• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten Labuhanbatu Utara Setelah Pemekaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten Labuhanbatu Utara Setelah Pemekaran"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

25. Perhitungan Analisis Shift-Share Kecamatan Aek Natas

Tahun 2006-2010 ... 145 26. Perhitungan Analisis Shift-Share Kecamatan Kualuh Hulu

Tahun 2006-2010 ... 148 27. Perhitungan Analisis Shift-Share Kecamatan Kualuh Leidong

Tahun 2006-2010 ... 151

BAB I PENDAHULUAN

(2)

Dalam sistem otonomi daerah, dikenal istilah desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia, sedangkan dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Sementara itu, tugas pembantuan merupakan penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Menurut Sugeng Marganing Budi (2008), beberapa pertimbangan perlunya otonomi daerah adalah pertama, negara ini sangat luas dan sumber daya yang melimpah, maka diperlukan perencanaan pembangunan yang sesuai dengan potensi unggulan/andalan di setiap daerah. Kedua, keharusan untuk mendekatkan pemerintah dalam pelayanan publik pada masyarakat. Selanjutnya, yang lebih strategis lagi adalah dalam rangka pemerataan kesejahteraan secara nasional, infrastruktur perlu lebih tersebar lagi ke seluruh daerah, dimana diperlukan pemerintahan yang mampu menyediakan prasarana tersebut secara cepat dan menyeluruh. Dengan menjadi daerah otonom baru melalui pemekaran, usaha kecil terkait dengan kekhasan daerah akan lebih cepat maju dan berkembang, demikian juga dengan potensi unggulan/andalan daerah akan cenderung menarik pengusaha nasional dan internasional karena adanya kemandirian dalam pengelolaan berbagai kegiatan ekonomi di daerah.

(3)

Salah satu tujuan pemekaran daerah yang baru dibentuk dapat tumbuh, berkembang dan mampu menyelenggarakan otonomi daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik yang optimal guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan dalam memperkokoh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disamping untuk pemerataan pembangunan, serta mendekatkan pelayanan publik pemerintah daerah kepada rakyat, dan untuk pertahanan keamanan negara, adalah juga untuk mendorong tergalinya potensi-potensi daerah yang selama ini tidak pernah terungkap karena tidak terjangkau oleh pemerintahan yang ada.

(4)

Posisi Ibukota pemerintahan menjadi faktor penentu. Hal ini juga nyata terbukti bahwa daerah-daerah pemekaran merupakan daerah tertinggal dan miskin yang dukungan pelayanan publik maupun infrastruktur pendukungnya sangat minim.

Hasil Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah 2001 – 2007 oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bekerjasama dengan United Nations Development Programme (UNDP) yang diterbitkan pada Juli 2008 menunjukkan bahwa, secara umum daerah otonom baru ternyata tidak berada dalam kondisi awal yang lebih baik dibandingkan daerah induk atau daerah kontrol. Bahkan evaluasi setelah lima tahun perjalanannya, daerah otonom baru secara umum masih tertinggal. Lebih lanjut studi ini menunjukkan evaluasi dari berbagai aspek dengan hasil sebagai berikut:

 Dari aspek kinerja perekonomian daerah ditemukan dua masalah utama yang

dapat diidentifikasi yaitu: pembagian potensi ekonomi yang tidak merata, dan beban penduduk miskin yang lebih tinggi. Di sisi keuangan daerah disimpulkan bahwa daerah baru yang terbentuk melalui kebijakan Pemerintahan Daerah menunjukkan kinerja yang relatif kurang optimal dibandingkan daerah kontrol.

 Dari sisi pertumbuhan ekonomi hasil studi menunjukkan bahwa daerah

otonom baru lebih fluktuatif dibandingkan daerah induk yang relatif stabil dan meningkat. Diketahui bahwa daerah pemekaran telah melakukan upaya perbaikan kinerja perekonomian, namun karena masa transisi membutuhkan proses maka belum semua potensi ekonomi dapat digerakkan.

 Dari sisi pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat di

(5)

meskipun kesejahteraan daerah otonom baru telah realatif sama dengan daerah-daerah kabupaten lainnya. Dari sisi ekonomi, ketertinggalan daerah otonom baru terhadap daerah induk maupun daerah lainnya pada umumnya disebabkan keterbatasan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia, selain dukungan pemerintah yang belum maksimal dalam mendukung bergeraknya perekonomian melalui investasi publik.

 Di sisi keuangan daerah disimpulkan bahwa peran anggaran pemerintah

daerah pemekaran dalam mendorong perekonomian, relatif kurang optimal dibandingkan daerah kontrol. Di sisi pelayanan publik kinerja daerah otonom baru masih berada di bawah daerah induk. Kinerja pelayanan publik daerah otonom baru dan daerah induk secara umum masih di bawah kinerja pelayanan publi di daerah kontrol maupun rata-rata kabupaten. Kinerja aparatur pemerintah daerah otonom baru dan induk menunjukkan fluktuasi meskipun dalam dua tahun terakhir porsi daerah induk masih lebih baik dari pada daerah otonom baru. Jumlah aparatur cenderung meningkat selama lima tahun pelaksanaan kebijakan pemekaran, namun acap ditemukan masih rendahnya kualitas aparatur di daerah otonom baru.

(6)

250 Daerah Kabupaten/Kota dan 27 Provinsi, namun kini setelah pemerintahan Orde Baru berakhir, ada sekitar 510 Kabupaten/Kota dan 33 Pronvisi (Budi, 2008). Di Provinsi Sumatera Utara sendiri, pada tahun 1997 terdapat 18 Kabupaten/Kota namun kini telah berkembang menjadi 33 Kabupaten/Kota dan salah satunya adalah Kabupaten Labuhanbatu Utara (Sihotang, 2009).

Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu. Kabupaten Labuhanbatu Utara dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara di Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah 3.545,80 kilometer persegi.

Kabupaten Labuhanbatu Utara terdiri atas 8 kecamatan dan 90 desa. Adapun nama-nama kecamatan tersebut adalah: Kecamatan NA IX-X, Kecamatan Aek Kuo, Kecamatan Kualuh Selatan, Kecamatan Kualuh Hilir, Kecamatan Merbau, Kecamatan Aek Natas, Kecamatan Kualuh Hulu, Kecamatan Kualuh Leidong.

Untuk memenuhi dasar hukum pembentukan daerah otonom baru, maka pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara telah memiliki 7 (tujuh) persyaratan/kriteria, yang terdiri dari 19 (sembilan belas) indikator dan 43 (empat puluh tiga) sub indikator dimana atas hasil pengkajian dan penelitian oleh Tim Pengkajian Pemekaran Kabupaten Labuhanbatu tahun 2005 menunjukkan total skor kelulusan lebih besar dari skor minimal kelulusan dan dinyatakan “layak” dan “lulus” sebagaimana disyaratkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

(7)

Pertimbangan dibentuknya Kabupaten Labuhanbatu Utara yakni untuk memacu perkembangan dan kemajuan Provinsi Sumatera Utara pada umumnya dan Kabupaten Labuhanbatu pada khususnya, serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang diatasi dengan memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah otonom baru sehingga pelayanan publik dapat ditingkatkan guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Dari sisi pembangunan ekonomi, terlihat bahwa perkembangan pendapatan regional bruto calon wilayah Labuhanbatu Utara sebelum dimekarkan dari Labuhanbatu (induk) mengalami perkembangan yang pesat dan relatif tinggi dari tahun ke tahun. Kondisi ini dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Kabupaten Labuhanbatu Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000 – 2003 (Juta)

No Calon Daerah Otonom Tahun

2000 2001 2002 2003

1 Labuhanbatu Utara 2.152.315,90 2.347.463,32 2.549.655,67 2.797.167,53

2 Labuhanbatu (induk) 2.550.194,03 2.781.416,50 3.020.986,22 3.314.253,23

3 Labuhanbatu Selatan 2.060.971,58 2.247.836,95 2.441.448,25 2.678.455,70

Labuhanbatu sebelum

dimekarkan 6.673.481,52 7.376.716,77 8.012.090,14 8.789.876,46

Sumber: BPS Labuhanbatu dalam Kajian Pemekaran Labuhanbatu 2005

(8)

Rp.2.152.315,90 (juta), meningkatan menjadi Rp.2.797.167,53 (juta) pada tahun 2003.

Lebih lanjut, untuk melihat peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh penduduk dapat dilihat melalui PDRB per kapita. Perkembangan PDRB per kapita calon wilayah daerah otonom baru Labuhanbatu dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.2. Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Labuhanbatu Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000 – 2003

No Calon daerah Otonom Baru Tahun

2001 2002 2003

1 Labuhanbatu Utara 7,60 8,21 9,05

2 Labuhanbatu (Induk) 8,76 9,40 9,16

3 Labuhanbatu Selatan 10,50 11,15 11,17

Labuhanbatu sebelum dimekarkan 8,60 9,221 9,62

Sumber: BPS Labuhanbatu dalam Kajian Pemekaran Labuhanbatu 2005

Dari Tabel 1.2. di atas, dapat dilihat pertumbuhan PDRB per kapita calon daerah otonom baru Kabupaten Labuhanbatu Utara kurun waktu tahun 2001-2003 sebelum pemekaran mengalami pertumbuhan rata-rata 9,00 persen lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Labuhanbatu sebelum pemekeran dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 5, 75 persen.

Bila dilihat dari kinerja perekonomian daerah, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Labuhanbatu selama periode 2000 – 2003 dapat disajikan pada tabel berikut ini:

(9)

No Calon daerah Otonom Baru Tahun

2001 2002 2003

1 Labuhanbatu Utara 4.96 5,75 4,58

2 Labuhanbatu (Induk) 5,30 5,40 4,92

3 Labuhanbatu Selatan 5,07 5,65 4,68

Labuhanbatu sebelum dimekarkan 5,12 5,50 4,74

Sumber: BPS Labuhanbatu dalam Kajian Pemekaran Labuhanbatu 2005

Dari Tabel 1.3. di atas terlihat bahwa selama periode 2000 – 2003 Kabupaten Labuhanbatu terus mengalami pertumbuhan ekonomi. Demikian juga halnya dengan calon daerah otonomi baru yakni Labuhanbatu Utara dan Labuhanbatu Selatan.

Dari uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam tesis yang berjudul “Analisis Pertumbuhan

Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten Labuhanbatu Utara Setelah Pemekaran”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian yakni:

1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Labuhanbatu Utara setelah pemekaran?

2. Sektor perekonomian apakah yang menjadi unggulan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Labuhanbatu Utara?

(10)

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Menganalisis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Labuhanbatu Utara setelah pemekaran.

2. Menganalisis sector unggulan di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi Pemerintah daerah, peneliti dan lainnya. Manfaat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara, terutama bagi para pengambil keputusan, perencana dan pelaksana pembangunan daerah dalam membuat rencana kebijakan pembangunan wilayah terutama dalam rangka peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Labuhanbatu Utara.

b. Sebagai bahan yang dapat menambah pengetahuan dalam bidang ekonomi regional terutama mengenai dampak pemekaran wilayah, sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah di daerah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gambar

Tabel 1.1.  Perkembangan PDRB Kabupaten Labuhanbatu

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, nilai S/D o dan rasio H/D o (H adalah tinggi profil IWF semula) yang disarankan sedikit berbeda, dari hasil yang didapatkan nilai rasio H/D o

Orang memerlukan kata sebagai wakil dari apa yang ada dalam pikirannya untuk disampaikan kepada orang lain.” Dengan demikian, segala macam interaksi dan konflik yang

Penjelasan untuk grafik hubungan diatas, lebih lengkapnya dapat dilihat pada grafik – grafik berikut ini : 4.4.1 Grafik Hubungan Antara Daya dan Torsi Untuk Kincir Angin dengan

Laporan-laporan yang bisa ditampilkan seperti laporan penghasilan (omset) ekspor dan impor, laporan berapa banyak pemesanan dan pengiriman dalam periode waktu tertentu, dan

• Akan dilakukan penilaian terhadap sebuah bandar udara internasional yang direncanakan menggunakan perkerasan flexible untuk daerah. runway (panjang 2km dan lebar 45km) dan

Berdasarkan perjanjian-perjanjian tersebut, Perusahaan akan membayar premi per tahun kepada PFIL masing-masing sebesar 10% dan 9,6% dari pinjaman yang telah dikonversikan ke dalam

Proses pengadaan material dapat dilakukan dengan lebih cepat pada setiap project yang diterima karena data Project, MPR, RAB dan data material selalu update dan terintegrasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba yaitu faktor ketidaktahuan sebanyak 80% atau sangat mempegaruhi, faktor