• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA

OLEH

NURRAHIMAH 150501003

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh pihak Universitas Sumatera Utara.

Medan,________________

Penulis,

Nurrahimah 150501003

(5)

i ABSTRAK

PENGARUH SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel investasi industri, ekspor industri, tenaga kerja industri, dan total output industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara.

Data yang digunakan adalah data time series tahun 2002-2016 yang bersumber dari Kantor Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (BPS Sumut), dan ditunjang oleh data pustaka. Untuk menganalisis hipotesis I yaitu pengaruh investasi industri, ekspor industri, dan tenaga kerja industri terhadap total output industri sebagai variabel antara (variabel intervening) dan hipotesis II yaitu investasi industri, ekspor industri, tenaga kerja industri, dan total output industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara, digunakan metode analisis jalur (path analysis) untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi industri, ekspor industri, tenaga kerja industri, total output industri secara serempak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, dimana investasi industri memiliki nilai pengaruh langsung lebih besar dibandingkan nilai pengaruh tidak langsung yaitu (4.39 > 0.907), hasil ini menunjukkan bahwa secara langsung Investasi industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kemudian ekspor industri juga memiliki nilai pengaruh langsung lebih besar dibandingkan nilai pengaruh tidak langsung (1.471 > 0.981), hasil ini menunjukkan bahwa ekspor industri secara tidak langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan tenaga kerja industri juga memiliki nilai pengaruh langsung lebih besar dibandingkan nilai pengaruh tidak langsung (0.259 > 0.003), hasil ini menunjukkan bahwa Tenaga Kerja industri secara tidak langsung juga berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Pertumbuhan ekonomi, dimana nilai thitung variabel tenaga kerja industri adalah 1.290 < nilai ttabel 1.782. Kemudian variabel investasi industri, ekspor industri, dan tenaga kerja industri berpengaruh positif terhadap total output sebagai variabel perantara (variabel intervening) nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan tenaga kerja tidak signifikan karna nilai signifikansi 0,000 > 0,05.

Kata Kunci : Investasi Industri, Ekspor Industri, Tenaga Kerja Industri, Total Output Industri, Pertumbuhan Ekonomi

(6)

ii ABSTRACT

THE EFFECT OF INDUSTRIAL SECTORS ON ECONOMIC GROWTH IN NORTH SUMATERA

The purpose of this study was to determine the effect of variable industrial investment, industrial exports, industrial labor, and total industrial output on economic growth in North Sumatra Province.

The data used is the time series data from 2002-2016 sourced from the Office of the Central Statistics Agency of North Sumatra (BPS North Sumatra), and supported by library data. To analyze hypothesis I, namely the influence of industrial investment, industrial exports, and industrial labor on total industrial output as an intermediate variable (intervening variable) and hypothesis II namely industrial investment, industrial exports, industrial labor, and total industrial output on economic growth in Sumatra North, path analysis method is used to determine the direct and indirect effects of a set of independent variables (exogenous) on the dependent variable (endogenous).

The results showed that industrial investment, industrial exports, industrial labor, total industrial output simultaneously had a significant effect on economic growth with a significance value of 0,000 <0,05, where industrial investment has a greater direct effect than the value of indirect influence (4.39 >

0.907), this result shows that directly industrial investment has a positive and significant effect on economic growth. Then industrial exports also have a greater direct effect than the indirect effect (1,471> 0.981), this result indicates that industrial exports indirectly have a positive and significant effect on economic growth. And industrial labor also has a value of direct influence greater than the value of indirect influence (0.259> 0.003), these results indicate that industrial labor indirectly also has a positive but not significant effect on economic growth, where the value of the industrial workforce is 1,290 <ttable value 1.782.

Keywords: Industrial Investment, Industrial Exports, Industrial Labor, Industrial Total Output, Economic Growth

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pada sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Selain itu, penulisan skripsi ini juga diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua penulis yang tercinta Ayahanda Kamaruddin dan Ibunda Nur Aisyah yang telah memberikan dukungan berupa doa, nasihat, maupun materi dalam proses perkuliahan dan juga penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan.

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nst, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan.

(8)

iv

4. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si., selaku dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis mulai dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si., selaku dosen penguji 1 yang telah memberikan petunjuk, saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Rujiman, MA., selaku dosen penguji 2 yang telah memberikan petunjuk, saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

7. Dosen Pengajar dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

8. Saudara kandung tercinta, Kakak Hairunnisyah, SP., serta kedua abang penulis Ikhwanuddin, S.Si, M.Si., dan Ahmad Ramadhan, S.Agt., yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat penulis, Kanari, Faradiba, Tamara, Sabrina, Rynda, Anggi, Fitra, Vierza, Handi, Bang Fahriza, Bang Bakkara, dan Bang Azwar yang selalu mendukung dan memberikan kritik serta sarannya juga selalu menyemangati dan membantu proses penyusunan skripsi ini.

10. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan angkatan 2015 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah mendukung dan memberikan kritik dan sarannya selama pengerjaan skripsi ini.

(9)

v

11. Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, dan dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.

Akhirul kalam, seperti pepatah lama mengatakan “tak ada gading yang tak retak”, begitu juga dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari akan adanya kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Kepada Allah SWT penulis memohon ampun, Taufiq dan Hidayah-Nya, semoga usaha ini senantiasa dalam keridhaannya. Amin.

Medan, Februari 2019 Penulis,

Nur Rahimah NIM: 150501003

(10)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri ... 12

2.1.1 Definisi Industri ... 12

2.1.2 Klasifikasi Industri ... 13

2.1.3 Strategi Pengembangan Industri ... 16

2.1.4 Pola Pengembangan Industri ... 19

2.1.5 Permasalahan dalam Industri ... 21

2.2 Pertumbuhan Ekonomi ... 23

2.2.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi ... 23

2.2.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi ... 25

2.2.3 Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi ... 26

2.3 Investasi ... 29

2.3.1 Definisi Investasi ... 29

2.3.2 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ... 31

2.3.3 Penanaman Modal Asing (PMA) ... 32

2.3.4 Hubungan Investasi terhadap PDRB Sektor Industri ... 33

2.4 Tenaga Kerja ... 33

2.4.1 Hubungan Tenaga Kerja dan PDRB Sektor Industri ... 35

2.5 Ekspor ... 35

2.6 Total Nilai Output/ Total Produksi ... 36

2.7 Penelitian Terdahulu ... 37

2.8 Kerangka Konseptual ... 38

2.9 Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Lokasi Penelitian ... 42

(11)

vii

3.3 Definisi Operasional ... 42

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 44

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.6 Teknik Analisis Data ... 44

