BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Provinsi Sumatera Utara tersohor karena perkebunannya yang hingga kini
tetap menjadi primadona perekenomian provinsi. Perkebunan tersebut tersebar di
Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhanbatu, dan Tapanuli Selatan
yang dikelola oleh perusahaan swasta, negara maupun rakyat.
Provinsi Sumatera Utara menghasilkan komoditi karet, coklat, teh, kelapa
sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, tebu dan tembakau. Namun dari beberapa
komoditi yang terdaftar sebagai tanaman perkebunan yang menjadi komoditi
unggulan di Provinsi Sumatera Utara adalah kelapa sawit, karet, kakao, dan kopi.
Penetapan keempat komoditi tersebut sebagai unggulan didasarkan kepada
kemampuan bersaing dengan komoditi yang sama dari daerah lain bahkan dari luar
negeri baik terhadap pemasarannya yang berkesinambungan (sustainabel) maupun
kemampuannya memberikan keuntungan kepada pengelolanya. (Hasnudi dan
Iskandar, 2005)
Subsektor perkebunan merupakan subsektor penting dalam sektor pertanian
yang mempunyai kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional
maupun Provinsi Sumatera Utara. Hal ini terlihat pada saat Indonesia mengalami
krisis ekonomi yang dimulai pada akhir tahun 1997, sub sektor perkebunan di
Provinsi Sumatera Utara menunjukkan peran strategisnya.
Pada tahun 1998, mayoritas sektor ekonomi mengalami kemunduran dan
kelumpuhan dimana ekonomi Indonesia maupun Sumatera Utara khususnya
pada tahun 1998 mengalami penurunan menjadi Rp 1.314.202 milyar dari Rp
1.512.780,90 milyar pada tahun 1997, demikian juga pada PDRB Sumatera Utara
mengalami penurunan tahun 1998 menjadi Rp 64.305,42 milyar dari pada tahun
1997 yang telah mencapai Rp 71.533,28 milyar, namun pada saat yang sama PDRB
perkebunan Sumatera Utara mengalami peningkatan dari Rp 5.781,22 milyar di
tahun 1997 menjadi Rp 6.243,58 milyar tahun 1998.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Sumatera Utara dan Subsektor Perkebunan Sumatera Utara Tahun 1990 – 2010 (Milyar Rupiah)
Tahun PDB PDRB Sumatera
Utara
PDRB Perkebunan Sumatera Utara
1990 949.641,10 43.353,76 2.905,88
1991 1.018.062,60 46.495,54 3.115,87
1992 1.061.248,00 50.085,73 3.562,71
1993 1.151.490,20 52.447,64 4.110,87
1994 1.238.312,30 57.416,67 4.592,80
1995 1.340.101,60 62.778,81 4.957,80
1996 1.444.873,30 68.284,94 5.357,75
1997 1.512.780,90 71.533,28 5.781,22
1998 1.314.202,00 64.305,42 6.243,58
1999 1.324.599,00 65.934,40 6.577,50
2000 1.389.770,20 69.154,11 6.815,38
2001 1.442.984,60 71.908,36 7.072,98
2002 1.504.380,60 75.189,14 7.247,58
2003 1.577.171,30 78.805,61 7.392,71
2004 1.656.516,80 83.328,95 8.097,00
2005 1.750.815,20 87.897,79 8.574,74
2006 1.847.292,90 93.347,40 9.099,53
2007 1.964.327,30 99.792,27 9.561,60
2008 2.082.456,10 105.431,88 10.235,55
2009 2.178.850,40 110.850,71 10.813,82
2010 2.313.838,00 117.901,00 11.475,71
Sumber : BPS Sumatera Utara
Krisis ekonomi pada akhir tahun 1997 menyebabkan laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia dan Sumatera Utara mengalami penurunan di tahun 1998
subsektor perkebunan di Sumatera Utara menunjukkan kontribusinya dengan laju
pertumbuhan yang meningkat sebesar 8%.
Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Sumatera Utara dan Subsektor Perkebunan Sumatera Utara Tahun 1996 – 2010 (%)
Sumber : BPS Sumatera Utara diolah
Perkebunan sebagai salah satu subsektor pertanian mempunyai peranan
penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia, baik pada masa lalu, sekarang
maupun pada masa yang akan datang. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) mencantumkan bahwa
pembangunan pertanian yang didalamnya mencakup perkebunan bertujuan
rakyat, juga bertujuan untuk menunjang pembangunan industri serta meningkatkan
ekspor.
Subsektor perkebunan memberikan peranan terhadap pembangunan ekonomi
dan pembangunan daerah Sumatera Utara, hal ini terlihat pada keragaan sebagai
berikut :
1. Kontribusi terhadap PDRB
Keberadaaan perkebunan di Propinsi Sumatera Utara mempunyai peranan
penting secara ekonomi, dengan indikasi sumbangan Produk Domestrik
Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2010 sebesar 41,07% terhadap sektor
pertanian atau 9,73 % terhadap Propinsi Sumatera Utara.
2. Peranan dalam perkembangan luas lahan dan produksi perkebunan
Luas lahan perkebunan di Sumatera Utara ± 9,44 % dari seluruh luas lahan
perkebunan yang dimiliki Indonesia (17.181.000 Ha), yang penyelenggaranya
adalah rakyat, perkebunan besar swasta dan perkebunan negara. Selama kurun
waktu 1981 – 2010 perkembangan luas lahan perkebunan di Sumatera Utara
mengalami pertumbuhan sebesar 3,98 % per tahun, dengan komoditi utama
adalah kelapa sawit, karet, kakao dan kopi. Hal ini didorong oleh animo petani
pekebun dalam mengembangkan komoditi perkebunan relatif tinggi karena
prospek pasar sangat baik.
