 6 bersaudara dari pasangan Aminudin dan Bariah. Tahun 2001 memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri No. 01, Senyiur Kec. Muara Ancalong dan lulus pada tahun 2007, Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri No. 04 Senyiur dan lulus pada tahun 2010, Selanjutnya meneruskan sekolah ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Pembangunan Senyiur lulus pada tahun 2013. Setelah itu melanjutkan pendidikan tingkat tinggi pada tahun 2013 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Jurusan Teknologi Pertanian.

Bulan Maret-Mei 2016 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Sasana Yudha Bhakti Satria Oil Mill And Kernel Crushing Plant di Desa Gunung Sari Kec. Tabang, Kab. Kutai Kartanegara.

Sebagai syarat untuk memperoleh predikat Ahli Madya Diploma III Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, penulis mengadakan penelitian

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini di Politeknik Negeri Pertanian Samarinda, Kalimantan Timur. Keberhasilan dalam penyusunan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberikan dukungan motivasi, dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

2. Bapak Muh. Yamin, S.TP.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.

3. Bapak Elisa Ginsel Popang, S.TP.,M.Sc. selaku dosen pembimbing Karya Ilmiah

4. Ibu Khusnul Khotimah, S.TP.,M.Sc. Selaku dosen penguji I Karya Ilmiah 5. Ibu Netty Maria Naibaho, S.TP.,M.P.,M.Sc. Selaku dosen penguji II Karya

Ilmiah

6. Seluruh Dosen dan Staf yang ikut serta membantu dalam penyelesaian Karya Ilmiah.

7. Rekan-rekan Mahasiswa Prodi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan yang membantu langsung maupun tidak langsung.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu dalam membantu penyusunan laporan ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan selama penyusunan dan penyelesaian Karya Ilmiah ini mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

Akhir kata, penulis mengharapkan karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dalam meningkatkan wawasan pengetahuan dibidang Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 2 C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Hasil yang Diharapkan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Sejarah Kelapa Sawit ... 3

B. Varietas Tanaman Kelapa Sawit ... 3

C. Berdasarkan Warna Kulit Buah ... 5

D. Kelapa Sawit ... 5

E. Manfaat Kelapa Sawit dan Produknya... 6

F. Panen ... 7

G. 8

H. 8

I. Pengolahan Inti Sawit ... 12

J. Kernel ... 15

K. Komposisi Biji Kernel ... 17

L. Minyak Kernel ... 17

M. Persyaratan Mutu Kernel... 18

N. Asam Lemak ... 19

O. Komposisi Asam Lemak Minyak Kernel ... 19

(9)

III. METODE PENELITIAN ... 22

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

B. Alat dan Bahan ... 22

C. Prosedur Penelitian ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Hasil ... 26

B. Pembahasan ... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

A. Kesimpulan ... 32

B. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar ... 8

2. Sifat Fisik Minyak Kernel ... 16

3. Komposisi Biji Kernel... 17

4. Minyak Mentah Kernel (PKO) ... 18

5. Standar Mutu Minyak ... 18

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Alur Penelitian ... 25

2. Alur Proses Analisa ALB ... 25

3. Grafik Asam Lemak Bebas Pada Kernel ... 28

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Data Asam Lemak Bebas ... 34

2. Cara Perhitungan Kadar Asam Lemak Bebas ... 35

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan salah satu tanaman

penghasil minyak nabati yang sangat potensial. Dewasa ini, tanaman kelapa

sawit tumbuhan sebagai tanaman liar (hutan), setengah liar dan sebagai

tanaman budidaya terbesar di berbagai negara beriklim tropis bahkan

mendekati subtropis di Asia, Amerika Selatan, dan Afrika (Setyamidjaja,

2006).

Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat

menjanjikan karena beberapa tahun yang akan datang selain digunak an

untuk minyak goreng, mentega, sabun dan kosmetika minyak sawit juga

dapat dijadikan sebagai subtitusi bahan bakar minyak (Pahan, 2008).

Terdapat dua hasil dari pengolahan kelapa sawit yaitu minyak kelapa

sawit dan kernel. Pada proses pengolahan di stasiun kernel, biji dan serabut

(fiber) masih menyatu di cake breaker conveyor, kemudian dengan uap

panas pada conveyor serabut dan biji terpisah. Kadar asam lemak bebas

adalah reaksi pembentukan hidrolisis otokatalitik dan lipolisis oleh enzim

lipotik kernel maupun oleh jamur yang suhu optimum pertumbuhannya

adalah 420-540C ini dapat terjadi pada tumpukan kernel yang lembab. Untuk

memperoleh kernel yang memberikan minyak dengan kadar asam lemak

bebas rendah diperlukan kadar kernel pecah yang rendah. Maka dalam hal

ini dilakukan penelitian dengan judul ASAM LEMAK BEBAS (ALB)

KERNEL SELAMA PENYIMPA dalam

(14)

B. Rumusan Masalah

1. Berapakah kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam kernel dari

PT. Sasana Yudha Bhakti?

2. Apakah hasil yang diperoleh telah memenuhi standar mutu yang

ditetapkan oleh pihak Standar Nasional Indonesia (SNI)?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kadar asam lemak bebas yang terdapat dalam kernel

dari PT. Sasana Yudha Bhakti

2. Untuk mengetahui apakah kadar asam lemak bebas yang terdapat dalam kernel memenuhi standar yang ditentukan oleh Standar Nasional Indonesia

D. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini, kita dapat

mengetahui dan memberikan informasi mengenai kadar asam lemak bebas

yang terkandung dalam kernel yang dapat mempengaruhi mutu kernel yang

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang

diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali

ditemukan di hutan belantara negara tersebut. Kelapa sawit pertama kali

masuk ke Indonesia pada tahun 1848, dibawa dari Mauritius dan Amsterdam

oleh seorang warga Belanda. Bibit kelapa sawit yang berasal dari kedua

tempat tersebut masing-masing berjumlah dua batang pada tahun itu juga

ditanam di Kebun Raya Bogor. Hingga saat ini, dua dari empat pohon

tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang kelapa sawit yang

ada di Asia Tenggara. Sebagai keturunan kelapa sawit dari Kebun Raya

Bogor tersebut telah diintroduksi ke Deli Serdang (Sumatra Utara)

dinamakan varietas Deli Dura.