3.7 Metode Analisis Data ... 44

3.7.1 Analisis Jalur (Path Analysis) ... 45

3.7.2 Model Dekomposisi Pengaruh Kausal Antar Variabel ... 46

3.7.2.1 Direct Causal Effect ... 47

3.7.2.2 Indirect Causal Effect ... 48

3.7.2.3 Total Effect ... 49

3.8 Uji Hipotesis ... 50

3.8.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 50

3.8.2 Uji t-statistik ... 50

3.8.3 Uji F-statistik ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Wilayah ... 53

4.1.1 Letak Geografis ... 53

4.1.2 Luas dan Batas Wilayah Administrasi ... 54

4.1.3 Iklim ... 56

4.2 Keadaan Penduduk ... 56

4.2.1 Jumlah Penduduk ... 56

4.3 Nilai Output Sumatera Utara ... 58

4.4 Ekspor Sumatera Utara ... 59

4.5 Tenaga Kerja Sumatera Utara ... 61

4.6 Investasi Sumatera Utara ... 61

4.7 Hasil dan Analisis ... 62

4.7.1 Analisis Struktur Pertama ... 62

4.7.2 Analisis Sruktur Kedua ... 70

4.7.3 Pengaruh Langsung dan Interprestasi ... 79

4.7.4 Pengaruh Tidak Langsung dan Interprestasi ... 82

4.7.5 Pengaruh Total (Total Effect) dan Interprestasi ... 84

4.8 Pembahasan/ Interpretasi ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 90

5.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN

(12)

viii

DAFTAR TABEL

1.1 Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Konstan (%) Tahun 2014 – 2016... . 5

1.2 Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto menurut Lapangan Usaha Aatas Dasar Harga Berlaku (%) Tahun 2014-2016 ... . 7

2.1 Perbedaan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi ... . 26

4.1 Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota 2017 ... 55

4.2 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga menurut Kota/Kabupaten 2017 ... 57

4.3 Nilai Output Industri Besar dan Sedang menurut Golongan Industri (milyar rupiah) 2013 – 2016 ... 58

4.4 Ekspor Sumatera Utara menurut Kelompok Barang Ekonomi (Juta US$) Tahun 2013 – 2017 ... 59

4.5 Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin (2014) ... 61

4.6 Realisasi Investasi PMDN menurut Provinsi (Milyar Rupiah) ... 62

4.7 Model Summary (Struktur Pertama) ... 62

4.8 Anova (strusktur pertama) ... 63

4.9 Coefficients (struktur pertama) ... 65

4.10 Correlations (struktur pertama) ... 68

4.11 Model Summary (Struktur kedua) ... ... 70

4.12 Anova (strusktur kedua) ... ... 71

4.13 Coefficients (struktur kedua) ... ... 73

4.14 Correlations (struktur kedua) ... ... 77

No. Tabel Judul Halaman

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Hubungan Ekspor dan PDRB sektor industri ... 36

2.2 Kerangka Konseptual ... 39

3.1 Kurva Normal Uji-T ... 51

3.2 Kurva Distribusi F-Statistik ... 52

4.1 Bagan Korelasi Antar Variabel Struktur Pertama ... 67

4.2 Bagan Korelasi Antar Variabel Struktur Kedua ... 76

4.3 Kerangka Hasil ... 86

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis Struktur Pertama Lampiran 2 Analisis Struktur kedua

Lampitan 3 Data PDRB, Output, Investasi, Ekspor, dan Tenaga Kerja di Sumatera Utara (2002-2016)

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi ini, sektor perindustrian di seluruh dunia sangat berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan teknologi dalam bidang perindustrian yang semakin lama semakin canggih. Pada beberapa negara yang tergolong maju, peranan sektor industri lebih dominan dibandingkan sektor pertanian. Sektor industri memegang peranan kunci sebagai mesin pembangunan, karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain yaitu dengan nilai kapasitas modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, dan juga kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap input yang dapat menuju pada taraf ekspor.

Pada negara-negara berkembang, peranan sektor industri juga menunjukkan kontribusi yang semakin tinggi. Kontribusi yang semakin tinggi dari sektor indusri menyebabkan perubahan struktur perekonomian negara yang bersangkutan secara perlahan ataupun secara cepat dari sektor pertanian ke sektor industri.

Di beberapa daerah di Indonesia, industri sudah berkembang pesat dan mampu mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerahnya. Adanya pertumbuhan ekonomi, maka akan mencapai tujuan pembangunan nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merata untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Sesuai isi GBHN 1990 pada UUD 1945

(16)

2

disebutkan bahwa pembangunan Indonesia merupakan bagian dari usaha jangka panjang dalam upaya mempercepat tercapainya struktur ekonomi dengan titik berat industri, baik itu undustri kecil dan industri besar yang maju didukung oleh rencana yang tangguh (Hastina Febrianti, 2007).

Dalam UU No.22 dan No.25 tahun 1999 tentang otonomi daerah di Indonesia, pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat. Otonomi daerah memberi kebebasan kepada daerah untuk merencanakan dan mengelola kegiatan ekonomi sendiri. Sehingga, setiap daerah harus mengembangkan potensi ekonomi yang dimilikinya. Potensi ekonomi tersebut tergambar dari kontribusi dari setiap lapangan usaha atau sektor yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Adapun pertumbuhan ekonomi daerah dapat bersumber dari peningkatan modal melalui investasi dan tabungan masyarakat, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja melalui pertumbuhan angkatan kerja dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan, dan adanya penyempurnaan teknologi dalam proses produksi yang akan menghasilkan nilai output suatu produksi. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam mencerminkan kesejahteraan penduduk dalam skala daerah.

Dalam buku teori makro ekonomi (Syahrir Hakim dan Rahmat Sumanjaya:2016), mengatakan bahwa investasi merupakan salah satu komponen dari pendapatan nasional. Keberadaan investasi berorientasi kepada private benefit semata-mata mendapatkan keuntungan sehingga kegiatan

(17)

3

investasi perlu mempertimbangkan apakah masyarakat pengguna dapat memanfaatkan output yang dihasilkan oleh perusahaan. Tingkat pendapatan masyarakat digunakan sebagai tolak ukur agar produk yang dihasilkan dapat dikonsumsi. Adapun investasi pemerintah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus memacu pertumbuhan ekonomi. Sehingga pengaruh investasi terhadap perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari pendapatan nasional negara tersebut. Secara umum dikatakan, apabila investasi naik maka GDP juga naik. Atau sebaliknya, jika investasi turun maka GDP juga turun.

Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi.

Sehingga, dengan penanaman modal dalam industri akan meningkatkan produksi yang tinggi, dan kemudian akan menghasilkan nilai output yang dapat juga memenuhi kebutuhan nasional maupun internasional. Dengan adanya jalinan perdagangan internasional, maka lebih mudah dalam menjual barang ke taraf internasional seperti ekspor yang dapat memberikan kontribusi langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi.

Di Sumatera Utara, Menurut Saidun (2006) dalam penelitiannya mengatakan bahwa daerah Sumatera Utara memiliki penambahan nilai tambah sektor industri dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB), maka sektor industri merupakan salah satu sektor yang berpengaruh penting yang cukup menarik untuk diikuti perkembangan perekonomiannya.

Menurut Yusnanto (2010), Sektor industri mempunyai peranan sebagai sektor pemimpin (leading sectors). Dengan adanya leading sector,

(18)

4

pembangunan industri akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor- sektor lainnya seperti sektor pertanian dan sektor jasa. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri serta sektor jasa juga berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/periklanan, dan sebagainya, yang akan mendukung pertumbuhan industri (Prayaman J. Simanjuntak, 1998).

Seperti yang diungkapkan diatas, keadaan tersebut menyebabkan meluasnya peluang kerja yang ada dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan serta permintaan masyarakat (daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan daya beli (permintaan) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh dan sehat. Sehingga industri berperan penting dalam perkembangan struktural pada suatu perekonomian. Tolak ukur yang terpenting yaitu sumbangan sektor industri pengolahan (manufacturing) terhadap PDB, jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor industri, penanaman modal (investasi), dan sumbangan komoditi industri terhadap ekspor barang dan jasa.

Sektor industri di Sumatera Utara yang apabila dilihat dari agregat pembentuk PDRB merupakan sektor yang memegang peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara, selain pada sektor pertanian yang memberikan kontribusi pertama terhadap PDRB sebesar 24.86% , hal ini dikarenakan tidak terlepas dari wilayah Indonesia yang agraris.

Sementara itu sektor industri juga tetap menjadi andalan bagi Sumatera Utara dalam peningkatan ekonomi masyarakat dengan tingkat pastrisipasi PDRB

(19)

5

sebesar 19.39%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa struktur perekonomian Sumatera Utara adalah sektor industri yang ditopang oleh sektor pertanian.

Tabel 1.1

Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (%) Tahun 2014 – 2016

Lapangan Usaha 2014 2015*) 2016**)

Pertanian Kehutanan dan Perikanan 24.85 24.94 24.86

Pertambangan dan Penggalian 1.31 1.32 1.32

Industri Pengolahan 19.8 19.52 19.39

Pengadaan Listrik dan Gas 0.14 0.13 0.13

Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah

dan Daur Ulang 0.09 0.1 0.1

Konstruksi 12.25 12.3 12.35

Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 17.59 17.47 17.57

Transportasi dan Pergudangan 4.55 4.57 4.61

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.2 2.24 2.27

Informasi dan Komunikasi 2.46 2.51 2.57

Jasa Keuangan dan Asuransi 3.1 3.17 3.13

Real Estate 4.08 4.11 4.14

Jasa Perusahaan 0.87 0.88

Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 3.3 3.32 3.22

Jasa Pendidikan 2.02 2.02 2.01

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.9 0.92 0.94

Jasa lainnya 0.49 0.49 0.5

PDRB 100 100 100

PDRB Tanpa Migas 99.85 99.86 99.86

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Keterangan : * ) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Dari tabel data diatas maka dapat dilihat PDRB Provinsi Sumatera Utara untuk sektor industri dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan, industri Pertanian Kehutanan dan

(20)

6

Perikanan berada pada urutan yang pertama yaitu pada tahun 2014 sebesar 24,85% kemudian di tahun 2015 naik menjadi 24,94% dan pada tahun 2016 masih berada di persentase yang sama walaupun sedikit menurun yaitu sebesar 24,85%.

Kemudian yang kedua disusul oleh industri pengolahan. Industri pengolahan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014, industri pengolahan berada pada persentase 19,8%. Kemudian di tahun 2015, industri pengolahan naik menjadi 19,52 dan pada tahun 2016 sebesar 19,39%. Kemudian yang terakhir, persentase industri yang terendah terdapat pada Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang. Di tahun 2014, persentase industri ini sebesar 0,9 dan di tahun 2015 serta di tahun 2016 menurun sebesar 0,1%. Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa PDRB Sumatera Utara untuk sektor industri terus mengalami peningkatan meskipun terjadi sedikit penurunan pada distribusinya.

Dan apabila dilihat pada Dari tabel 1.2 data maka dapat dilihat PDRB Provinsi Sumatera Utara untuk sektor industri dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku, industri Pertanian Kehutanan dan Perikanan tetap berada pada urutan yang pertama namun mengalami penurunan disetiap tahunnya yaitu pada tahun 2014 sebesar 23,26%

kemudian di tahun 2015 menjadi 22,02% dan pada tahun 2016 menurun yaitu sebesar 21,65%. Kemudian yang kedua disusul oleh industri pengolahan. Industri pengolahan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014, industri pengolahan berada pada persentase 19,97%. Kemudian di tahun 2015, industri pengolahan naik menjadi 20,21% dan pada tahun 2016 sebesar 19,98%. Dari tabel

(21)

7

diatas dapat dikatakan bahwa PDRB Sumatera Utara untuk sektor industri terus mengalami peningkatan meskipun terjadi sedikit penurunan pada distribusinya.

Tabel 1.2

Distribusi Persentasi Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (%) Tahun 2014 – 2016

Lapangan Usaha 2014 2015*) 2016**)

Pertanian Kehutanan dan Perikanan 23,26 22,02 21,65

Pertambangan dan Penggalian 1,32 1,34 1,35

Industri Pengolahan 19,97 20,21 19,98

Pengadaan Listrik dan Gas 0.12 0.11 0.1

Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah

dan Daur Ulang 0,1 0,1 0,11

Konstruksi 13,31 13,61 13,4

Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 17,17 17,41 17,89

Transportasi dan Pergudangan 4,96 4,99 5,07

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,35 2,41 2,38

Informasi dan Komunikasi 1,97 1,95 1,94

Jasa Keuangan dan Asuransi 3,27 3,35 3,3

Real Estate 4,37 4,5 4,73

Jasa Perusahaan 0,93 0,95 1

Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 3,61 3,71 3,64

Jasa Pendidikan 1,9 1,88 1,94

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,88 0,93 0,95

Jasa lainnya 0,52 0,53 0,56

PDRB 100 100 100

PDRB Tanpa Migas 99.86 99.87 99.89

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Keterangan : * ) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Pertumbuhan sektor industri merupakan prioritas utama dalam pertumbuhan ekonomi. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang memegang peranan sangat penting dalam perekonomian di Sumatera Utara.

Sebab, sektor industri mampu memimpin sektor-sektor lain menuju kearah

(22)

8

perekonomian yang modern. Dengan demikian, sektor industri mampu memodernisasikan perekonomiannya dan menjadi salah satu industri baru di bidang agro industri. Hal ini penting, karena banyak negara sedang berkembang yang kurang menyadari bahwa memajukan sektor industri harus seiring dengan sektor-sektor lainnya, dan utamanya ialah sektor pertanian. Dengan sektor pertanian yang sangat maju akan diperlukan oleh sektor industri, baik sebagai penyedia bahan baku industri, maupun sebagai pasar hasil produk industri.

Dengan demikian, kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah dapat mewujudkan mekanisme saling mendukung antara sektor industri dengan sektor-sektor lainnya, terutama sektor pertanian.

Berdasarkan uraian diatas, penting diteliti tentang “ PENGARUH

SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI

SUMATERA UTARA”. Untuk memberikan gambaran adanya pengaruh sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi. variabel-variabel yang dianalisis dalam tulisan ini adalah pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen dan sektor industri sebagai veriabel independen yang tercermin dari pertumbuhan nilai output sektor industri, pertumbuhan ekspor sektor industri, pertumbuhan jumlah tenaga kerja sektor industri, dan pertumbuhan investasi sektor industri. Oleh karena itu, dengan adanya gambaran tersebut dapat memberikan acuan bahwa adanya pengaruh sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

(23)

9 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh investasi industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara?

2. Bagaimana pengaruh ekspor industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara?

3. Bagaimana pengaruh tenaga kerja industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara?

4. Bagaimana pengaruh total nilai output industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara?

5. Bagaimana pengaruh investasi industri terhadap total nilai output industri di Sumatera Utara?

6. Bagaimana pengaruh ekspor industri terhadap total nilai output industri di Sumatera Utara?

7. Bagaimana Pengaruh tenaga kerja industri terhadap total nilai output industri di Sumatera Utara?

8. Bagaimana pengaruh total nilai output industri sebagai Variabel Intervening antara investasi industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara?

(24)

10

9. Bagaimana pengaruh total nilai output industri sebagai Variabel Intervening antara ekspor industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara?

10. Bagaimana pengaruh total nilai output industri sebagai Variabel Intervening antara tenaga kerja industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh investasi industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh ekspor industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tenaga kerja industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh total nilai output industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh investasi industri terhadap total nilai output industri di Sumatera Utara.

6. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh ekspor industri terhadap total nilai output industri di Sumatera Utara.

(25)

11

7. Untuk mengetahui bagaimana tenaga kerja industri terhadap total nilai output industri di Sumatera Utara.

8. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh total nilai output industri sebagai Variabel Intervening antara investasi industri terhadap pertumbuhaan ekonomi di Sumatera Utara.

9. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh total nilai output industri sebagai Variabel Intervening antara ekspor industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

10. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh total nilai output industri sebagai Variabel Intervening antara tenaga kerja industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis, penelitian ini sebagai sarana untuk mempraktekkan dan mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan, juga sebagai sarana untuk belajar dan menambah ilmu pengetahuan.

2. Bagi pembaca atau peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang akan meneliti masalah yang sama atau yang berkaitan dengan masalah ini.

3. Bagi pemerintah, hasil penelitian berguna dalam mengidentifikasi serta diharapakan dapat memberikan masukkan yang berguna dalam pengembangan sektor Industri terutama di Sumatera Utara.

(26)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri

2.1.1 Definisi Industri

Sektor Industri merupakan sektor yang menjadi mesin pertumbuhan bagi sebuah perekonomian. Industiralisasi dianggap sebagai strategi sekaligus obat bagi banyak Negara. Sebagai strategi, industrialisasi dianggap suatu proses linier yang harus dilalui dengan sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan berurutan dalam transformasi struktur ekonomi di banyak Negara. Industrialisasi dipandang ampuh dalam mengatasi masalah keterbelakangan, kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran (Kuncoro, 2007).

Industri memiliki dua pengertian, pertama adalah pengertian secara umum yaitu perusahaan yang menjalankan operasi dalam bidang kegiatan ekonomi yang tergolong ke dalam sektor sekunder. Pengertian kedua adalah pengertian yang dipakai dalam teori ekonomi yaitu kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang yang sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar (Sukirno, 1995).

Proses industrialisasi dan pertumbuhan industri merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat dengan tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain industri merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat.

Dalam Undang Undang Perindustrian Nomor 5 Tahun 1984, disebutkan bahwa industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan

(27)

13

nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan rancangan bangun dan perekayasaan industri.

Dengan adanya kegiatan ekonomi yang luas, maka jumlah dan macam industri juga akan berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, maka makin banyak pula jumlah dan macam industri, serta makin kompleks sifat kegiatan dan usaha tersebut. Adapun menurut kriteria UNIDO (United Natians for Industry Development Organization) Negara-negara industri dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kelompok Negara non-industri (non-industry country) apabila sumbangan sektor industri terhadap PDB kurang dari 10 persen.

2. Kelompok Negara dalam proses industrialisasi (industrializing country) apabila sumbangan tersebut antara 10-20 persen.

3. Kelompok negara semi industri (semi industrialized country) jika sumbangan tersebut antara 20-30 persen.

4. Kelompok Negara industri (industry country) jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen.

2.1.2 Klasifikasi Industri

Menurut Badan Pusat Statistik (dalam, Direktori Industri Besar dan Sedang Provinsi Sumatera Utara), membagi industri berdasarkan banyaknya tenaga kerja yang dimiliki terdapat 4 kelompok industri:

1. Industri besar, memiliki tenaga kerja 100 orang atau lebih.

2. Industri sedang, memiliki tenaga kerja antara 20–99 orang.

(28)

14

3. Industri kecil, memiliki tenaga kerja antara 5–19 orang.

4. Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1–4 orang.

Berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 257/MPP/Kep/7/1997, industri diklasifikasikan menurut besarnya jumlah investasi, sebagai berikut:

1. Industri kecil dan menengah, merupakan jenis industri yang memiliki investasi sampai dengan Rp. 5.000.000.000,00.

2. Industri besar, yaitu industri yang investasinya lebih dari Rp.5.000.000.000,00

Wigjosoebroto dalam Sutanta (2010) mengklasifikasikan jenis-jenis industri berdasarkan pada aktifitas-aktifitas umum yang dilaksanakan, sebagai berikut:

1. Industri penghasil bahan baku (the primary row-material industri), yaitu industri yang aktifitas produksinya mengolah sumber daya alam guna menghasilkan bahan baku maupun bahan tambahan lainnya yang dibutuhkan oleh industri penghasil produk atau jasa.

Industri tipe ini umum dikenal sebagai “ekstrative/ primary industry”. Contoh: industri perminyakan, industri pengolah bijih besi, dan lain-lain.

2. Industri manufaktur (the manufacturing industries), adalah industri yang memproses bahan baku guna dijadikan bermacam-macam bentuk/model produk, baik yang berupa produk setengah jadi (semi

(29)

15

manufactured) ataupun yang sudah berupa produk jadi (finished goods product). Disini akan terwujud suatu transformasi proses baik secara fisik ataupun kimiawi terhadap input material dan akan memberi nilai tambah yang lebih tinggi terhadap material tersebut.

Contoh: industri permesinan, industri mobil, industri tekstil, dan lain-lainnya.

3. Industri penyalur (distribusution industries), adalah industri yang memiliki fungsi untuk melaksanakan proses distribusi baik untuk row material maupun finished goods product. Row materials maupun finished goods product (manufactured goods) akan didistribusikan dari produsen ke produsen yang lain dan dari produsen ke konsumen. Operasi kegiatan ini meliputi aktifitasaktivitas buying dan selling, storing, sorting, grading, packaging, dan moving goods (transportasi).

4. Industri pelayanan/jasa (service industries), adalah industri yang bergerak dibidang pelayanan atau jasa, baik untuk melayani dan menunjang aktivitas industri yang lain maupun langsung memberikan pelayanan/jasa kepada konsumen. Contoh : bank, jasa angkutan, rumah sakit, dan lain-lainnya.

(30)

16 2.1.3 Strategi Pengembangan Industri

Dalam mengembangkan strategi industri, terdapat 2 hal dalam pengembangannya yaitu:

1. Strategi Industri Substitusi Impor (ISI)

Salah satu strategi industrialisasi yang dilaksanakan di indonesia, sejak zaman pemerintahan ORBA adalah industri substitusi impor (ISI). ISI menghasilhan barang-barang baru didalam negeri yang semula di impor setelah substitusi impor ini berhasil, yang kemudian sebagian hasil produknya diekspor.

Jadi substitusi impor ini memegang peranan penting dalam mengenalkan barang- barang baru yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan sendiri. Berikut alasan penting ISI pada suatu negara yaitu:

a. ISI dilakukan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa.

Seperti diketahui, hampir semua di Negara Sedang Berkembang (NSB) sering kali mengalami kekurangan devisa. Oleh karena itu devisa yang sedikit dimiliki harus digunakan secara efektif dan efisien.

b. Dengan adanya ISI, biasanya pemerintah melakukan proteksi terhadap dengan cara pembatasan barang impor tersebut yang akan mengurangi jumlah barang-barang impor, sementara permintaan barang-barang dalam negeri itu masih tetap besar, sehingga pada akhirnya para pengusaha dalam negeri terdorong untuk meningkatkan barang produksi barang- barang yang terkena pembatasan impor tersebut, dengan kata lain ISI ini bisa merangsang kegiatan ekonomi para pengusaha didalam negeri.

(31)

17

c. ISI bisa dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan sendiri akan berbagai barang industri dalam bidang ekonomi.

d. Alasan lain bagi ISI adalah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dalam negeri.

2. Strategi Industri Promosi Ekspor (IPE)

Menurut Anne Krueger (1978). Wakil presiden bank dunia, ada 4 faktor yang dapat menerangkan mengapa strategi industrialisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat ketimbang strategi substitusi impor, ke empat faktor tersebut adalah:

a. Kaitan sektor pertanian dengan sektor industri

Pertumbuhan sektor pertanian yang pesat memang penting sekali bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya, namun pengalaman dari korea selatan (yang sejak tahun 1961 telah menempuh strategi promosi ekspor) telah menunjukkan bahwa dengan strategi promosi ekspor, kaitan antara keberhasilan sektor pertanian dan keberhasilan sektor industri tidak begitu erat seperti di bawah strategi substitusi impor. Hal ini disebabkan karena di NSB yang telah menempuh strategi promosi ekspor ternyata telah berhasil dalam cadangan devisa untuk mengimpor pangan dari pada negara-negara yang telah menempuh strategi substitusi impor. Hal ini karena strategi substitusi impor ternyata justru mempunyai kepadatan impor yang tinggi. Dengan demikian biaya oportunitas impor pangan sangat tinggi, sehingga devisa tidak dapat digunakan untuk impor yang lainnya, misalnya barang-barang modal untuk pembangunan.

b. Skala ekonomis

(32)

18

Bagi industri-industri dimana faktor skala ekonomi (economices of scale) adalah hal yang penting, sehingga strategi promosi ekspor akan dapat memberikan dorongan yang kuat kepada perusahaan-perusahaan baru dari pada dibawah substitusi impor. Hal ini karena perusahaan-perusahaan ini dapat menyusun rencana investasi serta produksi dan pemasaran atas dasar potensi pasar domestik dan pasar ekspor. Dengan strategi promosi ekspor dapat membangun industri dengan skala ekonomi yang efisien, oleh karena itu dalam membangun industri tersebut para industrialis sudah merencanakan untuk memasarkan sebagian dari produksi mereka dari pasar dunia.

c. Persaingan

Suatu segi positif yang penting dari strategi promosi ekspor adalah bahwa persaingan dipasar ekspor mengaharuskan para industralis untuk menjajaga berbagai cara untuk menekan biaya produksi mereka sampai ketingkat yang serendah-rendahnya. Sehingga hasil-hasil produksinya bisa bersaing dalam hal harga (price competitive) dipasar ekspor, maka persaingan ketat dipasar ekpor juga akan mengahruskan para industriawan untuk mengadakan pengendalian mutu (quality control) yang ketat pula, serta mengadakan modifikasi dalam desain barang-brang sesuai dengan perubahan selera masyarakat dalam kemajuan teknologi baru.

d. Kekurangan Devisa

Pengalaman NSB termasuk Indonesia, telah menunjukkan bahwa kekurangan devisa telah menghambat pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pada tingkat makro ekonomi, skala investasi nasioanal perlu dikurangi jika

(33)

19

diperkirakan bahwa ditahun-tahun mandatang akan dihadapi masalah kekurangan devisa. Pada tingakat makro ekonomi, berbagai proyek pembangunan mungkin perlu dijadwalkan atau terpaksa dihentikan jika impor bahan-bahan baku, barang- barang setengah jadi, dan barang-barang modal tidak dapat dilanjutkan akibat kekurangan devisa.

2.1.4 Pola Pengembangan Industri

Dalam mengembangkan pola industri, terdapat langkah-langkah dalam pengembangan dalam mengembangkan industri:

1. Pengembangan industri yang berorientasi pasar

Dalam rangka meningkatkan ekspor hasil industri dan mendorong perkembangannya keanekaragaman ekspor hasil industri, langkah yang ditempuh adalah memacu perkembangan industri-industri yang berorientasi ekspor, baik yang berskala besar, menengah maupun kecil, yang berorientasi pada pasar.

2. Pendalaman dan penguatan sektor industri

Jenis industri yang telah teridentifikasi memiliki hubungan keterkaitan antara industri dengan sektor ekonomi lainnya yang cukup besar. Langkah ini di tujukan sebagai usaha untuk memperkokoh struktur industri dan mengurangi ketergantungan impor hasil produk-produk industri.

3. Pengembangan industri kecil

Dalam indusrti kecil, dapat memperluas kesempatan kerja dan memperluas lapangan kerja serta meningkatkan dan memeratakan pendapatan serta mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah yang relatif tertinggal.

(34)

20

4. Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian (agro industri)

Dalam meningkatkan pengembangan industri pengolahan hasil pertanian merupakan upaya memanfaatkan seoptimal mungkin dalam rangka meningkatkan nilai tambah produksi nasional dan memperkokoh strukur ekonomi.