Sejalan dengan pertumbuhan luas lahan perkebunan, produksi perkebunan juga
meningkat konsisten dengan laju 4,69% pada tahun 1981 – 2010, dengan total
produksi mencapai 3,735 juta ton pada tahun 2010. Meningkatnya harga-harga
produk perkebunan setiap tahunnya merupakan salah satu faktor peningkatan
3. Peranan dalam Penyerapan Tenaga Kerja
Pembangunan perkebunan yang dilaksanakan telah menciptakan kesempatan
kerja bagi masyarakat di Propinsi Sumatera Utara, sampai saat tahun 2002
mencapai 4.405.950 KK, yang bekerja pada budidaya tanaman perkebunan.
Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan rata-rata 0,65 %
per tahun.
4. Peranan dalam Peningkatan Produktifitas Tanaman Perkebunan.
Produktifitas perkebunan terutama perkebunan rakyat mengalami peningkatan
terutama ditunjukkan oleh lima komoditi yang paling diminati yaitu kelapa
sawit, karet, kakao, kopi dan kelapa. (Hasnudi dan Iskandar, 2005).
Data Ditjen Perkebunan menunjukkan sampai pada tahun 2011 produktifitas
perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara adalah sebesar 275.269,67 kg/ha/thn,
karet sebesar 34.354,26 kg/ha/thn, kakao sebesar 23.093,47 kg/ha/thn dan kopi
sebesar 8.999,50 kg/ha/thn.
Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dalam waktu belakangan
ini telah menjadi perhatian berbagai kalangan. Perdagangan internasional khususnya
ekspor diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam pertumbuhan ekonomi.
Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik
khususnya hasil perkebunan. Komoditas perkebunan Sumatera Utara telah diekspor
ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi
Indonesia.
Hasil dari subsektor perkebunan sebagian besar diekspor sehingga membuat
perkebunan menjadi subsektor andalan dalam menyumbang devisa. Subsektor
sumber penghasil dan penghemat devisa. Komoditi ekspor andalan Sumatera Utara
dari subsektor perkebunan adalah kelapa sawit (palm oil), karet, kakao, kopi, dan
sebagainya yang semuanya merupakan komoditi primadona di pasar dunia.
Ekspor komoditi perkebunan Sumatera Utara yang meliputi komoditi kelapa
sawit, karet, kakao dan kopi terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Nilai
ekspor empat komoditi utama perkebunan Sumatera Utara pada tahun 1981 hanya
sekitar US$ 56 juta sedangkan pada tahun 2010 nilai ekspor telah mencapai angka
US$ 6.628 juta. Perkembangan nilai ekspor ini tentu saja menunjukkan peningkatan
yang menggembirakan.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa sektor perkebunan memiliki arti yang
sangat penting dan strategis dalam mempertahankan dan meningkatkan
pembangunan ekonomi nasional. Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas maka
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang subsektor
perkebunan Sumatera Utara dan menuangkannya dalam tesis yang berjudul :
”Pengaruh Subsektor Perkebunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Apakah nilai produksi komoditi perkebunan memberikan pengaruh terhadap
nilai ekspor komoditi perkebunan Sumatera Utara?
2. Apakah luas lahan perkebunan memberikan pengaruh terhadap nilai ekspor
komoditi perkebunan Sumatera Utara?
3. Apakah nilai kurs memberikan pengaruh terhadap nilai ekspor komoditi
perkebunan Sumatera Utara?
4. Apakah nilai produksi komoditi subsektor perkebunan, luas lahan
perkebunan, dan kurs secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap
nilai ekspor komoditi perkebunan Sumatera Utara?
5. Apakah nilai produksi komoditi perkebunan memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara?
6. Apakah luas lahan perkebunan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi Sumatera Utara?
7. Apakah nilai kurs memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara?
8. Apakah nilai ekspor komoditi perkebunan memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara?
9. Apakah nilai investasi pada subsektor perkebunan memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara?
10.Apakah nilai produksi komoditi perkebunan, luas lahan perkebunan, kurs,
secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh nilai produksi komoditi perkebunan terhadap
nilai ekspor perkebunan Sumatera Utara.
2. Untuk menganalisis pengaruh luas lahan perkebunan terhadap nilai ekspor
perkebunan Sumatera Utara.
3. Untuk menganalisis pengaruh nilai kurs, terhadap nilai ekspor perkebunan
Sumatera Utara.
4. Untuk menganalisis pengaruh nilai produksi komoditi perkebunan, luas lahan
perkebunan, dan kurs secara bersama-sama terhadap nilai ekspor komoditi
perkebunan Sumatera Utara.
5. Untuk menganalisis pengaruh nilai produksi komoditi perkebunan terhadap
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
6. Untuk menganalisis pengaruh luas lahan perkebunan terhadap pertumbuhan
ekonomi Sumatera Utara.
7. Untuk menganalisis pengaruh nilai kurs terhadap pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara.
8. Untuk menganalisis pengaruh ekspor komoditi perkebunan terhadap
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
9. Untuk menganalisis pengaruh nilai investasi pada subsektor perkebunan
10.Untuk menganalisis pengaruh nilai produksi komoditi perkebunan, luas lahan
perkebunan, kurs, nilai ekspor komoditi perkebunan dan investasi pada
subsektor perkebunan secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi
Sumatera.
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat antara lain:
1. Diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah
Daerah khususnya yang berkaitan dengan peningkatan produksi komoditi
perkebunan dan pengembangan wilayah perkebunan di Sumatera Utara.
2. Untuk menambah wawasan, baik penulis maupun pihak lain yang
mempunyai perhatian terhadap perkebunan di Sumatera Utara.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian