• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENGARUH SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR PERDAGANGAN,

HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan oleh :

RASTIOMA H.MANULLANG

050501037

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

Abstrak

High economic growth is all government target. All government want to this goal because economic growth can discribe the society condition and can show us about welfare index in a country or region. The research analyzes how the effect or contribution of agriculture sector and services sector for Product Domestic Regional Bruto in North Sumatera.

Theory of agriculture sector and services sector were used theory with Ordinary Least Square / OLS model to exhibite how many influence of independent variable to dependent variable.

The result show that agriculture sector and services sector significant influence to Product Domerstic Regional Bruto by 0.81 coefficient of determinat (R-square). While each of the independent variables has the significant effect to dependent variable. Therefore, the scription concludes that the agriculture sector and services sector so important to increase economic growth North Sumatera.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat penyertaan, kasih setia kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjanaa pada Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Adapun penulisan skripsi ini disusun dengan judul ”Pengaruh Sektor

Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Sumatera Utara”. Isi dan materi skripsi ini didasarkan pada penelitian

kepustakaan serta perkembangan dan data-data sekunder yang yang teerkait dengan hal yang berkaitan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi oleh penulis baik itu materil maupun moril oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak yang terkait sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, khususnya :

1. Bapak Jhon Tafbu Ritonga, SE, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku kepala Departemen Ekonomi pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(4)

4. Ibu Ilyda Sudardjat, Msi dan Drs. Rahamad Sumanjaya, Msi selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Prof. DR. Ramli MS selaku Dosen Wali, serta seluruh dosen pengajar mata kuliah di FE- USU yang sudah membantu, membimbing, mengarahkan serta mendidik dan membuka wawasan penulis selama mengikuti perkuliahan. 6. Staf Administrasi FE- USU yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

urusan-urusan administrasi selama perkuliahan.

7. Dengan rasa hormat kepada ayahanda M.Manullang dan Ibunda M.Tinambunan yang selalu mendukung dengan doa dan kasih sayang yang tidak ternilai mulai dari perkuliahan hingga selesai penulisan skripsi ini.

8. Bapak Pastor Marianus Manullang OFM.Cap. yang telah memberikan perhatian dan motivasi dalam doa.

9. Kakakku Rostime, Rostuyanti, Roy Herda yang telah memberikan perhatian, dukungan dan membantu penulis baik materil maupun non materil mulai dari perkuliahan hingga selesai penulisan skripsi ini.

10. Abang – abangku Jollin, Dalton, Bernatus, Maslin dan Adikku Donal yang telah memberikan motivasi, semangat dan doa.

11. Temanku Samuel Manurung yang telah banyak memberikan perhatian, masukan waktu dan tenaga dalam penyelesaian skripsi ini.

(5)

saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan ide dan masukan serta inspirasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari masih banyak hal yang kurang dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dapat meningkatkan kualitas skripsi ini.

Medan,13 Maret 2009 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS ... 8

2.1 Pembangunan Ekonomi... 8

2.2 Pertumbuhan Ekonomi ... 9

2.2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 10

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ... . 22

2.3 Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi... 25

2.3.1. Kontribusi Ekonomi Sektor Pertanian ... 25

(7)

2.3.3 Peranan Pemerintah dalam

Pembangunan Pertanian ... 30

2.3.4 Tujuan Pembangunan Pertanian ... 33

2.4 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 33

2.4.1 Perdagangan ... 33

2.4.2 Teori Perdagangan Internasional ... 36

2.4.3 Hotel ... 38

2.4.4 Restoran ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 44

3.2. Jenis dan Sumber Data. ... 44

3.3. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data. ... 44

3.4. Pengolahan Data ... 44

3.5 Model Analisis Data ... 45

3.6 Test of Goodness of Fit (uji kesesuaian ) ... 46

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 49

3.8 Defenisi Operasional ... 51

BAB IV TINJAUAN UMUM ... 52

4.1 Gambaran Umum Wilayah Propinsi Sumatera Utara ... 52

(8)

4.3 Perkembangan Sektor Pertanian

Sumatera Utara ... 69

4.4 Perkembangan Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Sumatera ... 70

4.5 Hasil Estimasi Dan Interprestasi ... 75

4.5.1 Analisis dan Pengumpulan Data Utara Interprestasi Model ... 75

4.5.3 Analisis Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi R2 ... 78

4.5.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel judul halaman

1.1 Kondisi Geografis Sumatera Utara berdasarkan

Kabupaten/ Kotamadya ... 53

1.2 Perkembangan Inflasi Sumatera Utara Tahun 1985-2005 ... 60

1.3 Perkembangan Inflasi Nasional dan Regional Sumut Tahun 2005-2007 ... 61

1.4 Perkembangan PDRB Sumatera Utara Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1985-2007 ... 62

1.5 PDRB Sumatera Utara Berdasarkan Harga Konstan Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2005-2007 ... 63

1.6 PDRB Sumatera Utara Berdasarkan Harga Konstan Menurut Sektor Ekonomi Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 64

1.7 Perkembangan PDRB Sumatera Utara dan PDRB Sektor Pertanian Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1985-2007 ... 70

1.8 Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara 2003-2007 ... 73

1.9 Ekspor Sumatera Utara Menurut Sektor Ekonomi 2003-2007 ... 73

2.0 Impor Sumatera Utara Menurut Sektor Ekonomi 2003-2007 ... 74

2.1 PDRB Sumatera Utara dan PDRB Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1985-2007... 75

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor gambar judul halaman

2.1 Uji t-Statistik ... 47

2.2 Uji F-Statistik... 48

2.3 Pengujian Durwin Watson Statistik ... 50

2.4 Uji t- Statistik terhadap Sektor Pertanian ... 79

2.5 Uji t- Statistik terhadap Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 79

2.6 Uji F-Statistik ... 81

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai lapisan paling bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah. Pembangunan nasional mempunyai beberapa tujuan, salah satu diantaranya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat agar menjadi manusia seutuhnya yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang 1945. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk megetahui dan mengevaluasi hasil pembangunan yang dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produksi barang dan jasanya meningkat. Ekonomi yang bertumbuh adalah ekonomi yang titik keseimbangan antara permintaan agregat (jumlah permintaan total terhadap barang dan jasa dalam suatu perekonomian selama periode tertentu) dan penawaran agregatnya (jumlah produksi total barang dan jasa dalam suatu perekonomian selama periode tertentu) semakin baik dibanding periode sebelumnya.

(12)

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan, berarti secara langsung akan mengurangi jumlah penduduk yang miskin. Dalam konteks pembangunann daerah di indonesia diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kehidupan masyarakat, menggalakkan prakarsa dan peran aktif masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu dalam mamperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

Menurut Todaro(1983: 124) bahwa pembangunan haruslah diartikan sebagai proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional termasuk juga percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan absolut.

Pertumbuhan ekonomi akan menunjukkan sejauhmana kinerja atau aktivitas dari berbagai sektor ekonomi akan meghasilkan nilai tambah atau pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Untuk mengetahui fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke tahun digunakan PDRB atas dasar harga konstan secara berkala. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dan sebaliknya apabila pertumbuhan negatif menunjukkan penurunan dalam pembangunan.

(13)

output dan diversifikasi produksi di sektor-sektor ekonomi lainnya. Artinya semakin besar ketergantungan dari pada pertumbuhan output disektor lain terhadap pertumbuhan output disektor pertanian semakin besar peran pertanian sebagai sektor pemimpin.