5. Peningkatan penguasaan dan penyebaran teknologi

Melaksanakan penigkatan dan penguasan pengembangan penguasaan dan penyebaran teknologi terapan disektor industri, sebagai rangka usaha merintis pengembangan hasil industri yang memiliki keunggulan komparatif dari segi teknologi dan ekonomi, serta menunjang usaha pendalaman struktur industri, peningkatan ekspor hasil industri dan pengembangan industri kecil.

6. Pengembangan langkah penunjang

Langkah lainnya yang bersifat menunjang langkah-langkah pembangunan industri meliputi indusrti antara lain pengembangan sistem informasi indistri dan perencanaan pengembangan industri nasional, perencanaan tenaga kerja industrial, penigkatan pendidikan dan latihan ketermpilan baik bagi tenaga kerja swasta mauppun bagi pegawai depertemen teknis yang terkait, penyempurnaan prasarana dan sarana fisik pemerintah terutama didaerah, dan peningkatan efisiensi dan pendayagunaan aparatur pemerintah dan pengawasan. Dalam hal ini juga penyebaran informasi tentang dimensi perwilayahan dari perkembangan industrialisasi dalam bentuk perkembangan wilayah pusat pertumbuhan industri serta pengembangan kawasan industri.

(35)

21 2.1.5 Permasalahan dalam Industri

Pesatnya pertumbuhan industri tidak lepas dari adanya permasalahan- permasalahan yang dihadapi dalam suatu perindustrian. Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto menyatakan, ada tujuh permasalahan yang menghambat pembangunan industri di Indonesia yaitu:

a. Sumber Daya Alam (SDA), produktivitas tenaga kerja dan rigiditas pasar tenaga kerja yang masih belum efektif .

b. ketersediaan dan harga energi kurang efektif.

c. Efisiensi logistik dan infrastruktur belum efektif.

d. Regulasi belum terintegrasi dengan baik untuk memperbaiki pembangunan industri.

e. Struktur industri lemah sehingga mempengaruhi kinerja pembangunan industri di suatu negara.

f. Penguatan peran dan kemampuan UMKM dalam sektor industri belum berjalan dengan baik.

g. Terakhir, sumber pembiayaan industri yang belum beragam.

Dari pernyataan tersebut, pemerintah mulai memperbaiki agar pertumbuhan industri di Indonesia selalu meningkat. Adanya berbagai macam masalah dalam membangun pertumbuhan industri nasional, pemerintah akan menjalani beberapa hal, seperti penguatan SDM melalui penguatan vokasi industri, pendalaman struktur industri melalui penguatan rantai industri, industri padat karya dan orientasi ekspor.

(36)

22

Dalam pelaksanaan yang melandasi suatu kebijakan industrialisasi, menurut Dumairy (1996) ada empat argumantasi basis teori, yaitu

a. Keunggulan komparatif

Negara-negara yang menganut basis teori keunggulan komparatif (comparative advantage) akan mengembangkan bidang-bidang industri atau jenis-jenis industri yang memiliki keunggulan komparatif baginya

b. Keterkaitan industrial

Negara-negara yang bertolak dari keterkaitan industrial (industrial linkage) akan lebih mengutamakan pengembangan bidang-bidang industri yang paling luas dan mengait pengembangan bidang-bidang kegiatan atau sektor-sektor ekonomi lain;

c. Penciptaan kesempatan kerja

Negara-negara yang industrialisasinya dilandasi argumentasi penciptaan lapangan kerja (employment creator), maka negara tersebut akan lebih memprioritaskan pada pengembangan industri-industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Jenis industri dimajukan bertumpu pada industri-industri padat pekerja dan industri-industri kecil;

d. Loncatan teknologi

Negara-negara yang menganut argumentasi loncatan teknologi (technology jump) percaya bahwa industri-industri yang menggunakan teknologi tinggi (hi- tech) akan memberikan nilai tambah yang sangat besar, yang diiringi dengan kemajuan teknologi pada berbagai sektor industri dan berbagai sektor-sektor lainnya.

(37)

23 2.2 Pertumbuhan Ekonomi

2.2.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) yaitu perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang mengakibatkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

Menurut Sadono Sukirno, pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Sehingga untuk mengetahuinya harus diadakan perbandingan pendapatan nasional dari tahun ke tahun, yang dikenal dengan laju pertumbuhan ekonomi. (Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, Penerbit FEUI, 1985).

Terdapat tiga komponen pokok dalam definisi pertumbuhan ekonomi tersebut, yaitu :

a. Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi dari pertumbuhan ekonomi sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang merupakan tanda kematangan ekonomi (economic maturity) pada negara bersangkutan.

b. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkesinambungan dimana pemerintah berperan dalam investasi bidang pendidikan.

c. Mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung dalam kemajuan teknologi dilakukan penyesuaian kelembagaan, sikap, dan ideologi.

Sehingga secara sosial dan ekonomi terjadi pertumbuhan yang seiring.

(38)

24

Perhitungan pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB), yaitu PDB berdasarkan harga konstan, karena pengaruh perubahan harga atau inflasi dihilangkan. Perhitungan pertumbuhan ekonomi tidak dapat setiap saat, hal ini karna untuk mengumpulkan data PDB cukup sulitdan membutuhkan waktu sehingga perhitungan pertumbuhan ekonomi dilakukan dalam kurun waktu triwulan atau tahunan. Berikut rumus pertumbuhan ekonomi.

=

Keterangan:

PEt = Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulanan atau tahunan) PDB riilt = Produk Domestik Bruto riil periode t (berdasarkan harga konstan)

PDB riilt–1 = PDB riil satu periode sebelumnya.

Jika interval waktunya lebih dari satu periode, penghitungan tingkat pertumbuhan ekonomi dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

PDB riilt = Produk Domestik Bruto riil periode t (berdasarkan harg konstan)

PDB riil0 = PDB riil satu periode awal atau sebelumnya

(39)

25 r = tingkat pertumbuhan

t = jarak periode

Secara sederhana, pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan cara membandingkan perhitungan nasional pada periode dengan periode sebelumnya.

Misalnya dengan membandingkan Gross National Product (GNP) tahun tertentu dengan tahun sebelumnya, sehingga dapat diketahui pertumbuhannya.

2.2.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dalam kegiatan ekonomi, pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi secara fisik yang terjadi di suatu negara, seperti pertambahan jumlah dan produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, perkembangan barang manufaktur, dan sebagainya

Pembangunan ekonomi lebih luas pengertiannya daripada pertumbuhan ekonomi. Jika konsep pertumbuhan ekonomi lebih menekankan pada perubahan- perubahan kuantitatif, pembangunan ekonomi menekankan pada unsur kualitatif.

Pertumbuhan ekonomi hanya merupakan salah satu unsur pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan menunjukkan perubahan secara kuantitatif. Artinya, jika output perekonomian dari waktu ke waktu makin bertambah, dikatakan telah terjadi pertumbuhan. Perubahan menunjukkan perubahan ke arah kematangan.

Kematangan dalam hal ini berarti terjadinya perubahan-perubahan yang kualitatif Pembangunan Ekonomi = Pertumbuhan Ekonomi + Perubahan

Struktural

(40)

26

seperti sikap, kelembagaan, dan perubahan struktural. Ketiga perubahan tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi.

Tabel 2.1

Perbedaan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan Ekonomi

Ditandai dengan kenaikan

GNP = Gross National Produk, tidak disertai dengan perubahan struktur ekonomi.

Kenaikan GNP disertai perubahan struktur ekonomi.

Tidak memperhatikan tingkat pemerataan dan kesejahteraan masyarakat.

Memperhatikan pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sumber: Dalam buku Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Michael P Todaro

2.2.3 Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi

Para ahli ekonomi sudah sejak lama berusaha untuk memahami konsep pertumbuhan ekonomi yang terjadi dalam suatu masyarakat di suatu negara. Teori pertumbuhan ekonomi dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, yakni teori klasik, teori neokklasik, teori neokeynes, teori W.W. Rostow, dan teori Karl Bucher. Berikut penjelasannya.

a) Teori klasik

Teori pertumbuhan ekonomi aliran klasik ini sudah dikembangkan sejak abad ke-17. Ada dua tokoh yang paling berpengaruh terhadap pemikiran teori klasik ini, yakni Adam Smith dan David Ricardo.

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi menurut Adam Smith

(41)

27

Di dalam bukunya yang berjudul An Inquiry into the Nature and Causes Weaklth of Nation (1776), Adam Smith menguraikan pendapatnya tentang bagaimana menganalisis pertumbuhan ekonomi melalui dua faktor, yakni faktor output total dan faktor pertumbuhan penduduk.

Perhitungan output total dilakukan dengan tiga variabel, meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan persediaan capital atau modal. Sedangkan untuk faktor kedua, yakni pertumbuhan penduduk, digunakan untuk menentukan luas pasar dan laju pertumbuhan ekonomi.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi menurut David Ricardo

Pemikiran David Ricardo dalam hal pertumbuhan ekonomi yang paling dikenal adalah tentang the law of diminishing return. Pemikirannya ini tentang bagaimana pertumbuhan penduduk atau tenaga kerja yang mampu mempengaruhi penurunan produk marginal karena terbatasnya jumlah tanah.

Menurutnya, peningkatan produktivitas tenaga kerja sangat membutuhkan kemajuan tekonologi dan akumulasi modal yang cukup. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi dapat dicapai.

b) Teori Neoklasik

Dalam teori neoklasik pertumbuhan ekonomi, dua tokoh yang paling populer adalah Joseph A Schumpeter dan Robert Solow.

a. Pertumbuhan Ekonomi menurut Joseph A Schumpeter

Menurut Joseph A Schumpeter dalam bukunya yang berjudul The Theory of Economic Development, membahas mengenai peran pengusaha dalam pembangunan. Schumpeter menyimpulkan bahwa proses pertumbuhan ekonokmi

(42)

28

pada dasarnya adalah proses inovasi yang dilakukan oleh para innovator dan wirausahawan.

b. Pertumbuhan Ekonomi menurut Robert Solow

Robert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi adalah rangkaian kegiatan yang bersumber pada empat faktor utama, yakni manusia, akumulasi modal, teknologi modern dan hasil (output).

c) Teori Neokeynes

Dalam teori Neokeynes, dikenal tokoh Roy F. Harrod dan Evsey D Domar. Pandangan kedua tokoh tersebut adalah tentang adanya pengaruh investasi terhadap permintaan agregat dan pertumbuhan kapasitas produksi.

Sebab, investasi inilah yang kemudian dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Teori neokeynes ini memiliki pandangan bahwa penanaman modal adalah komponen yang sangat utama dalam proses penentuan suksesnya pertumbuhan ekonomi.

d) Teori W. W. Rostow

W.W. Rostow banyak membahas mengenai pertumbuhan ekonomi dan Teori Pembangunan. Berbagai pemikirannya dituangkan dalam salah satu bukunya berjudul The Stages of Economic, A Non COmunist Manifesto. Dalam buku tersebut, Rostow menggunakan pendekatan sejarah untuk menjabarkan proses perkembangan ekonomi yang terjadi dalam suatu masyarakat.

Menurutnya, dalam suatu masyarakat, proses pertumbuhan ekonomi tersebut berlangsung melalui beberapa tahapan, meliputi :

(43)

29

1. Masyarakat tradisional (traditional society)

2. Tahap prasyarat tinggal landas (praconditions for thae off) 3. Tahap tinggal landas (the take off)

4. Tahap menuju kedewasaan (maturity)

5. Tahap konsumsi tinggi (high mass consumption) 6. Teori Karl Bucher

Seperti Rostow, Karl Bucher juga memiliki pendapat tersendiri mengenai tahapan perkembangan ekonomi yang berlangsung dalam suatu masyarakat.

Tahapan pertumbuhan ekonomi menurut Karl Bucher adalah : 1. Produksi untuk kebutuhan sendiri (rumah tangga tertutup)

2. Perekonomian sebagai bentuk perluasan pertukaran produk di pasar (rumah tangga kota)

3. Perekonomian nasional dengan peran perdagangan yang semakin penting (rumah tangga negara)

4. Kegiatan perdagangan yang telah meluas melintasi batas negara (rumah tangga dunia).

2.3 Investasi

2.3.1 Definisi Investasi

Secara etimologi, investasi berasal dari kata invest yang artinya menanam uang atau modal. Dengan kata lain, pengertian dari investasi adalah penanaman modal atau penanaman uang dalam proses produksi. Pengertian investasi menurut ilmu ekonomi adalah pengeluaran penanam modal maupun perusahaan untuk

(44)

30

membeli barang-barang modal dan juga perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang serta jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni (1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kanaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesemapatan kerja; (2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambahkan kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian dan berarti juga produksi dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Untuk lebih jelasnya, investasi merupakan suatu komponen dari PDB dimana PDB tersebut dapat dihitung dengan rumus :

PDB = C + I + G + (X –M)

Investasi (akumulasi modal) bertujuan memperbesar output dan pendapatan di masa yang akan datang. Melalui investasi pada barang modal produktif (termasuk investasi dalam sumber daya manusia) dan investasi di bidang infrastruktur sosial dan ekonomi untuk menunjang aktivitas perekonomian

(45)

31

secara terpadu, peningkatan output dapat dicapai dan pendapatan masyarakat akan meningkat. (Todaro, 1995; 116).

2.3.2 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

PMDN adalah penggolongan modal, kekayaan masyarakat Indonesia baik perorangan atau badan hukum termasuk benda bergerak ataupun tak bergerak bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya (Risdian:2008).