Areal perkebunan kelapa sawit di Sumatra dimiliki oleh masyarakat

secara perorangan, namun dalam perkembangannya, kepemilikkan

perkebunan digantikan oleh perusahaan-perusahaan asing di Eropa. Pada

tahun 1957, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih seluruh

perkebunan milik asing menjadi perusahaan milik negara. Perkebunan

kelapa sawit di Indonesia terus mengalami perkembangan, meskipun dalam

perjalanannya mengalami pasang surut (Hadi, 2004 dalam Sihotang,

(16)

B. Varietas Tanaman Kelapa Sawit

Menurut Sunarko (2014), berdasarkan tebal tipisnya tempurung,

kelapa sawit dibedakan menjadi lima varietas utama, yaitu :

1. Varietas Dura

Tempurung cukup tebal (2-8 mm), daging buah tipis persentase

daging buah terhadap buah 35-50%, inti buah (kernel) besar, tetapi

kandungan minyaknya rendah. Dalam berbagai silangan untuk

menghasilkan varietas baru, varietas dura selalu dijadikan sebagai

tanaman betina (ibu) oleh pusat penelitian.

2. Varietas Psifera

Tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, daging buah

tebal, inti buah sangat kecil. Kandungan minyak inti rendah karena ukuran

kernelnya sangat kecil. Dalam persilangan untuk menghasilkan varietas

baru, varietas psifera dijadikan sebagai tanaman pejantan (bapak) atau

sebagai penghasil tepung sari.

3. Varietas Tenera

Merupakan hasil persilangan antara varietas Dura (D) dan Psifera

(P) sehingga sifat-sifat morfologi dan anatomi varietas ini (DxP)

merupakan perpaduan antara kedua sifat induknya. Tebal tempurung

varietas Tenera adalah 0,5-4,0 mm, persentase daging buah terhadap

buah 60-90%, kandungan minyak daging buah 18-23%, dan kandungan

minyak inti 5%.

4. Varietas Macro Carya

(17)

5. Varietas Dwikka Wakka

Dwikka Wakka mempunyai ciri yang khas, yaitu daging buahnya

(sabut) berlapis dua, oleh karena itu disebut Dwikka. Macro Carya dan

Dwikka Wakka merupakan varietas yang jarang ditemukan dilapangan,

sedangkan Tenera merupakan varietas yang paling banyak

dibudidayakan karena dianggap paling menguntungkan secara ekonomis.

C. Berdasarkan Warna Kulit Buah

Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah, terdapat tiga

varietas kelapa sawit, yaitu sebagai beri kut :

a. Nigrescens

Warna kulit buah kehitaman saat masih muda dan berubah menjadi

jingga kemerahan jika sudah tua/masak.

b. Virescens

Warna kulit hijau saat masih muda dan berubah menjadi jingga

kemerahan jika sudah tua/masak, namun masih meninggalkan sisa-sisa

warna hijau.

c. Albescens

Warna kulit keputih-putihan saat masih muda dan berubah menjadi

kekuning-kuningan jika sudah tua/masak.

Diantara ketiga varietas diatas, Nigrescens yang paling banyak

dibudidayakan Virescens dan Albescens jarang dijumpai di lapangan,

umumnya hanya digunakan sebagai bahan penelitian oleh

(18)

D. Kelapa Sawit

Hasil utama perkebunan kelapa sawit adalah buah kelapa sawit.

Selanjutnya, buah kelapa sawit diproses (ekstraksi) di pabrik penggilingan

(mill) sehingga menghasilkan ekstrak berupa minyak kelapa sawit mentah

dan minyak inti sawit.

Pada kelapa sawit minyak diambil dari dua sumber. Pertama hasil

ekstraksi serabut sebagai sumber utama, dan kedua dari inti buah yang

berada di bagian dalam tempurung. Serabut pada kelapa sawit disebut

daging buah, sedangkan inti buah yang terdapat di bagian dalam tempurung

disebut kernel. Hasil ekstraksi sabut kelapa sawit adalah CPO, sedangkan

hasil ekstraksi dari inti buah adalah PKO. CPO dan PKO merupakan minyak

kelapa sawit mentah dan merupakan hasil industri hulu yang selanjutnya

dapat diolah menjadi berbagai produk pangan, non pangan, dan industri

(Risza, 1994).

E. Manfaat Kelapa Sawit dan Produknya

Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang

hingga saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman

penghasil minyak nabati lainnya. Misalnya kedelai, kacang tanah, kelapa,

bunga matahari, dan lain-lain.

Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit

memiliki keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan

dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi

untuk kebutuhan pangan (minyak gore ng, margarin, vanaspati, lemak dan

lain-lain), tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non pangan (gliserin,

(19)

Kegunaan dari masing-masing produk tersebut adalah :

Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk kebutuhan pangan

(minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak dan lain-lain), tetapi juga

untuk memenuhi kebutuhan non pangan (gliserin, sabun, deterjen, BBM

dan lain-lain).

Kernel yang menghasilkan minyak digunakan sebagai bahan sabun,

minyak goreng, kosmetik, dan sebagainya.

Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan bakar.

Tandan kosong sebagai bahan bakar ketel uap, mulsa dan abu sebagai

pupuk kalium.

Ampas lumatan daging buah untuk bahan ketel uap (Hadi, 2004 dalam

Sihotang, 2009). F. Panen

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah

umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah

penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari

perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga

ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging bu ah

telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh

dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol.

Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan

memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan mengangkutnya

dari pohon ke tempat pengumpu lan hasil (TPH) serta ke pabrik.

Pelaksanaan pemanenan tidak secara sembarangan, perlu memperhatikan

(20)

mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang

baik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara

panen, alat panen, rotasi dan sistem panen serta mutu panen (Fauzi, 2008).

G. Fraksi Tandan Buah Segar (TBS)

Menurut Pahan (2008), komposisi fraksi tandan yang biasanya

ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen d i

lapangan. Fak tor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah

yang dipanen cepat dan tidaknya pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal

ini, pengetahuan mengenai dera jat kematangan buah mempunyai arti yang

penting sebab jumlah dan mutu minyak yang diperoleh nantinya sangat

ditentukan oleh faktor ini.

Derajat kematangan yang baik yaitu jika tandan yang dipanen berada

pada fraksi 1,2, dan 3.

Tabel 2.1. Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar

No Kematangan Fraksi Jumlah Brondolan Keterangan 1 Mentah 00 Tidak ada, buah berwarna hitam Sangat mentah

0 1 12,5% buah luar membrondol Mentah 2 Matang

1 12,5-25% buah luar membrondol Kurang matang 2 25-50% buah luar membrondol Matang I 3 50-75% buah luar membrondol Matang II 3 Lewat

matang

4 75-100% buah luar membrondol Lewat matang I 5 Buah dalam juga membrondol,

ada buah yang busuk Lewat matang II Sumber : Pahan, 2008

H. Pengolahan Kelapa Sawit

Menurut Pahan (2008), Tahap-tahap pengolahan Tandan Buah Segar

(TBS) menjadi Crude Palm Oil (CPO) adalah sebagai berikut :

1. Tempat Pemungutan Hasil (TPH)

Sebelum diolah dalam Pabrik Kelapa Sawit (PKS), TBS yang

berasal dari kebun pertama kali diterima di tempat pemungutan buah

(21)

jembatan timbang (weightbridge) dan ditampung sementara di

penampungan buah (loading ramp).

a. Jembatan Timbang

Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS

yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS)

serta pada saat keluar (berat truk) dari selisih timbangan saat truk

masuk dan keluar, diperoleh berat bersih.

b. Loading Ramp

TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya

dibongkar di loading ramp dengan menuang langsung dari truk

kemudian dilakukan penyortasian. Penyortasian dilakukan

berdasarkan kriteria kematangan buah, hal ini bertujuan pada

penentuan rendemen minyak. Loading ramp merupakan suatu

bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm

dengan kemiringan 450. Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk

memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil, dan sampah yang terikut

dalam TBS. Loading ramp dilengkapi dengan pintu-pintu keluaran

yang digerakan secara hidrolis sehingga memudahkan dalam

pengisian TBS ke dalam lori untuk proses selanjutnya. Setiap lori

dapat dimuat dengan 2.5 ton TBS.

c. Stasiun Rebusan (Sterilizer)

Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan

dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerak an oleh

motor listrik hingga memasuki sterilizer. Sterilizer yang digunakan

(22)

proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap temperatur 1350C

dan tekanan 2.0-2.8 Kg/cm2 selama 90 menit.

Tujuan dari perebusan TBS adalah :

Menghentikan perkembangan asam lemak bebas atau free

fatty acid.

Memudahkan pemipilan brondolan dari tandan.

Penyempurnaan dalam pengolahan.

Penyempurnaan dalam pengolahan inti sawit.

d. Stasiun Pemipilan (Stripper)

TBS berikut yang tel ah direbus dikirim ke bagian pemipilan

dan dituangkan ke alat pemipil (threser) dengan bantuan hoist

crane. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumber

mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga

menbanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari

tandannya.

Pada bagian dalam dari pemipil, dipasang batang-batang besi

perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan

brondolan keluar dari pemipilan. Berondolan yang keluar dari

bagian bawah pemipil ditampung oleh sebuah screw conveyor

untuk dikirim ke bagian digesting dan pressing. Sementara tandan

kosong yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh

elevator, kemudian hasil tersebut dikirim ke hopper.

e. Stasiun Pencacah (Digester)

Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkat

(23)

untuk pengadukan/pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang

dilengkapi dengan lengan-lengan pencacah di bagian dalamnya.

Fungsi dari stasiun digester adalah untuk melumatkan daging

buah, memisahkan daging buah dengan biji, mempersiapkan

feeding presser, mempermudah proses di presser, memecahkan oil cell.

f. Stasiun Pengempaan (Presser)

Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar

melalui bagian bawah digester berupa bubur. Hasil cacahan

tersebut langsung masuk ke alat pengempaan yang persis di bagian

bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan

screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak

dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran

screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah berlawanan

tertekan oleh slidding cone. Dengan demikian, minyak dari bubur

buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press

cage, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara slidding cone dan press cage.

g. Stasiun Pemurnian (Clarifier)

Minyak hasil pengempaan dialirkan ke sand trap tank

(penangkap pasir) lalu menuju vibro separator untuk disaring agar

kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki

penampungan minyak kasar (crude oil tank). Selanjutnya dikirim ke

Vertical Continue Tank (VCT), di VCT proses pemisahan dilakukan

(24)

minyak yang ringan akan ke atas, lalu dikirim ke oil tank, sedangkan

sludge dikirim ke sludge tank.

Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung

minyak. Di pabrik kelapa sawit, sludge diolah untuk dikutip kembali

pada minyak yang masih terkandung di dalamnya, lalu dialirkan

kembali ke VCT lalu dikirim ke oil tank.

Dari oil tank minyak dimurnikan kembali melalui oil purifier,

setelah itu dikirim ke vacum dryer untuk dihilangkan kandungan air

yang ada di dalam minyak dan siap dikirim ke tangki penimbunan

(storage tank). I. Pengolahan Inti Sawit

1. Cake Breaker Conveyor

Ampas press yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji

yang masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan, oleh

sebab itu perlu dipecah dengan alat pemecah ampas yang disebut

dengan Cake Breaker Conveyor (CBC). Alat ini berperan memecah

gumpalan ampas dan mengangkutnya ke kolom fibrecyclone.

2. Polishing Drum

Fraksi berat yang dihasilkan setelah ampas pressan diolah di CBC

kemudian akan diolah di dalam polishing drum, yang bertujuan untuk

menghilangkan serat-serat yang masih melekat pada biji. Serat yang

terdapat dikulit biji yang dapat mengganggu jalannya proses pemecahan

(25)

3. Fermentasi Biji

Biji mengandung pektin, yang terdapat antara tempurung dengan

inti. Untuk mempermudah proses pemecahan biji dalam cracker, maka

pektin yang berfungsi sebagai perekat inti pada tempurung perlu

dirombak dengan proses kimia seperti fermentasi. Pemeraman biji sering

dialiri dengan udara panas hingga suhu silo antara 40-60oC, lamanya

pemeraman yang dianggap memenuhi kriteria ialah 24-28 jam, dengan

kadar air biji 15%.

4. Nut Grading

Sebelum proses pemecahan biji terlebih dahulu dilakukan seleksi

nut grading

drum berputar terdiri dari ukuran lobang yang berbeda-beda. Biji yang

telah disel eksi terdiri dari tiga fraksi yaitu kecil (8-14mm), sedang

(15-17mm), dan besar (18mm).

5. Pemecahan Biji (Ripple Mill)

Nut cracker, alat ini berfungsi memecahkan biji dengan sistem

lemparan biji ke dinding yang keras. Mekanisme pemecahan ini

didasarkan pada putar, radius dan massa biji yang dipecahkan.

Penentuan kecepatan putaran mempengaruhi besarnya persentase inti

pecah dan inti lekat.

6. Hydrocyclone

Hasil olahan cracker sebelum memasuki hydrocyclone mengalami

pemisahan fraksi halus oleh winnowing. Sampah halus akan terpisah dan

fraksi berat akan dicampur dengan air yang kemudian kernel akan

(26)

selisih berat jenis kernel dengan kernel maka campuran dilewatkan

melalui cyclone, sehingga kernel akan keluar dari atas permukaan

cyclone dan tempurung dari bagian bawah yang kemudian

masing-masing fraksi diangkut ke pengolahan yang lebih lanjut.

7. Pemisahan Kernel dan Tempurung

Pemisahan kernel dan tempurung terjadi di unit hydrocyclone.

Sampah halus akan terpisah dan fraksi berat akan dicampur dengan air

kemudian kernel dipisahkan dengan tempurung maka campuran lewat

melalui cyclone, sehingga kernel akan keluar dari atas permukaan

cyclone dan tempurung dari bagian bawah yang kemudian

masing-masing fraksi diangkut ke pengolahan yang lebih lanjut.

8. Pengeringan Kernel

Untuk mengawetkan kernel yang keluar dari alat pemisah biji perlu

dilakukan usaha untuk menurunkan kandungan air sehingga tidak terjadi

proses penurunan mutu. Proses penurunan mutu umumnya terjadi

selama proses penyimpanan. Kadar air kernel yang diinginkan dalam

penyimpanan adalah 6-7%, karena pada kadar air tersebut mikroba

sudah mengalami kesulitan untuk hidup (Setyamidjaja, 2006).

9. Penimbunan Kernel

Produksi kernel ditimbun di dalam kernel bin, selanjutnya disimpan

dalam karung goni dengan kelembaban udara diatur, sehingga tidak lebih

dari 70%, atau ditimbun di silo kernel untuk pengiriman ke tempat

(27)

Di sini juga dapat terjadi perusakan mutu selama penimbunan, yaitu

peningkatan kadar asam lemak bebas, perkembangan jamur dan

kutu-kutu.

Persyaratan penimbunan yang baik adalah :

1. Kadar kernel pecah 7% (kadar air setimbang dengan kelembaban

udara luar).

2. Kadar kernel pecah diusahakan sedikit mungkin.

3. Memakai goni bersih dan kuat (menghindarkan kutu pada goni bekas

beras).

4. Ventilasi gudang harus baik dan udara kering.

5. Tinggi lapisan goni berisi kernel tidak lebih dari 4 lapis.

6. Penimbunan tidak langsung di atas lantai semen (memakai lantai

papan yang berkolong) (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

J. Kernel

Kernel merupakan buah tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan

dari daging buah dan tempurungnya serta selanjutnya dikeringkan.

Kandungan minyak yang terkandung di dalam kernel sekitar 50%, bentuk

kernel bulat padat atau agak gepeng berwarna coklat hitam. Kernel

mengandung lemak, protein, serat, dan air. Pada pemakaiannya lemak yang

terkandung di dalamnya (disebut minyak inti sawit) diekstraksi dan sisanya

atau bungkilnya yang kaya protein dipakai sebagai bahan makanan ternak

(Pahan, 2008).

Pada suhu tinggi kernel dapat mengalami perubahan warna.

Minyaknya akan berwarna lebih gelap dan lebih sulit dipucatkan. Suhu

(28)

sekitar 1300C. Suhu kerja maksimum dibatasi setinggi itu untuk

menghindarkan terlalu banyak kernel yang berubah warna. Brondolan dan

buah yang lebih tipis daging buahnya atau lebih tipis cangkangnya adalah

lebih peka terhadap suhu tinggi tersebut.

Pada umumnya jika tandan dibiarkan 45-60 menit saja pada tekanan

uap jenuh 2. 5 kg/cm2 dalam rebusan, hanya sedikit kernel yang mengalami

perubahan warna, minyaknya akan berwarna kuning muda. Dalam hal

warnanya coklat tua atau lebih gelap minya knya akan sukar atau tidak dapat

dipucatkan. Demikian juga minyak dari kernel yang kurang kering atau dari

kernel yang disimpan basah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Tabel 2.2. Sifat Fisik Minyak Kernel

Berat jenis pada 99/15.5oC 0.860 0.873

Indeks refraksi pada 40oC 1.449 1.452

Bilangan iodium 14 22

Bilangan penyabunan 245 255

Zat tak -tersabunkan, % Tak lebih 0.8

Titik lebur, oC 24o 26o

Titik padat, oC 20o 26o

Sumber : Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003

K. Komposisi Biji Kernel

Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), terdapat variasi

komposisi kernel dalam hal padatan non minyak dan non protein. Bagian

yang disebut protein yang tak terekstrak yang mengandung sejumlah

sukrosa, gula pereduksi dan pati, ta pi dalam beberapa contoh tidak

mengandung pati. Komposisi rata-rata kernel dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Komposisi Biji Kernel

Komponen Jumlah

Minyak 47-52

Air 6-8

Protein 7.5-9.0

Nitrogen tak terekstrak 23-24

Selulosa 5

Abu 2

(29)

L. Minyak Kernel

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari kernel yang dinamakan

minyak kernel (Palm Kernel Oil) dan sebagai hasil sampingannya adalah

bungkil kernel (Palm Kernel Meal atau Pellet). Bungkil kernel yang telah

mengalami proses ekstraksi dan pengeringan, sedangkan pellet adalah

bubuk yang telah dicetak kecil-kecil yang berbentuk bulat panjang dengan

dengan diameter kurang lebih 8 mm.

Minyak kernel atau Palm Kernel Oil (PKO) adalah berupa minyak putih

kekuning-kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti buah tanaman

kelapa sawit. Kandungan asam lemak sekitar 5%, Minyak kernel yang baik

berkadar asam lemak bebas rendah dan berwarna kuning terang serta

mudah dipucatkan. Bungkil kernel yang diinginkan berwarna relatif tera ng

dan nilai gizi tidak berubah (Ketaren, 1986 dalam Sihotang, 2009).

M. Persyaratan Mutu Kernel

Minyak kernel yang diolah dengan penyulingan secara sempurna (SNI

0003-1987). Untuk dapat memenuhi keinginan konsumen, maka ditetapkan

mutu inti sawit dan minyak inti sawit sebagai berikut :

1. Kadar asam lemak bebas <2.5%.

2. Kadar kotoran <4% (nominal 2.5%).

3. Kadar air 7%.

4. Inti berwarna <40%.

Tabel 2.4. Minyak Mentah Kernel (PKO), SNI 0003-1987

NO Kriteria Satuan Persyaratan

1 Asam lemak bebas (sebagai asam laurat)

% ( w/w ) Maks 5.0 2 Kandungan benda asing % ( w/w) Maks 0.005

3 Kadar air % ( w/w ) Maks 0.45

(30)

Tabel 2.5. Standar Mutu Minyak

Karakteristik Minyak Sawit Kernel Minyak Kernel Keterangan Kadar asam

lemak bebas 5% 3.5% 2.9% Maksimal

Kadar kotoran 0,5% 0.02% 0.176% Maksimal

Kadar zat

menguap 0,5% 7.5% 0.2% Maksimal

Bilangan

peroksida 6 meq - 2.2 meq Maksimal

bilangan iodine 44-58mg/g - 10.5-185 mg/g -

Kadar Logam

(Fe - Cu) 10ppm - - -

Lovibond 3 - 4 R - - -

Kadar Minyak - 47% - Maksimal

Kontaminasi - 6% - Maksimal

Kadar pecah - 15% - Maksimal

Sumber : Pahan, 2008

N. Asam Lemak

Asam lemak merupakan suatu asam karboksilat yang diperoleh dari

hidrolisis suatu lemak atau minyak, umumnya mempunyai rantai hidrokarbon

panjang dan tidak bercabang. Asam lemak yang paling tersebar merata

dalam alam, yaitu asam oleat, mengandung satu ikatan rangkap.

Asam-asam lemak dengan lebih dari satu ikatan rangkap adalah tidak lazim,

terutama dalam minyak nabati, minyak-minyak ini disebut poliunsaturat.

Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan

menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh

hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya,

misalnya asam kaprilat, asam kaproat, asam laurat, asam miristat, asam

palmitat, dan asam stearat. Sementara asam lemak tak jenuh memilki paling

sedikit satu ikatan ganda diantara atom-atom karbon penyusunnya, misalnya

asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak jenuh bersifat

lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak jenuh (Sunita,

(31)

O. Komposisi Asam Lemak Minyak Kernel

Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), Kelapa sawit

mengandung + 80% daging buah/sabut dan 20% buah yang dilapisi kulit

tipis, kadar minyak dalam daging buah/sabut sekitar 30-40%. Minyak kelapa

sawit adalah minyak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.

Tabel 2.6. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Kernel

Asam Lemak Rumus Molekul

Minyak Kelapa Sawit

(%)

Minyak Kernel (%) Asam Kaprilat CH3(CH2)6COOH - 3 4

Asam Kaproat CH3(CH2)4COOH - 3 7

Asam Laurat CH3(CH2)10COOH - 46 52

Asam Miristat CH3(CH2)12COOH 1.1 2.5 14 27

Asam Palmitat CH3(CH2)14COOH 40 46 6.5 9

Asam Stearat CH3(CH2)16COOH 3.6 4.7 1 2.5

Asam Oleat CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH 39 45 13 19

Asam Linoleat CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH 7 - 11 0.5 2

Sumber : Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003

Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam

minyak dari jenis tenera kurang lebih 500 700 ppm, kandungan tokoferol

bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi.

P. Asam Lemak Bebas (ALB)

Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisis

lemak. Asam lemak bebas tinggi adalah suatu ukuran tentang

ketidakberesan dalam panen dan pengolahan. Asam lemak bebas dalam

konsentrasi tinggi dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam

lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun, untuk itulah perlu

dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam

minyak sawit.

Kenaikan kadar asam lemak bebas ditentukan mulai dari saat tandan

dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan asam lemak bebas ini

(32)

minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini a kan

dipercepat dengan adanya fak tor-faktor panas, air, keasaman dan katalis.

Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar asam

lemak bebas yang terbentuk.

Minyak kernel juga dapat mengalami hidrolisis. Hal ini lebih mudah

terjadi pada kernel pecah dan kernel berjamur. Faktor yang menetukan pada

peningkatan kadar asam lemak bebas minyak kernel adalah kadar asam

permulaan, proses pengeringan yang tidak baik, kadar air akhir dalam kernel

kering, dan kadar kernel pecah. Kernel yang basah akan menjadi tempat

pembiakan mikroorganisme (jamur). Prosesnya adalah sama seperti pada

minyak sawit.

Keadaan normal kadar asam lemak bebas permulaan minyak kernel

tidak lebih dari 0.5%, sedangkan pada akhir pengolahannya tidak lebih dari

1%. Dengan demikian kenaikan kadar asam lemak bebas selama dan akibat

pengolahan hanya 0.5%. Jadi pembentukan asam lemak bebas lebih banyak

terjadi pada penimbunan, yaitu jika tempat penimbunannya lembab nisbi

(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu 1. Tempat

Penelitian dilakukan di pabrik dan laboratorium PT.Sasana Yudha

Bhakti.

2. Waktu

Pengamatan dilaksanakan kurang lebih 1 bulan dimulai pada bulan

Maret sampai dengan April yang meliputi persiapan alat dan bahan

hingga pengambilan data.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Alat soxhlet 2. Alat titrasi 3. Desikator 4. Gelas erlenmeyer 5. Oven 6. Labu takar 7. Kertas timble 8. Neraca analitik 9. Gelas ukur 10. Pipet tetes

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut

1. Kernel

(34)

3. Alkohol

4. n-heksana

C. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Sampel

1) Ambil kernel

2) Masukkan ke dalam kantong plastik

3) Sampel diambil kemudian dianalisa dari hari ke 0 15.

2. Standarisasi NaOH 0,1 N

1) Timbang sekitar 4 gram kristal natrium hidroksida dalam 2.50 ml

beaker glass lalu tambahkan 200 ml air.

2) Aduk sampai kristal tersebut benar-benar larut.

3) Tuang larutan tersebut ke volumetric flask 100 ml.

4) Bilas beaker glass dengan air suling 3 kali dan tuangkan selalu air

bilasan ke dalam flask, dan bila perlu tambahkan air suling hingga

dicapai volume 1000 ml pada flask.

5) Kocok flask 10-15 kali dan larutan siap untuk distandarisasi.

3. Penyediaan sampel

1) Kernel dihaluskan dengan menggunakan palu

2) Kernel dimasukan ke dalam kertas timble + 30 gram kemudian

ditimbang

3) Kernel dioven selama + 8 jam

4) Labu ekstraksi ditimbang kemudian dimasukan + 200 ml larutan

n-heksan

5) Kertas timble yang berisi sampel kernel dimasukan ke dalam alat

(35)

6) Kernel diekstraksi selama + 8 jam sampai pelarut menjadi jernih

7) Pelarut n-heksana dioven selama + 30 menit.

8) Labu ekstraksi yang berisi minyak kernel dimasukan ke dalam

desikator

9) Minyak kernel digunakan dalam menganalisa kadar asam lemak

bebas.

4. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas

1) Timbang Erlenmeyer

2) Masukkan minyak + 5 gram

3) Tambahkan 50 ml alkohol 95%

4) Tambahkan indikator PP 5 tetes

5) Titrasi sampai warna berubah menjadi merah muda

6) Perlakuan yang sama diulangi sebanyak 2 kali dan dicatat volume

(36)

Gambar 1. Alur penelitian

Gambar 2. Alur Proses Analisa ALB Kernel

Penyimpanan kernel after drier dari hari ke 0 15

hari perlakuan diulang sebanyak 2 kali

Analisa asam lemak bebas dari hari ke 0 15

Kernel Penghalusan Penimbangan II Pengovenan Pendinginan Pengekstrakan Penimbangan I Penambahan alkohol, indikator pp Perhitungan kadar asam lemak Pencatatan volume NaOH Pentitrasian

(37)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Asam lemak bebas (ALB) adalah asam yang dilepaskan dari proses

hidrolisa. Asam lemak bebas merupakan salah satu parameter untuk

menentukan mutu kernel. Penelitian dilakukan selama 2 minggu terhitung

dari hari ke 0 15. Analisa asam lemak bebas dilakukan dengan metode

titrasi asam basa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh data

sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Asam Lemak Bebas Pada Kernel

Hari Perlakuan ALB%

U1 U2 Hari ke-0 0.22% 0.39% 0.30% Hari ke-1 0.33% 0.43% 0.38% Hari ke-2 0.41% 0.46% 0.43% Hari ke-3 0.49% 0.54% 0.54% Hari ke-4 0.59% 0.59% 0.59% Hari ke-5 0.65% 0.63% 0.64% Hari ke-6 0.66% 0.66% 0.66% Hari ke-7 0.68% 0.72% 0.69% Hari ke-8 0.71% 0.75% 0.73% Hari ke-9 0.76% 0.80% 0.78% Hari ke-10 0.77% 0.84% 0.80% Hari ke-11 0.82% 0.86% 0.84% Hari ke-12 0.87% 0.90% 0.88% Hari ke-13 0.91% 1.00% 0.95% Hari ke-14 1.02% 1.02% 1.02% Hari ke-15 1.06% 1.07% 1.06%

(38)

B. Pembahasan

Berikut adalah grafik dari hasil pengamatan asam lemak bebas pada

inti sawit.

Gambar 3. Grafik Asam Lemak Bebas Pada Inti Sawit

Hasil data yang diperoleh dapat diketahui bahwa kadar asam lemak

bebas pada kernel yang dianalisa di PT. Sasana Yudha Bhakti Satria Oill Mill

didapatkan asam lemak bebas pada hari ke nol didapatkan rata-rata asam

lemak bebas sebanyak 0.30%, hari ketujuh didapatkan rata-rata asam lemak

bebas sebanyak 0.69%, dan pada hari kelimabelas didapatkan rata-rata

asam lemak bebas sebanyak 1.06%. Dari data yang diperoleh dapat dilihat

bahwa pada hari ke nol, ketujuh, dan kelimabelas mengalami kenaikan kadar

asam lemak bebas yang sangat berbeda, hal ini dikarenakan semakin lama

kernel disimpan, maka kadar asam lemak bebas meningkat (terjadi

peningkatan). 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 Rata-Rata ALB%

(39)

Hasil data yang diperoleh ternyata masih sesuai dengan standarisasi

norma penerimaan PT. Sasana Yudha Bhakti Satria Oill Mill yaitu 1-2%.

Selain itu mutu inti sawit yang dihasilkan berdasarkan parameter asam

lemak bebas telah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang

memberikan persyaratan mutu maksimal 3,5%.

Mutu minyak kelapa sawit salah satunya ditentukan oleh kandungan

asam lemak bebasnya. Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan

pada hidrolisa dari lemak. Besarnya asam lemak bebas dalam minyak sawit

adalah salah satu faktor yang menunjukan seberapa baik penanganan yang

telah dilakukan.

Gambar 4. Grafik Asam Lemak Bebas Pada Inti Sawit

Kandungan asam lemak bebas dengan konsentrasi tinggi sangat

merugikan, hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi hidrolisa minyak

sehingga asam lemak bebas akan mudah menguap, berbau tengik, dan rasa

tidak enak yang mengakibatkan mutu minyak menurun. Jika kandungan 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 Rata-Rata ALB%

(40)

asam lemak bebasnya dalam minyak inti sawit rendah maka akan dihasilkan

minyak sawit dengan kadar asam lemak yang rendah pula.

Kenaikan asam lemak bebas pada inti sawit lebih mudah terjadi pada

inti pecah dan inti berjamur. Adapun hal-hal lain yang mempengaruhi

kenaikan asam lemak bebas seperti kadar asam permulaan, proses

pengeringan yang tidak baik juga akan menyebabkan kadar asam lemak

bebas meningkat. Hal ini terjadi karena inti sawit yang basah akan menjadi

tempat pembiakan mikroorganisme yang dapat menurunkan mutu inti sawit.

Meningkatnya asam lemak bebas juga disebabkan banyaknya kadar

inti yang pecah, pembentukan asam lemak bebas oleh mikroorganisme

dapat terjadi bila suasananya sesuai, yaitu dalam keadaan lembab dan

basah, kenaikan asam lemak bebas juga bisa terjadi karena adanya proses

oksidasi pada saat pengolahan dan penyimpanan.

Faktor-faktor yang mempengruhi dalam peningkatan kadar asam

lemak bebas selama penyimpanan disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada

minyak. Dimana reaksi ini dipercepat dengan adanya faktor-faktor seperti

panas, air, keasaman, dan katalisator (enzim) dan proses pengeringan yang

tidak baik serta kadar air akhir dalam kernel kering. Adapun faktor-faktor lain

yang mempengaruhi kenaikan kadar asam lemak bebas yang relatif tinggi

pada inti sawit yaitu kadar inti pecah dan inti berjamur (Mangoensoekarjo

dan Semangun, 2003).

Keadaan normal, kadar asam lemak bebas permulaan minyak inti

sawit tidak lebih dari 0.5%, sedangkan pada akhir pengolahannya tidak lebih

dari 1%. Dengan demikian kenaikan kadar asam lemak bebas selama dan

(41)

banyak terjadi pada penimbunan, yaitu jika tempat penimbunannya lembab

dan kadar air inti sawit terlalu tinggi melebihi kadar air kesetimbangan

lembab nisbi udara sekitarnya (Naibaho, 1998).

Peningkatan kadar asam lemak bebas juga dapat terjadi pada proses

hidrolisis di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang

dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan

uap air pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses

pengolahan. Akan tetapi pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan

efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak sawit menurun sebab air

pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi

malah menurunkan mutu minyak (Mangoensoekarjo dan Semangun,

2003).

Kadar asam lemak bebas yang terdapat dalam inti sawit sangat

berpengaruh terhadap mutu minyak inti sawit. Kadar asam lemak bebas

yang tinggi selama proses pemurnian menunjukkan kehilangan kadar

minyak yang besar dan penggunaan bahan pemucat yang besar pula.

Pengaruh kadar asam lemak bebas yang tinggi terhadap mutu minyak inti

sawit yaitu timbulnya ketengikan pada minyak dan meningkat nya kadar

kolesterol dalam minyak (Naibaho, 1998).

Untuk memperoleh inti yang memberikan minyak dengan kadar asam

lemak bebas rendah dan menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, inti

sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 800C. setelah kering, inti sawit

dapat diolah lebih lanjut yaitu dengan ekstraksi untuk menghasilkan minyak

(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Setelah melakukan penelitian ini hasil asam lemak bebas pada kernel

pada hari ke nol didapat asam lemak bebas dengan rata-rata 0.30%, hari

ketujuh didapat asam lemak bebas dengan rata-rata 0. 69%, dan di hari

kelima belas didapat asam lemak bebas dengan rata-rata 1.06%.

2. Setelah melakuk an penelitian ini diketahui bahwa asam lemak bebas

pada kernel telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang telah

ditentukan yaitu maksimal 3.5%.

B. Saran

Pada saat penyimpanan inti sawit sebaiknya kurangi kadar inti pecah,

inti berjamur, dan jangan terlalu lama disimpan. Ventilasi tempat

penyimpanan harus baik dan penyimpanan inti sawit tidak langsung diatas

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Fauzi, Y., 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hasibun, H.A, 2013. Kajian Mutu Dan Karakteristik Minyak Sawit Indonesia

Serta Produk Fraksinasinya (terhubung berkala) http://www.google.co.id/m?&q=jurnal+minyak+sawit, diakses pada tanggal 25 Agustus 2016.

Sunarko, 2014. Budidaya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Lahan. Agromedia

Pustaka. Jakarta Selatan.

Kundiandi, D., 2013. Penentuan Kadar Air dan Kadar Asam Lemak Bebas

(ALB) Pada Palm Kernel Oil (PKO) di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Universitas Sumatra Utara (terhubung berkala). http://www.google.co.id/m?&q09e00383, diakses pada tanggal 01 Agustus 2016.

Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa

Sawit. UGM-Press, Yogyakarta.

Naibaho, P., 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta. Pahan, I., 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta. Ririn, N., 2010 Kernel Palm Dengan Parameter Kadar ALB (Asam

lemak Bebas), Kadar Air dan Kadar Zat Pengotor di Pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara-V TANDUN KABUPATEN

KAMPAR sim. Riau

(terhubung berkala). http://www.google.co.id/m?&q=2010_201164, diakses pada tanggal 25 Mei 2016.

Risza, S., 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius.

Yogyakarta.

Setyamidjaja , D., 2006. Budi Daya Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta. Sihotang, B.J, 2009.

Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (A

(terhubung berkala). https://www.google.co.id/m?&q=09e02148, diakses pada tanggal 16 Juni 2016.

(44)
(45)

Lampiran 2. Cara Perhitungan Kadar Asam Lemak Bebas

Keterangan :

N.NaOH = Normalitas NaOH

V.NaOH = Volume NaOH yang terpakai W = Berat sampel inti sawit BM. Asam Laurat = 200 Hari ke nol Ulangan 1 = 0.0022% Ulangan 2 = 0.0039% Rata-rata = 0.0022% + 0.0039% 2 = 0.0030%

(46)

Hari pertama Ulangan 1 = 0.0033% Ulangan 2 = 0.0043% Rata-rata = 0.0033% + 0.0043% 2 = 0.0038%

(47)

Hari kedua Ulangan 1 = 0.0041% Ulangan 2 = 0.0046% Rata-rata = 0.0041% + 0.0046% 2 = 0.0043%

(48)

Hari ketiga Ulangan 1 = 0.0049% Ulangan 2 = 0.0054% Rata-rata = 0.0049% + 0.0054% 2 = 0.0054%

(49)

Hari keempat Ulangan 1 = 0.0059% Ulangan 2 = 0.0059% Rata-rata = 0.0059% + 0.0059% 2 = 0.0059%

(50)

Hari kelima Ulangan 1 = 0.0065% Ulangan 2 = 0.0063% Rata-rata = 0.0065% + 0.0065% 2 = 0.0064%

(51)

Hari keenam Ulangan 1 = 0.0066% Ulangan 2 = 0.0066% Rata-rata = 0.0066% + 0.0066% 2 = 0.0066%

(52)

Hari ketujuh Ulangan 1 = 0.0068% Ulangan 2 = 0.0072% Rata-rata = 0.0068% + 0.0071% 2 = 0.0069%

(53)

Hari kedelapan Ulangan 1 = 0.0071% Ulangan 2 = 0.0075% Rata-rata = 0.0071% + 0.0075% 2 = 0.0073%

(54)

Hari kesembilan Ulangan 1 = 0.0076% Ulangan 2 = 0.0080% Rata-rata = 0.0076% + 0.0080% 2 = 0.0078%

(55)

Hari kesepuluh Ulangan 1 = 0.0077% Ulangan 2 = 0.0084% Rata-rata = 0.0077% + 0.0084% 2 = 0.0080%

(56)

Hari kesebelas Ulangan 1 = 0.0082% Ulangan 2 = 0.0086% Rata-rata = 0.0082% + 0.0086% 2 = 0.0084%

(57)

Hari keduabelas Ulangan 1 = 0.0087% Ulangan 2 = 0.0090% Rata-rata = 0.0087% + 0.0090% 2 = 0.0088%

(58)

Hari ketigabelas Ulangan 1 = 0.0091% Ulangan 2 = 0,0100% Rata-rata = 0.0091% + 0.0100% 2 = 0.0095%

(59)

Hari keempatbelas Ulangan 1 = 0.0102% Ulangan 2 = 0.0102% Rata-rata = 0.0102% + 0.0102% 2 = 0.0102%

(60)

Hari kelimabelas Ulangan 1 = 0.0106% Ulangan 2 = 0.0107% Rata-rata = 0.0106% + 0.0107% 2 = 0.0106%

(61)

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Kernel

(62)

Gambar 3. Kertas timble

(63)

Gambar 5. Perangkaian alat soxhlet

(64)

Gambar 7. Proses ekstraksi

(65)

Gambar 9. Setelah pengujian ALB

(66)

Gambar 11. Indikator PP

(67)

Gambar

Gambar 2. Alur Proses Analisa ALB Kernel
Gambar 3. Grafik Asam Lemak Bebas Pada Inti Sawit
Gambar 4. Grafik Asam Lemak Bebas Pada Inti Sawit
Gambar 1. Kernel
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Results of significant different of percent canopy cover (extracted by Lidar data) between managed and unmanged stands using independent T-test showed that there

Koordinasi Forum-forum Diskusi Meningkatnya kinerja pendidikan Terwujudnya komunikasi 25 Meningkatnya kemitraan antar Kesbang &amp; 28 Koordinasi Forum-forum

[r]

Suatu profesi yang terfokus pada relasi dan interaksi antara siswa dan lingkungan sekolah dengan tujuan untuk mengurangi pengaruh hambatan-hambatan lingkungan dan. kelembagaan

Demikian, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

Namun bila pada pasien telah terjadi komplikasi, adanya penyakit kronis lain yang sulit dan pasien dengan daya tahan tubuh menurun, yang seluruhnya membutuhkan penanganan lebih

Oleh itu, apabila berlakunya kes guru pukul murid, guru dera murid, guru mencederakan murid dan sebagainya, guru tersebut boleh dikatakan sebagai guru yang tidak

Banyaknya keluhan pemakai layanan jasa internet terhadap provider Indosat (IM2) dan Telkomsel (Telkomsel Flash) karena adanya ketidakpuasan pengguna terhadap layanan