Sebelum terjadi krisis ekonomi tahun 1997/1998 perekonomian Sumatera Utara tidak terlalu buruk, misalnya pertumbuhan ekonomi tahun 1989 sebesar 9.91%. Pada saat ini kontribusi dari sektor ekonomi cukup berkembang selanjutnya tahun berikutnya megalami sedikit penurunan walaupun tidak terlalu signifikan sehingga pada tahun 1996 kembali pada posisi 9.0% jauh melebihi target yang ditetapkan sebesar 8.5%. Hal ini diakibatkan meningkatnya peranan dari beberapa sektor ekonomi seperti sektor pertanian, industri, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi. Sejak itu 1995, sektor pertanian kembali menjadi leading sektor di Sumatera Utara besarnya kontribusi sektor ini tidak lepas dari pergerakan yang ditimbulkan oleh subsektor tanaman bahan makanan dan perkebunan yang merupakan urat nadi sektor pertanian di Sumatera Utara

(14)

kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi SDM, kelembagaan dan sumber fisik secara lokal

Sebagian besar wilayah Sumatera Utara merupakan areal pertanian, oleh karena itu kegiatan terpenting masih mengandalkan sektor pertanian Di Sumatera Utara sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian, dimana sektor pertanian masih memegang peranan penting. Sektor ini mencakup sub-sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Berdasarkan perhitungan PDRB dengan seri tahunan dasar 2000 kontribusi sektor pertanian tahun 2005 sebesar 23,44% dan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2004 yakni sebesar 24,47%. Walaupun kontribusi sektor pertanian terus mengalami penurunan sejak tahun 2000 dan mulai tergeser dominasinya dalam pembentukan PDRB sejak 2003 oleh sektor industri pengolahan tetapi sektor pertanian yang merupakan basis perekonomian rakyat di pedesaan ini diharapkan tetap dapat memainkan perannya sebagai penyangga kebutuhan konsumsi pangan masyarakat dan penyedia bahan baku pada industri pengolahan.

Sebagai komoditi strategis dalam ekonomi, peranan sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera Utara sangatlah penting terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian mencapai 55.56%. di pedesaan angka ini lebih tinggi lagi yaitu mencapai 79.49%. selain itu pertanian juga merupkan sektor utama penyumbang nilai tambah terbesar di Sumatera Utara.

(15)

jasa. Secara keseluruhan nilai tambah bruto sektor ini tumbuh sebesar 6,11% pada tahun 2004 dan melambat menjadi 4,95% di tahun 2005. Proporsi sektor perdagangan hotel & restoran tahun 2001-2005 selalu menduduki urutan ketiga setelah sektor pertanian dan industri pengolahan, cenderung stabil dikisaran 18-19 persen dengan andil sebesar 18,64% tahun 2001, kemudian menurun menjadi 18,49% tahun 2002. Pada tahun 2003 sedikit menurun menjadi 18,48%, dan kemudian meningkat di tahun 2004 menjadi 18,51% dan terakhir sedikit menurun menjadi 18,09% pada tahun 2005.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul ”Pengaruh Sektor Pertanian dan Sektor

Perdagangan,Hotel & Restoran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera

Utara”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana pengaruh sektor pertanian terhadap pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara ?

2. Bagaimana pengaruh sektor perdagangan terhadap pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara ?

(16)

Berdasarkan permasalahan diatas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Sektor pertanian mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara

2. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

1.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalah yang telah dirumuskan diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya dibidang ekonomi.

2. Untuk menambah dan melengkapi sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian menyangkut topik yang sama.

3. Sebagai referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya.

(17)

BAB II

(18)

2.1 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan, terutama terjadi perubahan menurunnya tingkat pertumbuhan penduduk dan perubahan dari struktur ekonomi, baik peranannya terhadap pembentukan pendapatan nasional, maupun peranannya dalam penyediaan lapangan kerja.(Ahmad Mahyudi,S.E,2004 : 1)

Pembangunan mengandung arti yang luas. Peningkatan produksi memang merupakan salah satu ciri produk dalam proses pembangunan, selain segi peningkatan produksi secara kuantitatif, proses pembangunan mencakup perubahan komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan (alokasi), sumber daya produksi (productive resources) diantara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola pembagian (distribusi), kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institusional framework) dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

(19)

Dengan demikian pengertian pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan sebagai :’suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang’(Todaro, 1995 : 139 )

Dengan demikian pembangunan ekonomi mempunyai 3 sifat penting, yaitu: 1. Suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi secara terus

menerus

2. Usaha-usaha menaikkan tingkat pendapatan perkapita.

3. Kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.

2.2 Pertumbuhan ekonomi

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan, jika jumlah produk barang dan jasanya meningkat atau dengan kata lain terjadi perkembangan GNP potensial pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi harus mencerminkan pertumbuhan output perkapita. Dengan pertumbuhan perkapita, berarti terjadi pertumbuhan upah riil dan meningkatnya standar hidup. Dengan demikian dapat dikemukakan defenisi pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi adalah sebagai suatu ukuran kuantitatif yang

(20)

standar hidup masyarakat. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai GNP yang digunakan adalah GNP riil atau GNP konstan. Sebab dengan menggunakan GNP harga konstan, pengaruh perubahan harga (inflasi) tidak ada lagi sudah dihilangkan. Perubahan GNP harga konstan benar-benar hanya menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa (GNP).

Menurut Samuelson (2001), pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan GNP yang bersumber dari hal-hal berikut:

1) Pertumbuhan dalam tenaga kerja. 2) Pertumbuhan dalam modal

3) Pertumbuhan inovasi dan teknologi

2.2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Secara singkat pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, yang ditekankan pada tiga aspek, yaitu proses, output perkapita dan jangka panjang.

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu ”proses”, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu waktu yang dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan”output perkapita”. Yang perlu diperhatikan adalah dari sisi output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Output perkapita adalah kenaikan output total dibagi jumlah penduduk (Beodiono, 1998 : 1).

(21)

ekonomi dalam jangka panjang. Dalam satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah keterampilan (Sadono Sukirno,2000, hal: 10)

a. Teori Pertumbuhan Klasik

Tokoh klasik ini dipelopori oleh Adam Smith, David Rikardo, Malthus, dan John Stuart Mill yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu faktor luas tanah, jumlah penduduk, jumlah barang modal, dan tehnologi yang digunakan. Para tokoh ini memfokuskan perhatiannya pada pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka mengasumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta tehnologi tidak mengalami perubahan.

Teori yang menjelaskan hubungan antara pendapatan per kapita dengan jumlah penduduk disebut sebagai teori optimal penduduk. Menurut teori ini, pada awalnya pertumbuhan penduduk akan menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah maka hukum hasil yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan, dan mengubah keadaan pendapatan perkapita sama dengan produk marginal.

b. Pendekatan Neoklasik

(22)

Dalam teori Solow, model yang dikembangkan terdapat kemungkinan adanya perubahan pada tingkat bunga maupun pada tingkat upah. Proses pertumbuhan dilihat sebagai suatu proses yang berlangsung dengan pertimbangan –pertimbangan variabel diantara faktor-faktor produksi. Harga-harga faktor produksi adalah fleksibel sehingga ada kemungkinan substitusi diantara faktor-faktor produksi yang terlibat dalam proses faktor produksi. Dalam keadaan dimana jumlah tenaga kerja melebihi pasok modal, harga, tenaga kerja (tingkat upah) akan menurun terhadap harga modal (tingkat bunga). Sebaliknya jika pertambahan modal melampaui pertambahan jumlah tenaga kerja, maka tingkat upah akan meningkat.

Dengan adanya perubahan pada harga faktor-faktor produksi dan melalui substitusi satu jenis faktor produksi lainnya, hal itu sama lain dapat membatasi kemungkingan terjadinya penyimpangan dari ekuilibrium pertumbuhan.

c. Pendekatan Keynes

John Mayard Keynes

(23)

ditambah pengeluaran uang supaya pengusaha menaikkan investasi yang akan menaikkan tenaga kerja sehingga pengangguran dapat diatasi.

Sehingga perlu campur tangan pemerintah dengan mencetak uang maka akhirnya daya beli bertambah dan respon pengusaha menaikkan produksi maka pengangguran berkurang.

d. Pendekatan Neo keynes

1. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

Teori pertumbuhan Harrod-Domar dikembangkan oleh dua orang ahli ekonomi sesudah Keynes, yaitu Evsey Domar dan R.F.Harrod. Domar mengemukakan teori tersebut untuk pertama kalinya dalam tahun 1947 dalam

American Economic Review, sedangkan Harrod telah mengemukakannya pada tahun

1939 dalam Economic Journal. Maka pada dasarnya teori tersebut sebenarnya dikembangkan oleh kedua ahli ekonomi tersebut secara terpisah. Tetapi, inti dari teori tersebut sangat lama, maka dewasa ini ia dikenal sebagai teori Harrod Domar.

a) Teori F. Harrod.

Perhatian Harrod berkisar pada pertumbuhan ekonomi yang dapat berlangsung secara terus menerus dalam keadaan ekuilibrium yang stabil. Dalam hubungan ini oleh Harrod dipaparkan dua konsep pengertian perihal laju pertumbuhan yang menjadi kunci gagasannya yaitu :

(24)

dianggap memadai itu, para pengusaha akan meneruskan usahanya dengan melaksanakan investasi secara kontinu.

2. Selain itu oleh Harrod juga ditunjukkan adanya The Natural of Growth, yang sifatnya berbeda dari Warranted Rate yang dimaksud diatas tadi. Dengan Natural Rate of Growth dimaksud laju pertumbuhan produksi dan pendapatan sebagaimana itu ditentukan oleh kondisi dasar (fundamental conditions) yang menyangkut :

a) bertambahnya angkatan kerja karena penduduknya bertambah b) meningkatkan produktifitas kerja karena kemajuan tehnologi.

Gagasan Harrod menyatakan bahwa jika dikehendaki adanya ekuilibrium dalam proses pertumbuhan, maka diperlukan intervensi kebijaksanaan untuk menanggulangi gangguan ketidakstabilan dan penyimpangan yang merupakan ciri pokok pada pertumbuhan itu sendiri.

b) Teori Evsey Domar

(25)

Laju pertumbuhan yang tercermin pada persamaan diatas oleh Domar dianggap sebagai laju pertumbuhan yang kritis (critical rate of growth) yang analog dengan Warranted Rate of Growth dalam model Harrod. Didalam investasi melebihi laju pertumbuhannya yang dimaksud diatas tadi, maka penyimpangan tersebut

menyebabkan bahwa I/I (yang sama dengan pertumbuhan permintaan) akan lebih

meningkat dibanding dengan s/k (pertumbuhan pada kapasitas produksi) : I/I >s/k.

e. Lima Teori Pertumbuhan Rostow

Prof W.W.Rostow memunculkan teori pertumbuhan yang memakai pendekatan perkembangan sejarah dalam menjelaskan proses perkembangan dan pembangunan ekonomi. Teori pertumbuhan Rostow ini muncul pada awalnya merupakan artikel yang dimuat dalam Economic Journal (Maret, 1956). Selanjutnya dikembangkan dalam bukunya yang berjudul the Stages of Economic Growth (1960). Teori perkembangan Rostow ini termasuk dalam linier dalam tahapan pertumbuhan ekonomi, yaitu memandang proses pembangunan sebagai tahap-tahap perkembangan yang harus dilalui oleh seluruh negara. Menurut Rostow proses pembangunan dan pertumbuhan dapat dibedakan dalam lima tahap dan posisi setiap negara didunia dapat digolongkan kedalam salah satu dari kelima tahap pertumbuhan ekonomi yang dijelaskan.

1) Tahap masyarakat tradisional

(26)

dalam masa newton adalah bahwa masyarakat yang masih menggunakan cara-cara berproduksi yang relatif primitif dan cara hidup masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dicetuskan oleh cara pemikiran yang tidak rasional, tetapi oleh kebiasaan yang telah berlaku secara turun-temurun.

Menurut Rostow dalam suatu masyarakat tradisonal tingkat produksi per kapita dan tingkat produktivitas per pekerja masih sangat terbatas, oleh sebab itu sebagian besar sumber daya masyarakat digunakan untuk sektor pertanian. Dalam sektor ini struktur sosialnya sangat bersifat hierarkis, yaitu anggota masyarakat mempunyai kemungkinan yang sangat kecil sekali untuk mengadakan mobilitas secara vertikal. Jadi hubungan keluarga dan kesukuan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap organisasi yang terdapat dalam masyarakat dan dalam menentukan kedudukan seseorang dalam masyarakat.

Mengenai kegiatan politik dan pemerintahan dalam tahap masyarakat tradisional, Rostow menggambarkan bahwa walaupun kadang-kadang tedapat sentralisai dalam pemerintahan, pusat dari kekuasaan politik terdapat di daerah-daerah, ditangan tuan-tuan tanah yang berkuasa dalam berbagai daerah. Kebijaksanaan pemerintahan pusat selalu dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah diberbagai daerah di tempat tersebut.

2) Tahap Peletakan Dasar Untuk Tinggal Landas (The Precondition for Take

Off)

(27)

berikutnya (tahap take off) dimana perekonomian akan dapat berkembang dengan cukup pesat.

Pada tahap peralihan atau tahap meletakkan dasar ini, didalam perekonomian dan kehidupan masyarakat mulai banyak terdapat perubahan-perubahan yang menyimpang dari kebiasaan masyarakat yang tradisional, maka mulai terdapat pembaharuan- pembaharuan dalam ilmu pengetahuan dan tehnologinya yang telah bertambah luas dan telah berkembang untuk dapat menyesuaiakan diri dengan kehidupan ekonomi yang lebih maju.

3) Tahap Tinggal landas (The Take Off)

Tahap take off ini tahap dimana berbagai penghalang dan rintangan lama kearah kemajuan dan pertumbuhan perekonomian telah dapat diatasi dan dikuasai. Kekuatan-kekuatan dan faktor-faktor yang menuju kearah pembaruan dan kemajuan ekonomi, seperti : tingkat pendidikan dan ilmu pengetahuan, perkembangan tehnologi, perkembangan perbankan, perniagaan, perhubungan dan sebagainya telah meluas dan menguasai kehidupan masyarakat.

Selama tahap lepas ladas ini, terdapat industri-industri baru yang merupakan leading sectors (sektor pemimpin dan penggerak) yang berkembang dengan pesat serta menghasilkan keuntungan-keuntungan besar, dimana keuntungan-keuntungan ini diinvestasikan kembali kedalam industri-industri yang baru maupun yang semula, dan demikian seterusnya perkembangan berbagai bidang industri ini dapat mendorong kemajuan dan pembaruan perekonomian nasional untuk selanjutnya.

(28)

Dalam tahap gerak menuju kematangan ini, perekonomian negara yang bersangkutan telah “matang”, dimana pemakaian ilmu pengetahuan dan tehnologi yang modern telah berkembang dan meluas ke seluruh bidang dan sektor perekonomian. Pada tahap ini, perekonomian nasional telah mencapai apa yang disebut sebagai keadaan “momentum” yaitu dimana perekonomian dalam masyarakat yang bersangkutan telah dapat berjalan dan berkembang atas kekuatan sendiri.

Pada tahap ini telah tercapai kemajuan ekonomi dan kemakmuran pada tingkat yang sangat tinggi, perekonomian telah maju ketingkat yang sedemikian rupa sehingga tingkat pendapatan dan konsumsinya telah sangat tinggi sekali. Pendapatan rata-rata tiap jiwa meningkat terus dan sangat tinggi sekali, pada umumnya setiap penduduk dalam masyarakat dan negaranya telah memiliki tingkat kosumsi berlebiihan yang sangat jauh melampaui pemenuhan kebutuhan pokoknya dalam hal. Misalnyna, pakaian, perumahan dan lainnya.

5) Tahap Era Konsumsi Tinggi Secara Massa (The Age of High Mass

Consumtion)

(29)

Kecenderungan kepada konsumsi besar-besaran atas barang yang tahan lama, ketiadaan pengangguran, dan peningkatan kesadaran akan jaminan sosial, dapat pula membawa masyarakatnya kepada laju pertumbuhan penduduk yang relatif semakin tinggi (Kamaluddin, 1998 : 94).

f. Teori Pertumbuhan Kuznet

Menurut Kuznet, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian tehnologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap bebagai tuntutan keadaan yang ada. Masing-masing dari ketiga komponen pokok dari defenisi itu sangat penting, yaitu :

1. Kenaikan out put secara berkesinambungan adalah manifestasi atau perwujudan dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi (economic maturity) disuatu negara yang bersangkutan.

2. Perkembangan teknologi merupakan dasar atau pra kondisi bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, tetapi tidak cukup itu saja masih dibutuhkan faktor-faktor lain.

(30)

Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa. Ketiganya adalah :

1. Akumulasi Modal

Akumulasi modal meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi infrastruktur ekonomi dan sosial.

2. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja ( yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah pertumbuhan penduduk ) secara tradisional dianggap sebagian salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar dometiknya lebih besar. Dimana positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada sistem perekonomian yang bersangkutan, adapun kemampuan itu sendiri lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau faktor-faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

3. Kemajuan Teknologi

(31)

a. Kemajuan teknologi yang netral, terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapi tingkat produksi yang lebih tinggi menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Inovasi yang sederhana, seperti pengelompokan tenaga kerja yang dapat mendorong peningkatan output atau kenaikan output masyarakat.

b. Kemajuan tehnologi yang hemat tenaga kerja, sebagian besar kemajuan teknologi pada abad kedua puluh adalah teknologi yang hemat tenaga kerja, jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam berbagai produksi mulai semakin sedikit.

c. Kemajuan teknologi yang hemat modal, merupakan fenomena yang relatif langka, hal ini dikarenakan hampir semua penelitian dalam dunia ilmu pengertahuan dan tehnologi dilakukan di negara-negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja dan bukan untuk menghemat modal.

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan faktor non ekonomi (Kamaluddin, 1999: 21).

(1) Faktor Ekonomi

a) Sumber Daya Alam

(32)

usaha untuk mengembangkan perekonomian suatu negara terutama pada masa-masa permulaan proses pertumbuhan ekonomi. Disetiap negara berkembang peranan barang-barang pertanian dan industri pertambangan minyak dan ekspor, menjadi pengerak pertama permulaan pertumbuhan ekonomi terutama di Asia.

b) Sumber Daya Manusia atau Tenaga Kerja

Sumber Daya Manusia merupakan tenaga kerja dalam proses produksi dan pembangunan dan memegang peranan yang penting juga. Dalam hal ini peranan Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut dalam proses produksi dan pembangunan pertama-tama ditentukan oleh jumlah (kuantitas) serta mutu (kualitas) tenaga kerja yang tersedia.

c) Permodalan dan Akumulasi Modal

Permodalan merupakan faktor produksi yang secara fisik dapat dihasilkan maupun diproduksi. Jika stok modal meningkat dalam jangka waktu tertentu dikatakan terjadinya akumulasi modal atau pembentukan modal. Dalam pengertian ini pembentukan modal merupakan investasi yang menaikkan stok modal yang kemudian dapat meningkatkan output nasional dan pendapatan nasional.

d) Tenaga Manajerial dan Tenaga Produksi

(33)

e) Kemajuan dan Pemanfaatan Teknologi

Prof. Kuznet mengemukakan lima pola penting kemajuan temnologi dalam pertumbuhan ekonomi modern. Kelima pola tersebut adalah penemuan ilmiah yang menghasilkan penyempurnaan pengetahuan teknik, invensi, inovasi, penyempurnaannya, dan penyebarluasan (pemakaian) penemuan baru tesebut dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya dikemukakan bahwa inovasi meliputi dua macam hal, yaitu: 1). Terjadinya penurunan biaya yang tidak menghasilakan perubahan pada kualitas produk, 2). Berlangsungnya pembaharuan yang menciptakan produk baru terhadap produk tersebut.

Kemajuan ekonomi yang berlaku diberbagai negara secara umum ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek positf dalam pertumbuhan ekonomi. Efek yang utama adalah:

1. Dapat mempertinggi efisiensi dalam kegiatan produksi

2. Menimbulkan penemuan barang-barang baru yang belum pernah diproduksi sebelumnya

3. Meninggikan mutu barang yang diproduksi tanpa meningkatkan harga

f) Pembagian Kerja dan Skala Produksi

(34)

akan mampu pula menghasilkan ditemukannya mesin baru dan berbagai proses baru dalam berproduksi.

(2) Faktor Non Ekonomi

Selain faktor-faktor ekonomi yang penting dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah faktor non ekonomi, yaitu :

a) Faktor Sosial

b) Faktor Manusia, dan

c) Faktor Politik

Kondisi politik suatu negara sangat mempengaruhi perekonomian negara tersebut, jika suatu negara mengalami krisis politik otomatis perekonomian akan terganggu dan pertumbuhan ekonomi tidak akan meningkat atau bahkan akan bisa mengalami penurunan. Budaya yang sudah mengalami kemajuan akan termotivasi untuk mencari tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat, semakin beragam, dan banyaknya kebutuhan akan mendorong manusia untuk mencari pendapatan.

2.3 Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi

2.3.1. Kontribusi Ekonomi Sektor Pertanian

Mengikuti analisis klasik dari Kuznets (1974), pertanian di negara-negara berkembang merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yakni sebagai berikut :

(35)

Kuznets (1964) mencoba menganalisa kontribusi out put dari sektor pertanian terhadap pertumbuhan PDB dengan melihat bagaimana keterkaitan antara pangsa out put dari sektor tersebut didalam pertumbuhan relatif dari produk-produk neto pertanian dan non pertanian.

Setelah dilakukan suatu studi empiris di sejumlah negara sedang berkembang dengan formula Kuznets diperoleh dua hipotesis yakni:

1. Pangsa out put dari sektor pertanian dalam PDB menurun seiring waktu sebagai suatu konsekuensi dari pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. 2. Pangsa tersebut berkorelasi terbalik dengan tingkat pembangunan ekonomi

yang diukur dalam bentuk PNB atau PDB perkapita. Hal ini bisa dilihat dengan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah lintas negara yang menunjukkan pertumbuhan PDB berbeda antar negara dengan tingkat pembangunan yang berbeda. Pendekatan kedua adalah deret waktu yang menunjukkan perubahan dari rasio tersebut disuatu negara dalam suatu periode tertentu.

(36)

perubahan struktural sumberdaya dari pertanian. Ketiga, karena permintaan terhadap jasa-jasa pemasaran diluar permintaan terhadap produk-produk pertanian meningkat, pengeluaran pangsa petani untuk makanan pada harga eceran menurun seiring waktu (disebut efek urbanisasi).

b. Kontribusi Pasar

Di negara seperti Indonesia dengan proporsi populasi petani-petani dan keluarganya sangat penting dalam pertumbuhan pasar dalam negeri bagi sektor-sektor non pertanian, khususnya industri. Pengeluaran petani untuk produk-produk industri baik barang-barang konsumsi (pakaian, alat-alat bangunan dan peralatan rumah tangga) dan barang-barang produsen (pupuk, pestisida, mesin alat-alat pertanian dan yang lainnya) memperlihatkan suatu aspek yang sangat penting dari kontribusi pasar sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi (melalui diversifikasi sektoral).

Sektor pertanian berperan lewat kontribusi pasarnya terhadap diversifikasi dan pertumbuhan. Output dari sektor non pertanian seperti yang dijelaskan diatas sangat tergantung pada dua faktor penting yang dapat dianggap sebagai prasyarat.

Pertama dampak dari keterbukaan ekonomi dimana pasar domestik tidak hanya diisi

(37)

maupun komposisinya menurut jenis barang) dibandingkan permintaan dari sektor pertanian modern.

c. K.ontribusi Faktor-Faktor Produksi

Faktor faktor yang dapat dialihkan dari sektor pertanian ke sektor-sektor non pertanian tanpa harus mengurangi volume produksi (produktivitas) di sektor pertanian adalah tenaga kerja. Secara teoritis banyaknya tenaga kerja di sektor pertanian tidak akan menurun sampai pada suatu titik dimana laju pertumbuhan tenaga kerja di sektor non pertanian melewati tingkat pertumbuhan tenaga kerja.

c. Kontribusi Devisa

Kontribusi sektor pertanian disuatu negara terhadap pendapatan devisa adalah lewat petumbuhan ekspor dan pengurangan impor negara tesebut atas komoditi-komoditi pertanian. Kontribusi sektor itu terhadap sektor juga bersifat tidak langsung, misalnya lewat peningkatan ekspor atau pengurangan impor produk-produk berbasis pertanian, seperti makanan,minuman, tekstil dan produk-produk-produk-produknya, barang-barang dari kulit, ban, mobil dan lain-lain.

2.3.2 Pertanian Sebagai Sektor Pemimpin

(38)

dari pertumbuhan output di sektor-sektor lain terhadap pertumbuhan output di sektor pertanian semakin besar peran pertanian sebagai sektor pemimpin.

Pentingnya sektor pertanian sebagai motor penggerak pembangunan atau pertumbuhan ekonomi nasional dalam pernyataan Sari Simatupang dan Syafa’at (2000) sebagai berikut: Sektor andalan perekonomian adalah sektor yang mamiliki

ketangguhan dan kemampuan tinggi. Sektor andalan merupakan tulang punggung

dan mesin penggerak perekonomian sehingga dapat pula disebut sebagai sekor

kunci atau sektor pemimpin perekonomian nasional.

Menurut mereka ada lima syarat yang harus dilihat sebagai kriteria dalam mengevaluasi pertanian sebagai sektor kunci dalam perekonomian nasional. Kelima syarat tersebut adalah :

1. Strategis, dalam arti essensial besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran dan tujuan –tujuan daripada pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, peningkatan devisa negara, pembangunan ekonomi daerah, dan sebagainya.

2. Tangguh, yang berarti unggul dalam persaingan baik dalam negeri maupun di pasar global dan mampu menghadapi gejolak ekonomi, politik maupun alam.pertanian sebagai sektor andalan harus memilki keunggulan kompetitif, berbasis pada kemampuan sendiri dan dapat menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan strategis.

(39)

4. Progresif, yang berarti pertanian dapat tumbuh secara berkelanjutan tanpa menimbulkan efek-efek negatif terhadap kualitas lingkungan hidup. 5. Responsif, dalam arti pertanian sebagai sektor andalan mampu memberi

respon yang cepat dan besar terhadap setiap kebijaksanaan pemerintah.

2.3.3 Peranan Pemerintah dalam Pembangunan Pertanian

Peranan pemerintah dalam pembangunan pertanian menyangkut hal-hal sebagai berikut :

1. Kebijaksanaan Pertanian

Kebijaksaan pertanian yang lebih spesifik meliputi berbagai bidang yang penting diantaranya adalah:

a) Kebijaksanaan Harga

Kebijaksanaan ini merupakan kebijasanaan yang terpenting di banyak negara dan biasanya digabung dengan kebijaksanaan pendapatan sehingga disebut kebijaksanaan harga dan pendapatan (price and income policy). Segi harga dari kebijaksanaan itu bertujuan untuk mengadakan stabilisasi harga, sedangkan segi pendapatanya bertujuan agar pendapatan petani tidak terlalu berfluktuasi dari musim ke musim dan dari tahun ke tahun. Kebijaksanaan harga dapat mengandung suatu pemberian suatu penyangga atas harga-harga hasil pertanian supaya tidak terlalu merugikan para petani.

(40)

d) Kebijaksanaan pemasaran

Untuk melindungi petani produsen, pemerintah dapat mengeluarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus dalam kelembagaan perdagangan dengan tujuan yang sama, tetapi dengan tekanan pada perubahan mata rantai pemasaran dari produsen ke konsumen, dengan tujuan utama untuk memperkuat daya saing petani. Masalah yang dihadapi negara kita adalah kurangnya kegairahan dalam berproduksi pada tingkat petani, tiidak ada keinginan untuk mengadakan penanaman baru dan usaha-usaha lain untuk menaikkan produksi karena persentase harga yang diterima oleh petani relatif rendah dibandingkan dengan bagian yang diterima golongan-golongan lain. Badan – badan pemasaran yang dibentuk dimaksudkan untuk memberikan jaminan harga minium yang stabil pada petani.

b) Kebijaksanaan struktural

Kebijaksanaan stuktural dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki sturktur produksi misalnya luas pemilikan tanah, pengenalan dan pengusahan alat-alat pertanian yang baru dan perbaikan prasarana pertanian pada umumnya baik prasaran fisik maupun sosial ekonomi. Kebijaksanaan struktural ini hanya dapat terlaksana dengan kerjasama yang erat dari beberapa lembaga pemerintah. Perubahan struktur yang dimaksud disini tidak mudah mencapainya dan biasanya memakan waktu yang lama karena sifat usaha tani yang tidak saja merupakan unit usaha ekonomi tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan petani dengan segala aspeknya.

(41)

Pada dasarnya yang dimaksud dengan divesifikasi atau penganekaragaman pertanian adalah usaha untuk mengganti atau meningkatkan hasil pertanian yang monokultur (satu jenis tanaman) ke arah pertanian yang bersifat multicultur (banyak macam). Diversifikasi yang demikian disebut diversifikasi horizontal. Disamping itu dikenal pula diversifikasi vertical yaitu usaha untuk memajukan industri-idustri pengolahan hasil-hasil pertanian yang bersangkutan. Salah satu pertimbangan utama dari usaha diversifikasi adalah stabilisasi dalam pendapatan pertanian dan menghindarkan ketergantungan pada satu atau dua jenis komoditi saja. Putusan untuk mengadakan diversifikasi harus didasarkan atas pertimbangan –pertimbangan harapan harga, permintaan, dan penawaran. Keputusan untuk mengadakan diversifikasi memerlukan perhitungan untung- rugi yang tidak mudah.

Keuntungan – keuntungan yang mungkin didapat dari diversifikasi dapat dibagi empat yaitu : dari segi penawaran, permintaan, nutrisi,dan tujuan pembangunan. Dari segi penawaran diversifikasi dapat mendatangkan kenaikan pendapatan pada petani karen sistem tumpang- sari atau pertanian campuran semuanya dapat dilakukan pada tanah yang sama. Dari segi permintaan kenaikan dapat diharapkan baik dalam negeri sendiri maupun dari luar negeri selama tanaman diversifikasi benar-benar mempunyai elastisits pendapatan yang lebih besar. Pada waktu yang besamaan produksi tanaman-tanaman yang mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi akan terdorong sehingga kesehatan penduduk dapat naik. Akhirnya dari segi tujuan pembangunan ekonomi keseluruhan, diversifikasi sangat bermanfaat.

(42)

Perencanaan pertanian adalah proses memutuskan apa yang hendak dilakukan pemerintah mengenai tiap kebijaksanaan dari kegiatan yang mepengaruhi pembangunan pertanian selama jangka waktu tertentu. Perencanaan pertanian yang dilakukan pemerintah adalah menyangkut rencana kebijaksanaan produksi yang berhubungan dengan kebijaksanaan pertanian serta perencanaan nasional bidang pertanian dengan memperhatikan kondisi daerah.

2.3.4 Tujuan Pembangunan Pertanian

Dalam garis-garis besar haluan negara (GBHN) dijelaskan bahwa pembangunan pertanian diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien, dan tangguh. Pengertian maju, efisien, dan tangguh dalam ekonomi pertanian mencakup konsep-konsep mikro dan makro yaitu bagi sektor pertanian sendiri maupun hubungannya dengan sektor-sektor lain diluar pertanian, misalnya industri, transport, perdagangan, keuangan/perkreditan.

Selanjutnya pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, peternak, nelayan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, menunjang pembangunan industri serta meningktkan ekspor.

2.4 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

2.4.1 Perdagangan

(43)

mutunya. Karena itu mudah dipahami adanya negara yang lebih unggul dan lebih istimewa dalam memproduksi hasil tertentu. Hal ini dimungkinkan karena ada barang yang hanya dapat diproduksi di daerah dan pada iklim tertentu, atau karena suatu negeri mempunyai kombinasi faktor-faktor produksi lebih baik dari negara lainnya, sehingga negara itu dapat menghasilkan barang yang lebih bersaing.

Bilamana keunggulan suatu negara dalam memproduksi suatu jenis barang disebabkan faktor alam, maka negara itu disebut mempunyai “keunggulan mutlak”

(absolute advantage). Selanjutnya bilamana suatu negara dapat memproduksi suatu

jenis barang lebih baik dan lebih murah disebabkan lebih baiknya kombinasi faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan manajemennya) maka negara tersebut dapat pula memperoleh keunggulan, ini disebabkan karena produktivitasnya yang tinggi. Hal ini disebut sebagai keunggulan dalam proses perbandingan biaya

(comparative advantage).

Adakalanya produksi dari suatu negara belum dapat dikonsumsi seluruhnya didalam negeri, maka hal itu semenjak berabad-abad yang lalu telah mendorong orang untuk memperdagangkan hasil produksi itu sendiri ke negara lain di luar batas negaranya. Perdagangan barang-barang dari suatu negera ke negara lain di luar batas negaranya itulah yang dimaksud dengan perdagangan luar negeri (M.S, 2002).

International Bussiness atau perdagangan internasional dapat juga

didefenisikan sebagai kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu negara asal (country of

origin) yang melintasi perbatasan menuju suatu negara tujuan (country of

(44)

corporation) untuk melakukan perpindahan barang dan jasa, perpindahan modal,

perpindahan tenaga kerja, perpindahan teknologi dan perpindahan merk dagang. Setiap negara memiliki tingkat kapasitas produksi yang berbeda baik secara kuantitas, kualitas dan jenis produksinya. Perbedaan-perbedaan inilah yang menyebabkan timbulnya transaksi perdagangan internasional, antara lain :

1. Sumber daya alam (natural resources) 2. Sumber daya manusia (capital resources)

3. Tenaga kerja (human resources) 4. Teknologi

Pada dasarnya, perdagangan timbul karena adanya dorongan atau motif untuk berdagang. Motif ini adalah kemungkinan diperolehnya manfaat dari perdagangan atau gains of trade. Dalam kasus pertukaran antara dua orang, manfaat ini ditujukan oleh kemungkinan untuk mencapai tingkat kepuasan atau indeferensi yang lebih tinggi.

Beberapa faktor lain yang menyebabkan timbulnya perdagangan internasional selain motif gains of trade, yaitu :

1. Harga

Ditentukan oleh biaya produksi akan menyebabkan perbedaan harga barang. Seseorang dapat membeli barang yang harganya lebih rendah dan mungkin dapat dijual keluar negeri dengan harga yang relatif lebih tinggi.

2. Pendapatan

(45)

3. Selera

Misalnya seseorang lebih berselera produk luar negeri maka ia cenderung membeli produk-produk luar negeri.

Namun untuk lebih singkatnya, ada dua faktor utama yang menyebabkan timbulnya perdagangan internasional, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran barang-barang dan jasa-jasa.

Perdagangan internasional mempunyai banyak peran yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :

1. Tukar menukar barang-barang dan jasa-jasa

2. Pergerakan sumber daya melampaui batas-batas negara

3. Pertukaran dan perluasan penggunaan teknologi sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi negara-negara yang terlibat didalamnya

4. Bagi Indonesia, mempengaruhi perkembangan ekspor dan impor serta neraca pembayaran internasional (NPI) Indonesia.

2.4.2 Teori Perdagangan Internasional

2.4.2.1. Merkantilisme

Merkantilisme merupakan suatu kelompok aturan yang merupakan pencerminan cita-cita atau ideology kapitalisme komersial. Kebijakan ekonomi pernah dianjurkan dan dilaksanakan oleh sekelompok negarawan Eropa pada abad keenam belas dan tujuh belas. Salah satu penganjur system ini adalah Thomas Mun.

(46)

pemupukan kemakmuran nasional untuk mempertahankan dan mengembangkan kekuatan negara itu. Kaum merkantilisme menganggap jalan yang paling baik untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan penumpukan logam mulia yang dianggapnya identik dengan kemakmuran.

Kedua, hasrat yang besar untuk mencapai dan mempertahankan kelebihan nilai ekspor atas nilai impor. Bagi negara-negara yang tidak memiliki tambang-tambang logam mulia sendiri, sumber utama logam mulia adalah kelebihan nilai ekspor atas nilai impor.

2.4.2.2 Absolute Advantage

Teori keunggulan absolut dari Adam Smith sering disebut sebagai teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap dan ekspor suatu (atau beberapa) jenis barang tertentu dimana negara tersebut tidak mempunyai keunngulan absolut atas negara lain yang memproduksi jenis barang yang sama, atau suatu negara akan mengekspor (mengimpor) barang tersebut jika negara itu dapat (tidak dapat) memproduksinya lebih efisien atau lebih murni dibandingkan negara lain.

Jadi teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam penggunaan faktor produksi sangat menentukan keunggulan atau tingkat daya saing dari negara yang bersangkutan.

(47)

Dasar pemikiran dari David Ricardo adalah bahwa perdagangan antara dua negara akan terjadi bila masing-masing negara memiliki biaya relatif yang terkecil (atau produktivitas tenaga kerja relatif yang terbesar) untuk jenis barang yang berbeda. Jadi, penekanan Ricardo pada perbedaan efisiensi atau produktivitas relatif antar negara dalam memproduksi dua (atau lebih) jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan internasional.

Ricardo menyatakan bahwa sekalipun suatu negara mengalami kerugian atau ketidakunggulan (disadvantage) absolut dalam memproduksi kedua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung. Negara yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam produksi dan mengekspor komoditi yang mempunyai kerugian absolut lebih kecil. Dari komoditi inilah negara tadi mempunyai keunggulan komparatif (comparative

advantage). Di lain pihak, negara tersebut sebaliknya mengimpor komoditi yang

mempunyai kerugian absolut paling besar. Dari komoditi inilah negara tersebut mengalami kerugian komparatif. Hal ini dikenal sabagai hukum keunggulan komparatif (law of comparative advantage).

2.4.3 Hotel

Hotel merupakan salah satu jenis akomodasi yang paling banyak di dunia terbukti jumlah kamar yang terbanyak dari semua jenis akomodasi adalah disediakan oleh hotel.

(48)

Defenisi hotel menurut buku Managing Front Office Operation dari AHMA (American Hotel & Motel Assosiation) yang ditulis oleh Charles E. Steadmon dan Michael L. Kasavana, yakni bahwa hotel adalah sebuah bangunan yang dikelola secara komersial dengan memberikan fasilitas penginapan untuk umum dengan fasilistas pelayanan sebagai berikut :pelayanan makan dan minum, pelayanan kamar, pelayanan barang bawaan, pencucian pakaian dan dapat menggunakan fasilitas perabotan dan menikmati hiasan-hiasan yang ada didalamnya.

Sedangkan defenisi hotel menurut SK menparpostel nomor KM34/HK103/MPPT-87, adalah sebagai berikut: Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan., makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan didalam keputusan pemerintah.

2.4.3.1 Kriteria Klasifikasi Hotel

(49)

Berdasarkan keputusan direktur jenderal pariwisata no.14/U/11/88 mengnai ketentuan usaha dan penggolongan hotel tahun 1988 maka pengertian hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang mnggunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan minum serta lainnya baik umum yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan. Berdasarkan fasilitas yang dimiliki hotel dikelompokkan dalam hotel bintang dan non bintang. Hotel bintang dibagi lagi sesuai hasil penilaian terhadap fasilitas dan layanan yang ada yaitu mulai dari bintang 1 sampai bintang 5.

Peran hotel dalam pembangunanp pariwisata sangat strategis. Dari komposisi pengeluaran wisman yang berkunjung ke indonesia selama ini , 30% dikonsumsi oleh jasa akomodasi. Pada tahun 1997 jumlah pengeluaran wisman sebesar US$5.32 miliar.

Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel dan sejenisnya. Termasuk juga kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap dimana kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam satu kesatuan menagemen dengan penginapan. Alasan penggabungan ini karena datanya sulit dipisahkan.

(50)

berdasarkan perkalian indikator peroduksi dengan indikator harga. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian output dengan rasio NTBnya output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan metoda ekstrapolasi.

2.4.4 Restoran

Dalam pelaksanaan pengembangan pariwisata restoran merupakan salah satu unsur produk wisata yang memegang peranan penting, berdasarkan hasil survei Biro Pusat Statistik terhadap pengeluaran wisatawan mencanegara menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan untuk makanan dan minuman menduduki tempat kedua setelah akomodasi sebesar 17,66 % dari seluruh pengeluaran.

Berdasarkan keputusan menteri parpostel No.KM.95/KH.103/MPPT-87 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan restoran adalah salah satu jenis usaha pangan yang bertempat di sebagian seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk peoses pembuatan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya.

Pengertian tersebut mengandung 5 unsur:

1. Bangunan dan tempat usaha adalah bangunan khusus yang permanen untuk kepentingan usaha, baik berupa bangunan tersendiri / terpisah atau bangunan termasuk bagian dari suatu bangunan induk tertentu.

2. Usaha adalah usaha komersial untuk mendapatkan keuntungan tertentu yakni dari penjualan makana dan minuman.

(51)

4. Minuman adalah suatu proses pembuatan minuman campuran atau minuman yang sudah jadi, baik beralkohol atau tidak beralkohol untuk siap dikonsumsi ditempat atau dibawa keluar dari tempat tersebut.

5. Peralatan dan perlengkapan yaitu berbagai jenis pralatan / perlengkapan yang digunakan sebagai alat bantu dalam proses pengolahan, penyimpanan, dan penyajian makanan atau minuman.

Dalam pengembangan pariwisata , restoran merupakan salah satu produk yang perlu mendapatkan penanganan karena dapat memberikan masukan dan sumbangan:

 Peningkatan Devisa

Berdasarkan hasil survei Biro Pusat Statistik terhadap pengeluaran wisatawan mancanegara selama berada di Indonesia, menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan untuk makanan dan minuman menduduki urutan kedua setelah akomodasi sebesar 17,66% dari seluruh pengeluaran wisatawan.

 Sarana Promosi Pariwisata

Keanekaragaman dan kelezatan makanan ternyata mampu menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan untu berkunjung.

 Penyerapan Tenaga Kerja

Usaha restoran bersifat padat karya sehingga menyerap tenaga kerja yang jumlahnya banyak

 Pengembangan dan Pelestarian Seni Budaya

(52)

masak- memasak sekaligus juga tempat untuk menghasilkan pakar-pakar boga yang dapat ditampilkan di dunia internasional.

Kegiatan subsektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman. Jadi pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan. Kegiatan yang termasuk dalam subsektor ini seperti rumah makan, warung nasi, warung kopi, catering dan kantin. Pendekatan yang digunakan untuk menghitung NTB subsektor restoran yaitu pendekatan pengeluaran konsumsi makanan dan minuman jadi di luar rumah.

BAB III

METODE PENELITIAN

(53)

menguji hipotesis penelitain. Adapun metode penelitan yang digunakan didalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menitikberatkan pada pengaruh sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

3.2. Jenis dan Sumber Data.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series. Sumber data-data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara periode 1985-2007.

3.3. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan secara langsung pencatatan berupa data time series yaitu dari tahun 1985-2007.

3.4. Pengolahan Data

Penulis menggunakan program E-Views 4.1 untuk mengolah data dalam penelitian ini.

3.5 Model Analisis Data

Model analisa yang digunakan dalam menganalisa data adalah model ekonometrika,dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square).

Adapun fungsi matematis adalah :

(54)

Fungsi tersebut dapat dispesifikasikan kedalam model ekonometrika sebagai

Dengan hipotesis sebagai berikut :

0

artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (sektor pertanian) maka Y

(pertumbuhan ekonomi/ PDRB) akan mengalami kenaikan, cateris

paribus.

> 0 artinya jika terjadi kenaikan pada X

2 (sektor perdagangan, hotel dan

restoran) maka Y (pertumbuhan ekonomi / PDRB) akan mengalami kenaikan, cateris paribus.

3.6 Test of Goodness of Fit (uji kesesuaian )

(55)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variasi

variabel-variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan terhadap variabel dependen.

3.7.2. Uji t-statistik(uji parsial)

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen signifikan atau tidak terhadap veriabel dependen. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : bi = b Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-1 nilai parameter hipotesis. Biasanya b dianggap = 0, artinya tidak ada variabel X1 terhadap Y. Bila nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini bararti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap veriabel dependen.

Rumus untuk mencari t-hitung(t*)adalah : t-hitung =

Kriteria Pengambilan Keputusan: ( bi-b ) sbi keterangan :

bi = koefisien variabel independen ke-i b = nilai hipotesis nol

(56)

Ha : ≠ 0 Ha ditolak (t* > t tabel ), artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ho ditolak,Ha diterima Hoditolak,Haditerima

Ho diterima, Ha ditolak

0

Gambar 1: kurva uji t-statistik

3.7.3. Uji F-statistik

Uji F-statistik ini dilakukakn untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen.

Rumus untuk menghitung f-statistik(f*) f-hitung = R2 / k-1

(1-R2) / (n-k)

Dimana :

R2 = koefisien determinan

K = jumlah variabel dependen ditambah intercept dari suatu model persamaan.

n = jumlah sampel

(57)

Ho : bi = b2 = bk………..bk = 0(tidak ada pengaruh) Ha : b2≠ 0………i ≠ 1 (ada pengaruh)

Kriteria pengambilan keputusan :

1. Ho : 1 = 2= 3= 4= 5=0

Ho diterima (F*<F tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

2. Ha : 1 ≠ 2 ≠ 3 ≠ 4 ≠ 5 ≠ 0

Ha diterima (F*>F tabel ), artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ho ditolak,Ha diterima

Ho diterima, Ha ditolak 0

Gambar 2: kurva uji F-statistik

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.8.1. Multicollinearitas

Multicollinearitas adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari R-square, F- hitung, t-hitung serta standar error.

(58)

a. Standart error tak terhingga

b. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada =5%, =10%, =1% c. Terjadi perubahan tanda

d. R2 sangat tinggi.

3.8.2. Autokolerasi

Autokolerasi terjadi jika error term (µ) dari waktu yang berbeda berkolerasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila :

Variabel ( i. j) ≠ 0; untuk i ≠ j, dalam hal ini dikatakan memiliki masalah autokorelasi.

Ada beberapa cara untuk mengetahi keberadaan autokorelasi yaitu : a. Dengan memplot grafik

b. Dengan Durbin-Watson(uji D-W test)

D-hittung = 2

Dengan hipotesis sebgai berikut :

H0 : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : p ≠0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi durbin watson untuk nilai . Hipotesis yang digunakan adalah :

Kurva D-W test dapat dilihat sebagai berikut:

(59)

inconclusive inconclusive

Ho accept

0 dl du 2 4-du 4-dl 4

Gambar 3. Pengujian Durwin Watson Statistik

Dimana :

Ho : Tidak ada autokorelasi

Dw < du : Tolak Ho (ada korelasi positif) Dw <4du : Tolak Ho (ada korelasi negatif) Du <Dw<4-du : Tolak Ho (tidak ada autokorelasi)

Dl ≤Dw≥du : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

(4-du) ≤Dw ≤(4-dl) : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

3.8 Defenisi Operasional

1 Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan pada suatu tahun tertentu yang besarnya dinyatakan dalam jutaan rupiah.

(60)

3. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor penting dalam perekonomian yang menghasilkan barang dan jasa yang dinyatakan dalam jutaan rupiah.

BAB IV

TINJAUAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Wilayah Propinsi Sumatera Utara

4.1.1. Kondisi Geografis

(61)

(NAD), sebelah selatan : Riau dan Sumatera Barat, Sebelah Timur : Selat Malaka / Malaysia dan Sebelah Barat : Samudera Hindia.

Luas daratan propinsi Sumatera Utara sekitar 71.680 km2, sebagian besar berada di Sumatera dan sebagian lainnya di Pulau Nias, kepulauan batu-batu dan pulau-pulau kecil yang berada di sekitar pulau Sumatera.

Berdasarkan letak dan kondisi alamnya propinsi Sumatera Utara terbagi dalam tiga kelompok wilayah yaitu : Pantai Barat yang terdiri dari Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Nias. Pantai Timur terdiri dari Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan Batu, sedangkan dataran tinggi terdiri dari Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo dan Dairi.

Berdasarkan undang-undang darurat no. 7 tahun 1956, peraturan pemerintah (PP) pengganti undang-undang no.4 tahun 1964 porpinsi Sumatera Utara terdiri dari 11 Kabupaten dan 6 Kota Madya. Namun sesuai dengan undang-undang no.12 1998 tentang pembentukan Kabupaten baru, maka Sumatera Utara terdiri dari 16 Kabupaten dan 7 Kotamadya.

Tabel 1.

Kondisi Geografis Sumatera Utara berdasarkan Kabupaten/ Kotamadya

(62)

8. Asahan 4.581 0-1500 m

Sumber : Sumatera Utara dalam angka tahun 2004, BPS Sumut

4.1.2. Kondisi Iklim dan Topografi

Karena letaknya yang dekat dengan garis khatulistiwa mengakibatkan daerah propinsi Sumatera Utara tergolong kedalam daerah beriklim tropis basah yang dipengaruhi oleh angin pasat dan angin muson dengan curah hujan angin berkisar antara 1.800-4000 mm per tahun, dan suhu udara beragam antara 12.20 – 330 C.

Ketinggian permukaan darat sangat bervariasi, yaitu daerah datar, bisa mencapai 350 C, daerah berbukit dengan kemiringan yang landai dan sebagian lagi daerah pada ketinggian dan suhu minimalnya bias mencapai 140C.

(63)

terdapat di daerah Karo dan Terendah di daerah Tapanuli Utara. Kelembaban rata-rata pertahun kurang lebih 82.9 %, temperatur rata-rata-rata-rata pertahun 26.070 C.

4.1.3. Kondisi Demografi

Propinsi Sumatera Utara didiami oleh berbagai penduduk dari berbagai suku seperti : suku batak ( Karo, Simalungun, Pakpak, Toba, Mandailing) sebesar 44.75% dan sebesar 33.40% lainnya merupakan suku yang berasal dari etnis lain seperti Betawi, Banten, Sunda,Jawa, Melayu, Madura, India, Cina dan lain-lain.

Dilihat dari jumlah penduduknya , Sumatera Utara termasuk propinsi yang jumlah penduduknya terbesar keempat di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11.506 juta jiwa.dari jumlah ini sebanyak 57.36% tinggal di daerah pedesaan dan 42.64 % tinggal ke perkotaan. Kepadatan penduduk mencapai 143 jiwa per km2dengan laju pertumbuhan penduduk 1.04 % per tahun (kurun waktu 1999-2004).

Berdasarkan agama dan kepercayaan pada tahun 2000, penduduk Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 7.530 juta jiwa menganut agama Islam (65.54 %). Kristen Katolik sebesar 0.55 juta jiwa (4.78 %), Kristen Protestan sebesar 3.062 juta jiwa (26.6 %), Hindu sebesar 0.19%, Budha sebesar 3.33 % dan kepercayaan lain 0.23 %.

4.1.4. Potensi Wilayah

(64)

danau dan sungai merupakan potensi yang tidak kalah pentingnya. Ini digunakan sebagai potensi perikanan dan perhubungan sedangkan keindahan alamnya merupakan keindahan energik untuk pengembangan industri, perdagangan dan lain-lain. Wilayah Sumatera Utara juga menyimpan banyak bahan galian seperti, kapur, belerang, pasir kuarsa, gasolin, emas, batubara, minyak dan gasbumi dan yang lainnya.

Posisi yang strategis yang terletak di jalur perdagangan internasional membawa keuntugan Sumatera Utara terutama dalam menunjang perekonomian daerah. Hal ini juga didukung dengan adanya sarana pelabuhan baik pelabuhan udara seperti Polonia, Pinang Sori, Binaka, Aek Godang, maupun pelabuhan laut seperti Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung.

Disamping fasilitas pelabuhan ini perekonomian Sumatera Utara tidak terlepas dari peranan sektor perbankan dengan ketersediaan berbagai fasilitas jasa perbankan, jasa perdagangan, komunikasi dan transportasi. Hal ini mendorong perekonomian rakyat semakin berkembang, sehingga dapat menunjang tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

(65)

Di Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian seperti perguruan tinggi, balai penelitian, dan balai latihan kerja yang mampu membentuk tenaga pembangunan yang terdidik dan terampil serta hasil-hasil penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.

4.2. Gambaran Umum Perekonomian Sumatera Utara.

Setiap tahun perekonomian di Sumatera Utara diwarnai dengan berbagai perkembangan berdasarkan berbagai indikator ekonomi. Perkembangan ini dapat terlihat pada masa sebelum dan sesudah krisis ekonomi yang melanda Indonesia.

Sebelum terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997/1998 perkonomian Sumatera Utara tidak terlalu buruk. Misalnya pertumbuhan ekonomi tahun 1989 sebesar 9.91 %. Pada saat ini kontribusi dari sektor ekonomi cukup berkembang, saelanjutnya tahun berikutnya mengalami sedikit penurunan walaupun tidak terlalu signifikan, hingga pada tahun 1996 kembali pada posisi 9.0 % jauh melebihi target yng ditetapkan sebesar 8.5 %. Hal ini diakibatkan meningkatnya peranan dari bebrapa sektor ekonomi seperti pertanian, industri, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi.

Gambar

Gambar 1: kurva uji t-statistik
Gambar 2: kurva  uji F-statistik
Gambar 3. Pengujian Durwin Watson Statistik
Tabel 1. Kondisi Geografis Sumatera Utara berdasarkan Kabupaten/ Kotamadya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Banyak sekali pihak-pihak yang telah banyak membantu sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dan membantu penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan studi di

Berdasarkan hasil penelitian deskriptif, dapat disimpulkan bahwa Variabel Kepemimpinan Transformasional berada pada kriteria cenderung baik, sebanyak

Misalnya semua produk bangsa Indonesia baik yang dikembangkan di luar negeri, maupun yang dikembangkan di dalam negeri, yang tumbuh dan berkembang sejak Indonesia Indonesia

Faktor lain yang berpengaruh pada penelitian ini adalah proporsi perempuan yang lebih besar pada kelompok obes yang mengalami resistensi insulin, sehingga tidak

Pendampingan kegiatan dilakukan oleh pendamping yang ditunjuk oleh Dinas yang membidangi perkebunan dari Dinas Provinsi dan atau Direktorat Jenderal Perkebunan, untuk ikut mengawasi

Model matematika tentang fermentasi etanol dengan substrat glukosa yang dipengaruhi oleh pertumbuhan bakteri Zymomonas mobilis telah dikemukakan oleh Leksawasdi,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran berbasis penilaian performance dengan media chemo-edutaniment bentuk kartu ionik dalam meningkatkan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rudra dan Bhattacharjee (2012) dalam Narendra (2013) mengenai pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba pada perusahaan di India