Penanam modal Dalam Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan WNI, badan usaha Negeri, dan/atau pemerintah Negeri yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Kegiatan usaha usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan modal Negeri atas bidang usaha perusahaan diatur di dalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UUPM, dijelaskan bahwa PMDN dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum, atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 5 ayat (3) UUPM lebih lanjut menjelaskan, penanam modal dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk PT dilakukan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas;

(46)

32

b. membeli saham; dan

c. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan

2.3.3 Penanaman Modal Asing (PMA)

PMA merupakan investasi yang dilakukan oleh para pemilik modal asing di dalam negara untuk mendapatkan keuntungan dari usaha yang dilakukannya.

Keuntungan adanya modal asing yaitu berupa diolahnya sumber daya alam kita, meningkatnya lapangan pekerjaan, meningkatnya penerimaan negara dari sumber pajak serta adanya alih tekhnologi. Bagi pemilik modal keuntungan merupakan deviden dari hasil usaha (Suparmoko dan Irawan,1993).

Penanaman Modal di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal).

Penanaman Modal Asing (PMA) lebih banyak mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya jangka panjang, banyak memberikan adil (andil) dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen, membuka lapangan kerja baru.

Lapangan kerja ini, sangat penting bagi negara sedang berkembang mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah untuk penyediaan lapangan kerja.

(47)

33

2.3.4 Hubungan Investasi Terhadap PDRB sektor industri

Pertumbuhan ekonomi dapat dirangsang dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan menambah investasi. Investasi baru akan menambah stok modal sehingga akan meningkatkan output nasional. Datrini (2009) menyebutkan bahwa peningkatan tabungan dan investasi akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.

Luntungan (2006) menyatakan bahwa pembentukan modal baru/investasi dapat memperbesar kapasitas produksi yang kemudian meningkatkan nilai PDRB, penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan nasional.

2.4 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Penyerapan tenaga kerja merupakan suatu jumlah kuantitas tertentu dari tenaga kerja yang digunakan oleh suatu sektor atau unit usaha tertentu. Dalam penyerapan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal tersebut antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Adapun faktor internal dari industri yang meliputi tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, modal, serta pengeluaran tenaga kerja non upah. Adapun faktor tersebut diuraikan sebagai berikut :

(48)

34 1) Tingkat Upah

Upah merupakan penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja untuk pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Berfungsi sebagai kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk yang ditetapkan sesuai persetujuan, Undang-undang dan peraturan, serta dibayar atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam melaksanakan proses produksi.

Dalam proses produksi yang digunakan dalam melaksanakan proses produksi.

Dalam proses produksi tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari usaha yang telah dilakukannya yakni upah. Maka pengertian permintaan tenaga kerja adalah tenaga kerja yang diminta oleh pengusaha pada berbagai tingkat upah (Boediono, 1984).

2) Produktivitas Tenaga Kerja

Perencanaan tenaga kerja adalah semua usaha untuk mengetahui dan mengukur masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja dalam satu wilayah pasar kerja yang terjadi pada waktu sekarang dan mendatang, serta merumuskan kebijakan usaha dan langkah yang tepat dan runtut mengatasinya (J. Ravianto, 1989, hal 14).

Produktivitas tenaga kerja merupakan gambaran kemampuan pekerja dalam menghasilkan output (Aris Ananta, 1993 hal 21). Hal ini karena produktivitas merupakan hasil yang diperoleh oleh suatu unit produksi dengan

(49)

35

jumlah tenaga kerja yang dimiliki, dengan produktivitas kerja yang tinggi menunjukkan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja juga tinggi.

2.4.1 Hubungan Tenaga Kerja dan PDRB sektor industri

Penggunaan tambahan tenaga kerja pada tingkat tertentu akan menghasilkan tambahan output produksi yang kemudian akan meningkatkan output nasional. Datrini (2009) menyatakan bahwa faktor tenaga kerja merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan peningkatan PDRB suatu daerah.

Menurutnya laju pertumbuhan investasi akan menentukan laju pertumbuhan tenaga kerja, selanjutnya pertumbuhan tenaga kerja menentukan besarnya pertumbuhan output.

2.5 Ekspor

Menurut Tanjung Marolop (2011:63), Ekspor adalah pengeluaran barang dari daerah pabeanan indonesia untuk dikirim ke luar negeri dengan mengikuti ketentuan yang berlaku terutama mengenai peraturan kepabeanan.

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 tentang kepabeanan, Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah pabean, dan barang yang telah diangkut atau akan dimuat di sarana pengangkut untuk dikeluarkan dari daerah pabean yang dianggap telah diekspor.

Ekspor merupakan pengeluaran otonomi yang mempunyai efek positif keatas kegiatan ekonomi negara, karena ia merupakan pengeluaran penduduk negara lain keatas barang-barang yang dihasilkan di dalam negeri (Sukirno, 2004).

Menurut Syahza (2003), menemukan bahwa ekspor ternyata sangat berperan dalam menunjang pertumbuhan PDRB . Peningkatan ekspor akan merangsang

(50)

36

pertumbuhan ekonomi di daerah dikarenakan berlakunya multiplier effect terhadap peningkatan daerah. Multiplier effect tersebut akan meningkatkan PDRB seiring dengan meningkatnya investasi di daerah tersebut.

Gambar 2.1

Hubungan Ekspor dan PDRB sektor industri

2.6 Total Nilai Output/ Total Produksi

Total nilai output disebut juga dengan produk nasional yang merupakan nilai total dari produksi barang dan jasa. Produk nasional disebut juga pendapatan nasional karena nilainya mencerminkan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dan bila dilihat dari circular flow maka pengeluaran sama dengan pendapatan.

Cara menghitung total output adalah dengan menjumlahkan nilai dari berbagai produk, dimana nilai produk diperoleh dari harga produk per unit dikali jumlah output. Produksi dengan satu macam faktor produksi variabel merupakan pengertian analisis jangka pendek, dimana faktor produksi yang tidak dapat di ubah. Ekonom membagi faktor produksi menjadi barang modal (capital) dan

EKSPOR TENAGA KERJA

INVESTASI

PDRB SEKTOR INDUSTRI

Gambar

Tabel 4.8  ANOVA a
Tabel 4.10  Correlations
Tabel 4.11  Model Summary
Tabel 4.12  ANOVA a

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode peta konsep meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa secara signifikan pada mahasiswa semester lima

pada mereka yang tidak memiliki orang tua dengan darah tinggi atau hanya. salah satu yang memiliki

Berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada Peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul &#34;Pengaruh Model

Peruubahan itu harus diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan di sekolah (didalam kelas ataupun diluar kelas). Kualitas proses pembelajaran saat

Banyak sekali pihak-pihak yang telah banyak membantu sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dan membantu penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan studi di

Berdasarkan hasil penelitian deskriptif, dapat disimpulkan bahwa Variabel Kepemimpinan Transformasional berada pada kriteria cenderung baik, sebanyak

Kleinberger diwakili oleh Aristoteles dan John Dewey. Tipe ini berpandangan bahwa moral itu merupakan suatau keharusan, akan tetapi tidak mencukupi untuk melahirkan

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang